DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBARAN PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 9
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... ... 9
1.4Kegunaan Penelitian ... 9
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan ... 12
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 12
2.1.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan ... 14
2.1.3 Unsur-unsur Laporan Keuangan ... 16
2.2Penilaian Kinerja Keuangan ... 19
2.2.1 Pengertian Kinerja dan Penilaian Kinerja Keuangan ... 19
2.2.2 Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan ... 20
2.2.3 Tahap dalam Menganalisisis Kinerja Keuangan ... 21
2.3Tingkat Kesehatan Perbankan ... 22
2.3.1 Analisis CAMELS ... 23
2.3.2 Komponen Masing-Masing Faktor CAMELS ... 25
2.3.2.1 Faktor Permodalan (Capital) ... 25
2.3.2.2 Faktor Kualitas Aset (Asset) ... 29
2.3.2.3Faktor Manajemen (Management) ... 30
2.3.2.4Faktor Rentabilitas (Earning) ... 30
2.3.2.5Faktor Likuiditas (Liquidity) ... 35
2.3.2.6Faktor Sensitivitas terhadap Risiko Pasar ... 36
2.4 Akuisisi….. ... 37
2.4.1Pengertian Akuisisi ... 37
2.4.3 Proses Akuisisi ... 42
2.4.4 Motivasi dan Tujuan Akuisisi ... 45
2.4.5Manfaat dan Risiko Akuisisi ... 50
2.4.6Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Akuisisi ... 52
2.5 Penelitian Terdahulu ... 54
2.6 Kerangka Pemikiran ... 55
2.7 Pertanyaan Penelitian ... 58
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 59
3.2 Operasionalisasi Variabel ... 60
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 61
3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 62
3.5 Teknik Analisis Data ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum PT Bank Pundi Indonesia Tbk ... 66
4.1.1 Sejarah PT Bank Pundi Indonesia Tbk ... 66
4.1.2 Visi dan Misi PT Bank Pundi Indonesia Tbk ... 68
4.1.3 Produk PT Bank Pundi Indonesia Tbk ... 69
4.1.4 Struktur Organisasi PT Bank Pundi Indonesia Tbk... 72
4.2Deskripsi Hasil penelitian ... 79
4.2.1 Kinerja Keuangan Sebelum Akuisisi ... 79
4.2.1.1CAR (Capital Asset Ratio) sebelum akuisisi ... 79
4.2.1.2NPL (Non Performing Loan) sebelum akuisisi ... 83
4.2.1.3ROA (Return on Asset) sebelum akuisisi ... 86
4.2.1.4ROE (Return on Equity) sebelum akuisisi ... 89
4.2.1.5BOPO sebelum akusisi ... 92
4.2.1.6LDR (Loan to Deposit Ratio) sebelum akuisisi ... 96
4.2.2 Kinerja Keuangan Sesudah Akuisisi ... 99
4.2.2.1 CAR (Capital Asset Ratio) sesudah akuisisi ... 99
4.2.2.2 NPL (Non Performing Loan) sesudah akuisisi ... 102
4.2.2.3 ROA (Return on Asset) sesudah akuisisi ... 104
4.2.2.4 ROE (Return on Equity) sesudah akuisisi ... 106
4.2.2.5 BOPO sesudah akusisi ... 108
4.2.2.6 LDR (Loan to Deposit Ratio) sesudah akuisisi ... 110
4.3Pembahasan Hasil Penelitian ... 112
4.3.1 Perbandingan CAR sebelum dan sesudah akuisisi ... 112
4.3.2 Perbandingan NPL sebelum dan sesudah akuisisi ... 116
4.3.3 Perbandingan ROA sebelum dan sesudah akuisisi ... 119
4.3.4 Perbandingan ROE sebelum dan sesudah akuisisi ... 122
4.3.5 Perbandingan BOPO sebelum dan sesudah akusisi ... 125
4.3.6 Perbandingan LDR sebelum dan sesudah akuisisi ... 128
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan ... 132 5.2 Saran…. ... 133
DAFTAR PUSTAKA ... 135 LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Sektor perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam kelancaran
aktivitas perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi
mengalami masalah, maka salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menata
sektor perbankan, sehingga bank harus memiliki pondasi yang kokoh agar mampu
bertahan dalam situasi yang tidak menentu dalam suatu negara. Selain itu, pendirian
sebuah bank di Indonesia perlu diperhatikan oleh pemerintah agar tidak merugikan
masyarakat, investor, maupun negara. Seperti yang terjadi pada beberapa puluh tahun
lalu akibat adanya paket kebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto 88) yang menyatakan
bahwa pengusaha dapat mendirikan bank baru dengan modal yang hanya Rp. 10
milyar, izin pembukaan kantor cabang baru dan kantor bank asing di beberapa
provinsi, dengan berbagai kemudahan ini akhirnya meledaklah jumlah bank di
Indonesia.
