• Tidak ada hasil yang ditemukan

06 103 121 PROCEEDING Bangka EDITok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "06 103 121 PROCEEDING Bangka EDITok"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN

PADA WILAYAH PERTAMBANGAN KABUPATEN BANGKA SELATAN,

PROVINSI BANGKA BELITUNG

Suhandi

Kelompok Program Penelitian Konservasi

SARI

Daerah kegiatan penelitian secara administratif termasuk kedalam wilayah Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung. Secara geografis terletak antara koordinat 114° 30' 20" - 115° 35' 37" BT dan 2° 49' 55" - 3° 43' 28" LS, dengan luas daerah 3.607,08 Km².

Di Kabupaten Bangka Selatan secara umum wilayah pertambangan di daerah ini terdapat 3 (tiga) kategori endapan placer timah di wilayah ini yaitu konsentrasi residual eluvial pada lereng-lereng sungai dan lembah (kulit), placer para-alochton (kaksa) yang langsung menutupi batuan induk termineralisasi dan alluvial alochton (mincan) yang membentuk lapisan dalam sedimen pengisi lembah-lembah.

Hasil analisis mineralogi butir terhadap 36 conto pada endapan aluvial dan tailing mempunyai kandungan/kadar kasiterit pada konsentrat dulang bervariasi antara 364,950-2.876,993gr/m³. Pada daerah tailing yang sudah di reklamasi di desa Malih kandungan/kadar kasiterit cukup tinggi sebesar 553,888 gr/m3. Sumber daya tereka di daerah penelitian sebesar 4.891 ton. Selain kasiterit hasil analisis mineralogi butir terdapat pula mineral ikutan seperti : magnetit, ilmenit, hematit, rutil, zirkon, Monazit, xenotim.

Penambangan yang dilakukan oleh masyarakat setempat pada umumnya di lokasi bekas tambang PT. Timah dan PT. Koba, dengan sistem tambang semprot. Penambangan TI yang dilakukan tidak sistematis sehingga menyebabkan banyak potensi bahan galian kasiterit yang tertinggal/tidak tertambang dan merusak kondisi lingkungan yang ada karena pada umumnya tidak dilakukan reklamasi pada bekas galian tambang tersebut.

(2)
(3)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengusahaan timah di Pulau Bangka telah berlangsung sekitar 200 tahun, yaitu masa pendudukan Belanda, dan setelah kemerdekaan pengusahaan dilanjutkan oleh PT. Timah dan PT. Koba Tin, penambangan dilakukan baik di darat maupun lepas pantai. Penambangan juga dilakukan oleh rakyat setempat yang dikenal dengan Tambang Inkonvensional (TI).

Kegiatan penambangan yang dilakukan pelaku usaha pertambangan sebagian ada yang dihentikan karena bukan semata jumlah potensi sumber daya dan cadangan bahan galian yang diketemukan tidak sesuai dengan yang diharapkan, tetapi hal tersebut dapat terjadi karena usaha pertambangan bahan galian selain tergantung kepada kuantitas, kualitas dan harga, juga sangat dipengaruhi oleh kondisi hukum, ekonomi dan sosial budaya.

Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan.

Dapat dikatakan usaha pertambangan umumnya hanya terkonsentrasi bagaimana memanfaatkan bahan galian utama, dan mineral ikutan berharga tidak dimanfaatkan dan terbuang bersama tailing.

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan bahan galian dalam rangka mewujudkan penerapan aspek konservasi bahan galian maka perlu dilakukan kegiatan penelitian bahan galian lain dan mineral ikutan pada wilayah pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung.

Maksud kegiatan penelitian ini untuk mendapatkan data dan informasi tentang bahan galian, mineral ikutan pada wilayah penambangan yang sedang dan telah selesai ditambang, dalam rangka mendorong penerapan konservasi bahan galian.

Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui potensi bahan galian timah, bahan galian lain dan mineral ikutan pada wilayah penambangan yang ada di daerah ini agar dapat dikelola dan dimanfaatkan secara lebih optimal.

