• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN MAKRO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN MAKRO."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN

KANAK-KANAK MELALUI METODE BERMAIN

PERAN MAKRO

(Penelitian Tindakan Kelas Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 Cibabat-Cimahi Tahun Pelajaran 2013-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh:

Melati Br Tarigan

0902868

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

(2)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK

MELALUI METODE BERMAIN PERAN MAKRO

(Penelitian Tindakan Kelas Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala

Bhayangkari 16 Cibabat-Cimahi Tahun Pelajaran 2013-2014)

Oleh

Melati Br Tarigan

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

©Melati Br Tarigan 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

Melati Br. Tarigan, 2014

(4)

Melati Br. Tarigan, 2014

(5)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro ABSTRAK

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

Kemandirian merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan dan

pertumbuhan anak usia dini karena anak yang mandiri akan terbiasa mengurus

dirinya sendiri dan menjaga kebersihan dirinya. Namun pada kenyataannya masih

banyak anak yang mengalami permasalah kemandirian, salah satunya anak-anak

kelompok B TK Kemala Bhayangkari16 Cibabat Cimahi. Permasalahan yang

ditemukan pada anak kelompok B ini adalah masih ada beberapa anak yang

tasnya dibawakan oleh orangtua ketika datang ke sekolah, anak masih sering

meminta bantuan guru ketika makan, membereskan peralatan makan, memakai

kaos kaki, meresleting dan mengancingkan baju, dan tidak membereskan mainan

yang sudah digunakan. Masalah kemandirian tersebut disebabkan oleh tidak

adanya metode pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan kemandirian

anak. Berdasarkan hal tersebut peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian

tentang meningkatkan kemandirian anak Taman Kanak-kanak melalui metode

bermain peran makro. Metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan

kelas (PTK) dengan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya

menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian

ini adalah anak kelompok B2 TK Kemala Bhayangkari 16 yang berjumlah 21

orang anak. Penerapan metode bermain peran makro untuk nemingkatkan

kemandirian anak mendapatkan hasil yang cukup baik. Hal ini terlihat dari hasil

yang diperoleh yaitu anak yang kemandiriannya sudah berkembang sebanyak

84%, anak dalam proses sebanyak 16%, dan anak yang masih perlu stimulus

sudah tidak ada.

(6)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro ABSTRACT

INCREASE INDEPENDENCE OF CHILDREN KINDERGARTEN THROUGH

MACRO ROLE PLAYING METHOD

Self-reliance is very important for the development and growth of early childhood for

independent child will get used to taking care of herself and her hygiene. But in reality

there are many children who have problems of independence, one group B children

kindergarten Kemala Bhayangkari16 Cibabat Cimahi. The problems found in children in

group B2 are still some children who bag brought by the parents when it comes to school,

children are still often asked for help teachers when eating, straighten cutlery, wearing

socks, fastening and to button up clothes, and do not game that done settle. The

independence of the problems caused by the absence of a variety of learning methods to

enhance the child's independence. Based on the researchers feel the need to do research

about enhancing the independence of children kindergarten through the method of

playing the role of the macro. The method used is the method of action research ( PTK )

with a qualitative approach to data collection techniques using interviews, observation,

and documentation. Subjects in the study group B2 kindergarten children Kemala

Bhayangkari 16 totaling 21 children. Application of the method to play the role of macro

nemingkatkan independence for children to get good results. This is evident from the

results obtained by the child who has developed her independence as much as 84 %, the

child in the process as much as 16 %, and children who still need stimulus no.

(7)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR DIAGRAM ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial-Emosi dan Kemandirian ... 9

B. Metode Bermain Peran ... 26

C. Penelitian Terdahulu ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 37

B. Desain Penelitian ... 37

C. Metode Penelitian ... 38

D. Definisi Operasional Variabel ... 39

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 42

G. Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

1. Gambaran Umum TK Kemala Bhayangkari 16 ... 53

2. Kondisi Objektif Kemandirian Anak Sebelum Diterapkan Metode Bermain Peran Makro Pada TK Kemala Bhayangkari 16 ... 56

3. Penerapan Metode Bermain Peran makro untuk Meningkatkan Kemandirian Anak ... 59

(8)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

B. Pembahasan ... 100

1. Kondisi Awal Kemandirian Anak Sebelum Diterapkan Bermain Peran Makro Pada Kelompok B TK Kemala Bhayangkari 16 ... 100

2. Penerapan Metode Bermain Peran Makro Untuk Meningkatkan Kemandirian Anak Pada TK Kemala Bhayangkari 16 ... 106

3. Peningkatan Kemandirian Anak Setelah Penerapan Metode Bermain Peran Makro Pada Kelompok B TK Kemala Bhayangkari 16 ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 114