Berdasarkan sumber dari berita yang dimuat diberbagai media massa dan
pendapat ahli menyatakan bahwa peningkatan jumlah bank di Indonesia setelah
adanya kebijakan Pakto 88 itu menimbulkan persaingan sengit dan dapat dikatakan
tidak sehat serta mengabaikan prinsip prudential banking. Bank kurang berhati-hati
dalam menarik dana dan mengucurkan kredit kepada masyarakat. Pengucuran kredit
mampu membayar jumlah kredit yang diberikan bank sesuai dengan ketentuan yang
disepakati. Kondisi seperti ini menggerakkan para pengusaha yakni pemilik bank
berusaha mencari uang sendiri dengan melakukan pinjaman ke luar negeri. Buntut
dari tidak terselesaikannya kredit bermasalah dan utang ke luar negeri semakin
membengkak ini menimbulkan kekacauan dalam sektor perbankan.
Keadaan yang semakin sulit ini diperparah dengan terjadinya krisis moneter
yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 akibat dari krisis nilai tukar rupiah yang
diikuti penurunan kinerja ekonomi Indonesia. Salah satu yang terkena imbasnya
adalah sektor perbankan yang mengalami keterpurukan. Ini terlihat ketika pemerintah
terpaksa melikuidasi 16 bank yang kinerjanya dinilai tidak sehat dan meletakkan
beberapa bank lain yang diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN). Dampak dari adanya kebijakan tersebut adalah merosotnya kepercayaan
masyarakat terhadap industri perbankan. Mengingat pentingnya peranan perbankan,
maka mau tak mau bank harus memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya agar
mampu bertahan dan memenangi persaingan. Untuk memenangi persaingan, bank
dituntut menerapkan langkah-langkah strategis agar menarik perhatian masyarakat
dan investor. Bank dapat menawarkan berbagai produk dan layanan yang mampu
menyedot perhatian dan ketertarikan masyarakat serta menciptakan struktur
perbankan sehat sehingga dapat memulihkan kembali kepercayaan masyarakat dan
investor sebagai bentuk pencitraan diri dari kekacauan yang terjadi pada masa-masa
Ada beberapa cara yang disarankan oleh Arsitektur Perbankan Indonesia
(API) untuk memulihkan kembali kondisi perbankan yang sehat adalah dengan cara
penggabungan usaha. Kebijakan API ini didorong oleh adanya ketentuan Bank
Indonesia yang mewajibkan bank umum pada tahun 2011 memiliki jumlah modal inti
minimum sebesar Rp. 100 milyar. Keadaan ini memaksa bank untuk melakukan
berbagai cara agar dapat memenuhi kewajiban tersebut salah satunya dengan
melakukan penggabungan usaha melalui akuisisi.
Program API mengenai penggabungan usaha ini ditanggapi positif terutama
oleh bank-bank yang memiliki modal kecil dan mengalami kesulitan finansial.
Penggabungan usaha melalui akuisisi merupakan salah satu usaha yang diyakini
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan merupakan cara jitu bagi bank dalam
memperkuat struktur modalnya karena mendapatkan suntikan dana segar dari
perusahaan yang mengakuisisinya dan bagi pihak pengakuisisi dapat membuka
kesempatan baru dalam memaksimalkan keuntungan.
