MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SOSIAL ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI KELOMPOK BERMAIN
LABORATORIUM PGPAUD UPI
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI Tahun Pelajaran 2013-2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh: Rina Nurhayati
0801500
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SOSIAL ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI KELOMPOK BERMAIN
LABORATORIUM PGPAUD UPI
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI Tahun Pelajaran 2013-2014)
Oleh
Rina Nurhayati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan
© Rina Nurhayati 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Rina Nurhayati, 2013
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SOSIAL ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI KELOMPOK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SOSIAL ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI KELOMPOK BERMAIN
LABORATORIUM PGPAUD UPI
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI Tahun Pelajaran 2013-2014)
Rina Nurhayati 0801500
Abstrak
Penelitian ini dilakukan berdasarkan temuan masalah yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi sosial anak di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI yang ditunjukkan dengan belum dapat mengungkapkan perasaannya, mendengarkan ketika temannya berbicara, memperhatikan teman ketika berbicara, serta menghargai temannya ketika berbicara, sehingga sebagian anak cenderung kurang dapat menjalani hubungan baik dan menyenangkan dengan teman sebayanya. Hal tersebut menjadi alasan yang mendasari rumusan masalah, yaitu (1)
Bagaimana kondisi objektif kemampuan komunikasi sosial anak di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI sebelum diterapkan bermain peran?, (2)
Bagaimana penerapan bermain peran dalam meningkatkan kemampuan komunikasi sosial anak di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI?, (3)
Bagaimana kemampuan komunikasi sosial anak di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI setelah diterapkan bermain peran?. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki pembelajaran melalui penerapan bermain peran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi sosial anak.Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan desain penelitian John Elliot, dengan subyek penelitiannya adalah anak Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI Tahun Pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 11 orang anakTeknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, catatan anekdot, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan pelaksanaan beberapa tahapan diantaranya reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Kondisi awal pencapaian indikator komunikasi sosial anak di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI berada dalam kategori perlu stimulus (PS) sehingga belum meningkat secara maksimal, namun setelah diberikan kegiatan bermain peran,
anak mengalami peningkatan dari siklus pertama hingga siklus ketiga secara keseluruhan berada dari kategori perlu stimulus (PS) ke kategori dalam proses (DP), dan berkembang baik (BB) sebesar 80%.). Rekomendasi yang diberikan untuk guru anak usia dini yaitu kegiatan bermain peran ini dapat dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi sosial anak.
Rina Nurhayati, 2013
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SOSIAL ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI KELOMPOK
ENHANCEMENT OF CHILDRENS SOCIAL COMMUNICATION SKILLS THROUGH IMPLEMENTATION OF ROLE PLAYING AT
PLAY GROUP LABORATORY OF PGPAUD UPI
(Classroom Action Research at Play Group Laboratory of PGPAUD UPI Academic Year of 2013-2014)
Rina Nurhayati 0801500
Abstract
Rina Nurhayati, 2013
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SOSIAL ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI KELOMPOK
DP ) , and developing well ( BB ) by 80 % . Role-playing activities can be used as an alternative to improve the child's social communication skills.
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR DIAGRAM ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi ... 6
BAB II KONSEP KEMAMPUAN KOMUNIKASI SOSIAL DAN BERMAIN PERAN ... 7
A. Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Usia Dini ... 7
1. Hakikat Anak Usia Dini ... 7
2. Pengertian Kemampuan Komunikasi Sosial ... 9
B. Peran Bermain dalam Meningkatkan Komunikasi Sosial Anak ... 17
C. Bermain Peran ... 22
1. Pengertian Bermain Peran ... 22
2. Jenis-jenis Bermain Peran ... 24
3. Macam-macam Bermain Peran ... 25
4. Fungsi Bermain Peran ... 26
5. Tujuan Bermain Peran ... 27
6. Manfaat Bermain Peran ... 28
8. Langkah-langkah Pelaksanaan Bermain Peran ... 29
9. Kelebihan dan Kelemahan Bermain Peran ... 30
10.Skenario Bermain Peran ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33
B. Desain Penelitian ... 33
1. Identifikasi Masalah ... 35
2. Observasi ... 35
3. Pelaksanaan Tindakan Kelas ... 35
C. Penjelas Istilah ... 38
1. Komunikasi Sosial (Social Communication) ... 38
2. Bermain Peran ... 39
D. Teknik Pengumpulan Data ... 40
1. Observasi Terstruktur ... 40
2. Catatan Anekdot ... 40
3. Dokumentasi ... 40
E. Instrumen Penelitian ... 41
F. Analisis Data ... 46
1. Reduksi Data ... 46
2. Display Data ... 46
3. Verifikasi ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Hasil Penelitian ... 49
1. Kondisi Objektif Kemampuan Komunikasi Sosial Anak di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI sebelum Penerapan Bermain Peran ... 49
2. Penerapan Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Sosial Anak di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI ... 51
a. Proses Penerapan Bermain Peran pada Siklus I ... 53
c. Proses Penerapan Bermain Peran pada Siklus III ... 66
3. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Sosial Anak di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI setelah Penerapam Bermain Peran ... 73
B. Pembahasan ... 75
1. Kondisi Objektif Kemampuan Komunikasi Sosial Anak di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI sebelum Diterapkan Bermain Peran ... 75
2. Penerapan Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Sosial di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI ... 79
3. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Sosial Anak di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI setelah Penerapan Bermain Peran ... 84
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 87
B. Rekomendasi ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 91
LAMPIRAN ... 94
DAFTAR TABEL
TABEL
3.1 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Komunikasi Sosial Anak ... 41
3.2 Pedoman Observasi Kemampuan Komunikasi Sosial Anak ... 43
3.3 Kisi-kisi Instrumen Bermain Peran ... 44
3.4 Pedoman Observasi Aktivitas Guru ... 45
3.5 Pedoman Observasi Studi Dokumentasi ... 46
4.1 Daftar Peserta Didik Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI Tahun Ajaran 2013/2014 ... 49
4.2 Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI setelah Dilakukan Tindakan Bermain Peran Siklus I Tindakan 1 ... 54
