• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI BERMAIN TANAH LIAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI BERMAIN TANAH LIAT."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI BERMAIN TANAH LIAT (Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada Anak Kelompok B di TK PGRI

Kecamatan Lembang-Bandung Barat Tahun Ajaran 2013-2014)

SKRIPSI

Diajukan Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh

S O P I A W A T I 1008513

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Hak Cipta

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI BERMAIN TANAH LIAT

Oleh

Sopiawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memenuhi gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

Sopiawati 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

(3)

SOPIAWATI 1001385

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI BERMAIN TANAH LIAT (Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada Anak Kelompok B di TK PGRI

Kecamatan Lembang-Bandung Barat Tahun Ajaran 2013-2014)

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Hj. Cucu Eliyawati, S.Pd.,M.Pd 197010221998022001

Pembimbing II

I Gusti Komang Aryaprastya, M.Hum 197703122008121001

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan Anak Usia Dini

Falkutas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

1|Volume 2, Nomor 1, April 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TAMAN

KANAK-KANAK MELALUI BERMAIN TANAH LIAT

.

Sopiawati

Cucu Eliyawati*

I Gusti Komang Aryaprastya*

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Pedagogik optimal menjadi latarbelakang dalam penelitian ini, hal ini ditunjukan dengan adanya sebagian besar anak belum mampu menyelesaikan tugas di kegiatan menggunting, melipat, meremas, memilin, mencetak, membentuk dan kegiatan yang berhubungan dengan kekuatan otot-otot kecil dan koordinasi mata. Penelitian ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui bermain tanah liat pada anak kelompok B TK PGRI Lembang tahun ajaran 2013-2014. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak kelompok B TK PGRI Lembang tahun ajaran 2013-2014 sebelum, saat pelaksanaan dan setelah pelaksanaan bermain tanah liat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) Hopkins, dimana peneliti terlibat langsung mulai dari awal hingga akhir. Desain PTK Hopkins diawalin dengan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, disebut satu siklus. Dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK PGRI Lembang peneliti melakukan tiga siklus. Instrument yang digunakan adalah observasi dan aspek yang diobservasi diantaranya menggerakan tangan dan jari tangan tanpa benda, meremas, memilin, mencetak dan membentuk menggunakan tanah liat. Kategori penilaian meliputi anak yang mulai berkembang, anak yang berkembang sesuai harapan dan anak yang berkembang sangat baik. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan yang cukup baik dalam setiap siklus mulai dari pra siklus hingga siklus ketiga. Dari 15 anak yang diteliti, siklus pertama menunjukkan kemampuan motorik halus anak yang mulai berkembanng sebanyak 6 anak, berkembang sesuai harapan sebanyak 9 anak, dan berkembang sangat baik belum ada. Siklus kedua menujukkan kemampuan motorik halus anak yang mulai berkembang sebanyak 1 anak, berkembang sesuai harapan sebanyak 12 anak, dan berkembang sangat baik sebanyak 2 anak. Siklus ketiga menunjukkan kemampuan motorik halus anak yang mulai berkembang sudah tidak ada, anak yang berkembang sesuai harapan sebanyak 3 anak, dan berkembang sangat baik sebanyak 12anak. Dapat disimpulkan bahwa bermain tanah liat dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B TK PGRI Lembang hingga bisa dijadikan alternatif bagi pendidik dalam merencanakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Bagi pengelola diharapkan dapat menyediakan fasilitas untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak, dan bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih rinci dalam menggunakan metode untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

(5)

1|Volume 2, Nomor 1, April 2014

IMPROVED FINE MOTOR SKILLS OF KINDERGARTEN THROUGH

PLAYING CLAY

.

Sopiawati

Cucu Eliyawati

I Gusti Komang Aryaprastya

Early Childhood Teacher Education Program Departement of Pedagogy

Faculty of Education Indonesia University of Education

Sopia_watie@yahoo.com

Abstrak.

This study dilator by the fine motor skills whom not growing optimally in children group B TK PGRI Lembang.

This is evidenced by the presence of most of the children have not been able to complete the task in cutting activities, fold, squeeze, twist, mold, formed and activities related to the strength of the small muscles and eye coordination.

This study was designed to improve fine motor skills through playing clay in children Group B TK PGRI Lembang academic year 2013/2014. The Purpose of research was to find out the fine motor skills of children group B TK PGRI Lembang academic year 2013/2014, before, during,and after the implementation of playing clay.

The method used is Hopkins’s Classroom Action Research (CAR) where the researcher was involved from the beginning to the end. The Design of Hopkins Class Action Research begins from planning, activity, observation, and reflection, that called one cycle. Researchers conducted three cycles to improving the fine motor skills of children group B TK PGRI Lembang. The Instruments used is observation, and the ascpects of observed including moving hand and fingers without handling the objects, squeezing, twisting, scored and form using clay. Evaluation categories included children who began to grow, growing children as expected, and children whom growing very well.