LOKASI PENELITIAN

Daerah kegiatan ini secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka-Belitung. Secara geografis daerah Kabupaten Bangka Selatan terletak antara koordinat 114° 30' 20" - 115° 35' 37" BT dan 2° 49' 55" - 3° 43' 28" LS, dengan luas daerah

3.607,08 Km². Untuk mencapai daerah

(4)

METODOLOGI

Kegiatan Penelitian Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan Pada Wilayah Pertambangan Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung dilakukan melalui tahap pengumpulan data sekunder dengan menentukan lokasi pengambilan contoh batuan, tailing serta pengeplotan lokasi, pengambilan conto pada kegiatan penambangan. Tahap pengumpulan data primer dilakukan pengambilan conto, pengamatan geologi dan tahap analisis conto dan pelaporan.

Kegiatan penelitian dan pendataan bahan galian pada wilayah tambang difokuskan pada masalah yang berkaitan dengan potensi bahan galian dan mineral ikutan serta konservasi bahan galian dengan metoda berikut ini :

Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder meliputi pengumpulan data dan informasi yang berkaitan tentang bahan galian dan keterdapatan pada wilayah tambang dan Tambang Inkonvensional (TI) di Kabupaten Bagka Selatan.

Pengumpulan data sekunder dilaksanakan dengan cara mempelajari laporan inventarisasi dan pengawasan kegiatan usaha pertambangan yang telah dilakukan oleh Dinas Pertambangan Provinsi Bangka-Belitung dan Dinas Pertambangan Kabupaten Bangka Selatan. Data sekunder yang dianalisis meliputi keadaan umum daerah Bangka Selatan (geografi, kependudukan, iklim, tataguna lahan), keadaan geologi, mineralisasi, jenis dan

sebaran bahan galian, serta potensi sumber daya dan cadangan. Data kegiatan penambangan yang pernah atau sedang dilakukan meliputi, sistem penambangan, sistem pengolahan, data produksi, serta proses penanganan tailing.

Pengumpulan Data Primer dan Pemercontoan

Tahap penelitian dan pendataan di lapangan ini meliputi pengumpulan data dan informasi di kantor Dinas Pertambangan Provinsi Bangka-Belitung dan Dinas Pertambangan Kabupaten Bangka Selatan, dilanjutkan dengan penelitian dan pendataan bahan galian dan mineral ikutan yang ada di wilayah tambang PT. Timah Tbk dn PT. Koba Tin di Kabupaten Bangka Selatan.

Data dan informasi di wilayah tambang dilaksanakan dengan cara pemantauan langsung kondisi geologi dan lingkungan tambang dan di wilayah ini dilakukan secara langsung terhadap penambangan timah yang sedang aktif maupun tailing yang dilakukan bekas penambangan.

(5)

GEOLOGI DAN BAHAN GALIAN

Geologi

BerdasarkanPeta Geologi Lembar Bangka Selatan (PPPG, 1995), U. Margono, RJB. Supandjono dan E. Partoyo, 1995. (Gambar 2).

Batuan penyusun daerah kegiatan secara umum terdiri dari BatuanKomplek Malihan Pemali terdiri dari filit, sekis dan kuarsit, struktur mendaun, terkekarkan. Umur satuan ini diduga Perem atau Karbon (Cissar dan Baum dalam Osberger, 1965), tetapi kedudukannya tidak selaras oleh Formasi Tanjung Genteng terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung, setempat dijumpai lensa batugamping setebal 1,5 m, batuan ini berumur Trias.

Granit Klabat terdiri dari granit biotit, granodiorit dan granit genesan. Berdasarkan pemberian tersebut umur satuan granit ini adalah Trias Akhir-Jura Awal dan menerobos Formasi Tanjung Genteng dan Komplek Malihan Pemali, nama satuan ini berasal dari lokasi tipenya di Teluk Klabat, berumur Jura.