4.3 Persentase Kategori Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus I Tindakan 1 ... 54
4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus I Tindakan 1 ... 55
4.5 Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI setelah Dilakukan Tindakan Bermain Peran Siklus I Tindakan 2 ... 55
4.6 Persentase Kategori Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus I Tindakan 2 ... 56
4.7 Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus I Tindakan 2 ... 57
4.8 Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI setelah Dilakukan Tindakan Bermain Peran Siklus II Tindakan 1 ... 61
4.9 Persentase Kategori Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus II Tindakan 1 ... 62
4.11 Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Kelompok Bermain Laboratorium
PGPAUD UPI setelah Dilakukan Tindakan Bermain Peran Siklus II
Tindakan 2 ... 63
4.12 Persentase Kategori Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus II
Tindakan 2 ... 64
4.13 Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus II
Tindakan 2 ... 64
4.14 Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Kelompok Bermain Laboratorium
PGPAUD UPI setelah Dilakukan Tindakan Bermain Peran Siklus III
Tindakan 1 ... 68
4.15 Persentase Kategori Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus III
Tindakan 1 ... 68
4.16 Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus III
Tindakan 1 ... 69
4.17 Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Kelompok Bermain Laboratorium
PGPAUD UPI setelah Dilakukan Tindakan Bermain Peran Siklus III
Tindakan 2 ... 70
4.18 Persentase Kategori Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus III
Tindakan 2 ... 70
4.19 Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus III
Tindakan 2 ... 71
4.20 Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Kelompok Bermain Laboratorium
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
DAFTAR DIAGRAM
DIAGRAM
4.1 Persentase Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus I Tindakan 1 ... 55
4.2 Persentase Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus I Tindakan 2 ... 57
4.3 Persentase Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus II Tindakan 1... 63
4.4 Persentase Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus II Tindakan 2... 65
4.5 Persentase Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus III Tindakan 1 ... 69
4.6 Persentase Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Siklus III Tindakan 2 ... 71
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
A.1 Surat Pengangkatan Dosen Pembimbing Skripsi ... 94
A.2 Format Bimbingan Skripsi ... 95
LAMPIRAN B B.1 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Komunikasi Sosial ... 100
B.2 Kisi-kisi Instrumen Bermain Peran ... 103
LAMPIRAN C C.1 Rancangan Program Pembelajaran ... 105
C.2 Catatan Anekdot dan Catatan Lapangan ... 118
C.3 Pedoman Observasi Aktivitas Guru ... 137
C.4 Pedoman Observasi Studi Dokumentasi ... 149
C.5 Skor Penilaian Kemampuan Komunikasi Sosial Anak ... 150
C.6 Foto Pelaksanaan ... 157
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini merupakan individu yang dianugerahi berbagai potensi
dalam kehidupannya. Semua potensi yang dimiliki oleh anak tersebut dapat
dikembangkan secara optimal sesuai dengan tahapannya, oleh karena itu,
diperlukan bantuan dari orang-orang yang berada di lingkungan sekitar anak,
seperti orang tua dan guru (Depdiknas, 2004: 3).
Salah satu potensi yang dimiliki anak adalah sifat sosial dan kemampuan
bersosialisasi yang dilakukan dengan lingkungan sekitarnya dimana ia akan
belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain (Yusuf, 2006).
Sifat sosial dan kemampuan bersosialisasi tersebut merupakan salah satu aspek
perkembangan anak usia dini yang harus dikembangkan, salah satunya yaitu
kemampuan komunikasi sosial. Kemampuan komunikasi sosial (social
communication) merupakan penguasaan kemampuan individu dalam
menggunakan proses komunikasi untuk menjalin dan membangun hubungan
interpersonal yang sehat. Menurut Rachmani, dkk (2003: 85) bahwa anak yang
memiliki kemampuan komunikasi sosial yang menonjol maka ia cenderung lebih
baik dan mudah menjalin interaksi sosial dengan lingkungannya.
Lwin, dkk (2008 :199) menyatakan bahwa kurangnya kemampuan
komunikasi sosial pada anak akan mengakibatkan anak-anak sulit untuk
mengembangkan hubungan yang suportif dengan teman sebayanya, sehingga anak
akan cenderung mengalami kesulitan ketika bersosialisasi dengan lingkungannya.
Kesulitan bersosialisasi yang dialami oleh anak tesebut akan memberikan dampak
tersendiri bagi anak, sesuai dengan pernyataan Safaria (2005:12) bahwa :
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa anak perlu
mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi sosial
yang dimilikinya. Tantangan bagi guru atau pendidik adalah menciptakan kondisi
pembelajaran yang kondusif bagi proses perkembangan kemampuan komunikasi
sosial anak tersebut. Hal ini senada dengan pernyataan yang diuraikan oleh
Hurlock (1980: 111) yaitu:
“Awal masa kanak-kanak dapat dianggap sebagai saat belajar untuk belajar
keterampilan. Apabila anak tidak diberi kesempatan mempelajari keterampilan tertentu, dimana perkembangan keterampilannya sudah memungkinkan untuk melakukan berbagai hal, dan berkembangnya keinginan pada diri anak untuk mandiri, maka anak tidak saja akan kurang memiliki dasar keterampilan yang telah dipelajari oleh teman-teman sebayanya tetapi juga akan kurang memiliki motivasi untuk mempelajari
pelbagai keterampilan pada saat diberi kesempatan”.
Pada hakikatnya, setiap anak memiliki potensi kemampuan komunikasi
sosial namun berbeda dalam tingkatannya, tergantung seberapa besar ia
mendapatkan stimulasi dari lingkungannya. Beberapa kondisi di lembaga
pendidikan anak usia dini saat ini, perkembangan kemampuan komunikasi sosial
masih belum terstimulasi dengan optimal, seperti halnya yang terjadi pada
Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI.
Berdasarkan hasil observasi awal selama peneliti mengajar dua tahun, pada
tahun ajaran 2013-2014 menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi sosial anak
belum berkembang dengan optimal, hal ini ditandai dimana sebagian besar anak
di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI belum menunjukkan
kemampuan komunikasi sosial dengan baik, misalnya ketika anak belum mampu
mendengarkan cerita temannya atau mengobrol dengan temannya anak tersebut
menyela, atau ketika anak tidak menjawab pertanyaan teman ketika sedang
berbicara/ bercerita (terlihat acuh). Selain itu ada beberapa anak yang masih
berebut giliran berbicara dan ingin didengarkan terlebih dahulu baik oleh
temannya maupun pendidik ketika bercerita (sharing time). Berdasarkan hal
tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa anak belum mencapai indikator
kemampuan komunikasi sosial seperti dapat mengungkapkan perasaannya,
serta menghargai temannya ketika berbicara, sehingga sebagian anak cenderung
kurang dapat menjalani hubungan baik dan menyenangkan dengan teman
sebayanya.
