• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI

METODE BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK

(Penelitian tindkan kelas terhadap kelompok A (4-5 tahun) Tk Aisyiyah 4 Bandung)

Sebagai Persyaratan Penelitian dan Penulisan Skripsi Pada Program SI

Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

OLEH

DIAH RETNO NAWANGSIH 0802526

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN INDONESIA 2013

(2)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

========================================================== ========

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI

METODE BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK

(Penelitian tindkan kelas terhadap kelompok A (4-5 tahun) Tk Aisyiyah 4 Bandung)

OLEH

DIAH RETNO NAWANGSIH 0802526

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© DIAH RETNO NAWANGSIH 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

UPGRADING THE COMMUNICATION THROUGH METHODS PLAY A ROLE IN KINDERGARTEN

Abstract

Diah Retno Nawangsih 0802526

Research drop was triggered because child, was a lack of communication abilities it behooves writerfor the root of the problem also find that can minimize the issue. The purpose of this research is:

1. To know the extent to which the objective of communication abilities kindergarten children in bandungaisyiyah 4

2. To know the method play a role in upgrading communicate children in a kindergarten aisyiyah 4 bandung

3. To know the result increased capacity after application of communications methods play the role of kindergarten aisyiyah 4 in bandung

Methods used is research class actions, with research qualitative approach with purpose that the research was able to collect the data descriptif required in accordance with existing problems that can be explained properly.The data used technique is interview observation and study documentation.From the results of data processing showed that role-playing can improve child, communication it can be indicated with the result as follows:

(6)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK

Abstrak

Diah Retno Nawangsih 0802526

Penalitian ini dilatarbelakangi karena masih rendahnya kemampuan komunikasi anak, hal ini mendorong penulis untuk turut mencari akar permasalahannya sehingga dapat meminimalisir permasalahan tersebut.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1). Untuk mengetahui sejauhmana kondisi ibjektif kemampuan komunikasi anak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung. 2) Untuk mengetahui penerapan metode bermain peran dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung. 3). Untuk mengetahui hasil peningkatan kemampuan komunikasi setelah penerapan metode bermain peran di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung.

Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelasdengan pendekatan penelitian kualitatif, dengan tujuan bahwa penelitian ini mampu mengumpulkan data deskriptif yang diperlukan sesuai dengan permasalahan yang ada sehingga dapat diuraikan dengan tepat.Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi

Dari hasil pengolahan data menunjukkan bahwa Metode Bermain Peran dapat meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak, hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil sebagai berikut: Pada siklus I hasil yang diperoleh yaitu anak dalam kemampuan komunikasi masih belum signifikan, masih ada anak yang belum bisa mengikuti kegiatan bermain peran, sedangkan pada siklus II peningkatan kemampuan komunikasi anak sudah baik dan sesuai harapan, anak sangat antusias mengikuti kegiatan pembelajaran dan hampir semua anak dapat menjawab evaluasi yang diberikan oleh Ibu guru.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PERYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

A. Hakikat Komunikasi... 9

1. Pengertian komunikasi ... 9

2. Tujuan komunikasi ... 10

3. Jenis komunikasi ... 11

4. Prinsip-prinsip komunikasi ... 14

B. Pengembangan komunikasi anak ... 15

1. Perkembangan komunikasi anak ... 15

2. Pengembangan berbahasa di taman kanak-kanak ... 17

C. Metode bermain peran... 21

a. Pengertian bermain peran ... 21

b. Manfaat bermain peran ... 22

c. Tujuan bermain peran ... 23

d. Langkah-langkah bermain peran ... 27

e. Kelebihan dan kelemahan Metode bermain peran………...28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Metode penelitian ... 30

1. Tekhnik pengumpulan data ... 34

2. Pengelolaan dan catatan lapangan ... 36

B. Lokasi dan subjek penelitian ... 38

C. Instrumen penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil penelitian di TK Aisyiyah 4 Bandung ... 44

1. Gambaran umum Tk Aisyiyah 4 Bandung... 44

(8)

b. Visi, misi dan tujuan Tk Aisyiyah 4 Bandung ... 44

c. Susunanpengajar ... 45

d. Keadaan anak-anak ... 46

e. Sarana dan prasarana ... 46

2. Proses kegiatan pembelajaran di Taman kanak-kanak Aisyiyah 4 .... 47

3. Kondisi objektif kemampuan komunikasi anak ... 49

4. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran metode bermain peran 49 B. Pembahasan ... 64

1. Kondisi objektif kemempuan komunikasi anak di Taman kanak-kanak Aisyiyah 4 bandung ... 64

2. Penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak... 64

3. Peningkatan kemampuan komunikasi anak setelah digunakan metode bermain peran ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... .68

A. Kesimpulan ... 68

B. Rekomendasi. ... 69

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah.

