• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK-ALOUDS TERHADAP PERKEMBANGAN METAKOGNITIF DAN KEMAMPUAN MENULIS DONGENG SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK-ALOUDS TERHADAP PERKEMBANGAN METAKOGNITIF DAN KEMAMPUAN MENULIS DONGENG SISWA."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ……….. i

LEMBAR PERNYATAAN ……….. ii

KATA PENGANTAR ………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………. iv

ABSTRAK ……….. v

DAFTAR ISI ……….. vi

DAFTAR BAGAN ………. viii

DAFTAR GAMBAR ………. ix

DAFTAR TABEL ………... x

DAFTAR LAMPIRAN ………. xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………... 1

B. Identifikasi dan Pertanyaan Penelitian ………... 6

C. Tujuan Penelitian ……… 6

D. Manfaat Penelitian ………. 7

E. Hipotesis Penelitian ……….… 8

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….... 8

G. Struktur Organisasi Tesis ……… 9

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Think-alouds …..……….. 11

Prosedur think-alouds ………. 14

B. Perkembangan Metakognitif ……….. 16

1. Komponen Metakognitif ……….... 18

2. Manfaat Metakognitif ………... 26

C. Keterampilan Menulis ………... 27

I. Keterampilan Berbahasa ……… 27

II. Keterampilan Menulis ……… 29

1. Unsur-unsur Tulisan ……….... 32

2. Bentuk-bentuk Tulisan ………... 34

D. Bercerita atau Mendongeng ………... 38

1. Pengertian Dongeng ………. 38

2. Tujuan Dongeng ………... 40

3. Unsur-unsur Intrinsik Dongeng ……….... 40

4. Jenis Dongeng ………... 42

(2)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ……….….…..………. 45

Lokasi dan Subjek Penelitian ……….………... 47

B. Prosedur Penelitian ……….………... 47

1. Tahap Perencanaan Penelitian ……….………. 47

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ……….. 49

3. Tahap Pengolahan Data Penelitian ……….………. 50

C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ………. 51

D. Instrumen Penelitian ………. 52

E. Teknik Pengolahan Data ……….. 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian dan Pembahasan ……… 66

1. Analisis Model Pembelajaran Think-alouds …….……… 66

2. Analisis Tes untuk Mengukur Kemampuan Menulis Dongeng ………. 68

3. Perkembangan Metakognitif …..………... 87

4. Analisis Hasil Observasi …….………. 91

5. Analisis Hasil Wawancara dan Angket ………..…………... 94

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ………..…. 95

B. Saran ………..… 98

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(3)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Model pembelajaran yang dipopulerkan oleh para ahli merupakan suatu

metode pembelajaran yang cukup penting dilakukan oleh seorang guru, sebagai

upaya untuk mencapai pendidikan yang lebih baik. Dari sedemikian banyak model

yang diperkenalkan, Model pembelajaran Think-alouds adalah salah satunya.

Perubahan sistem pendidikan, program kurikulum, strategi belajar mengajar,

sarana dan prasarana pendidikan mempengaruhi perkembangan siswa baik

akademis, sosial maupun pribadi. Oleh karena itu siswa diharapkan mampu

menyesuaikan diri dengan perkembangan pendidikan yang berlangsung. Tetapi

menyesuaikan diripun seringkali mengalami hambatan dan kesulitan yang cukup

berarti disesuaikan dengan perkembangan pendidikannya.

Ada satu catatan dalam tulisan Safa‟atm (2008) bahwa indikator

pemahaman siswa memiliki pemahaman diri yang terwujud dalam bentuk mampu

memperlihatkan kesadaran metakognitif, mampu mengenali dirinya baik

kebiasaan baik maupun tidak baik, mampu menyadari ketidaktahuannya sehingga

terefleksi dalam proses belajar, merupakan bagian penting yang harus dilatihkan

kepada siswa agar mendapatkan pemahaman yang bermakna.

Lormning (dalam Sobari, 2006: 8) melakukan penelitian efek dari strategi

pembelajaran kelompok dalam interaksi lisan pada siswa dan perolehan prestasi

berdasarkan perubahan konsep bidang ilmu pengetahuan umum, hasil penelitian

(4)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan (cooperative Learning) memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding

dengan siswa yang tidak menggunakan strategi pembelajaran bersama

(cooperative learning).

Johnson dan Johnson (Abdurrahman 1999 dalam Sobari, 2006: 9)

melakukan penelitian yang hasilnya menunjukan bahwa interaksi kooperatif

memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh

positif tersebut adalah:

a. Meningkatkan prestasi hasil belajar b. Meningkatkan retensi (daya ingat)

c. Dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi d. Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik

e. Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen f. Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah g. Meningkatkan sikap positif terhadap guru

h. Meningkatkan harga diri anak

i. Meningkatkan perilaku penyesuaian social yang positif j. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.

Selain itu, kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan dapat

menjadi penghambat terhadap pencapaian pendidikan yang maksimal. Model

pembelajaran yang dapat mengatasi masalah yang muncul saat ini salah satunya

adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dimana siswa bekerja sama

dengan teman sebayanya untuk menemukan solusi dari permasalahan yang

muncul.

Sebuah model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia adalah model pembelajaran Think-alouds.

Dimana siswa diberikan sebuah permsalahan, kemudian guru memberikan sedikit

(5)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan dan kemudian saling memberikan informasi antara satu sama lain sehingga

didapatkan sebuah hasil pembicaraan yang utuh.

Kaitannya dengan pengajaran Bahasa Indonesia, ada empat keterampilan

yang harus dimiliki siswa, yaitu; keterampilan menyimak/mendengarkan,

keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.

Seluruh keterampilan tersebut tentunya saling berkaitan.

Menurut Suyatna (dalam Karlina, 2011: 2) “… Sedangkan berbicara dan

menulis adalah keterampilan produktif yang terlibat langsung secara aktif

memproduksi gagasan maupun informasi sehingga bisa didengar maupun dibaca

oleh orang lain.”

Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

berbahasa yang mempunyai peranan penting. Dengan menulis seseorang dapat

mengungkapkan segala ide, gagasan atau bahkan saran juga pendapat yang

dilimiki seseorang melalui tulisan. Menulis merupakan keterampilan yang cukup

kompleks dan rumit dilakukan, selain seorang penulis memiliki kemampuan

berbahasa juga harus memperhatikan tata bahasa, tata tulis, gaya bahasa, jenis

kalimat dan unsur-unsur lain dalam menulis.

Berdasarkan data International Study of Achievement in Written

Composition (dalam Rahman, 2011) bahwa Indonesia merupakan Negara yang

budaya menulis dan membacanya masih berada di bawah rata-rata. Indonesia

masih berbudaya lisan, karena masih banyak orang yang berbicara daripada

(6)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Ada banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan menulis

orang Indonesia, Menurut Durahman dalam Herniati (2006: 5) beberapa hambatan

dalam menulis:

Hambatan yang pertama yaitu seseorang mengalami kesulitan

mengungkapkan pendapat ke dalam tulisan. Hambatan kedua yaitu kurangnya

pengetahuan dan bahan yang akan ditulis. Hambatan ketiga adalah kurang

memadainya kemampuan kebahasaan/seni berbahasa yang dimiliki. Hambatan

yang keempat adalah kurangnya pengetahuan tentang kaidah-kaidah menulis. Dan

hambatan yang terakhir adalah kurangnya kesadaran akan pentingnya latihan

menulis.

