SKRIPSI
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI
METODE BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK
(Penelitian tindkan kelas terhadap kelompok A (4-5 tahun) Tk Aisyiyah 4 Bandung)Sebagai Persyaratan Penelitian dan Penulisan Skripsi Pada Program SI
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini
OLEH
DIAH RETNO NAWANGSIH 0802526
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN INDONESIA 2013
Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1
========================================================== ========
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI
METODE BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK
(Penelitian tindkan kelas terhadap kelompok A (4-5 tahun) Tk Aisyiyah 4 Bandung)OLEH
DIAH RETNO NAWANGSIH 0802526
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© DIAH RETNO NAWANGSIH 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
UPGRADING THE COMMUNICATION THROUGH METHODS PLAY A ROLE IN KINDERGARTEN
Abstract
Diah Retno Nawangsih 0802526
Research drop was triggered because child, was a lack of communication abilities it behooves writerfor the root of the problem also find that can minimize the issue. The purpose of this research is:
1. To know the extent to which the objective of communication abilities kindergarten children in bandungaisyiyah 4
2. To know the method play a role in upgrading communicate children in a kindergarten aisyiyah 4 bandung
3. To know the result increased capacity after application of communications methods play the role of kindergarten aisyiyah 4 in bandung
Methods used is research class actions, with research qualitative approach with purpose that the research was able to collect the data descriptif required in accordance with existing problems that can be explained properly.The data used technique is interview observation and study documentation.From the results of data processing showed that role-playing can improve child, communication it can be indicated with the result as follows:
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK
Abstrak
Diah Retno Nawangsih 0802526
Penalitian ini dilatarbelakangi karena masih rendahnya kemampuan komunikasi anak, hal ini mendorong penulis untuk turut mencari akar permasalahannya sehingga dapat meminimalisir permasalahan tersebut.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1). Untuk mengetahui sejauhmana kondisi ibjektif kemampuan komunikasi anak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung. 2) Untuk mengetahui penerapan metode bermain peran dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung. 3). Untuk mengetahui hasil peningkatan kemampuan komunikasi setelah penerapan metode bermain peran di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung.
Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelasdengan pendekatan penelitian kualitatif, dengan tujuan bahwa penelitian ini mampu mengumpulkan data deskriptif yang diperlukan sesuai dengan permasalahan yang ada sehingga dapat diuraikan dengan tepat.Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi
Dari hasil pengolahan data menunjukkan bahwa Metode Bermain Peran dapat meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak, hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil sebagai berikut: Pada siklus I hasil yang diperoleh yaitu anak dalam kemampuan komunikasi masih belum signifikan, masih ada anak yang belum bisa mengikuti kegiatan bermain peran, sedangkan pada siklus II peningkatan kemampuan komunikasi anak sudah baik dan sesuai harapan, anak sangat antusias mengikuti kegiatan pembelajaran dan hampir semua anak dapat menjawab evaluasi yang diberikan oleh Ibu guru.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
PERYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
A. Hakikat Komunikasi... 9
1. Pengertian komunikasi ... 9
2. Tujuan komunikasi ... 10
3. Jenis komunikasi ... 11
4. Prinsip-prinsip komunikasi ... 14
B. Pengembangan komunikasi anak ... 15
1. Perkembangan komunikasi anak ... 15
2. Pengembangan berbahasa di taman kanak-kanak ... 17
C. Metode bermain peran... 21
a. Pengertian bermain peran ... 21
b. Manfaat bermain peran ... 22
c. Tujuan bermain peran ... 23
d. Langkah-langkah bermain peran ... 27
e. Kelebihan dan kelemahan Metode bermain peran………...28
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
A. Metode penelitian ... 30
1. Tekhnik pengumpulan data ... 34
2. Pengelolaan dan catatan lapangan ... 36
B. Lokasi dan subjek penelitian ... 38
C. Instrumen penelitian ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Hasil penelitian di TK Aisyiyah 4 Bandung ... 44
1. Gambaran umum Tk Aisyiyah 4 Bandung... 44
b. Visi, misi dan tujuan Tk Aisyiyah 4 Bandung ... 44
c. Susunanpengajar ... 45
d. Keadaan anak-anak ... 46
e. Sarana dan prasarana ... 46
2. Proses kegiatan pembelajaran di Taman kanak-kanak Aisyiyah 4 .... 47
3. Kondisi objektif kemampuan komunikasi anak ... 49
4. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran metode bermain peran 49 B. Pembahasan ... 64
1. Kondisi objektif kemempuan komunikasi anak di Taman kanak-kanak Aisyiyah 4 bandung ... 64
2. Penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak... 64
3. Peningkatan kemampuan komunikasi anak setelah digunakan metode bermain peran ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... .68
A. Kesimpulan ... 68
B. Rekomendasi. ... 69
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah.
