STUDI KOMPARATIF PENGGUNAAN METODE DISCOVERY dan INQUIRY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK (Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi dengan Kompetensi Dasar Konsep
Ilmu Ekonomi, Permasalahan Ekonomi dan Sistem Ekonomi di Kelas X IPS SMA Negeri 23 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh :
SITI NURASIAH ZAMIL 0906194
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Siti Nurasiah Zamil, 2013
LEMBAR HAK CIPTA
STUDI KOMPARATIF PENGGUNAAN METODE DISCOVERY dan INQUIRY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK (Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi dengan Kompetensi Dasar Konsep Ilmu Ekonomi, Permasalahan Ekonomi dan Sistem Ekonomi di Kelas X
IPS SMA Negeri 23 Bandung)
Oleh :
Siti Nurasiah Zamil
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Siti Nurasiah Zamil 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
SITI NURASIAH ZAMIL
STUDI KOMPARATIF PENGGUNAAN METODE DISCOVERY dan INQUIRY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK (Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi dengan Kompetensi Dasar Konsep Ilmu Ekonomi, Permasalahan Ekonomi dan Sistem Ekonomi di Kelas X
IPS SMA Negeri 23 Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing
Dr. H. Yayat Achdiat, M.Pd. NIP. 19511216 197803 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Siti Nurasiah Zamil, 2013
ABSTRAK
Siti Nurasiah Zamil (0906194), “Studi Komparatif Penggunaan Metode Discovery dan Inquiry Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik” (Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi dengan Kompetensi Dasar Konsep Ilmu Ekonomi, Permasalahan Ekonomi dan Sistem Ekonomi di Kelas X IPS SMA Negeri 23 Bandung) dibawah bimbingan Dr. H. Yayat Achdiat, M.Pd. Penelitian ini dilatar belakangi dengan adanya kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tingkat SMA di Indonesia, karena kenyataan dilapangan pembelajaran konvensional belum mampu meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan desain penelitian counterbalanced desain. Jumlah subjek penelitian 108 peserta didik, yang terdiri dari 3 kelas eksperimen. Analisis instrumen menggunakan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda sedangkan analisis data menggunakan uji homogenitas, uji normalitas, dan uji hipotesis. Hasil pengolahan data dengan uji t pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa tingkat berpikir kritis peserta didik tentang permasalahan ekonomi antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran discovery dan inquiry memiliki kemampuan berpikir kritis lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang menggunakan metode pembelajaran dengan ceramah.
DAFTAR ISI
1.3Tujuan dan Manfaat penelitian ... 9
1.3.1Tujuan Penelitian ... 9
1.3.2Manfaat Penelitian ... 10
BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS12 2.1Tinjauan Pustaka ... 12
2.1.1Pengertian Berpikir Kritis ... 14
2.1.2Keterampilan Penting dalam Berpikir Kritis ... 17
2.1.3Metode, Strategi dan Model Pembelajaran ... 17
2.1.3.1Metode Pembelajaran ... 17
2.1.3.2Strategi Pembelajaran ... 18
2.1.3.3Model Pembelajaran ... 19
2.1.3.4Teori-teori Belajar yang Melandasi Metode Pembelajaran Inquiry 20 2.1.3.4.1Teori Belajar Konstruktivisme ... 20
2.1.3.4.2Teori Perkembangan Piaget ... 21
2.1.3.4.3Metode Pembelajaran John Dewey ... 22
2.1.3.4.4Teori J. Bruner ... 23
2.1.4Metode Pembelajaran Inquiry dan discovery ... 23
2.1.4.1Metode Pembelajaran Discovery ... 26
2.1.4.2Metode Pembelajaran Inquiry ... 30
2.1.5Hasil Penelitian Yang Relevan ... 34
2.2Kerangka Pemikiran ... 35
2.3Hipotesis ... 37
3.4Operasional Variabel ... 41
3.5Instrumen Penelitian ... 42
3.6Pengujian Instrumen Penelitian ... 42
Siti Nurasiah Zamil, 2013
3.6.2Uji Reliabilitas ... 45
3.6.3Taraf Kesukaran... 46
3.6.4Daya Pembeda ... 47
3.7Tahapan Penelitian... 49
3.8Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 51
3.8.1Tes Akhir (Post-Test) ... 51
3.9Teknik Analisis Data ... 51
3.9.1Uji Homogenitas ... 51
3.9.2Uji Normalitas ... 52
3.10Uji Hipotesis ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
4.1Hasil Penelitian ... 54
4.1.1Deskripsi Subjek Penelitian ... 54
4.1.2Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54
4.1.2.1Sejarah SMA Negeri 23 Bandung ... 54
4.1.2.2Visi, Misi, Tujuan dan Target Sekolah ... 55
4.1.2.3Keadaan Fasilitas Sivitas Akademika Sekolah (Guru, Karyawan, Siswa, Sarana PBM) ... 58
4.1.2.4Sarana dan Prasarana ... 61
4.2Deskripsi Metode Pembelajaran Discovery ... 64
4.3Deskripsi Metode Pembelajaran Inquiry ... 64
4.4Analisis Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 65
4.4.1Data Tes Akhir (Post Test) ... 65
4.5Analisis Pengolahan Data Metode Penelitian ... 67
4.5.1Uji Normalitas ... 67
4.5.2Uji Homogenitas ... 67
4.5.3Uji Hipotesis ... 68
4.6Pembahasan Hasil Penelitian ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83