Di sisi lain, akuisisi dipandang sebagai keputusan yang justru dapat
merugikan banyak pihak terutama pihak karyawan yang terpaksa memilih pensiun
dini karena adanya gabungan dari dua perusahaan atau lebih. Sementara bagi pihak
pemegang saham belum tentu memperoleh keuntungan yang maksimal setelah
melakukan akuisisi. Selain itu, “banyaknya pelaksanaan akuisisi dilakukan oleh
acquirer untuk menghindari pajak, menggelembungkan nilai aset perusahaan,
menggusur manajemen pihak yang diakuisisi, dan memperbesar kompensasi para
harus didasari perencanaan matang dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan
aturan yang berlaku dan tidak kalah pentingnya pemerintah harus membuat peraturan
yang jelas tentang akuisisi dan sanksi yang tegas bagi mereka yang melanggar aturan
dalam pelaksanaan akuisisi agar tidak merugikan banyak pihak terutama pemegang
saham minoritas dan karyawan.
PT Bank Pundi Indonesia Tbk (dahulu bernama Bank Eksekutif Internasional)
merupakan salah satu bank yang ikut dalam program pemerintah dalam rangka
penyehatan perbankan yakni melalui akuisisi. Berdasarkan laporan keuangan
publikasi tahun 2006-2011, PT Bank Pundi Indonesia Tbk ini mengalami kerugian
selama empat tahun terakhir yakni tahun 2008-2011. Seperti terlihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 1.1
Perkembangan Laba PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2011
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi PT Bank Pundi Indonesia Tbk Tahun Laba /rugi bersih Kenaikan/(penurunan)
(%)
2006 (13.626.027.985) -
2007 713.431.649 (0,05%)
2008 (32.012.458.027) (44,87%)
2009 (134.870.059.675) (4,21%)
2010 (88.646.000.000) 6,57%
Untuk lebih jelas mengenai kecenderungannya, dapat dilihat pada grafik
[image:8.612.130.500.165.429.2]berikut ini:
Gambar 1.1
Grafik Perkembangan Laba PT Bank Pundi Indonesia Tbk Periode 2006-2011
Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa PT Bank Pundi Indonesia Tbk mengalami
kerugian pada tahun 2006 sebesar Rp 13.626.027.985,- tahun 2007 memperoleh laba
sebesar Rp. 713.431.649,- dan mengalami kerugian secara berturut-turut pada tahun
2008-2011 dengan presentase kerugian paling tinggi terjadi pada tahun 2008 yakni
sebesar 44,87%. Menurut Herry Hartawan yang menjabat sebagai sekretaris Bank
Eksekutif dan kini akhirnya diganti nama menjadi PT Bank Pundi Indonesia Tbk
mengungkapkan bahwa penyebab kerugiannya disebabkan tingginya kredit
bermasalah pada tahun 2008 hingga tahun 2011. Rasio NPL tertinggi pada tahun
2009 tercatat sebesar 18,39 %, padahal dalam ketentuan Bank Indonesia rasio ini
tidak boleh melebihi 5 % dari jumlah kredit yang diberikan bank. Kredit bermasalah
bank ini sebagian besar berasal dari nasabah perorangan, terutama pada kredit
konsumsi kendaraan bermotor. Selain itu, pada tahun 2009 juga mengalami masalah 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11
Laba/rugi bersih -13. 713. -32. -134 -88. -147
permodalan. Terkait dengan masalah tersebut, atas permintaan Bank Indonesia dalam
rangka penyehatan perbankan melalui Arsitektur Perbankan Indonesia (API)
disarankan melakukan akuisisi. Pada tanggal 30 Juni 2010, pemegang saham PT
Bank Pundi Indonesia Tbk melakukan penawaran saham, kemudian PT Recapital
Securities mendapat 61,02% saham, sedangkan IF Services Netherlands BV
mendapatkan 24% saham. Pada tanggal 26 Juli 2010, PT Recapital Securities secara
resmi menjadi pemegang saham pengendali PT Bank Pundi Indonesia Tbk karena
memiliki saham yang lebih besar dari IF Services Netherlands BV. (sumber:
www.bankpundi.co.id).