The results showed an increase which is fairly well in every cycle, from pre-cycle to third cycle. Of the fifteen children studied, First Cycle showed fine motor skills of children whom began to grow by 6 children, growing children as expected by 9 children and not yet of children whom growing very well. Second cycle showed fine motor skills of children whom began to grow by 1 children, growing children as expected by 12 children, and children whom growing very well at 2 children.In the third cycle, not showed fine motor skills of children whom began to grow, but growing children as expected by 3 children, and children whom growing very well at 12 children. It can be conclude that playing clay can be improve the fine motor skills children in group B TK PGRI Lembang to be used as an alternative method for teachers to planning children fun activities. For manager is should be able to provide facilitating to improve children’s fine motor skills, for further researchers expected to more detail to used method for improved child’s fine motoric skills.

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

HAK CIPTA ... iii

KATA MUTIARA ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Karakteristik Perkembangan Anak TK ... 9

B. Perkembangan Motorik ... 10

1. Pengertian Motorik ... 10

2. Prinsip Perkembangan Motorik ... 11

3. Factor Perkembangan Kemampuan anak TK ... 11

(7)

3. Tahap Perkembangan Motorik Halus ... 15

4. Ciri Motorik Halus ... 15

5. Tahap Mempelajari Motorik Halus ... 17

D. Pengertian Bermain ... 17

E. Media Tanah Liat ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 23

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 23

B. Desain Penelitian ... 23

C. Metode Penelitian ... 24

D. Penjelasan Istilah ... 28

E. Tehnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 29

F. Analisisi Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Profil TK PGRI Kecamatan Lembang ... 34

B. Kemampuan Awal Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B TK PGRI Lembang Sebelum Bermain Tanah liat .. 36

C. Penerapan Bermain Tanah Liat Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B TK PGRI Lembang ... 39

1. Hasil Dan Pembahasan Siklus I ... 39

2. Hasil Dan Pembahasan Siklus II ... 48

3. Hasil Dan Pembahasan Siklus III ... 56

D. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B TK PGRI Lembang Setelah Bermain Tanah Liat ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan... 67

B. Saran ... 68

(8)

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xiv

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR GAMBAR

Spiral PTK Hopkins ... 23

(10)

DAFTAR TABEL

3.1 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Motorik Halus ... 29

3.2 Pedoman Observasi Kemampuan Motorik Halus ... 30

3.3 Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Tanah Liat ... 31

4.1 Daftar Siswa Kelas Burung TK PGRI Lembang Tahun Ajaran

2013-2014 ... 33

4.2 Hasil Observasi Kemampuan Motorik Halus Kelompok B Melalui

Bermain Tanah Liat Pada Pra Siklus ... 36

4.3 Hasil Observasi Kemampuan Motorik Halus Kelompok B Melalui

Bermain Tanah Liat Pada Siklus I ... 44

4.4 Hasil Observasi Kemampuan Motorik Halus Kelompok B Melalui

Bermain Tanah Liat Pada Siklus II ... 52

4.5 Hasil Observasi Kemampuan Motorik Halus Kelompok B Melalui

Bermain Tanah Liat Pada Siklus III ... 60

4.6 Kemampuan Motorik Halus Kelompok B Melalui Bermain Tanah Liat

(11)

DAFTAR GRAFIK

4.1 Hasil Observasi Kemampuan Motorik Halus Kelompok B Melalui

Bermain Tanah Liat Pada Pra Siklus ... 38

4.2 Hasil Observasi Kemampuan Motorik Halus Kelompok B Melalui

Bermain Tanah Liat Pada Siklus I ... 45

4.3 Hasil Observasi Kemampuan Motorik Halus Kelompok B Melalui

Bermain Tanah Liat Pada Siklus II ... 53

4.4 Hasil Observasi Kemampuan Motorik Halus Kelompok B Melalui

Bermain Tanah Liat Pada Siklus III ... 61

4.5 Hasil Observasi Kemampuan Motorik Halus Kelompok B TK PGRI

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan prasekolah pada dasarnya diselenggarakan dengan tujuan

memberikan fasilitas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagaimana

tercantum dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyebutkan

bahwa :

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai masa enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut

Tumbuh berarti bertambah ukuran, sedangkan perkembangan adalah

perubahan dalan komfleksitas dan fungsinya. Pertumbuhan dipengaruhi oleh

jumlah dan macam makanan yang dikonsumsi, sedangkan perkembangan

dipengaruhi oleh perkembangan sosial, psikologis, dan oleh kualitas hubungan

anak dengan pengasuh yang bebas dari stress (Sumantri, 2005: 17). Anak

diharapkan dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya antara lain:

agama, kognitif, sosial-emosional, bahasa, motorik (kasar dan halus),

kemandirian, memiliki dasar-dasar aqidah yang lurus sesuai dengan ajaran agama

yang dianutnya, memiliki kebiasaan-kebiasaan perilaku yang diharapkan. Anak

perlu menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai dengan

kebutuhan dan tingkat perkembangannya, serta memiliki motivasi dan sikap

belajar yang positif.