Komunikasi merupakan suatu hal yang penting dilakukan oleh semua
orang baik dewasa maupun anak-anak bahkan sejak dalam kandungan hingga
mereka lahir komunikasi telah dilakukan bersama ibunya. Komunikasi dapat
dilakukan setiap hari dimulai dari kita bangun sampai kita akan tidur kembali,
komunikasi juga dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja seperti di kantor ,
pasar, rumahsakit, di angkot, di sekolah, dan lingkungan-lingkungan tempat kita
tinggal. Komunikasi memang merupakan suatu hal yang sangat fundamental
dalam kehidupan manusia, bahkan ditengah suasana masyarakatdimana
persaingan semakin ketat dalam memperoleh hasil yang baik komunikasi harus
dilakukan dengan sangat hati-hati.
Betapa pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia, maka menurut
Everett Kleinjan dari East west Center hawai (2009:1) mengemukakan bahwa “Komunikasi sudah merupakan bagian dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas sepanjang manusia ingin hidup, ia perlu komunikasi”. Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Wilbur Schramm (2009:1) menyebutkan “ Bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lainnya, sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk”.
Maka benar bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Komunikasidiperlukan untuk mengatur tatakrama pergaulanantar
manusia,meskipun ia seorang dokter, guru, dosen, manejer, pengusaha, pramugari,
pemuka agama, penyuluh lapangan, dan sebagainya. Begitupun dengan kehidupan
seorang anak, mereka membutuhkan komunikasi yang dapat membantu seyelah
mereka dewasa
Komunikasi akan terjadi apabila terjadi interaksi antara para komunikator
sehingga menimbulkan interaksi yang sangat menarik. Selain menggunakan
2
dilakukan dengan media lainnya.Maka komunikasi dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu a) Komunikasi verbal yaitu komunikasi dengan kata-kata berupa ucapan
ataupun tulisan.b) Komunikasi Nonverbal yaitu komunikasi yang terdiri dari atas
ekspresi dan tingkah laku atau kebiasaan. DeVito (1982) membagi komunikasi
menjadi empat bagian yaitu komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok kecil,
komunikasi publik, dan komunikasi massa.
Kemampuan anak dalam berkomunikasi sehari-hari terkadang meniru
perkataan orang dewasa maupun perkataan yang mereka lihat di televisi, kita
harus dapatmengarahkan anak agar tidak salah dalam berbicara, sedangkan
kemampuan berkomunikasi itu sendiri adalah kemampuan seseorang untuk
berinteraksi dengan orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal.
Sesuai dengan perkembangan anak usia empat tahun sampai dengan enam
tahun, dimana pada masa ini adalah masa usia anak yang paling efektif dalam
menerima hal yang baru dan menyenangkan bagi anak usia dini. Pada usia ini
anak sedang mengalami peralihan perkembangan dasar-dasar kemempuan anak
seperti kemampuan fisik, bahasa, social dan emosional dimana anak dapat mulai
menyadari bahwa lingkungan dimana ia berada pada saat anak masuk sekolah
anak harus dapat menyesuaikan diri pada tuntutan lingkungan. Untuk memenuhi
tuntutan lingkungan tersebut pada diri anak sering terjadi konflik yang disebabkan
oleh kurangnya komunikasi antara orangtua, lingkungan, dan masyarakat.
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar
dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Berdasarkan penelitian
para ahli pada masa ini terjadi perkembangan otak yang sangat pesat dari seluruh
rentang kehidupan seorang individu, yakni 80%.Masa ini dikenal dengan masa
keemasan (Golden Age). Agar potensi kecerdasan yang dimiliki seorang anak
tidak menjadi mati (Hidden Potency) maka perlu dilakukan stimulasi-stimulasi
yang sesuai dengan taraf perkembangan anak dari berbagai aspek kecerdasan,
misalnya yang seperti yang dikemukakan oleh Howard gardner tentang adanya
teori Multiple intelegen (Kecerdasan Majemuk).
Dengan adanya stimulasi yang baik dan sesuai yang menjadi landasan atau
3
tumbuh dan berkembang lebih optimal menjadi anak yang cerdas dari berbagai
aspek keceerdasannya. Komunikasi yang efektif dan interaktif diperlukan dalam
pendidikan usia dini guna mempersiapkan masa depan yang bermartabat. Hal ini
sejalan dengan tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia muda.Pendidikan
mesti menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, beriman, berguna, dan
berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggung jawab atas hidup dirinya dan
orang lain, yang berwatak luhur dan berkeahlian.