B. Rekomendasi ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 116

(9)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Tugas-tugas Perkembangan Kemandirian ... 16

3.2 Kisi-kisi Instrumen Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Metode Bermain Peran Makro ... 40

3.3 Pedoman Observasi Kemandirian Anak TK Kemala Bhayangkari 16 ... 43

3.4 Pedoman Observasi Kemandirian Anak (Tema/sub tema: rumahku/pagi hari dirumahku) ... 44

3.5 Pedoman Observasi Kemandirian Anak (Tema/sub tema: Rekreasi/pergi ke mall) ... 45

3.6 Pedoman Observasi Kemandirian Anak (Tema/sub tema: rekreasi/ pergi kerumah nenek) ... 46

3.7 Pedoman Observasi Kemandirian Anak (Tema/sub tema: rekreasi/pergi berenang) ... 47

3.8 Pedoman Observasi Metode Bermain Peran ... 47

3.9 Pedoman Wawancara Sebelum Tindakan ... 49

3.10 Pedoman Wawancara Setelah Tindakan ... 49

4.11 Profil Guru TK Kemala Bhayangkari 16 ... 54

4.12 Jumlah Anak TK Kemala Bhayangkari 16 ... 55

4.13 Data Anak Kelompok B2 ... 55

4.14 Hasil Observasi Kemandirian Anak Sebelum Tindakan ... 58

4.15 Hasil Observasi Kemandirian Anak Akhir Siklus I ... 92

4.16 Hasil Observasi Kemandirian Anak Akhir Siklus II ... 96

4.17 Perbandiang Kemandirian Anak Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 98

(10)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro DAFTAR DIAGRAM

Diagram

(11)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro DAFTAR GAMBAR

Gambar

(12)

1

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pemerintah sedang fokus terhadap dunia pendidikan di Indonesia,

termasuk diantaranya pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini

merupakan pendidikan awal bagi anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun,

seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pada

pasal 1 ayat 14 yang berbunyi:

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut.

Wujud dari perhatian dan kesadaran pemerintah serta masyarakat terlihat dari

banyaknya lembaga pendidikan anak usia dini yang didirikan, serta

dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan

dan Penyelenggaraan Pendidikan; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 58

Tahun 2009 (Permen 58) tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini; serta

Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak Tahun

2010 oleh Kementerian Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak

dan SD.

Berikut ini tiga alasan yang ditekankan oleh Solehuddin (2000: 2), tentang

pentingnya pendidikan anak usia dini, yaitu: (1) dilihat dari kedudukan usia anak

bagi perkembangan anak selanjutnya. Memandang usia dini sebagai masa

terbentuknya kepribadian dasar individu; (2) dilihat dari hakikat belajar dan

perkembangan. Belajar dan perkembangan merupakan suatu proses yang

berkesinambungan, pengalaman belajar dan perkembangan awal merupakan dasar

(13)

tuntutan-2

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

tuntutan non-edukatif lainnya yang berkembang dewasa ini juga mendorong para

orang tua untuk semakin peduli terhadap lembaga pendidikan anak usia dini.

Kesibukan orang tua menuntut mereka untuk segera memasukkan anaknya ke

lembaga pendidikan.

Kesadaran pemerintah dan masyarakat akan pentingnya pendidikan anak usia

dini disebabkan karena anak berada pada rentang usia yang sedang mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Froebel (dalam Solehuddin, 2000: 33), masa

anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu

karena terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan

pengembangan pribadi seseorang. Melihat pernyataan tersebut, sudah jelas bahwa

lembaga pendidikan anak usia dini harus memberikan kesempatan kepada anak

untuk mengembangkan setiap aspek-aspek perkembangannya yang meliputi aspek

kognitif, bahasa, fisik, sosial-emosi, dan termasuk kemandirian. Menurut Susana

(dalam Tim Pustaka Familia, 2006: 23), kemandirian anak sangat penting bagi

pertumbuhan anak kedepannya karena anak yang mandiri, akan terbiasa menjaga

kebersihan diri dan mengurus dirinya sendiri, dapat menjaga lingkungan dan

memiliki kepercayaan diri yang baik.