Permasalahan-permasalahan di atas, disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain: (1) pembelajaran kurang bervariasi, (2) bahwa tahapan bermain anak
menurut Kurniati (2008: 16) pada usia 2-4 tahun ditandai dengan bermain khayal
dan bermain pura-pura, akan tetapi tahapan bermain tersebut di kelompok
bermain laboratorium percontohan UPI belum berkembang dan belum
terstimulus secara optimal, (3) perkembangan anak pada usia ini masih bersifat
egosentris seperti berebut mainan, serta ingin mendapatkan perhatian guru untuk
dirinya sendiri baik guru maupun teman.
Berdasarkan uraian di atas, maka guru hendaknya dapat mencari solusi
untuk mengatasi permasalahan terkait komunikasi sosial tersebut. Berbagai upaya
yang akan dilakukan untuk pengembangan kemampuan komunikasi sosial untuk
anak harus dapat mengkondisikan anak dalam situasi sosial dan mendorong anak
untuk berperan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran
tersebut dapat berlangsung efektif dan efisien.
Pembelajaran yang baik untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan perkembangan anak, salah satunya melalui bermain, karena pada
saat bermain anak beinteraksi dengan guru dan teman sebaya. Menurut Isenberg
& Jalongo (Muslihuddin & Agustin, 2008: 86), stimulasi tersebut dapat terjadi
karena pada saat bermain anak-anak melakukan kegiatan, seperti: (1)
mempraktekkan keterampilan berkomunikasi baik secara verbal maupun
nonverbal dengan cara menegosiasikan peran, mencoba memperoleh keuntungan
saat bermain atau mengapresiasi perasaan teman lain, (2) merespon perasaan
teman sepermainan disamping menunggu giliran dan berbagai materi serta
pengalaman; (3) bereksperimen dengan peran-peran di rumah, sekolah, dan
komunitas dengan menjalin kontak dengan kebutuhan dan kehendak orang lain;
dan (4) mencoba melihat sudut pandang orang lain. Kegiatan-kegiatan seperti
yang dijelaskan tersebut, dapat juga dilakukan anak dalam kegiatan bermain peran
Moeslichatoen (2004 :38) menyatakan bahwa bermain peran (role playing)
adalah bermain dengan menggunakan daya khayal dengan berpura-pura
bertingkah laku seperti benda tertentu, situasi tertentu, atau orang tertentu, dan
binatang tertentu, yang dalam dunia nyata tidak dilakukan.
Maka dari itu kita sebagai pendidik, harus mengembalikan ruang kelas
menjadi arena bermain, bernyanyi, bergerak bebas, dan menjadikan ruang kelas
sebagai ajang kreatif bagi anak. Sama halnya dalam rangka meningkatkan
kemampuan komunikasi sosial. Melalui kegiatan bermain peran, anak akan
terlatih dalam memerankan peran seseorang atau sesuatu, sehingga disini anak
akan dapat merasakan menjadi orang lain yang sebelumnya mungkin belum
pernah ia rasakan, dan anak akan mengetahui dan mengidentifikasi prilaku-prilaku
seseorang yang ia perankan ataupun yang orang lain perankan (Indriani, 2009: 8).
Berdasarkan paparan di atas maka penulis memfokuskan kajian penelitian
ini dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Sosial Anak Melalui Bermain Peran di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan ke dalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan komunikasi sosial anak di
Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI sebelum diterapkan
bermain peran?
2. Bagaimana penerapan bermain peran dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi sosial di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI?
3. Bagaimana kemampuan komunikasi sosial anak di Kelompok Bermain
Laboratorium PGPAUD UPI setelah diterapkan bermain peran?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
1. Mengetahui kondisi objektif kemampuan komunikasi sosial anak di
Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI sebelum diterapkan
bermain peran.
2. Mengetahui proses penerapan bermain peran dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi sosial di Kelompok Bermain Laboratorium
PGPAUD UPI.
3. Mengetahui kemampuan komunikasi sosial anak di Kelompok Bermain
Laboratorium PGPAUD UPI setelah diterapkan bermain peran.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Anak
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan
komunikasi sosial yang dimiliki anak melalui aktivitas yang
menyenangkan.
b. Penelitian ini dapat memberikan pengalaman interaksi dengan teman
sebaya secara eksploratif.
2. Bagi Guru
a. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan
dan tingkat kemampuan komunikasi sosial anak Kelompok Bermain
serta stimulasi perkembangan kemampuan komunikasi sosial anak
melalui bermain peran.
b. Penelitian ini dapat memberikan gambaran atau panduan bagi guru
dalam bermain peran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
sosial anak Kelompok Bermain, baik dari pembuatan rancangan
pembelajaran, pelaksanaan maupun evaluasi dari bermain peran.
3. Bagi Sekolah
a. Sebagai rujukan dalam pengembangan atau penyediaan sarana dan
prasarana yang menunjang kegiatan bermain peran untuk
b. Penelitian ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi sosial anak Kelompok
Bermain.
E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi
Adapun struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam lima BAB yang rangkuman pembahasannya antara lain: (1). Bab I
Pendahuluan yang membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, dan sistematika penulisan, (2). Bab II Kajian Pustaka yang
membahas tentang kajian-kajian pustaka mengenai konsep kemampuan
komunikasi secara umum, peran bermain peran dan konsep bermain peran,
(3). Bab III Metode Penelitian yang membahas tentang metode penelitian
yang digunakan untuk melakukan penelitian, yaitu metode penelitian
tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari metode penelitian yang digunakan,
prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian dan
analisis data, (4). Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisi
mengenai pembahasan dan penjabaran tentang jawaban
pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah yang didapatkan dari penelitian yang
dilakukan penulis selama berada di tempat penelitian, dan (5) Bab V
Kesimpulan dan Saran yang membahas tentang kesimpulan dari hasil
penelitian yang dilakukan penulis dan rekomendasi sebagai sumbangan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan atas dasar permasalahan yang muncul di lapangan
seperti yang telah diungkapkan pada BAB I yaitu kurang berkembangnya
komunikasi sosial anak di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI.