PT Bank Pundi Indonesia Tbk melakukan akuisisi dengan PT Recapital
securities bukan semata-mata karena saran dari API dengan berbagai masalah yang
menimpanya. Mengingat, jika perusahaan melakukan pertumbuhan secara internal
tentu perlu waktu yang relatif lama dari akuisisi karena membangun perusahaan
tersebut dari awal dan biaya yang dikeluarkan sangat mahal. Disisi lain, jika PT Bank
Pundi Indonesia Tbk tidak melakukan akuisisi dikhawatirkan akan kesulitan dalam
melakukan kegiatan operasionalnya karena lemahnya struktur permodalan pada saat
sebelum akuisisi ditambah lagi tingginya kredit bermasalah
Pasca akuisisi, PT Bank Pundi Indonesia Tbk tidak mengalami kemajuan
yang berarti karena pada tahun 2011 masih merugi sebesar Rp.147.253.000.000,-.
Padahal idealnya suatu perusahaan yang telah melakukan akuisisi menunjukkan
adanya peningkatan kinerja keuangan karena mendapatkan suntikan dana segar dan
Pada prinsipnya akuisisi tidak hanya diterapkan pada bank-bank yang
mengalami masalah saja. Sebagai perbandingan adalah Bank NISP yang dalam
keadaan sehat dan termasuk salah satu bank yang mampu bertahan pada masa krisis
finansial tahun 1997-1998 tetapi memutuskan untuk melakukan akuisisi.
Alasan untuk melakukan akuisisi ini diungkapkan oleh Presiden Direktur
Bank NISP Pramukti Surdaudaja sebagai berikut:
Pertama, keinginan dan komitmen pendiri mempertahankan Bank NISP agar tetap eksis dan terus berkembang. Kedua, adanya Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sebagai gambaran peta perbankan Indonesia di masa depan akan sangat menantang. Ketiga, dengan masuknya OCBC ketergantungan NISP pada kepemilikan pendiri menjadi lebih ringan. Keempat, NISP memiliki rencana strategis yang sangat dinamis yakni keinginan menjadi bank nasional yang besar dan kuat. (sumber: http://swa.co.id/listed-articles/pramukti-surjaudaja-akuisisi-ini-akan-memperkuat-nisp).
Dari pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa keputusan untuk melakukan
penggabungan usaha tidak hanya pada bank-bank yang dinilai tidak sehat saja, tetapi
bank yang sehat pun dapat melakukan penggabungan usaha dengan berbagai alasan
yang mendasari dan tujuan yang ingin dicapainya. Keputusan Bank NISP untuk
melakukan akuisisi pada tahun 2004 dirasa cukup berhasil karena laba yang diperoleh
setelah akuisisi cenderung mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2011, laba
yang diperoleh tahun 2011 tercatat sebesar Rp. 753.221.000.000,- (sumber:
www.ocbcnisp.com). Perolehan laba yang semakin besar ini menunjukkan adanya
peningkatan kinerja keuangan setelah akuisisi. Kondisi tersebut tentunya semakin
Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan akuisisi yakni dengan
melakukan analisis laporan keuangan. Analisis ini diperlukan untuk melihat kondisi
suatu perusahaan yaitu dengan membandingkan rasio keuangan yang ada dalam
unsur-unsur laporan keuangan bank antara sebelum dan sesudah akuisisi apakah
terdapat peningkatan kinerja keuangan atau tidak. Masing-masing rasio keuangan
dihitung berdasarkan rumus yang sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yang
berlaku. Hasil ini dapat dijadikan acuan dalam mengambil keputusan di masa yang
akan datang.
Adapun analisis yang digunakan dalam melakukan penilaian kinerja keuangan
perbankan dengan mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011
tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
menggantikan PBI sebelumnya Nomor No. 6/10/PBI/2004 yakni analisis CAMELS.
CAMELS mencakup beberapa faktor yakni: faktor permodalan (Capital), Kualitas
Asset (Asset Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earning), Likuiditas
(liquidity), dan Sensivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk).