Komunikasi sangatlah penting bagi semua orang terutama pada anak,
selain untuk menambah kosa kata juga penting untuk berinteraksi dengan orang
lain diantaranya untuk menyampaikan tujuan, menyampaikan pesan kepada orang
lain. Menurut Fries dalam (Media Pendidikan)berbicara atau berkomunikasi
merupakan tahap awal atau permulaan seseorang untuk menguasai suatu
bahasa.Dengan demikian dapat dipahami betapa pentingnya keterampilan
berkomunikasi bagi anak. Anak yang tidak memiliki kemampuan komunikasi
akan berdampak negative bagi perkembangan kecerdasannya, misalnya anak akan
sulit untuk menyampaikan pesan, maupun anak akan sulit untuk menerima pesan
baik dari segi verbal dan non verbal. Selain itu anak akan merasa minder,
dikucilkan oleh teman, sehingga anak tersebut akan selalu menyendiri semoga
dengan adanya kegiatan bermain peran , anak tidak akan merasa sendiri.
Pada saat ini kegiatan keterampilan berkomunikasi di Taman
Kanak-Kanak Aisyiyah 4 masih belum dilaksankan dengan efektif.Dalam kegiatan
belajar mengajar di TK Aisyiyah 4 guru menggunakan metode cermah dan
metode demontransi sehingga dalam perkembangan komunikasi dan
perkembangan bahasa anak masih terlihat kurang. Komunikasianak dengan guru
maupun dengan teman sebayanya masih belum terlihat komunikatif begitu pun
anak dalam menyampaikan pesan, maksud, tujuan, pemikiran maupun perasannya
terhadap orang tua, teman dan guru belum terlihat baik, Seperti yang dikatakan
Owens (1990) bahwa anak usia dini dalam memperkaya kosakatanya dengan cara
pengulangan, mereka mengulang kosakata yang baru dan unik sekalipun belum
memahami artinya, sehinggapada dasarnya anak usia 4 sama 5 tahun dapat
4
kata tersebut anak menggunakan Fast Mapping yaitu proses dimana anak meyerap arti kata baru setelah mendengarkan sekali atau dua kali dalam percakapan. Pada
masa kanak-kanak awal inilah anak mulai mengkombinasikan suku kata menjadi
kata, dan kata menjadi kalimat.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk tercapainya suatu
perubahan dalam komunikasi yang baik maka diperlukan suatu kegiatan yang
dapat menambah kosa kata anak, wawasan anak, ide baik dari segi social,
emosional, fisik, bahasa, kognitif yaitu dengan menggunakan metode bermain
peran, dengan metode ini diharapkan komunikasi anak akan lebih meningkat,
karena bermain peran adalah suatu metode pengembangan yang efektif dalam
member contoh alami terhadap prilaku manusia yang riil, dapat digunakan oleh
anak untuk menyadari perasaan mereka dan membangun sikap-sikap menuju
nilai-nilai dan pemahaman mereka sendiri baik dalam kehidupan sehari-hari
dimasyarakat dan lingkungan mereka.
Metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan komunikasi anak
secara spontan dan berbicara lancar, menurut Gilstrap dan Martin (2008 : 10.9) mengatakan bahwa“Bermain peran adalah memerankan karakter/tingkah laku dalam pergaulan kejadian yang diulang kembali, kejadian masa depan, kejadian masa kini, yang penting atau suatu imajinatif”. Sedangkan Supriyati mengemukakan (2008 : 10.9)“Metode bermain peran adalah permainan yang Memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak sehingga anak dapat
mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan bahan kegiatan yang dilaksanakan”.
Menurut Winda (2008:10.11) Penggunaan metode bermain peran dapat
memupuk adanya pemahaman peran social yang melibatkan interaksi verbal
paling tidak dengan satu orang lain. Metode ini membantu anak untuk
mempelajari lebih dalam mengenai dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat
sekitarnya, dalam menjelaskan perannya berdasarkan pengalaman dalam belajar
memutuskan dan memilih berbagai informasi yang relevan, hal ini membantu
mengembangkan kemampuan intelektual anak dan juga belajarnya tentang
5
tema drama dalam waktu tertentu, area ini juga memberikan kesempatan kepada
anak untuk mengembangkan kemampuan social dan emosionalnya seperti
mengatasi rasa takut dengan memerankan berbagai tokoh yang sebenarnya bagi
mereka akan menakutkan.
