PERSEPSI GURU DAN TATA USAHA MENGENAI PERILAKU
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PROSES KOMUNIKASI
Dl SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA )
( Studi deskripcif pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
di Koiamadya Ujung Pandang )
TES I S
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis lnstitut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh *
ISMAIL TOLLA 399 / A / XVI - 8
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DlSETUJUl DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
PROF. DR. ACHMAD SANUSI, SH., MPA.
PEMBIMBING IPROF. DR. HJ £NGKQSWARA, M. Ed
^MBIMBING It
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DAFTAR ISI
halaman
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
±±±
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH .V
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR : xi
BAB
I.
PENDAHULUAN
1
A. Permasalahan
1
1. Latar Belakang Permasalahan
1
2. Rumusan Masalah 7
B. Tujuan Penelitian
H
C. Manfaat Penelitian
15
BAB
II.
PERILAKU KEPEMIMPINAN DAN PROSES KOMUNIKASI
17
A. Telaah Perilaku Kepemimpinan
17
1. Beberapa Rumusan Kepemimpinan
17
2. Teori-teori Dalam Studi Kepemimpimpinan...27
3. Beberapa Pendekatan Dalam Teori Kepemim
pinan
33
B. Telaah Proses Komunikasi
63
1. Beberapa Rumusan Komunikasi
63
2. Bentuk-bentuk Komunikasi
67
3. Proses Komunikasi Dalam Organisasi
70
C. Rangkuman Studi Kepustakaan
76
D. Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya
78
1. Beberapa Penelitian Perilaku Kepemimpinan.78
2. Beberapa Penelitian Proses Komunikasi
81
BAB III. PROSEDUR PENELITIAN 83
A. Populasi dan Sampel
83
B. Metode Penelitian 86
C. Anggapan Dasar dan Hipotesis
87
D. Alat Pengumpulan Data
89
E. Uji Coba Dalam Rangka Validitas dan Reliabili
tas Instrumen 92
F. Pengumpulan Data 99
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
100
H. Hasil Pengolahan dan Analisis Data
101
1. Distribusi Data 101
2. Pengujian Hipotesis
110
I. Rangkuman Hasil Pengolahan Data
,115
BAB
IV. KESIMPULAN, DISfflJSI DAN IMPLIKASI
118
A. Kesimpulan
118
B. Diskusi 119
C. Implikasi
128
DAFTAR KEPUSTAKAAN 132
LAMPIRAN - LAMPIRAN
135
DAFTAR TABEL
m , ., Halaman
Tabel
1. Perincian Penyebaran Anggota Populasi
83
2. Proporsi Anggota Sampel
85
3. Pembobotan Item
9^
4. Perhitungan Uji Analisis Item
96
5. Nilai yang diperoleh dari kedua Rumus Uji
Re
Gambar Halaman
1. Unsur-unsur Perilaku Kepemimpinan
34
2. Model Kepemimpinan Fiedler
39
3. Pohon Keputusan dari Vroom dan Yetton
1,7
if. Empat Gaya Dasar Kepemimpinan Hersey
dan
Blanc hard. kq
5. Apa yang seharusnya menjadi Perilaku Seseorang
Pemimpin dalam arti tingkat Kedewasaan Bawahan
52
6. Tata Hubungan dalam Aplikasi Path - Gool
go
^
7. Pendekatan Social Learning dalam Kepemimpinan.
62
8. Konsep Jembatan Fayol dalam komunikasi
^
*•*
^
9. Proses Komunikasi
71
\/\v*
^
10
11. Poligon Frekwensi Data Perilaku
Kepe-
Afj/'
mimpinan
102 _ 103 ^C
12
13. Poligon Frekwensi Data Proses Komunika-
t
si '
•
10if -105
I . Permasalahan.
A. Latar belakang permasalahan.
Pendidikan pada hakekatnya adalah proses
interaksi
P Y[
antara pendidik dengan peserta didik yang bertujuan u n t u k / .
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecer-
**
[
dasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat <y\
kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta yi~^
tanah air ( Depdikbud: 1985, 13 ). ^W^r' ^fc$N.^_5
^
Sementara itu sekolah sebagai lembaga pendidikan for mal merupakan wada berlangsungnya proses pendidikan secara
teratur dengan melibatkan sejumlah sumber daya yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Sum ber daya itu meliputi unsur manusia dan bukan manusia ( sum
ber belajar dan fasilitas ) yang memerlukan penataan dan
pe-ngelolaan yang efektif sehingga sumber-sumber tersebut
tera-mu dalam suatu bentuk kerja sama yang dapat meraperlancar pro
ses penyelenggaraan pendidikan secara optimal.
Sumber daya manusia merupakan unsur terpenting dari
unsur-unsur lainnya dan terstruktur dari Kepala Sekolah, staf
pengajar ( guru-guru ), staf administrasi ( tata usaha ) dan
siswa-siswa sebagai sasaran kegiatan pendidikan. Tanpa kerja
sama semua personil sekolah tersebut serta didukung oleh
ter-sedianya sarana dan prasarana yang memadai, mustahil tujuan
sekolah dapat tercapai.
-2
Kepala Sekolah sebagai pemegang posisi utama di se
kolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk
meng-efektifkan penyelenggaraan seluruh proses pendidikan (
be-lajar-mengajar ) dalam lingkungan sekolah. Untuk itu efek
tivitas kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan kunci sukses
bagi sekolah untuk mencapai tujuannya.
Efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dapat dirujuk
dari dua sumbu utama yaitu; (1) efektivitas dari segi pro
ses, (2) efektivitas dari segi produk. Efektivitas dari segi proses dipahami melalui adanya kesatuan arah dan pandangan
yang dilandasi semangat kerja, motivasi, kepercayaan dan ke-setiaan dari personil sekolah: dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab mereka secara optimal. Sedangkan efektivitas dari segi produk mengacu kepada pencapaian tujuan sekolah
secara kualitas maupun kuantitas.
Secara kualitas dapat dilihat pada: 1) masukan yang
merata, 2) keluaran yang banyak dan bermutu tinggi, 3) ilmu
dan keluaran yang gayut dengan kebutuhan masyarakat yang
se-dang membangun, dan if)
pendapatan tamatan atau luaran
yang
memadai. ( Engkoswara, 198i+: 11-12 ). Sedangkan kuantitasnya adalah efisiensi proses pendidikan yang terlihat pada :'
1) kegairahan atau mativasi belajar yang tinggi, 2) semangat
bekerja yang besar, 3) kepercayaan berbagai f Lhak,
dan if)
pembiayaan, waktu dan tenaga yang sekecil mungkin tetapi ha sil yang besar mendekati ratio 1. ( Engkoswara; 1984: 12 ).
tersebut di'atas dalam perwujudannya banyak dipengaruhi pe
rilaku kepala sekolah itu sendiri yang menjadi gaya
kepe-mimpinannya dalam menata dan.mempengaruhi perilaku manusia
organisasionalnya ke arah tercapainya tujuan.
Dalam lintasan-lintasan kepemimpinan kepala sekolah
banjiak diwarnai oleh perilakunya yang menjadi pola anutan
menjalankan kepemimpinannya. Gambaran umum perilaku kepala
sekolah . dalam suatu <.sekolah ' ditandai melalui frekwensi
arah jaringan komunikasi yang digunakannya dalam berkomu-nikasi dengan bawahannya terutama dalam menentukan kebijak-sanaan organisasi yang mengenai dan menjadi tanggung jawab seluruh personil sekolah.'.. Dihubungkan dengan fungsi asasi
komunikasi dalam sekolah . adalah menjamin dan memelihara
kesatuan individu-individu
dan unit-unit organisasi, ser
ta menjaga pertukaran informasi, pendapat dan sikap agar
individu-individu atau unit-unit organisasi tersebut dapat
mengadakan penyesuaian, baik dalam lingkungan sekolah '. itu
sendiri maupun dengan lingkungan sekitarnya. Dengan
demiki-an, idealnya komunikasi dalam suatu •• sekolah ' adalah . pro
ses komunikasi mengalir bebas ke semua arah yang
diperlu-kan, yaitu ke bawah, ke atas, dan ke samping maupun secara
diagonal sehingga penyelenggaraan pendidikan berjalan lancar.
Kepala sekolah sebagai pemimpin formal dalam organisa
si sekolah berkewajiban untuk membina sistem komunikasi
seca-efektif di sekolah yang dipimpinnya. Namun dalam praktek
me-k
raengalir ke bawah, tapi komunikasi ke ata mengalarrii hambatan.
Penekanan pada komunikasi deraikian oleh Argyris ( I960 )
rae-nyebutnya sebagai" komunikasi yang berpusat pada pemimpin", sehingga bawahan hanya akan melaporkan hal-hal yang menurut
mereka akan disetujui oleh pemimpin ( asal bapak senang ).