Dalam pembelajaran bahasa di SD siswa terlihat kurang memiliki

kemampuan dalam keterampilan menulis, hal ini dikarenakan kurangnya

kemampuan dalam berpikir atau merangkai kata menjadi kalimat yang bisa

dipahami orang lain. Maka dari itu hal yang perlu diperhatikan dalam menulis

adalah kemampuan dalam memahami sesuatu hal, dimana pemahaman merupakan

hal yang dimiliki sendiri oleh siswa. Dengan demikian siswa dapat

mengembangkan kemampuan pemahaman dengan mengembangkan metakognitif

yang dimilikinya. Rofiuddin (dalam Fajari, 2011: 8) mengatakan bahwa pemilihan

materi dan strategi pembelajaran belum diarahkan pada upaya peningkatan

kemampuan intelektual siswa (khususnya berpikir kritis-kreatif) sehingga

kemampuan siswa dalam berpikir kritis-kreatif juga masih rendah.

Berdasarkan data yang diperoleh oleh Rofiuddin (dalam Fajari, 2011:8)

(7)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan rerata kemampuan membaca siswa 33,039, dan skor rerata kemampuan

menulisnya sebesar 32,064. Hal ini menunjukan bahwa tingkat penguasaan

berpikir, kemampuan membaca dan menulis sekolah dasar di pulau Jawa masih

jauh dari harapan.

Dongeng merupakan sarana atau penghubung antara dunia anak dan dewasa,

seorang akan dapat dengan mudah memahami sesuatu bila diberikan/diceritakan

dalam bentuk dongeng.

Dengan dongeng, imaginasi anak dapat bergerak bebas dan bahkan tanpa

batas, hingga dapat menyebabkan mereka dapat bercerita mengenai berbagai hal

yang tak bisa dipahami orang dewasa. Sekarang ini banyak cerita dongeng yang

tidak diketahui oleh anak-anak, padahal Indonesia memiliki begitu banyak

dongeng dan cerita dari berbagai suku dan budaya yang demikian kayanya. Mulai

dari wilayah timur Indonesia hingga wilayah barat Indonesia, dari Sabang sampai

Merauke. Begitu miskinnya cerita dongeng yang diketahui siswa sehingga ketika

ditanya dongeng, mereka atau bahkan orang-orang dewasa yang hidup di abad 20,

akan menyebutkan „Malin Kundang- Anak Durhaka‟, „Sangkuriang-Anak yang

menikahi Ibu Kandung‟, dan tidak banyak dongeng lain yang bisa disebutkan.

Padalah dari dongeng kita bisa mengenal baik buruk perilaku dan tinggi rendah

moral manusia, mana yang bisa kita ambil sebagai pelajaran yang harus dihindari

atau kita ambil sebagai teladan.

Mungkin bisa jadi karena kita tidak mengenal cerita/ dongeng negeri

sendiri, maka kita dan bahkan anak keturunan kita lupa akan budaya dan asal usul

(8)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan

dance‟, dan „rock music‟, karena berasal dari luar negeri dan terkenal di dunia.

Namun demikian bila kita telaah lebih jauh, baik itu jenis musik maupun aksi-aksi

kebudayaan barat, tidak akan lepas dari „kekerasan‟ dan „kebrutalan‟. Dan

kebudayaan itulah yang makin ditiru oleh siswa-siswi kita.

Berdasarkan temuan tersebut, penulis bermaksud untuk menganalisa

masalah dan temuan yang terjadi sehingga termuat dalam sebuah judul penelitian

„Pengaruh Model Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif dan

Kemampuan Menulis Dongeng‟.

B. Identifikasi Dan Perumusan Masalah

Masalah Penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada

menulis dongeng bagi siswa kelas 5 Sekolah Dasar dengan menggunakan Model

pembelaran Think-alouds sesuai dengan perkembangan metakognitif yang

dimiliki siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas maka sebagai pertanyaan penelitian yang dapat

dikemukakan disini adalah;

1. Apakah Model Pembelajaran Think-alouds dapat berpengaruh pada

perkembangan metakognitif Siswa?

2. Apakah Model Pembelajaran Think-alouds dapat berpengaruh pada

kemampuan menulis dongeng?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah;

1. Mengetahui pengaruh model pembelajaran Think-alouds terhadap

(9)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan 2. Mengetahui pengaruh pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Think-alouds terhadap kemampuan menulis dongeng siswa

di kelas 5 SD.

D. Manfaat Penelitian

Dengan pelaksanaan penelitian ini diharapkan akan ada manfaat yang

dapat diambil atau dipergunakan.

A. Manfaat penelitian secara teoritis:

Dapat digunakan sebagai sarana dalam peningkatan perkembangan

metakognitif dan kemampuan menulis dongeng bagi peserta didik. Dan sebagai

kontribusi atau sumbang pemikiran yang dapat dijadikan kerangka acuan bagi

pihak yang berkepentingan untuk mendalami penelitian yang lebih lanjut.

B. Manfaat penelitian secara praktis:

1. Bagi guru maupun pendidik lainnya sebagai suatu strategi yang bisa

dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis

dongeng.

2. Bagi Siswa dapat bermanfaat untuk lebih sadar belajar dan mengetahui

kontrol diri baik dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan

sehari-hari. Mengetahui kapan waktu yang tepat dan apa yang harus

dilakukan, atau melakukan ulangan (membaca ulang) secara sadar ketika

menemui kesulitan.

3. Bagi peneliti hasil-hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti

empiris tentang efektifitas model pembelajaran think-alouds dalam

(10)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa, yang nantinya dapat

dipergunakan oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan terkait

dengan penelitian ini.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

1. H0: µ 1 = µ 2, kemampuan menulis dongeng pada siswa yang

menggunakan model pembelajaran think-alouds dengan pembelajaran

konvensional tidak ada perbedaan.

2. H1: µ 1 > µ 2, adanya peningkatan kemampuan menulis pada siswa

yang menggunakan model pembelajaran think-alouds lebih tinggi

dibanding dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran

konvensional.

F. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

Berdasarkan judul yang diajukan dalam penelitian ini, maka Variabel

penelitian dan definisi operasional yang muncul sehingga dapat dijelaskan sebagai

berikut;

1. Model Pembelajaran Think-alouds

Model pembelajaran adalah sebuah strategi yang digunakan guru dalam

upaya melakukan perubahan atau perbaikan dalam pembelajaran sehingga

terjadi pembelajaran yang lebih bermakna dalam kehidupan, dengan cara

membangun skemata anak tentang sebuah ide/judul sebuah dongeng,

(11)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan sulit yang ditemui dalam dongeng kemudian terjadi sebuah diskusi

kelompok kecil untuk mendapatkan jawaban yang tepat dari pertanyaan

yang diajukan. Dengan demikian diharapkan pemahaman siswa yang

dikenai terapan akan meningkat juga terjalin kerjasama dan sosialisasi yang

baik antar siswa sehingga bermanfaat tidak hanya untuk pelajaran tersebut

namun juga untuk pelajaran lainnya.