Anak memiliki potensi yang harus dikembangkan melalui berbagai macam

(13)

2

kehidupan anak di masa akan datang. Oleh karena itu diperlukan upaya yang

mampu memfasilitasi anak dalam masa tumbuh kembangnya berupa kegiatan

pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan, dan minat anak.

Senada dengan itu, menurut Samsudin (2008) menyatakan, usia 4-6 tahun

merupakan masa peka bagi anak, dimana anak mulai sensitif untuk menerima

berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Upaya yang diberikan oleh

lingkungan berupa rangsangan yang mengasah semua aspek perkembangan

kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, kemandirian,

moral dan nilai-nilai agama. Semua aspek perkembangan akan tercapai optimal

apabila rangsangan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

anak.

Anak membutuhkan semua keterampilan untuk menghadapi kehidupan

selanjutnya, maka anak harus belajar dengan sukarela dan gembira. Belajar bagi

anak adalah bermain karena pada dasarnya anak belajar melalui bermain. Einon

(2005:4) memaparkan tidak ada cara lain bagi anak untuk mencapai segala

potensinya yang secara normal harus anak capai yaitu bermain. Kegiatan bermain

bisa dijadikan sarana untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangaan anak

secara optimal, salah satunya perkembangan motorik. Perkembangan motorik

adalah suatu perubahan prilaku motorik yang merefleksikan interaksi antara

organisme dan lingkungan individu.

Motorik terjemahan dari kata „motor‟ menurut Galahua (dalam Samsudin, 2008: 11) adalah suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadi

suatu gerak. Motorik dapat diartikan sebagai perubahan kemampuan gerak setiap

orang mulai dari bayi hingga dewasa, hal ini sesuai dengan Corbin (dalam

Sumantri, 2005:48) yang mengemukakan bahwa perkembangan motorik adalah

perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai

aspek perilaku dan kemampuan gerak.

Menurut Hurlock (1978: 150) mengemukakan bahwa perkembangan

(14)

3

pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi, sehingga dengan

terkoordinasinya kemampuan motorik anak, maka anak tidak akan merasa kaku

dalam melakukan kegiatan anggota tubuhnya. Menurut Bredekamp dalam

Solehuddin, 1997: 41) berpendapat bahwa bagi anak usia dini, gerakan-gerakan

fisik tidak hanya penting untuk pengembangan keterempilan-keterampilan fisik,

melainkan juga dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan rasa harga diri

(self esteem) dan perkembangan kognisi.

Kemampuan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda dalam

penyesuaian sosial dan pribadi anak, karena kemampuan motorik ini memiliki dua

fungsi yaitu:

a. Membantu anak untuk memperoleh kemandirian seperti memakai baju,

mengancingkan baju, makan sendiri, mandi, ataupun yang berhubungan

dengan perawatan diri sendiri. Anak harus mampu mempelajari dan

menguasai kemampuan motorik yang memungkinkan anak mampu

melakukan segala sesuatu bagi dirinya sendiri untuk mencapai

kemandirian.

b. Membantu mendapatkan penerimaan sosial. Anak dituntut untuk mampu

melakukan berbagai kemampuan seperti membantu pekerjaan rumah

(menyimpan sepatu pada tempatnya) atau menyelesaikan pekerjaan

sekolah dan mengguasai keterampilan yang dilakukan disekolah seperti

menggambar, menari, meronce atau anak mampu melakukan aktivitas

bermain.

Perkembangan motorik meliputi dua hal, yaitu motorik kasar (gross

motor) dan motorik halus (fine motor). Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas

motorik yang mencangkup keterampilan otot-otot besar misalnya; naik turun

(15)

4

Motorik halus adalah motorik suatu gerakan yang menggunakan otot-otot

halus/kecil, misalnya menulis, menggunting, mencorat-coret, menggambar, dan

lain-lain. Berkenaan dengan itu, Samsudin (2008: 15) menyatakan bahwa motorik

halus adalah kemampuan anak prasekolah beraktivitas dengan menggunakan

otot-otot halus (otot-otot kecil) seperti melukis, menggambar.

Kedua kemampuan tersebut (motorik kasar dan motorik halus) sangat

penting agar anak dapat berkembang dengan optimal. Menurut Hurlock

(1978:150) perkembangan motorik akan mempengaruhi kesehatan yang baik,

katarsis emosional, kemandirian, hiburan diri, sosialisasi, dan konsep diri. Senada

dengan Bredekamp (dalam Solehuddin, 1997:41) bahwa keberhasilan anak dalam

menguasai keterampilan motorik dapat berpengaruh positif terhadap rasa harga

diri, kepecayaan diri, kognitif dan sosial. Kemampuan tersebut semua tergantung

kepada pengalaman-pengalaman langsung.