Lipham ( 1974: 10if-105 ) menyebutkan empat faktor perilaku
kepala sekolah yang mempengaruhi suasana sekolah tidak aman:
1) mengisolasi diri, yaitu perilaku yang merujuk pada ciri formal dan tidak akrab, 2) raenekankan pada produksi, yaitu
perilaku yang ditandai dengan supervisi yang ketat terhadap
staf, selalu memberikan pengarahan, 3) memberikan dorongan ,
yaitu memotivasi guru-gurunya melalui contoh yang dia lakukan
sendiri, dan if) tirabang rasa, yaitu perilaku kepala sekolah
yang berkecenderungan untuk memperhatikan para guru secara raanusiawi. Perilaku yang serupa sering pula ditemui dalam prak
tek kepemimpinan pendidikan di Indonesia yang merupakan pro
duk birokrasi dan sistem sentralisasi yang amat ketat dan
memusat. Sehubungan dengan itu Fakri Gaffar ( 1985 ) dalam
makalahnya" Beberapa Fenomena Dalam Mengembangkan Kepemim
-pinan Khas Indonesia", mengemukakan lima ciri perilaku khas
dalam fenomena kepemimpinan pendidikan Indonesia
yaitu:
»
(1) Perilaku paternalistik, (2) Perilaku kepatuhan
semu,
(3) Perilaku kemandirian dalam bekerja lemah, (if) Perilaku
konsensus, dan (5) Perilaku menghindar ( evasive )".
Perilaku paternalistik dalam kepemimpinan memunculkan
sikap bawahan: a) keengganan bawahan untuk mengungkapkan
dianggap menentang atasan, b) dominasi atasan terhadap bawa
han amat kuat, sehingga bila muncul gagasan pembaharuan dari
bawah acapkali dianggap sebagai tantangan terhadap kebijakan
pimpinan. Perilaku pemimpin seperti ini menghendaki komunika
si satu arah ( mendikte ) sehingga dapat menimbulkan sikap
apatis karena hanya menunggu perintah dari atasan.
Perilaku kepatuhan semu dalam kepemimpinan yang meru
pakan pengaruh paternalistik,yaitu selama seseorang masih
menduduki posisi pimpinan, maka loyalitas dan rasa hormat terhadap pribadi pimpinan tinggi, tetapi bilamana seseorang
tidak lagi menjabat, maka segala! . rasa hormat padanya hilang
bersama jabatannya.
Eemandirian kurang, karena telah terkondisi kebiasaan
menunggu perintah dan instruksi atasan ( pengarahan ) sehing
ga inisiatif, kreatif dan tanggung jawab kurang (
imature )
bagi bawahan.
Eerilaku konsensus adalah produk musyawarah atas dasar
gotong royong , namun dalam kenyataannya sering dimanipulir
menjadi arena penggarapan kalau perlu dengan tekanan. Ini biasangra dilakukan secara informal atau diluar forum resrai
sehingga forum resmi hanya tinggal mengukuhkan saja.
Perilaku evasive ( menghindar ) atau tidak konsekuen
menghadapi kenyataan. Perilaku menghindar ini menghasilkan
sikap yang tidak seiring kata dengan perbuatan ( hipokrit )
acapkali menimbulkan masalah komunikasi seperti" confusion,
lack of defence" dan salah pengertian antara pemimpin dengan
bawahan ( antara kepala sekolah dengan stafnya ).
Konsepsi perilaku kepemimpinan pendidikan khas Ihdo -sia dikemukakan di atas, tampaknya tidak hanya berlaku dalam bidang pendidikan tetapi juga bidang-bidang lainnya. Dengan mengambil konsep tersebut sebagai dasar pembanding dalam
me-nelaah perilaku kepemimpinan Kepala-kepala Sekolah Menengah
Atas ( SMA ) di Kotamadya Ujung Pandang, dapat
dikemukakan
bahwa secara empirik kepala-kepala sekolah dalam
menjalan-kan keperaimpinannya menampakmenjalan-kan gejala-gejala perilaku yang
merujuk kebenaran konsep di atas. Perilaku kepala-kepala
sekolah tersebut antara lain:
(1) Menganggap dirinya sebagai penguasa penuh dan raemandang
semua stafnya kurang mampu sehingga bimbingan dan penga
rahan merupakan hal mutlak dalam melaksanakan
tugas-tu-gas mereka setiap saat.
(2) Merasa dirinya serba tahu terhadap semua persoalan baik
yang berkaitan dengan organisasi sekolah maupun dibidang
pendidikan dan pengajaran sehingga sehingga, .setiap
kegia-tan memerlukan pengarahan bagi seluruh stafnya sebelum
melaksanakan tugas mereka raasing-masing.
(3) Menganggap saran dan kritikan yang muncul dari
bawah
sebagai rongrongan yang dapat menggeser posisi kepala
sekolah.
Gejala-gejala perilaku kepemimpinan kepala-kepala
sekolah tersebut disinyalir sebagai perilaku yang tidak senafas dengan konsepsi dasar kepemimpinan demokrasi Panca-sila yang menganut asas keseimbangan, keselarasan dan
kese-rasian. Kesan lain bahwa koordinasi dan proses komunikasi, baik vertikal maupun horizontal dalam sistem sekolah
narapak-nya lebih banarapak-nyak. dijalankan terutama melalui surat - surat
putusan dan instruksi-instruksi dari kepala sekolah, tanpa
memperdulikan apakah aparat sekolah telah siap untuk
melak-sanakannya. Ditinjau dari segi administrasi pendidikan,
me-pakan ganjalan bagi terciptanya suasana pendidikan •
yang
produktif dalam penyelenggaraan pendidikan yang efektif dan
e f i s i e n .
2 . Rumusan masalah.
Penelitian ini mencoba mengangkat kepermukaan atau
mempermasalahkan" bagaimana efektivitas perilaku kepemim pinan kepala sekolah dan proses komunikasi pada Sekolah
Menengah Atas di Kota.madya Ujung Pandang. Hal ini didasarkan
pada persepsi guru dan tata uaaha sekolah.
Pokok permasalahannya adalah efektivitas perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan efektivitas proses komuni
kasi, diasumsikan cukup berarti terhadap efektivitas penye
lenggaraan pendidikan.
Pembahasan' mengenai perilaku kepemimpinan kepala
sekolah bagi keseluruhan kajian ini dipusatkan pada teori
memandang kepemimpinan sebagai suatu proses pengaruh yang
oleh pemimpin diarahkan kepada bawahan atau
pengikut-x>e-ngikutnya agar mereka dapat lebih berkarya demi
tercapai-nya tujuan atau prestasi bersama. Di sini diungkapkan ada
nya tiga faktor utama bagi terjadinya kepemimpinan
yaitu
pemimpin, bawahan,dan situasi yangvketiganya •..
merupakan
fungsi asasi dari kepemimpinan. Keefektifan suatu
pengaruh
bergantung dari peranan ketiga faktor ini.
Agar kepala sekolah dapat memberi pengaruh „
yang
berarti kepada para stafnya, maka ia harus dapat
berkomuni-kasi dengan mereka secara efektif. Dengan kata lain
kepala
sekolah harus mampu menyesuaikan perilakunya dengan stafnya.
Di dalam proses penyesuaian ini,"perlu diperhatikan
akan
ekspektasi, nilai-nilai dan kemampuan antara peribadi
karya-wan di mana ia harus berinteraksi': ( Sherron, 1970: 284 ).
Hal ini mencakup
semua
komunikasi dengan individu-indi
vidu termasuk kepala sekolah sendiri, kawan sebaya
serta
kawan seprofesinya. Dari sini dapat dipahani bahwa komunikasi
sangat berguna bagi pemimpin ( kepala sekolah ) dalam
proses
organisasi sekolah, harus dilakukan sedimikian rupa sehingga
dapat terjamin kerjasaraa dalam semua interaksi anggota dengan
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa efektivitas kepemimpinan kepala sekolah harus berorientasi pada tugas-tugas yang harus dilaksanakan dan sekaligus pada tata hu-bungan manusiawi dengan seluruh'stafnya dan melibatkan
partisipasi kelompok secara maksimal dalam setiap hal dimana
kepala sekolah sebagai pengarah utama dan dalam partisipasi
atau proses kelompok ini kepala sekolah mengkomunikasikan
ide-idenya secara jelas dan mudah dipahami disamping juga
raempertimbangkan gagasan-gagasan yang muncul dari individu
atau kelompok stafnya.