Dalam penelitian ini tidak menggunakan faktor manajemen karena hanya
Bank Indonesia yang dapat melakukan penilaian kinerja terhadap faktor tersebut dan
bersifat rahasia serta tidak dipublikasikan. Bank Indonesia mengajukan sebanyak 100
pertanyaan kepada bank yang bersangkutan, setiap jawaban diberikan bobot untuk
selanjutnya ditransformasikan kedalam analisis CAMELS dan penelitian ini tidak
menilai faktor sensivitas terhadap risiko pasar karena keterbatasan data yang
keseluruhan, tetapi mengukur rasio keuangan yang ada dalam aspek permodalan
(Capital), Kualitas Asset (Asset Quality), Rentabilitas (Earning), dan Likuiditas
(liquidity).
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada PT Bank Pundi
Indonesia Tbk Sebelum dan Sesudah Akuisisi”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja keuangan PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebelum
akuisisi.
2. Bagaimana kinerja keuangan PT Bank Pundi Indonesia Tbk sesudah
akuisisi.
3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan PT Bank Pundi Indonesia
Tbk sebelum dan sesudah akuisisi.
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan Tujuan dari penelitian ini ditetapkan lebih dahulu agar dalam
pelaksanaan nanti dapat dijadikan pedoman guna melangkah selanjutnya. Maksud
dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi apakah ada perbedaan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebelum
akuisisi.
b. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Bank Pundi Indonesia Tbk sesudah
akuisisi.
c. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan pada PT
Bank Pundi Indonesia Tbk sebelum dan sesudah akuisisi.
1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk menambah
wawasan dan pengetahuan, serta dapat dijadikan bahan kajian bagi pembaca dan
pihak yang membutuhkan mengenai “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Pada PT Bank Pundi Indonesia Tbk Sebelum dan Sesudah Akuisisi”.
1.4.2Kegunaan Praktis a. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti
sehingga diharapkan dapat mengaplikasikan teori-teori yang sudah
dipelajari selama perkuliahan untuk mengembangkan cara berpikir
ilmiah dalam menganalisis fakta, fenomena, dan peristiwa yang dapat
b. Bank
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi PT Bank Pundi
Indonesia Tbk dalam pengelolaan manajemen dan keuangannya
sehingga dapat mencapai kinerja yang optimal serta bahan pertimbangan
keputusan dimasa yang akan datang.
c. Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian ilmiah di
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan
perancangan penelitian, agar penelitian dapat berjalan dengan baik dan sistematis.
Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak
yang terlibat dalam proses penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif. “Metode penelitian deskriptif merupakan penelitian yang ditujukan untuk
menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia dan hasil penelitian
tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang
akan datang”. Nazir (2003:71).
Dilihat dari jenis penelitian menurut jenis tingkat eksplanasinya, penelitian ini
dikategorikan sebagai penelitian komparatif yakni membandingkan kinerja keuangan
sebelum dan sesudah akuisisi. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2004:11),
”penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua sampel atau lebih yang berbeda”.
Selanjutnya Kerlinger dalam Sugiyono (2004: 32) menyatakan bahwa “variabel
yang berbeda (different values)”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat
dirumuskan variabel dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan.
3.2Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel menurut POPS (2007:21) adalah “menjelaskan
dimensi (jika ada) dan indikator-indikator dari setiap variabel penelitian,
variabel-variabel harus dijelaskan secara rinci dengan menggunakan indikator-indikator yang
jelas dan terukur”.
Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan. Kinerja keuangan
adalah suatu prestasi berupa keadaan keuangan yang telah dicapai bank dengan cara
menilai dan menganalisis rasio keuangan yang tercermin dari laporan keuangan
berdasarkan standar, kriteria, dan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator Skala
Kinerja keuangan
1. Permodalan (Capital)
a. CAR
- Modal Bank - Total ATMR
Rasio
2. Kualitas Asset (Asset)
b. NPL
- Total Kredit Bermasalah - Total Kredit
Rasio
3. Rentabilitas ( Earning)
c. ROA
- Laba Sebelum Pajak - Total Aset
d. ROE
- Laba Bersih - Modal Sendiri e. BOPO
- Beban Operasional - Pendapatan Operasional
Rasio
4. Likuiditas (Liquidity)
f. LDR
- Total Kredit
- Total Dana Pihak Ketiga
Rasio
3.3Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis data
kualitatif. Menurut Sugiyono (2004:13), “data kualitatif adalah data yang dinyatakan
dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar”.