Keterampilan motorik baik motorik kasar (gross motor) atau motorik halus

(fine motor) sangat ideal dipelajari pada masa anak-anak. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Hurlock (1978: 156) lima alasan masa kecil saat yang ideal

untuk mempelajari keterampilan motorik;

1. Karena tubuh anak lentur ketimbang tubuh dewasa, atau orang dewasa. 2. Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan

dengan keterampilan yang baru dipelajarinya.

3. Secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil ketimbang sudah besar.

4. Apabila para remaja dan orang dewasa merasa bosan melakukan pengulangan, anak-anak menyenangi hal demikian.

5. Karena anak memilki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih kecil.

Kemampuan motorik halus sangat penting bagi anak, karena kemampuan

motorik halus akan berpengaruh pada perkembangan lainnya seperti

perkembangan kognitif, bahasa, emosi sosial, dan kemandirian. Setiap anak pada

dasarnya memiliki potensi kemampuan motorik halus namun perkembangan

pencapaian yang berbeda-beda karena kemampuan motorik halus setiap anak

(16)

5

motorik halus yang optimal yang tentunya dengan mendapatkan rangsangan yang

tepat.

Kemampuan motorik halus merupakan salah satu aspek perkembangan

yang sangat mempengaruhi kesiapan anak untuk melanjutkan ke pendidikan

tingkat selanjutnya. Kenyataannya di TK PGRI Lembang kelompok B terkait

dengan perkembangan kemampuan motorik halus nampaknya belum berkembang

secara optimal, seperti menggenggam pensil, menarik garis, meremas, memilin,

melipat, mencetak, menggunting, dan kegiatan lainnya yang memerlukan

kemampuan motorik halus, oleh karena itu peneliti bermaksud melaksanakan

penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan yang berhubungan

dengan kemampuan motorik halus anak.

Dalam meningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok B di TK

PGRI Lembang perlu dilakukan kegiatan yang dapat menunjang dan

meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B TK PGRI Lembang.

Peneliti dan guru akan melaksanakan kegiatang bermain dengan menggunakan

media tanah liat. Bermain tanah liat merupakan kegiatan yang jarang atau sama

sekali belum pernah dilaksanakan dan merupakan alternatif dalam pembelajaran

di TK PGRI Lembang, selain itu bermain tanah liat dapat merangsang

kemampuan motorik halus anak dengan sensasi tersendiri.

Kenneth (dalam Pramadhi&Sukardi, 2008:12) menjelaskan, ketika

anak-anak diberi kesempatan memengang tanah liat, karya pertama yang dilakukannya

adalah membuat pola-pola seperti menggambar. Bermain tanah liat merupakan

kegiatan membentuk, dimana kegiatan membentuk merupakan kegiatan yang

merangsang motorik halus anak.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti memfokuskan penelitian dengan

(17)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti merumuskan masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi awal kemampuan motorik halus anak Kelompok B

TK PGRI Lembang ?

2. Bagaimana penerapan bermain tanah liat dalam meningkatkan

kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK PGRI Lembang?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan motorik halus anak Kelompok B

TK PGRI Lembang setelah mengikuti bermain tanah liat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kemampuan awal kemampuan motorik halus anak kelompok

B TK PGRI Lembang sebelum bermain tanah liat.

2. Mengetahui penerapan bermain tanah liat dalam meningkatkan

kemamuan motorik halus anak kelompok B TK PGRI Lembang.

3. Mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok B

TK PGRI Lembang setelah bermain tanah liat.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Memberikan wawasan dan pengalaman bagi pribadi dalam melakukan

penelitian pendidikan, khususnya tentang pengaruh kegiatan bermain tanah

(18)

7

2. Bagi anak

Membantu anak dalam meningkatkan kemampuan motorik halus

melalui bermain tanah liat.

3. Bagi guru

Sebagai masukan dan gambaran dalam bermain tanah liat untuk

meningkatkan motorik halus anak.

4. Bagi sekolah

Sebagai masukan dalam pengembangan dan penyediaan sarana dan

prasaran untuk kemampuan motorik halus anak. Menunjang pembelajaran

dengan bermain tanah liat dalam meningkatkan kemampuan motorik halus

anak.

E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi

Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima BAB yang

rangkuman pembahasannya sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur penulisan.

2. Bab II Landasan Teori

Bab ini membahas mengenai karakteristik perkembangan anak

secara singkat, konsep kemampuan motorik halus anak yang terdiri

definisi motorik halus, perkembangan motorik halus anak, karakteristik

perkembangan motorik halus anak, pengembangan motorik halus anak,

dan faktor-faktor yang mempengaruhi motorik halus anak. Sedangkan

tanah liat terdiri dari pengertian, asal mula tanah liat, jenis-jenis tanah

(19)

8

3. Bab III Metode Penelitian

Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang akan

digunakan untuk melakukan penelitian, yaitu metode penelitian tindakan

kelas (PTK) yang terdiri dari metode penelitian yang digunakan,

prosedur penelitian, tehnik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan

analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai pembahasan dan penjabarana tentang

pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah, yang didapat

dari penelitian yang dilakukan penulis selama berada di tempat

penelitian.

5. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab ini membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian dan

memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti yang melakukan

(20)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di TK PGRI Lembang, yang beralamat di

Jalan Pasar Raya Panorama No.21 RT 02 RW 03 Desa Lembang Kecamatan

Lembang Kabupaten Bandung Barat Propinsi Jawa Barat.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian akan dilaksanakan kepada anak kelompok B kelas burung

TK PGRI Lembang yang berjumlah 15 orang yang terdiri dari 9 orang anak

perempuan dan 6 orang anak laki-laki.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK)

Hopkins, dimana penelitian tindakan ini merupakan bentuk investigasi yang

bersifat reflektif partisipasif, kolabolatif, dan spiral, yang memiliki tujuan untuk

melakukan perbaikan (Supardi, 2011:104) dalam penelitian ini peneliti terlibat

langsung mulai dari awal hingga akhir penelitian sesuai dengan pandangan

McNiff (Supardi, 2011:102) bahwa PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang

dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah,

meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian belajar, dan sebagainya.

Desain penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari Hopkins diawali

(21)

24

peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan), sebagaimana

gambaran berikut.

Gambar 3.1 spiral PTK hopkins,1993 (dalam Supardi, 2011:105)

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang timbul di lapangan

dimana kurang terangsangnya motorik halus anak kelompok B di TK PGRI

Lembang kabupaten Bandung Barat tahun ajaran 2012-2013. Penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B di TK

PGRI Lembang, dalam pelaksanaannya penelitian ini melibatkan guru dalam

merencanakan, memilih dan melaksanakan tindakan, sehingga pada akhirnya

untuk guru diharapkan dapat meningkatkan proses pembelajaran yang sudah ada,

dan perkembangan motorik halus anak kelompok B tercapai sesuai dengan

(22)

25

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)

model spiral hopkins dimana peneliti bekerja sama dengan guru dalam

merencanakan dan melaksanakan tindakan agar tidak menganggu proses

pembelajaran dan menghambat kurikulum, sesuai dengan yang dikutip Megantari

(2011:42) menurut Muslihudin mulai dari perencanaan penelitian peneliti

senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan

data, lalu menganalisis data dan berakhir dengan pelaporan hasil penelitian.

Penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning),

penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil

tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting), dan

seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (Supardi,

2011:104).

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti

melibatkan beberapa pihak, yaitu kepala sekolah dan guru yang berkolaborasi

dalam mengatasi permasalahan yang ada di dalam kelas melalui tanah liat, melalui

kolaborasi ini diharapkan dapat menentukansolusi serta melakukan beberapa

tindakan secara langsung dengan memanfaatkan lingkungan yang ada dengan

tujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B di TK

PGRI Lembang tahun ajaran 2013-2014.

Tahapan penelitian yang akan dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Identifikasi masalah

Kegiatan diawali dengan melakukan identifikasi masalah di

lapangan melalui observasi di TK PGRI lembang yang dijadikan tempat

penelitian. Hal yang menjadikan fokus observasi adalah kemampuan

motorik halus anak kelompok B di TK PGRI Lembang dan proses

(23)

26

2. Analisis masalah

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis masalah yang dihadapi

melalui observasi di lapangan mengenai motorik halus anak, analisis

dilakukan peneliti dengan mengkaji dan membahas permasalahan di

Kelompok B TK PGRI berdasarkan kajian pustaka yang relevan. Peneliti

juga mendiskusikanya dengan fasilitator penelitian yaitu dosen

pembimbing.

3. Pengumpulan data

Pengumpulan data ini hasil dari identifikasi masalah yang

berkaitan dengan kemampuan motorik halus anak kelompok B TK PGRI

Lembang, proses pembelajaran, cara guru mengajar, media dan sumber

belajar yang digunakan, serta kesulitan yang dihadapi oleh guru.

4. Penyusunan Rencana Tindakan

Setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi maka langkah

selanjutnya adalah berkolaborasi dengan guru untuk menentukan

tindakan secara tertulis berupa SKH dan menyiapkan media yaitu tanah

liat dan alat-alat pendukung lainnya dalam rangka meningkatkan

kemampuan motorik halus anak Kelompok B di TK PGRI Lembang.

5. Proses Pelaksanaan Tindakan

Proses pelaksanaan tindakan yang dimaksud adalah melakukan

tindakan sesuai dengan perencanaan untuk meningkatkan kemampuan

motorik halus anak Kelompok B di TK PGRI melalui bermain tanah liat,

dan dilaksanakan dalam beberapa siklus hingga tercapai hasil yang

diharapkan.

Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan

refleksi kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang dalam

(24)

27

Setiap siklus akan dikatakan berhasil bila mengalami peningkatan.