Dari segi proses komunikasi, bahwa kelancaran fungsi
dan interaksi fungsional dalam manajemen sekolah ditentukan
oleh efektivitas komunikasi di sekolah itu, karena itu pro
ses komunikasi dengan policy dalam komunikasi perlu
menda-pat perhatian utama darci kepala sekolah. Kepala sekolah
ber-komunikasi mencakup: ber-komunikasi edukatif dengan guru, komu
nikasi administratif dengan tata usaha, dan komunikasi
koor-dinatif dengan pemimpin lain yang sejawat. Komunikasi antar
kepala sekolah dengan guru dan tata usaha di sekolah dilak
sanakan menurut jalur-jalur formal maupun informal
sebagaima-na layaknya di Indonesia khususnya komunikasi informal lebih
sering dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-raasalah yang
rumit dengan cara penggarapan, sehingga dalam komunikasi for
mal tinggal mengukuhkan saja hasil penggarapan yang dilaku
kan dengan cara informal.10
sabsistem dalam organisasi sekolah merapunyai dua fungsi
utama yaitu: (1) fungsi integratif adalah untuk menyatukan bagian-bagian yang ada dalam organisasi sebagai suatu sistem
yang tidak dapat dipisah-pisah satu sama lain. . Termasuk
fungsi komunikasi ini adalah perumusan tujuan organisasi , koordinasi kegiatan dari berbagai bagian, peninjauan kembali
kebijakan yang kurang efektif dan sebsgainya, (2) fungsi
komunikasi interaktif, adalah proses pertukaran informasi yang berjalan secara berkeseimbangan, pertukaran pendapat dan sikap yang dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara
bagian organisasi atau antara organisasi dengan lingkungan.
Keefektifan proses komunikasi di sekolah secara nyata dapat diamati atau dipahami melalui kedua fungsi komunikasi tersebut. Artinya sejauh mana kedua fungsi komunikasi itu secara positif terjadi dalam proses komunikasi di sekolah.
Kepala sekolah sebagai pemeran utama proses komunikasi ber-kewajiban membina proses komunikasi yang efektif karena ke
efektifan proses komunikasi menentukan keefektifan proses pendidikan yang berlangsung di sekolah.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat ditegaskan
bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang efektif berkenaan
dengan kesesuaian antara apa yang seharusnya dikerjakan ke
pala sekolah dengan tujuan sekolah yang hendak dicapai. .
Dalam hal ini keefektifan kepemimpinan kepala sekolah
utama di sekolahnya.
Penelitian ini lebih bersifat pengujian hipotesis
secara statistik, di samping juga mengadakan analisis teo-ritis secara kualitatif dalam rangka melihat
implikasi-im-plikasinya.
Adapun variabel-variabel masalah penelitian adalah
sebagai berikut :
(1) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yaitu cara
bertin-dak dari kepala sekolah yang dapat diamati atau
dirasa-kan oleh guru dan tata usaha dalam suasana hubungan
antara atasan dengan bawahan. Interaksi timbal balik
yang terjadi dalam suasana formal maupun informal antara
kepala sekolah dengan guru dan tata usaha dimana kepala
sekolah mempengaruhi, maka terjadilah proses kepemimpi
nan yang dapat melahirkanpersepsi para guru dan tata
usaha menurut pengamatan dan pengalaman mereka
masing-masing.
(2) Proses komunikasi adalah proses pertukaran inforjnasi
secara timbal balik antara kepala sekolah dengan para
guru dan tata usaha sekolah. Pengertian ini disesUaikan
dengan kebutuhan penelitian•ini.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa antara
kepala sekolah dengan guru dan tata usaha dapat secara
bergantian menjadi sumber informasi.
dimana kepala sekolah sebagai sumber ( sender ) berkenaan
dengan pemberian perintah, nasehat, instruksi, keputusan
dan semacamnya. Sedangkan guru atau tata usaha berkomuni-kasi dengan kepala sekolah dapat berupa: ide, saran, atau kesulitan-kesulitan pribadi dan sebagainya. Dengan demiki-an dalam proses komunikasi ini bukdemiki-an hdemiki-anya kepala sekolah
yang menjadi sumber ( komunikator ), tetapi juga guru atau tata usaha dapat menjadi sumber ( komunikator ) apabila
dia yang memulai komunikasi. Permasalahannya bahwa sejauh mana saran, atau ide yang muncul dari bawah dapat diterima oleh kepala sekolah sebagai input yang berarti bagi kepen-tingan sekolah bergantung dari perilaku kepala sekolah itu
sendiri.
Interaksi antara variabel penelitian dalam peneliti
an ini adalah sebagai berikut:
Variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah dija
dikan sebagai variabel bebas ( X ), dan variabel proses
komunikasi sebagai variabel terikat ( Y ).
Interaksi antara variabel tersebut sebagai kerangka acuan untuk pembahasan selanjutnya digambarkan sebagai be
"
P E R S E P S I
Guru dan Tata Usaha Sekolah
P e r i l a k u
Kepemimpinan
Kepala sekolah
( X )
P r o s e s
K o m u n i k a s i
( Y )
Perilaku
T u g a s
Perilaku
Hubungan
J a 1 u r Komunikasi
Peristiwa Komunikasi
K e t e r a n g a n :
14 Berdasarkan variabel-variabel tersebut di atas dapat dirumuskan masalah-masalah penelitian sebagai berikut;
1. Bagaimana hubungan fungsional antara perilaku kepemim pinan kepala sekolah dengan proses komunikasi dalam pe
nyelenggaraan pendidikan ?
2. Bagaimana derajat kaitan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan proses komunikasi dalam
meningkat-kan efektivitas penyelenggaraan pendidimeningkat-kan di sekolah ?
3» Apakah ada perbedaan yang berarti mengenai persepsi guru
dan tata usaha terhadap perilaku kepemimpinan kepala
sekolah dan proses komunikasi V
B. Tu.juan P e n e l i t i a n . 1. Tujuan umum.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
menda-patkan gambaran serta analisis interaksi fungsional dan
derajat keterkaitan antara variabel perilaku kepemimpinan
kepala sekolah dengan proses komunikasi yang . berhubungan
dengan efektivitas penyelenggaraan pendidikan pada Sekolah
Menengah Atas ( SMA ) di Kotamadya Ujung Pandang.
2 . Tu.juan khusus.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mendapatkan hubungan fungsional antara perilaku kepe
mimpinan kepala sekolah dengan proses komunikasi.
b. Mendapatkan ukuran derajat keterkaitan antara peri
Pandang.
c. Mendapatkan gambaran deskriptif tingkat kontribusi
perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan proses komu nikasi terhadap efektivitas manajemen Sekolah Menengah Atas ( SMA ) di Kotamadya Ujung Pandang.
C. Manfaat P e n e l i t i a n .
Penelitian ini lebih bersifat pengujian hipotesis*
Oleh karena itu dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
mengungkapkan gambaran secara deskriptif hubungan fungsi
onal dan derajat keterkaitan serta kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah .dan proses komunikasi ter
hadap peningkatan efektivitas Sekolah Menengah Atas (SMA)
di Kotamadya Ujung Pandang. Lokasi penelitian ini adalah
Sekolah Menengah Atas ( SMA ) yang mendidik siswa-siswa untuk menjadi tenaga kerja menengah atau menempuh jenjang
pendidikan yang lebih tinggi ( Perguruan Tinggi ).
Penelitian ini membahas masalah-masalah yang
me-nyangkut hubungan antara variabel-variabei penelitian ,
mempunyai kegunaan teoritis dan praktis. Dari segi
teori-tis penelitian ini kondusif terhadap perkembangan Ilmu Administrasi Pendidikan khususnya bidang . Kepemimpinan Pendidikan dengan teori-teori yang menggunakan
pendeka-tan-pendekatan keperilakuan ( behavioral ). Secara prak
tis penelitian ini memberikan sumbangan positif bagi para
administrator pada umumnya dan khususnya kepala- - kepala
16
Kotamadya Ujung Pandang. Juga hasil penelitian ini diharap
kan bermanfaat sebagai masukan bagi prospek - pengembangan
dan pembinaan dalam rangka upaya meningkatkan efektivitas kompetensi profesional Kepala-kepala Sekolah bersama segenap
stafnya.
Bila terngrata dari hasil penelitian ini ditemukan hubungan yang positif antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan proses komunikasi, maka ada alasan untuk
me-ngatakan bahwa para kepala sekolah perlu , memperhatikan masalah proses komunikasi di sekolah. Proses :. komunikasi di sekolah berlangsung secara vertikal ( hubungan dari
atas ke bawah dan dari bawah ke atas ), horizontal yaitu
hubungan mendatar antara jabatan yang setingkat, dan hubu ngan yang berbentuk diagonal yaitu komunikasi yang sifatnya lebih terbuka. Untuk menjaga kelancaran proses komunikasi
di sekolah seyogyanya kepala sekolah lebih menekankan pada
BAB I I I
PROS E1DU.R PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini meliputi keseluruhan
karakteristik vang menyangkut perilaku kepemimpinan dan pro
ses komunikasi kepala sekolah dalam perwujudannya sebagai
pemegang posisi. dan pelayan
•. terhadap Guru-guru dan pega
wai SMA di Kotamadya
Ujung Pandang.