Lokasi penelitian pada Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI tepatnya
di Jalan Senjaya Guru Kampus UPI No. 3 Kecamatan Sukasari Kotamadya
Bandung. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini yaitu anak Kelompok
Bermain PGPAUD UPI berjumlah 11 orang dengan jumlah anak laki-laki 8 orang
dan perempuan 3 orang.
Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan komunikasi
sosial anak di Kelompok Bermain PGPAUD UPI yang dilakukan oleh guru
dengan merencanakan dan memilih dalam upaya mengembangkan komunikasi
sosial anak yaitu melalui bermain peran secara sistematis dan berkesinambungan
sehingga diharapkan dapat mengembangkan pembelajaran yang sudah ada
menjadi lebih baik dan komunikasi sosial anak pun dapat tercapai dengan optimal.
B. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(classroom action research) dengan model Elliot. Adapun jenis penelitian ini
menggunakan PTK partisipan karena dalam penelitian ini peneliti terlibat secara
langsung berperan dengan subjek peneliti yang dilihat dari segi interaksinya
dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dari awal hingga penelitian
tersebut berakhir. Hal ini peneliti berperan sebagai pelaksana mulai dari tahap
perencanaan, persiapan penelitian, pelaksanaan PTK Siklus I, menganalisis dan
mensintesis setelah pelaksanaan tindakan, kemudian merefleksikan semua
kegiatan yang telah berlangsung dalam Siklus I, kemudian merencanakan tahap
proses melaksanakan bermain peran (role playing), koreksi dan penyempurnaan
penelitian tersebut berakhir, adapun pelaksanaannya disesuaikan dengan prosedur
penelitian tindakan kelas yang digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.1
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Elliot dalam Muslihudin (2009: 72)
Berdasarkan gambar model di atas, penelitian ini akan dilaksanakan dari
berhasil dalam meningkatkan komunikasi sosial anak dengan menggunakan
kegiatan bermain peran, adapun prosedur penelitian tindakan kelas untuk
memperoleh data tentang proses dan hasil yang dicapai pada penelitian ini
dilakukan melalui beberapa tahap yaitu sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi selama saya mengajar, identifikasi masalah
yang ada di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI, terdapat beberapa
masalah yang berkaitan dengan komunikasi sosialnya diantaranya yaitu anak
belum dapat mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata, memperhatikan
teman kita ketika berbicara, menghargai temannya ketika berbicara,
mendengarkan ketika temannya bicara, dan belum dapat menunggu giliran
berbicara dengan sabar.
2. Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan observasi untuk mengambil data
mengenai kondisi objektif tentang kemampuan komunikasi sosial anak dan proses
pelaksanaan bermain peran yang sedang dilakukan dengan tujuan mampu
menggambarkan secara utuh dalam melakukan observasi yaitu dengan
menggunakan studi dokumentasi, dan pengamatan langsung pada saat
pembelajaran. Pada tahap awal, observasi dilakukan untuk mengobservasi
bagaimana tingkat komunikasi sosial anak di Kelompok Bermain sebelum
diberikan tindakan. Ketika tindakan sedang berlangsung observasi dilakukan
untuk melihat proses pelaksanaan tindakan, apakah terdapat hambatan atau
kesulitan dalam mengimplementasikan tindakan. Adapun observasi setelah
tindakan, dilakukan untuk melihat kembali tingkat komunikasi sosial anak apakah
terjadi peningkatan atau tidak.
3. Pelaksanaan Tindakan Kelas
Setelah mengetahui fokus permasalahan yang akan diteliti, maka peneliti
a. Perencanaan
Pada tahap ini pertama-tama yang dilakukan oleh peneliti bersama
guru merancang kegiatan yang akan dilakukan (RPP) untuk meningkatkan
dan memperbaiki hasil belajar anak, terkait komunikasi sosial anak di
Kelompok Bermain pada tanggal 01 Juli 2013 hari Senin. Langkah yang
dilakukan untuk meningkatkan komunikasi sosial anak yaitu melalui bermain
peran. Anak-anak bermain peran sesuai dengan tema di Kelompok Bermain
Laboratorium PGPAUD UPI. Tema yang digunakan adalah tema pekerjaan.
Penelitian tindakan dilakukan secara kolaborasi yaitu peneliti sebagai guru
yang melakukan tindakan dan pengamatan dengan guru yang lain yang
melakukan tindakan.
b. Pelaksanaan Tindakan (Bermain Peran)
Pelaksanaan tindakan dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dan
guru. Pelaksanaan tindakan diperlukan untuk memperbaiki keadaan,
meningkatkan kualitas hasil dan proses pembelajaran serta mencari solusi
masalah. Guru melakukan pembelajaran dengan memberikan kegiatan
bermain peran yang telah dipilih sesuai kebutuhan dan karakteristik anak.
Pelaksanaan tindakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
mengimplementasikan pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi sosial anak. Pelaksanaan dilakukan dengan beberapa
siklus dalam setiap minggu terdiri dari tiga hari yaitu senin, rabu, dan jumat
sampai permasalahan dapat diatasi dan tercapainya tujuan yang diharapkan.
Setiap harinya dilakukan dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB.
Setiap tindakan pembelajaran pada masing-masing siklus penelitian
dilakukan dalam empat tahap kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, observasi
pembelajaran, dan refleksi pembelajaran.
2) Peneliti mengamati kegiatan yang berlangsung saat proses tindakan yang
meliputi penerapan tindakan.
4) Peneliti mengamati permasalahan yang lain yang timbul selama
pelaksanaan bermain peran melalui format observasi dan catatan
lapangan. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan guru terhadap anak pada
tahap pelaksanaan ini diantaranya adalah sebagai berikut:
(a) Guru menentukan bentuk bermain peran yang akan diberikan (setelah
melakukan pengamatan kepada anak dan melakukan diskusi dengan
guru yang lain mengenai bermain peransesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik anak. Adapun bentuk bermain peran yang dipilih yaitu
tema pekerjaan, seperti pedagang buah, sayur, dan kelontongan.
(b) Guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan bermain peran
untuk meningkatkan komunikasi sosial anak sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
(c) Peneliti melaksanakan pengamatan menggunakan instrument
pengumpulan data yaitu format catatan lapangan, lembar observasi
dan media untuk mendokumentasikan berlangsungnya proses
pembelajaran.
