PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU
TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SMK
NEGERI DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG BARAT
T E S I S
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh: Dadang Gumilar
1009592
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SMK NEGERI DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG BARAT
Disetujui dan Disahkan Oleh:
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Johar Permana, M.A NIP. 195908141985031004
Pembimbing II
Dr. Cicih Sutarsih, M.Pd NIP.197009291998022001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D
PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SMK NEGERI DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG BARAT
Dadang Gumilar (1009592)
ABSTRAK
Guru sebagai tenaga pendidik merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan penting dalam proses pendidikan, guru dituntut agar memiliki kinerja mengajar yang baik. Kinerja mengajar guru sering menjadi tumpuan dalam mencapai harapan kualitas lulusan lembaga pendidikan. Oleh karena itu kehadiran guru dalam proses belajar mengajar masih tetap memegang peranan penting. keberhasilan dalam upaya peningkatan kinerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, untuk uji hipotesis digunakan analisis korelasi sederhana, uji analisis korelasi ganda, dan analisis regresi. Data diambil dengan menggunakan angket atau kuesioner. Populasi dalam penelitian ini yaitu guru-guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 123 orang, dengan jumlah sampel penelitian berjumlah 56 responden.
Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat sebesar 0,641 (41,1%). Pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat sebesar 0,561 (31,5%). Sedangkan pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat sebesar 0,730 (53,3%). Pada persamaan regresi pada penelitian ini diperoleh Ŷ = 0,341 + 0,452 x1 + 0,473 x2, yang bertandapositif dan menunjukan
adanya pengaruh, artinya jika terjadi perubahan satu unit variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) dan motivasi berprestasi guru (X2), maka
akan diikuti oleh perubahan pada kinerja mengajar guru (Y).
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
SURAT PERNYATAAN... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Penelitian... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C.Perumusan Masalah ... 9
D.Tujuan Penelitian ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 10
F. Struktur Organisasi Tesis ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA. KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 13
A.Kajian Pustaka ... 13
1. Kinerja Mengajar Guru ... 13
a. Kinerja Mengajar Guru dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 13
b. Konsep Kinerja ... 15
c. Konsep Kinerja Mengajar Guru ... 16
2. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 24
a. Konsep Kepemimpinan ... 24
b. Konsep Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 28
c. Dimensi dan Indikator Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 32
3. Motivasi Berprestasi dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 34
a. Konsep Motivasi ... 34
b. Teori Motivasi ... 35
c. Unsur-Unsur Penggerak Motivasi ... 39
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 40
e. Model Pengukuran Motivasi Berprestasi ... 41
B. Kerangka Pemikiran ... 46
C.Hipotesis Penelitian ... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50
A.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 50
1. Lokasi Penelitian ... 50
2. Populasi Penelitian ... 50
3. Sampel Penelitian ... 51
B. Metode Penelitian ... 53
1. Pendekatan Kuantitatif ... 53
2. Metode Deskriptif ... 53
3. Studi Kepustakaan (Studi Bibliografi) ... 54
C.Definisi Operasional ... 54
1. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1) ... 54
3. Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 55
D.Instrumen Penelitian ... 56
1. Skala Pengukuran ... 56
2. Penyusunan Instrumen ... 56
3. Uji Coba Instrumen ... 59
E. Teknik Pengumpulan Data ... 68
1. Studi Dokumentasi ... 68
2. Teknik Angket/Kuesioner ... 68
F. Teknik Analisis Data ... 69
1. Analisis Data Deskriptif ... 69
2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 69
3. Menguji Hipotesis Penelitian ... 70
4. Alat Bantu ... 75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76
A.Hasil Penelitian ... 76
1. Deskripsi Variabel Penelitian ... 76
a. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah pada SMKN di Wilayah KBB (X1) ... 76
b. Motivasi Berprestasi Guru pada SMKN di Wilayah KBB (X2)... 78
c. Kinerja Mengajar Guru pada SMKN di Wilayah KBB (Y) ... 81
d. Kinerja Mengajar Guru Normatif pada SMKN di Wilayah KBB (Y) ... 83
e. Kinerja Mengajar Guru Produktif pada SMKN di Wilayah KBB (Y) ... 85
2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 89
a. Uji Normalitas ... 90
b. Uji Linieritas ... 91
3. Pengujian Hipotesis ... 92
a. Analisis Korelasi ... 92
1) Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y)... 93
2) Motivasi Berprestasi Guru (X2) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 95
3) Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1) dan Motivasi Berprestasi Guru (X2) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 96
b. Analisis Regresi ... 98
1) Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y)... 98
2) Motivasi Berprestasi Guru (X2) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 100
3) Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1) dan Motivasi Berprestasi Guru (X2) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) ... 102
4. Interpretasi Hasil Analisis ... 106
B. Pembahasan ... 108
1. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah pada SMK Negeri di Wilayah KBB ... 108
2. Motivasi Berprestasi Guru pada SMK Negeri di Wilayah KBB ... 112
3. Kinerja Mengajar Guru pada SMK Negeri di Wilayah KBB ... 115
5. Kinerja Mengajar Guru Produktif pada SMK Negeri
di Wilayah KBB ... 122
6. Kinerja Mengajar Guru Adaptif pada SMK Negeri di Wilayah KBB ... 124
7. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru pada SMK Negeri di Wilayah KBB ... 126
8. Pengaruh Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru pada SMK Negeri di Wilayah KBB ... 127
9. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru pada SMK Negeri di Wilayah KBB ... 128
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 131
A.Kesimpulan ... 131
B. Rekomendasi ... 132
DAFTAR PUSTAKA ... 134
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu
syarat mutlak dalam mencapai tujuan pembangunan Nasional. Salah satu upaya
pemerintah di dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui
pendidikan, karena pendidikan dipandang sebagai salah satu kunci utama dalam
mengatasi masa depan. Dengan demikian kualitas pendidikan harus dilaksanakan
secara sistematis serta terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dilandasi oleh keimanan dan
ketakwaan (IMTAK).
Akan tetapi pada kenyataannya pendidikan di Indonesia hingga saat ini
sedang dalam kondisi kritis. Hal ini didasarkan atas kajian hasil survey yang
dilakukan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization
(UNESCO) pada tahun 2011 terhadap kualitas pendidikan di negara-negara
berkembang di Asia Pacific, salah satu hasilnya adalah Indonesia menempati
peringkat 10 dari 14 negara (Bappenas, 2012). Maka, untuk itu Sekolah Menengah
Kejuruan harus mampu berperan sebagai salah satu lembaga pendidikan yang
bermutu dan berkualitas.
