• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peramalan Penjualan Menggunakan Metode Kointegrasi Pada Produk Safe 1 dan Cypergard (500 ml dan 100 ml) di PT Chemigard

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Peramalan Penjualan Menggunakan Metode Kointegrasi Pada Produk Safe 1 dan Cypergard (500 ml dan 100 ml) di PT Chemigard"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus mengalami peningkatan setelah

krisis moneter. Menurut data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik pertumbuhan

ekonomi Indonesia pada tahun 2010 meningkat sebesar 5,9 persen terhadap tahun

2009 terjadi di semua sektor ekonomi yaitu 4.727,6 triliun rupiah. Pertumbuhan

ekonomi yang positif di Indonesia juga diimbangi dengan peningkatan

pembangunan infrastruktur seperti bangunan sekolah, bangunan rumah sakit dan

puskesmas, serta bangunan perumahan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

(2010), pembangunan maupun perbaikan infrastruktur di tiga kota besar di

Indonesia yaitu Jakarta, Medan, dan Surabaya pada tahun 2008 antara lain untuk

daerah Jakarta bangunan sekolah mencapai 89 persen, rumah sakit 1,72 persen,

puskesmas 4,5 persen, dan perumahan mencapai 4,7 persen. Di daerah Surabaya

pembangunan sekolah mencapai 71 persen, rumah sakit 1,6 persen, puskesmas

22,5 persen, dan perumahan 3,9 persen. Daerah Medan pembangunan sekolah

mencapai 66,2 persen, rumah sakit 5,9 persen, puskesmas 16,9 persen, dan

perumahan mencapai 10,8 persen. Pembangunan infrastruktur saat ini

dikonsentrasikan di tiga daerah tersebut tersebut sehingga menjadi tiga kota besar

yang menempati urutan pembangunan tertinggi.

Pembangunan gedung-gedung perkantoran, sekolah, dan perumahan yang

terus meningkat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan suatu tempat untuk

beraktivitas yang juga mampu memberikan kenyamanan dan ketentraman. Salah

satu persyaratan bangunan yang mampu memberikan kenyaman dan ketentraman,

yaitu terhindar dari berbagai bentuk ancaman yang menyebabkan kerugian secara

ekonomis (Waryono, 2004). Terhindarnya berbagai bentuk ancaman, meliputi

banjir, longsor, tanah yang amblas dan kegaduhan. Walaupun persyaratan

kenyamanan bangunan sudah terpenuhi, tampaknya belum merupakan jaminan

teguhnya suatu bangunan dari kerusakan yang disebabkan oleh serangan rayap.

Keberadaan rayap menjadi salah satu permasalahan yang harus diwaspadai dalam

menjaga kualitas suatu bangunan. Rayap merupakan serangga sosial yang dikenal

(2)

kayu perabotan dan fondasi bangunan sehingga menimbulkan banyak kerugian

secara ekonomi.

Tidak tanggung-tanggung menurut data kerugian ekonomis yang dialami

Indonesia sampai pada tahun 2000 akibat rayap mencapai angka 2,67 triliun

rupiah, serta rata-rata persentase serangan rayap pada bangunan perumahan di

kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, bandung dan Batam mencapai angka

lebih dari 70 persen, angka tersebut akan terus bertambah melihat kecendrungan

terakhir ini, bahwa nilai kerugian akibat rayap setiap tahunnya meningkat sekitar

lima persen seiring dengan meningkatnya pembangunan gedung, terutama gedung

bertingkat yang ada di Jakarta.

Menurut Waryono (2004), ancaman bahaya rayap terhadap bangunan

sekolah di berbagai daerah telah dilaporkan, bahkan telah banyak bangunan yang

roboh dan rata dengan tanah. Bangunan-bangunan SD Inpres di Jawa Barat dari

sejumlah 112.826 ruangan, tercatat kurang dari 30 persen yang dinilai dalam

kondisi baik, sedangkan kondisi bangunan yang rusak berat tercatat sebesar 33,87

persen, sementara bangunan yang memiliki kriteria sedang sebesar 38,27 persen.

Di Kota Bandung tercatat 169 sekolah dalam kondisi yang memprihatinkan,

demikian halnya di Kota Sumedang, Garut, dan Bekasi indikasi kerusakan

bangunan akibat rayap rata-rata menyebabkan lebih dari 42 persen kondisi

bangunan sekolah memiliki kriteria rusak berat.

Tingginya kerusakan bangunan yang disebabkan oleh rayap menjadikan

peluang pasar yang bagus untuk industri pestisida pembasmi hama rayap.

Penggunaan pestisida untuk membasmi hama rayap adalah salah satu solusi agar

bangunan yang di bangun terhindar dari serangan rayap dan umur bangunan pun

dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Semakin meningkat pembangunan

gedung dan pemukiman maka semakin meningkat pula penjualan pestisida hama

rayap. Salah satu industri pestisida pembasmi rayap yang ada di Indonesia adalah

PT Chemigard.

PT Chemigard merupakan industri pestisida pembasmi rayap yang berlokasi

di daerah Ciputat Tangerang - Banten. Produk pembasmi rayap yang diproduksi

oleh PT Chemigard adalah Cypergard dan Safe 1. Produk Cypergard terdiri dari

(3)

ml. Ketiga produk pembasmi rayap ini memiliki tingkat penjualan yang cukup

baik setiap tahunnya seperti yang terlihat pada Gambar 1. PT Chemigard telah

memasarkan produk pembasmi rayapnya ke kota-kota besar seperti Jakarta,

Surabaya, dan Medan. Peningkatan pembangunan di kota-kota tersebut

mendorong penjualan yang juga terus mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Gambar 1. Grafik Penjualan Cypergard 500 ml, Cypergard 100 ml Periode Tahun 2006 sampai Tahun 2010 dan Safe 1 Periode 2007 sampai Tahun 2010 (PT Chemigard, 2010)

Penjualan produk Safe 1 dan Cypergard (100 ml dan 500 ml) berfluktuatif

menyebabkan PT Chemigard memerlukan suatu instrumen untuk melihat

hubungan dan pengaruh penjualan suatu produk dengan produk lainnya. Hal ini

diperlukan untuk membantu PT Chemigard dalam mengontrol penjualan dari

ketiga produk dalam beberapa periode ke depan. Pengaruh dan hubungan setiap

produk dalam suatu perusahaan terkadang menyebabkan penurunan dan

peningkatan penjualan terhadap produk lainnya.

1.2. Perumusan Masalah

PT Chemigard memiliki dua produk pembasmi rayap yaitu Safe 1 dan

Cypergard. Cypergard dibagi lagi ke dalam 2 macam kemasan 500 ml dan 100 ml

sedangkan Safe 1 hanya di buat dalam satu kemasan 100 ml. Produk Cypergard

dan Safe 1 memiliki perbedaan dalam proses pengendalian rayap. Produk Safe 1

lebih ramah lingkungan dibandingkan produk Cypergard. Produk Cypergard

merupakan racun yang bersifat repelen atau knock down yaitu racun yang mampu

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46

Cypergard 500 ml

Cypergard 100 ml

(4)

mematikan rayap dengan cepat tetapi hanya di suatu area tertentu. Sedangkan,

Safe 1 merupakan jenis racun non-repelen yaitu jenis racun yang mematikan rayap secara perlahan melalui trofalaksis atau disebut juga racun kontak. Racun jenis ini mampu membasmi rayap hingga ke tingkat ratu dan koloninya.

Proses pengendalian rayap yang berbeda antara produk Cypergard dan Safe

1 mempengeruhi tingkat penjualan kedua produk. Selain itu, ukuran kemasan

yang berbeda juga mempengaruhi tingkat penjualan produk. Berdasarkan Gambar

1, dalam beberapa periode terlihat penjualan Cypergard yang meningkat

menyebabkan penurunan penjualan produk Safe 1. Dan peningkatan penjualan

Cypergard ukuran 500 ml menyebabkan penurunan penjualan Cypergard 100 ml.

Artinya penjualan ketiga produk ini saling mempengaruhi satu sama lainnya.

namun, belum diketahui bagaiman pengaruh penjualan produk safe 1 terhadap

produk Cypergard atauapun sebaliknya.

PT Chemigard memerlukan suatu instrumen untuk melihat pengaruh dan

hubungan antara ketiga produk tersebut, sehingga dengan mengetahui hubungan

dan pengaruhnya perusahaan dapat mengontrol penjualan ketiga produk agar

penjualan produk Safe 1 tidak menyebabkan kerugian pada penjualan produk

Cypergard ataupun sebaliknya. Selain itu, analisis terhadap pengaruh dan

hubungan ketiga produk juga akan membantu perusahaan dalam melakukan

peramalan penjualan peroduknya. Peramalan penjualan dengan melihat hubungan

dan pengaruh antar produk dibutuhkan bagi perusahaan untuk membantu

perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan dan kebijakan

perusahaan.

Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat hubungan dan

pengaruh hubungan ketiga produk dalam jangka panjang yaitu uji kointegrasi.

Esensi dari kointegrasi adalah bahwa series tidak dapat menyebar ke segala arah jauh dari satu sama lain dan menjelaskan bahwa keberadaan hubungan jangka

panjang antara series ini dan series yang lain dapat ditulis pada suatu format

Error Correction.

Hubungan jangka panjang ketiga produk tersebut juga akan mempengaruhi

peramalan penjualan kedepannya. Analisis yang digunakan untuk menghitung

(5)

dikenal dengan Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD), yaitu meramalkan penjualan produk dengan memperhatikan besar nya pengaruh produk

tertentu terhadap produk lainnya. Hasil ramalan tersebut dapat dijadikan target

penjualan perusahaan di masa yang akan datang.

Setelah hasil analisis kointegrasi dan hasil ramalan di dapatkan, perusahaan

dapat mengambil kebijakan dalam melaksanakan strategi-strategi yang akan

diterapkan di masa yang akan datang, khusus nya strategi pemasaran sehingga

dapat memenuhi target penjualan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan perumusan masalah, menarik untuk dikaji mengenai:

1. Bagaimana kointegrasi produk Cypergard 500ml, Cypergard 100ml, dan

Safe 1

2. Menetapkan ramalan penjualan produk Cypergard 500ml, Cypergard 100ml,

dan Safe 1

3. Bagaimana kointegrasi produk dan ramalan penjualan memiliki kontribusi

dalam perencanaan strategi yang mungkin diterapkan perusahaan.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian yaitu:

1. Menganalisis kointegrasi produk Cypergard 500ml, Cypergard 100ml, dan

Safe 1 di PT. Chemigard.

2. Mendapatkan ramalan penjualan produk Cypergard 500ml, Cypergard

100ml, dan Safe 1 untuk 6 bulan kedepan di PT Chemigard.

3. Bagaimana kointegrasi produk dan ramalan penjualan memiliki kontribusi

dalam perencanaan strategi yang mungkin diterapkan perusahaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi perusahaan

sebagai informasi untuk meningkatkan penjualan dan sebagai pertimbangan dalam

melakukan perencanaan strategi pemasaran nya sehingga perusahaan dapat

mengembangkan usahanya. Penelitian ini berguna bagi penulis untuk melatih

menganalisa suatu permasalahan berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang telah

(6)

manfaat untuk kepentingan keilmuan dan menjadi sumber informasi bagi

pihak-pihak yang membutuhkan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini yaitu analisis kointegrasi penjualan produk

Cypergard 500 ml, Cypergard 100 ml, dan Safe 1 periode 2007 sampai 2010

(7)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rayap

Menurut Yusuf dan Utomo (2006) rayap merupakan serangga primitif yang

sangat dekat kekeluargaannyadengan kecoa. Di alam, rayap sangat berguna

mengubah kayumati dan bahan organik lainnya yang mengandung selulosa untuk

dijadikan humus. Dari aspek tersebut, rayap merupakan serangga yang sangat

bergunan namun apabila manusia mulai membangun gedung dengan komponen

kayu sebagai bahan bakunya, maka mulailah rayap merusak bangunan tersebut

untuk mencari makannya

Menurut Nandika (2003), rayap merusak bangunan tanpa mempedulikan

kepentingan manusia. Rayap mampu merusak bangunan gedung, bahkan juga

menyerang dan merusak mebeler di dalam nya. Nandika (2003) mengemukakan

sejak tahun 1982, kasus serangan rayap pada bangunan gedung di Indonesia telah

mulai banyak dilaporkan. Pada saat ini perhatian terhadap ancaman rayap pada

bangunan gedung di Indonesia terasa meningkat dengan sangat mengesankan. Hal

ini dapat dimengerti mengingat beberapa jenis rayap telah seringkali menunjukan

daya serang yang luar biasa terhadap perumahan, kantor dan bangunan gedung

lain sehingga mengakibatkan kerugian ekonomis yang cukup besar.

2.2. Pestisida Hama Rayap

Pestisida untuk mengendalikan rayap disebut termitisida. Termitisida dibagi

kedalam dua jenis yaitu termitisida nonrepelen dan termitisida repelen.

Termitisida nonrepelen adalah racun yang menyebabkan kematian pelan-pelan

bagi rayap yang melewati daerah tanah yang sudah diberi perlakuan dan rayap

tersebut tidak bisa menghindarinya. Rayap masuk kedaerah perlakuan, kemudian

mereka terkontaminasi oleh bahan aktif yang digunakan yang menyebabkan

kematian perlahan-lahan dimungkinkan yang disebabkan oleh kematian mikroba.

Untuk selanjutnya, racun tersebut dibawa kedalam sarangnya dengan adanya

proses pergantian kulit dan trofalaksis. Termitisida jenis repelen adalah termitisida

yang bersifat racun syaraf yang mematikan dengan cepat, mempunyai bau yang

(8)

2.3. Kointegrasi

Regresi dari dua variabel yang non-stasioner akan menyebabkan terjadinya

spurios regression sehingga proses diferensiasi harus terlebih dahulu dilakukan (Engle dan Granger, 1987). Tetapi, proses ini justru akan menghilangkan

hubungan jangka panjang yang mungkin terdapat dalam variabel-variabel time series yang diteliti dan hanya memberikan hubungan jangka pendek time series.

Disinilah penting nya proses kointegrasi dimana konsep ini membantu

memberikan informasi mengenai hubungan jangka panjang yang ada dengan

menggunakan time series non-stasioner.

Dengan kata lain konsep ini mengatakan bahwa apabila terdapat dua atau

lebih time series yang tidak stasioner (mempunyai unit roots) dan terintegrasi pada orde yang sama serta residunya bersifat stasioner sehingga tidak ada korelasi

seri di dalamnya (white nose), maka time series tersebut dinamakan terkointegrasi. Didalam konsep kointegrsi ini terdapat beberapa hal penting yang perlu

diperhatikan, yaitu: (Enders, 2004)

1. Kointegrasi merupakan kombinasi linear dari dua atau lebih dari time series

yang tidak stasioner. Vektor kointegrasi dari kombinasi linear tersebut tidak

unik karena dengan suatu konstanta yang tidak nol (λ), maka λβ juga benar

sebagai vektor kointegrasi. Oleh karena itu, biasanya salah satu besaran

digunakan untuk normalisasi vektor kointegrasi dengan menetapkan

koefisiennya menjadi satu.

2. Semua variabel harus terintegrasi pada orde yang sama. Tetapi tidak semua

variabel yang terintegrasi pada orde yang sama terkointegrasi.

3. Bila vektor mempunyai n komponen, maka akan ada n-1 vektor

kointegrasi linear yang tidak tergantung satu dengan yang lainnya. Jumlah

vektor kointegrasi ini dinamakan peringkat kointegrasi (cointegration rank), biasanya dilambagkan dengan r.

Sifat penting yang terdapat dalam variabel-variabel yang terkointegrasi

adalah perjalanan waktu variabel-variabel tersebut dipengaruhi oleh perubahan

atas hubungan keseimbangan jangka panjangnya. Dengan kata lain,

variabel-variabel non-stasioner yang terintegrasi pada orde yang sama dan terkointegrasi

(9)

2.4. Vector Autoregression (VAR) Model

Vector Autoregression (VAR) merupakan alat analisis atau metode statistik yang bisa digunakan baik untuk memproyeksikan sistem variabel-variabel runtut

waktu (Time series) maupun untuk menganalisis dampak dinamis dari faktor

gangguan yang terdapat dalam sistem variabel tersebut. Keunggulan dari analisis

VAR antara lain : (Khaerunnisa, 2009)

1. Model ini sederhana, tidak perlu khawatir membedakan mana variabel

endogen dan variabel eksogen.

2. Estimasinya sederhana, dimana metode Ordinary Least Square (OLS) bisa dapat diaplikasikan pada tiap-tiap persamaan secara terpisah.

3. Hasil Ramalan (Forecast) yang diperoleh dengan VAR dalam banyak kasus lebih bagus dibandingkan hasil yang didapat dengan menggunakan model

persamaan simultan yang kompleks sekalipun.

Namun demikian, model VAR juga mempunyai kekurangan, diantaranya

adalah sebagai berikut :

1. Model VAR lebih bersifat a-theory karena tidak dapat memanfaatkan informasi atau teori terdahulu.

2. Mengingat tujuan utama VAR adalah untuk peramalan maka model VAR

kurang cocok untuk analisis kebijakan.