Komunikasi merupakan suatu hal yang penting dilakukan oleh semua

orang baik dewasa maupun anak-anak bahkan sejak dalam kandungan hingga

mereka lahir komunikasi telah dilakukan bersama ibunya. Komunikasi dapat

dilakukan setiap hari dimulai dari kita bangun sampai kita akan tidur kembali,

komunikasi juga dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja seperti di kantor ,

pasar, rumahsakit, di angkot, di sekolah, dan lingkungan-lingkungan tempat kita

tinggal. Komunikasi memang merupakan suatu hal yang sangat fundamental

dalam kehidupan manusia, bahkan ditengah suasana masyarakatdimana

persaingan semakin ketat dalam memperoleh hasil yang baik komunikasi harus

dilakukan dengan sangat hati-hati.

Betapa pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia, maka menurut

Everett Kleinjan dari East west Center hawai (2009:1) mengemukakan bahwa “Komunikasi sudah merupakan bagian dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas sepanjang manusia ingin hidup, ia perlu komunikasi”. Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Wilbur Schramm (2009:1) menyebutkan “ Bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan

satu sama lainnya, sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk”.

Maka benar bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia

baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Komunikasidiperlukan untuk mengatur tatakrama pergaulanantar

manusia,meskipun ia seorang dokter, guru, dosen, manejer, pengusaha, pramugari,

pemuka agama, penyuluh lapangan, dan sebagainya. Begitupun dengan kehidupan

seorang anak, mereka membutuhkan komunikasi yang dapat membantu seyelah

mereka dewasa

Komunikasi akan terjadi apabila terjadi interaksi antara para komunikator

sehingga menimbulkan interaksi yang sangat menarik. Selain menggunakan

(10)

2

dilakukan dengan media lainnya.Maka komunikasi dapat dibagi menjadi dua jenis

yaitu a) Komunikasi verbal yaitu komunikasi dengan kata-kata berupa ucapan

ataupun tulisan.b) Komunikasi Nonverbal yaitu komunikasi yang terdiri dari atas

ekspresi dan tingkah laku atau kebiasaan. DeVito (1982) membagi komunikasi

menjadi empat bagian yaitu komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok kecil,

komunikasi publik, dan komunikasi massa.

Kemampuan anak dalam berkomunikasi sehari-hari terkadang meniru

perkataan orang dewasa maupun perkataan yang mereka lihat di televisi, kita

harus dapatmengarahkan anak agar tidak salah dalam berbicara, sedangkan

kemampuan berkomunikasi itu sendiri adalah kemampuan seseorang untuk

berinteraksi dengan orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal.

Sesuai dengan perkembangan anak usia empat tahun sampai dengan enam

tahun, dimana pada masa ini adalah masa usia anak yang paling efektif dalam

menerima hal yang baru dan menyenangkan bagi anak usia dini. Pada usia ini

anak sedang mengalami peralihan perkembangan dasar-dasar kemempuan anak

seperti kemampuan fisik, bahasa, social dan emosional dimana anak dapat mulai

menyadari bahwa lingkungan dimana ia berada pada saat anak masuk sekolah

anak harus dapat menyesuaikan diri pada tuntutan lingkungan. Untuk memenuhi

tuntutan lingkungan tersebut pada diri anak sering terjadi konflik yang disebabkan

oleh kurangnya komunikasi antara orangtua, lingkungan, dan masyarakat.

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar

dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Berdasarkan penelitian

para ahli pada masa ini terjadi perkembangan otak yang sangat pesat dari seluruh

rentang kehidupan seorang individu, yakni 80%.Masa ini dikenal dengan masa

keemasan (Golden Age). Agar potensi kecerdasan yang dimiliki seorang anak

tidak menjadi mati (Hidden Potency) maka perlu dilakukan stimulasi-stimulasi

yang sesuai dengan taraf perkembangan anak dari berbagai aspek kecerdasan,

misalnya yang seperti yang dikemukakan oleh Howard gardner tentang adanya

teori Multiple intelegen (Kecerdasan Majemuk).

Dengan adanya stimulasi yang baik dan sesuai yang menjadi landasan atau

(11)

3

tumbuh dan berkembang lebih optimal menjadi anak yang cerdas dari berbagai

aspek keceerdasannya. Komunikasi yang efektif dan interaktif diperlukan dalam

pendidikan usia dini guna mempersiapkan masa depan yang bermartabat. Hal ini

sejalan dengan tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia muda.Pendidikan

mesti menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, beriman, berguna, dan

berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggung jawab atas hidup dirinya dan

orang lain, yang berwatak luhur dan berkeahlian.