Menelusuri krisis pendidikan nasional yang bermutu rendah sulit rasanya kita
menetapkan salah satu penyebabnya yang pasti, tetapi penulusurannya akan sampai
pada bagian terpenting kegiatan di sekolah, yaitu penyelenggaraan belajar yang
ditangani oleh guru harus diperhatikan. Guru sebagai tenaga pendidik merupakan
salah satu komponen dalam proses pendidikan dituntut agar memiliki kinerja yang
lembaga pendidikan. Oleh karena itu kehadiran guru dalam proses belajar mengajar
masih tetap memegang peranan penting.
Dalam sistem pendidikan dan pembelajaran dewasa ini kehadiran guru dalam
proses belajar mengajar masih tetap memegang peranan penting. Peran guru dalam
proses belajar mengajar belum dapat digantikan sekalipun oleh komputer yang paling
modern (Udin Syaefudin Saud, 2011:43).
Kualitas pendidikan salah satunya dipengaruhi oleh kinerja mengajar guru
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, salah satu cermin peningkatan
mutu pendidikan di sekolah adalah prestasi guru dalam meningkatkan mutu lulusan
yang produktif, dengan semangat kinerja mengajar guru yang tinggi akan
menciptakan lulusan dengan kualitas yang bagus (Mulyasa, 2003:140).
Kinerja atau performance diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja,
pencapaian kerja, hasil kerja, atau unjuk kerja (Mulyasa, 2003:136). Sedangkan
Nanang Fatah (2001:19) menyatakan kinerja sebagai ungkapan kemampuan yang
didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, serta motivasi dalam menghasilkan
sesuatu.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja merupakan pelaksanaan kerja, unjuk kerja, serta hasil kerja yang dicapai oleh
seseorang berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan
organisasi. Sedangkan Kinerja mengajar guru adalah kemampuan seorang guru untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai perancang, pelaksana,
pengawas sekaligus evaluator pembelajaran, artinya bahwa guru bertanggung jawab
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di sekolah. Melalui guru akan
dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, kematangan
emosional, keterampilan, dan moral spiritual. Menurut Jean D. Grambs dan C.
persons who consciously direct the experiences and behavior of an individual so that
education takes places."
Pada kenyataannya kinerja mengajar guru masih perlu dikembangkan dan
ditingkatkan, hal ini diperkuat dari hasil survey yang dilakukan oleh UNESCO, untuk
kualitas guru di Indonesia berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Hal itu
menunjukkan bahwa kompetensi dan kinerja guru di Indonesia jauh dari harapan
sosok pendidik yang mampu membawa siswanya berkualitas (Bappenas, 2012).
Dengan demikian maka guru adalah orang yang secara sadar bertanggung
jawab untuk mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Guru harus
memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu mengelola
kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat
kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.
Berkenaan dengan hal tersebut, Gibson et al. dalam Sunarjono (2012:5) secara
lebih komprehensif mengemukakan adanya tiga kelompok variabel sebagai faktor
yang dapat mempengaruhi kinerja dan potensi individu dalam organisasi, yaitu:
pertama, variabel individu yang meliputi: (a) kemampuan/keterampilan, (b) latar
belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman); kedua variabel organisasi, yang
meliputi (a) sumber daya, (b) kepemimpinan, (c) imbalan, (d) struktur, (e) desain
pekerjaan; ketiga variabel individu (psikologis), meliputi: (a) mental/intelektual, (b)
persepsi, (c) sikap, (d) kepribadian, (e) belajar, (f) motivasi.
Di samping itu Sutermeister dalam Sunarjono (2012:6) juga mengemukakan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang, di antaranya: latihan dan
pengalaman kerja, pendidikan, sikap kepribadian, organisasi, para pemimpin, kondisi
sosial, kebutuhan individu, kondisi fisik tempat kerja, kemampuan, motivasi kerja
dan sebagainya.
Oleh karena itu, jika sekolah menginginkan guru dapat menjalankan
faktor organisasi (kepemimpinan) dan faktor psikologis (motivasi). Dalam hal ini,
peneliti ingin fokus pada kepemimpinan transformasional sebagai model
kepemimpinan dan motivasi berprestasi guru sebagai bagian dari motivasi kerja.
Kepemimpinan transformasional kepala sekolah secara langsung maupun
tidak langsung berperan bagi kinerja mengajar guru. Melalui kepemimpinan
transformasional kepala sekolah, maka seluruh sumber daya yang dimiliki dapat
tergerakkan dengan baik termasuk kinerja mengajar guru. Dalam menjalankan
kepemimpinannya di sekolah, kepala sekolah berperan sebagai pembimbing dan
pendidik yang baik bagi warga sekolah, khususnya bagi guru dalam menjalankan
kinerja mengajar guru.
Kepemimpinan tersebut harus mampu memberi semangat atau memotivasi
kepada para bawahannya dengan cara memberikan inspirasi kreativitas mereka dalam
bekerja. Pemimpin dalam hal ini kepala sekolah harus mampu mempraktikan
inovasi-inovasi, mampu memberdayakan seluruh bawahannya dan sekolah sebagai organisasi
pendidikan ke dalam suatu perubahan cara berpikir, pengembangan visi dan misi
dengan memanfaatkan bakat, keahlian, dan kemampuan bawahannya.
Kepemimpinan (Leadership) menurut Gary Yukl (2001:345) merupakan
proses mempengaruhi orang lain agar bekerja untuk pencapaian tujuan organisasi.
Dalam kepemimpinan terdapat model-model kepemimpinan sebagai alat dalam
mengelola organisasi, di antaranya model kepemimpinan transformasional.
Kepemimpinan transformasional digambarkan sebagai gaya kepemimpinan yang
dapat membangkitkan atau memotivasi karyawan, sehingga dapat berkembang dan
mencapai kinerja pada tingkat yang tinggi, melebihi dari apa yang mereka perkirakan
sebelumnya. Selain itu, gaya kepemimpinan tranformasional dianggap efektif dalam
situasi dan budaya apapun (Bass dalam Gary Yukl, 2010:306). Selanjutnya
Engkoswara dan Aan (2010:193) yang menjelaskan bahwa pemimpin
berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat dan
semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan pembawa perubahan.
Berdasarkan itu, kepala sekolah sebagai pemimpin, harus memiliki strategi
yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya
untuk mencapai tujuan sekolah. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberi
nasehat kepada warga sekolah, memberi dorongan kepada seluruh tenaga
kependidikan, dan seterusnya. Kepala sekolah juga harus berusaha menanamkan,
memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat nilai, yaitu pembinaan mental,
pembinaan moral, pembinaan fisik, pembinaan artistik (Wahjusumidjo, 2003:95).
Di samping kajian teori dan fakta lapangan di atas, penelitian terdahulu
menguatkan asumsi peneliti bahwa kepemimipinan transformasional kepala sekolah
berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru. Misalnya yang dilakukan oleh
Munawaroh (2011:143), dimana hasil penelitiannya menjelaskan bahwa Gaya
kepemimpinan transformasional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja guru.