Jika dilihat dari sumber datanya, maka penelitian ini termasuk ke dalam sumber
data sekunder. Menurut Sugiyono (2004:129), “sumber data sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT
Bank Pundi Indonesia Tbk tahun 2006-2011 yang terdiri dari laporan laba rugi,
neraca, dan catatan atas laporan keuangan.
3.4Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber, dan berbagai cara. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Menurut Arikunto
(2009:137) menyatakan bahwa “studi dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh
data dengan cara dokumentasi yakni mempelajari dokumen-dokumen yang ada di
bank yang berkaitan dengan masalah yang diteliti”. Data diperoleh dengan cara
mengutip langsung dari situs (www.bankpundi.co.id).
3.5Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif.
Langkah-langkah teknik analisis datanya adalah sebagai berikut:
a. Melakukan review terhadap data laporan keuangan sehingga laporan
keuangan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, dalam hal ini penulis
mendapatkan data dengan cara mengutip langsung dari web PT Bank Pundi
Indonesia Tbk periode 2006-2011 (www.bankpundi.co.id).
b. Melakukan perhitungan rasio CAR (Capital Adequacy ratio) untuk mewakili
faktor Kualitas Aset (Asset), ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity),
BOPO (Beban Operasional/Pendapatan Operasional), untuk mewakili faktor
rentabilitas (Earning) dan LDR (Loan to Deposit Ratio) untuk mewakili
faktor likuiditas (Likuidity) yang datanya terdapat dalam laporan keuangan PT
Bank Pundi Indonesia Tbk periode 2006-2011.
c. Menilai kinerja keuangan yakni membandingkan rasio keuangan dengan
standar yang ditetapkan Bank Indonesia dan dinilai berdasarkan matriks
komponen dari setiap masing-masing komponen rasio keuangan sesuai
dengan SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004, selanjutnya dideskripsikan apakah
kinerja keuangan bank tersebut sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik,
atau tidak baik berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 6/10/PBI/2004
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
d. Menghitung rata-rata rasio CAR (Capital Adequacy ratio), NPL (Non
Performing Loan), ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), BOPO
(Beban Operasional/Pendapatan Operasional), dan LDR (Loan to Deposit
Ratio) antara sebelum dan sesudah akuisisi dengan rumus sebagai berikut:
� = �� �
Sumber: Supranto (2008:101)
Keterangan:
� : Rata-rata hitung
e. Melakukan perbandingan kinerja keuangan berdasarkan rata-rata hitung pada
rasio- rasio keuangan CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR sebelum dan
sesudah akuisisi.
f. Penarikan kesimpulan apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan (CAR,
NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR) antara sebelum dan sesudah akuisisi.
Dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika rata-rata hitung CAR, ROA, dan ROE sebelum akuisisi lebih besar
daripada rata-rata hitung CAR, ROA, dan ROE sesudah akuisisi maka
kesimpulannya tidak terdapat perbedaan kinerja CAR, ROA, dan ROE
antara sebelum dan sesudah akuisisi. Tetapi sebaliknya, jika rata-rata
hitung CAR, ROA, dan ROE sesudah akuisisi lebih besar daripada
rata-rata hitung CAR, ROA, ROE sebelum akuisisi maka kesimpulannya
terdapat perbedaan kinerja CAR, ROA, dan ROE antara sebelum dan
sesudah akuisisi.