Adapun yang menjadi subyek unit populasi adalah seluruh gu
ru termasuk Kepala Sekolah dan Pegawai SMA Negri, di Kota
madya Ujung Pandang yang penyebarannya seperti terlihat
pada tabel berikut ini.
TABEL I
PERINCIAN PENYEBARAN ANGGOTA POPULASI
HO S e k o 1 a h
I
j Guru
Pegawai 1 ~ 1Jumlah '
» •SMA Neg. 1 125
30 155
?.. SMA Neg. £. 33 20 "03
3» SMA Neg. 3 79 19 98
4. SMA Neg. h 62 15
77
,? * SMA Neg. p
73 18 93
6.
| SMA Neg.
/-to 37 12 69
•?. SMA Ne5. '/ - 38 10
if 8
8. SMA Nea.
" ' 23 9 3Z
9. Si-hi Neg, ~j \ 23
5 28
10. SMA Ntij. i 0 1
2 3
— i
J u m 1 a h
i
566 1 ZfO 706
Sumber: Bidang Dik. U mum.Kanwil Depdikbud
Propinsi
Sulawesi Selatan, Mei 1986.
Jntuk pamilihan anggota sampel dalam penelitian ini,
dibatasi pada hanya guru-guru dan pegawai tetap saja.
Ukuran atau jumlah unit sampel penelitian ditentukan dengan
menggunakan aturan penentuan sampel penelitian yang dikemu
kakan oleh Koentjaraningrat ( 1981 : 130 ) sebagai berikut:
Rumus
:
PS
=
\/
Ps. qs
N
Pengoperasian rumus tersebut di atas,untuk menentukan uku
ran besarnya sampel terlihat pada lampiran tesis ini. Hasil
penerapan rumts tersebut, diperoleh ukuran besarnya jumlah
sampel minimal = 125. Untuk dalam penelitian sesungguhnya
jumlah minimal tersebut diperbesar menjadi 150 anggota sam
pel dengan pertimbangan untuk memperkecil
kemungkinan-ke-mungkinan kesalahan yang disebkan adanya faktor-faktor ter
tentu yang terdapat dalam anggota populasi kebetulan juga
terdapat dalam anggota sampel dan faktor-faktor lainnya yang
tidak termasuk. Kesalahan yang demikian biasa disebut ke
salahan. sifat random sampling.
Berdasarkan prosedur penerapan rumus tersebut
ditam-bah aeugau pertimbangan-pertimbangan rasional akan
kemung-kinan adanya kesalahan yang disebabkan adanya faktor-faktor
tertentu, maka penentuan basarnya sampel penelitian ini se
'LABEL 2
PHOPOKSI AHGGOTA ShMPEL
? NO. ]
I 1. I oI-lj-x . J.1* Og . c.
oi*'i.a. x^ :a
5* ) Ska. keg
I 4- • ^i*'hi, k eg. D
J u m 1
s i u r u J Pegawai
37
|
30
{
as
f 25
10
IkO
i
50
85
J u ra 1 a h
47 38
35
30
ItO
teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
area sarapi.ing lan acak dengan prosedur: Pertama,
menetap-kan secare acak empat buah SMA sebagai area penelitian ,
Kedua, sec—rs orotorsional ditetapkan jumlah anggota sam
pel dari ^esir, p-mosing sekolah yang telah ditunjuk, Ke ti
ga, pengambilan anggota sampel sesuai dengan proporsi yegg
telah ditentuk-.m dilakukan secara random.
Penentuan sampel hanya dioatasi oada guru dan pegawai
te-tat> h a l ini. aiiakukan dengan pertimbangan sebagai
b e r i k u t :
i. 'iuri: a.ar; pepaaai tetap lebih cerii--:at oleh pei-aturan
-peraturan c.i sekolah dibanding dengan guru dan pegawai
honorer sapa.
2. Guru dan pegawai tetap lebih banyak pengalamannya di
:>;- •!A' —^
s-,i:3(=-:us-i.kar'.nyfe disamping rasa tanggung jawab
terhadap t>:. mbinaan sekolah itu lebih besar.
p. Kareta guru dtn pegawai tetap lebih banyak mengetahui se
cara luas keadaan sekolah ternpat mereka bekerja sehinggah
kemamnuan uempersersi situasi sekolah yang sebenarnya akan
lebih baik pula.
4- Guru dan pegawai tetap lebih banyak berkomunikasi dengan
kepala sekolah sehingga dapat mendiskripsika.n perilaku
apa adanya dari kepala sekolah.
B* Hetod e Pe ne 1 ;.t±fm
-Metouo yang digunakan dalam penelitian ini ialah me
tode deskriptif yaitu" memberikan gambaran tentang fenomena
tertentu atau aspek kehidupan tertentu dari masyarakat yang
diteliti". ( Masri Singarimbun, dkk, l98l : 9 ). Sedangkan
Rosenberg, Morris ( 1Q68 ) memberikan dua pengertian. metode
deskriptif, ,-aitu : (1) mendeskripsikan gejala-geJala yang
diteliti, (2) mempelajari hubungan antara gejala - gejala
yang d i t e l i t i 1 ' .
Metode M-,sKr- ptif tiaak terbatas hanya sampai pada pengum
pulan aata, tetapi meliputi analisis dan interpretasi
ten-xang .rrj i^.., Ltu. ^melitian deskriptif membandingkan
per-s.maai. aan peroeoaan fenomena tertentu". ( Winarno
Surach-mad, 1980 : :y) ).
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
87
••'1.!-! anuria -a dengan proves koraunikasinya melalui persepsi
guru-guru dar. pegawai, maka alat pengumpul data yang
di-g a na ka 11 a d a la n:
.'.., Teknik kueakioner.
Teknik kuesioner atau angket ini. dimaksudkan untuk
men-dapatkan data dengan pertanyaan tertutup kepada respon
ded yang keraudian dikumpulkan hasil angket itu.
2. Teknik pengumpulan-
data dengan observasi.
reknik in: peneliti secara langsung mengamati obyek pe
nelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
p. i'eknik pengumpulan data dengan teknik dokumenter.
Dengan teknik .dokumenter ini, dimaksudkan untuk
mendapat-kan data tertulis dari obyek penelitian yang berujut
do-kumentaai-dokumentasi.
C* Anggapan Dasar dan Hinotesiw.
As urns:..-asurnsi yang melandasi pengembangan studi ini
adalah sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah dengan segenap aparatnya ( guru-guru dan
peg..t.u.J berkomunikasi'di sekolah sebagai kerabat-kerja.
Sementara itu pergauian dalam kelompok baik sebagai
pemim-ein ma uput keraoat kerja, merupakan pola - pola
perilaku
;/cng :a,iekat dalam rekaman masing-masing individu untuk
kemudian capat diungkapkan melalui persepsi-persepsi.
2. Dalam memantau perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada
hakekatnya terukir dari komunikasinya dan ini berurusan
p.
-erd laKu ^e-aemimtnifar: kex-aia sekolah hendaknya menjadi
suri tauiadan dalam menciptakan situasi dan kondisi seko
lah yang ko/idusif bagi segenap aparat sekolah.
4. Keb^rhasilati sekolah berturabuh dan berkembang ke arah
inovatif sebagian besar ditentukan oleh kepala
sekolah
sebagai temimpj.n pendidikan. Oleh karena itu kualitas dan
perilaku kerela sekolah secara langsung maupun tidak, mem
pengaruhi prestasi dan penampilan seluruh stafnya.
5. Proses komunikasi di sekolah adalah proses pertukaran in
formasi ke berbagai aubsistem organisasi sekolah
dalam
upaya meraperlancar dinamisasi kerjasama antar individu
pelaksana mnupun koordinasi terhadap berbagai kegiatan
yang telah didelegasikan kepada para aparat sekolah. Untuk
itu komunikasi yang terbuka memberikan kontribusi yang
berarti bagi efektivitas penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
Adapun hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara
terhadap
permisalahan yang telah dikemukakan adalah sbb:
1. Adanya hubungan fungsional linier dan positii antara peri
laku kepemimpinan kepala sekolah dengan proses komunikasi.
2. Terdapat keterkaitan antara perilaku kepemimpinan kepala
sekolah dengan proses komunikasi.