2. Perkembangan Metakognitif

Adalah tahapan perbaikan kemampuan dari segala sesuatu yang dimiliki

siswa dalam menciptakan sebuah karya di awali dengan bagaimana sebuah

ide dongeng terbangun, bagaimana pengembangan gambaran dongeng

tersebut, hingga terlahirnya sebuah dongeng berdasarkan pada skemata yang

dimiliki dan kemudian digambarkan sehingga menjadi sebuah dongeng

yang utuh dan menarik.

3. Kemampuan Menulis

Kemampuan menulis adalah suatu keterampilan menulis yang dimiliki

seseorang dalam melakukan sesuatu untuk menunjukan eksistensi seseorang

terhadap suatu prestasi yang diperoleh dan diwujudkan melalui tulisan

hingga tercapai tujuan akhir tulisan, yaitu hasil karya. Kemampuan dapat

diperoleh dan ditingkatkan dengan cara dilatih karena kemampuan

merupakan skill atau keterampilan yang bisa dikembangkan dan

dimanfaatkan orang lain melalui hasil karyanya.

G. Struktur Organisasi Tesis

(12)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I tersusun atas latar belakang masalah, identifikasi dan

pertanyaan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian,

variable penelitian dan definisi oprasional dan yang terakhir adalah struktur

organisasi tesis.

BAB II KAJIAN TEORETIS

Bagian bab II ini berisikan tentang konsep dasar atau teori-teori para ahli

yang dijadikan sebagai landasan peneliti dalam melakukan penelitian lapangan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III merupakan uraian berkenaan dengan langkah-langkah atau metode

yang digunakana peneliti dalam mencari, mengumpulkan data, juga menganalisis

data. Terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, prosedur penelitian, teknik

pengumpulan data, instrument yang digunakan serta teknik pengolahan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagian ini merupakan gambaran berkenaan dengan bagaimana peneliti

menganalisis data lapangan yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan

berdasarkan data dan sumber referensi yang mendukung penelitian pada kajian

teoretis.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini merupakan bagian akhir dari sebuah tulisan, dimana peneliti

memaknai penelitian yang dilakukan dan saran atas hasil penelitian dan penelitian

selanjutnya.

(13)

Rima Rikmasari, 2012

(14)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuasi eksperimen dengan deskriptif

analistik, yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data dan menganalisis data

agar dilaksanakan secara ekonomis serta sesuai dengan tujuan penelitian. Istilah

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ‘Randomized Pretest

Posttest Group Design’. Pada dua subjek, yaitu kelas eksperimen maupun kelas

kontrol diobservasi dan diukur dua kali, yaitu pada saat pretest dan posttest

(Schumacher, 2001: 342). Mula-mula dipilih secara acak kelas kontrol dan kelas

eksperimen, kemudian dilakukan pretest terhadap dua kelas, setelah itu kedua

kelas diberi perlakuan yang berbeda, dan diakhiri dengan pemberian posttest

terhadap kedua kelas. Untuk Pretest dan posttest digunakan perangkat test yang

sama (Arikunto, 2006), Seperti digambarkan berikut ini:

Bagan 3.1

Randomize Pretest Posttest Group Design

(Schumacher, 2001: 342)

Keterangan:

A = kelas eksperimen yang mendapat perlakuan B = Kelas Kontrol

O1= Tes awal sebelum perlakukan O2= Tes akhir setelah perlakuan

X = Perlakuan menggunakan Model Pembelajaran Think-alouds

Group Pretest Treatment Posttest

A O1 X O1

(15)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan

Christensen (1977) menambahkan “The pre to posttest difference scores of

the two groups are then typically compared to determine if significant

differences exist. This is a component that makes this design a

quasi-experimental design. The two groups of the subjects represent naturally

assembled groups, such as two classrooms of children or two training

groups.”

Maxwell (dalam Mulyadi, 2008: 82) mengajukan 5 keistimewaan

penelitian deskriptif analitik, kelima keistimewaan itu antara lain:

1. pamahaman makna, makna di sini mengacu pada kognisi, afeksi, intensitas dan

apa saja yang terkait dengan istilah perspektif partisipan

2. pemahaman konteks tertentu, di dalam penelitian deskriptif analitik ini

merupakan perilaku responden dilihat dari konteks tertentu dan pengaruh

konteks terhadap suatu terapan tertentu

3. identifikasi fenomena dan pengaruh yang tidak terduga, dalam deskriptif

analitik setiap informasi, kejadian, perilaku, suasana, dan pengaruh baru

merupakan hal penting dan berpotensi sebagai data untuk mendukung hipotesis

kerja (hipotesis kini, dan hipotetsis sementara waktu)

4. kemunculan teori berbaisis data teori(grounded theory) yang sudah ada atau

teori pesanan (suatu keadaan hasil yang diharapkan)

5. pemahaman proses, data deskriptif analitik berupaya untuk memahami proses

(dari pada produk) kejadian atau kegiatan yang diamati.

Dapat disimpulkan bahwa perbedaan penilaian pada dua group yang

(16)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan

Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sukarahayu - Subang, Kota

Subang. Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 SD yang ada dalam satu gugus,

yaitu gugus Sukarahayu yang terdiri dari 3 SD, yaitu SDN Sukarahayu, SDN

Sukasih, dan SDN Sukamulya. Penentuan kelas eksperimen dan kontrol diambil

secara random yang terdiri dari 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol.

B. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan Penelitian

Menurut Suyanto (1997:16) dalam tahap perencanaan, peneliti telah

merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,

meningkatkan, atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Pada

perencanaan terdapat beberapa kegiatan yaitu:

a. Penetapan hipotesis keberhasilan tindakan

b. Penentapan jenis tindakan

c. Pemilihan metode dan alat pengumpulan data

d. perencanaan teknik pengolahan data

langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah,

pertama menentukan sekolah yang akan dijadikan sample penelitian kemudian

melakukan perizinan pada kepala sekolah yang bersangkutan. Selanjutnya adalah

analisis standar isi yang terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang sesuai dengan model pembelajaran yang akan dilakukan. Dari hasil analisis

(17)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan menyusun alat pengumpul data selama proses pembelajaran berlangsung,

membuat pedoman wawancara, menyusun lembar observasi untuk mengamati

kegiatan kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran baik dikelas

yang menggunakan model pembelajaran Think-alouds maupun di kelas yang

menggunakan model pembelajaran konvensional. Selanjutnya adalah pembuatan

alat tes serta merencanakan teknik pengolahan data setelah diperoleh data

lapangan.

Tahap ketiga adalah memberikan pretes pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Hal tersebut dilakukan untuk melihat sejauh mana kemampuan awal

siswa dalam menulis dongeng sebelum dikenai perlakukan model pembelajaran

penelitian. Kemudian di akhir penelitian dilakukan tes akhir atau postes.

Tujuannya adalah untuk melihat keberhasilan dan perbedaan hasil anak dalam

menulis dongeng. Sedangkan untuk melihat kemampuan metakognitif dapat

dilihat pada pengembangan cerita siswa, bagaimana siswa menentukan ide cerita,

mengkritisi suatu cerita dan menuliskan sebuah cerita yang kreatif.