Formasi Ranggam terdiri dari perselingan batupasir, batulempung dan konglomerat, setempat ditemukan lensa-lensa batubara dengan tebal 0,5 m dan mengandung pasir timah sekunder yang tercampur dengan batupasir kuarsa, berumur Pliosen.

Mulai Miosen Tengah – Pliosen Awal pengendapan berlangsung dengan terbentuknya Formasi Ranggam di lingkungan fluvial. Selanjutnya

pengangkatan, pendataran dan pengendapan aluvium di sungai, rawa dan pantai berlangsung pada Holosen.

Aluvium terdiri dari lumpur, pasir, kerikil dan kerakal sebagai endapan sungai, rawa dan pantai (Qa), berumur Holosen.

Struktur yang berkembang di Bangka Selatan terdiri dari kelurusan, lipatan dan sesar. Kelurusan terutama pada granit dengan arah beragam. Lipatan berada pada satuan batupasir dan batulempung. Formasi Tanjunggenteng dan Formasi Ranggam dengan kemiringan antara 18º – 27º. Sumbu lipatan diduga berarah Timurlaut-Baratdaya.

Dua jenis sesar yang berkembang adalah sesar mendatar dan sesar normal. Sesar mendatar berarah Timurlaut-Baratdaya, sedangkan sesar normal berarah Baratlaut-Tenggara. Kegiatan tektonik ditafsirkan berlangsung sejak Perem yang ditandai dengan terbentuknya Komplek Malihan Pemali (CPp). Pada Trias Awal terjadi penurunan dan pengendapan Formasi Tanjunggenteng dalam lingkungan laut dalam. Kemudian pada Trias Akhir-Jura Akhir, terjadi pengangkatan dan diikuti penerobosan Granit Klabat.

(6)

(mincan) yang membentuk lapisan dalam sedimen pengisi lembah-lembah.

Endapan pertama dan kedua berhubungan langsung serta belum tertransportasi dari batuan induk granit yang mengandung mineralisasi timah primer; sementara kategori ketiga merupakan hasil rombakan dari batuan induk dan mineralisasi primer.

Penelitian ini dititik beratkan kepada endapan aluvial, sebagai tempat kedudukan bahan galian kasiterit, sebaran endapan yang cukup luas umumnya terdapat pada daerah aliran sungai (DAS) Kepuh dan Air Gegas. Endapan aluvial tersebut merupakan hasil rombakan yang lebih tua terutama dari Formasi Ranggam. Hasil pengamatan dari beberapa bukaan pit tambang ketebalan endapan aluvial berkisar antara 4 – 12 m tergantung pada tempat dan proses pengendapan aliran sungai.

BAHAN GALIAN

Bahan Galian Timah

Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan “logam miskin” keperakan, dapat ditempa (malleable), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.

Logam berwarna putih keperakan ini, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3 g/cm³, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (1300º – 1600ºC), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk.

Mineral Ikutan

Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monazit merupakan mineral ikutan.

Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monazit merupakan mineral ikutan.

(7)

Bahan Galian Lain Pasir kuarsa

Mineral ikutan yang cukup banyak terdapat di lokasi pertambangan timah yaitu pasir kuarsa. Pasir kuarsa cukup banyak melimpah terutama berupa tailing sisa pengolahan. Kualitas tailing pasirkuarsa tersebut sangat baik, mengingat pasir kuarsa telah mengalami pencucian dalam sluice box, sehingga telah terpisah dari lumpur, humus dan mineral berat lainnya.

Lempung

Pada beberapa conto lempung di daerah penelitian di antaranya di desa Rindik. Secara megaskopis lempung ini berwarna putih keabuan, berbutir halus, lunak, dan lengket apabila basah, sebagian bersifat pasiran, hasil analisis menunjukan bahwa lempung tersebut adalah kaolin.

Granit

Sebaran granit di wilayah ini sebagian besar terdapat di bagian utara, tengah dan selatan dari Kabupaten Bangka Selatan, seperti di bagian utara sepanjang Bukit Terubukmanawar berada di Kecamatan Airgegas. Granit di Bukit Terubukmanawar belum dimanfatkan secara maksimal, diperuntukan untuk pembuatan jalan dan fondasi rumah.