Media yang digunakan dalam tindakan meliputi buah-buahan,
sayur-sayuran keranjang, uang-uangan, roda sayur. Pelaksanaan tindakan
pembelajaran tersebut dalam penelitian ini dapat dilihat lebih rinci di dalam
lampiran C.1.
c. Pengamatan
Pada tahap ini peneliti menyiapkan instrumen penelitian untuk guru
dan anak. Peneliti mengamati segala proses yang dilakukan dalam aktivitas
pengembangan kemampuan komunikasi sosial anak dengan kegiatan bermain
peran. Pengamatan dilakukan secara kontinyu dari siklus I sampai siklus yang
diharapkan dapat tercapainya tujuan. Pengamatan bisa dilakukan bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan, dimana peneliti melakukan pengamatan dan
mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan memproses data, yang didapat saat
dilakukan pengamatan. Data yang didapat selanjutnya dilakukan evalusi
untuk memperbaiki tindakan berikutnya. Peneliti memikirkan rencana ketika
sudah sampai saat refleksi. Menentukan waktu seperti hari, kapan, serta jam
akan dilaksanakan refleksi, caranya bagaimana, siapa saja yang terlibat,
bagaimana proses refleksi terjadi, bagaimana tanda memulai dan berhenti
diberikan, dan sebagainya. Apabila ada masalah dari refleksi maka dilakukan
proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya meliputi perencanaan
ulang, tindakan ulang, pengamatan dan refleksi ulang sehingga permasalahan
dapat teratasi. Pada kegiatan penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan
refleksi dari siklus I, II, dan selanjutnya sampai ketercapaian perbaikan
pembelajaran berhasil.
Dengan adanya refleksi peneliti dapat mengetahui ketercapaian dari
mulai perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan. Apabila kemampuan
komunikasi sosial anak belum tercapai maka diulangi kembali dengan
melakukan tahapan selanjutnya.
C. Penjelas Istilah
Adapun batasan istilah pada penelitian ini, adalah :
1. Komunikasi Sosial (Social Communication)
Komunikasi sosial (social communication) yang dimaksud dalam
penelitian ini mengacu pada pendapat Anderson (dalam Safaria, 2005: 24) yaitu
kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan
membangun hubungan interpersonal yang sehat, dalam proses menciptakan,
membangun dan mempertahankan relasi sosial, maka seseorang membutuhkan
sarananya melalui proses komunikasi, yang mencakup baik komunikasi verbal,
non verbal maupun komunikasi melalui penampilan fisik. Diantaranya yaitu
komunikasi efektif dan mendengarkan efektif. Namun dalam penelitian untuk
meningkatkan komunikasi sosial anak dibatasi, mengingat tahapan usia anak di
kemampuan komunikasi sosial dalam penelitian ini adalah kemampuan individu
untuk dapat melakukan :
a. Komunikasi efektif
1) Mengungkapkan perasaan
(a) Mengekspresikan perasaannya ketika senang dan sedih melalui
ekspresi muka
(b) Menceritakan perasaan senang dan sedih yang dialaminya hari ini.
2) Mendukung dan menanggapi
(a) Memberikan penilaian terhadap perilaku temannya.
3) Menerima diri dan orang lain
(a) Menunjukkan rasa percaya diri ketika bercerita/ berbicara.
(b) Mendengarkan temannya ketika bercerita/ berbicara.
(c) Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukannya.
b. Mendengarkan efektif
1) Mendengarkan partisifatif dan pasif
(a) Menunjukkan perhatian penuh ketika temannya bercerita.
(b) Mendengarkan temannya bercerita/ berbicara tanpa menyela.
(c) Memberikan respon dari pembicaraan melalui gerak tubuh/ non
verbal misalnya mengangguk dan menggeleng,
2) Mendengarkan aktif.
(a) Mengulangi pemikiran temannya
(b) Mengajukan pertanyaan yang diawali kata tanya apa
2. Bermain Peran
Bermain peran yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pendapat
Moeslichatoen (2004 :38) yang menyatakan bahwa bermain peran (role playing)
adalah bermain dengan menggunakan daya khayal dengan berpura-pura
bertingkah laku seperti benda tertentu, situasi tertentu, atau orang tertentu, dan
binatang tertentu, yang dalam dunia nyata tidak dilakukan. Dalam hal ini bermain
peran yang akan dilakukan adalah berkaitan dengan tema pekerjaan meliputi
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2006), teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada
natural setting (kondisi yang alami), sumber data primer, dan teknik pengumpulan
data lebih banyak pada observasi berperan serta (participan observation), dan
dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdapat tiga
macam yaitu observasi, catatan anekdot dan dokumentasi.
1. Observasi Terstruktur
Observasi yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan teknik observasi terstruktur dengan menggunakan pedoman
observasi yang telah ditentukan terlebih dahulu. Observasi/pengamatan ini
dilakukan pada anak Kelompok Bermain Laboratorium Percontohan UPI dengan
tujuan menilai dan memantau sejauhmana perkembangan komunikasi sosial anak
sebelum dan sesudah pelaksanaan bermain peran. Observasi juga dilakukan pada
guru yang lainnya untuk memantau pelaksanaan bermain peran itu sendiri.
2. Catatan Anekdot
Catatan anekdot untuk memperoleh data yang tidak terekam melalui
lembar observasi. Catatan anekdot yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
kolom yang diisi oleh peneliti selama proses pelaksanaan tindakan. Kolom ini
uraian berapa tentang kejadian-kejadian yang dianggap menarik bagi peneliti
selama proses implementasi pembelajaran bermain peran.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan data penunjang penelitian, misalnya dengan menggunakan
data-data fisik yang berbentuk audio seperti rekaman suara/ lagu/ kaset dan lain-lain,
visual seperti grafik, gambar, foto maupun audio-visual. Bentuk dokumentasi
dalam penelitian ini misalnya rekaman video ketika anak melaksanakan kegiatan
bermain peran, foto atau video pelaksanaan pembelajaran melalui bermain peran,
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pedoman
observasi terstruktur dengan menggunakan pedoman observasi dalam bentuk
ceklis, catatan anekdot dan studi dokumentasi atau penelaahan terhadap
dokumentasi fisik sebagai penunjang penelitian berupa catatan lapangan dan
pelaksanaanbermain peran untuk meningkatkan komunikasi sosial anak serta foto
ketika pelaksanaan bermain peran dilaksanakan. Kisi-kisi instrumen komunikasi
sosial dalam penelitian ini mengacu pendapat Safaria. Menurut Safaria (2005)
menyebutkan salah satu dari ketiga dimensi tersebut yaitu dimensi kemampuan
komunikasi sosial antara lain komunikasi efektif dan mendengarkan dan efektif.