5.1Kesimpulan ... 83
5.2Saran ... 85
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Frekuensi dan Presentasi Hasil Tes Kemampuan Berikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 23 Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013 ... 5 Tabel 2.1
Indikator Berpikir Kritis ... 16 Tabel 2.2
Kemampuan yang Harus Dikembangkan Dalam Proses Inquiry ... 30 Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu ... 34 Tabel 3.2
Operasional variabel ... 41 Tabel 3.3
Kriteria Validitas ... 44 Tabel 3.4
Hasil Validitas Item Penelitian ... 44 Tabel 3.5
Kriteria Reliabilitas ... 46 Tabel 3.6
Rekapitulasi Jumlah Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran ... 47 Tabel 3.7
Kriteria Daya Pembeda ... 48 Tabel 3.8
Rekapitulasi Jumlah Soal Berdasarkan Daya Pembeda ... 49 Tabel 4.1
Daftar Tenaga Pendidik SMA Negeri 23 Bandung ... 58 Tabel 4.2
Daftar Tenaga Kependidikan SMA Negeri 23 Bandung ... 60 Tabel 4.3
Daftar Siswa SMA Negeri 23 Bandung ... 61 Tabel 4.4
Rata-rata Nilai Hasil Post-Test Kelas Eksperimen ... 66 Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Data Hasil Penelitian ... 67 Tabel 4.6
Hasil Penghitungan Uji Homogenitas ... 68 Tabel 4.7
Hasil Uji-t Perbedaan Post-test Siswa Kelas Eksperimen A (discovery) dan kelas eksperimen B (inquiry) ... 69 Tabel 4.8
Hasil Uji-t Perbedaan Post-test siswa kelas eksperimen A (discovery) dan kelas
eksperimen C (ceramah) ... 70 Tabel 4.9
Siti Nurasiah Zamil, 2013 Tabel 4.10
Hasil Uji-t Perbedaan Post-test Kelas B (Inquiry) dan Kelas C (ceramah) ... 73 Tabel 4.11
Hasil Uji-t Perbedaan Post-test Kelas B (Inquiry) dan Kelas A (discovery) ... 74 Tabel 4.12
Hasil Uji-t Perbedaan Post-test Kelas C (ceramah) dan Kelas A (discovry) ... 75 Tabel 4.13
Hasil Uji-t Perbedaan Post-test Kelas C (ceramah) dan Kelas A (discovery) ... 77 Tabel 4.14
Hasil Uji-t Perbedaan Post-test Kelas C (ceramah) dan Kelas B (inquiry) ... 78 Tabel 4.15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pendekatan inquiry / discovery dalam pembelajaran ... 25
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 36
Gambar 4.1 Struktur Organigram SMAN Negeri 23 Bandung ... 63
Siti Nurasiah Zamil, 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangan setiap individu melalui suatu tahapan yang disebut dengan belajar yang merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2008:2). Sedangkan secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sedangkan menurut Bruner dalam Slameto (2008:11) belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tapi untuk mengubah kurikulum sekolah sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah.
Menurut R. Gagne dalam Slameto (2008:13) belajar memberikan dua definisi yaitu :
1) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku;
2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi
Benjamin Bloom (Syaiful Sagala, 2005:33) membagi tujuan pendidikan menjadi tiga kawasan (domain), yaitu:
1. Domain Kognitif, mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai dan karakterisasi diri.
3. Domain Psikomotor, yaitu kemampuan-kemampuan motorik
menggiatkan dan mengkoordinasi gerakan, terdiri dari gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih dan komunikasi nondiskursif.
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, bidang pendidikan memegang peranan penting. Dengan pendidikan, diharapkan kemampuan, mutu pendidikan dan martabat manusia Indonesia dapat ditingkatkan. Upaya meningkatkan sumber daya manusia dilakukan melalui upaya sadar lewat jalur pendidikan formal mencakup pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Dalam penelitian pendidikan, salah satu permasalahan yang memiliki daya tarik untuk diteliti yaitu mengenai proses pembelajaran. Kondisi yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia saat ini adalah lemahnya proses pembelajaran, karena proses pembelajaran yang sering ditemukan selama ini siswa hanya diarahkan untuk menghafal.
Setiap bidang studi memiliki tujuan masing-masing yang sangat ditentukan oleh karakteristik dari masing-masing bidang studi tersebut. Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui
pilihan-pilihan yang ada melalui pilihan-pilihan-pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan/atau distribusi.
Karakteristik Bidang Studi Ekonomi sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Ekonomi (Depdiknas, 2003) adalah sebagai berikut:
1) Mata pelajaran ekonomi berangkat dari fakta atau gejala ekonomi yang nyata.
2) Mata pelajaran ekonomi mengembangkan teori-teori untuk mejelaskan fakta secara rasional.
Siti Nurasiah Zamil, 2013
4) Metode pemecahan masalah cocok untuk digunakan dalam analisis ekonomi sebab obyek dalam ilmu ekonomi adalah permasalahan dasar ekonomi.
5) Inti dari ilmu ekonomi adalah memilih alternatif yang baik.
6) Lahirnya ilmu ekonomi karena adanya kelangkaan sumber pemuas kebutuhan manusia.