Alur Penelitian

Langkah-langkah dalam mewujudkan desain penelitian ditunjukan dalam

alur penelitian berikut ini.

Merancang Pembelajaran dengan Model Pembelajaran

Think-Alouds

Masukan dari Pembimbing ahli

Kajian Pustaka

(18)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan penerapan model

pembelajaran dengan menggunakan model Think-alouds di kelas eksperimen,

sementara tugas peneliti adalah mengamati guru dan siswa yang menerapkan

model pembelajaran Think-alouds di kelas eksperimen dalam upaya

mengembangkan metakognitif dan perkembangan menulis siswa di kelas V. Uji reliabilitas

Proses Pembelajaran Pelaksanaan Penelitian Informasi guru Penentuan subjek penelitian

Wawancara dan angket

Laporan Data Penelitian

Analisis Data Menilai kemampuan

menulis

(19)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan penulis mengamati kegiatan kelas kemudian mencatat sesuai dengan rencana

pengumpulan data. Selama kegiatan berlangsung, peneliti diupayakan tidak

bersentuhan siswa sehingga segala tingkah dan perilaku siswa terlihat wajar tanpa

merasa tertekan atau diawasi. Dengan demikian, proses pembelajaran akan

berlangsung alami dan wajar. Peneliti pun melakukan hal yang sama di kelas

kontrol pada saat guru melaksanakan pembelajaran sebagaimana biasa, dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional.

Pada pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen dan kelas kontrol

dimulai dengan memberikan pretes dan diakhiri dengan postes. Pemberian tes

awal dan tes akhir gunanya adalah untuk mengukur ada atau tidak perkembangan

metakognitif siswa dan kemampuan menulis dongeng bagi siswa. Jadi bentuk tes

yang diberikan pada siswa adalah berbentuk esai/ jawaban singkat dan

menceritakan kembali cerita sesuai dengan kriteria penilaian terhadap

perkembangan metakognitif dan kemampuan menulis dongeng. Keseluruhan

kegiatan pelaksanaan peneltitian dapat tergambar dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP).

3. Tahap Pengolahan Data Penelitian

Data yang diperoleh selama penelitian diolah dengan menggunakan

statistik untuk data kuantitatif dan deskripstif analitik untuk data penjelas.

Sementara untuk pengolahan data yang diperoleh adalah:

a. Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut sesuai dengan kriteria yang

(20)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan b. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap

item variable penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah

ditetapkan, kemudian menentukan skornya.

c. Melakukan analisa data yang telah diperoleh.

Setelah penelitian dilakukan, maka diperoleh data sebagai berikut:

1. data nilai pretes sebelum dikenai terapan model pembelajaran

Think-alouds di kelas eksperimen dan kelas kotrol

2. data nilai postes kompetensi kelas eksperimen dan kelas control

3. data wawancara dan angket di kelas eksperimen

C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen dibagi ke dalam tiga

tahapan, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Kisi-kisi soal pretest dan posttest maupun soal pretest dan posttest

diperoleh dengan expert judgement, untuk selanjutnya dilakukan uji coba

instrumen, dan hasil uji coba diuji secara statistik melalui daya pembeda

soal, uji tingkat kesukaran soal validitas, dan reabilitas.

2. Tahap Pelaksanaan

a. angket respon siswa diperoleh melalui teknik sampling

b. observasi terhadap proses pembelajarn yang disertai dokumentasi foto

dan video pembelajaran

c. wawancara dengan siswa dan guru

(21)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Hasil pretest dan posttest siswa pada kedua kelas. Evaluasi yang dilakukan

siswa adalah; 1) tes isian/ jawaban singkat, Nurgiantoro (2010: 135) tes

isian merupakan suatu bentuk tes objektif yang terdiri dari pernyataan

yang sengaja dihilangkan, dimana unsur yang dihilangkan tersebut

merupakan hal penting yang ada pada diri peserta didik.

2) tes uraian (menceritakan kembali cerita yang menarik dan masih diingat

siswa). Nurgiyantoro (2010: 390-391) untuk mengukur membaca adalah

dengan cara menceritakan kembali isi pesan yang terkandung dalam

wacana/teks baik secara lisan maupun tulisan. Untuk dapat mengerjakan

uraian ini peserta didik harus benar-benar memahami isi pesan wacana.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap

berdasarkan jadwal penelitian, yaitu :

a. Instrumen Tahap Persiapan

Instrumen yang digunakan pada tahap ini adalah silabus, RPP yang

menggunakan modul pembelajaran berbasis metakognitif, kisi-kisi soal pretest

dan posttest, soal pretest dan posttest (yang telah dijugmen oleh ahli dan

kemudian diujicobakan, diukur daya pembeda soal, tingkat kesukaran soal,

validitas dan reabilitasnya).

Penelitian yang dilakukan untuk mengevaluasi peningkatan pemahaman

konsep bahasa dan peningkatan hasil belajar, yaitu penilaian proses dan

penilaian akhir dengan test tertulis dalam bentuk soal objektif 10 soal; 9 soal

(22)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan dalam pengisian jawaban, dan 1 uraian sebagai dasar penilaian kemampuan

metakognitif dan kemampuan menulis.

b. Instrumen Tahap Pelaksanaan

Instrumen yang digunakan dalam tahap pelaksanaan meliputi angket

respon siswa, pedoman observasi terhadap keterlaksanaan Pembelajaran

berdasarkan sintaksnya, catatan lapangan (observasi), RPP, pedoman evaluasi

proses terhadap pemahaman konsep bahasa, lembar wawancara dan angket

terhadap siswa dan guru, dokumentasi foto dan video proses pembelajaran.

Tabel 3.1

Tabel Pedoman Angket Respon siswa

No Parameter yang diukur Isi Pertanyaan 1. Kesan umum terhadap

proses pembelajaran

a. Respon emosi (senang, menikmati) b. Kontribusi pembelajaran berbasis

metakognitif terhadap materi pelajaran c. Kontribusi pembelajaran berbasis

metakognitif terhadap minat belajar siswa

2. Kesan khusus terhadap proses pembelajaran

a. Kesulitan yang ditemui dalam pembelajaran dengan model think-alouds

b. Kontribusi model pemblejaran think-alouds terhadap pemahaman konsep bahasa

c. Kontribusi model pemblejaran think-alouds terhadap hasil belajar siswa dalam menulis dongeng

Table 3.2

Tabel Pedoman Observasi Proses Pembelajaran

No Aspek yang Dinilai Parameter yang diobservasi

1. Guru a. Kemampuan guru mengorganisasi

waktu belajar

(23)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan siswa selama

Pembelajaran

tanya jawab atau perumusan masalah di saat melakukan pembelajaran

b. Interaksi yang terjalin antara guru dan siswa, juga antara siswa dan siswa saat melakukan kegiatan pembelajaran c. Aspek pemahaman metakognitif selama

siswa melakukan kegiatan pembelajaran

3. Aktivitas Siswa selama Pembelajaran

Kemunculan aspek pemahaman bahasa dan peningkatan hasil belajar siswa.