Berdasarkan permasalahan diataih lanjut sehingga mendorong penulis,
maka dibutuhkan suatu penelitian lebih lanjut sehingga mendorong penulis untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bermain Peran Di Taman Kanak-kanak”.(Penelitian Tindakan Kelas Di TK Aisyiyah 4, jalan Piit no 8 Bandung Kelurahan Sadang Serang Kecamatan Coblong Bandung).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dan hasil penelitian
sementara, maka batasan-batasan masalah dalam penelitian yang penulis temukan
adalah : Bagaimana metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi di Taman Kanak-kanak.
Rumusan masalah diatas, penulis uraikan ke dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan komunikasi anak usia dini di
Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung ?
2. Bagaimana penerapan metode bermain peran dalam rangka
meningkatkan kemampuan komunikasi anak ?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan berkomunikasi setelah penerapan
metode bermain peran di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang peningkatan
kemempuan komunikasi anak di TK Aisyiyah 4 Bandung melalui metode bermain
peran. Sedangkan tujuan khususnya adalah :
1. Untuk mengetahui sejauh mana kondisi objektif kemampuan
6
2. Untuk mengetahui penerapan metode bermain peran dalam
meningkatankan kemampuan berkomunikasi di Taman Kanak-kanak
Aisyiyah 4 Bandung.
3. Untuk mengetahui hasil peningkatan kemampuan komunikasi setelah
penerapan metode bermain peran di terapkan di Taman Kanak-kanak
Aisyiyah 4 Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa
pihak diantaranya :
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan yang
dapat dijadikan bahan kajian para pendidik dalam mempelajari Ilmu
Pendidikan Anak, khususnya dalam peningkatan mengenai
kemempuan komunikasi anak melalui kegiatan metode bermain peran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi dan dapat
memberikan wawasan serta pengetahuan yang berhubungan
dengan peningkatan komunikasi anak melalui metode bermain
peran.
b. Bagi Kepala Sekolah
Untuk meningkatkan kemajuan sekolah, pihak sekolah hendaknya
menyediakan sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar
mengajar terutama dalam kegiatan bermain peran agar komunikasi
anak lebih baik.
c. Bagi Guru
Untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya komunikasi
anak yang diberikan kepada anak melalui kegiatan bermain peran
7
E. Definisi Istilah
Dalam penelitian ini dilaksanakan berdasarkan beberapa asumsi
diantanranya yaitu :
1. Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan peraturan informasi satu dengan yang
lainnya yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam. D.Lawrece Kincaid (1981).
2. Bermain peran dalah memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda
disekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal
(imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang
dilaksanakan (Depdikbud 1998 : 37).
3. Kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan seorang anak untuk
berinteraksi dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal.
F. Asumsi Penelitian
1. Komunikasi mensyaratkan bahwa pendidik (sebagai sumber) harus
berupaya agar pesan yang diutarakan benar-benar mengena dan membuat anak
tertarik. Ketertarikan ini akan menumbuhkan minat anak untuk belajar dan
mengembangkan potensi pribadinya. Kekuatan dari komunikasi sangatlah penting
dalam belajar.
2. Pada umumnya anak-anak menyukai bermain peran (Dramatik)
Bermain peran adalah cara memberikan pengalaman kepada anak melalui bermain
peran, yakni anak diminta memainkan peran tertentu dalam suatu permainan
peran, bermain peran dapat membantu anak untuk mempelajari lebih dalam
mengenai dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakatnya.
3. keberhasilan guru dalam memberikan suatu pengajaran, akan ditentukan
oleh sejauh mana dia mampu menetapkan strategi pendekatan yang relevan
8
G. Metode dan Penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan teknik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)yang diadaptasi dari model
Kemmis dan Taggart 1998. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk bagian
yang bersifat reflektif atas tindakan guru yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan guna memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran.
Penelitian ini terdiri atas siklus yang berdaur mulai dari perencanaan, pelaksanan,
pengamatan, dan perfleksian yang bertujuan untuk memperbaiki proses
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses
pembelajaran yang sudah dilaksanakan oleh guru serta untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi dilapangan, untuk itu penelitian yang akan peneliti
gunakan ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelas bekerja sama yang menekankan pada proses
pembelajaran (Arikunto, 2006:57).
Mc.Niif (Arikunto,2008:106) berpendapat bahwa dasar utama
dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan. Sementara
menurut Borg di dalam (Arikunto 2008:106) mengatakan bahwa tujuan utama
penelitian tindakan kelas adalah pengembangan keterampilan proses pembelajaran
yang dihadapi guru di kelasnya, bukan tujuan untuk mencapai pengetahuan umum
dalam bidang pendidikan. Pendapat di atas dapat dipahami bahwa penelitian
tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses
dan hasil pembelajaran.