Komunikasi sangatlah penting bagi semua orang terutama pada anak,

selain untuk menambah kosa kata juga penting untuk berinteraksi dengan orang

lain diantaranya untuk menyampaikan tujuan, menyampaikan pesan kepada orang

lain. Menurut Fries dalam (Media Pendidikan)berbicara atau berkomunikasi

merupakan tahap awal atau permulaan seseorang untuk menguasai suatu

bahasa.Dengan demikian dapat dipahami betapa pentingnya keterampilan

berkomunikasi bagi anak. Anak yang tidak memiliki kemampuan komunikasi

akan berdampak negative bagi perkembangan kecerdasannya, misalnya anak akan

sulit untuk menyampaikan pesan, maupun anak akan sulit untuk menerima pesan

baik dari segi verbal dan non verbal. Selain itu anak akan merasa minder,

dikucilkan oleh teman, sehingga anak tersebut akan selalu menyendiri semoga

dengan adanya kegiatan bermain peran , anak tidak akan merasa sendiri.

Pada saat ini kegiatan keterampilan berkomunikasi di Taman

Kanak-Kanak Aisyiyah 4 masih belum dilaksankan dengan efektif.Dalam kegiatan

belajar mengajar di TK Aisyiyah 4 guru menggunakan metode cermah dan

metode demontransi sehingga dalam perkembangan komunikasi dan

perkembangan bahasa anak masih terlihat kurang. Komunikasianak dengan guru

maupun dengan teman sebayanya masih belum terlihat komunikatif begitu pun

anak dalam menyampaikan pesan, maksud, tujuan, pemikiran maupun perasannya

terhadap orang tua, teman dan guru belum terlihat baik, Seperti yang dikatakan

Owens (1990) bahwa anak usia dini dalam memperkaya kosakatanya dengan cara

pengulangan, mereka mengulang kosakata yang baru dan unik sekalipun belum

memahami artinya, sehinggapada dasarnya anak usia 4 sama 5 tahun dapat

(12)

4

kata tersebut anak menggunakan Fast Mapping yaitu proses dimana anak meyerap arti kata baru setelah mendengarkan sekali atau dua kali dalam percakapan. Pada

masa kanak-kanak awal inilah anak mulai mengkombinasikan suku kata menjadi

kata, dan kata menjadi kalimat.

Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk tercapainya suatu

perubahan dalam komunikasi yang baik maka diperlukan suatu kegiatan yang

dapat menambah kosa kata anak, wawasan anak, ide baik dari segi social,

emosional, fisik, bahasa, kognitif yaitu dengan menggunakan metode bermain

peran, dengan metode ini diharapkan komunikasi anak akan lebih meningkat,

karena bermain peran adalah suatu metode pengembangan yang efektif dalam

member contoh alami terhadap prilaku manusia yang riil, dapat digunakan oleh

anak untuk menyadari perasaan mereka dan membangun sikap-sikap menuju

nilai-nilai dan pemahaman mereka sendiri baik dalam kehidupan sehari-hari

dimasyarakat dan lingkungan mereka.

Metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan komunikasi anak

secara spontan dan berbicara lancar, menurut Gilstrap dan Martin (2008 : 10.9) mengatakan bahwa“Bermain peran adalah memerankan karakter/tingkah laku dalam pergaulan kejadian yang diulang kembali, kejadian masa depan, kejadian masa kini, yang penting atau suatu imajinatif”. Sedangkan Supriyati mengemukakan (2008 : 10.9)“Metode bermain peran adalah permainan yang Memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak sehingga anak dapat

mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan bahan kegiatan yang dilaksanakan”.

Menurut Winda (2008:10.11) Penggunaan metode bermain peran dapat

memupuk adanya pemahaman peran social yang melibatkan interaksi verbal

paling tidak dengan satu orang lain. Metode ini membantu anak untuk

mempelajari lebih dalam mengenai dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat

sekitarnya, dalam menjelaskan perannya berdasarkan pengalaman dalam belajar

memutuskan dan memilih berbagai informasi yang relevan, hal ini membantu

mengembangkan kemampuan intelektual anak dan juga belajarnya tentang

(13)

5

tema drama dalam waktu tertentu, area ini juga memberikan kesempatan kepada

anak untuk mengembangkan kemampuan social dan emosionalnya seperti

mengatasi rasa takut dengan memerankan berbagai tokoh yang sebenarnya bagi

mereka akan menakutkan.

Berdasarkan permasalahan diataih lanjut sehingga mendorong penulis,

maka dibutuhkan suatu penelitian lebih lanjut sehingga mendorong penulis untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bermain Peran Di Taman Kanak-kanak”.(Penelitian Tindakan Kelas Di TK Aisyiyah 4, jalan Piit no 8 Bandung Kelurahan Sadang Serang Kecamatan Coblong Bandung).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dan hasil penelitian

sementara, maka batasan-batasan masalah dalam penelitian yang penulis temukan

adalah : Bagaimana metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan

berkomunikasi di Taman Kanak-kanak.