2. Jika rata-rata hitung NPL, BOPO, LDR sebelum akuisisi lebih besar
daripada rata-rata hitung sesudah akuisisi maka kesimpulannya terdapat
perbedaan kinerja NPL, BOPO, dan LDR antara sebelum dan sesudah
akuisisi. Tetapi sebaliknya, jika rata-rata hitung NPL, BOPO, dan LDR
sesudah akuisisi lebih besar daripada rata-rata hitung NPL, BOPO, dan
LDR sebelum akuisisi maka kesimpulannya tidak terdapat perbedaan
g. Melakukan penafsiran terhadap kesimpulan apakah terdapat perbedaan antara
sebelum dan sesudah akuisisi dengan mendeskripsikan penyebabnya serta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis pada PT Bank Pundi
Indonesia Tbk mengenai perbandingan sebelum dan sesudah akuisisi yang didukung
dengan teori dan sumber-sumber relevan yang ada. Maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Kinerja keuangan PT Bank Pundi Indonesia Tbk sebelum akuisisi rasio CAR dan
LDR secara umum berada dalam kondisi sehat. Sedangkan ROA dan ROE
menunjukkan kinerja yang buruk akibat nilai yang diperoleh negatif serta rasio
BOPO berada dalam kondisi tidak sehat akibat tingginya rasio BOPO yang
diperoleh.
2. Kinerja keuangan PT Bank Pundi Indonesia Tbk sesudah akuisisi dapat diketahui
bahwa untuk rasio CAR dan LDR mengalami peningkatan kinerja yang lebih baik
sesudah akuisisi. Namun untuk rasio ROA dan ROE justru masih menunjukkan
nilai negatif yang berarti kinerjanya masih buruk, kemudian untuk rasio NPL dan
BOPO mengalami juga penurunan kinerja akibat tingginya rasio NPL dan BOPO.
3. Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji mean atau rata-rata sebelum dan
sesudah akuisisi. Untuk rasio CAR dan LDR menunjukkan adanya perbedaan
lebih baik setelah akuisisi. Namun, untuk rasio NPL, ROA, ROE, dan BOPO
5.2 Saran
Dari berbagai keterbatasan penelitian ini penulis memberikan beberapa
paendapat atau saran kepada bank yang diteliti maupun peneliti lain.
a. Bagi bank
1. Kegiatan bank untuk menurunkan rasio NPL yakni dengan melakukan
verifikasi dalam memutuskan pemberian kredit kepada debitur
berdasarkan pedoman kebijakan perkreditan yang mengatur mengenai
kebijakan penyaluran kredit hingga administrasi perkreditan, termasuk
kebijakan penelaahan atas kualitas kredit, kecukupan tahapan yang baku
dimana proposal kredit. Disamping itu, manajemen Bank termasuk
Direksi, harus senantiasa memelihara hubungan yang baik dengan debitur,
baik dengan pemilik maupun dengan pihak manajemen, antara lain dengan
melakukan kunjungan secara berkala, sehingga dapat diperoleh informasi
secara jelas mengenai usaha debitur
2. Kegiatan bank untuk meningkatkan rasio ROA yakni mengelola aktivanya
dengan baik. Hal ini dapat tercapai apabila pihak bank memegang prinsip
kehati-hatian dan memperhatikan kualitas dari aktiva produktif seiring
dengan penempatan dana pada aktiva produktif yang semakin berkualitas
sehingga laba yang diperoleh meningkat karena banyak pinjaman modal
baik dalam bentuk kredit, surat berharga ataupun penempatan pada bank
3. Kegiatan bank untuk meningkatkan rasio ROE yakni dengan
meningkatkan pendapatan melalui perbaikan strategi dalam meningkatkan
kulaitas produk dan layanan yang diberikan kepada masyarakat sehingga
laba yang diperoleh maksimal dengan tetap menjaga keseimbangan
prinsip kehati-hatian dalam mengembangkan bisnisnya. Dengan
meningkatnya rasio ROE akan menarik para investor untuk menanamkan
dananya sehingga perusahaan tidak akan mengalami kesulitan dalam
mendapatkan modal dari luar untuk melakukan kegiatan operasionalnya.
4. Kegiatan bank untuk menurunkan rasio BOPO yakni dengan
meningkatkan pendapatan yang berasal dari pendapatan bunga,
pendapatan operasional lainnya dan menekan beban-beban yang
dikeluarkan misalnya beban umum dan administrasi, beban tenaga kerja
dan tunjangan maupun beban lain-lain agar menghasilkan laba yang
maksimal.
b. Bagi peneliti lain
Disarankan agar meneliti faktor sensivitas terhadap risiko pasar antar
sebelum dan sesudah akuisisi, sehingga lebih meyakinkan hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku:
Abdullah, M.F. (2005). Manajemen Perbankan (Teknik Analisis Kinerja Keuangan Bank). Malang : UMM Malang.