PERTAMBANGAN

Dampak Penambangan Tambang Inkonvensional (TI ) Timah

Istilah TI sebagai kepanjangan dari Tambang Inkonvensional sudah sangat dikenal di kalangan rakyat Kepulauan Bangka Belitung. Kegiatan Tambangan

Inkonvensional (TI) timah di Pulau Bangka akhir-akhir ini makin memprihatinkan. Seiring dengan itu pembangunan smelter (pabrik pengolahan menjadi timah balok) juga mengalami peningkatan sangat tajam, sehingga smelter menjadi ancaman besar terjadinya pencemaran lingkungan.

Tailing dihasilkan dari kegiatan

pertambangan dalam jumlah yang sangat besar. Sekitar 97 persen dari bijih timah yang diolah oleh pabrik pengolahan akan menghasilkan tailing.

Aktivitas pertambangan yang dilakukan secara sporadis dan massal itu juga mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah. Sebagian besar penambang menggunakan peralatan besar sehingga dengan mudah membuka permukaan tanah. Sisa pembuangan tanah dari TI menyebabkan pendangkalan sungai. Kerusakan yang ditimbulkan TI tidak hanya terjadi di lokasi penambangan wilayah daratan bahkan terjadi hingga ke pantai (masyarakat Bangka menyebutnya TI Apung),

Sistem Penambangan

(8)

Sistem Pengolahan

Pengolahan yang dilakukan oleh PT.Tambang Timah Tbk dan PT. Koba Tin dilalui dalam dua tahap, yaitu pengolahan di tambang dengan menggunakan sluice box dan jig, selanjutnya pengolahan dilakukan di pusat pencucian bijih timah

dengan pemisahan secara gravitasi,menghasilkan kasiterit, ilmenit, monazit, xenotim dan zirkon.

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Aspek Konservasi Bahan Galian

Kondisi wilayah tambang hampir 90% berupa endapan tailing sisa penambangan PT. Timah dan PT Koba Tin, dan sekitar 10% endapan aluvial yang masih utuh terletak di Kabupaten Bangka Selatan. Ketebalan endapan aluvial yang mengandung kasiterit bervariasi antara 3-5 m, dengan rata-rata ketebalan 4 m. Selain bahan galian utama timah terdapat pula bahan galian lain seperti , zirkon, monasit, xenotim, magnetit, ilmenit rutil, hematit maupun yang terkandung dalam tailing dan untuk bahan galian industri yaitu granit, pasir kuarsa dan lempung.

Untuk mengetahui kualitas dan sumber daya bahan galian dilakukan penyontoan endapan aluvial, sluice box, tailing dan conto batuan tepilih. Conto-conto tersebut diperiksa di Laboratorium Pengujian Kimia-Fisika Mineral dan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi. Pemercontoan terkumpul 57 conto terdiri dari : 49 conto kosentrat, 2 conto batuan, 5 conto lempung dan pasir.

Hasil Analisis Laboratorium

Hasil analisis mineralogi butir terhadap 36 conto mempunyai nilai presentase kasiterit pada konsentrat dulang bervariasi antara 364,950-2.876,993gr/m³ dan conto tailing nilai presentase kasiterit pada konsentrat dulang antara 178,400-553,888 gr/m³. Selain kasiterit hasil analisis mineralogi butir terdapat pula mineral ikutan seperti : magnetit, ilmenit, hematit, rutil, zirkon, Monazit, xenotim.

Terdapatnya kandungan kasiterit yang cukup tinggi dari nilai conto dengan kode conto BS.03 dengan nilai 3806,610gr/m3, hal ini dimungkinkan karena lokasi tersebut berada di daerah aliran sungai, dimana tempat akumulasi daripada lapukan batuan asal (granit) yang banyak mengandung kasiterit, dan conto tersebut diconto dari lokasi tambang bukaan baru PT. Kesejahteraan Makmur pada wilayah KP PT. Timah Tbk.