Selanjutnya Gamayanti (dalam Tim Pustaka Familia, 2006: 43), menyatakan

bahwa kemandirian pada anak itu timbul ketika anak merasa mampu dan percaya

bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu. Kemandirian ini meliputi kemandirian

dalam menolong dirinya sendiri dalam kegiatan rutin sehari-hari dan kemandirian

dalam menyelesaikan suatu masalah. Jadi kemandirian anak itu sangat penting

bagi anak karena dapat mempengaruhi kehidupan anak kedepannya, dimana anak

akan memiliki rasa percaya diri dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungan,

mengurus diri sendiri, dan menyelesaikan masalah yang dihadapi, selain itu anak

juga jadi mampu dan berani menentukan pilihannya sendiri, anak akan memiliki

motivasi instrinsik yang tinggi, anak akan jadi kreatif dan inovatif, anak akan

bertanggung jawab atas keputusannya, anak akan mampu menyesuaikan diri

(14)

3

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

Hurlock (1980: 111), menyatakan bahwa anak taman kanak-kanak yang

mandiri itu harus sudah bisa mandi, makan, dan berpakaian sendiri, mengikat tali

sepatu dan menyisir rambut dengan bantuan atau tanpa bantuan sama sekali.

Kemandirian pada anak harus diajarkan sejak dini karena kemandirian tidak

terjadi dengan sendirinya tetapi harus melalui proses latihan. Susana (Tim Pustaka

Familia, 2006: 27), menyatakan bahwa kemandirian pada anak harus diajarkan

sejak dini dan sesuai dengan perkembangan anak, dimana orang tua tidak

memaksakan anak mandiri sebelum waktunya. Kemudian Sarwono (dalam

Muchsinati, 2007: 19), menyatakan bahwa kemandirian yang terjadi pada anak

merupakan akibat dari latihan-latihan kemandirian yang diberikan sedini

mungkin, dimana anak diberikan kesempatan untuk memilih jalan sendiri dan

berkembang. Latihan kemandirian dapat dilakukan dengan melibatkan anak dalam

kegiatan sehari-hari seperti membiarkan anak memakai kaos kaki dan sepatu

sendiri, memakai baju sendiri, makan sendiri, dan membereskan mainan yang

sudah digunakan (Mu’tadin, 2002: 2).

Berdasarkan pernyataan tersebut, seharusnya anak usia dini sudah memiliki

kemandirian yang baik, tetapi pada kenyataannya masih banyak anak usia dini

yang memiliki masalah kemandirian. Hal ini terlihat dari penelitian yang

dilakukan oleh Amalia (2011: 5) di Kober UPI yang menyatakan bahwa masalah

kemandirian anak belum berkembangan secara optimal diantaranya: kemandirian

untuk memakai sepatu sendiri tanpa bantuan guru, mencuci tangan sendiri, toilet

training, membersihkan tumpahan makanan secara mandiri, serta membereskan

mainan setelah selesai bermain.

Masalah kemandirian anak ini tidak hanya terdapat di Kober UPI, tetapi juga

di Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 Cibabat Cimahi. Terlihat dari

hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama kurang lebih satu bulan.

Masalah-masalah kemandirian anak Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari

16 dari hasil observasi, diantaranya: tas anak dibawakan oleh orangtua dan

disimpan juga oleh orangtua ke dalam loker anak; masih ada anak yang diantar

oleh orangtuanya sampai kedalam kelas; saat proses pembelajaran anak-anak

(15)

4

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

buku anak; anak-anak juga sering tidak membereskan mainan yang sudah

digunakan; tidak membereskan alat tulis yang sudah digunakan seperti pensil

warna, krayon, dan penghapus; saat makanpun masih sebagian besar anak

meminta bantuan guru untuk membukakan tempat makannya, membukakan botol

minum, membereskan tempat makannya dan memasukkannya kedalam tas; masih

ada anak yang belum bisa memakai kaos kaki sendiri; memakai sepatu sendiri;

mengikat tali sepatu sendiri; membuka kancing baju sendiri; melipat lengan baju

sendiri; dan mengancingkan baju sendiri.