3. Pemilihan banyaknya lag yang digunakan dalam persamaan juga dapat menimbulkan persamalahan.

4. Semua variabel VAR harus stasioner.

5. Interpretasi koefisien yang didapat berdasarkan model VAR tidak mudah.

Vector Autoregression (VAR) adalah sistem persamaan yang menunjukkan setiap peubah dalam persamaan merupakan fungsi linier dari konstanta nilai lag

dari peubah itu sendiri serta nilai lag dari peubah lain yang ada di dalam sistem

(Agung, 2009). Jadi, peubah penjelas dalam VAR meliputi nilai lag seluruh

peubah tak bebas dalam sistem.

Model VAR dikembangkan oleh Christoper Sims pada tahun 1980. Model

ini pada dasarnya hampir sama dengan model untuk menguji Granger’s

(10)

suatu variabel ekonomi dalam sebuah sistem ekonomi dimana terjadi saling

ketergantungan antar variabel dalam ekonomi.

2.5. Vector Error Correction Model (VECM)

Vector Error Correction Model (VECM) adalah suatu analisis untuk melakukan rekonsiliasi perilaku peubah ekonomi jangka panjang dan peubah

ekonomi jangka pendek (Gujarati, 1995). Untuk itu peubah-peubah dalam di

dalam VECM memiliki hubungan jangka panjang atau kointegrasi. Hubungan

dinamis jangka pendek antar peubah dalam sistem dipengaruhi oleh deviasi atau

penyimpangan dari keseimbangan jangka panjang. Model VECM berguna untuk

mengukur kecepatan deviasi kembali ke keseimbangan.

Vector Error Correction Model (VECM) adalah restricted Vector Autoregression (VAR) yang berkointegrasi. VECM di design untuk data time series non stationer yang berkointegrasi. Faktor kointegrasi dikenal sebagai error correction term, mengingat bahwa deviasi keseimbangan jangka panjang diperbaiki secara perlahan-lahan melalui beberapa tahap jangka pendek.

VECM mempunyai hubungan kointegrasi yang dibangun melalui spesifikasi

perilaku jangka panjang dari variabel-variabel endogen untuk menuju (converge) ke hubungan jangka panjangnya, serta memungkinkan dilakukan penyesuaian

jangka pendek secara dinamik. Sebagai contoh, digunakan sistem dua variabel

yang memiliki suatu persamaan kointegrasi tanpa turunan dalam bentuk lag

(Subagjo, 2005).

Variabel sisi sebelah kanan dalam model ini merupakan error correctionmodel term. Dalam ekuilibrium jangka panjang, residual (term) ini adalah nol. Namun demikian, apabila ada deviasi dengan ekuilibrium jangka

panjang error correction term tidak sama dengan nol dan masing-masing variabel secara parsial menyesuaikan pada hubungan ekuilibrium.

2.6. Impuls Response Function (IRF)

Impuls resonponse function merupakan suatu cara pengujian struktur dinamis dari ssitem variabel dalam model yang diamati dan dicerminkan oleh

(11)

sendiri dan variabel endogen lainnya. IRF juga mengidentifikasikan suatu kejutan

pada suatu vaariabel endogen sehingga dapat menetukan bagaimana suatu

perubahan yang tidak diharapkan dalam variabel mempengaruhi variabel lainnya

sepanjang waktu. Dengan demikian, IRF digunakan untuk melihat pengaruh

kontemporer dari sebah variabel dpenden jika mendapatkan guncangan atau

inovasi dari variabel independen sebesar satu standar deviasi.

Hasil IRF sangat sensitif terhadap pengurutan (ordering) variabel yang digunakan dalam perhitungan.pengurutan variabel yang didasarkan pada

faktorisassi chelosky dilakukan dengan catatan variabel yang memiliki nilai prediksi terhadap variabel lain yang diletakkan di depan berdampingan satu sama

lainnya. Sedangkan, variabel yang tidak memiliki nilai prediksi terhadap variabel

lain diletakkan paling belakang, kemudian variabel lainnya diletakkan di antara

kedua variabel tersebut berdasrkan nilai matriks korelasi yangmenyatakan tingkat

korelasi paling besar. Selain itu, IRF juga digunakan untuk mengetahui berapa

lama pengaruh shock dari satu variabel terhadap variabel lain tersebut tejadi. IRF juga bertujuan untuk mengisolasi suatu shock agar lebih spesifik artinya variabel ekonomi hanya dipengaruhi oleh shock tertentu saja. Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka shock spesifik tersebut tidak dapat diketahui dan yang dapat diketahui adalah shock secara umum.

2.7. Forecast Error VarianceDecomposition (FEVD)

Forecast Error Decomposition of variance (FEVD) dapat memberikan informasi mengenai variabel inovasi yang relatif lebih penting dalam VAR.

Metode ini digunakan untuk melihat bagaimana perubahan dalam suatu variabel

makro, yang digunakan untuk melihat bagaimana perubahan dalam suatu variabel

makro, yang ditujukan oleh perubahan variance error yang dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya. Metode ini juga dapat mencirikan struktur dinamis

dalam model VAR. Dengan metode ini, dapat dilihat juga kekuatan dan

kelemahan dari mmasing-masing variabel dalam mempengaruhi variabel lainnya

pada kurun waktu yang panjang (how long/ how persistent).

Dekomposisi varians merinci varian dari error peramalan (forecast) menjadi komponen-komponen yang dapat dihubungkan dengan setiap variabel endogen

(12)

depan dari sebuah variabel akibat inovasi dalam variabel-variabel lain, dapat

dilihat seberapa besar error peramalan variabel tersebut disebabkan oleh variabel itu sendiri dan variabel-variabel lainnya.

FEVD dilakukuan untuk memberikan informasi mengenai bagaiman

hubungan dinamis antara variabel yang dianalisis. Selain itu, FEVD dilakukan

untuk melihat seberapa besar pengaruh acak guncangan (random shock) dari variabel tertentu terhadap variabel endogen. FEVD menghasilkan informasi

mengenai relatif pentingnya masing-masing inovasi acak (random innovation structural disturbance) atau seberapa kuat peranan variabel tertentu terhadap lainnya.

2.8. Peramalan (forecasting)

Menurut Hanke (2003) Peramalan merupakan suatu upaya untk

memprediksi ketidakpastian masa depan. Dengan maksud membantu para

pengambil keputusan untuk memutuskan suatu kebijakan secara lebih baik.

Peramalan melibatkan sejumlah studi mengenai data historis dan manipulasi data

tersebut untuk mencari pola data sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan

pola data di masa depan

Tebakan ilmiah mengenai masa depan lebih bernilai bagi perusahaan

dibandingkan dengan tebakan non-ilmiah. Tebakan ilmiah yaitu peramalan yang

berdasarkan metode-metode manipulasi data secara logis yang dihasilkan dari

kejadian-kejadian masa lalu (Hanke, 2003). Penggunaan teknik peramalan diawali

dengan pengeksplorasian pola data pada masa lalu guna mengembangkan model

yang sesuai dengan pola data itu dengan menggunakan asumsi bahwa pola data

pada masa lalu itu akan berulang lagi pada waktu yang akan datang. Hasil

pengolahan data masa lalu akan menjadi tolak ukur perusahaan untuk membuat

perencanaan langkah langkah yang akan diambil oleh perusahaan.

2.9. Metode Peramalan Kualitatif

Peramalan ini didasarkan pada individu-individu penilaian orang yang

melakukan peramalan dan tidak tergantung pada data-data yang akurat

(pengolahan dan analisis data historis yang tersedia), metode ini digunakan untuk

(13)

yang digunakan adalah Teknik Delphi, Kurva pertumbuhan, Marketing Research,

dll (Hanke, 2003).

2.10. Metode Peramalan Kuantitatif

Metode peramalan kuantitatif memiliki sifat yang objektif karena

didasarkan pada keadaan aktual (data) yang diolah dengan menggunakan

metode-metode tertentu. Menurut Makridakis dalam Wisastri (2006), peramalan kuantitatif dapat diterapkan apabila terdapat tiga kondisi berikut:

1. Tersedia informasi masa lalu.

2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.

3. Dapat diasumsikan bahwa pola masa lalu akan terus berlanjut di masa datang.

Peramalan kuantitatif dapat memberikan hasil yang dapat

dipertanggungjawabkan karena memiliki dasar yang jelas. Dasar yang digunakan

adalah data yang merupakan representasi gambaran aktual masa lalu dan adanya

justifikasi teoritik yang digunakan secara sistematik. Pada dasarnya segala bentuk

dan teknik peramalan kuantitatif bersifat ekstrapolatif, yang didasarkan pada suatu

pola data atau hubungan sebab akibat antar data. Metode kuantitatif pada dasarnya

dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu model time series (deret berkala) dan model kasual. Peramalan penjualan merupakan bentuk peramalan dengan

model time series.