Kisi-kisi instrumen komunikasi sosial dan bermain peran tersebut dalam
penelitian ini antara lain sebagai berikut :
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Komunikasi Sosial Anak
Variabel Aspek Sub Aspek Indikator Item Pernyataan Nomor Item dengan lancar kepada temannya dan juga gurunya. temannya ketika bercerita/ berbicara
f. Bertanggung jawab terhadap tindakan yang
dilakukannya. 8. Anak dapat menyelesaikan temannya berbicara dengan mendengarkan temannya bercerita/ berbicara dari awal sampai akhir.
10.Anak tidak menghentikan pembicaraan temannya ketika bercerita/ berbicara ketika bercerita/ berbicara dengan mengangguk.
12 Anak dapat memberikan respon tidak setuju/ sependapat pada temannya ketika bercerita/ berbicara dengan menggeleng. 5.Mendengarkan aktif j. Mengulangi
pemikiran
Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun pada langkah sebelumnya,
peneliti kemudian membuat instrument penelitian yang terdiri dari item atau
pernyataan yang mengacu pada indikator yang telah ditentukan. Jenis instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam bentuk
rating scale.
Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai
Tabel 3.2
Pedoman Observasi Kemampuan Komunikasi Sosial Anak
Nama :
Usia :
Hari/ Tanggal :
No Item Pernyataan Penilaian Keterangan
1 2 3
1. Anak dapat mengekspresikan perasaan senang/ sedih melalui tersenyum/ tertawa/ menangis/ diam 2. Anak dapat menceritakan perasaan senang/ sedih
melalui kata-kata
3. Anak dapat membedakan salah/ benar /baik/ buruk/ bagus/ tidak terhadap perilaku temannya 4. Anak dapat memberikan saran pada temannya 5. Anak dapat bercerita/ berbicara dengan lancar
kepada temannya dan juga gurunya.
6. Anak dapat menghargai temannya ketika bercerita/ berbicara
7. Anak dapat meminta maaf ketika melakukan kesalahan terhadap temannya
8. Anak dapat menyelesaikan pekerjaan yang dilakukannya.
9. Anak dapat memperhatikan temannya berbicara dengan mendengarkan temannya bercerita/ berbicara dari awal sampai akhir.
10. Anak tidak menghentikan pembicaraan temannya ketika bercerita/ berbicara
11. Anak dapat memberikan respon tanda setuju pada temannya ketika bercerita/ berbicara dengan mengangguk.
12. Anak dapat memberikan respon tidak setuju/ sependapat pada temannya ketika bercerita/ berbicara dengan menggeleng.
13. Anak dapat menceritakan kembali cerita temannya 14. Anak dapat mengajukan pertanyaan yang diawali
kata tanya apa
Sumber : Safaria (2005)
Keterangan :
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Bermain Peran
Variabel Sub Variabel Item Pernyataan Nomor Item
Kegiatan Bermain Peran
1. Perencanaan 1. Guru mempersiapkan lingkungan belajar bermain peran
2. Guru mempersiapkan media yang dibutuhkan yaitu buah-buahan plastic, sayuran plastic, uang-uangan, keranjang, roda, kelontongan, dan kostum.
3. Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini.
1,2,3
2. Pelaksanaan
4. Guru mengkondisikan anak dengan baik
5. Guru mengkomunikasikan tujuan, temadan media (buah-buahan plastic, sayuran plastic, uang-uangan, keranjang, roda, kelontongan, dan kostum) dalam kegiatan bermain peran
6. Guru menyampaikan aturan dalam kegiatan bermain peran
7. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada anak tentang kegiatan bermain peran yang akan dilaksanakan
8. Guru mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan bermain peran sesuai aturan
9. Guru memberikan motivasi kepada anak saat kegiatan bermain peran. 10. Guru melibatkan semua anak dalam berdiskusi tentang kegiatan bermain peranyang dilakukan
12. Guru memberikan kesempatan untuk menceritakan kembali kegiatan yang telah dilaksanakan.
13. Guru memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pendapat/ perasaannya mengenai kegiatan bermain peran yang telah dilaksanakan.
Tabel 3.4
Pedoman Observasi Aktivitas Guru
No Item Pertanyaan Penilaian Keterangan
Ya Tidak 1. Guru mempersiapkan lingkungan belajar bermain peran
2. Guru mempersiapkan media yang dibutuhkan yaitu buah-buahan plastic, sayuran plastic, uang-uangan, keranjang, roda, dan kelontongan.
3. Guru mempersiapkan catatan penilaian anak 4. Guru mengkondisikan anak dengan baik
5. Guru mengkomunikasikan tujuan, tema dan media (buah-buahan plastic, sayuran plastic, uang-uangan, keranjang, roda, kelontongan, dan kostum) dalam kegiatan bermain peran 6. Guru menyampaikan aturan dalam kegiatan bermain peran 7. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada anak tentang
kegiatan bermain peran yang akan dilaksanakan
8. Guru mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan bermain peran sesuai aturan
9. Guru memberikan motivasi kepada anak saat kegiatan 10. Guru melibatkan semua anak dalam kegiatan bermain peran 11. Guru dan anak duduk bersama dan berdiskusi tentang kegiatan
bermain peranyang dilakukan
12. Guru memberikan kesempatan untuk menceritakan kembali kegiatan yang telah dilaksanakan
13. Guru memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pendapat/ perasaannya mengenai kegiatan bermain peranyang telah dilaksanakan.