Materi mata pelajaran ekonomi bagian dari IPS juga tidak terlepas dari kehidupan manusia dalam interelasi dan interaksi sosial. Dalam bukunya Budiwati dan Permana (2010:18) menyebutkan tujuan dari Mata pelajaran Ekonomi bagi peserta didik adalah sebagai berikut:
1) Memahami sejumlah konsep ekonomi untukmengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan negara
2) Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang
diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi
3) Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggung jawab dengan memiliki
pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumahtangga, masyarakat dan negara. 4) Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai nilai-nilai sosial
ekonomi dalam masyarakat yang manjemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Untuk mencapai keempat tujuan diatas dibutuhkan kemampuan siswa agar dapat berpikir secara kritis dalam penyelesaian permasalahan ekonomi.
Bonnie T. Meszaros, ert. Al dalam Budiwati dan Permana (2010:19) menyebutkan bahwa di Amerika Serikat, kompetensi atau keterampilan utama yang diharapkan dari siswa yang belajar ilmu ekonomi adalah dibangunnya kecakapan dan bakat ilmu ekonomi untuk mengidentifikasi, menganalisis, memeriksa, mengumpulkan dan membandingkan permasalahan-permasalahan ekonomi.
karena itu, Slavin (1994) dalam Baharuddin (2008 : 116) menyatakan bahwa dalam belajar dan pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Esensi dari teori konstruktivisme ini adalah ide. Siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain.
Pendidikan harus menyentuh potensi-potensi yang dimiliki peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika peserta didik harus memasuki kehidupan di masyarakat. Karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah, untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari ataupun dimasa yang akan datang. Sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan tujuan pengetahuan sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang
terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat (Depdiknas:2007).
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (Depdiknas:2007) menyebutkan definisi Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Berbicara tentang IPS di sekolah, banyak hal yang kiranya perlu dibenahi diantaranya tentang strategi dan metode pengajarannya. Strategi dan metode ini tampaknya perlu mendapat perhatian khusus, agar pembelajaran IPS tidak dimaknai siswa hanya sebatas menghafal materi yang cukup banyak.
Kemampuan siswa yang perlu dikembangkan adalah kemampuan berpikir kritis. Dengan berpikir kritis, tentu perlu proses belajar lebih kompleks yang lebih mendalam. Kemampuan ini mendorong siswa untuk merespon suatu masalah dan menemukan solusi terbaik untuk masalah tersebut. Sebagaimana menurut Langrehr (dalam Srigustini, 2012:1)
Siti Nurasiah Zamil, 2013
Budaya kritis yang rendah disebabkan kurangnya usaha pembentukan dan penanaman kebiasaan bersikap dan berpikir kritis sejak dini. Sekolah sebagai institusi pendidikan utama dan mendasar bagi perkembangan individu kurang mengkoordinasikan sikap dan pemikiran kritis secara optimal. Sehingga masalah ini berkelanjutan dan menyebabkan siswa cenderung pasif.
Berdasarkan penelitian awal di SMAN 23 Bandung diperoleh data frekuensi dan presentase jumlah siswa kelas X berupa tes kemampuan berpikir kritis siswa model sri gustini yang dilaporkan pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Frekuensi dan Presentasi Hasil Tes Kemampuan Berikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 23 Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013
No Rentang nilai tes kemampuan berpikir kritis (KKM 75)
Sumber : Data Pra Penelitian, data diolah
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMAN 23 Bandung menunjukkan masih berada pada rentang nilai yang sangat rendah. Uji coba dilakukan pada 38 orang siswa, sebanyak 3 orang siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 85-100 dengan presentase 7,89%, 5 orang siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 75-84dengan presentase 13,15%, 6 orang mendapatkan nilai pada rentang 65-74 dengan presentase 15,78%, 10 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 55-64 dengan presentasi 26,31% dan 14 orang yang mendapatkan nilai kurang dari 54 dengan presentasi 36,84%.
Rendahnya presentase hasil nilai kemampuan berpikir kritis siswa tersebut disebabkan karena siswa tidak memahami dan sulit menguasai konsep-konsep ekonomi dan masih banyaknya siswa yang nilai hasil belajarnya masih rendah. Dari hasil pengamatan diduga guru lebih sering menggunakan model konvensional yaitu metode ceramah sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi berpikir terutama pada kognitif tinggi seperti analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6) melainkan bergerak pada level kognitif rendah saja seperti pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3).
Dari pengamatan di lapangan umumnya proses pembelajaran mata pelajaran ekonomi banyak menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah), sehingga siswa tidak mampu menggali dan memecahkan masalah-masalah dan persoalan ekonomi secara mandiri. Mengingat karakteristik bidang studi ekonomi sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
Penilaian Mata Pelajaran Ekonomi adalah: (1) Mata Pelajaran Ekonomi berangkat dari fakta atau gejala ekonomi yang nyata, (2) Mata Pelajaran Ekonomi
mengembangkan teori-teori untuk menjelaskan fakta secara rasional, (3) Umumnya, analisis yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah metode pemecahan masalah, (4) Metode pemecahan masalah cocok digunakan dalam analisis ekonomi sebab obyek dalam ilmu ekonomi adalah permasalahan dasar ekonomi, (5) Inti dari ilmu ekonomi adalah memilih alternatif yang terbaik, (6) Lahirnya ilmu ekonomi karena adanya masalah kelangkaan sumber pemuas kebutuhan manusia.