(9)

Dari hasil analisis tersebut menggambarkan bahwa batuan di daerah Bukit Palawan pembawa unsur logam dasar cukup besar.

Potensi Bahan Galian Timah

Untuk estimasi sumberdaya bahan galian kasiterit dan mineral ikutan dihitung berdasarkan konsentrasi rata-rata dalam endapan aluvial (pit) dan tailing. Hasil analisis mineralogi butir dalam % berat dikonversikan ke dalam gr/m3, maka didapat sumber daya tereka sebagai berikut :

Estimasi sumber daya kasiterit untuk kemitraan pertambangan di Wilayah KP. PT. Timah, Kab. Bangka Selatan sebesar 4.026 ton, untuk Kemitraan Pertambangan di Wilayah KP. PT. Koba Tin sebesar 865 ton.

Mineral Ikutan

Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa pada beberapa lokasi Tambang di Kabupaten Bangka Selatan, baik di lokasi tambang maupun lokasi bekas tambang masih menyisakan potensi bahan galian yang umumnya merupakan tailing yang masih bernilai ekonomis. Selain itu pada tumpukan tailing selain bahan galian utama (kasiterit), masih terdapat kandungan bahan galian lain diantaranya monazit, zirkon ilmenit, xenotim, magnetit, kuarsa, dimana hal tersebut ditunjukkan pada hasil pengamatan mineralogi butir pada beberapa conto.

Potensi sumber daya terkira mineral ikutan pada lokasi kegiatan penambangan dan tailing di wilayah KP. PT. Timah dan PT

Koba Tin di daerah penelitian dari setiap lokasi sebagai berikut :

- Sumber daya tereka zirkon sebesar 1.324 ton

- Sumber daya tereka monazit sebesar 52.009 ton

- Sumber daya tereka xenotim sebesar 349 ton

- Sumber daya tereka magnetit sebesar 8,5 ton

- Sumber daya tereka ilmenit sebesar 1.886 ton

- Sumber daya tereka hematit sebesar 1.324 ton

- Sumber daya tereka rutil sebesar 270 ton

Bahan Galian Lain Pasir Kuarsa

Salah satu mineral yang terdapat pada lokasi tambang dan tailing dari penambangan timah aluvial adalah pasir kuarsa, saat ini pasir kuarsa tersebut belum dimanfaatkan atau hanya digunakan sebagai material penutup.

Menurut Sudradjat dkk, pasir kuarsa di Bangka-Belitung memiliki kadar SiO2 antara 97,6 % - 98,53%, sedangkan Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Fisika PMG dari conto no. 39 C pada tailing pasir kuarsa (Lampiran C) memiliki nilai 96,24 % SiO2, oleh karena itu perlu upaya pemanfaatan pasir kuarsa yang merupakan tailing dari penambangan timah aluvial.

(10)

bahan baku fero silicon, silicon carbide, ampelas, pasir filter, glass wool dll.

Persyaratan pasir kuarsa yang dipakai setiap industri tidak dapat ditetapkan secara pasti, yang paling utama adalah harus menjamin kemurnian minimum dengan pembatasan pada oksida pengotornya. Apabila menggunakan syarat komposisi kimia pada prosentase kandungan SiO2 maka pasir kuarsa ini dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kaca indoflot (70 – 72 %) , pengecoran (min 90%) dan bata tahan api atau refraktori ( min 95% ).

Lempung

Dari hasil pengamatan lapangan endapan lempung di Kabupaten Bangka Selatan dapat dijumpai pada setiap lokasi penambangan dengan ketebalan sangat bervariasi antara 1 – 4 meter. Endapan lempung yang terdapat di Kabupaten Bangka Selatan, yaitu endapan rasidual dari hasil alterasi batuan granit.

Hasil analisis kimia dengan metoda konvensional basah dari tiga conto lempung yang terambil (BS.08, BS.22 danBS.40), menunjukkan bahwa lempung di daerah ini mempunyai nilai unsur SiO2 sebesar 55,84 %-70,47 %.