Rumusan masalah diatas, penulis uraikan ke dalam bentuk pertanyaan

sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan komunikasi anak usia dini di

Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung ?

2. Bagaimana penerapan metode bermain peran dalam rangka

meningkatkan kemampuan komunikasi anak ?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan berkomunikasi setelah penerapan

metode bermain peran di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang peningkatan

kemempuan komunikasi anak di TK Aisyiyah 4 Bandung melalui metode bermain

peran. Sedangkan tujuan khususnya adalah :

1. Untuk mengetahui sejauh mana kondisi objektif kemampuan

(14)

6

2. Untuk mengetahui penerapan metode bermain peran dalam

meningkatankan kemampuan berkomunikasi di Taman Kanak-kanak

Aisyiyah 4 Bandung.

3. Untuk mengetahui hasil peningkatan kemampuan komunikasi setelah

penerapan metode bermain peran di terapkan di Taman Kanak-kanak

Aisyiyah 4 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa

pihak diantaranya :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan yang

dapat dijadikan bahan kajian para pendidik dalam mempelajari Ilmu

Pendidikan Anak, khususnya dalam peningkatan mengenai

kemempuan komunikasi anak melalui kegiatan metode bermain peran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi dan dapat

memberikan wawasan serta pengetahuan yang berhubungan

dengan peningkatan komunikasi anak melalui metode bermain

peran.

b. Bagi Kepala Sekolah

Untuk meningkatkan kemajuan sekolah, pihak sekolah hendaknya

menyediakan sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar

mengajar terutama dalam kegiatan bermain peran agar komunikasi

anak lebih baik.

c. Bagi Guru

Untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya komunikasi

anak yang diberikan kepada anak melalui kegiatan bermain peran

(15)

7

E. Definisi Istilah

Dalam penelitian ini dilaksanakan berdasarkan beberapa asumsi

diantanranya yaitu :

1. Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih

membentuk atau melakukan peraturan informasi satu dengan yang

lainnya yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang

mendalam. D.Lawrece Kincaid (1981).

2. Bermain peran dalah memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda

disekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal

(imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang

dilaksanakan (Depdikbud 1998 : 37).

3. Kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan seorang anak untuk

berinteraksi dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal.

F. Asumsi Penelitian

1. Komunikasi mensyaratkan bahwa pendidik (sebagai sumber) harus

berupaya agar pesan yang diutarakan benar-benar mengena dan membuat anak

tertarik. Ketertarikan ini akan menumbuhkan minat anak untuk belajar dan

mengembangkan potensi pribadinya. Kekuatan dari komunikasi sangatlah penting

dalam belajar.

2. Pada umumnya anak-anak menyukai bermain peran (Dramatik)

Bermain peran adalah cara memberikan pengalaman kepada anak melalui bermain

peran, yakni anak diminta memainkan peran tertentu dalam suatu permainan

peran, bermain peran dapat membantu anak untuk mempelajari lebih dalam

mengenai dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakatnya.

3. keberhasilan guru dalam memberikan suatu pengajaran, akan ditentukan

oleh sejauh mana dia mampu menetapkan strategi pendekatan yang relevan

(16)

8

G. Metode dan Penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif

dengan teknik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)yang diadaptasi dari model

Kemmis dan Taggart 1998. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk bagian

yang bersifat reflektif atas tindakan guru yang dilakukan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan guna memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran.

Penelitian ini terdiri atas siklus yang berdaur mulai dari perencanaan, pelaksanan,

pengamatan, dan perfleksian yang bertujuan untuk memperbaiki proses

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses

pembelajaran yang sudah dilaksanakan oleh guru serta untuk mengatasi

permasalahan yang terjadi dilapangan, untuk itu penelitian yang akan peneliti

gunakan ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian yang

dilakukan oleh guru di dalam kelas bekerja sama yang menekankan pada proses

pembelajaran (Arikunto, 2006:57).

Mc.Niif (Arikunto,2008:106) berpendapat bahwa dasar utama

dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan. Sementara

menurut Borg di dalam (Arikunto 2008:106) mengatakan bahwa tujuan utama

penelitian tindakan kelas adalah pengembangan keterampilan proses pembelajaran

yang dihadapi guru di kelasnya, bukan tujuan untuk mencapai pengetahuan umum

dalam bidang pendidikan. Pendapat di atas dapat dipahami bahwa penelitian

tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses

dan hasil pembelajaran.