2.11. Peramalan Penjualan

Peramalan dapat didefinisikan juga sebagai suatu proses memperkirakan

secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa depan

berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya

dapat diperkecil (Mulyono dalam Belladona, 2008). Kesalahan atau error

merupakan selilisih antara apa yang terjadi dengan hasil perkiraan. Peramalan

tidak memberikan jawaban yang pasti tentang apa yang akan terjadi, tetapi

berusaha mencari sedekat mungkin dengan apa yang terjadi. Salah satu peramalan

yang penting dan sering dilakukan perusahaan adalah peramalan penjualan.

Hasil peramalan lingkungan bisnis dimana perusahaan beroperasi pada

umumnya mempunyai implikasi pada peramalan penjualan. Oleh karena itu

(14)

penjualan jangka panjang dibutuhkan oleh perusahaan dalam keputusan

pengembangan produk baru, mengurangi jumlah produk yang dihasilkan atau

dipasarkan, pengurangan modal, pembukuan daerah pemasaran baru, pengambil

alihan perusahaan lain, pengembangan saluran distribusi baru dan

keputusan-keputusan strategis lainnya. Untuk jangka pendek, peramalan penjualan

digunakan untuk melakukan jadwal produksi, perencanaan kebutuhan bahan,

rekrutmen tenaga kerja, perencanaan pemasaran, prediksi aruskas dan tingkat

dimana komposisi biaya dan pendapatan yang dipilih dapat mempertahankan

likuiditas dan efisiensi operasi (Sugiarto dan Harijono, 2000).

2.12.Strategi Pemasaran

Strategi merupakan program untuk menentukan dan mencapai tujuan

perusahaan dan mengimplementasikan misinya. Strategi didefinisikan sebagai

pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungan nya sepanjang waktu

(Fandy, 2008). Strategi merupakan kunci keberhasilan perusahaan dalam

menghadapi perubahan lingkungan bisnis dan mencapai tujuan.

Strategi pemasaran merupakan pernyataan baik secara implisit maupun

eksplisit mengenai bagaimana suatu merek atau lini produk mencapai tujuannya

(bennet dalam Fandy, 2008). Menurut Corey (dalam Fandy, 2008) strategi

pemasaran terdiri atas lima elemen penting yang saling berkait. Kelima elemen

tersebut adalah:

1. Pemilihan pasar, yaitu memilih pasar yang akan dilayani

2. Perencanaan produk, meliputi produk spesifik yang dijual, pembentukan lini

produk, dan desain penawaran individual pada masing-masing lini.

3. Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai

kuantitatif dari produk ke pelanggan.

4. Sistem distribusi, yaitu saluran perdagangan grosir dan eceran yang dilalui

produk hingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan menggunakannya.

(15)

Menurut Rangkuti (2005), komponen-komponen strategi terdiri dari:

1. Segmentasi Pasar

Pasar terdiri dari banyak pembeli yang berbeda dalam beberapa hal,

misalnya keinginan, kemampuan keuangan, lokasi, sikap pembelian dan

praktek-praktek pembeliannya. Berdasarkan perbedaan ini dapat dilakukan segmentasi

pasar. Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasi dan membentuk

kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Beberapa aspek utama untuk

mensegmentasikan pasar yaitu aspek Geografis, Demografis, Psikografis,

Perilaku.

2. Target Pasar

Menetapkan target pasar atau sasaran adalah tindakan mengevaluasi dan

membandingkan kelompok yang diidentifikasi, kemudian memilih salah satu atau

beberapa diantaranya sebagai calon target dengan potensi paling besar.

3. Posisi Pasar

Penetapan posisi adalah tindakan merancang tawaran dan citra perusahaan

sehingga menempati posisi yang khas (diantara para pesaing) di dalam benak

pelanggan sasarannya. Setelah perusahaan memutuskan segmen mana yang akan

dimasuki, selanjutnya diputuskan pula posisi mana yang ingin ditempati dalam

segmen tersebut.

2.13. Penelitian Terdahulu

Novika (2010) meneliti tentang kointegrasi harga beberapa komoditas

pangan utama dengan menggunakan metode analisis Vector Autoregression

(VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM) yang dalam penggunaannya dibedakan menurut pola datanya, yang diuji terlebih dahulu menggunakan uji

stasioneritas. Apabila yang data yang digunakan stasioner pada level nol maka

digunakan metode analisis VAR dan apabila data yang digunakan tidak stasioner

pada level nol maka digunakan metode analisis VECM. Tujuan peneliti dalam

melakukan penelitian adalah untuk menganalisis kointegrasi harga beberapa

komoditas pangan utama di tingkat produsen dan tingkat konsumen, dan

menganalisis apakah terdapat pemimpin harga komoditas pangan utama ditingkat

(16)

Melihat data yang tidak stasioner pada level nol maka metode yang

digunakan adalah metode analisis VECM. Hasil dari metode analisis menunjukan

terdapat kointegrasi harga komoditas jagung, kacang tanah, dan ketela rambat di

Pulau Sumatera dan Pulau Jawa pada tingkat produsen maupun konsumen. Hal ini

dapat diartikan bahwa variabel harga disuatu propinsi memiliki hubungan jangka

panjang dengan variabel harga di propinsi-propinsi lainnya. Uji kausalitas

multivariate pada harga jagung, kacang tanah, dan ketela rambat menunjukan

tidak terdapat hubungan kausalitas harga antar propinsi baik di Pulau Sumatera

maupun di Pulau Jawa.hal ini menunjukan tidak terdapat pemimpin harga jagung,

kacang tanah, maupun ketela rambat di tingkat produsen dan konsumen di kedua

pulau tersebut.

Aldina (2008) meneliti tentang peramalan penjualan Matrix Blackberry PT.

Indosat dengan menggunakan metode peramalan time series dan metode regresi

yang dalam penggunaannya terbagi lagi kedalam beberapa metode peramalan

yang kemudian akan dipilih metode yang sesuai dengan ketersedian data dan

kesesuaian metode dengan tujuan penelitian. Tujuan peneliti dalam melakukan

penelitian adalah untuk mengetahui pencapaian penjualan Matrix Blackberry,

mengetahui keunggulan Matrix Blackberry yang dapat ditawarkan kepada

konsumen, dan mencari alternatif strategi pemasaran yang tepat.

Dengan metode terbaik yang dipilih yaitu trend analisys menghasilkan nilai penjualan pada akhir bulan peramalan secara nationwide atau keseluruhan penjualan untuk delapan wilayah adalah 12.394 subscriber. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan lebih dari 6 ribu pelanggan pada akhir 2007, maka perusahaan

dapat menargetkan penjualan pada akhir tahun meningkat dua kali lipatnya.

Keunggulan Marix Blackberry yang dapat ditawarkan kepada pelanggan yaitu

GPRS yang dimiliki indosat untuk pemakaian Matrix Blackberry memiliki

pemakaian maksimum dua kali lebih besar dari perusahaan pesaing namun dengan

excess fee yang sama untuk per kilobyte.

Hasil peramalan menunjukan bahwa dengan tindakan pemasaran Matrix

Blackberry yang telah dilakukan oleh perusahaan sudah tepat. Untuk menghadapi

hambatan yang terjadi di tiap regional perusahaan harus fokus pada primary

(17)

sebagai produk dan layanan pushmail dengan GPRS terluas. Sedangkan untuk

Marketing Mix (8P) yang dapat dilakukan adalah dengan menampilkan keunggulan brand dan diferensiasi dalam petunjuk visual, perbanyak pilihan fitur, penambahan galeri, melakukan promosi dengan komunikasi 2 arah,

(18)

III METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan

yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

perusahaan dapat mengetahui pengaruh satu produk terhadap produk lainnya,

sehingga perusahaan dapat mengontrol penjualan setiap produk dan memperkecil

pengaruh yang saling menjatuhkan antara produk satu dengan yang lainnya.

Setelah mengetahui kointegrasi antar produk, perusahaan dapat membuat

perencanaan strategi yang tepat sehingga penjualan semua produk dapat

meningkat.

Selain melihat kointegrasi antar produk, untuk membuat strategi pemasaran

yang tepat perusahaan harus bisa meramalkan kondisi yang akan dihadapi di

waktu yang akan datang, agar strategi yang telah di rancang dapat berjalan dengan

baik dan dapat membantu perusahaan mencapai tujuannya. Dari hasil peramalan

penjualan yang dianalisis dengan menggunakan analisis kointegrasi, perusahaan

akan dapat merumuskan berbagai strategi dalam meningkatkan penjualan

produknya.