Kaolin

Hasil analisis laboratorium dengan metoda XRD dari 3 conto bahwa lempung tersebut terdiri dari mineral kaolin, kuarsa dan muscovite.

Berdasarkan syarat spesifikasi kaolin, penggunaan kaolin dalam industri hilir memerlukan beberapa persyaratan tertentu, dan ini tergantung kepada jenis industrinya, sebagai contoh untuk industri kertas dan kramik menurut Toton Sentana Kunrat (Bahan galian Industri, 1997) dimana untuk kandungan SiO2 berkisar antara 46,73% - 47,80% dan untuk industri keramik dan porselen kandungan SiO2 berkisar antara 15 – 40%, Dari hasil analisis laboratorium dari 3 conto menunjukkan bahwa lempung tersebut nilai SiO2 cukup tinggi.

Tanah-Jarang

Secara umum tanah jarang (rare earth) ditemukan dalam bentuk senyawa kompleks phospat dan karbonat. Beberapa conto mineral logam tanah jarana yang ditemukan di alam antara lain basnaesite (CeFCO3), Monazit ((Ce, La, Y, Th)PO3). Hasil analisis kimia laboratorium mineral butir dari beberapa conto menunjukan sumber daya monazit cukup berlimpah, melatarbelakangi analisis tanah jarang, maka untuk mengetahui hal tersebut dilakukan analisis monazit.

Hasil analisis dengan metoda ICP pada 12 conto konsentrat monazit yang terambil dari wilayah KP. PT Timah dan PT Kobatin menunjukkan adanya kandungan mineral tanah jarang seperti Yttrium, Cerium, Lanthanum, Neodymium.

(11)

(med) untuk Yttrium 27 ; La 33 (Sumber : Arthur W Rose and Herbert E. Hawkes : Geochemistry in Mineral Exploration Second Edition oleh).

Hasil analisis pada 12 conto konsentrat dulang dengan nilai rata-rata Ce 4670 ppm, Y 5372 ppm, La 34047 ppm, Nd 2896 ppm, sedangkan pada 2 (dua) conto konsentrat (BS.30A/T dan BS.41A/T) menunjukkan nilai yang signifikan pada conto tailing Tambang Inkonvensional dengan nilai Ce 31175 ppm – 12750 ppm, Y 33200 ppm – 14375 ppm, La 5 9672 ppm – 233422 ppm dan Nd 18789 ppm – 9139 ppm (lihat lampiran E), ini menggambarkan bahwa

tailing tersebut di daerah Kabupaten

Bangka Selatan pembawa unsur tanah jarang yang berpotensial dan pnyelidikan lebih lanjut sehingga dapat memberikan nilai tambah.

Adapun kegunaan tanah jarang yaitu untuk bahan bakar reaktor nuklir, elektronika, peleburan, katalis, keramik dan super konduktor dll.

Sistem Penambangan

Penambangan oleh PT Timah pada masa lalu memanfaatkan cebakan timah aluvial darat yang mempunyai sumber daya besar atau sebaran relatif luas, sehingga sebaran bahan galian pada alur-alur yang relatif sempit masih ditinggalkan dalam kondisi insitu. Penambangan di lepas pantai Pulau Bangka menggunakan kapal keruk dengan kapasitas menambang endapan aluvial yang terdapat pada kedalaman 15 sampai dengan 50 meter, sementara endapan timah lepas pantai kedalaman kurang dari

15 meter dan endapan timah pada kedalaman lebih dari 50 meter masih tersisa dalam kondisi insitu juga.

Penambangan yang dilakukan oleh masyarakat setempat pada saat penelitian berlangsung tidak didasarkan hasil eksplorasi yang baik, menyebabkan banyak lokasi bukaan tambang yang tidak berhasil. Penambangan yang tidak sistematis ini menyebabkan banyak potensi bahan galian kasiterit endapan aluvial yang tertinggal/tidak tertambang, recovery penambangan rendah dan merusak kondisi lingkungan yang ada karena pada umumnya tidak dilakukan reklamasi pada bekas galian tambang tersebut.