Penlitian Tindakan Kelas mempunyai manfaat yaitu untuk dapat membantu

guru dalam memecahkan masalah dan solusi pembelajaran sesuai dengan

karakteristik penelitian tindakan kelas, masalah yang diangkat adalah masalah

yang dihadapi guru di kelas, dilakukan secara kolaborasi serta adanya tindakan

tertentu untuk mempebaiki proses belajar mengajar di kelas. Sedangkan

pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Syaodih (2005 : 60) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu

penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktivitas, social, sikap, kepercayaan, presepsi, pemikiran, secara

individu maupun kelompok.

Untuk kelancaran dalam penelitian maka peneliti menggunakan Model John

Elliot (Wiraatmadja, 2008) yang menjelaskan bahwa terrincinya setiap aksi atau

(18)
(19)

32

Berdasarkan pandangan diatas, maka penelitian yang akan dilaksanakan

peneliti adalah untuk melakukan upaya perbaikan dan peningkatan layanan

profesional guru dalam menangani proses pembelajaran khususnya untuk

meningkatkan keterampilan berkomunikasi anak melalui metode bermain peran,

kegiatan penelitian ini dilakukan dalam bentuk proses pengkajian siklus yang

terdiri dari 4 tahap yaitu :

1. Perencanaan

Tahap perencanaan ini dilakukan dengan menyusun rancangan tindakan

yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan

bagaimana pelaksanaan tindakan itu dilakukan, pada tahap ini penelitian

menentukan fokus peristiwa yang perlu diamati secara terinci tahapan

perencanaan meliputi kegiatan

a. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah

Tindakan ini terdiri dari pengamatan terhadap lingkungan sekolah dan

kegiatan pembelajaran.

b. Membuat rincian rancangan tindakan.

Perencanaan yaitu membuat rencana tindakan penelitian yang akan

dilakukan dalam pembelajaran penerapan metode bermain peran yang

akan dilakukan secara kolaborasi dengan teman sejawat, meliputi

kajian kurikulum, merumuskan tujuan pembelajaran yakni kemampuan

yang harus di capai anak, merumuskan tema dan kegiatan yang akan

dijadikan pembelajaran media dan metode, membuat rencana kegiatan

harian (RKH), mempersiapkan format observasi dan evaluasi.

2. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan kegiatan nyata pembelajaran dengan metode bermain

peran yang dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dibuat.

3. Pengamatan / observasi

Pengamatan / observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung

(20)

33

masalah yang baru. Hasil observasi ini akan dijadikan bahan analisis dan dasar

revleksi terhadap tindakan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya.

4. Refleksi.

Revleksi bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh terhadap tindakan

yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, selanjutnya

dilakukan evaluasi untuk memperbaiki tindakan selanjutnya. Hal ini sesuai

dengan apa yang telah dikemukakan oleh Hopkins (Arikunto 2008 : 80) yang

mengatakan bahwa refleksi dalam penelitian tindakan kelas mencakup analisis,

sintetis dan penelitian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan.

Kegiatan diatas menjadi siklus yang akan terus dilakukan sehingga

pengembangan dalam keterampilan berkomunikasi dengan menggunakan metode

bermain peran ini tercapai sesuai dengan yang di harapkan. Di bawah ini

menunjukkan siklus yang akan dilakukan selama penelitian.

Siklus I :

1. Merancang dan mempesiapkan tindakan yang akan dilakukan dengan

berpedoman pada hasil refleksi siklus I.

2. Menyusun scenario pembelajaran dengan menggunakan metode bermain

peran.

3. Melakukan observasi berdasarkan pedoman observasi, melakukan

pencatatan lapangan dan mengolah data. Pelaksanaan obervasi ini

dilakukan oleh teman sejawat (observer).

4. Menganalisis dan merefleksikan pelaksanaan tindakan pembelajara siklus

I. Pelaksanaan analisis terhadap pembelajaran dilakukan setelah kegiatan

pembelajaran terlaksana, untuk memperoleh gambaran secara kualitatif

dari proses tindakan dan observasi, kemudian dijadikan perencanaan pada

siklus selanjutnya.

5. Melakukan wawancara terbuka pada anak untuk mengetahui tanggapan

anak setelah seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan.

Siklus II

1. Merancang dan mempersiapkan tindakan yang berpedoman pada hasil

(21)

34

2. Merumuskan masalah.

3. Meyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan metode bermain

peran.

4. Melakukan observasi berdasarkan pedoman obervasi, melakukan

pencatatan lapangan dan mengolah data. Pelaksanaan observasi ini

dilakukan oleh teman sejawat. (observer).

5. Menganalisis dan merefleksikan pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus

I. Pelaksanaan analisis terhadap pembelajaran dilakukan setelah kegiatan

pembelajaran terlaksana, untuk memperoleh gambaran secara kualitatif

dari proses tindakan dan observasi, kemudian di jadikan perencanaan pada

siklus selanjutnya.