Melalui kepemimpinan transformasional kepala sekolah pada SMK Negeri di
Kabupaten Bandung Barat diharapkan dapat memfasilitasi guru untuk
mengembangkan kompetensinya, serta mampu memotivasi kinerja mengajar guru
menjadi lebih baik lagi.
Selain kepemimpinan transformasional kepala sekolah, faktor lain yang dapat
mempengaruhi kinerja mengajar guru adalah motivasi berprestasi guru. Diasumsikan
bahwa motivasi berprestasi yang baik dari guru akan menghasilkan kinerja mengajar
guru yang baik pula. Menurut Cascio dalam Sunarjono (2012:5) abilitas dan motivasi
adalah sebagai faktor-faktor yang berinteraksi dengan kinerja. Abilitas seseorang
kecakapan. Kepribadian dan pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan,
pengalaman latihan dan minat.
Motivasi pada dasarnya dapat bersumber pada diri seseorang atau yang
sering dikenal sebagai motivasi internal dan dapat pula bersumber dari luar diri
seseorang atau disebut juga motivasi eksternal. Faktor-faktor motivasi tersebut dapat
berdampak positif atau dapat pula berdampak negatif bagi seorang guru.
Mangkunegara (2005:61) menyatakan bahwa motivasi terbentuk dari sikap
(attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation).
Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang
terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental
karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat
motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal.
Motivasi berprestasi guru bisa diartikan sebagai dorongan mental yang tinggi
yang dimiliki oleh seorang guru dalam melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan
sekolah. Kaitannya dengan kinerja mengajar guru, motivasi yang tinggi dan baik
memiliki peran penting untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
menagajar di kelas, sehingga mutu lulusan yang berkualitas tercapai.
Kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan para guru atau
bawahannya terletak pada kemampuannya untuk memahami faktor-faktor motivasi
kerja sedemikian rupa sehingga menjadi daya pendorong yang efektif (Siagian,
2006:139). Kebutuhan yang dimaksud merupakan suatu petunjuk bagi kepala sekolah
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan guru seefektif mungkin. Secara teoritik
hubungan kepemimpinan kepala sekolah itu apabila dibina dan dilaksanakan dengan
baik, maka motivasi berprestasi guru akan terpenuhi. Dengan motivasi yang baik dan
melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran akan selalu
terlaksana.
Pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru dikuatkan
oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ryssa Marlyana (2012:115)
membuktikan bahwa motivasi berprestasi guru berpengaruh terhadap kinerja
mengajar guru. Ryssa menjelaskan bahwa motivasi merupakan faktor utama yang
mendukung berhasilnya kinerja guru, dengan adanya motivasi yang tinggi dalam diri
seorang guru maka kinerja mengajar guru akan meningkat.
Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu di atas, maka peneliti ingin
mengungkapkan juga seberapa besar pengaruh kepemimpinan transformasional
kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru pada
SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan pengalaman historis yang
telah diungkapkan melalui berbagai kerja ilmiah, peneliti dapat mengidentifikasi
masalah yang berkaitan dengan kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah
kabupaten Bandung Barat.
Hampir semua usaha dalam upaya peningkatan mutu pendidikan seperti
pembaharuan kurikulum, penerapan metode mengajar baru serta penggunaan
teknologi canggih pun, pada akhirnya bergantung kepada guru. Artinya guru
memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Di dalam proses belajar
mengajar guru berperan sebagai perancang, pelaksana, sekaligus evaluator
pembelajaran, artinya bahwa guru bertanggung jawab merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran di sekolah. Sehingga melalui guru akan dihasilkan
peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, kematangan emosional,
Namun kenyataannya kinerja mengajar guru masih perlu dikembangkan dan
ditingkatkan, hal ini diperkuat dari hasil survey yang dilakukan oleh UNESCO, untuk
kualitas guru di Indonesia berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Hal itu
menunjukkan bahwa kompetensi dan kinerja guru di Indonesia jauh dari harapan
sosok pendidik yang mampu membawa siswanya berkualitas (Bappenas, 2012).
Keberhasilan dalam upaya meningkatkan kinerja mengajar guru dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini,
peneliti ingin mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah
dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di
Wilayah kabupaten Bandung Barat. Karena berdasarkan hasil studi awal di lapangan,
kedua variabel tersebut memiliki pengaruh dalam meningkatkan kinerja mengajar
guru pada SMK Negeri di Wilayah kabupaten Bandung Barat.
Hal itu diperkuat dengan pendapatnya Sutermeister dalam Sunarjono (2012:6)
bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang sangatlah
kompleks, diantaranya: latihan dan pengalaman kerja, pendidikan, sikap kepribadian,
organisasi, para pemimpin, kondisi sosial, kebutuhan individu, kondisi fisik tempat
kerja, kemampuan, motivasi kerja dan sebagainya.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus masalahnya adalah faktor
kepemimpinan dan motivasi. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah
merupakan kemampuan pemimpin dalam mengelola sekolah berdasarkan
keterampilan yang dimilikinya sebagai proses untuk merubah dan mentrasformasikan
individu guru agar mau mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya. Sehingga
melalui kepemimpinan transformasional kepala sekolah tersebut, kinerja mengajar
guru diharapkan dapat meningkat dan mampu menciptakan mutu lulusan yang baik.
Selain faktor kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi
Melalui motivasi berprestasi guru yang tinggi, maka akan mendorong guru untuk
melaksanakan kinerja mengajar yang baik.
Ryssa Marlyana (2012:115) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa motivasi
merupakan faktor utama yang mendukung berhasilnya kinerja guru, dengan adanya
motivasi yang tinggi dalam diri seorang guru maka kinerja mengajar guru akan
meningkat.
Oleh karena itu, melalui kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan
motivasi berprestasi guru diharapkan mampu meningkatkan kinerja mengajar guru
pada SMK Negeri di Wilayah kabupaten Bandung Barat, dengan demikian akan
terwujud pendidikan yang berkualitas.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah
tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu seberapa
besar pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi
berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah
Kabupaten Bandung Barat? Rumusan masalah penelitian tesebut dapat dirinci
sebagai berikut:
1. Bagaimana kepemimpinan transformasional kepala sekolah pada SMK Negeri di
Wilayah Kabupaten Bandung Barat.
2. Bagaimana motivasi berprestasi guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten
Bandung Barat.
3. Bagaimana kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten
Bandung Barat.
4. Seberapa besar pengaruh kemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap
5. Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar
guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat?
6. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan
motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di
Wilayah Kabupaten Bandung Barat?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja
mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat. Adapun
tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis:
1. Kemimpinan transformasional kepala sekolah pada SMK Negeri di Wilayah
Kabupaten Bandung Barat.
2. Motivasi berprestasi guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung
Barat.
3. Kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat.
4. Seberapa besar pengaruh kemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap
kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat.
5. Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar
guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat,
6. Seberapa besar pengaruh kemimpinan transformasional kepala sekolah dan
motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di
Wilayah Kabupaten Bandung Barat.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan
teoritis dan praktis.
Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat antara lain:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan (knowledge) tentang pengaruh
kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru
terhadap kinerja mengajar guru.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan (knowledge) baru bagi
pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan jurusan dan
program Administrasi Pendidikan.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan:
a. Bagi Peneliti
Sebagai prasyarat untuk memenuhi tugas akhir pada studi peneliti untuk
memperoleh gelar Magister Administrasi Pendidikan di Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia. Serta hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan tentang pengaruh kepemimpinan transformasional kepala
sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru pada SMK
Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat.
b. Bagi SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan Informasi bagi para
pengelola pendidikan dalam upaya memperbaiki, meningkatkan, serta
mengembangkan kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten
Bandung Barat.
F. Struktur Organisasi Tesis
Untuk memudahkan pemahaman dan pemecahan masalah secara lebih
terstruktur dan sistematis, maka penulis menyusun suatu bentuk penulisan sebagai
Bab I: Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang penelitian,
identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
struktur organisasi tesis.
Bab II: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Dan Hipotesis. Pada bagian ini
memaparkan landasan teori berupa uraian mengenai teori-teori yang mendukung
penelitian ini sebagai dasar pemikiran dan pemecahan masalah yang kemudian
dijadikan kerangka pikir penilitian untuk selanjutnya diperoleh hipotesis penelitian.
Bab III: Metodologi Penelitian. Bab ini berisi tentang lokasi dan subjek
populasi/sampel penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bagian ini berisi keseluruhan data
dari hasil observasi dan kuesioner. Memaparkan hasil pengolahan data berdasarkan
prosedur yang telah ditetapkan serta memaparkan hasil analisis data yang dilakukan.
Hasil analisis ini kemudian dilakukan pembahasan berkaitan dengan permasalahan
penelitian.
Bab V: Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi penafsiran dan pemaknaan
peneliti terhadap hasil temuan penelitian, implikasi. Saran atau rekomendasi yang
dihasilkan ditujukan kepada para pengguna hasil penelitian dan kepada peneliti
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan pada SMK Negeri se Kabupaten
Bandung Barat. Dalam penelitian ini, lokasi dipilih secara keseluruhan
berdasarkan informasi dari Kabid SMA/SMK Disdikpora Kab. Bandung Barat,
yaitu berjumlah 3 (Tiga), diantaranya: SMKN 1 Cihampelas, SMKN 4
Padalarang, SMKN 1 Cipeundeuy.
2. Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (1998:115) populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
1998:117). Sementara menurut Sugiyono (2008:57) mengemukakan bahwa
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pendapat di atas, maka faktor yang perlu diperhatikan dalam
populasi adalah unsur yang dapat diamati. Untuk itu, penentuan karakteristik
populasi yang tepat merupakan faktor penting dalam suatu penelitian, karena
sejatinya suatu permasalahan itu baru akan memiliki makna apabila dikaitkan
dengan populasi yang relevan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek
dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan hanya jumlah yang ada
pada obyek-obyek yang dipelajari, namun meliputi seluruh karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Berdasarkan hasil prasurvey diseluruh SMK Negeri di Wilayah Kabupaten
Bandung barat tersebut diperoleh jumlah populasi sebanyak 123 guru yang
51
Tabel. 3.1. Jumlah Guru SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat
No Nama Sekolah Jumlah Guru
1 SMKN 1 Cihampelas 43
2 SMKN 4 Padalarang 54
3 SMKN 1 Cipeundeuy 26
Jumlah 123
Sumber: Kabid SMA/SMK Disdikpora Kab. Bandung Barat
3. Sampel Penelitian
Arikunto (2004:117) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi.” Sample penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai
sumber data dan dapat mewakili seluruh popoulasi. Berkaitan dengan teknik
pengambilan sampel, Moh. Nazir (2003:18) menyatakan bahwa:”mutu penelitian
tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya
dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitianya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu
pelaksanaan dan pengelolahanya.” Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel,
Arikunto (2005:120) mengemukakan bahwa: Unuk sekedar encer-encer maka
apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar,
dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-30% atau lebih.
Memperhatikan pernyataan tersebut, maka jumlah populasi lebih dari 100
orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara
acak (Random sampeling). Sedangkan Teknik pengambilan sampel menggunakan
rumus dari Taro Yamane atau Solvin (dalam Riduwan 2007:65) sebagai berikut:
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = Jumlah populasi
52
Dalam penelitian sosial besarnya presesi biasanya antara 5% sampai
dengan 10%, pada penelitian ini peneliti mengambil presesi 10% sehingga
diperoleh nilai n sebagai berikut:
Jadi jumlah sampel penelitian ini sebanyak 55 orang (dibulatkan), jumlah
ini menjadi responden penelitian. Jumlah sampel tersebut jika diprosentasekan
adalah 55/123 x 100% = 44,72%.
Penentuan anggota sampel adalah sebesar 44,72% dari populasi.
Penyebaran sampel pada tiap sekolah berikut ini:
1) SMK Negeri 1 Cihampelas:
n = 19,22 dibulatkan = 19 responden
Setelah dihitung secara keseluruhan didapat data sebagai berikut :
Tabel 3.2. Penyebaran Sampel
No Nama Sekolah Jumlah
Populasi
Sampel
(44,72%)
Jumlah
Sampel
1 SMKN 1 Cihampelas 43 19,22 19
2 SMKN 4 Padalarang 54 24,15 24
3 SMKN 1 Cipeundeuy 26 11,63 12
Jumlah 123 55 55
Karena adanya proses dan hasil pembulatan maka sampel ditambah 1
sehingga setelah ditambah, sampel pada penelitian ini berjumlah 56 orang. 56
guru yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah guru yang berkualifikasi
pendidikan S1. Tujuannya untuk mendapatkan responden yang memahami konsep
53
B.Metode Penelitian
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu bagaimana
pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi berprestasi
guru terhadap kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten
Bandung Barat. Untuk itu, peneliti berusaha menggunakan metode yang sesuai
dengan permasalahan yang diteliti. Sebagaimana mestinya bahwa sebuah
penelitian tidak akan mencapai kriteria penelitian sesungguhnya apabila tidak
menggunakan sebuah metode penelitian yang tepat. Dengan metode penelitian
yang tepat, diharapkan sebuah penelitian nantinya akan menjadi penelitian yang
ilmiah, logis, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Berikut merupakan metode yang digunakan peneliti dalam melaksanakan
penelitian ini:
1. Pendekatan Kuantitatif
Arikunto (2002:86) mengatakan bahwa pendekatan kuantitatif merupakan
pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian dengan cara mengukur
indikator-indikator variabel sehingga dapat diperoleh gambaran umum dan
kesimpulan masalah penelitian.