(19)

Gambar 2.Kerangka pemikiran

PT CHEMIGARD

Ingin melihat hubungan antar produk dan membutuhkan peramalan penjualan yang digunakan untuk menyusun

perencanaan yang lebih akurat

Data Penjualan Cypergard dan Safe 1

2007-2010

Hasil Analisis Analisis Kointegrasi

1. Uji Stasioneritas 2. Uji Kausalitas

Granger

3. Uji lag optimum 4. Uji kointegrasi 5. Model VECM 6. Uji Stabilitas 7. Impuls Respon 8. FEVD

(20)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Chemigard yang berlokasi di Jalan

Gandasasmita 01, Serua, Ciputat – Tangerang. Penelitian di lakukan di PT

Chemigard dengan pertimbangan melihat grafik penjualan yang terus meningkat,

PT Chemigard mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan pesaing, serta

keterbukaan perusahaan untuk memberi kesempatan untuk diadakan penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai dengan Maret 2011.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari

wawancara dengan direktur perusahaan sebagai narasumber. Sedangkan data

sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang dikumpulkan dari

literatur-literatur, studi pustaka atau laporan internal perusahaan (data penjualan

Cypergard 500 ml dan 100 ml, Safe 1 dari tahun 2007 sampai 2010).

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Data maupun informasi yang diperoleh akan diolah secara kuantitatif dan

kualitatif. Data penjualan perusahaan akan diolah secara kuantitatif dengan

metode analisis Vector Autoregression (VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM). Diharapkan dengan menggunakan analisis ini dapat diketahui apakah terjadi kointegrasi penjualan beberapa produk PT Chemigard. Untuk

mengetahui ramalan penjualan kedepan pada analisis ini menggunakan Forcast

Error Variance Decomposition (FEVD). Data informasi pemasaran akan diolah

secara kualitatif yang hasilnya digunakan sebagai pendukung analisis kuantitatif.

Pola data penjualan dapat diidentifikasi dengan mengamati secara visual plot

data penjualan yang diperoleh dari uji stasioneritas menggunakan program eviews 6. Plot data menggambarkan bagaimana sebaran datanya, sehingga dapat diketahui unsur-unsur yang terdapat pada pola data tersebut apakah pola data nya

(21)

1. Uji Stasioneritas Data

Data time series dapat dikatakan stasioner jika data tersebut mengandung akar-akar unit (unit root) dimana mean, variance, dan covariance konstan sepanjang waktu. Sebaliknya data time series dikatakan tidak stasioner mengandung akar-akar unit, dimana mean, variance, dan covariance data tersebut tidak konstan.

Uji akar-akar unit merupakan uji yang paling populer untuk mengetahui

stasioner sebuah data. Untuk menguji akar-akar unit pada penelitian ini digunakan

uji Augmented Dickey-Fuller (ADF) yang dikembangkan oleh Dickey dan Fuller.

Bentuk persamaan uji stasioneritas tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

=α+ �−� 1+ �=1 ∆ �−+1+�...(1) dimana:

= Bentuk dari first different 0 = intersep

Y = Variabel yang diuji stasioneritasnya P = panjang lag yang digunakan dalam model

� = error term

Hipotesisnya adalah H0 mengandung hipotesis bahwa terdapat akar-akar

unit, H1 mengandung hipotesis bahwa tidak terdapat akar-akar unit. Pengujian

hipotesis statistik tersebut dilakukan dengan membandingkan ADFtest statistik hasil

regresi dengan t statistik Mackinon critical value 1 persen, 5 persen, 10 persen. Bila ADFtest statistik hitung lebih kecil daripada Mackinon critical value, maka H0 diterima dan H1 ditolak, tidak cukup bukti untuk menolak hipotesis bahwa di

dalam persamaan mengandung akar-akar unit, artinya data tidak stasioner.

Sebaliknya jika ADFtest statistik hitung lebih besar daripada Mackinon critical

value, maka H0 ditolak dan H1 diterima, cukup bukti untuk menolak hipotesis nol bahwa di dalam persamaan mengandung akar-akar unit, artinya data stasioner.

Jika dari hasil uji stasioneritas berdasarkan hasil uji ADF diperoleh data

seluruh variabel belum stasioner pada level, atau integrasi derajat nol I(0), maka

untuk memperoleh data yang stasioner dapat dilakukan dengan cara differencing

data, yaitu dengan cara mengurangi data tersebut dengan data periode data

sebelumnya. Dengan demikian melalui differencing pertama (first difference) di

(22)

menguji data first difference. Jika dari hasil uji ternyata data first difference telah stasioner, maka dikatakan data time series tersebut terintegrasi pada derajat pertama I(1) untuk seluruh variabel. Tetapi jika data first difference tersebut

belum stasioner maka perlu dilakukan differencing kedua pada data tersebut.

Prosedur ini seterusnya dilakukan hingga diperoleh data yang stasioner.

2. Uji Kausalitas Granger

Uji kausalitas granger digunakan untuk mengevaluasi kemampuan

peramalan dari satu peubah deret waktu pada periode sebelumnya terhadap

peubah deret waktu lainnya pada periode saat ini. Hipotesis nol yang yang diuji

menyatakan tidak adanya kausalitas diantara variabel sedangkan hipotesis

alternatifnya menyatakan adanya hubungan kausalitas diantara variabel. Untuk

menolak atau menerima hipotesis nol, maka dapat melihat nilai probabilitasnya

yang dibandingkan dengan tingkat kepercayaan, pada penelitian ini menggunakan

nilai kritis 5 persen. Jika nilai probabilitasnya lebih besar dari 5 persen maka

hipotesis nol ditolak yang artinya terdapat hubungan kausalitas pada

variabel-variabel yang diuji.

3. Uji Lag Optimum

Uji lag digunakan untuk menentukan panjang lag optimum yang akan

digunakan untuk analisis selanjutnya. Uji lag optimum merupakan langkah

penting yang harus dilakukan dalam menggunakan model VECM. Untuk langkah

awal dalam pengujian ini terlebih dahulu adalah membentuk persamaan VAR

untuk mendapatkan lag optimum dan stabilitas VAR baru dapat dibentuk

persamaan VECM nya. Informasi kriteria untuk menentukan panjang lag yang

tepat adalah dengan menggunakan pemilihan kriteria model Final Prediction Error (FPE), Akaike Information Criteria (AIC), Schwarz Criteria (SC), dan

Hannan-Quinn (HQ). Pada pengujian pemilihan lag melalui kriteria tersebut, akan didapat kandidat lag pada masing-masing kriteria yang merujuk pada lag optimal.

Pada Eviews 6 memberikan tanda bintang pada nilai AIC dan SC terkecil.

Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk menentukan panjang

lag adalah dengan melihat AIC nya. Rumus AIC adalah (Gujarati, 2004):

(23)

Dimana:

T = jumlah observasi yang digunakan

| | = determinan dari matriks raga/koragam dari sisaan

n = jumlah parameter yang diestimasi dalam semua persamaan

4. Uji Kointegrasi

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam VAR adalah semua peubah

tak bebas bersifat stasioner (Enders, 2004). Bila data tidak stasioner, maka perlu

dilakukan uji kointegrasi. Langkah uji kointegrasi dengan mengaplikasikan

metode Johansen, yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

1. Menguji ordo integrasi semua variabel. Data perlu diplotkan untuk mengamati

ada tidaknya trend yang linear. Disarankan tidak mencampur variabel dengan

ordo yang berbeda.

2. Mengestimasi model dan menetapkan kondisi model. Kondisi model dapat

dilakukan dalam tiga bentuk berikut:

a. Semua elemen konstanta sama dengan nol (�0=0)

b. Nilai �0 ditetapkan

c. Nilai �0 merupakan konstanta pada vektor kointegrasi

3. Menganalisis untuk mendapatkan vektor kointegrasi yang dinormalkan dan

koefisien penyesuaian.

4. Menghitung faktor koreksi galat untuk membantu mengidentifikasi model

struktural.

Pada Eviews 6 suatu persamaan dikategorikan berkointegrasi apabila nilai

trace statistic ataupun nilai maximum eigenvalue-nya lebih besar dari nilai kritis 5 persen. Dari uji kointegrasi dapat ditentukan jumlah persamaan yang tepat untuk

mengestimasi VECM.

Untuk menguji batasan kointegrasi, johansen mendefinisikan dua buah

matriks α dan β dimensi (nxr) dimana r merupakan peringkat dari �, sehingga:

�= α β...(3)

Dimana:

α = matriks bobot dari setiap vektor kointegrasi yang ada didalam n persamaan

VAR. α juga dapat dikatakan sebagai matriks parameter speed of adjusment

(Enders, 2004)

(24)

Hipotesis dari metode Johansen adalah sebagai berikut (Enders, 2004):

�0 : r = 0 �1 : 0 < r < g

�0 : r = 0 �1 : 0 < r < g

�0 : r = 0 �1 : 0 < r < g

... ...

�0 : r = g-1 �1 : r = g

Pengujian pertama menyebutkan hipotesis nol dengan tidak adanya vektor

kointegrasi. Jika hipotesis ini gagal ditolak, dapat disimpulkan bahwa tidak ada

vektor kointegrasi dan pengujian telah diselesaikan. Namun jika hipotesis tersebut

ditolak, maka pengujian akan dilakukan terus menerus dan begitu seterusnya

sampai nilai dari r akan meningkat sampai hipotesis tersebut gagal ditolak.