6. Melakukan wawancara terbuka pada anak untuk mengetahui tanggapan

anak setelah seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan.

1. Tekhnik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan diantaranya ada beberapa cara

yaitu dengan observasi, studi leteratur penelitian, dan wawancara :

a. Obsevasi

Observasi menurut (Supriadi PTK ;127) adalah kegiatan pengamatan

(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah

mencapai sasaran. Sedangkan untuk mengetahui keberhasilan

berkomunikasi pada setiap item peneliti menggunakan penilaian

merujuk pada petunjuk penilaian taman kanak-kanak tahun 2010

dengan menggunakan syimbol sebagai berikut :

1. Anak yang belum berkembang (BB) perkembangan sesuai dengan

indikator seperti dalam RKH, pada kolom penilaian dituliskan

nama anak dan diberi tanda satu bintang (*).

2. Anak yang sudah berkembang (MB) mendapatkan tanda dua

(22)

35

3. Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) mendapatkan

tanda bintang tiga (***).

4. Anak yang berkembang sangat baik (BSH) mendapatkan tanda

bintang (****).

Hal-hal yang diamati dari anak, yaitu sikap anak dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran yang di jabarkan sebagai berikut :

1). Perhatian anak terhadap guru pada saat guru menjelaskan.

2). Adanya interaksi antara anak dan guru.

3). Menjaga ketenangan suasana selama pembelajaran.

4). Anak mengatahui alur cerita.

5). Anak dapat memerankan peranannya dengan baik.

6). Anak dapat menjawab pertannyaan pada akhir pembelajaran.

7). Anak dapat menyebutkan isi / pesan dari pembelajaran tersebut.

8). Anak dapat memberikan tanggapan senang / tidak senang mengenai

pembelajaran tersebut.

Aktifitas guru yang diamati selama proses pembelajaran :

a. “Memilih tema” yang akan dimainkan dan menentukan waktu.

b. Membuat rencana / skenario / nakah cerita, membuat skenario kegiatan

yang fleksibel yang mencakup aspek perkembangan komunikasi anak.

c. Menyediakan media, alat, dan kostum yang diperlukan dalam kegiatan.

d. Menentukan tempat bermain peran dengan membuat dekorasi dan gambar

yang mendukung jalan cerita.

e. Merencanakan teknik bermain peran dan contoh memainkan perannya.

f. Memberi kebebasan bagi anak untuk memilih peran yang disukai.

g. Guru dan anak brdiskusi merancang jalan cerita dan akhir cerita.

h. Anak bermain peran

i. Terakhir diadakan diskusi dan evaluasi.

b. Studi literature penilaian keputusan.

Kartono (1996) menyatakan bahwa studi literature penelitian

keputusan adalah teknik penelitian yang menggunakan studi ruang

(23)

36

c. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan atau tanyajawab antara dua orang

atau lebih yang bertujuan untuk memperoleh informasi faktual,

menaksir dan menilai kepribadian individu atau tujuan terapeutis

(kartono, 1996 : 187).

2. Pengolahan dan catatan lapangan.

Data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan catatan lapangan

dianalisis kemudian dituilis, dalam bentuk deskripsi.Berdasarkan yang dilihat di

lapangan peulis mengamati bahwa kegiatan bermain peran di TK Aisyiyah 4

masih kurang dipergunakan oleh Guru, maka peneliti ingin metode bermain peran

dapat di pergunakan untuk perkembangan komuikasi anak dan untuk melatih anak

dalam bersosialisasi dengan ligkungan sekitarnya. Untuk menilai aktivitas pada

saat kerja kelompok, praktek dan pengamatan dilakukan dengan pemberian

coding dari masing-masing aspek seperti perhatian sikap anak dan daya tangkap

atau daya ingat.

Hasil tindakan yang dilakukan disajikan terhadap situasi siklus yang telah

dilakukan serta jenis dan bentuk tindakan serta jenis dan bentuk tindakan yang

telah dilakukan beserta efek yang ditimbulkan.

Prosedur pengelohan data dilakukan mengacu pada pengolahan data dari Hopkin

sebagaimana dikutip Wiratmaja (2008 : 171) melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Pengumpulan data.

Data hasil observasi, wawancara,dan studi literatur serta dokumentasi

lainnya dikumpulkan dan dikategorikan dalam tiga aspek yaitu :

1). Konteks kelas, berupa informasi tentang latar para pelaku tindakan,

yaitu persepsi guru, kepala sekolah, anak, dan fasilitas

pembelajaran.

2). Proses pembelajaran meliputi informasi tentang interaksi edukatif

antara guru dan anak, anak dengan anak, maupun perubahan yang

(24)

37

3). Aktifitas, meliputi informasi tentang tindakan para pelaku yaitu

guru dan anak.

b. validasi Data

Setelah data dikategirikan kemudian divalidasikan dengan cara

menggunakan tekhnik :

1). Member-chek, yaitu kebenaran dan kesohihan data temuan

penelitian dengan mengkonfirmasi melalui diskusi dengan teman

sejawat setiap akhir pelaksanaan tindakan.