Sistem Pengolahan

Pengolahan yang dilakukan PT Timah Tbk dan PT Koba Tin masih menyisakan kandungan kasiterit pada tailing. Mengingat ketersediaan timah yang semakin menipis, sehingga memberikan efek peningkatan harga timah yang cukup tajam, maka kandungan timah pada tailing tersebut menjadi sumber daya yang potensial untuk kembali diusahakan.

Demikian juga pada tailing dari hasil tambang rakyat yang masih aktif, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.2 terdapat nilai-nilai analisis conto tailing yang sudah di Reklamasi yang cukup tinggi yaitu 553,888 gr/m3 kode conto BS.28/T, hal ini menggambarkan sistem pengolahan yang dilakukan oleh penambang setempat

(12)

sluice box terlalu deras dan kemiringan dari

sluice box terlalu curam, sehingga

menyebabkan banyak kasiterit yang lolos tidak tertangkap oleh sluice box.

Pemanfaatan Bahan Galian Kasiterit (Timah Putih)

Timah putih merupakan logam ramah lingkungan, penggunaan untuk kaleng makanan tidak berbahaya terhadap kesehatan manusia. Kebanyakan penggunaan timah putih untuk pelapis/pelindung, dan paduan logam dengan logam lainnya seperti timah hitam dan seng. Konsumsi dunia timah putih untuk pelat menyerap sekitar 34% untuk solder 31%. (Sumber : Rohmana dkk, 2008)

Timah yang dihasilkan dari pertambangan PT. Timah berupa :

- Banka Tin (kadar Sn 99.9%) - Mentok Tin (kadar Sn 99,85%)

- Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas: - Banka LL100ppm, Banka LL50 ppm, Banka LL40ppm, Banka LL80ppm,

Banka LL200ppm

- Banka Four Nine (kadar Sn 99,99%) Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas: - Banka Small Ingot

- Banka Tin Shot - Banka Pyramid

- Banka Anoda (http://timah.com)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian bahan galian lain dan mineral ikutan pada wilayah usaha pertambangan Kabupaten Bangka Selatan secara umum sebagai berikut:

Hasil analisis mineralogi butir terhadap 36 conto mempunyai nilai presentase kasiterit pada konsentrat dulang bervariasi antara 364,950-2.876,993gr/m³ dan conto tailing nilai presentase kasiterit pada konsentrat dulang antara 178,400-553,888 gr/m³, dengan sumber daya tereka untuk kasiterit untuk Kabupaten Bangka Selatan sebesar 4.891 ton . Selain kasiterit hasil analisis mineralogi butir terdapat pula mineral ikutan seperti : magnetit, ilmenit, hematit, rutil, zirkon, Monazit, xenotim.

Pada umumnya para penambang hanya mengambil dan menjual bijih timah, sedangkan mineral ikutan lainnya seperti ilmenit, zirkon, monasit, xenotim hingga saat ini belum dimanfaatkan. Hal ini perlu perhatian karena mineral ikutan tersebut memiliki kdungan/kadar yang cukup besar.

Mineral ikutan di daerah ini dibiarkan begitu saja, dari hasil analisis terutama mineral monazit, zirkon dan xenotim menunjukan nilai yang sangat signifikan, baik nilai kandungan dari endapan aluvial maupun tailing. Ini perlu adanya kebijakan dari Pemerintah Daerah/Pusat yang mengatur pengelolaan dan pengolahan mineral ikutan, agar mineral tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal.

(13)

mengakibatkan kondisi tanah menjadi tidak stabil dan rawan erosi, kalau tidak ditangani secara baik maka berbahaya bagi masyarakat sekitarnya.