Siswa sering mengalami kesulitan dalam menyelesaikan persoalan atau masalah yang sifatnya analisis dan membutuhkan kemampuan berpikir bukan hanya sekedar pemahaman semata untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Metode konvensional yang berbasis hapalan menjadikan siswa jarang dituntut untuk bertanya dan berpikir, sehingga kemampuan berpikir kritiskurang terpacu. Berpikir dapat dipacu dengan mengajukan pertanyaan yang ditingkatkan kompleksitasnya.
Siti Nurasiah Zamil, 2013
mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar adalah guru menggunakan metode discovery dan inquiry. Kedua metode ini dapat membantu melatih siswa menngembangkan kemampuan untuk menemukan dan merefleksikan sifat kehidupan sosial melalui pengembangan kemampuan inkuiri siswa. Menurut Bruce Joyce (Dharmadi, 2010) Orientasi metode inquiry adalah:
1. Adanya aspek-aspek sosial dalam kelas yang dapat menumbuhkan terciptanya suasana diskusi.
2. Adanya hipotesis sebagai arah dalam pemecahan masalah 3. Menggunakan fakta sebagai pengujian hipotesis
Pembelajaran berpikir kritis pada taraf SMA penting dalam membetuk sikap kritis bagi siswa dalam menghadapi masalah-masalah sosial sehingga mampu memecahkan masalah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengangkat judul : STUDI
KOMPARATIF PENGGUNAAN METODE DISCOVERY dan INQUIRY TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK (Studi
Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi dengan Kompetensi Dasar Konsep Ilmu Ekonomi, Permasalahan Ekonomi dan Sistem Ekonomi di Kelas X IPS SMA Negeri 23 Bandung).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Konsep Ilmu Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode discovery dengan yang menggunakan metode inquiry?
3) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Konsep Ilmu Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode inquiry dengan yang menggunakan metode ceramah?
4) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Menganalisis Masalah Ekonomi dan Cara Mengatasinya antara kelas yang menggunakan metode inquiry dengan yang menggunakan metode ceramah?
5) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Menganalisis Masalah Ekonomi dan Cara Mengatasinya antara kelas yang menggunakan metode inquiry dengan yang menggunakan metode discovery?
6) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Menganalisis Masalah Ekonomi dan Cara Mengatasinya
antara kelas yang menggunakan metode ceramah dengan yang menggunakan metode discovery?
7) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Menganalis Sistem Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode ceramah dengan yang menggunakan metode discovery?
8) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Menganalis Sistem Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode ceramah dengan yang menggunakan metode inquiry? 9) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada
Kompetensi Dasar Menganalis Sistem Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode discovery dengan yang menggunakan metode inquiry?
1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Siti Nurasiah Zamil, 2013
1) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Konsep Ilmu Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode discovery dengan yang menggunakan metode inquiry.
2) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Konsep Ilmu Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode discovery dengan yang menggunakan metode ceramah.
3) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Konsep Ilmu Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode inquiry dengan yang menggunakan metode ceramah.
4) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Menganalisis Masalah Ekonomi dan Cara Mengatasinya
antara kelas yang menggunakan metode inquiry dengan yang menggunakan metode ceramah.
5) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Menganalisis Masalah Ekonomi dan Cara Mengatasinya antara kelas yang menggunakan metode inquiry dengan yang menggunakan metode discovery.
6) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Menganalisis Masalah Ekonomi dan Cara Mengatasinya antara kelas yang menggunakan metode ceramah dengan yang menggunakan metode discovery.
7) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Menganalis Sistem Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode ceramah dengan yang menggunakan metode discovery.
9) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Menganalis Sistem Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode discovery dengan yang menggunakan metode inquiry.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1) Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian lebih lanjutbaik sebagai peluasan dari penelitian terdahulu maupun sebagai replikasi penelitian sebelumnya secara lebih mendalam di kemudian hari terutama yang berhubungan dengan pengembangan metode pembelajaran discovery dan metode pembelajaran inquiry. Disamping itu pula peneliti akan memperoleh pengalaman berfikir dalam memecahkan masalah yang berhubungan
dengan pendidikan dan pengajaran. 2) Secara Praktis
a. Bagi Penulis
Memperoleh wawasan dan pengetahuan penulis khususnya tentang bagaimana penerapan metode pembelajaran discovery dan metode pembelajaran inquiry terhadap Kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMAN 23 Bandung. Serta memberikan bekal bagi penulis berupa pengalaman kemasyarakatan sebagai calon guru dimasa yang akan datang agar dapat mendidik dan mengajar siswa dengan lebih memahami karakteristik siswa tersebut.
b. Bagi Siswa
Dengan diterapkannya metode discovery dan inquiry ini diharapkan siswa jadi mengetahui bahwa pembelajaran tidak hanya dilakukan dengan metode ceramah saja.
c. Bagi Guru
Siti Nurasiah Zamil, 2013
yang merupakan salah satu model mengajar alternatif dalam upaya untuk memberikan kemampuan berpikir kritis kepada siswa. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan gambaran perbedaan pemahaman siswa yang menggunakan metode pembelajaran discovery dan metode pembelajaran inquiry dengan siswa yang menggunakan pembelajaran dengan model konvensional bagi para guru sebagai alternatif dalam mengajar dikelas.
d. Bagi Sekolah
BAB III METODOLOGI
1.1 Metode Penelitian
Dalam Sugiyono (2010:2) menyebutkan bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu.