2) Triangulasi, yaitu data proses mencetak kebnaran data dengan

mengkonfirmasikan data atau informasi dari sumber lain dalam hal

ini dengan teman sejawat.

3) Audit Trail yaitu mencetak hasil penelitian dengan mendiskusikan

dengan teman sejawat.

4) Expert Opinion tahap ini dilakukan dengan melakukan

pengecekkan data atau informasi temuan peneliti kepada para ahli

yang professional.

c. Analisis Data

Pada tahap ini peneliti memberikan makna terhadap temuan penelitian

berdasarkan kerngka teori norma-norma praktis yang telah disepakati

atau berdasarkan intuisi guru/peneliti/teman sejawat mengenai

pembelajaran yang baik.Hasil analisis data ini selanjutnya dapat

dijadikan referensi bagi peneliti untuk melakukan tindakan berikutnya

dan mengadakan perubahan dan peningkatan kinerja guru/peneliti agar

pembelajaran berdampak pada peningkatan keterampilan

berkomunikasi anak.

Analisis data menggunakan pendekatan kualitatif dilakukan untuk

memperoleh gambaran tentang sikap positif anak dalam pembelajaran

dengan menggunakan metode bermain peran.Analisis data ini

digunakan untuk melihat peningkatan keterampilan berkomunikasi

(25)

38

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah 4 Bandung yang

beralamat di Jalan Piit No 8 Bandung Kelurahan Sadangserang Kecamatan

Coblong Kota Bandung, sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah anak

kelompok A tahun pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 11 anak, adapun data dari

anak tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Daftar subjek Penelitian

No Nama Anak Tempat tanggal lahir L/p

1 Alexa aurora chervia Bandung 03 Maret 2008 P

2 Deviane Widya Thalita Garut 12 Oktober 2008 P

3 Fariz Maulana H Bandung 06 Agustus 2008 L

4 Jahra salimah Bandung 11 February 2008 P

5 Keysha Fitria Oktaviona Bandung 12 Oktober 2008 P

6 Najla Labibah sumarno Bandung 29 Juni 2008 P

7 Naufal Rifki Ramadhan Bandung 9 November 2008 L

8 Nazwa Fawziyah R Bandung 2 Januari 2008 P

9 Pariza Khajela Omera Bandung 1 April 2008 P

10 Rizky Faturohman Bandung 10 Januari 2008 L

11 Rafif Andriansyah Bandung 25 Maret 2008 L

jumlah 11 orang anak

C Instrumen Penenlitian

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif

yang meliputi hasil dari observasi, catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi

Untuk mendapatkan hasil yang baik peneliti menggunakan beberapa buku sumber

yang dapat membantu dalam penelitian ini diantaranya buku tentang komunikasi,

bermain peran, bahasa anak, psikologi dan buku penelitian tindakan kelas agar

(26)

39

Data tersebut diperoleh melalui beberapa instrument yang digunakan yaitu

lembar observasi aktivitas guru dan anak, catatan lapangan, lembar wawancara

dan dokumentasi. Instrumen-istrumen tersebut digunakan untuk melihat

perkembangan perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.

Adapun instrument penelitian ini peneliti buat dalam bentuk table 3.3 sebagai

berikut :

Tabel 3.3

PANDUAN WAWANCARA UNTUK GURU SEBELUM PELAKSANAAN

PENELITIAN

Nama : Hari/tanggal wawancara : Jabatan :

No PERTANYAAN

1 Bagaimana kemampuan anak dalam berkomunikasi secara lisan ?

2 Bagaimana kemampuan anak dalam menjawab pertanyaan guru ?

3 Bagaimana kemampuan anak dalam mendengarkan guru ?

4 Bagaimana kemampuan anak dalam mengnal kalimat

5 Apakah respon anak ketika sedang berbicara ?

(27)

40

Tabel 3.4

PANDUAN WAWANCARA UNTUK GURU SETELAH PELAKSANAN

PENELITIAN

Nama : Hari/tanggal wawancara : Jabatan :

No PERTANYAAN

1 Bagaimana penerapan metode bermain peran setelah diterapkan kepada

anak?

2 Bagaimana kemampuan komunikasi anak setelah metode tersebut

disampaikan ?

3 Appakah anak meyukai kegiatan tersebut, sebutkan alasannya ?

4 Bagaimana cara guru mengatasi hambatan-hambatan pada saat kegiatan

bermain peran ?

5 Bagaimanakah sikap social dan emosional pada saat anak setelah

diterapkannya metod bermain peran ?