Penjelasan rencana tindakan setiap siklus sebagai berikut:

a. Perencanaan (planning)

1. Membuat perencanaan pembelajaran berupa Satuan Kegiatan

Harian (SKH). Rencana untuk tiap-tiap siklus antrara lain :

Siklus I : membuat miniatur anak perempuan dan

laki-laki

Siklus II : membuat pakaian

Siklus III : membuat miniatur anggota keluarga

2. Mempersiapkan media tanah liat dan alat-alat yang diperlukan

dalam pelaksanaa RKH.

3. Membuat intrumen, dan dokumentasi.

4. Membuat pedoman observasi untuk mengamati proses dan hasil

kegiatan.

b. Tindakan (action)

Tindakan merupakan pelaksanaaan dari perencanaan SKH yang telah

dibuat sebelumnya yaitu bermain dengan tanah liat untuk

meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B TK

PGRI. Bersamaan dengan kegiatan bermain dengan tanah liat

peneliti melakukan observasi dan dokumentasi.

c. Pengamatan (observation)

Pengamatan dilakukan pada saat kegiatan bermain tanah liat, dengan

mengacu pada instrumen yang telah disiapkan untuk mengetahui

kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan dan mengetahui

peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok B melalui

(25)

28

d. Refleksi (reflecting)

Tahap refleksi merupakan tahap yang paling penting dalam

penelitian tindakan. Dimana kegiatan menganalisis data mulai dari

proses, permasalahan dan hambatan yang muncul saat pelaksanaan.

Kegiatan refleksi dilakukan peneliti dan didiskusikan dengan

pembimbing. Apabila dalam pemberian tindakan ditemukan

kekurangan dan kelemahan maka hal tersebut menjadi perbaikan

pada siklus berikutnya. Siklus akan berulang hingga hasil yang

diharapkan, dalam hal ini meningkatkan kemampuan motorik halus

anak kelompok B TK PGRI.

D. Penjelasan Istilah

1. Motorik Halus

Motorik halus adalah motorik suatu gerakan yang menggunakan

otot-otot halus/kecil, misalnya menulis, menggunting, melipat,

meremas, memilin, mencorat-coret, menggambar, dan lain-lain.Dalam

motorik halus yang dimaksud adalah otot-otot kecil, sebagaimana

pendapat Samsudin (2008:15) motorik halus adalah kemampuan anak

prasekolah beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus/kecil,

seperti menulis, menggambar. Mahendra (dalam Sumantri, 2005:15)

motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan-keterampilan

yang merupakan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus

untuk mencapai keterampilan yang lebih berhasil.

2. Bermain

Bemain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak untuk

meningkatkan semua aspek perkembangan yang tidak melihat hasil

akhir namun proses, bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada

(26)

29

spontan, dimana dan kapan saja tanpa melihat waktu ataupun tempat,

bahkan ada alat ataupun tidak ada alat dan pelaturan biasa dibuat

ataupun tidak, sesuai keingginan atau kesepakatan pada saat akan atau

sedang bermain.

3. Tanah liat

Tanah liat adalah bahan alam yang telah dijadikan adonan yang

lentur atau liat (Sumanto, 2005:145). Pada dasarnya tanah memiliki

tekstur yang terdiri atas partikel-partikel tanah yaitu pasir, debu, dan

liat. Dimana partikel-partikel tersebut berhubungan erat dengan

sirkulasi air dan udara, dan struktur tanah. Tanah liat adalah yang

didominasi oleh liat sehingga mempunyai pori-pori mikro (kecil), atau

sama dengan satu perseratus kali partikel tanah pasir

(https://www.googel.com/sreceh=tanahliat). Karena kehalusannya

tanah liat cenderung menggumpal dan sangat banyak mengisap air,

maka dari itu tanah liat tidak mudah kering. Ketika menggumpal

terlihat seperti batu dan sifatnya kedap terhadap udara, maka tanah liat

sering digunakan untuk bahan kerajinan dan batu bata.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrument Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan kegiatan yang dilakukan

peneliti mulai dari pengamatan, saat pelaksanaan dan sesudah pelaksanaan

untuk mendapatkan informasi objek penelitian. Tehnik pengumpulan data

yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian di TK PGRI

adalah:

(27)

30

motorik halus. Pengamatan ini dilakukan oleh peneliti di Kelompok B

mulai dari pengamatan sebelum tindakan, saat pelaksanaan tindakan

dan sesudah tindakan. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data

yang lebih akurat dengan merancang instrumen pengamatan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi diperlukan untuk mengetahui gambaran

mengenai objek penelitian, berupa proses tindakan dan hasil tindakan

yang telah dicapai dalam bermain tanah liat, yaitu foto, hasil karya

anak, dan fortopolio lainnya.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat untuk mengukur pengamatan

pelaksanaan tindakan penelitian di TK PGRI yang telah dipersiapkan oleh

peneliti. Menurut Supardi (2011:127) instrumen penelitian merupakan alat

atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaan pada saat penelitian lebih mudah, dan hasil lebih baik dalam arti

lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Table 3.1

Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Motorik Halus

No Variable Indikator

Teknik

tanah liat Perencanaan Observasi,

(28)