3. Terdapat perbedaan yang berarti mengenai persepsi guru dan
tata usaha tentang perilaku kepemimpinan kepala
sekolah
dan proses komunikasi dilihat dari jenis kelamin ( L/P ),
89
L';« Aj^iL_li^jgLlML5Jil™i^tfi
-Sesuai iengan data yang diperlukan dalam penelitian
mi yaitu data tentang deskripsi perilaku kepemimpinan
ke-pala sekolah dan proses komunikasi melalui persepsi
guru-guru dan tata usaha sekolah, maka alat pengumpul data yang
digunakan auatan kuesioner. Ada dua macam kuesioner
yang
digunakan yaitu: (I) kuesioner untuk data perilaku kepe
-mimpinan Kepala sekolah, (2) kuesioner untuk data
proses
komunikasi.
Kuesioner untuk variabel perilaku kepemimpinan ke
pala sekolah, menggunakan instrumen" ;
Leader
Behavior
Description Questionaire » ( LBDQ ). instrumen ini meru
pakan warisan dari Ohio State University yang
dipakai
un
tuk mempelajari bagaimana seorang pemimpin
menjalankan
tugasnya yang dideskripsikan ke dalam dua aspek kepemim
pinan yakni : " Initating Structure dan Consideration >•
Initating structure adalah melukiskan cara pemimpin
ber-hubungan dengan bawahannya dengan menetapkan pola organi
sasi, saluran komunikasi dan metoda atau prosedur
yang
dipakai dalam organisasi. Sedangkan Consideration adalah
melukiskan cara pemimpin berhubungan dengan bav.ahan yang
lebih tcrbuka, bersahabat, saling mempercayai, penghargaan
dan kenangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan bawa
hannya .
aiambi.L dari kuesioner Sr. Ee. Javier dari studinya" Proses
komunikasi dan Pengambilan Keputusan" di Filipina tahun 1973
aan se bagian lagi dikonstruksi sendiri oleh penulis.
Sekalinun kuesioner tersebut telah terpercaya
keba-kuannya, namun karena sifatnya dialih budayakan
sehingga
masih harus dimodifikasi seperlunya sesuai dengan
karakte-ristik dan tata nilai kita yang berlaku. Sedangkan dalam
hal validitas dan reliabilitasnya, diadakan uji coba
sebe-lum kuesioner tersebut digunakan untuk penelitian sesungguh
nya.
Penelitian ini secara khusus
menelaah
bagaimana ke
pala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai. pemimpin
di sekolah. Berdasarkan teori yang mengilhami penelitian
ir.i yaitu teori kepemimpinan situasional, maka ousat per
hatian terhadap kepemimpinan kepala sekolah diarahkan ke
pada dua dimensi perilaku kepemimpinan yaitu; (1 ) dimen
si perilaku tugas ( task behavior ), (2) dimensi
perilaku
hubungan ( relationship behavior ).
Dime isi perilaku tugas yaitu sampai dimana kepala
sekolah mengorganisasikan tugas-.tugas anggotanya ( guru
dan tata usah,, sekolah ) aalam usaha meningkatkan
produkti-vitas individu maupun kelompok dalam palaksanaan tugas.mere
ka . Sedangkan dimensi perilaku hubungan adalah sampai
91
Kedua variabel yang
<diteliti
tersebut. di
atas,
keduanya menggunakan variasi skala yang sama yaitu terdiri
aari
lima kategori, di mana bergerak dari titik
kontinun
sangat tinggi ke titik kontinun yang sangat rendah. Dari
masing-masing kategori diberi bobot sebagai berikut:
Sangat tinggi
=
Sangat efektif
• -
i+
T i n g g i
=
E : f e k t i f
=3
S e d a n g
=
Kurang efektif
=
2
R e n d a h
=
Tidak efektif
=
1
Sangat rendah
=
Sangat tidak efektif
=
0
Pembeiian bobot di atas digunakan dalam
menilai
jawaban responden terhadap kuesioner. Sebagaimana bentuk
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terbagi
atas bagian kiri dan bagian kanan yang saling berhubungan,
bagian kiri menunjukkan frekwensinya dan bagian kanan me
-nunjukkan tingkat efektivitasnya. Maksud bentuk kuesioner
dalam penelitian ini. terdiri dari bagian kiri dan bagian
kanan ialah untuk menilai banyaknya hal atau kegiatan
di-kaitkan dengan keefektif'annya dalam mencapai tujuan.
Dengan demikian responden diminta memberikan jawaban me
-nurut persepsinya dengan mengaitkan antara frekwensi hal
atau kegiatan dengan tingkat keefektifannya terhadap peme
cahan masalah c- masalah yang berhubungan dengan pelaksa
E, Uji cods da lam rangka validitas dan reliabilitas ins
trumen.
Sebagaimana lazimnya bahwa instrumen sebagai
a-aJ.at pengumpul data harus memenuhi persyaratan validi
tas dan reliabilitas. Oleh karena itu sebelum suatu
a-lat ukur digunakan sebagai aa-lat pengumpul data
perlu
diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabi
litas tidaknya intrumen tersebut. Sehubungan
dengan
itu, pra survai dalam rangka uji coba dilaksanakan pa
da tanggal 30 Mei 1986 sampai dengan tanggal 10
Juni
1986 pada responden guru-guru dan pegawai SMA
Negri
Yang dalam hal ini diwakill oleh SMA Negri I
Ujung
Pandang sebanyak 60 responden. Data yang diperoleh da
ri hasil uji coba ini dianalisis untuk mengetahui
vali-diiitas dan reliabilitas instrumen penelitian.
Adapun langkah-langkah uji coba instrumen adalah
sebagai berikut:
1. Menghituhg frekwensi jawaban responden unutk semua
item menurut kategori masing-masing dari sangat efek
tif sampai sangat tidak efektif.
2. Memberikan bobot untuk setiap item.
Pembobotan altematif-alternatif respon setiap butir
dimaksudkan untuk memberikan ketepatan skala kepada
setiap |ornyataan dan dilakukan dengan menganalisis
normalitas penyebaran frekwensi pada kontinun skala
tersebut.
93
oleh Eawards ( 1937, h. i if9 - 1952 ). Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: (1) tabulasi
res-pons-respons subyek uji coba dengan raemerinci frekwensi subyek. dalam setiap alternatif respons pada setiap bu
tir; (2) mencari proporsi subyek untuk setiap alternatif respons pada setiap butir; (3) mencari proporsi kumula-t
tif (cp) untuk setiap alternatif respons pada
.
setiap
butir; (if) mencari titik tengah proporsi kumulatif (Mcp)
(5) dari tabel kurve normal diperoleh nilai z yang ber
hubungan dengan Mcp; (6) selanjutnya melakukan koreksi
dengan memberikan titik nol pada. nilai z yang terendah, dan nilai-nilai z lainnya disesuaikan dengan menambahnya
dengan nilai z terendah tadi; dan (7) mendapatkan nilai
skala dengan melakukan pembula.tan-pembulatan peeperti
yang lazim berlaku.
Dengan demikian akan diperoleh bobot jawaban ter hadap setiap responden yang memberikan jawaban sebagai.
b e r i k u t :
Sangat Efektif (SE) = if E f e k t i f - (E) = 3
Kurang Efektif (KE) = 2
'tidak Efektif (TE) -- 1 Sangat tdk Efektif (STE)- 0
Berikut ini disajikan perhitungan nilai; skala
tabel; 3
perhitungan nilai skala pertanyaan nomor 24
S E V KE
TE STE
'. frekwensi ( f ) 4 16 u.
4 1
proporsi (p) Q»133 '0,5.33 0,1'66
0,13.3 0,033
p kumulatif (pk) 0., 153 0,666 0., 63Z
0,965 0,998
titik tengah pk
0,, 06.6 0,399•0,749 0,899 0,981 n i l a i - z -1,51 -0,26 +0,67 + 1,28
+2,08
nilai-: z+ 1,51
0 1,25 2,18 • 2,793,59
z dibulatkan -
-i (n-ila-i skala) 0 1
1
.2 3 4
Pemakiian perhitungan di atas dilakukan
untuk
semua butir item dalam uji coba.
3. Analisis Item untuk Validitas
Untuk keperluan seleksi butir-butir instrumen, diguna
kan proseuur yang dikemukakan oleh Edwards ( 1957, h.
1>-'- '• :>:•- j. detejah pekerjaan subyek selesai diperiksa,
m--u:a
iiamdi 1 iah 25^ dari subyek yang.memperoleh
SKOr-skor tertinggi dan Z^% dari subyek yang mempunyai SKOr-
skor-skor terendah. Diasumsikan bahwa kedua kelompok ini me
rupakan kelompok-kelompok kriterium yang menjadi dasar
untuk--mengfevaluasi pernyataan-pernyataan individual.