Table 3.5
Pedoman Observasi Studi Dokumentasi
No Jenisdokumen Keterangan Deskripsi
Ada Tidak ada 1 Kurikulum
2 Program tahunan
3 Program semester
4 Rencana Kegiatan Mingguan (RKM)
5 Rencana Kegiatan Harian (RKH)
6 Buku laporan perkembangan anak
F. Analisis Data
Analisis data dalam pelaksanaan penelitian kualitatif telah dilakukan sejak
pengumpulan informasi, maka sejak itulah analisis terhadap data yang ditemukan
dilakukan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik dengan melakukan beberapa tahapan diantaranya reduksi data, display data,
dan kesimpulan, (Sugiyono, 2008: 337).
1. Reduksi Data
Reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mencatat dan
meneliti data yang diperoleh di lapangan secara rinci. Data yang direduksi yaitu
terkait kemampuan komunikasi sosial anak di Kelompok Bermain Laboratorium
PGPAUD UPI. Reduksi data ini meliputi kegiatan merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dan membuang data yang tidak
perlu untuk penentuan hasil penelitian mengenai upaya meningkatkan komunikasi
sosial anak melalui bermain peran (role playing).
2. Display Data
Pendisplayan data merupakan tahap selanjutnya setelah data direduksi.
Data kemampuan komunikasi sosial anak sebelum dan setelah pelaksanaan
bermain peran dinyatakan dalam bentuk uraian singkat, bagan, diagram dan grafik
pemahaman terhadap data yang diperoleh dalam penelitian yang telah
dilaksanakan dan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindak lanjut berdasarkan apa
yang telah dipahami tersebut.
3. Verifikasi
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Verifikasi
dalam penelitian ini ditujukan untuk menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal yaitu terkait upaya meningkatkan komunikasi sosial anak
melalui bermain peran yang meliputi data awal komunikasi sosial yang dimiliki
oleh anak sebelum pelaksanaan bermain peran, data pelaksanaan bermain peran
dalam masing-masing siklus, dan data komunikasi sosial yang dimiliki oleh anak
setelah pelaksanaan bermain peran.
Data utama yang dianalisis adalah hasil observasi aktivitas yang
dilaksanakan anak selama kegiatan pembelajaran di kelas. Hasil observasi
dianalisis secara deskriptif berdasarkan pada informasi yang diamati oleh peneliti.
Selain analisis kualitatif dalam penelitian ini, peneliti menggunakan juga analisis
analisis kuantitatif hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil kemampuan
komunikasi sosial anak secara pelaksanaan bermain peran. Data hasil observasi
setiap butir aspek yang diamati selama tiga siklus dihitung dengan menggunakan
tabel distribusi frekuensi, menurut Supranto (2000: 62) distribusi frekuensi adalah
pengelompokan data kedalam beberapa kelompok (kelas) dan kemudian dihitung
banyaknya data yang masuk kedalam tiap kelas. Adapun cara perhitungan dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Kemampuan Komunikasi Sosial Anak
No Kategori Interval Tally F %
1 PS 14 – 22 IIII III 8 80
2 DP 23 – 31 II 2 20
Keterangan :
1. PS : Perlu stimulus
2. DP : Dalam proses
3. BB : Berkembang baik
1) Mencari interval
a) Jumlah indikator/item x nilai tertinggi (keterangan pada pedoman
observasi)
14 x 3 = 42
b) Hasil perkalian - jumlah indikator/item
42 – 14 = 28
c) Hasil pengurangan : jumlah kategori (keterangan pada pedoman
observasi)
28 : 3 = 9,3 dibulatkan 9
Sehingga ditemukan jumlah interval adalah 9 yang akan ditetapkan pada
kategori
Maka interval untuk kategori :
BM = 14 - 22
DP = 23 - 31 BB = ≥ 32
2) Menggisi Tally dan Frekuensi (F)
Mengisi kolom tally dan frekuensi berdasarkan hasil skor kemampuan
komunikasi sosial anak.
3) Mencari persentase
Mencari persentase dengan rumus:
Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi n : Jumlah anak P =
n F
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang meningkatkan keterampilan gerak
dasar manipulatif anak melalui bermain peran di Kelompok Bermain
Laboratorium PGPAUD UPI, dapat diuraikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Komunikasi sosial anak di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD
UPI sebelum penerapan bermain peran masih belum terstimulasi secara
optimal hal ini ditandai dengan belum terlihatnya komunikasi anak dalam
kegiatan bermain peran yang memerlukan komunikasi sosial anak.
Komunikasi Sosial anak yang belum terstimulasi diantaranya seperti
belum dapat mengungkapkan perasaannya, mendengarkan ketika
temannya berbicara, memperhatikan teman ketika berbicara, serta
menghargai temannya ketika berbicara, sehingga sebagian anak cenderung
kurang dapat menjalani hubungan baik dan menyenangkan dengan teman
sebayanya. Selain itu, anak masih belum bisa menunggu giliran berbicara
dengan sabar dan ingin didengarkan terlebih dahulu baik oleh temannya
maupun guru ketika sharing time.
2. Bermain peran yang ditujukan untuk meningkatkan komunikasi sosial
anak di Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI dilaksanakan
dalam tiga siklus. Setiap siklus dilakukan dua kali tindakan bermain peran
sesuai dengan jumlah indikator yang akan dikembangkan diantaranya
adalah mengungkapkan perasaannya (mengekspresikkan perasaannya dan
menceritakan perasaannya), mendukung dan menanggapi (memberikan
penilaian terhadap perilaku temannya, menerima diri dan orang lain dalam
menunjukkan rasa percaya diri ketika bercerita, mendengarkan temannya
bercerita, dan bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukannya),
mendengarkan partisipatif dan pasif (menunjukkan perhatian penuh ketika
temannya bercerita, mendengarkan temannya bercerita, dan memberikan
mengajukkan pertanyaan yang di awali kata tanya apa). Pembelajaran
bermain peran yang akan dilakukan adalah berkaitan dengan tema
pekerjaan meliputi pedagang buah, pedagang sayur, dan pedagang
kelontongan. Peneliti melakukan refleksi melalui diskusi dengan pendidik
mengenai pencapaian kemampuan komunikasi sosial anak dengan
melakukan perbaikan rencana dalam setiap siklus. Penerapan bermain
peran telah berhasil dan memberikan dampak positif terhadap proses
pembelajaran. Observasi pada siklus pertama menggambarkan adanya
peningkatan yang cukup baik terkait kemampuan komunikasi sosial anak,
begitupun dengan hasil observasi pada siklus kedua dan ketiga.