Penlitian Tindakan Kelas mempunyai manfaat yaitu untuk dapat membantu
guru dalam memecahkan masalah dan solusi pembelajaran sesuai dengan
karakteristik penelitian tindakan kelas, masalah yang diangkat adalah masalah
yang dihadapi guru di kelas, dilakukan secara kolaborasi serta adanya tindakan
tertentu untuk mempebaiki proses belajar mengajar di kelas. Sedangkan
pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Syaodih (2005 : 60) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas, social, sikap, kepercayaan, presepsi, pemikiran, secara
individu maupun kelompok.
Untuk kelancaran dalam penelitian maka peneliti menggunakan Model John
Elliot (Wiraatmadja, 2008) yang menjelaskan bahwa terrincinya setiap aksi atau
32
Berdasarkan pandangan diatas, maka penelitian yang akan dilaksanakan
peneliti adalah untuk melakukan upaya perbaikan dan peningkatan layanan
profesional guru dalam menangani proses pembelajaran khususnya untuk
meningkatkan keterampilan berkomunikasi anak melalui metode bermain peran,
kegiatan penelitian ini dilakukan dalam bentuk proses pengkajian siklus yang
terdiri dari 4 tahap yaitu :
1. Perencanaan
Tahap perencanaan ini dilakukan dengan menyusun rancangan tindakan
yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan
bagaimana pelaksanaan tindakan itu dilakukan, pada tahap ini penelitian
menentukan fokus peristiwa yang perlu diamati secara terinci tahapan
perencanaan meliputi kegiatan
a. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah
Tindakan ini terdiri dari pengamatan terhadap lingkungan sekolah dan
kegiatan pembelajaran.
b. Membuat rincian rancangan tindakan.
Perencanaan yaitu membuat rencana tindakan penelitian yang akan
dilakukan dalam pembelajaran penerapan metode bermain peran yang
akan dilakukan secara kolaborasi dengan teman sejawat, meliputi
kajian kurikulum, merumuskan tujuan pembelajaran yakni kemampuan
yang harus di capai anak, merumuskan tema dan kegiatan yang akan
dijadikan pembelajaran media dan metode, membuat rencana kegiatan
harian (RKH), mempersiapkan format observasi dan evaluasi.
2. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan kegiatan nyata pembelajaran dengan metode bermain
peran yang dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dibuat.
3. Pengamatan / observasi
Pengamatan / observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung
33
masalah yang baru. Hasil observasi ini akan dijadikan bahan analisis dan dasar
revleksi terhadap tindakan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya.
4. Refleksi.
Revleksi bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh terhadap tindakan
yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, selanjutnya
dilakukan evaluasi untuk memperbaiki tindakan selanjutnya. Hal ini sesuai
dengan apa yang telah dikemukakan oleh Hopkins (Arikunto 2008 : 80) yang
mengatakan bahwa refleksi dalam penelitian tindakan kelas mencakup analisis,
sintetis dan penelitian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan.
Kegiatan diatas menjadi siklus yang akan terus dilakukan sehingga
pengembangan dalam keterampilan berkomunikasi dengan menggunakan metode
bermain peran ini tercapai sesuai dengan yang di harapkan. Di bawah ini
menunjukkan siklus yang akan dilakukan selama penelitian.
Siklus I :
1. Merancang dan mempesiapkan tindakan yang akan dilakukan dengan
berpedoman pada hasil refleksi siklus I.
2. Menyusun scenario pembelajaran dengan menggunakan metode bermain
peran.
3. Melakukan observasi berdasarkan pedoman observasi, melakukan
pencatatan lapangan dan mengolah data. Pelaksanaan obervasi ini
dilakukan oleh teman sejawat (observer).
4. Menganalisis dan merefleksikan pelaksanaan tindakan pembelajara siklus
I. Pelaksanaan analisis terhadap pembelajaran dilakukan setelah kegiatan
pembelajaran terlaksana, untuk memperoleh gambaran secara kualitatif
dari proses tindakan dan observasi, kemudian dijadikan perencanaan pada
siklus selanjutnya.
5. Melakukan wawancara terbuka pada anak untuk mengetahui tanggapan
anak setelah seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan.
Siklus II
1. Merancang dan mempersiapkan tindakan yang berpedoman pada hasil
34
2. Merumuskan masalah.
3. Meyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan metode bermain
peran.