5. Estimasi VECM

Vector Error Correction Model (VECM) adalah suatu metode khusus dari VAR yang berguna untuk melihat hubungan keseimbangan dalam jangka panjang

dari persamaan-persamaan yang terkointegrasi. Caranya adalah dengan

merestriksi beberapa variabel dari suatu persamaan. Jika variabel yang digunakan

sudah terkointegrasi, maka terdapat keseimbangan dalam jangka panjang dari

variabel-variabel tersebut, tentu saja dalam hubungan jangka pendek terjadi

ketidakseimbangan. Dengan kata lain, metode ini adalah cara untuk melihat

pengaruh suatu variabel lainnya dalam jangka panjang.

VECM didesain untuk digunakan pada data yang non-stasioner dan

terintegrasi (Enders, 2004). Model VECM lag p rank kointegrasi r adalah:

= �0 + π �−1 + ∅i p−1

=1 * ∆ �−1 + �� ...(4) dengan = [ ]’, ...(5)

∆ � = � - �−1...(6)

π = αβ’

β = vektor kointegrasi berukuran r x 1 α = vektor adjustment berukuran r x 1

∅ * = - �= +1� , � adalah matriks koefisien berukuran 2 x 2

6. Uji Stabilitas model

Uji stabilitas digunakan untuk melihat apakah model yang digunakan stabil

atau tidak. Estimasi harus mempunyai validitas yang tinggi sehingga hasil nya

dapat dipercaya. Hasil tersebut dapat dipercaya apabila model yang digunakan

(25)

estimasi dengan menggunakan model VAR tidak memiliki tingkat validitas yang

tinggi.

Stabilitas dapat diartikan hasil estimasinya mendekati nol jika model

diperpanjang periode waktunya. Sebuah model dikatakan memilik validitas yang

tinggi jika inverse akar karakteristiknya mempunyai modulus kurang dari satu atau semuanya berada didalam lingkaran. Jika modulus nya kurang dari satu atau

berada dalam lingkaran, maka model cukup stabil. Namun sebaliknya, jika

modulus bernilai satu atau lebih dari satu, atau modulus kebanyakan berada diluar

lingkaran maka dapat dipastikan bahwa model tersebut kurang stabil. Jika VAR

tersebut memiliki tingkat stabilitas yang rendah atau semua inverse akar

karakteristiknya berada diluar unit circle, maka hasil dari estimasi model VAR

tersebut meragukan.

7. Impuls Respon Function

Impuls respon dapat diartikan suatu respon dari suatu peubah endogen

ketika peubah endogen yang lain di shock atau di impuls. Impuls respon function

menelusuri pengaruh suatu standar deviasi shock atau kejutan terhadap inovasi

pada nilai variabel endogen di masa kini dan di masa mendatang. Suatu kejutan

yang terjadi pada satu variabel akan langsung mempengaruhi variabel tersebut dan

juga di teruskan pada variabel endogen lainnya melalui struktur yang dinamis

(Enders, 2004).

8. Forecast Error Variance Decomposition

Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) atau analisis dekomposisi ragam kesalahan peramalan digunakan untuk melihat kontribusi keragaman suatu

peubah endogen terhadap goncangan peubah endogen lain untuk beberapa waktu

kedepan (Enders, 2004). Jika koefisien �0 dan �1 diketahui dan variabilitas �+1

ingin diramalkan, sedangkan kondisi yang di observasi adalah , maka

variabilitas suatu periode adalah +1 = �0 + �1 + �+1, dan kondisi ekspektasi

(26)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1Sejarah Perusahaan

PT Chemigard seperti tertera dalam anggaran dasar, didirikan pada tanggal

24 september 2003, berdasarkan Akte Notaris Sri Intansih, SH no.61 di Jakarta

oleh Ir. Iman Santosa, Diah Retno Anggraini, DR. Ramadhan, dan Gunawan, SH.

Bidang kegiatan usaha PT Chemigard pada awal mula berdirinya bergerak dalam

jasa pengendalian hama. Perusahaan pertama kali bergerak di bidang jasa dan

menggunakan produk termitisida dari perusahaan industry pestisida lain. Dengan

semakin berkembangnya perusahaan dan dengan dasar pertimbangan yang cermat

untuk meningkatkan daya saing dengan perusahaan-perusahaan lain yang

bergerak di bidang pengendalian hama, pada tahun 2006 perusahaan membuat

produk termitisida dengan nama produk Cypergard yaitu pestisida untuk

mengendalikan hama rayap.

Sulitnya mendapatkan pestisida yang baik, efektif ekonomis dan aman untuk

lingkungan menjadi pertimbangan lain perusahaan dalam pembuatan produknya

untuk meningkatkan pelayanan terhadap konsumen. Serta dengan melihat kondisi

geografis Indonesia adalah kawasan yang terletak di garis khatulistiwa sehingga

sinar matahari dan curah hujan yang sangat tinggi merupakan faktor yang sangat

mempengaruhi efektifitas dari pestisida pembasmi hama rayap

Berawal dari kondisi tersebut tenaga ahli PT Chemigard bekerja sama

dengan beberapa lembaga penelitian antara lain Universitas Indonesia, Universitas

Brawijaya, Institut Tekhnologi Bandung, Institut Pertanian Bogor dan beberapa

laboratorium penelitian hama tanaman, hama lingkungan, dan penyakit menular

akibat hama, mencoba mengembangkan pestisida yang cocok dengan alam

Indonesia dan habitat dari hama pertanian maupun lingkungan yang akan

dikendalikan. Perusahaan juga dibantu oleh formulator dunia seperti RHODIA,

Yokar Chemical Ltd, Shanghai kimia Chemical ltd.

Pada tahun 2007 perusahaan memperbesar aset dan modal dasar Perseroan.

Melalui Akte Notasris Masruroh, SH No. 13 tanggal 29 Desember 2007

(27)

a. Modal perusahaan yang semula berjumlah 200 juta rupiah terbagi atas dua ribu

lembar saham, menjadi 2 milyar rupiah terbagi dalam dua puluh ribu lembar

saham. Dengan rincian pemilikan 60 persen atas nama Ir. Iman Santosa, 20

persen atas nama Diah Retno Anggraini, 10 persen atas nama DR. Ramadhan,

dan 10 persen atas nama Gunawan, SH.

b. Susunan Direksi dan Dewan Komisaris ditetapkan sebagai berikut:

Direktur : Ir. Iman Santosa

Komisaris Utama : Gunawan, SH

Komisaris : DR. Ramadhan

Komisaris : Diah Retno Anggraini

Disadari bahwa perluasan saluran distribusi menyumbangkan peranan yang

besar dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan maka PT

Chemigard terus berupaya mengembangkan jaringan distribusi regionalnya.

Sampai saat ini PT Chemigard yang berkantor pusat di jalan Gandasaamita No.01,

Serua, Ciputat, Tangerang telah memiliki 2 kantor cabang utama yang berada di

medan dan Surabaya. PT Chemigard akan terus mengembangkan jaringan

distribusinya dengan menambah kantor cabang di setiap daerah terutama di

kota-kota besar di Indonesia.

4.1.2Visi, Misi, dan Motto Perusahaan

Visi PT Chemigard adalah sebagai formulator yang didukung oleh

tenaga-tenaga ahli, PT Chemigard hadirkan produk-produk dengan kualitas terbaik, harga

bersaing dan ramah terhadap lingkungan.

Misi PT Chemigard adalah 1) formulator pestisida hygiene dan termite

dengan menggunakan bahan baku yang ramah terhadap lingkungan, 2) fokus dan

turut mendukung program kelestarian lingkungan hidup atau bumi hijau, 3)

menjamin setiap produk dengan kualitas yang terbaik, 4) menjadi sahabat dari

perusahaan-perusahaan Pest Control Operator (PCO) dengan mendukung sepenuhnya kemajuan dari perusahaan-perusahaan tersebut, 5) memberikan

pelayanan yang terbaik untuk kepuasan konsumen. Motto PT Chemigard adalah

(28)

4.1.3Lokasi Perusahaan

Kantor pusat PT. Chemigard terletak di Jalan Gandasasmita No. 01, Serua,

Ciputat-Tangerang. Namun perusahaan memiliki gedung dan pabrik tersendiri dan

aktivitasnya pun tidak tercampur dengan kegiatan kantor guna menjaga kualitas

kesehatan para pegawai, dan jauh dari masyarakat sekitar mengingat pabrik

memproduksi bahan-bahan kimia yang dapat membahayakan manusia. Kantor

cabang pusat Medan terletak di Jalan Sei Serayu No. 41 Medan, dan kantor

cabang pusat Surabaya terletak di Pondok Trosobo Indah Blok I No. 3, Sidoarjo,

Jawa Timur.