Pendekatan kuantitatif merupakan metode pemecahan masalah yang
terencana dan cermat, dengan desain yang terstruktur ketat, pengumpulan data
secara sistematis terkontrol dan tertuju pada penyusunan teori yang disimpulkan
secara induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis secara empiris. Pendekatan
kuantitatif merupakan upaya mengukur variabel-variabel yang ada dalam
penelitian (variabel X1, X2 dan variabel Y) untuk kemudian dicari hubungan antar
variabel-variabel tersebut.
2. Metode Deskriptif
Metode deskriptif merupakan metode yang ditujukan untuk memecahkan
masalah yang terjadi pada masa sekarang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Arikunto (2002:86) bahwa: “Metode deskriptif adalah metode penelitian yang
digunakan dalam mengkaji permasalahan-permasalahan yang terjadi saat ini atau
54
data yang relevan dengan masalah yang diteliti melalui penelaahan berbagai
konsep atau teori yang dikemukakan oleh para ahli.
Metode deskriptif dalam penelitian ini sesuai digunakan, karena masalah
yang diambil terpusat pada masalah aktual dan berada pada saat penelitian
dilaksanakan dengan melalui prosedur pengumpulan data, mengklasifikasi data
kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan.
3. Studi Kepustakaan (Studi Bibliografi)
Studi Bibliografi sering disebut juga studi kepustakaan, digunakan untuk
melengkapi metode deskriptif. Studi bibliografi merupakan proses penelusuran
sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, laporan-laporan penelitian, jurnal, dan
sejenisnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Melalui studi bibliografi ini, penulis akan memperoleh tambahan informasi
dan pengetahuan dalam bentuk teori-teori yang dapat dijadikan landasan berfikir
dalam mengkaji, menganalisis, dan memecahkan permasalahan yang diteliti.
C.Definisi Operasional
Singarimbun dan Effendi (2003:46-47) menjelaskan bahwa definisi
operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur
satu variabel. Artinya bahwa definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan
sebuah makna dalam variabel yang sedang diteliti. Berikut ini definisi operasional
dari penelitian ini:
1. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)
Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam penelitian ini
adalah kemampuan kepala sekolah dalam mengelola sekolah berdasarkan
keterampilan yang dimilikinya dalam bekerja sebagai proses untuk merubah dan
mentransformasikan individu guru agar mau mengembangkan dan meningkatkan
dirinya.
Dimensi dan indikator kepemimpinan transformasional kepala sekolah
dalam penelitian ini adalah: (a) idealized influence (kharisma), sebagai perilaku
55
terus membangkitkan antusiasme dan optimisme bawahan; (c) intelectual
stimulation, sikap dan perilaku kepemimpinannya didasari oleh ilmu pengetahuan
yang berkembang; (d) Individualized Consideration, pemimpin yang selalu
mendengarkan dan memberikan dengan penuh perhatian.
2. Motivasi Berprestasi Guru (X2)
Motivasi Berprestasi merupakan daya dorong yang mempengaruhi,
membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku seorang guru untuk
melakukan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar dengan segala kemampuan
dan keahliannya dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan yang telah
ditentukan.
Dimensi dan indikator motivasi berprestasi guru dalam penelitian ini
adalah: (a) Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi, (b) Berani
mengambil dan memikul resiko, (c) Memiliki tujuan realistik, (d) Memiliki
rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan,
(e)Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang
dilakukan, dan (f) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
3. Kinerja Mengajar Guru (Y)
Kinerja mengajar guru adalah kemampuan seorang guru untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
Indikator kinerja mengajar guru yang telah dikembangkan dan
dimodifikasi dari berbagai pemikiran yaitu: (a) merencanakan proses belajar
mengajar (b) melaksanakan proses belajar mengajar; serta (c) mengevaluasi atau
56
D.Instrumen Penelitian
1. Skala Pengukuran
Dalam menyusun kuesioner ini peneliti menggunakan skala. Menurut
Sugiyono (2008:93) skala digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena tertentu. Jadi dengan
skala ini peneliti ingin mengetahui bagaimana kepemimpinan transformasional
kepala sekolah, motivasi berprestasi guru dan kinerja mengajar guru pada SMK
Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat.
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ketiga variabel
penelitian ini adalah skala likert dengan lima alternatif jawaban, yaitu: Selalu
(SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP).
Pemberian bobot masing-masing kontinum atau berturut-turut, untuk pernyataan
positif diberi bobot : 5 – 4 – 3 – 2 – 1, sedangkan bobot untuk pernyataan negatif
diberi bobot : 1 – 2 – 3 – 4 – 5.
2. Penyusunan Instrumen
Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan indikator-indikator
masing-masing variabel. Untuk mendapatkan kesahihan konstruk dilakukan melalui
pendefinisian dan studi kepustakaan.
Instrumen pada masing-masing indikator disusun dengan langkah-langkah
sebagai berikut: (1) membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel, (2)
menyusun butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator variabel, (3) melakukan
analisis rasional untuk melihat kesesuaian dengan indikator serta ketepatan dalam
menyusun angket dari aspek yang diukur. Berikut ini merupakan kisi-kisi
57
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)
Variabel Sub Variabel Indikator No. Item
Kepemimpinan
1. Menimbulkan rasa hormat (respect).
2. Menimbulkan rasa percaya diri
(trust).
3. Saling berbagi resiko, melalui
pertimbangan atas kebutuhan para
2. Sikap dan perilakunya didasarkan
pada ilmu pengetahuan yang
berkembang.
3. Secara intelektual ia mampu
menerjemahkannya dalam bentuk
1. Penuh perhatian terhadap staf.
2. Memberikan perhatian khusus kepada
kebutuhan prestasi dan kebutuhan
para staf.
23,24
58
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Motivasi Berprestasi Guru (X2)
Variabel Sub Variabel Indikator No. Item
Motivasi Berprestasi
1. Bertanggungjawab 1. Melaksanakan pekerjaan
dengan sungguh-sungguh.
1,2,3
2. Pengambil Resiko 1. Berani melakukan pekerjaan
yang mengandung resiko.
4,5
3. Memiliki tujuan
yang berkelanjutan
1. Memiliki tujuan yang jelas.
2. Menyelesaikan tugas untuk
5. Kreatif dan Inovatif 1.Menggunakan cara baru
dalam melakukan pekerjaan.