Table 3.3 Kisi-kisi Instrumen

variabel Aspek Sub-Aspek Indikator

Model

Pembelajaran think-alouds

Pembelajaran think-alouds

a.Making predictions – membuat prediksi

 Apa tema yang ada dalam bacaan ini?

b.Developing images – mengembangkan gambaran

 Apakah guru bisa

menggambarkan dongeng ini?

c.Share analogies – menggunakan analogi

Apa materi/dongeng yang dipelajari sudah sesuai dengan schemata yang dimiliki siswa?

d.Monitor

comprehension – menemukan masalah

 Usaha apa yang lakukan untuk memberikan penjelasan materi pada siswa?

e.Regulate

comprehension – memperoleh pemahaman

 Apakah guru memahami dongeng/materi apa yang baru dibaca?

Metakognitif Metacognitiv e knowledge

a. declarative knowledge

 Pengetahuan/ ide cerita  kemampuan

menggambarkan cerita b. procedural

knowledge

 memahami cerita yang akan ditulis

 dapat mengungkapkan cerita secara lengkap dan runtut

c. conditional knowledge

 focus, tidak memunculkan cerita lain dalam cerita yang ditulis

(24)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan sehingga menjadi cerita utuh dan hidup (awal-tengah-akhir) dalam tulisan

Menulis a. Unsur

intrinsik

- Tokoh cerita

- Watak tokoh

- Latar cerita

- Tema cerita

- Akhir cerita

- Amanat cerita

- Alur cerita

- Menyebutkan dongeng lain

a)Siapakah tokoh utama dongeng tersebut? b)Bagaimana watak tokoh

utama dongeng itu? c)dimana latar dongeng

tersebut?

d)Apakah tema dongeng diatas?

e)Bagaimana akhir cerita dongeng tersebut? f)Apakah amanat yang

terkandung dalam dongeng tersebut?

g)Bagaimana alur dongeng diatas?

h)Sebutkan dongeng lain yang menarik dan masih kamu ingat!

b. Menceritak an kembali dongeng

a. Isi dongeng Dapat menuliskan gagasan/ide cerita dalam tulisan

b. Ketetapan Organisasi isi teks

 Mampu nyusun cerita terdiri dari pendahuluan, tubuh karangan, dan simpulan

c. Ketepatan diksi  Mampu

menggunakan diksi/pilihan kata/frasa dengan tepat d. Ejaan sesuai dengan

EYD

 Dapat menggunakan huruf besar, kata depan, awalan, pemenggalan suku kata, dan penggunaan tanda baca

Table 3.4

Penilaian Hasil Kemampuan Menulis Dongeng

(25)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan 1. Isi dongeng 37-40 Ide cerita memberikan gambaran sesuatu

yang tajam, menunjukkan kesatuan bentuk yang utuh, alur mengalir, latar rinci, cerita hidup.

33-36 Ide cerita memberikan gambaran sesuatu yang tajam, menunjukkan kesatuan bentuk yang utuh, alur mengalir, latar rinci, tetapi cerita kurang hidup

29-32 Ide cerita memberikan gambaran yang cukup tajam, menunjukkan kesatuan bentuk yang utuh, alur kurang mengalir, latar kurang rinci, cerita kurang hidup 25-28 Ide cerita menggambarkan sesuatu hal,

tetapi tidak tajam, tidak menunjukkan kesatuan bentuk yang utuh, alur tidak mengalir, latar tidak rinci, cerita pun tidak hidup

2. Organisasi isi teks 27-30 Tulisan cerpen mengandung kerangka alur yang lengkap, yaitu tahap pengenalan, timbulnya konflik, klimaks, dan tahap akhir cerita, memiliki kohesi dan kloherensi dengan sangat baik

23-26 Tulisan cerpen memiliki kerangka alur kurang lengkap, hanya ada tahap pengenalan dan konflik, tetapi tetap memiliki kohesi dan koherensi yang baik 19-22 Tulisan cerpen langsung memunculkan

konflik, tetapi masih menunjukkan kohesi dan koherensi yang baik

15-18 Tulisan cerpen langsung memunculkan konflik dan tidak memiliki kohesi dan koherensi yang baik

3. Ketepatan diksi 17-20 Tulisan menggunakan diksi dengan tepat, variatif, mampu membuat cerita menjadi hidup, gamblang, dan menarik

13-16 Tulisan menggunakan diksi dengan tepat, tetapi membuat cerita kurang hidup, kurang gamblang, dan kurang menarik 9-12 Tulisan menggunakan diksi yang kurang

tepat, membuat cerita kurang hidup, kurang gamblang, dan kurang menarik 5-8 Tulisan menggunakan diksi yang tidak

tepat, membuat cerita tidak hidup, tidak gamblang, dan tidak menarik

(26)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan dengan EYD dengan aturan yang telah ditentukan

5-7 Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

2-4 Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

0-1 Penggunaan ejaan dalam tulisan tidak sesuai dengan aturan yang telas ditentukan

teori menulis cerpen Jakob Sumardjo (Cahyani, 2009;30)

c. Instrumen Tahap Hasil Belajar

Instrumen hasil pretest dan posttest untuk penilaian peningkatan

pemahaman konsep bahasa dan peninghatan hasil belajar dikumpulkan pada tahap

ini. Instrumen yang terkumpul dianalisis dan dinterpretasi untuk selanjutnya

digunakan dalam menyusun kesimpulan penelitian dan membuktikan hipotesis.

E. Teknik Pengolahan Data

a. Tahap Persiapan

Dasar penyusunan instrument penelitian adalah variabel-variabel

penelitian yang ditetapkan untuk dikembangkan menjadi indikator-indikator

penelitian yang dapat difahami dan sesuai dengan teori-teori pendukung sehingga

diperoleh instrument yang valid/sahih.

Kisi-kisi instrument penelitian ini kemudian dinilai oleh expert judgment

untuk mendapatkan persetujuan ahli mengenai penilaian sebuah penelitian,

sedangkan hasil observasi, angket dan wawancara digunakan untuk mengukur

(27)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Langkah yang akan dilakukan untuk memenuhi prinsip kesahihan

intrumen prestes dan posttest yang akan digunakan untuk mengumpulkan data

adalah sebagai berikut :

1) Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauhmana ketepatan

dan kecermatan suatu instrument pengukuran (tes) dalam melakukan fungsi

ukurnya (Azwar; 1996, dalam Milawati, 2011). Uji Validitas adalah suatu

ukuran yang menunjukkan tingkat kelayakan interpretasi yang dibuat

berdasarkan skor hasil tes yang terkait dengan penggunaan dan bukan

terhadap instrumennya itu sendiri (Nurgiyantoro, 2010: 152). Maka validitas

merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran hasil tes sesuai

dengan tujuan penggunaan tes (Mardapi, 2008 dalam Nurgiyantoro, 2010:

152). Valid tidaknya suatu instrument dapat dilihat dari koefisien korelasi.

Besarnya koefisien korelasi -1 ≤ r ≤ +1. Koefisisen korelasi 1 (ada atau tidak

ada tanda negatif di depan angka) menunjukan terjadinya hubungan antar

variabel (Susetyo, 2010: 115).

Table 3.5

Format Penilaian Menulis Dongeng

No. Nama Siswa Aspek Penilaian Menulis

1 2 3 4

(28)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Dst.