4.1.4Struktur Organisasi Perusahaan

Perusahaan merupakan suatu sistem dimana untuk dapat melaksanakan

rangkaian aktifitasnya dengan baik membutuhkan struktur atau bagian organisasi,

yaitu sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama

untuk tercapainya tujuan perusahan. Setiap lapisan organisasi harus mengetahui

apa yang menjadi tugas, wewenang, serta tanggung jawabnya.

Untuk membantu para pimpinan dan juga para karyawan di setiap lapisan di

perlukan suatu struktur organisasi agar di dalam menjalankan kegiatan

perusahaan dapat berjalan dengan efisien, sistematik, terkoordinir, dan efektif.

Fungsi dan tugas manajemen puncak perusahaan secara garis besar dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Dewan Komisaris, merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan dan

diangkat oleh rapat umum pemegang saham.

2. Dewan Direksi, bertugas menjalankan perusahaan dengan kegiatan-kegiatan

seperti menentukan kebijakan umum perusahaan, mengatur tata tertib serta

mengawasi pelaksanaan tugas dari para manajer masing-masing

departemen. Dalam menjalankan tugasnya Dewan Direksi bertanggung

jawab kepada Dewan Komisaris.

3. Manajer Pemasaran, bertanggung jawab terhadap manajemen pemasaran,

hasil pemasaran, dan penggunaan dana promosi. Manajer pemasaran juga

harus dapat membina bagian pemasaran dan membimbing seluruh karyawan

di bagian pemasaran. Sebagai hasil nya manajer pemasaran harus membuat

(29)

4. Manajer Penjualan, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan marketing plan, hasil penjualan produk, sales manajemen, pembinaan dan bimbingan terhadap sales team. Membina hubungan baik dengan konsumen, dan membuat sales plan dan sales report.

5. Manajer Produk, bertanggung jawab terhadap seluruh produk yang menjadi

tanggung jawabnya, membuat analisa dan evaluasi produk yang menjadi

tanggung jawabnya.

6. Manajer Pabrik, bertanggung jawab atas seluruh proses produksi pabrik,

mulai dari tahap input, proses sampai output berupa produk jadi. Dalam

melaksanakan tugasnya , manajer pabrik dibantu oleh Manajer Produk, dan

Maintenance Section Chief, Laboratory and Quality Control Section Chief, Production Section Chief, Warehouse Section Chief serta Purchasing Section Chief.

7. Manajer Logistik, bertugas untuk memberikan dukungan logistik kepada

Departemen Pemasaran dan Departemen Penjualan antara lain dengan

mengawasi persedian dan distribusi produk di lapangan agar dapat sampai

ke tangan konsumen.

8. Manajer Keuangan dan Akuntansi, bertanggung jawab atas arus keluar dan

masuknya uang ke dalam kas perusahaan, dan membuat laporan akuntansi.

9. Manajer Penelitian dan Pengembangan, bertanggung jawab atas aktifitas

penelitian dan pengembangan produk, termasuk di dalamnya perizinan

pendaftaran produk baru kepada intansi terkait.

10. Manajer Urusan Umum dan Personalia, bertanggung jawab atas jalannya

roda administrasi perusahaan, termasuk di dalamya menjalankan fungsi

humas, pelayanan publik, personalia, pengadaan umum dan rumah tangga

direktur-komisaris serta pengelolaan asset-aset perusahaan.

4.1.5 Produk-produk Perusahaan

Setelah membuat produk pertama yaitu Cypergard, perusahaan telah

mengembangkan produk nya dan membuat produk-produk baru. Sampai saat ini

PT Chemigard telah mengeluarkan delapan produk yaitu:

1. Cypergard, adalah pestisida yang diformulasikan khusus untuk

(30)

Indonesia. Cypergard juga dapat diaplikasikan pada meubeul rumah tangga

ataupun tanaman yang terserang rayap.

2. Safe 1, merupakan termitisida ramah lingkungan yang di formulasikan

dalam bentuk Soluabel Liquid (SL) yang sangat efektif untuk mengendalikan rayap tanah, rayap kayu dan kumbang bubuk pada kayu

kering.

3. Flygard, merupakan umpan siap tabur untuk membunuh lalat yang bersifat

racun kontak dan racun perut.

4. Portal, merupakan insektisida berbahan aktif ganda yaitu kombinasi

piretroid knockdown (Cypermethrin) dan pirolle killing agent

(Chlorfenapyr). Sinergi bahan piretroid knockdown berfungsi melumpuhkan serangga secara cepat dan bahan pirolle killing agent sangat efektif terhadap kecoa jerman (Blatella germica) dan juga serangga seperti nyamuk vektor demam berdarah atau malaria serta serangga pengganggu lainnya.

5. Origin, merupakan pestisida dari golongan sintetik piritroit berwarna kuning

bening yang mengandung bahan aktif lamda sihalothrin. Origin mempunyai efek knock down yang mampu membunuh serangga seperti nyamuk, lalat

dan kecoa dengan cepat.

6. Kaizen, merupakan termitisida ramah lingkungan berbahan aktif golongan

terbaru yang diformulasikan dalam bentuk Emulcifiable Concentrate (EC) yang sangat efektif untuk mengendalikan rayap tanah, rayap kayu, dan

kumbang bubuk pada kayu kering.

7. Termigard, adalah suatu media yang berbentuk umpan rayap terbuat dari

selulosa kayu yang disenangi rayap dan telah diberi hormon. Termigard ada

dua jenis yaitu Container Bait untuk di dalam ruangan dan Stationer Bait

untuk di luar ruangan. Container Bait dipasang dengan hati-hati di dalam rumah atau gedung tempat dimana rayap terlihat menyerang. Stasioner Bait

di pasang di sekeliling luar bangunan atau gedung.

8. Izzicont, merupakan pestisida yang sangat ramah lingkungan berbahan aktif

(31)

4.2. Analisis Kointegrasi

Analisis mengenai pola data atau sifat pergerakan dari deret waktu yang

akan analisis sangat diperlukan dengan tujuan menentukan metode peramalan

yang sesuai dengan pola data tersebut apakah menggunakan metode VAR atau

VECM. Apabila pola data yang digunakan stasioner pada level nol maka

digunakan metode VAR, dan apabila pola data yang digunakan tidak stasioner

pada level nol maka menggunakan metode VECM. Dalam menganalisa

stasioneritas, tingkat signifikansi yang digunakan adalah pada tingkat signifikan 5

persen. Data penjualan yang dianalisis adalah data penjualan bulanan Cypergard

500 ml, Cypergard 100 ml, dan Safe 1 yang diperoleh dari tahun 2007 sampai

2010.

4.2.1 Uji Stasioneritas Data

Uji stasioneritas data pada seluruh variabel dengan Augmented

Dickey-Fuller Test (ADF) dengan perangkat lunak Eviews 6. Jika nilai Test Critical

Values lebih besar dari nilai t-statistic berarti data tidak stasioner, sebaliknya jika

nilai Test Critical Values lebih kecil dari nilai t-statistic berarti data stasioner.

Tabel 1. Hasil Uji Stasioneritas

Variabel Test Critical Values t-statistic Probability

5%

Cypergard 500 ml -3.508508* -5.938605 0.0001

Cypergard 100 ml -2.926622 -1.733666 0.4080

Safe 1 -3.520787* -4.373335 0.0062

Pada Tabel terlihat bahwa uji stasioneritas pada level, produk Cypergard

500 ml dan Safe 1 memiliki variabel yang stasioner pada derajat kepercayaan 1

persen, 5 persen, dan 10 persen. Sedangkan produk Cypergrad 100 ml memliki

variabel tidak stasioner, maka produk Cypergard 100 ml perlu dilakukan uji

stasioneritas lebih lanjut yaitu pada pembedaan pertama (first difference).

Tabel 2. Hasil Uji Stasioneritas 1st Difference

Variabel Test Critical Value t-statistic Probability

1% 5% 10%

Cypergrad

100 ml

(32)

Pada pembedaan pertama variabel Cypergrad 100 ml sudah stasioner.

Artinya data stasioner pada pembedaan pertama, karena seluruh variabel harus

berada pada derajat yang sama, pada penelitian ini yaitu pada derajat pembedaan

pertama. Dari uji stasioneritas yang sudah dilakukan kita sudah dapat menentukan

model yang akan dipilih, apabila semua variabel stasioner pada level maka

digunakan model VAR, dan apabila semua atau salah satu tidak stasioner pada

level dan dilakukan pembedaan maka model yang dipilih adalah VECM. Dalam

penelitian ini dapat disimpulkan model yang dipilih adalah VECM.