Dalam mengevaluasi respon-respon itu, digunakan rumus
X.. XT
h L
(xH -• xH)2 + (xL - xL)2
95
y*•—~—~"
n ( n - 1 )
dimana: X-^ - skor rata-rata suatu butir tertentu
bagi
kelompok " Tinggi ".
X^ = skor rata-rata surtu butir tertentu bagi kelompok " Rendah ".
Sg = variansi distribusi respons-respons kelom
pok " tinggi " terhadap butir itu.
2
Sj = variansi distribusi respons-respons kelom
pok " rendah " terhadap butir itu.
n
= banyaknya subyek untuk setiap kelompok
( nH = nL ).
( xH;
-
xH )c = xH
( xH )'<
n
( XT - XT )2 = X2
L "L ' ~ AL-
i XL )
n
Agar supaya pemakaian rumus tersebut di atas lebih
jelas .,
berikut ini
3. is a jika n contoh perhitungan aan
PERHITUK^AN PENGUJIAN t PERNYATAAN NOMOR 16
j f;.ateR'ori
X
r "
-Ke lompok Tinggi Kelompok ]Rendah respons
f
fxH
I VVtt fi ,, . ,,,
fX2
SE 4 : 9 36
144 1 4 16
E 3 6 18 54 10 30 90
KE 2 _
- - 4 8 16
.IE 1 - - - - -
-STE C -
-i
- -
-uumlah _
15 54 198 15 42 122
[H =
2ii_ =
3,6
XL
~
-
—
^2
- P A
=2,8
15
( XH - XH )2 = 198 -
54<15
(XL - V"
it!
15= 122
-._. 3»b - Z,6
4, 4 -*- 5, 6
1 5 - 1
4,4
-,7?
^t hitung^>dari t tabel
berarti item no. 43 me
miliki daya pembeda yang
memadai pada t.k. 0,995
(db Z8).
Perhitungan seperti dioperasikan di atas, dilaku
hi-97
tung.
Apabila nilai t hitung yang diperoleh lebih besar dari nilai t tabel, maka dapat dikatakan butir item ter sebut mempunyai daya diskriminasi yang memadai. Sebalik-nya apabila nilai t hitung yang diperoleh lebih kecil
dari t tabel,
berarti butir item tersebut tidak mempunyai
daya pembeda yang memadai sehingga tidak dapat
dipergu
nakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini dan
butir
item tersebut harus didrop.
Hasil perhitungan yang dianggap memadai dalam uji
cob;a ini ditetapkan batas minimal tarap" kepercayaan 0,05
dengan derajat kebebasan (dk) 28, maka t tabel diperoleh
sebesar 1,70. Hasil perhitungan nilai t hitung untuk se
mua butir item uji coba per-variabel dapat dilihat
pada
tabel kerja perhitungan nilai t hitung pada lampiran. Ea
rl, tabel tersebut terlihat hasil nilai t hitung yang me
menuhi persyaratan untuk diteruskan sebagai alat .
ukur
pada penelitian sesungguhnya yaitu hasil nilai
t hitung-:
yang lebih besar dari nilai t tabel yang ditetapkan. Se
dangkan nilai t hitung yang diperoleh lebih kecil
dari
nilai t tabel harus didrop karena dianggap tidak mencapai
kategori persyaratan yang telah ditentukan.
4. Uji Reliabilitas.
Untuk mengetahui taraf reliabilitas alat
ukur
(perilaku kepemimpinan dan proses komunikasi) yang di
mengguna-na«.an prosedur1' Spilt-ha If method " yaitu skor
dari ma
sing-masing responden dibagi dua kelompok skor. Skor item
vane: bernomor ganjil dan skor item yang bernomor genap. Untuk mengetahui berapa besarnya koefisien korela si antara item-item yang bernomor ganjil dengan yang ber
nomor genap digunakan rumus: Product Moment Gorelation
se-bagai bex-ikut.
r =
N (fXY ) - (JX ) (lY )
N (£x2 ) - (£X2) N (£Y2)- (£.Y2)
( Sudjana, 1982: 354 ).
Selanjutnya untuk mengetahui koefisien korelasi
alat ukur secara keseluruhan digunakan rumus:
n Rll RE
1 + ( n - 1 ) Rll
( Dick, Hagerty, 1971: 28 ).
Hasil penggunaan kedua rumus tersebut di atas se
[image:41.595.72.502.59.762.2]perti terlihat pada tabel berikut ini.
TABEL 5
NILAI Y.ANG DIPEROLEH DARI KEDUA RUMUS UJI RELIABILITAS DARI KEDUA ALAT UKUR
T^.r.5^ i,t (Koefisien Korelasi item Koefisien Korelasi
pengurapul yg bernomor ganjil dan a l a t ukur secara
d a t a . item yg bernomor genap keseluruhan
I . Perilaku
Kep. 0, 978 0,988
2. Proses
[image:41.595.82.487.529.694.2]99
Setelah memperhatikan nilai-nilai yang diperoleh
dari kedua jenis alat pengumpul data seperti terlihat pada
tabel 5 di atas, ternyata koefisien korelasi yang didapat
dari masing-masing alat pengumpul data tersebut, dapat di
asumsikan bahwa cukup berarti pada taraf kepercayaan 0,05.
Untuk itu skor -skor yang diperoleh responden melalui alat
pengumpul data tersebut dapat dipergunakan untuk
kepenti-ngan analisis selanjutnya.
-<• Pe ngurn pula n da ta .
Pengumpulan data baik data pra survai (untuk > uji
validitas dan reliabel instrumen) maupun data
untuk
peng-ujian hipotesis, dilakukan setelah mendapat izin peneliti
an dari pemerintah Qaerah Tingkat I Sulawesi Selatan,
Pe-merintah Daerah Tingkat II Kotamadya Ujung Pandang dan Ke
pala Kantor Wilayah DEPDIKBUD Propinsi Sulawesi
Selatan.
Pengumpulan da^a ini dilakukan sendiri oleh peneliti
dan
dibantu oleh 5 orang Mahasiswa Jurusan Administrasi Pendi
dikan sebagai tenaga pengumpul data. Adapun alat pengumpul
data yang digunakan adalah kuesioner dan dilengkapi dengan
wawancara kepada Kepala Sekolah guna mendapatkan data ten
tang dokumen sekolah menyangkut data guru dan pegawai te
tap sekolah.
Strategi pengumpulan data, ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah sampel sekolah dan responden
secara
sampel
. melalui penggunaan rumus: PS= 17"ps
qs*
dari Koentjaraningrat ( 1981 : 130 ).
V
N
2. Berkonsultasi dengan Kepala Sekolah mengenai
Waktu
yang tersedia di sekolahnya.3. Memberikar, penjelasan secara terinci cara pengisian
kuesioner kepada pembantu peneliti (Mahasiswa) sebelum
disebarkar.i ke sasaran sampel.
G* Teknik Pengolahan dan Analisis Data.
Berdasarkan isian pada lembaran jawaban, peneliti
memberikan kode dan skor pada setiap pilihan jawaban un
tuk setiap item. Hasil skoring pada setiap item
keraudian
dijmralahkan menurut jenis variabel untuk memperoleh skor
mentah dari masing-masing variabel pada setiap
"anggota
sampel.
Cara mangolah data digunakan formula-formula
meto-da statistika sesuai cara-meto-dara yang lazim berlaku
untuk
mendapatkan estimasi data, keberartian/signifikansi
data
guna penarikan kesimpulan. Kesimpulan serta hasil analisis
data ini kemudian didiskusikan dengan menggunakan
bahan
bandingan beberapa teori yang relevan,
penelitian-peneli-tian serta fakta-fakta yang empiris lainnya. Oleh
karena
penelitian ini lebih bersifat pengujian hipotesis
dengan
pendekatan deskriptif, maka tahap-tahap dalam mengolah dan
enganalisis data ditempuh dua tahap, yaitu; Pertama
:me-Mt^mr^^
analisis ^r^etrik ri.pt HHr„„r.
kan atau tidak, diadakan pengujian normalitas distribusi
101
populasi berdasarkan hasil pengolahan data, Kedua: Penguji
an hipotesis. Pengujian hipotesis ini menggunakan teknik
statistik sebagai berikut:
Hipotesis pertama : menggunakan analisis regresi;
Hipotesis kedua
: menggunakan analisis korelasi, dan
Hipotesis ketiga
: menggunakan analisis [kesamaan' dua
r a t a - r a t a .
berdaserkan bentuk isisn kuesioner yang berpola bagi
an kiri dan bagian kanan yaitu : bagian kiri untuk
mengum-pulkan data mengenai banyaknya terjadi perilaku kepemim
pinan dan proses komunikasi di sekolah, dan bagian kanan
untuk mengumpulkan data tentang efektivitasnya perilaku ke
pemimpinan dan proses komunikasi yang terjadi di sekolah.