2.Tidak malas melakukan
dengan cara yang berbeda.
20
21,22
6. Percaya diri 1. Mampu melaksanakan
pekerjaan.
23,24
7. Berpikir dan
berkonsep diri yang
positif
1.Tidak marah jika dikritik.
2.Bersikap wajar jika
pekerjaannya dipuji.
25,26
59
Tabel 3.5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)
Variabel Sub Variabel Indikator No. Item
Kinerja
Instrumen penelitian yang telah disusun diuji cobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui kesahihan dan kehandalannya. Jumlah responden uji coba sebanyak
10 (sepuluh) orang guru SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat, di
luar populasi dan sampel yang ditentukan. Jumlah ini dianggap sudah memenuhi
60
pengisian angket, (c) para guru melakukan pengisian angket, dan (d) setelah guru
selesai mengisi angket, segera dikumpulkan kembali.
Pelaksanaan uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan
kekurangan yang mungkin terjadi pada item-item pernyataan angket, baik dalam
hal redaksi, alternatif jawaban yang tersedia, maupun dalam pernyataan dan
jawaban tersebut. Uji coba dilakukan untuk analisis terhadap instrumen sehingga
diketahui sumbangan butir-butir pernyataan terhadap indikator yang telah
ditetapkan pada masing-masing variabel. Selanjutnya untuk memperoleh butir
pernyataan pada valid dan reliabel dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas Instrumen
Pengujian validitas instrumen dapat diketahui melalui perhitungan dengan
menggunakan rumus Pearson Product Moment terhadap nilai-nilai antara variabel
X dan variabel Y. Seperti yang diungkapkan Sugiyono, (2008:95):
Keterangan:
n = Jumlah responden
XY = Jumlah perkalian X dan Y
X = Jumlah skor tiap butir
Y = Jumlah skor total
X2 = Jumlah skor X dikuadratkan
Y2 = Jumlah skor Y dikuadratkan
Selanjutnya dihitung dengan uji t atau uji signifikansi. Uji ini adalah untuk
menentukan apakah variabel X tersebut signifikan terhadap variable Y. Uji
signifikasi ini dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto
61
1) Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)
Untuk mengetahui tingkat validitas pada item pertanyaan variabel
kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1), yaitu dengan
membandingkan nilai rhitung dengan rtabel. Jika nilai rhitung lebih besar daripada nilai
rtabel, maka item pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Adapun perbandingannya
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)
62
25 -0,203 < 0,632 Tidak Valid
26 0,749 > 0,632 Valid
27 0,686 > 0,632 Valid
2) Variabel Motivasi Berprestasi Guru (X2)
Untuk mengetahui tingkat validitas pada item pertanyaan variabel motivasi
berprestasi guru (X2), yaitu dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel. Jika
nilai rhitung lebih besar daripada nilai rtabel, maka item pertanyaan tersebut
dinyatakan valid. Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7. Uji Validitas Variabel Motivasi Berprestasi Guru (X2)
63
3) Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)
Untuk mengetahui tingkat validitas pada item pertanyaan variabel kinerja
mengajar guru (Y), yaitu dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel. Jika
nilai rhitung lebih besar daripada nilai rtabel, maka item pertanyaan tersebut
dinyatakan valid. Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8. Uji Validitas Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)
64
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:170) bahwa: “Reliabilitas menunjuk
pada pengertian bahwa cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrument tersebut sudah cukup baik.” Maksud dapat
“dipercaya” disini bahwa data yang dihasilkan harus memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi.
Dalam penelitian ini, langkah-langah pengujian reliabilitas angket
dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0. Adapun kaidah pengambilan keputusan
adalah: jika r hitung > r tabel maka instrumen reliabel, dan jika rhitung < rtabel maka
instrumen tidak reliabel.
1) Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)
Tabel 3.9.
Uji Reliabilitas Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
Reliability Statistics
Correlation Between Forms .787
65
a. The items are: q1, q2, q3, q4, q5, q6, q7, q8, q9, q10, q11,
q12, q13, q14.
b. The items are: q15, q16, q17, q18, q19, q20, q21, q22,
q23, q24, q25, q26, q27.
Pengujian reliabilitas pada variabel kepemimpinan transformasional
kepala sekolah (X1) ini dengan melihat nilai korelasi gutman split-half coefficient
yaitu sebesar 0,880. Korelasi berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan
dengan rtabel 0,632 maka rhitung lebih besar daripada rtabel.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan pada variabel
kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) reliabel.
2) Variabel Motivasi Berprestasi Guru (X2)
Tabel 3.10.
Motivasi Berprestasi Guru (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value .935
N of Items 15a
Part 2 Value .913
N of Items 14b
Total N
of Items
29
66
Spearman-Brown
Coefficient
Equal Length .964
Unequal
Length
.964
Guttman Split-Half Coefficient .940
a. The items are: q1, q2, q3, q4, q5, q6, q7, q8, q9, q10,
q11, q12, q13, q14, q15.
b. The items are: q16, q17, q18, q19, q20, q21, q22, q23,
q24, q25, q26, q27, q28, q29.
Pengujian reliabilitas pada variabel motivasi berprestasi guru (X2) ini
dengan melihat nilai korelasi gutman split-half coefficient yaitu sebesar 0,940.
Korelasi berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan rtabel 0,632
maka rhitung lebih besar daripada rtabel.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan pada variabel
motivasi beprestasi guru (X2) reliabel.
3) Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)
Tabel 3.11.
Kinerja Mengajar Guru (Y)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value .939
N of Items 17a
Part 2 Value .942
N of Items 16b
Total N
of Items
67
Correlation Between Forms .949
Spearman-Brown
Coefficient
Equal Length .974
Unequal
Length
.974
Guttman Split-Half Coefficient .959
a. The items are: q1, q2, q3, q4, q5, q6, q7, q8, q9, q10,
q11, q12, q13, q14, q15, q16, q17.
b. The items are: q18, q19, q20, q21, q22, q23, q24, q25,
q26, q27, q28, q29, q30, q31, q32, q33.
Pengujian reliabilitas pada variabel kinerja mengajar guru ini dengan
melihat nilai korelasi gutman split-half coefficient yaitu sebesar 0,959. Korelasi
berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan rtabel 0,632 maka
rhitung lebih besar daripada rtabel.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan pada variabel
kinerja mengajar guru (Y) reliabel.
E.Teknik Pengumpulan Data
Moh. Nazir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data
merupakan alat-alat ukur yang diperlukan untuk melaksanakan suatu penelitian.
Data yang dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi
lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang
diteliti. Maka dalam penelitian ini digunakan dua teknik utama pengumpulan data,
yaitu studi dokumentasi dan teknik angket.