Masalah kemandirian anak ini dapat berakibat fatal karena dapat

menyebabkan anak mengalami gangguan perkembangan seperti terbiasa

tergantung kepada orang lain, memiliki kepribadian yang tidak baik, tidak

memiliki kepercayaan diri, minder, dan tidak bisa memecahkan masalah (Tim

Pustaka Familia, 2006: 27, 58).

Gamayanti (dalam Tim Pustaka Familia, 2006: 44), ketidakmandirian atau

ketidakpercayaan diri pada seorang anak dipengaruhi oleh rasa kuatir orang tua

yang berlebihan. Kemudian Novita (dalam Sri dkk, 2013: 3), menyatakan bahwa

anak tidak mandiri itu dipengaruhi oleh beberapa alasan, diantaranya: (a)

Kekuatiran yang berlebihan dari orang tua, (b) Orang tua sering membatasi dan

melarang anaknya secara berlebihan, dan (c) Kasih sayang orang tua yang

berlebihan hingga anak menjadi manja. Berdasarkan urain tersebut, dapat

disimpulkan anak yang tidak mandiri sangat dipengaruhi oleh orang tua yang

terlalu mengkhawatirkan anak dengan sering membatasi atau melarang anak dan

memberikan kasih sayang yang terlalu berlebihan.

Septiningtyas (2006: 9), berkembangnya kemandirian anak tidak lepas dari

peran orang tua, guru, pengasuh, maupun lingkungan anak itu sendiri, dimana

orang tua ataupun guru mengasuh, membimbing, dan membantu mengarahkan

anak untuk mandiri. Selain itu orang tua ataupun guru bisa memberikan

kesempatan dan kepercayaan kepada anak untuk melakukan sendiri latihan

kemandirian yang praktis seperti memakai baju, kaos kaki dan sepatu sendiri,

makan sendiri, dan membereskan mainan yang sudah digunakan (Mu’tadin, 2002:

(16)

5

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

kemandirian tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan yang menyenangkan.

Solehuddin (2000: 79), menyatakan bahwa kegiatan bermain merupakan kegiatan

yang menyenangkan bagi anak karena anak terlibat secara langsung dalam

kegiatan tersebut, belajar secara alami, dan bermakna. Djoehaeni (2008: 7),

mengemukakan bahwa “...metode bermain peran adalah cara memberikan

pengalaman kepada anak melalui bermain yakni anak diminta memainkan peran

tertentu dalam suatu permainan peran”.

Menurut Delpie (dalam Kurnia, 2011: 5), bermain peran merupakan salah

satu bentuk permainan yang dapat dipakai sebagai intervensi pembelajaran karena

dalam pelaksanaannya anak menggunakan imajinasinya sehingga membantu

dalam pengembangan daya pikir dan kemampuan berbahasa. Selain itu, Wijana

dkk (2011: 8.31), menyatakan bahwa main peran disebut juga main pura-pura,

main khayalan atau main fantasi, dimana ketika anak sedang bermain peran, ia

berpura-pura menjadi seseorang atau sesuatu yang berbeda dari dirinya.

Selanjutnya Ekawati dkk (2013: 4), bermain peran disebut juga bermain

simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi, atau bermain drama. Bagi anak bermain

peran sangat penting untuk menunjang perkembngan kognisi, sosial, dan emosi

anak. Masitoh (dalam Kurnia, 2011: 6), menyatakan bahwa melalui bermain peran

anak akan memperoleh kesempatan untuk berbagi peran-peran interaktif, misalnya

dokter-pasien dan guru-murid. Sementara Khoirudin (dalam Kurnia, 2011: 7),

menyatakan bahwa bermain peran makro adalah main peran sesungguhnya

dengan alat-alat main berukuran sesungguhnya dan anak dapat menggunakannya

untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, misalnya main dokter-dokteran.

Kemudian Depdiknas (2006: 30), menyatakan bahwa “bermain peran makro

merupakan kegiatan bermain peran dimana anak sebagai model dan menggunakan

alat sesuai dengan benda aslinya”. Sedangkan bermain peran makro menurut

Wijana (2011: 8.33):

Bermain peran makro disebut juga main peran besar. Seorang anak dikatakan

sedang main peran makro apabila ia berperan menjadi seseorang atau sesuatu

yang lain, misalnya anak berperan menjadi guru, pelayan toko, kupu-kupu,

(17)

6

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

maka konsep tentang tokoh yang akan diperankannya direkam dalam otaknya

dan kemudian anak menuangkannya dalam perilaku seperti yang

dipikirkannya.