Kepala sekolan sebagai pemimpin di sekolah dinilai oleh
guru-guru dan tata usaha sekolah dalam arti hubungan bawahan
dengan atasan sebagaimana yang dapat diamati atau dirakan
langsung oleh mereka sebagai bawahan.
Untuk menyederhanakan penggunaan istilah bagian kiri dan
bagian kanan pada isian kuesioner tersebut, diberi notasi:
Yang bagian kiri disebut Frekwensi, dan yang bagian kanan
disebut eX§jUi vi_tas .
H* Hasil Pengolahan dan Analisis Data.
!• Distribusi data.Untuk menentukan apakah teknik analisis parametrik
distribusi populasi.
berdasarkan
hasil
pengolahan
data.
Hasil pengolahan data setiap variabel penelitian
dapat
dilihat distribusi-distribusi data berikut ini.
1.1. Distribusi data perilaku kepemimpinan kepala sekolah,
.FxeMensinya: hasil perhitungan uji normalitas dipe
roleh rata-rata
74,08 dan simpangan baku
10,93. Melalui
prosedur uji chi kuadrat ( uji normalitas ) - ( Sudjana,
1982 : 290 ) diperoleh
sebesar 9,32. Chi kuadrat daftar
(
- 0,05 dengan dk = 8 adalah
15,5. Hal ini menyatakan
bahwa chi kuadrat hitung lebih kecil dari chi kuadrat daf
tar.
Artinya bahwa distribusi data variabel perilaku kepe
mimpinan kepala sekolah untuk frekwensinya berasal
dari
distribusi normal.
Dalam bentuk grafik poligon, terlihat distribusi data di
'bawah i n i .
40
^3
30
25
20
15
10
Pol
Kep
kr
38
44
50
56
62
68
74
80
86
92
98.
;on Distribusi Data Perilaku
Ke
Kepala Sekolah Menurut Frekwensinya.
103
.^Lektivitesnya• berdasarkan hasil perhitungan
dipero-leh rata-rata
78,74
dan simpangan baku
10,55. Melalui
proseaur uji chi kuadrat
( uji distribusi normal ) dipe
roleh chi kuao.rat (
)
sebesar 9,10. Chi kuadrat daftar
(
= 0,05 ) dengan dk = p adalah 15,5. Hal ini menyatakan
bahwa chi kuadrat hitung lebih kecil dari chi kuadrat daf
tar. Artinya bahwa distribusi data variabel perilaku kepe
mimpinan kepala sekolah untuk efektivitasnya berasal dari
distribusi . normal.Dalam bentuk grafik poligon, distribusi data perilaku ke
pemimpinan kepala sekolah dilihat dari segi efektivitasnya
dapat dilihat dalam gambar dibawah ini. 40
35 30
25
20
.15
10
0
^3
49
55
61
67
73
79
85
91
97^0^
Gambar: 11 Poligon Distribusi Data Perilaku Kepemimpinan
Kerala Sekolah menurut Efektivitasnya.
Distribusi data variabel perilaku kepemimpinan kepa
la sekolah tersebut di atas baik frekwensinya maupun efek
tivitasnya ternyata berasal dari distribusi normal berarti
1 *:: - Distribusi Data Proses Komunikasi.
Frekwensinya, hasil perhitungan diperoleh rata-rata
ps,ld aan simpangan baku v,31. Melalui prosedur uji chi
kuadrat, ( uji distribusi normal ) diperoleh chi kuadrat
hitung (
)
sebesar 3,12. Chi kuadrat daftar .(
= 0,05)
aengan dk = 2 adalah 5,99. Hal ini menyatakan bahwa
chi
kuadrat hitung lebih kecil dari chi kuadrat daftar. Arti
nya bahwa distribusi data variabel proses komunikasi untuk
frekwensinya
nerasal dari distribusi normal.
Dalam bentuk grafik ppligon, distribusi data variabel pro
ses komunikasi untuk frekwensi dapat dilihat pada
gambar
70'
di bawah i n i .
?
26,5
36,5
46,5
56,5
66,5
105
Mektivi.tas , hasil perhitungan diperoleh rata-rata 50,96
dan simpangan baku 7,74. Melalui prosedur uji chi kuadrat
hitung sebesar 4,89. Chi kuadrat daftar dengan taraf ke
-percayaan 95 % dan dk =, 2 adalah 5,99. Ini berarti bahwa
chi kuadrat hitung lebih kecil dari chi kuadrat
daftar.
Kesimpulan bahwa distribusi data variabep proses komunikasi
untuk efektivitasnya berasal dari distribusi normal.Dlam bentuk grafik poligon, digambarkan berikut ini.
70
"'"
""' "
"""
"
"'" "
60
50
40
20
10
0 '26,5
36,5
46,5
56,5
66,5
76,5
Gambar:13 Poligon Frekwensi Data Proses Komunikasi.
Berdasarkan nasil uji chi kuadrat ( uji distribusi
normal ) mengenai variabel penelitian perilaku kepemimpinan
kepala sekolah dan proses komunikasi ternyata keduanya me
nunjukkan disvribjsi data, yang berasal dari .
distribusi
normal. Hal ini berarti bahwa penggunaan teknik analisis
oarametrik dapat dibenarkan. Asumsi ini didasarkan pada
asurnsi-asurnsi yang mendasari test statistik parametrik
antara lain: (1) nilai populasinya berdistribusi normal atau
jika tidak, sifat distribusinya diketahui, (2)
sampel-sampel-nya memiliki varians yang sama atau mendekati sama, (3)
vari-bel yang digambarkannya berupa skala interval atau rasio.
Ukuran nominal dan ordinal tidak memenuhi syarat tes sta
tistik parametrik. ( Sanapiah Faisal, 1.982: ^
).
Gambaran rata-rata skor jawaban responden guru dan
tata usaha mengenai setiap variabel penelitian dikemukakan
berikut ini;
a) Skor ideal variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah
adalah 120. Secara keseluruhan rata-rata skor jawaban res
ponden
terhadap perilaku kepemimpinan kepala sekolah:
adalah:
ii^wensjjiva, 74,08 atau 61,73 %dari skor ideal.
Efektivitasnya, 78,74 atau 65,74%dari skor ideal.
b) Skor ideal variabel proses komunikasi adalah 68.
ktara-rata skor jawaban responden adalah:
£r^i™iLGsinj^ 51,16 atau 75,23 h dari skor ideal.
107
Untuk dapat menafsirkan taraf perkembangan
kedua
variabel penelitian tersebut, ditentukan kriteria secara
presentase yang didasarkan pada pendapat orang awam sebagai
berikut:
i-igi_tM'ia untuk setiap variabel.
90
%
-
100
%
sangat tinggi
80
%
89
%
tinggi
70
,b
-
79
-a,
—
cukup
6O/0
-
69
/o
sedang
50 Jo - 5^ % — rendah
P-9 % ke bawah
-
rendah sekali.
Berdasarkan skor rata-rata yang diperoleh dari kedua
variabel penelitian yaitu :
Taraf perilaku kepemimpinan kepala sekolah adalah:
Frekwensinya adalah 61,73 %, Efektivitasnya adalah 65,74 ..*.
Taraf proses komunikasi adalah:
Frekwensinya adalah 75,2$
*>, Efektivitasnya adalah 74,9 #.
Jika dibandingkan dengan kriteria yang ada, maka dapatlah
dikatakan bahua variabel perilaku kepemimpinan kepala se
kolah baik dari segi frekwensinya ataupun efektivitasnya
berada pada taraf sedang.
Variabel proses komunikasi baik skor frekwensinya maupua
skor efektivitasnya tingkat perkembangannya berada pada
c * iiii=*Jri§is. Ke sa ma an._gu a. K'at a - r a t a .
dipotesis ketiga secara khusus dapat dijaharkan
seoagai berikut.
1. Tidak terdapat perbedaan yang berarti mengenai perilaku
kepemimpinan kepala sekolah dilihat dari persepsi guru
dan tata usaha baik laki-laki ataupun perempuan.
Notasi statistiknya.
H :/lL --^p
A :/0. L 4/JL p
2. Tidak terdapat perbedaan yang berarti mengenai perilaku
kepemimpinan kepala sekolah antara persepsi guru dengan
t a t a usaha.
H T^Gr =/*- T.U
A :A Dr ^A T.U
3. Tidak terdapat perbedaan yang berarti mengenai proses
komunikasi kepala sekolah antara persepsi guru dan tata
usaha laki-laki dengan guru dan tata usaha perempuan.