Keterangan: 1. isi dongeng 2. organisasi teks 3. ketepatan diksi

4. ejaan yang sesuai dengan EYD

Langkah yang dilakukan dalam melakukan uji validitas instrumen

yaitu :

a) Mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus Pearson Product Moment, yaitu :

= � − ( )( )

((� 2)( 2) (� 2 −( 2))

Catatan :

rxy = koefisien korelasi yang dicari n = jumlah siswa

∑X = jumlah skor tes membaca pemahaman ∑Y = jumlah skor tes menulis dongeng

b) Perhitungan koefisien korelasi kemudian dihitungkan pada butir item,

dan hasilnya dikonsultasikan ke dalam tabel Harga Produk Moment

dengan taraf signifikansi 95% untuk penelitian sosial. Harga koefisian

korelasi (rxy) memiliki kriteria sebagai berikut :

Table 3.6

Batasan Penilaian Kemampuan Menulis

Batasan Kategori

88 – 100 Sangat Baik

73 – 87 Baik

58 – 72 Cukup

44 – 57 Kurang

c) Hasil yang didapat dengan rumus Pearson Product Moment lalu

(29)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan

ℎ� �� = � − 1

1− 2

Catatan :

n = jumlah responden r = koefisien korelasi

d) Hasil thitung kemudian dikonsultasikan dengan harga ttabel dengan taraf

kepercayaan 95% pada derajat kebebasan dk = n-2. Jika thitung > ttabel

maka item tersebut dinyatakan valid.

2) Uji reabililitas

Reabilitas adalah ketepatan atau keajegan alat ukur dalam mengukur

apa yang diukur, artinya kapan pun alat ukur tersebut digunakan akan

memberikan hasil yang sama. Jika sebuah tes diujicobakan lebih dari satu kali

kepada subjek yang sama dalam waktu yang berbeda dapat menghasilkan

data yang kurang lebih sama (Nurgiyantoro, 2010: 165). Alat ukur instrument

dikatakan baik bila reliabilitasnya tinggi. Untuk mengetahui apakah suatu tes

memiliki relibilitas tinggi, sedang atau rendah dapat dilihat dari koefisien

reliabilitasnya (Susetyo, 2010: 115).

Adapun uji reabilitas dengan metode Alpha terhadap hasil penelitian

dapat dilakukan dengan cara:

a. Menghitung jumlah total variabel dari setiap item dengan rumus:

� = � 2 �2

Catatan:

Si = varian skor tiap butir item ∑Xi2 = jumlah kuadrat item Xi n = jumah responden

(30)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan �� = �1+�2+�3+ …. + ��

c. Mencari harga varians total dengan rumus

� =

2 2

� �

Catatan :

St = variasi total

∑Xt2 = jumlah kuadrat item X total n = jumlah responden

d. Mengkonsultasikan harga rhitung kedalam rtabel dengan derajat

kepercayaan 95% pada derajat kebebasan dk = n-2

e. Menentukan keputusan dengan membandingan r11 terhadap rtabel. Jika r

11>rtabel, maka data reliabel, dan sebaliknya jika r11<rtabel maka data

tidak reliabel.

b. Data Tahap Pelaksanaan

Data yang diperoleh dalam tahap ini terdiri atas data kuantitatif dan

kualitatif. Data kualitatif yaitu data hasil observasi, dokumentasi (data), video,

foto, hasil wawancara, dan angket respon siswa sebagai data sekunder akan

dianalisis secara deskriptif.

I. Data Kuantitatif (kuasi eksperimen)

Data kuantitatif berupa hasil pretest dan posttest siswa akan dianalisis

dengan teknik :

1) Menghitung nilai pretest dan posttest sesuai dengan skala penilaian

yang telah ditetapkan.

2) Menganalisis data nilai pretest dan postest secara statistik

(31)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan

Science (SPSS). Adaupun teknik analsis yang digunakan adalah uji

normalitas, uji homogenitas, dan uji T. Menghitung statistic deskriptif

skor pretes, skor postes, dan skor gain meliputi skor terrendah, skor

tertinggi, rata-rata, dan simpangan baku

a) Uji Normalitas, dilakukan untuk menilai peningkatan pemahaman

konsep bahasa dan hasil menulis dongeng siswa sebelum dan

sesudah dilakukan perlakuan. Uji normalitas data skor pretes, skor

postes, dan skor Gain dilakukan untuk melihat model

pembelajaran Think-alouds terutama pada konseptual yang

berkenaan dengan model pembelajaran Think-aloud antara

kelompok eksperimen dan kelompok control.

Menguji normalitas skor pretest, postes, dan skor gain dengan uji

non-parametrik one-sample kolmogorov-smirnov pada taraf

kepercayaan 95%, (nilai α=0,05) menggunakan uji

Kolomorov-smirnov dengan rumus hipotesis kerja:

H0: data berasal dari populasi berdistribusi normal

H1: data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Dengan criteria, tolak H0 jika sign (2-tailed) output SPSS < ½ α

(Trihendradi, dalam Fauziah, 2010: 121)

b) Menguji homogenitas untuk mengetahu homogenitas variansi

kedua sampel. Menguji homogentitas varians dengan uji Levene

dan one-way Anova atau dalam Independent sample t-test pada

(32)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Uji homogenitas antara dua varians pada skor pretest, postes, dan

skor Gain kelompok eksperimen dan kelompok control, dengan uji

Levene dengan Hipotesis kerja:

H0: (ð21) = (ð22) varian populasi skor kedua kelompok homogen

H1: (ð21) = (ð22) varian populasi skor kedua kelompok tidak homogen

(ð21) = varian skor kelompok eksperimen

(ð22) = varians skor kelompok kontrol

Dengan criteria, tolak H0 jika sign (2-tailed) < α (Tihendradi, dalam

Fauziah, 2010: 121).

Menguji hipotesis penelitian dengan uji perbedaan rata-rata pada taraf

kepercayaan 95%. Jika data normal dan homogen, menggunakan statistik uji-t

dengan independent sample t-test, apabila data berdistribusi tidak normal, maka

pengujiannya menggunakan uji non-parametrik untuk dua sample yang saling

bebas sebagai pengganti t-test, yaitu uji Mann-Whitney.

II. Data Deskriptif Analitik

Untuk mengolah data deskriptif analitik dilakukan dengan merujuk pada

pendapat Patton (dalam Fauziah, 2010: 122) yang meliputi:

1. Uji Triangulasi, yaitu pengecekan informasi dengan cara uji silang

sumber yang berbeda,

(2) Uji kecukupan Pustaka, yaitu informasi yang diperoleh dari sumber

(33)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan (3) Uji Konfirmasi, yaitu informasi yang telah diperoleh harus dikonfirmasi

terhadap sumber informasi utama dan sekunder, sehingga diharapkan

tidak ada pemaknaan yang kurang tepat terhadap data dan infromasi

yang telah didapatkan

(4) Uji kredibilitas sumber, yaitu mengkonsultasikan data yang diperoleh

kepada sumber lain yang memiliki kredibilitas tinggi yang berkaitan

dengan penemuan penelitian misalnya kepada para pakar pendidikan

(34)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan menulis antara siswa di

kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran think-alouds

dan kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Siswa

di kelas eksperimen mengalami peningkatan kemampuan menulis

dongeng lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat

berdasarkan hasil penelitian dengan gain di kelas eksperimen sebesar 4,7

dengan kemampuan menulis dilihat bahwa siswa bisa pemahaman isi

dongeng, dapat mengorganisasi teks, sudah dapat memilih kata yang

sesuai dengan konteks cerita/dongeng, dan tulisan sudah sesuai dengan

ejaan yang disempurnakan, sedangkan gain di kelas kontrol sebesar 0,52

dalam artian bahwa siswa di kelas control rata-rata masih kurang

memiliki keterampilan dalam memahami isi dongeng, mengorganisasi

teks juga masih belum cukup baik, beberapa pilihan kata yang tidak

sesuai dan juga ejaan yang masih kurang tepat dengan kata yang

dimaksud.