4. Melakukan observasi berdasarkan pedoman obervasi, melakukan
pencatatan lapangan dan mengolah data. Pelaksanaan observasi ini
dilakukan oleh teman sejawat. (observer).
5. Menganalisis dan merefleksikan pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus
I. Pelaksanaan analisis terhadap pembelajaran dilakukan setelah kegiatan
pembelajaran terlaksana, untuk memperoleh gambaran secara kualitatif
dari proses tindakan dan observasi, kemudian di jadikan perencanaan pada
siklus selanjutnya.
6. Melakukan wawancara terbuka pada anak untuk mengetahui tanggapan
anak setelah seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan.
1. Tekhnik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan diantaranya ada beberapa cara
yaitu dengan observasi, studi leteratur penelitian, dan wawancara :
a. Obsevasi
Observasi menurut (Supriadi PTK ;127) adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran. Sedangkan untuk mengetahui keberhasilan
berkomunikasi pada setiap item peneliti menggunakan penilaian
merujuk pada petunjuk penilaian taman kanak-kanak tahun 2010
dengan menggunakan syimbol sebagai berikut :
1. Anak yang belum berkembang (BB) perkembangan sesuai dengan
indikator seperti dalam RKH, pada kolom penilaian dituliskan
nama anak dan diberi tanda satu bintang (*).
2. Anak yang sudah berkembang (MB) mendapatkan tanda dua
35
3. Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) mendapatkan
tanda bintang tiga (***).
4. Anak yang berkembang sangat baik (BSH) mendapatkan tanda
bintang (****).
Hal-hal yang diamati dari anak, yaitu sikap anak dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran yang di jabarkan sebagai berikut :
1). Perhatian anak terhadap guru pada saat guru menjelaskan.
2). Adanya interaksi antara anak dan guru.
3). Menjaga ketenangan suasana selama pembelajaran.
4). Anak mengatahui alur cerita.
5). Anak dapat memerankan peranannya dengan baik.
6). Anak dapat menjawab pertannyaan pada akhir pembelajaran.
7). Anak dapat menyebutkan isi / pesan dari pembelajaran tersebut.
8). Anak dapat memberikan tanggapan senang / tidak senang mengenai
pembelajaran tersebut.
Aktifitas guru yang diamati selama proses pembelajaran :
a. “Memilih tema” yang akan dimainkan dan menentukan waktu.
b. Membuat rencana / skenario / nakah cerita, membuat skenario kegiatan
yang fleksibel yang mencakup aspek perkembangan komunikasi anak.
c. Menyediakan media, alat, dan kostum yang diperlukan dalam kegiatan.
d. Menentukan tempat bermain peran dengan membuat dekorasi dan gambar
yang mendukung jalan cerita.
e. Merencanakan teknik bermain peran dan contoh memainkan perannya.
f. Memberi kebebasan bagi anak untuk memilih peran yang disukai.
g. Guru dan anak brdiskusi merancang jalan cerita dan akhir cerita.
h. Anak bermain peran
i. Terakhir diadakan diskusi dan evaluasi.
b. Studi literature penilaian keputusan.
Kartono (1996) menyatakan bahwa studi literature penelitian
keputusan adalah teknik penelitian yang menggunakan studi ruang
36
c. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan atau tanyajawab antara dua orang
atau lebih yang bertujuan untuk memperoleh informasi faktual,
menaksir dan menilai kepribadian individu atau tujuan terapeutis
(kartono, 1996 : 187).
2. Pengolahan dan catatan lapangan.
Data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan catatan lapangan
dianalisis kemudian dituilis, dalam bentuk deskripsi.Berdasarkan yang dilihat di
lapangan peulis mengamati bahwa kegiatan bermain peran di TK Aisyiyah 4
masih kurang dipergunakan oleh Guru, maka peneliti ingin metode bermain peran
dapat di pergunakan untuk perkembangan komuikasi anak dan untuk melatih anak
dalam bersosialisasi dengan ligkungan sekitarnya. Untuk menilai aktivitas pada
saat kerja kelompok, praktek dan pengamatan dilakukan dengan pemberian
coding dari masing-masing aspek seperti perhatian sikap anak dan daya tangkap
atau daya ingat.
Hasil tindakan yang dilakukan disajikan terhadap situasi siklus yang telah
dilakukan serta jenis dan bentuk tindakan serta jenis dan bentuk tindakan yang
telah dilakukan beserta efek yang ditimbulkan.
Prosedur pengelohan data dilakukan mengacu pada pengolahan data dari Hopkin
sebagaimana dikutip Wiratmaja (2008 : 171) melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Pengumpulan data.