Seiring dengan pembangunan smelter-smelter ilegal (pabrik pengolahan menjadi timah balok) mengalami peningkatan sangat tajam, sehingga hal ini dikarenakan kegiatan pertambangan inkonvensional (TI) timah di Bangka Selatan akhir-akhir ini makin memprihatinkan, dimana di dalam melakukan kegiatannya kurang mempertimbangkan sisi lingkungan, sehingga merubah struktur tanah dan ekologi menjadi kurang baik, seperti banyak ditemukan di kawasan Kecamatan Payung dan Kecamatan Air Gegas.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Setiawan, dkk, 1996, Potensi Sumberdaya Rare-Earth Di Indonsesia, - Makalah.

Departemen Pertambangan dan Energi, 1985, 40 Tahun Peranan Pertambangan dan Energi Indonesia 1945 – 1985, Jakarta.

Danny Z. Herman, dkk, 2005, Laporan Kegitan Pemantauan Dan Evaluasi Konservasi Sumber Daya Mineral Daerah Bangka Tengah Provinsi Bangka-Belitung, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung. Pusat Sumber Daya Geologi.

Denni Widhiyatna, dkk, 2006, Laporan Inventarisasi Potensi Bahan Galian Pada Wilayah PETI Daerah Belitung, Provinsi

Bangka Belitung, Pusat Sumber Daya

Geologi

E. Partoyo, U. Margono,RJB. Supandjono 1995, Peta Geologi Lembar Bangka

Selatan, Sekala 1 : 250.000, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Sukirno Djaswadi, 1992, Beberapa Aspek Batuan Granit Terhadap Mineralisasi Timah Dalam Kaitan Dengan Usaha-usaha Untuk Mendapatkan Endapan Bijih Timah Diluar Daerah Jalur Belitung-Bangka-Singkep, Publikasi Khusus, No. 45, ISSN 0216-0765, Direktorat Sumberdaya Mineral.

Situs Pemda Bangka Selatan : www. Bangsel go.id

(14)
(15)
(16)
(17)

F

Foto. 3.3

Foto. 3.4.

P d m

.

g si ter me ya

Pasir kuarsa dari penamb mengalamipe

Tai

isa pengolah rsebut men emerlukan p

ng telah dite

merupakan bangan tima encucian dan

iling

han yang tid ngandung

erlakuan kh entukan sesu

hasil pelapu ah.Kualitas n pemisahan

dak ditangan radioaktif usus dan di

ai peraturan

ukan batuan pasir kuars n dalam sluic

Ta

ni cukup ba yang pen simpan dala

bersama de sa baik men ce box

ailing

ik. Tailing nangannya am tempat

engan kasiter ngingat tela

(18)

Foto. 3.6 Penyontohan tailing untuk mengetahui mineral ikutan

(19)

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Kegiatan, Kabupaten Bangka Selatan
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Kabupaten Bangka Selatan  Provinsi Bangka Belitung
Gambar 3.  Peta Lokasi Pemercontoan, Kabupaten Bangka Selatan,

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan kritis adalah hasil pemeriksaan terdapat kelainan radiologi yang dilaporkan dan diterima oleh dokter yang mengirim dalam waktu kurang dari 60 menit (lisan

Setelah kematian, kita tahu bahwa “roh semua orang, sesegera mereka pergi dari tubuh fana ini, ya, roh semua orang, apakah mereka baik atau jahat, dibawa pulang kepada Allah

Identifikasi gulma adalah kegiatan untuk menemukan nama jenis (spesies), nama marga (genus), nama suku (family) atau nama kelompok tertentu beserta deskripsinya,

Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kecamatan

Ekonomi dan Keuangan Indonesia, 61(3) : 295-317, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.. Kemiskinan dan

Studi awal yang dilakukan oleh penulis terhadap 25 responden mengenai jasa IT di Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo dapat di ambil kesimpulan bahwa 75% dari 25 responden

Bersumber dari Injil, P.Franco juga menceritakan ada seorang yang akan datang dalam pesta, namun dalam perjalanan ia jatuh kedalam lumpur sehingga ia merasa malu untuk

Menurut Shimp (2003;10) citra merek memiliki dimensi dalam tiga bagian yaitu , atribut, manfaat dan evaluasi sikap konsumen terhadap merek tersebut. 1)