(28)

41

Tabel 3.5

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU DALAM MENERAPKAN

METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERKOMUNIKASI

Nama yang diamati :………

Hari /tanggalpengamatan :……… Kelompok :………

Berilah tanda cheek list (v) pada kegiatan atau peristiwa yang diamati

No Kegiatan

bermain

peran

Pengamatan Dilaksanakan Tidak

(29)

42

motivasi kepada

anak

8. Guru menguasai

jalan cerita

3 Penutupan

dan evaluasi

9. Guru memberikan

pertannyaan

kepada anak

10.Guru memberikan

masukan kepada

anak

11.Guru memberikan

penilaian terhadap

anak

Observer

(30)

43

Table 3.6

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS ANAK DALAM KEGIATAN BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI

Nama yang diamati : ……….. Hari/tanggal :……… Kelompok /tema :……… Siklus :……… Tempat pengamatan :………..

No Indikator pengamatan *

(1)

2 Berkomunikasi secara lisan

3 Berani mengungkapkan pendapat

4 Melakukan kontak mata

5 Merespon sumber bunyi atau

9 Penggunaan kostum yang dipakai

10 Rasa social dan emosional

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini secara umum dalam peneliti ini rangkum dalam :

1. Kemampuan komunikasi anak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 masih

kurang optimal , anak-anak belum aktif dalam berkomunikasi masih

terlihar ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapat atau gagasan yang

ingin mereka sampaikan kepada teman-teman atau kepada guru dan

lingkungan sekitarnya,ini terjadi dikarenakan ada beberapa factor yang

membuat mereka kurang aktif dalam berkomunikasi.

2. Penerapan metode bermain peran yang di terangkan kepada anak-anak

dilakukan dengancara anak-anak memerankan beberpa tokoh yang mereka

perankan diantaranya peran sebagai seorang penjaga perpustakaan, sebagai

dokter, suster dll. Pertama anak membagi peran yang akan dimainkan, Ibu

guru membuat skenario pembelajaran, menyediakan alat-alat permainan,

mendekor ruangan, memberikan semangat dan memberikan pujian kepada

anak, terakhir evaluasi. Permainan ini dikerjakan dalam 2 siklus yang

setiap siklus peneliti terlebih dahulu membuat scenario pembelajaran agar

terlaksana dengan baik. Permainan ini juga dapat diterpakan dengan

bermacam-macam tema yang ada disekolah.

3. Terdapat peningkatan komunikasi anak setelah dipergunakannya metode

bermain peran kosa kata, wawasan,kreatifitasnya, dan kemampuan

komunikasi anak secara lisan atau pun secara spontan anak dapat

(32)

69

B. Rekomendasi

Berdasrkan penjelasan pada Bab-bab sebelumnya maka peneliti

merekomendasikan kepada pihak-pihak terkait hal-hal sebagai berikut :

1. Guru

Untuk guru harus menguasai kegiatan metode bermain peran untuk

meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi, sebaiknya metode

yang digunakan harus berfariatif agar anak dapat memperoleh mutu

pembelajaran yang optimal, guru harus lebih semangat dalam

menyampaikan kegitan yang akan diajarkan kepada anak.

2. Kepala Sekolah

Kepala sekolah hendaknya memberikan kesempatan kepada guru untuk

menambah wawasan guru dengan cara mengikut sertakan guru dalam

kegiatan pelatiha,-pelatihan, workshop, penataran tentang pembelajaran,

dan meyediakan sarana dan prasarana yang menunjang guru agar guru

dapat mengajarkan kepada anak dengan baik.

3. Peneliti

Diharapkan dapat meneliti lebih jauh tentang penggunaan metode bermain

peran dan metode yang lainnya yang dapat menunjang pada kemampuan

(33)

Diah Retno Nawangsih, 2013

(34)

Diah Retno Nawangsih, 2013

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Daftar subjek Penelitian
Tabel 3.3 PANDUAN WAWANCARA UNTUK GURU SEBELUM PELAKSANAAN
Tabel 3.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak kelompok B

Berdasarkan analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak kelompok B

Kesimpulannya adalah melalui metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan sosial pada anak kelompok B TK Mojorejo 2 Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI BERMAIN TANAH LIAT (Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada Anak Kelompok B di TK PGRI.. Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keseimbangan anak kelompok B di RA Ulul Albab melalui bermain papan titian.. Bentuk penelitian ini berupa

Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini disimpulkan dengan ’’ penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B di TK

Pengolahan data hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa motivasi membaca anak berkesulitan belajar kelas C IV dapat timbul dengan menggunakan metode bermain peran

Berdasarkan hasil tindakan penelitian yang telah dilakukan pada anak kelompok B2 PAUD Annisa melalui metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional, dapat diketahui