Dalam penelitian ini digunakan metode Quasi experimental design (eksperimen semu) yaitu jenis eksperimen yang menggunakan seluruh subjek yang utuh (intact group) untuk diberi perlakuan (treatment). Bentuk quasi eksperimental design (eksperimen semu) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Counterbalanced design.
1.2 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang berkaitan dengan metode dan alasan mengapa metode tersebut digunakan dalam penelitian (Sugiono, 2010:205 )
Desain dalam penelitian ini bila dibuat bagan sebagai berikut: Tabel 3.1
Desain Penelitian Counterbalanced design
Kelas A X1 O1 X2 O2 X3 O3
Kelas B X2 O2 X3 O3 X1 O1
Kelas C X3 O3 X1 O1 X2 O2 Sumber : Jack R Fraenkel & Norman E. Wallen (1993:253)
Keterangan :
X1 = Penggunaan metode pembelajaran Discovery.
Siti Nurasiah Zamil, 2013
Menurut Fraenkel (1993:253)
“counterbalanced design represent another technique for equating experimental and control groups. In this design, each group is exposed to all threatments. However many there are, but in a different or there. Any number of treatment maybe involved and example a diagram for a counterbalanced design involving three treatment is as follows”.
Dalam counterbalanced design ini menggunakan tiga kelas dimana semua kelas merupakan kelas eksperimen.
Desain penelitian ini menggunakan tiga kelas dimana setiap kelasnya merupakan kelas eksperimen dan tidak ada kelas kontrol karena di dalam desain ini dilakukan treatment di dalam setiap kelasnya, hanya saja perbedaannya adalah terletak pada sub bahasan atau kompetensi dasar yang dilakukan di setiap kelas dengan berbeda treatment. Desain penelitian Counterbalanced design tidak menggunakan pre test tapi di dalam desain ini siswa hanya diberi post test saja sebagai tolok ukur keberhasilan pembelajaran.
1.3 Populasi dan Sampel 1.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:80).
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 23 Bandung dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 23Bandung.
1.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010:81).
1.4 Operasional Variabel
Tabel 3.2 Operasional variabel
Konsep Teoritis Variabel Definisi Operasional Konsep Analisis
Discovery adalah penemuan yang berarti proses mental dimana anak/individu
Langkah yang dilakukan dalam melaksanakan metode
discovery adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi kebutuhan siswa;
2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan;
3. Seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
4. Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa; 5. Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan; 6. Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang
akan dipecahkan;
7. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;
8. Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
9. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
10. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
11. Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya. peserta didik sebagai subyek belajar yang
Langkah yang dilakukan dalam melaksanakan metode
inquiry adalah sebagai berikut:
1) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan.
2) Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa.
3) Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik.
4) Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya.
5) Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan
Penerapan metode pembelajaran
inquiry pada semua
kelas eksperimen
Berpikir kritis adalah upaya pedalaman tersebut. Setiap orang memiliki pola pikir (domain) kognitif dari tujuan proses belajar mengajar. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dapat diketahui melalui soal – soal kognitif pada ranah C4, C5 dan C6
Siti Nurasiah Zamil, 2013 1.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011:148).
a. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis dalam bentuk tes pilihan ganda sebanyak 30 soal. Setiap soal dibuat untuk
menguji kemampuan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan Memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan dan sistem ekonomi. Tes ini dilakukan hanya satu kali pada saat selesai pembelajaran (post test) yang bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa terhadap pokok bahasan Memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan dan sistem ekonomi.
Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian: 1) Membuat kisi-kisi soal
2) Membuat hubungan indikator dan butir soal 3) Telaah soal
4) Membuat butir soal dan kunci jawaban
5) Instrumen yang telah disusun dikonsultasikan dengan guru dan dosen pembimbing.
b. Lembar Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran langsung mengenai aktivitas siswa dan aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung
1.6 Pengujian Instrumen Penelitian 1.6.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
Valid menurut Gronlund (1985) dalam Sukardi (2008 : 30) dapat diartikan sebagai ketepatan interpretasi yang dihasilkan dari skor tes atau instrumen evaluasi.
Suatu instrumen evaluasi dikatakan valid apabila instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak di ukur (Sukardi, 2008 : 31)
Untuk mengukur validitas soal digunakan rumus korelasi yaitu:
rxy = Koefisien korelasi butir
∑X = Jumlah skor tiap item
∑Y = Jumlah skor total item
∑X2 = Jumlah skor-skor X yang dikuadratkan
∑Y2 = Jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan
∑XY = Jumlah perkalian X dan Y N = Jumlah sampel
Setelah harga koefisien korelasi ( rxy ) diperoleh, disubstitusikan ke rumus
uji ‘t’ yaitu :
Tabel 3.3 Kriteria Validitas
Besarnya nilai Intepretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Antara 0,000 sampai dengan 0,200
Tinggi Microsoft Excel, diperoleh hasil uji validitas tampak pada tabel berikut ini :
Tabel 3.4 Sumber: Hasil Pengolahan data Ms. Excel 07
Siti Nurasiah Zamil, 2013 1.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil Arikunto (2009 : 86). Seperti halnya beberapa teknik juga menggunakan rumus korelasi product moment untuk mengetahui validitas, kesejajaran hasil dalam reliabilitas tes.Untuk menguji reliabilitas, dalam penelitian ini digunakan teknik
ganjil-genap dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membagi item-item yang valid menjadi dua belahan, dalam hal ini diambil nomor ganjil (x) dan genap (y), dimana x merupakan belahan pertama, dan y merupakan belahan kedua.