1. Studi Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2008:98) Studi dokumentasi dalam pengumpulan data
68
untuk memperoleh data langsung dari instansi atau lembaga meliputi buku-buku,
laporan kegiatan yang releven.
2. Teknik Angket / Kuesioner
Kuesioner/angket secara umum sering disebut sebagai daftar pertanyaan.
Menurut Moh. Nazir (2003:203) kuesioner adalah daftar pertanyaan yang cukup
terperinci dan lengkap.
Angket disebarkan pada responden dalam hal ini sebanyak 56 responden.
Pemilihan dengan model angket ini, didasarkan atas alasan bahwa: (a) responden
memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau
pernyataan-pernyataan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang
sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan
memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau
keterangan dari banyak responden dan dalam waktu yang tepat.
Indikator-indikator yang merupakan jabaran dari variabel kepemimpinan transformasional
kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru
merupakan materi pokok yang diramu menjadi sejumlah pernyataan didalam
angket.
F. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah pengolahan data yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Data Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk melihat kecenderungan distribusi
frekuensi variabel dan menentukan tingkat ketercapaian responden pada
masing-masing variabel. Gambaran umum setiap variabel digambarkan oleh skor rata-rata
yang diperoleh dengan menggunakan teknik Weighted Means Scored (WMS),
69
Keterangan:
= skor rata-rata yang dicari
X = jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai untuk setiap
alternatif jawaban)
N = jumlah responden
Hasil kali perhitungan dikonsultasikan dengan tabel 5 kriteria dan
penafsiran seperti dibawah ini:
Tabel 3.12. Kriteria dan Penafsiran
Rentang Nilai Pilihan Jawaban Kriteria
4,01 – 5,00 Selalu Sangat tinggi
3,01 – 4,00 Sering Tinggi
2,01 – 3,00 Kadang-kadang Cukup
1,01 – 2,00 Jarang Rendah
0,01 – 1,00 Tidak pernah Sangat rendah
2. Pengujian Persyaratan Analisis
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan analisis regresi,
baik regresi linier sederhana maupun regresi ganda. Persyaratan tersebut adalah
syarat normalitas dan syarat kelinieran regresi Y atas X.
a. Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan
analisis dan menentukan apakah pengolahan data menggunakan parametrik atau
non parametrik. Untuk pengolahan data parametrik, data yang dianalisis harus
berdistribusi normal, sedangkan pengolahan data non parametrik data yang
dianalisis berdistribusi tidak normal. Pengujian ini bertujuan untuk apakah ketiga
variabel penelitian tersebut memiliki penyebaran data yang normal atau tidak. Uji
normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan program komputer
70
Keterangan:
X2 = Chi Kuadrat yang dicari
O1 = Frekuensi hasil penelitian
E1 = Frekuensi
b. Uji Linieritas Data
Uji linieritas dapat dilihat dari signifikasi dari deviation of linierity untuk
X1 terhadap Y serta X2 terhadap Y. Apabila nilai signifikasi < 0,05 dapat
disimpulkan bahwa hubungannya bersifat linier.
3. Menguji Hipotesis Penelitian
Teknik yang digunakan dalam melakukan pengujian hipotesis adalah:
a. Hipotesis 1 dan 2 diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi
sederhana.
b. Hipotesis 3 diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi ganda.
a. Analisis Korelasi
1) Analisis Korelasi Sederhana
Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui derajat hubungan antara
variabel X dan variable Y. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui derajat
hubungan dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi (r) dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
n = Jumlah responden
XY = Jumlah perkalian X dan Y
X = Jumlah skor tiap butir
Y = Jumlah skor total
X2 = Jumlah skor X dikuadratkan
Y2 = Jumlah skor Y dikuadratkan
71
rhitung dengan rtabel pada tingkat kepercayaan 95%. Bila rhitung > rtabel dan bernilai
positif, maka terdapat pengaruh yang positif.
2) Analisis Korelasi Ganda
Korelasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya
hubungan antara dua variabel independen secara bersama-sama atau lebih dengan
satu variabel dependen. Berikut ini merupakan rumus korelasi ganda (Sugiyono,
2011: 233):
RyX1X2 =
Keterangan :
Ryx1x2 : Korelasi antara X1 dan X2 bersama-sama dengan Y
ryx1 : Korelasi Product Moment Y dengan X1
ryx2 : Korelasi Product Moment Y dengan X2
rx1x2 : Korelasi Product Meoment X1 dengan X2
Untuk lebih memudahkan dalam menafsirkan harga koefisien korelasi,
menurut Sugiyono (2011:231) sebagai berikut:
Tabel 3.13. Tolok Ukur Koefisien Korelasi
72
Uji signifikasi ini adalah untuk menentukan apakah variabel X tersebut
signifikan terhadap variabel Y. Rumus uji signifikansi adalah ((Field, 2000: 46):
Jika Signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika Signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
4) Uji Koefisien Determinasi
Mencari derajat hubungan berdasarkan Koefisien Determinasi (KD)
dengan maksud sejauh mana pengaruh yang diberikan oleh variabel X terhadap
variabel Y, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
KD = Koefisien Determinasi yang dicari
r2 = Koefisien Korelasi
b. Analisis Regresi
1) Analisi Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana dimaksudkan untuk mengetahui hubungan
fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel
dependen. Berikut ini merupakan rumus persamaan umum analisis regresi linier
sederhana (Sugiyono, 2011:261):
Keterangan:
= Nilai taksir Y (variabel terikat) dari regresi
a = Konstanta, apabila harga X = 0
b = Koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y
jika satu unit perubahan yang terjadi pada X
X = Harga variabel X
- Uji t
Untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara
73
menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dan 2 sisi. Uji t pada regresi ini
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Akdon (2008:144), yaitu:
Keterangan:
t = nilai thitung
r = Koefisien korelasi hasil rhitung
n = Jumlah responden
Menguji taraf signifikansi yaitu dengan membandingkan harga thitung
dengan ttabel dengan tingkat kepercayaan tertentu dan dengan dk = n – 2. Koefisien
dikatakan signifikan atau memiliki arti apabila harga thitung > ttabel.