Data hasil observasi, wawancara,dan studi literatur serta dokumentasi
lainnya dikumpulkan dan dikategorikan dalam tiga aspek yaitu :
1). Konteks kelas, berupa informasi tentang latar para pelaku tindakan,
yaitu persepsi guru, kepala sekolah, anak, dan fasilitas
pembelajaran.
2). Proses pembelajaran meliputi informasi tentang interaksi edukatif
antara guru dan anak, anak dengan anak, maupun perubahan yang
37
3). Aktifitas, meliputi informasi tentang tindakan para pelaku yaitu
guru dan anak.
b. validasi Data
Setelah data dikategirikan kemudian divalidasikan dengan cara
menggunakan tekhnik :
1). Member-chek, yaitu kebenaran dan kesohihan data temuan
penelitian dengan mengkonfirmasi melalui diskusi dengan teman
sejawat setiap akhir pelaksanaan tindakan.
2) Triangulasi, yaitu data proses mencetak kebnaran data dengan
mengkonfirmasikan data atau informasi dari sumber lain dalam hal
ini dengan teman sejawat.
3) Audit Trail yaitu mencetak hasil penelitian dengan mendiskusikan
dengan teman sejawat.
4) Expert Opinion tahap ini dilakukan dengan melakukan
pengecekkan data atau informasi temuan peneliti kepada para ahli
yang professional.
c. Analisis Data
Pada tahap ini peneliti memberikan makna terhadap temuan penelitian
berdasarkan kerngka teori norma-norma praktis yang telah disepakati
atau berdasarkan intuisi guru/peneliti/teman sejawat mengenai
pembelajaran yang baik.Hasil analisis data ini selanjutnya dapat
dijadikan referensi bagi peneliti untuk melakukan tindakan berikutnya
dan mengadakan perubahan dan peningkatan kinerja guru/peneliti agar
pembelajaran berdampak pada peningkatan keterampilan
berkomunikasi anak.
Analisis data menggunakan pendekatan kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran tentang sikap positif anak dalam pembelajaran
dengan menggunakan metode bermain peran.Analisis data ini
digunakan untuk melihat peningkatan keterampilan berkomunikasi
38
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah 4 Bandung yang
beralamat di Jalan Piit No 8 Bandung Kelurahan Sadangserang Kecamatan
Coblong Kota Bandung, sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah anak
kelompok A tahun pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 11 anak, adapun data dari
anak tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Daftar subjek Penelitian
No Nama Anak Tempat tanggal lahir L/p
1 Alexa aurora chervia Bandung 03 Maret 2008 P
2 Deviane Widya Thalita Garut 12 Oktober 2008 P
3 Fariz Maulana H Bandung 06 Agustus 2008 L
4 Jahra salimah Bandung 11 February 2008 P
5 Keysha Fitria Oktaviona Bandung 12 Oktober 2008 P
6 Najla Labibah sumarno Bandung 29 Juni 2008 P
7 Naufal Rifki Ramadhan Bandung 9 November 2008 L
8 Nazwa Fawziyah R Bandung 2 Januari 2008 P
9 Pariza Khajela Omera Bandung 1 April 2008 P
10 Rizky Faturohman Bandung 10 Januari 2008 L
11 Rafif Andriansyah Bandung 25 Maret 2008 L
jumlah 11 orang anak
C Instrumen Penenlitian
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif
yang meliputi hasil dari observasi, catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi
Untuk mendapatkan hasil yang baik peneliti menggunakan beberapa buku sumber
yang dapat membantu dalam penelitian ini diantaranya buku tentang komunikasi,
bermain peran, bahasa anak, psikologi dan buku penelitian tindakan kelas agar
39
Data tersebut diperoleh melalui beberapa instrument yang digunakan yaitu
lembar observasi aktivitas guru dan anak, catatan lapangan, lembar wawancara
dan dokumentasi. Instrumen-istrumen tersebut digunakan untuk melihat
perkembangan perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
Adapun instrument penelitian ini peneliti buat dalam bentuk table 3.3 sebagai
berikut :
Tabel 3.3
PANDUAN WAWANCARA UNTUK GURU SEBELUM PELAKSANAAN
PENELITIAN
Nama : Hari/tanggal wawancara : Jabatan :
No PERTANYAAN
1 Bagaimana kemampuan anak dalam berkomunikasi secara lisan ?
2 Bagaimana kemampuan anak dalam menjawab pertanyaan guru ?
3 Bagaimana kemampuan anak dalam mendengarkan guru ?
4 Bagaimana kemampuan anak dalam mengnal kalimat
5 Apakah respon anak ketika sedang berbicara ?
40
Tabel 3.4
PANDUAN WAWANCARA UNTUK GURU SETELAH PELAKSANAN
PENELITIAN
Nama : Hari/tanggal wawancara : Jabatan :
No PERTANYAAN
1 Bagaimana penerapan metode bermain peran setelah diterapkan kepada
anak?