b. Skor masing-masing item pada setiap belahan dijumlahkan, sehingga menghasilkan dua skor total masing-masing responden, yaitu skor total belahan pertama dan skor belahan kedua.
c. Mengkorelasi skor belahan pertama dengan skor belahan kedua dengan teknik korelasi product moment.
d. Mencari angka reliabilitas keseluruhan item tanpa dibelah, dengan cara mengkorelasi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukannya kedalam rumus Spearman Brown yaitu :
(Arikunto, 2009: 93)
Dimana :
= koefisisen reliabilitas internal seluruh item
= korelasi Product Moment antara belahan (ganjil-genap) atau (awal-akhir)
Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas
Koefisien Kolerasi Interprestsi
0,81 - 1,00 0,61 - 0,80 0,41 - 0,60 0,21 - 0,40 0,00 - 0,20
Tinggi Cukup Agak rendah
Rendah Sangat rendah
(Arikunto, 2009: 75)
Dengan bantuan Microsoft Excel diperoleh nilai rhitung = 1.025 Adapun nilai rtabel dengan n = 30 dan taraf nyata (α) = 0,05 didapat 0,361. Hal ini berarti rhitung lebih besar dari rtabel (0,978 > 0,361). Dengan demikian instrumen penelitian untuk mengukur hasil belajar siswa terkait berpkir kritis tentang kebutuhan dapat dinyatakan mempunyai daya ketepatan atau dengan kata lain reliable dengan tingkat reliabilitas termasuk pada kategori tinggi.(Perhitungan secara detail dapat di lihat pada lampiran 2.2)
1.6.3 Taraf Kesukaran
Yang dimaksud dengan taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring banyaknya subjek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul (Arikunto, 2009 : 176). Jika banyak subjek peserta tes yang dapat menjawab
dengan benar maka taraf kesukaran tes tersebut tinggi.Sebaliknya jika hanya sedikit dari subjek yang dapat menjawab dengan benar maka taraf kesukarannya rendah.Taraf kesukaran tes dinyatakan dalam indeks kesukaran (difficulty index). Taraf kesukaran dinyatakan dengan P dan dicari dengan rumus:
(Arikunto, 2009 : 176) Keterangan :
Siti Nurasiah Zamil, 2013
J = banyaknya subjek yang ikut mengerjakan tes
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut.Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Adapun kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut :
- Soal dengan P 0,01sampai 0,30 adalah soal sukar - Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang - Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah
(Arikunto, 2009 : 210) Dari tabel lampiran 2.3 dapat disimpulkan bahwa kriteria dari uji tingkat kesukaran dari soal-soal yang telah diolah memiliki tingkat kesukaran yang cukup bervariasi sebagaimana ditunjukkan tabel berikut ini.
Tabel 3.6
Rekapitulasi Jumlah Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran
Tk. Kesukaran Jumlah Soal % No. Soal
Mudah 2 6.7 17, 24
Sedang 28 93.3
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25,
26, 27, 28, 29, 30
Sukar - - -
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 30 soal yang dijadikan instrumen tes hasil belajar berpikir kritis tentang kebutuhan, 2 soal diantaranya termasuk pada kategori mudah, dan sisanya sebanyak 28 soal termasuk pada kategori sedang.
1.6.4 Daya Pembeda
pintar maupun bodoh tidak dapat menjawab dengan benar. Soal tersebut tidak baik juga karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja. Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda setiap butir tes adalah :
(Arikunto, 2009 : 177) Keterangan :
D = daya pembeda butir
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab betul JA = banyaknya subjek kelompok atas
BB = banyaknya subjek kelompok bawah yang menjawab betul JB = banyaknya subjek kelompok bawah
Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda
Interval Kriteria
DP ≤ 0,00 0,00 < DP ≤ 0.20 0,20 < DP ≤ 0,40 0,40 < DP ≤ 0,70 0,70 < DP ≤ 1,00
Sangat jelek Jelek
Cukup Baik
Sangat Baik
(Arikunto, 2009 : 211) Dari tabel lampiran 2.4 didapatkan bahwa kriteria dari uji daya pembeda dari soal-soal yang telah diolah kebanyakan memiliki daya pembeda yang cukup bervariasi .
Siti Nurasiah Zamil, 2013
Tabel 3.8
Rekapitulasi Jumlah Soal Berdasarkan Daya Pembeda
Daya Pembeda Jumlah Soal % No. Soal
Jelek - - -
Cukup 27 90
1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 24, 25,
26, 27, 28, 29, 30
Baik 3 10 6, 18, 23
Baik Sekali - - -
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 30 soal yang dijadikan
instrumen tes hasil belajar berpikir kritis tentang kebutuhan, terdapat 3 item yang memiliki daya pembeda dengan kategori baik dan sisanya sebanyak 27 soal termasuk pada kategori cukup.