- Uji Signifikansi
Uji signifikansi ini adalah untuk menentukan apakah variabel X tersebut
signifikan terhadap variabel Y. Rumus uji signifikansi adalah (Sugiyono, 2011):
Jika Signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika Signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
2) Analisis Regresi Ganda
Analisis regresi ganda adalah alat peramalan pengaruh dua variabel bebas
atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya
hubungan fungsi kausal antara dua variabel bebas atau lebih dengan variabel
terikat. Analisis regresi berganda menggunakan rumus:
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat
yang dikontrol oleh variabel bebas lainnya, atau secara bersama-sama digunakan
rumus analisis regresi ganda sebagai berikut:
Keterangan:
= Nilai taksir Y (variabel terikat) dari persamaan regresi
a = Nilai konstanta
74
X1 = variabel bebas
X2 = Nilai koefisien regresi X2
E = Prediktor (pengganggu)
- Uji t
Uji t atau uji koefesien regresi secara parsial digunakan untuk mengetahui
apakah secara parsial variabel independen berpengaruh secara signifikan atau
tidak terhadap variabel dependen, karena itu maka dilakukan analisis regresi linier
ganda dengan melakukan uji t. Pengujian dilakukan menggunakan tingkat
signifikansi 0,05 dan 2 sisi. Uji t pada regresi ini menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Akdon (2008:144), yaitu:
Keterangan:
t = nilai thitung
r = Koefisien korelasi hasil rhitung
n = Jumlah responden
Menguji taraf signifikansi yaitu dengan membandingkan harga thitung
dengan ttabel dengan tingkat kepercayaan tertentu dan dengan dk = n – 2. Koefisien
dikatakan signifikan atau memiliki arti apabila harga thitung > ttabel.
- Uji Signifikansi
Uji signifikansi ini adalah untuk menentukan apakah variabel X tersebut
signifikan terhadap variabel Y. Rumus uji signifikansi adalah (Sugiyono, 2011):
Jika Signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika Signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
- Uji f
Sedangkan untuk mencari signifikansi pada uji f digunakan rumus fhitung
yang kemudian dibandingkan dengan ftabel. Untuk mencari kesimpulan, jika fhitung
≥ ftabel maka Ho ditolak, artinya signifikan, sebaliknya jika fhitung ≤ ftabel maka Ho
75
Untuk membantu analisis data, kegiatan penghitungan statistik
menggunakan program SPSS (Statistical Package of Social Science) 17.0. dan
Microsoft Office Excel 2007 sehingga dapat diperoleh perhitungan statistik
deskriptif seperti mean, deviasi standar, skor minimum, skor maksimum, dan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah pada SMK Negeri di Wilayah
Kabupaten Bandung Barat secara keseluruhan berada pada kategori sangat
tinggi. Hal ini tercermin dari sub variabel kepemimpinan transformasional
kepala sekolah yang meliputi: kharismatik (idealized influence), inspiratif
(inspirasional motivation), stimulasi intelektual (intellectual stimulation), serta
kepekaan individu (individualized consideration). Namun, untuk sub variabel
stimulasi intelektual (intellectual stimulation) dan kepekaan individu
(individualized consideration) berada pada kategori baik.
2. Motivasi berprestasi guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung
Barat secara keseluruhan berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini tercermin
dengan terlaksananya sub variabel motivasi berprestasi guru yaitu:
bertanggungjawab, pengambil resiko, memiliki tujuan yang berkelanjutan,
selalu belajar dan menggunakan umpan balik, kreatif dan inovatif, percaya
diri, serta berpikir dan berkonsep diri positif. Namun, untuk sub variabel
pengambilan resiko berada pada kategori baik.
3. Kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung
Barat secara keseluruhan berada pada kategori sangat baik. Hal ini tercermin
dari sub variabel kinerja mengajar guru yaitu: merencanakan proses belajar
mengajar, melaksanakan proses belajar mengajar, serta mengevaluasi atau
menilai pembelajaran.
4. Kinerja mengajar guru normatif pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten
Bandung Barat secara keseluruhan berada pada kategori sangat baik. Hal ini
tercermin dari sub variabel kinerja mengajar guru yaitu: merencanakan proses
belajar mengajar, melaksanakan proses belajar mengajar, serta mengevaluasi
5. Kinerja mengajar guru produktif pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten
Bandung Barat secara keseluruhan berada pada kategori baik. Hal ini tercermin
dari sub variabel kinerja mengajar guru yaitu: merencanakan proses belajar
mengajar, melaksanakan proses belajar mengajar, serta mengevaluasi atau
menilai pembelajaran. Namun untuk sub variabel melaksanakan proses belajar
mengajar terutama pada indikator menutup pelajaran masih berada pada
kategori rendah.
6. Kinerja mengajar guru adaptif pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten
Bandung Barat secara keseluruhan berada pada kategori sangat baik. Hal ini
tercermin dari sub variabel kinerja mengajar guru yaitu: merencanakan proses
belajar mengajar, melaksanakan proses belajar mengajar, serta mengevaluasi
atau menilai pembelajaran.
7. Terdapat pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap
kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung
Barat, berdasarkan hasil penelitian pengaruhnya berada pada kategori kuat.
8. Terdapat pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap terhadap kinerja
mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat,
berdasarkan hasil penelitian pengaruhnya berada pada kategori kuat.
9. Terdapat pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan
motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di
Wilayah Kabupaten Bandung Barat, berdasarkan hasil penelitian pengaruhnya
berada pada kategori kuat.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis merekomendasikan diantaranya
sebagai berikut:
1. Pada variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah pada SMK
Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung Barat berada pada kategori sangat
baik. Hal ini tentunya perlu dipertahankan, sehingga melalui kepemimpinan
mengajar guru, dengan demikian proses belajar mengajar di sekolah dapat
dilaksanakan secara maksimal dan mutu pendidikan yang baik dapat
terwujud.
2. Pada variabel motivasi berprestasi guru pada SMK Negeri di Wilayah
Kabupaten Bandung Barat sudah berada pada kategori sangat baik, namun hal
ini menjadi sebuah keharusan dari seluruh komponen sekolah terutama
guru-guru dalam upaya mempertahankannya, sehingga melalui motivasi
berprestasi guru diharapkan mampu meningkatkan kinerja mengajar guru,
dengan demikian akan terwujud pendidikan yang berkualitas.
3. Pada variabel kinerja mengajar guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten
Bandung Barat sudah berada pada kategori sangat baik, namun hal ini
menjadi sebuah keharusan dari seluruh komponen sekolah terutama
guru-guru dalam upaya mempertahankannya sehingga proses belajar mengajar di
sekolah dapat dilaksanakan secara maksimal dan mutu pendidikan yang baik
dapat terwujud.
4. Pada variabel kinerja mengajar guru produktif pada SMK Negeri di Wilayah
Kabupaten Bandung Barat yang perlu menjadi perhatian adalah sub variabel
melaksanakan proses belajar mengajar terutama pada indikator menutup
pelajaran masih berada pada kategori rendah. Untuk itu perlu adanya upaya
pembinaan baik secara internal maupun eksternal yang mempengaruhi kinerja
mengajar guru produktif, terutama memberikan motivasi untuk selalu
berusaha memperbaiki kekurangan di dalam melaksanakan proses belajar