2. Perkembangan Metakognitif yang dialami siswa di kelas eksperimen

mengalami perkembangan lebih baik dibanding di kelas kontrol, hal ini

(35)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan pemilihan cerita, bagaimana alur ceritanya hingga pilihan kata yang

digunakan yang menjadikan cerita tersebut tergambar menarik, terlihat

adanya 3 unsur dalam menulis; pengetahuan (declarative knowledge),

membangun konsep (procedural knowledge), dan penerapan (conditional

knowledge) dalam sebuah karya, dapat menentukan bagaimana dongeng

di mulai, muncul konfliks hingga akhir dongeng. Untuk mendapatkan

data yang lebih akurat, penulis mengambil 6 sampel yang dapat mewakili

seluruh siswa. Sedangkan di kelas kontrol proses penulisan dongeng

lebih terlihat asal-asalan dan kurang matang sehingga hasil tulisan

akhirnya pun kurang menarik dan tidak berkembang.

3. Hasil wawancara dan angket yang dilakukan pada guru dan siswa

mengenai model pembelajaran think-alouds mendapat respon sangat baik

dan sesuai untuk membaca pemahaman, karena di sini siswa dilatih untuk

menginterpretasi pendapat sendiri mengenai suatu judul dongeng/cerita,

kemudian dilakukan diskusi kelompok berdasarkan dongeng yang ada

sehingga anak bisa memahami maksud penulis, selanjutnya siswa

diminta untuk menuliskan kembali dongeng yang difahaminya

berdasarkan bahasa yang mereka mengerti. Hal ini diharapkan siswa

memiliki kekayaan kosakata berbahasa, sehingga ketika diminta

menuliskan sebuah dongeng tidak hanya dongeng klasik (Malin

Kundang, Sangkuriang, Si Kancil, dll.) yang bisa diceritakan namun juga

(36)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan B. Saran

Berdasarkan temuan di lapangan, maka saran yang bisa peneliti

kemukakan adalah sebagai berikut;

1. Pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan model

pembelajaran think-alouds dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan

Standar Kompetensi Memahami teks dengan membaca sekilas, membaca

memindai, dan membaca cerita anak sangat tepat digunakan, dengan

model think-alouds ini siswa dapat berdiskusi dan bertukar pendapat

dengan siswa lain dalam kelompok selama pembelajaran berlangsung.

Namun semua ini kembali tergantung pada kemampuan itu sendiri, karena

diskusi akan berjalan dengan baik bila seluruh peserta pembelajaran dapat

menggungkapkan pendapatnya, namun jika tidak maka kelompok tersebut

hanya tergantung pada siswa pintar. Maka saran peneliti adalah dalam

menentukan peserta kelompok selalu sertakan minimal satu siswa pintar di

dalamnya, tapi hindari pula siswa pintar seleuruhnya dalam satu

kelompok, karena tidak akan menghasilkan hasil diskusi kelompok yang

baik karena ego siswa pintar biasanya lebih dari siswa biasa.

2. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan dongeng atau cerita,

hendaknya selalu diberikan guru salah satunya adalah sebagai sarana

penyampaian pesan tanpa ada kesan mengurui, namun efektif dalam

menanamkan nilai-nilai atau contoh baik dan buruk sehingga siswa

(37)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan contoh/panutan dan sebaliknya. Bila penerapan nilai sudah dimiliki siswa,

maka pada akhirnya tidak perlu lagi adanya pendidikan karakter secara

khusus karena dengan dongeng siswa sudah dapat menentukan perbuatan

baik dan bisa ditiru atau perbuatan sebaliknya.

3. Penanaman rasa kepemilikan siswa hendaknya lebih diarahkan sekolah,

berdasarkan data yang ditemukan dan wawancara pada guru honorer

(bukan guru kelas), bahwa siswa merasa terlalu merasa ‘ini guru saya atau

itu guru sekolah itu’, dan lain sebagainya. Sehingga tidak memunculkan

rasa hormat kepada yang lebih tua, tetapi lebih karena dia adalah ‘guru

saya’. Dengan munculnya rasa ini, maka akan semakin berkelompok

(berkubu-kubu), yang pada akhirnya dapat menimbulkan konflik ketika

antara SD satu dengan SD lain, walaupun masih dalam satu gugus, karena

(38)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. (1997). Classroom Instruction and Management. New York: McGraw Hill Companies, Inc.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. cetakan ke XIII. Yogyakarya: Pustaka Pelajar.

Badan Standarisasi Nasinal Pendidikan (BSNP), (2006). Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Barnawin. (2008). Antara Kognitif Dan Metakognitif. [Online] Tersedia:

http://DjejakPro.Blogspot.-Com/2008/09/Antara-Kognitif-Dan-Metakognitif.Html [4 Januari 2012]

Budiraharjo, M. (2010). Seri Habits of Mind #5: Berpikir atas Cara Pikir Sendiri. [Online] Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2010/05/20/seri-habits-of-mind-5-berpikir-atas-cara-pikir-sendiri/ [5 Maret 2012]

Cahyani, I. (2009). Peningkatan Kemampuan Menulis Makalah Melalui Model Pembelajaran Berbasis Penelitian Pada MKU Bahasa Indonesia. Disertasi Doktor pada Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Fajari, A. M. (2011). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kognitif Bahasa Akademi terhadap Motivasi membaca dan Menulis Kreatif. Tesis Magister pada Bahasa Indonesia Sekolah pasacasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Fauziah, P.Y. (2010). Pengembangan Model Pelatihan berpikir kreatif dalam meningkatkan kompetensi pendidik PAUD: Studu deskriptif pada program pendidikan aank usia dini di kabupaten Serang Propinsi banten. Disertasi Doktor Pendidikan Luar Sekolah Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Hana, J. (2011). Terapi Kecerdasan Anak Dengan Dongeng. Yogyakarta: Berlian Media.