3. Komunikasi sosial anak setelah diterapkannya bermain peran mengalami
peningkatan yang cukup baik dari pra siklus hingga siklus ketiga.
Komunikasi sosial anak yang mengalami peningkatan diantaranya: anak
dapat mengungkapkan perasaannya, anak dapat mendengarkan ketika
temannya berbicara, anak dapat memperhatikan temannya ketika
berbicara, serta menghargai temannya ketika berbicara. Setiap
pembelajaran bermain peran tersebut ditujukan untuk seluruh aspek
komunikasi sosial anak dalam setiap indikator yang berbeda. Setelah
tindakan bermain peran diberikan sebuah peningkatan yang cukup
memuaskan sebagai bukti bahwa bermain peran dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi sosial anak di Kelompok Bermain Laboratorium
PGPAUD UPI. Berdasarkan hasil penelitian, diakumulasikan dari awal
siklus hingga siklus ketiga peningkatan pencapaian indikator kemampuan
komunikasi sosial anak dari kategori perlu stimulus (PS) secara
keseluruhan menjadi kategori dalam proses (DP) dan berkembang baik
(BB).
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembahasan yang disimpulkan diatas, terdapat beberapa
1. Bagi Guru
a. Guru sebagai orang yang berperan sangat penting dalam proses
kegiatan pembelajaran di sekolah hendaknya dapat menstimulasi
perkembangan komunikasi sosial anak melalui pembelajaran yang
menyenangkan dan memberikan kesempatan bagi anak untuk bermain
langsung melalui kegiatan yang menarik, salah satunya melalui
bermain peran.
b. Guru diharapkan dapat menggunakan metode yang bervariatif dalam
menstimulasi perkembangan anak, khususnya perkembangan
komunikasi sosial anak.
c. Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih
peran yang disukainya dan boleh bertukar peran dengan temuan yang
lainnya agar dapat saling merasakan peran yang berbeda.
d. Guru hendaknya dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran
bermain peran yang benar dan dapat mengasah kegiatan yang menarik
agar selalu diminati dan menjadi sumber pelajaran dan pengetahuan
bagi anak-anak didiknya.
2. Bagi Pengelola Kelompok Bermain Laboratorium PGPAUD UPI
a. Pengelola diharapkan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas bermain
anak yang dapat merangsang anak untuk meningkatkan komunikasi
sosial anak.
b. Pengelola hendaknya dapat mengikutsertakan pendidik untuk
mengikuti pelatihan demi untuk meningkatkan profesionalisme
pendidik terutama dalam pemilihan materi, metode, serta media
pembelajaran.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara
lebih mendalam lagi terhadap penerapan bermain peran untuk
b. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan bermain peran yang lebih
baik lagi dengan memperluas dan memvariasikan area dan alat dan
media yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah.
c. Mengingat pelaksanaan penelitian ini baru berjalan tiga siklus, maka
peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan untuk mendapatkan
temuan yang lebih signifikan tetapi metode, teknik strategi dan media
yang lain serta tindakan yang berbeda agar dapat memberi masukan
atau temuan baru khususnya dalam meningkatkan komunikasi sosial
DAFTAR PUSTAKA
Agustiningtyas, Ryolita. (2009). Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Anak Melalui Penerapan Metode Bermain Peran Mikro. Skripsi.
Tidak diterbitkan. Bandung: PGPAUD FIP UPI.
Andresen, Helga. (2005). “Role Play and Language Development in
Depdiknas. (2004). Kurikulum TK&RA. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. (2006). Pedoman Pendekatan “Beyond Centers And Circle Time (BCCT)” (Pendekatan Sentra dan Lingkaran) Dalam
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Gunarti, dkk. (2008). Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Edisi ke-1 Universitas Terbuka.
Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, B.E. (1980). Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Indriani, Vetti. (2009). Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran. Skripsi. Tidak diterbitkan. Bandung: PGPAUD FIP UPI.
Jamridafrizal. (2012). Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini.
Retrieved September 8, 2012, from
http://www.scribd.com/doc/43291483/Karakteristik-Anak-Usia-Dini
Joyce, B. R., & Weil, M. (2000). Role Playing; Studying Social Behavior and Values. In Models of Teaching. Allyn and Bacon.
Kurniati, Euis. (2008). Konsep Dasar Bermain. Bandung: Depdiknas dan Universitas Pendidikan Indonesia.
Lwin, M dkk. (2008). Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan (Edisi Indonesia) Yogyakarta : Indeks.
Lwin, May. Dkk. (2008). How To Multiply your Child’s Intelligence. Yogyakarta : Indeks.
Masitoh. Dkk. (2008). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka.
Mayke. (2001). Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Moeslichatoen, R. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Montolalu, B.E.E. (2005). Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Muslihuddin & Agustin. (2008). Mengenali dan Mengembangkan Potensi Kecerdasan Jamak Anak Usia Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal. Bandung: Rizqi Press.
Muslihuddin, dkk. (2009). Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (Panduan Praktis untuk Guru dan Tenaga Kependidikan). Rizki Pres.
Nugraha & Rachmawati. (2007). Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Perawatmaju. (2011, April 18). Komunikasi pada Anak dan Keluarga.
Message posted to
http://perawatmaju.wordpress.com/2011/04/18/komunikasi-pada-anak-dan-keluarga/.
Puspita Sari Elok. (2009, Desember 31). Kecerdasan Interpersonal.
Message posted to
http://3lox.wordpress.com/2009/12/31/kecerdasan-interpersonal/
Rachmani, dkk (2003). Ayah Bunda Multiple Intelligences, Mengenali dan Merangsang Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta : PT. Aspirasi Pemuda
Safaria, T. 2005. Interpersonal Intelligence. Yogyakarta : Amara Books
Santrock. (2007). Perkembangan Anak, Child Development, eleventh edition, jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Solehuddin, M. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: FIP UPI
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: IKAPI
Susilawati, Rena. (2009). Penerapan Metode Bermain Peran dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak. Skripsi. Program Studi PGPAUD UPI. Tidak diterbitkan.
Syaodih, N. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Yudhistira. (2008, Juni 13). Bermain Peran Pembelajaran Asyik buat Anak.
Message posted to
http://yudhistira31.wordpress.com/2008/06/13/bermain-peran-pembelajaran-asyik-buat-anak/
Yusuf, S. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.