31

Table 3.2

Pedoman Observasi Kemampuan Motorik Halus Anak TK

No

1 Tahap verbal kognitif

Anak dapat menggerakan tangan

Anak dapat mermas tanah liat dengan satu tangan

Anak dapat meremas tanah liat dengan dua tangan

Anak dapat memilin tanah liat dengan dua tangan berhadapan Anak dapat memilin dengan tangan di atas alas

Anak dapat mencetak tanah liat dengan menggunakan alat cetak Anak dapat membentuk tanah liat seperti contoh

3 Tahap otomatisasi

Anak dapat mencetak tanah liat sesuai keinginan sendiri

Anak dapat membentuk tanah liat sesuai dengan keinginan sendiri

Keterangan ;

1. Anak yang mulai berkembang (MB)

Pelaksanaan Observasi,

dokumentasi Guru

(29)

32

Table 3.3

Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Tanah Liat

No Idikator/Aspek Keterangan

1 Mengatur tempat duduk anak sesuai dengan aktivitas yang akan dilaksanakan

2

Menunjukkan gambar-gambar, alat peraga dan sumber belajar berkaitan dengan tema dan subtema

3 Mengatur tugas yang akan dilaksanakan anak

4

Menginformasikan aktivitas yang akan dilakukan oleh anak dan menjelaskan aturan main

5

Membimbing anak bermain, bekerja dan berkarya sesuai tahapan perkembangan motoric

6 Meminta anak mengumpulkan hasil karyanya

7 Meminta anak menceritakan hasil karyanya

8 Memotivasi anak untuk berkarya lebih baik lagi

9 Melakukan Tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan

10 Membimbing anak untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari

3. Judgment instrument

Langkah selanjutnya peneliti melakukan konsultasi instrumen dengan

pembimbing yang ahli dibidang anak usia dini. Judgment instrumen ini dilakukan

untuk memperbaiki apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam membuat

pertanyaan-pertanyaan dalam masing-masing indikator.

F. Analisis Data

Analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik analisis kualitatif

interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984). Analisis terdiri

(30)

33

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses penyeleksian, menentukan fokus,

menyederhanaan, meringkas, dan merubah bentuk data mentah yang ada

dalam catatan lapangan. Dalam proses ini penyimpulan akhir dapat diambil

dari hasil observasi mengenai tanah liat untuk meningkatkan kemampuan

motorik halus anak kelompok B di TK PGRI Lembang.

2. Pemaparan data

Pemaparan data dilakukan untuk memberikan kemudahan bagi peneliti

untuk mengambil kesimpulan. Pemaparan data harus sistematis dan rapi

berupa narasi yang menggambarkan peningkatan kemampuan motorik halus

anak Kelompok B di TK PGRI Lembang melalui bermain tanah liat.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesipulan dilakukan secara bertahap mulai dari siklus pertama

yang berupa kesimpulan sementara dan berupa pijakan untuk penarikan

kesimpulan akhir, serta penarikan kesimpulan saling berkaitan antara siklus

(31)

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kemampuan motorik halus anak keolompok B TKPGRI melalui bermain

tanah liat dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kemampuan motorik halus anak kelompok B TK PGRI sebelum

dilaksanakannya kegiatan bermain tanah liat belum berkembang optimal,

terlihat masih ada sebagian besar anak yang belum dapat menggerakan tangan

dan jari tangan dalam melaksanakan kegiatan yang memerlukan kekuatan dan

kelenturan otot kecil. Kegiatan yang memerlukan kekuatan dan keterampilan

motorik halus anak yang belum terangsa diantaranya: menggerakan tangan

dan jari tangan tanpa benda, meremas, memilin, mencetak dan membentuk.

2. Bermain tanah liat untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak

kelompok B TK PGRI dilaksanakan dalam tiga siklus. Tahapan pelaksanaan

kegiatan setiap siklus sama mulai dari rancangan, melaksanakan kegiatan,

melalkukan observasi dan terakhir melakukan refleksi. Siklus I dan siklus II

menggunakan tema diri sendiri dan siklus III menggunakan tema keluarga.

Hasil observasi kemampuan motorik halus anak disetiap siklus menunjukan

peningkatan yang baik. Kemampuan motorik halus anak kelompok B TK

PGRI melalui bermain tanah liat yang mengalami peningkatan diantaranya:

menggerakkan tangan dan jari tanpa benda, meremas, memilin, mencetak dan

membentuk.