(39)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Helmiyantriyani, F. (2009). Writing Processes and Meta-cognitive Strategies of

Four Indonesian Tertiary Level EFL Students (A Think Aloud Protocol Based Study). Tesis Magister pada Bahasa Inggris Sekolah pasacasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hesse, H. (2011). Study Guides and Strategies: Thinking Aloud/ Private Speech. [Online]. Tersedia http://www.teachervision.fen.com/skill-builder/problem-solving/48546. html. [6 Februari 2012]

Inhadi, D. (2011). Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Strategi Sketsa Panoram: Penelitian Efektivitas Pembelajaran Menulis di Kelas V SD Negeri Mangkubumi 3 Kota Tasikmalaya. Disertasi Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia SekolahPascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Irafani. (2010). Definisi Dongeng. [Online] Tersedia: http://irafanidyahnews. wordpress.com/definisi-dongeng/ [7 November 2011]

Janasa. (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Pendekatan Proses Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa Sd Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia: Penelitian R & D Di Sekolah Dasar Upt Dinas Pendidikan Kecamatan. Sobang Kab. Pandeglang Provinsi Banten. Tesis Magister Pengembangan Kurikulum UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Joyce, B. et.al. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Karlina, D.A. (2011). Pengaruh Buku catatan harian Terhadap Kebiasaan Menulis dan Keterampilan Menulis Siswa di SD Panorama Bandung. Tesis Magister pada Bahasa Indonesia Sekolah pasacasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Langer, E. J. (2008). Mindful Learning: Membongkar 7 Mitos Pembelajaran yang Menyesatkan. Penerjemah: Wisnu T. Hanggoro. Jakarta: Erlangga.

Lwin, M., dkk. (2008). How To Multiply Your Child’s Intelligence Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Alih bahasa: Christine Sujana. Jakarta: indeks.

Mc. Millan, J.H. & Schumacher, S. (2001) Research in Education. New York: Longman

Milawati, T. (2011). Peningkatan Kemampuan Anak Memahami Drama dan Menulis Teks Drama Melalui Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI). Tesis Magister pada Bahasa Indonesia Sekolah pasacasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Miranda, Y. (2010). Pembelajaran Metakognitif Dalam Srategi Kooperatif

(40)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Metakognitif Siswa Pada Biologi Di Sma Negeri Palangkaraya. [Online] Tersedia:

http://www.vilila.com/2010/09/pembelajaran-metakognitif.html [5 Maret 2012]

Mulyadi. (2008). Implementasi Nilai Pendidikan Manajemen Qolbu Dalam Lingkungn Masyarakat Santri. Tesis Magister Pendidikan Umum Sekolah pascasarjana UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Murni, S. & Widianingtyas, A. (2007). Bahasa Indonesia 5: untuk Sekolah Dasar & Madrasah kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Nurgiantoro, B. (2010). Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak (cetakan kedua). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nurgiantoro, B. (2010). Penilaian Pembelajaran Bahasa: Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Papalia, D.E., dkk. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan) Bagian I s/d IV: Awal Kehidupan, Masa kanak-kanak Awal, Masa Kanak-kanak Pertengahan, Masa Kanak-kanak Akhir. Cetakan IX. Jakarta: Kencana.

Rahman. (2010). Model Mengajar dan Bahan Pembelajaran. Bandung: Alqaprint.

Rahman. (2011). Potensi Gambar Dalam Membangunan Kompetensi Guru Melalui Metodik Menulis. Bandung (tidak diterbitkan)

Rahman. (2011). Pidato Pengangkatan Guru Besar: Revitalisasi Metodik Pengajaran Menulis. Bandung (tidak diterbitkan)

Rochman, S. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Menulis Bahasa Inggris Dalam Mata Kuliah Writing Untuk Meningkatkan Kompetensi Menulis Mahasiswa Sastra Inggris :Studi Kasus Di Universitas Jenradel Soedirman Dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Disertasi Doktor pada Perkembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sa’adah, C. (2008). Keefektifan Pembelajaran Berbasis Metakognitif Bagi Peningkatan Kemampuan Membaca Wacana Siswa SD. Tesis Magister pada Pendidikan Dasar Sekolah pasacasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sapa’atm, A. (2008). Metakognitif Belajar Bagaimana Untuk Belajar.

(41)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Sobari, T. (2006). Pembelajaran Menulis Paragraf dalam Karangan

Argumentasi dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe Jigsaw di SMU PGII 2 Bandung. Tesis Magister pada Bahasa Indonesia Sekolah pasacasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Soratmo, B. (2008). Program Bimbingan untuk Mengoptimalkan Perkembangan Kognitif Anak balita (Studi Deskriptif Perkembangan anak Balita di Bina Keluarga balita Kelurahan Citereup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi). Tesis Magister pada Pengembangan Kurikulum Sekolah pasacasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sudarmadji, at.al. (2010). Teknik Bercerita. Yogyakarta: TIM Pendongeng SPA.

Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Aditama.

Syafei, I. (2011). Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Arab: Studi Pada Mata Kuliah Bahasa Arab Jurusan Kependidikan Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Disertasi Doktor Perkembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Tierney, R. J., Readence, J.E., & Dishner, E.K. (1995) Reading Strategies and Practices: a Compendium. Edisi keempat. Amerika: Allyn & Bacon.

Vermunt, J.D. (1996). Metacognitive, Cognitive And Affective Aspects Of Learning Styles And Strategies: A Phenomenographic Analysis. Leiden University, Netherlands.

Warsidi, Edi & Farika. (2008). Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 5 untuk Kelas V Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Water, H.S. & Schneider, W. (2010). Metacognition, Strategy Use, & Instruction. New York: The Guildford Press.

Widodo, M. (2009). Penerapan Model Investigasi Kelompok Berorientasi Penilaian Bersama Dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Mahasiswa: Studi Eksperimen Kuasi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Disertasi Doktor Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah pasacasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Wresti, M. C. (2008). Waspadai Kesulitan Belajar pada Anak: Strategi Kognitif dan Metakognitif. Dalam Memudahkan Anak Belajar. Jakarta: Kompas.

(42)

Rima Rikmasari, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Zainurrahman. (2011). Menulis dari Teori Hingga Praktik (Penawar Racun

Plagiarisme). Bandung: Alfabeta.

. (2011). Teaching Strategies for Reading. [Online]. Tersedia:

http://www.teachervision.fen.com/problem-solving/teaching-methods/71530.html [6 Februari 2012]

Gambar

Table 3.2 Tabel Pedoman Observasi Proses Pembelajaran
Table 3.3 Kisi-kisi Instrumen
Table 3.4 Penilaian Hasil Kemampuan Menulis Dongeng
Table 3.5 Format Penilaian Menulis Dongeng
+2

Referensi

Dokumen terkait

Adanya gugus asam yang terikat pada atom C nomor 6 pada alginate, karagenan maupun agrose akan menghalangi terbentuknya ester sehingga perlu dideaktivasi dengan cara

Pelaksanaan program Pemitra bagi pengembangan produk olahan tepung sayuran di desa Sindon kecamatan Ngemplak kabupaten Boyolali dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Hasil penelitian selanjutnya (Santoso dkk ., 2003) menunjukkan bahwa fraksi asam humat dari tanah gambut dapat dijadikan sebagai sensitizer pada fotoreduksi Cr(VI) menjadi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: penggunaan LKS materi pokok sistem regulasi manusia bermuatan keislaman

Hal ini didukung faktor lain yang membuat perkembangbiakan vektor semakin pesat antara lain : perubahan lingkungan fisik seperti pertambangan, industri dan

[r]

Dengan demikian, penjelasan tujuan dan sasaran pada hakekatnya merupakan penegasan kembali tentang visi dan misi RPJMD Kabupaten Kerinci Tahun 2014-2019 secara

Hasil studi ini dapat berimplikasi pada peranan manajemen yang sangat penting untuk menjaga kepercayaan, komitmen dan pemanfaatan teknologi informasi dalam sistem rantai