__________. (2009). Prosedur penelitian suatu pendekatan dan praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Baridwan, Z.(2004). Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE
Darmawi, H. (2011). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dendawijaya, L. (2005). Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Fahmi, I. (2012). Analisis Kinerja Keuangan. Bandung. Alfabeta
Hanafi, M dan Halim, A. (2005). Analisis Laporan Keuangan. Yoyakarta: UPP AMP YKPN
Harahap, S.S. (2007). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Hasibuan, M. (2002). Dasar- Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hit, Harison, dan Ireland. (2002). Merger dan Akuisisi : Panduan Meraih Laba Bagi Para Pemegang Saham (Edisi 1 Terjemahan). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Husnan, S dan Pudjiastuti, E. (2004). Dasar- Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Kasmir. (2006). Dasar-Dasar Perbankan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kuncoro, M dan Suhardjono. (2002). Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi) Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE
Lay, A dkk. (2010). Efektifitas Regulasi Merger dan Akusisi Dalam Kerangka Persaingan Usaha. Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan.
Lesmana dan Surjanto. (2004). Finansial Performance Analyzing (Pedoman Menilai Kinerja Keuangan untuk Perusahaan Tbk, Yayasan, BUMN, BUMD, dan Organisasi Lainnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Moin, A. (2010). Merger, Akuisisi, dan Divestasi (Edisi Kedua). Yogyakarta: EKONISIA
Mulyadi. (2007). Akuntansi Manajemen. Yogyakarta : Liberty
Munawir. (2002). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty ________. (2007). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sawir, A. (2005). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Sastradipoetra, K. (2001). Manajemen Perbankan. Bandung: Kappa Sigma
Siamat, D. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan (Kebijakan Moneter dan Perbankan) Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sugiono, A dan Untung, E. (2008). Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada.
Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Supranto, J. (2008). Statistik Teori dan Aplikasi (Edisi ketujuh). Jakarta: Erlangga.
Taswan. (2006). Manajemen Perbankan, Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
______. (2010). Manajemen Perbankan, Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Triandaru, S dan BudiSantoso, T. (2010). Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Edisi kedua, Cetakan ke empat). Jakarta: Salemba Empat.
Sumber Dokumen, Skripsi, dan Jurnal:
Tim dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi. (2007). Pedoman Operasional Penulisan Skripsi. Bandung: Prodi Pendidikan Akuntansi.
______. (2011). Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Prasetyo, B. (2004). Analisis Kinerja Keuangan Manufaktur Sebelum dan Sesudah Melakukan Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia. Skripsi pada Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta: tidak diterbitkan.
Rayni, L.W. (2004). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank NISP Sebelum dan Sesudah Diakuisisi oleh OCBC Bank Singapura. Skripsi pada Program Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Perundang- undangan dan Peraturan Pemerintah:
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 dan Peraturan Bank Indonesia No.
13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum.
Peraturan Bank Indonesia No. 9/13/PBI/2007 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank umum dengan memperhitungkan risiko pasar.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dalam Kerangka Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan No. 01 Edisi revisi 2009
SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004 berupa surat edaran kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional di Indonesia tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum.
Sumber internet:
PT Bank Pundi Indonesia Tbk. Laporan Tahunan. [On line]. Tersedia: www.bankpundi.co.id. [ 2 Juli 2012]
Firdanianty dan A. Mohammad B.S. (2005). [Online]. Tersedia:
http://swa.co.id/listed-articles/pramukti-surjaudaja-akuisisi-ini-akan-memperkuat-nisp. [ 2 Juli 2012]
Purnomo, Hendaru. (2012). [Online]. Tersedia:
http://finance.detik.com/read/2012/02/08/174230/1837697/5/bank-ocbc-nisp-raup-untung-rp-753-miliar-naik-80. [ 2 Juli 2012]