3. Kegiatan bermain tanah lait dalam meningkatkan kemampuan motorik halus

anak memiliki kelemahan diantaranya: kurang tersedianya alat-alat, saat

pelaksanaan kegiatan bermain anak kurang terkondisikan, dan peneliti kurang

memperhatikan kemampuan motorik halus lainnya karena hanya fokus

menggunakan kegiatan bermain tanah liat.Kemampuan motorik halus anak

kelompok B TK PGRI Lembang setelah bermain tanah liat meningkat baik

(32)

68

berkembang, sedangkan anak berkembang sesuai harapan meningkat menjadi

26% dan anak yang berkembang sangat baik meningkat sebesar 74%.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan di atas maka peneliti mencatat beberapa hal yang

menjadi bahan rekomendasi antara lain:

1. Bagi Pendidik

Pendidik hendaknya melaksanakan kegiatan yang menyenangkan dan

inovatif yang dapat dipraktekan langsung oleh anak dalam mengembangkan

kemampuan motorik halus anak salah satunya menggunakan media tanah

lait. Pendidik hendaknya mampu merangsang kemampuan motorik halus

anak secara optimal melalui bermain tanah liat dengan memahami media

dan melengkapi alat-alat yang dapat digunakan dalam kelangsungan

pembelajaran.

2. Bagi Pengelola

Pengelola hendaknya memfasilitasi pendidik untuk ikut serta dalam

pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme pendidik terutama

dalam pemilihan materi, media, dan metode dalam membuat perencanaan

dan melaksanakan perencanaan tersebut. Pengelola diharapkan dapat

menyediakan sarana dan prasara bermain anak dalam meningkatkan

kemampuan motorik halus anak.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih rinci dan mendalam untuk

meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui bermain tanah liat.

Peneliti selanjutnya dapat lebih bervariasi dalam melaksanakan kegiatan

bermain menggunakan tanah liat dan memanfaatkan bahan alam lainnya

yang ada di lingkungan sekitar dalam meningkatkan kemampuan motorik

(33)

69

DAFTAR PUSTAKA

Einon, D. (2005). Permainan Cerdas Untuk Anak Usia 2-6 Tahun. Jakarta. Erlangga

For Kids.

Hurlock, B.E. (1978). Perkembangan Anak , Edisi Keenam Penerjemah Muslichah

Zarkasih Jakarta. Erlangga.

Kunandar. dkk (2009). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengenbangan Profesi Guru. Jakarta. Rajawali Pres.

Pramadhi, H. dan Sukardi, S. E. (2008). Seni Keterampilan Anak. Jakarta. Univesitas

Terbuka. Depatemen Pendidikan Nasional.

Pramonodewo, S. (1995). Buku Ajar Pendidikan Prasekolah. Jakarta. Depdikbud

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik

Samsudin. (2008). Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-kanak. Jakarta. Litera.

Sumanto. (2005). Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Taman Kanak-kanak.

Jakarta. Depatemen Pendidikan Nasional.

Solehuddin. (1997). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung.Depdikbud FIP

IKIP.

Sumantri. (2005). Metode Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.

Jakarta. Depatemen Pendidikan Nasional.

Supardi. (2011). Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal Dan

Laporannya. Jakarta. Bumi AksAgustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan

Anak Usia Dini. Bandung. Refika Aditama.

(2012) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Univesitas Pendidikan

Indonesia. Bandung

(2010). Kurikulum Taman Kanak-kanak Pedoman Pengembangan

Gambar

Gambar 3.1 spiral PTK hopkins,1993  (dalam Supardi, 2011:105)
Dokumentasi diperlukan untuk mengetahui gambaran mengenai objek penelitian, berupa proses tindakan dan hasil tindakan
Table 3.2 Pedoman Observasi Kemampuan Motorik Halus Anak TK
Table 3.3 Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Tanah Liat

Referensi

Dokumen terkait

Guru Kondrat Siregar pindah pada tahun 1927 dari Janji Mauli dan digantikan. oleh guru Salman Harahap dari

Kajian pembelajaran ini difokuskan pada telaah tentang konsep MBS, karakteristik MBS, konsep dan dampak otonomi pendidikan, keefektivan sekolahdan MBS &budaya

Pendahuluan , Besaran & Vektor ,Gerak Lurus ,Gerak Benda Dalam Bidang Datar Dengan Percepatan Tetap , Hukum –Hukum Newton Tentang gerak Kesetimbangan, Momentum Impuls Dan

J akibat ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan penyakit stroke, sehingga

Berdasarkan hasil wawancara kepada Ibu Sri selaku guru ZEY di SLB Muhammadiyah mengenai interaksi sosial anak disekolah, guru memaparkan bahwa dalam proses interaksi

Surat Edaran Bersama Kepala BAKN dan Ketua LAN Nomor 12/SE/1981-193/SEKLAN/8/1981 tanggal 5 Agustus 1981 tentang Pelaksanaan Ujian Dinas3. TIM

Tabel 4.11 Rencana Operasional Program Hipotetik Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Modeling untuk Meningkatkan Konsep Diri Peserta Didik Kelas X-XI Jurusan Perhotelan SMKN

Bahan baku dari dari biogas adalah limbah ternak yang mudah1. didapat karena pemanfaatan limbah ternak yang kurang