2 Bagaimana kemampuan komunikasi anak setelah metode tersebut
disampaikan ?
3 Appakah anak meyukai kegiatan tersebut, sebutkan alasannya ?
4 Bagaimana cara guru mengatasi hambatan-hambatan pada saat kegiatan
bermain peran ?
5 Bagaimanakah sikap social dan emosional pada saat anak setelah
diterapkannya metod bermain peran ?
41
Tabel 3.5
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU DALAM MENERAPKAN
METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERKOMUNIKASI
Nama yang diamati :………
Hari /tanggalpengamatan :……… Kelompok :………
Berilah tanda cheek list (v) pada kegiatan atau peristiwa yang diamati
No Kegiatan
bermain
peran
Pengamatan Dilaksanakan Tidak
42
motivasi kepada
anak
8. Guru menguasai
jalan cerita
3 Penutupan
dan evaluasi
9. Guru memberikan
pertannyaan
kepada anak
10.Guru memberikan
masukan kepada
anak
11.Guru memberikan
penilaian terhadap
anak
Observer
43
Table 3.6
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS ANAK DALAM KEGIATAN BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI
Nama yang diamati : ……….. Hari/tanggal :……… Kelompok /tema :……… Siklus :……… Tempat pengamatan :………..
No Indikator pengamatan *
(1)
2 Berkomunikasi secara lisan
3 Berani mengungkapkan pendapat
4 Melakukan kontak mata
5 Merespon sumber bunyi atau
9 Penggunaan kostum yang dipakai
10 Rasa social dan emosional
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini secara umum dalam peneliti ini rangkum dalam :
1. Kemampuan komunikasi anak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 masih
kurang optimal , anak-anak belum aktif dalam berkomunikasi masih
terlihar ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapat atau gagasan yang
ingin mereka sampaikan kepada teman-teman atau kepada guru dan
lingkungan sekitarnya,ini terjadi dikarenakan ada beberapa factor yang
membuat mereka kurang aktif dalam berkomunikasi.
2. Penerapan metode bermain peran yang di terangkan kepada anak-anak
dilakukan dengancara anak-anak memerankan beberpa tokoh yang mereka
perankan diantaranya peran sebagai seorang penjaga perpustakaan, sebagai
dokter, suster dll. Pertama anak membagi peran yang akan dimainkan, Ibu
guru membuat skenario pembelajaran, menyediakan alat-alat permainan,
mendekor ruangan, memberikan semangat dan memberikan pujian kepada
anak, terakhir evaluasi. Permainan ini dikerjakan dalam 2 siklus yang
setiap siklus peneliti terlebih dahulu membuat scenario pembelajaran agar
terlaksana dengan baik. Permainan ini juga dapat diterpakan dengan
bermacam-macam tema yang ada disekolah.
3. Terdapat peningkatan komunikasi anak setelah dipergunakannya metode
bermain peran kosa kata, wawasan,kreatifitasnya, dan kemampuan
komunikasi anak secara lisan atau pun secara spontan anak dapat
69
B. Rekomendasi
Berdasrkan penjelasan pada Bab-bab sebelumnya maka peneliti
merekomendasikan kepada pihak-pihak terkait hal-hal sebagai berikut :
1. Guru
Untuk guru harus menguasai kegiatan metode bermain peran untuk
meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi, sebaiknya metode
yang digunakan harus berfariatif agar anak dapat memperoleh mutu
pembelajaran yang optimal, guru harus lebih semangat dalam
menyampaikan kegitan yang akan diajarkan kepada anak.
2. Kepala Sekolah
Kepala sekolah hendaknya memberikan kesempatan kepada guru untuk
menambah wawasan guru dengan cara mengikut sertakan guru dalam
kegiatan pelatiha,-pelatihan, workshop, penataran tentang pembelajaran,
dan meyediakan sarana dan prasarana yang menunjang guru agar guru
dapat mengajarkan kepada anak dengan baik.
3. Peneliti
Diharapkan dapat meneliti lebih jauh tentang penggunaan metode bermain
peran dan metode yang lainnya yang dapat menunjang pada kemampuan
Diah Retno Nawangsih, 2013
Diah Retno Nawangsih, 2013