1.7 Tahapan Penelitian
Penelitain ini dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengolahan data dan kesimpulan.
1) Tahapan persiapan
a. Menentukan masalah
b. Melakukan pra penelitian untuk mengatahui tingkat berpikir siswa
c. Melakukan perizinan kepada pihak-pihak terkait dalam peneliltian ini
d. Menetapkan waktu penelitian, standar kompetensi dan materi pelajaran yang akan dipergunakan dalam penelitian
2) Tahapan pelaksanaan penelitian a. Menyusun instrumen tes
b. Menentukan jumlah soal yang akan dijadikan instrumen
penelitian
d. Menganalisis validitas, realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran instrumen penelitian
e. Mengganti soal-soal yang belum valid
f. Mengadakan uji coba lagi hingga instrumen penelitian valid dan reliable
g. Memilih sampel penelitian
h. Menentukan waktu penelitian untuk menerapkan metode pembelajaran Discovery dan Inquiry dengan cara menghubungi guru bidangstudi yang bersangkutan
i. Melakukan eksperimen berupa penerapan treatment pada semua kelas
j. Memberikan post-test pada semua kelas.
k. Menguji kesamaan dan perbedaan hasil post-test pada setiap kelas eksperimennya
l. Membandingkan perbedaan hasil skor gain di semua kelas untuk mengetahui apakah penerapan perlakuan metode-metode eksperimen berkaitan dengan hasil yang diperoleh
3) Pengolahan data
Pengolahan data meliputi analisis data dengan menggunakan pengujian statistik yatu :
a. Uji normalitas untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak.
b. Homogenitas untuk mengetahui apakah varians sampel yang akan dikomparasikan itu homogen atau tidak.
4) Kesimpulan penelitian
Membuat interpretasi dan kesimpulan berdasarkan hipotesis yang telah
Siti Nurasiah Zamil, 2013
1.8 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Berdasarkan tujuan penelitian ini, penulis menentukan data akurat yang diperoleh melalui alat pengumpul data atau instrumen untuk mengetahui pemahaman konsep siswa tentang kebutuhan berupa tes pilihan ganda.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data (Sugiyono, 2011 : 308).
Untuk memperoleh data mengenai berpikir kritis tentang kebutuhan diperlukan seperangkat alat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis yang terdiri dari tes pilihan ganda. Tes dilakukan hanya satu kali yaitu sesudah penerapan treatment (post-test). Dan tes ini berlaku untuk ketiga kelas yang semuanya merupakan kelas eksperimen.
1.8.1 Tes Akhir (Post-Test)
Tes akhir (post-test) dilakukan pada akhir penelitian dengan tujuan untuk mengetahui dan mengukur berpikir siswa tentang kebutuhan setelah dilaksanakan eksperimen dengan menggunakan 3 (dua) metode pembelajaran pada kelas yang berbeda, yaitu menggunakan metode pembelajaran Discovery, Inquiry dan ceramah secara bergantian pada setiap kelas eksperimen.
1.9 Teknik Analisis Data 1.9.1 Uji Homogenitas
Uji Homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah varians sampel yang akan dikomparasikan itu homogen atau tidak. Varians adalah standar
deviasi yang dikuadratkan. Uji Homogenitas varians digunakan uji F. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
a) Menentukan varians dari dua sampel yang akan diuji b) Menghitung nilai F dengan rumus :
Dengan S2b = varians yang lebih besar S2k = varian yang lebih kecil Kebebasan (dk) = (ni– 2)
c) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F dari tabel
F hitung F tabel, artinya kedua sampel homogen F hitung F tabel, artinya kedua sampel tidak homogen
(Siregar, 2004 :50) 1.9.2 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik. Untuk menguji normalitas, maka langkah-langkah yang ditempuh adalah :
a) Menghitung mean skor kelompok b) Mencari dan menghitung deviasi standar
c) Membuat daftar frekuensi observasi (fo) dan frekuensi ekspektasi (fe) dengan menempuh langkah-langkah sebagia berikut :
1) Menentukkan banyaknya kelas (k) dengan rumus : K = 1+ 3,3 log n
2) Menentukan panjang kelas (p) dengan rumus :
P = r/k dimana r = rentang skor d) Menentukan nilai baku z, dengan menggunakan rumus :
Z =
Ɩ
= |
Ɩ
1–
Ɩ
2|
; E
i= n x1
e) Mencari harga chi-kuadrat (χ2) dengan rumus :
χ2= Σ
Menentukan derajat kebebasan
Menentukan χ2
Siti Nurasiah Zamil, 2013
Fe = frekuensi yang diharapkan f) Penentuan normalitas
Jika : χ2
hitung χ2 tabel, data berdistribusi normal
χ2hitung χ2
tabel, data berdistribusi tidak normal
(Siregar, 2004 :87) 1.10 Uji Hipotesis
Apabila data tes pemahaman bedistribusi normal dan homogen, maka untuk mengkaji hipotesis digunakan statistik parametrik yaitu uji t independen sesuai rumus berikut:
t =
√{ }{ }
(Arikunto, 2007 : 311)
Dengan :
M1 = mean strategi pembelajaran discovery dan inquiry M2 = mean skor pemahaman
N1 = N2 = Jumlah siswa
x = deviasi setiap nilai X1 dan X2 y = deviasi setiap nilai Y1 dan Y2
Hasil yang diperoleh dikonsultasikan pada tabel distribusi t untuk tes dua sisi. Adapun caranya :
a. Menentukan derajat kebebasan dk = (N1 – 1) + (N2 – 1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 3 (tiga) kelas eksperimen kelas X IPS di SMA Negeri 23 Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Konsep Ilmu Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode discovery dengan yang menggunakan metode inquiry. Hasil post-test pada kedua kelas eksperimen menunjukan banyaknya siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM. 2. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kompetensi
dasar Mendeskripsikan Konsep Ilmu Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode discovery dengan yang menggunakan metode ceramah. Hasil post-test pada kelas yang menggunakan metode discovery jauh lebih bagus dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode ceramah meskipun perbedaannya tidak begitu besar.
3. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kompetensi dasar Mendeskripsikan Konsep Ilmu Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode inquiry dengan yang menggunakan metode ceramah. Hasil post-test pada kelas yang menggunakan metode inquiry jauh lebih bagus dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode
ceramah.
4. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi
Siti Nurasiah Zamil, 2013
5. Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Menganalisis Masalah Ekonomi dan Cara Mengatasinya antara kelas yang menggunakan metode inquiry dengan yang menggunakan metode discovery. Hasil post-test pada kedua kelas eksperimen menunjukan sebagian besar siswa mampu menyeselasikan test kemampuan berpikir kritis dengan benar.
6. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Menganalisis Masalah Ekonomi dan Cara Mengatasinya antara kelas yang menggunakan metode ceramah dengan yang menggunakan metode discovery. Hasil post-test pada kelas yang menggunakan metode ceramah lebih kecil dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode discovery.
7. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi Dasar Menganalis Sistem Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode ceramah dengan yang menggunakan metode discovery. Hasil post-test pada kelas yang menggunakan metode ceramah lebih kecil dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode discovery. 8. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada Kompetensi
Dasar Menganalis Sistem Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode ceramah dengan yang menggunakan metode inquiry. Hasil post-test pada kelas yang menggunakan metode ceramah jauh lebih kecil dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode inquiry. 9. Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada
Kompetensi Dasar Menganalis Sistem Ekonomi antara kelas yang
1.2 Saran
Berdasarkan proses penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran discovery dan inquiry sebagai salah satu metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran ekonomi. Oleh karena itu, dari penelitian ini disampaikan saran sebagai berikut :
1. Bagi guru diharapkan dalam proses pembelajarannya tidak hanya menggunakan metode ceramah, karena hal tersebut akan membuat siswa lebih pasif. Dengan menerapkan metode pembelajaran discovery dan inquiry dapat meningkatkan keaktifan siswa, dilatih untuk dapat lebih memahami materi pembelajaran.
2. Bagi siswa diharapkan agar aktif dalam penerapan metode pembelajaran discovery dan inquiry, karena peran siswa dalam pembelajaran menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.
3. Bagi pihak sekolah diharapkan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan pengetahuan tentang pembelajaran yang variatif melalui berbagai seminar, lokakarya, semiloka dan diklat yang dilaksanakan oleh institusi pendidikan, terutama berkenaan dengan proses pengajaran dan pembelajaran sehingga inovasi-inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menambah ilmu mengenai metode pembelajaran discovery dan inquiry dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga pada penelitian selanjutnya dapat dikembangkan secara lebih mendalam dengan menggunakan
Siti Nurasiah Zamil, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu dan TriPrasetya Joko. 1997. SBM Strategi Belajar Mengajar. Semarang : Pustaka Setia
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pndekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Baharuddin. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruz Media Bahri, Syaiful. 1997. Srategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Budiwati Neti dan Permana Leni. (2010). Perencanaan Pembelajaran Ekonomi. Bandung : Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi UPI Bandung
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dharmadi, Hamid. 2010. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Metode Inquiry pada SMP Negeri Kabupaten Bengkayang dengan Studi Pengembangan Model Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Negeri Kabupaten Bengkayang Tahun Pembelajaran 2010/2011.
[online]. Tersedia:
http://hamiddarmadi.blogspot.com/2011/04/pembelajaran-ips-melalui-metode-inquiri-.html diakses pada 11 Juni 2013
Didin. (2007). “Penggunaan Metode Pemecahan Masalah dalam Pendekatan Konstektual Sebagai Upaya dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Analisis Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah”. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung : Tidak Diterbitkan.
Djamarah, Syaiful Bahri (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta
Gulo, W. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo
Isjoni. 2007. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung : Alfabeta
Karli Hilda dan Sri Yuliaratiningsih Margaretha. (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Bina Media Informasi
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosda Karya
Purwanto, Ngalim. (2006). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya
Siregar, S. (2004). Statistika Terapan. Bandung : Grasindo
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta : Rineka Cipta
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1986. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sunaryo Kuswana, Wowo. 2011. Taksonomi Berpikir. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Kontruktivistik. Yogyakarta : USD
Suryosubroto. 2008. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta Syah, Muhibbin.2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya
Trianto.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka Publisher
UPI. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Upi Press
Weber, E. 1997. Roundtable Learning: Building Understanding Through
Enhanced MI Strategies. Tucson, AZ : Zephyr Press