4. Tidak terdapat perbedaan yang berarti mengenai proses
komunikasi kepala sekolah antara persepsi guru dengan
tata usaha.
H:^Gr =/*t.U
A :/^Gr ^T.U
Kriteria pengu-pan.
Terima H jika t h±tung berada di antara daerah penerimaan
sebesar - 1,96 dengan + 1,96.
Uji statistik dengan t - tes , di mana terima H jika:
z) - ? Z-
t
^__ t±
-
i:
, t.j_ -
i
diperoleh dalam distribusi
109
Kesiaipulan hiootesis ( hasil perhitungan lihat lampiran ).
Hipotesis pertama; diperoleh t n-j_tung. = 1»65 lebih kecil
dari l daftar ^ fc 0 975 ^ = _1»96 dengan + 1,96.
Ternyata t hitung berada di daerah penerimaan. Kesimpulan,
persepsi antara guru dan tata usaha laki-laki dengan guru dan tata usaha perempuan tidak ada perbedaan.
Hipotesis kedua; diperoleh t , ., ,_ = 0,60 lebih kecil
' nitung '
dari
t
daftar *• fc 0 975 ^ =_1»96 dengan + 1,96.
Ternyata t hjtung berada di daerah penerimaan antara -1,96
dengan +1,96.
Kesimpulan, persepsi antara guru dengan tata usaha mengenai
perilaku kepemimpinan kepala sekolah tidak ada perbedaan.
Hipotesis ketjjga; diperoleh t hit
= 1,57 lebih kecil
dari fc daftar ( t 0,975 ) = "1'96 denS*n +1,96.
Ternyata t h-, tung berada di daerah penerimaan antara -1,96
dengan +1,96,
Kesimpulan,
persepsi guru dan tata usaha baik laki-laki
maupun perempuan mengenai proses komunikasi kepala seko lah tidak ada perbedaan.
Hipotesis keempat; diperoleh t hitung = 1,02 lebih kecil
dari fc daftar ( fc 0,975 °> = ~1»96 dengan + 1,96.
Ternyata t h^tung berada di daerah penerimaan antara -1,96
dengan + 1,96.
Kesimpulan, persepsi antara guru dengan tata usaha mengenai
proses komunikasi kepala sekolah tidak terdapat perbedaan
-• Pengujian hipotesis.
Pembuktian hipotesis secara statistik menggunakan dua
jenis teknik analisis sebagai berikut:
a . Analisis Regresi.
Analisis regresi digunakan untuk menguji hubungan
fungsional linier antara variabel penelitian. Adapun hipo
tesis penelitian yang diuji adalah:
1) Hubungan fungsional linier antara perilaku kepemimpinan
kepala sekolah dengan proses komunikasi.
Hipotesis ini akan diuji menurut frekwensinya dan
menurut tingkat efektivitasnya sebagaimana bentuk kuesioner
yang digunakan dalam penelitian ini.
Pengujian menurut frekwensinya. Notasi statistik adalah :
H
: Y = 0.
+
02
X
A
X
Hubungan non linier ( simpel )
Perilaku kepemimpinan kepala sekolah
Proses komunikasi.
Berdasarkan hasil perhitungan ( lihat lampiran )
hubungan fungsional linier antara variabel Y ( proses ko
munikasi ) terhadap variabel X ( perilaku kepemimpinan
kepala sekolah ) mempunyai persamaan regresi:
Y
= 13, 05
+ 0, 51 X
Dalam analisis varians untuk uji keberartian dan linieritas
regresi, diperoleh nilai-nilai dk, JK, RJK, dan F sebagai
Sumber Variasi jdk f
jK
Total
Regresi
( a
)
Regresi (a/b) Residu Residu Tuna Cocok Galat
(kekeliruanp
; 150 148 42 595266 641 4764 129,29106
J 3635,26
I l l
RJK 19,9 32,19 26,88 0,78 34,59
1
Bala. daftar mm d±ketahui ^^ unuk keberartian ^^
reaiyt^^^^^
daiah]9( ^
daftar dengan
„/
n n, .
l^"un&
"
" x daftar aenSa»
C\,= 0,0? dan dk 1/148 adalah *
Q1
c ^
<+o anaian 5, 91 ( dengan interpolasi ).
Ternyata bahwa F , .
hitung le"lh besar dari P^t
iph-ik k
. Hal lnl
^unjukkan bahwa Koefisien arah regresi Yatas x ( ?
-'*. 05
♦
0,5, X) signifikan ^ 8elang kepercayaan 0)Q5
untuk linieritas, telah diketahui bahwa P..,
adalah
0 5i
fr
,
^/
hitung
adalah
»> ' daftar *enganc< =0,05 dan dk 42/106 adalah 1,48
( dengan interpolasi ).
Korelasi antara peri^ku kepemimplna„ dengan proses _
-?;'TUh °'85 ' --*'^» —inasi adalah
*.« *. Sari hasil ujl keberartlan ^^^ . diperoieh
t hitung adalah 11,24, dan t ,
( f
, .
daftar l r o.u5 • dh i;
««*" -. 645 ( dengan interpolasi ). Ter„yata t
lebih besar dari t
hlt
daftar.
05 : db 148 ^
Ini berarti bahwa koefisien korelasi .perilaku kepemimpinan
kepala sekolah dengan proses komunikasi signifikan
pada
taraf kepercayaan 0,05.
Bengujian menurut tingkat efektivitasnya.
Notasi statistik adalah:
H
: Y = 01
+ 0? X
A
:
Hubungan non linier ( simpel )
Berdasarkan perhitungan ( lihat lampiran ) hubungan fung
sional antara variabel Y ( proses komunikasi ) terhadap
variabel X ( perilaku kepemimpinan ) untuk efektivitasnya T
mempunyai persamaan regresi:
? - 17, 05 + 0, 44 X
Dalam analisis varians untuk uji keberartian dan
linieri-tas regresi diperoleh nilai-nilai dk, JK, RJK, dan F se
bagai berikut.,
Sumber Variasi
Total
Regresi ( a ) Regresi (a/b)
Residu
Tuna Cocok
'•~ia let t
dk
150
148
41
1 06'
JK 'RJK
396191,202 1
794 794
6048 40,86 »
1128 27,51 '
19,4
0,59
113
uh.:iam daftar ANAVA diketahui bahwa untuk keberartian
reg-reel Y terhadap X, F hitung adalah 19, 4. F daftar dengan
£ \ = 0,05 dan dk 1/148 adalah 3,91
( dengan interpolasi )
Ternyata F h,tung lebih besar dari F daftar. Hal ini be
rarti bahwa koefisien arah regresi Y atas X ( Y = 17,05 +
0,44 X ), signifikan pada taraf kepercayaan 0,05. Untuk
linieritas, telah diketahui bahwa F ,..
adalah 0,44.
F daftar den^^CK= 0,05 dan dk 41/106 adalah 1,48 ( de
ngan interpolasi ).
Korelasi antara perilaku kepemimpinan dengan proses ko
munikasi adalah 0,63, sedangkan koefisien
determinasi
adalah 39,69 %. Dari hasil uji keberartian korelasi
di-Peroleh * hitung adal*h 5.6. dan t daftar ( t ^^ ^
148 ^ adalah 1,645 ( dengan interpolasi ). '
Ternyata
1 hitung lebih besar dari t daftar# Dengan melihat koe
fisien determinasi dari kedua pengujian ( frekwensinya dan
dan efektivitasnya) dapat disimpulkan bahwa variabel pe
rilaku kepemimpinan dijelaskan oleh variabel proses ko
munikasi sebesar 7Z, Z$ % dan 39, 69 %. Ini berarti bahwa
koefisien korelasi perilaku kepemimpinan. dengan proses
komunikasi signifikan pada taraf kepercayaan^*^ 0,05.
b. Analisis Korelasi,.
Hipotesis kedua dan ketiga akan diuji dengan me
lihat tingkat derajat hubungan melalui analisis korelasi
Kipptesis 2: Tidak terdapat suatu derajat hubungan dan da
ya determinasi antara perilaku kepemimpinan
kepala sekolah dengan proses komunikasi.
P
: fy} = -0 dan A / / Y]
. 0
iiEaiesi£_2: "'idak terdapat hubungan yang signifikan an
tara tingkat efektivitas perilaku kepemimpi
nan kepala sekolah dengan tingkat efektivitas
proses komunikasi.
H :jPy2 = 0 dan A //y2 = o
Kedua. hipotesis tersebut, selanjutnya diuji dengan t - tes
yang menggunakan kriteria: terima H jika:
1 ( 1 - £<<) ^ l ^ k ( i . |^j. dengan
distribusi Student, dan dk - n - 2. Dalam hal lainnya
H
ditolak.
Hasil perhitungan korelasi ( lihat lampir