4.2.2 Uji Kausalitas Granger

Uji kusalitas multivariate dilakukan untuk melihat hubungan kausalitas

antara variabel-variabel yang ada dalam model. Hubungan kausalitas antar

variabel dapat diketahui dengan melakukan Pairwise Granger Causality Test. Hipotesis nol (�0) yang diuji adalah tidak ada hubungan kausalitas dan hipotesis

alternatifnya (�1) adalah adanya hubungan kausalitas. Nilai probability sebesar 5

persen digunakan untuk menentukan apakah �0 diterima atau ditolak. Apabila

nilai probabilitasnya kurang atau sama dengan 5 persen maka terima �1 tolak �0,

dan apabila nilai probabilitasnya lebih dari 5 persen maka terima �0 tolak �1.

Hasil uji kausalitas Granger dengan signifikansi 5 persen pada variabel penjualan

produk dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3. Hasil Uji Kausalitas Granger

Null Hypothesis Probabilitas Hasil Pengujian Hubungan

Kausalitas Cypergard 100 ml does not

Granger Cause Safe 1

0,1083 terima �0 tolak �1 Tidak terjadi

hubungan kausalitas Safe 1 does not Granger Cause

Cypergard 100 ml Safe 1 does not Granger Cause

(33)

Berdasarkan tabel diketahui bahwa uji kausalitas menunjukan hasil bahwa

variabel-variabel penjualan produk hanya terdapat satu hubungan kausalitas, yaitu

antara produk Safe 1 dan produk Cypergard 500 ml. Hubungan kausalitas tersebut

hanya satu arah, dapat diartikan bahwa penjualan produk Safe 1 mempengaruhi

penjualan produk Cypergrad 500 ml.

4.2.3 Uji Lag Optimum

Pendekatan VAR VECM sangat sensitif terhadap jumlah lag yang

digunakan, maka perlu ditentukan panjang lag yang optimal. Penentuan panjang

lag digunakan untuk mengetahui lamanya periode keterpengaruhan suatu variabel

terhadap variabel masa lalunya maupun terhadap variabel endogen lainnya.

Penentuan lag dapat digunakan dengan beberpa pendekatan antara lain Likelihood Ratio (LR), Final Prediction Error (FPE), Akaike Information Criterion (AIC), dan Schwarz Criterion (SC). Hasil penentuan panjang lag secara lengkap dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4. Hasil Uji Lag Optimum

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

0 -998.9849 NA 1.21e+16 45.54477 45.66642 45.58988

1 -967.9915 56.35153 4.46e+15 44.54507 45.03167* 44.72552

2 -951.5866 27.59019 3.20e+15 44.20848 45.06002 44.52427

3 -938.7707 19.80634* 2.74e+15* 44.03503* 45.25152 44.48617*

4 -931.7017 9.960798 3.08e+15 44.12281 45.70425 44.70928

Berdasarkan tabel , hanya SC yang menentukan panjang lag yang berbeda

sedangkan LR, FPE, AIC, dan HQ menentukan panjang lag yang sama yaitu pada

lag ke tiga. Karena empat kriteria memberikan hasil yang sama, maka dipilih

panjang lag tiga.

4.2.4 Uji Kointegrasi

Untuk menjawab tujuan pertama dari penelitian ini perlu dilakukan uji

kointegrasi variabel-variabel penjualan produk. Uji kointegrasi dilakukan karena

data yang digunakan berfluktuasi dengan asumsi tidak stasioner. Selanjutnya,

untuk mengetahui keterkaitan jangka panjang antar variabel-variabel penjualan

(34)

Variabel-variabel yang akan diuji harus merupakan Variabel-variabel yang stasioner pada derajat

yang sama.

Hasilnya jika nilai Trace statistic lebih kecil dibandingkan dengan nilai

Critical Value maka variabel-variabel tidak terkointegrasi, sebaliknya jika nilai

Trace Statistic nya lebih besar dibandingkan dengan nilai Critical Value maka

variabel-variabel terkointegrasi. Hasil uji kointegrasi dapat dilihat pada tabel.

Tabel 5. Hasil Uji Kointegrasi Trace test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

Dari tabel dapat dilihat bahwa terdapat satu persamaan kointegrasi pada

derajat kepercayaan 5 persen. Adanya kointegrasi variabel terhadap variabel lain

hal ini berarti terdapat hubungan jangka panjang diantara variabel-variabel

tersebut.

4.2.5 Estimasi VECM

Pengaruh suatu variabel yang terkointegrasi terhadap variabel lainnya dalam

jangka panjang dapat dilihat dari analisis menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM). Interpretasi hasil dilakukan dengan melihat koefisien kointegrasinya dan pembacaan tanda adalah terbalik dari tanda koefiseinnya.

Namun demikian harus dilihat terlebih dahulu besar t-statistic dari koefisien yang

didapat. Koefisien kointegrasi dikatakan signifikan jika mutlak nilai t-statistic

lebih besar daripada nilai t-tabel yaitu 1,96. Dari uji kointegrasi menggunakan

analisis VECM akan dihasilkan matriks koefisien jangka panjang untuk penjualan

produk nya. Dilihat dari tabel menunjukan adanya hubungan jangka panjang

antara penjualan Safe 1 dengan penjualan Cypergard 100 ml dan penjualan

Cypergard 500 ml.

Tabel 6. Hasil Estimasi VECM

Safe 1 Cypergrad 100 ml Cypergard 500 ml

1.000000

1.457375 -3.912697

(35)

Dilihat dari tabel menunjukan adanya hubungan jangka panjang antara

penjualan Safe 1 dengan penjualan Cypergard 100 ml dan penjualan Cypergard

500 ml. Peningkatan penjualan Cypergrad 100 ml sebesar satu persen akan

menurunkan penjualan Safe 1 sebesar 1,46 persen, sementara kenaikan penjualan

Cypergrad 500 ml sebesar satu persen akan meningkatkan penjualan Safe 1

sebesar 3,9 persen.

4.2.6 Uji Stabilitas Model

Pengujian selanjutnya adalah menguji stabilitas model VECM yang

digunakan. Jika model memiliki stabilitas maka hasil estimasinya akan tidak

berubah dengan deviasi yang besar meskipun periode nya diperpanjang sehingga

hasil estimasinya dapat dipertanggungjawabkan (Gujarati, 2004). Dalam

penelitian ini berdasarkan hasil AR Root Table. Model dikatakan stabil apabila nilai modulus nya kurang dari satu. Pada Tabel 7 terlihat nilai akar karakteristik

atau modulus semuanya menunjukan nilai kurang dari satu, sehingga dapat

disimpulkan bahwa model vecm yang digunakan memiliki stabilitas.

Tabel 7. Hasil Uji Stabilitas Model

Root Modulus

0.929840 0.929840

0.666575 - 0.467639i 0.814253 0.666575 + 0.467639i 0.814253 -0.562927 - 0.365654i 0.671259 -0.562927 + 0.365654i 0.671259

-0.631681 0.631681

0.208990 - 0.560313i 0.598020 0.208990 + 0.560313i 0.598020

0.450644 0.450644

4.2.7 Impuls Response Function

Dampak dari shock variabel satu ke variabel lainnya dapat diketahui melalui

Impuls Response Function (IRF). IRF melacak efek dari salah satu shock ke shock

yang lainnya pada saat sekarang dan masa datang dari variabel endogen. Suatu

shock pada variabel endogen secara langsung akan mempengaruhi variabel itu

sendiri dan menjalar kepada variabel-variabel lain secara dinamis. IRF

Gambar

Gambar 1. Grafik Penjualan Cypergard 500 ml, Cypergard 100 ml Periode
Gambar 2. Kerangka pemikiran
Tabel 2. Hasil Uji Stasioneritas 1st Difference
Tabel 7. Hasil Uji Stabilitas Model
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan definisi dan kegunaan yang telah dijabarkan, maka PT S-IK Indonesia yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yaitu

Untuk mengetahui hubungan masing-masing nilai ramalan dari metode BNN dan ARIMA dengan nilai aktualnya digunakan analisis korelasi, hasil yang didapatkan untuk pasokan

“Ramalan Jualan (sales forecasting) merupakan proses aktivitas memperkirakan produk yang akan dijual di masa mendatang dalam keadaan tertentu dan

Maka dalam penelitian ini akan dilakukan peramalan untuk menentukan penjualan produk dengan menggunakan metode DES Brown dan DES Holt dan mencari tahu metode mana yang terbaik

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai error antara data penjualan produk furnitur dengan hasil peramalan BPNN untuk proses pelatihan dan pengujian masing-

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang berjudul Perbandingan Peramalan Jumlah Penjualan Produk Kopi Menggunakan Metode Regresi Linier Sederhana dan

Berdasarkan hasil perhitungan metode Three Moving Average, Weighted Moving Average dan Singel Exponential Smooting dapat dilihat bahwa nilai Mean Absolute Deviation MAD dan Mean

Kesimpulan Berdasarkan hasil perancangan dan pengembangan sistem peramalan sampai tahap terakhir, penulis dapat menyimpulkan bahwa sistem peramalan dengan metode Single Exponential