Bermain peran berdasarkan penelitian telah terbukti mampu meningkatkan

beberapa aspek perkembangan anak, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh

Arixs (dalam Kurnia, 2011: 5) tentang penerapan metode belajar sosiodrama atau

bermain peran terhadap anak PAUD di Denpasar Bali, menyimpulkan bahwa

sekitar 90% materi pembelajaran dapat diserap anak-anak dengan menggunakan

metode belajar sosiodrama dan 65% materi pembelajaran dapat diserap oleh

anak-anak dengan metode belajar konvensional. Metode pembelajaran konvensional

merupakan metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode

ceramah, dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak

didik dalam proses belajar, yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian

tugas dan latihan (Djamarah, 1996:20-21).

Berdasarkan permasalahan kemandirian yang sudah ditemukan dan sudah

dipaparkan oleh peneliti, maka penelitian ini memfokuskan kajian pada

“Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Metode Bermain Peran Makro”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan ke dalam pertanyaan

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi objektif kemandirian anak sebelum diterapkan

metode bermain peran makro pada kelompok B Taman Kanak-Kanak

Kemala Bhayangkari 16 Tahun Pelajaran 2013-2014?

2. Bagaimana penerapan metode bermain peran makro untuk meningkatkan

kemandirian anak pada kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala

Bhayangkari 16 Tahun Pelajaran 2013-2014?

3. Bagaimana peningkatan kemandirian anak setelah diterapkan metode

bermain peran makro pada kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala

(18)

7

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kondisi kemandirian anak sebelum diterapkan metode

bermain peran makro pada kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala

Bhayangkari 16 Tahun Pelajaran 2013-2014.

2. Untuk mengetahui proses (langkah-langkah) penerapan metode bermain

peran makro untuk meningkatkan kemandirian anak pada kelompok B

Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 Tahun Pelajaran

2013-2014.

3. Untuk mengetahui peningkatan kemadirian anak setelah diterapkan

metode bermain peran makro pada kelompok B Taman Kanak-Kanak

Kemala Bhayangkari 16 Tahun Pelajaran 2013-2014.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagi berikut:

1. Bagi Anak

a. Dapat menambah tingkat kemandirian pada anak.

b. Dapat menambah pengetahuan anak melalui bermain peran makro.

c. Anak dapat memiliki pengalaman langsung dari bermain peran

makro.

2. Bagi Guru

a. Guru dapat menggunakan kegiatan bermain peran makro sebagai

salah satu model kegiatan untuk meningkatkan kemandirian anak.

b. Guru dapat memberikan pengalaman langsung pada anak.

c. Guru hanya berperan sebagai fasilitator atau pembimbing anak.

3. Bagi Sekolah

a. Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan atau

meningkatkan kemandirian anak.

b. Dapat dijadikan sebagai salah satu program pembelajaran pada anak

(19)

8

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro E. Sistematika Penelitian

Penulisan ini terdiri dari lima bab. Uraian yang akan disajikan pada setiap bab

adalah sebagai berikut:Bab IPendahuluan, pada bab ini terdapat uraian mengenai

latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.Bab II Tinjauan pustaka, bab ini menguraikan teori-teori

yang relevan dan digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini.Bab III

Metodologipenelitian, pada bab ini terdapat uraian mengenai metode-metode yang

digunakan dalam penelitian, meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain

penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian,

teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV Hasil penelitian dan

pembahasan, bab ini menguraikan pembahasan atas penelitian berdasarkan teori

dan data yang didapat melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.Bab

VKesimpulan, pada bab ini terdapat uraian mengenai kesimpulan penelitian dan

rekomendasi mengenai meningkatkan kemandirian anak melalui metode bermain

peran makro pada kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16

(20)

37

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Taman

Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 yang berlokasi di Jalan Amir Mahmud 333

Cibabat Cimahi. Subjek penelitian ini dilakukan pada kelompok B yang

berjumlah 21 orang dengan jumlah anak laki-laki 11 orang dan anak perempuan

10 orang.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

penelitian tindakan kelas (PTK). Desain dalam penelitian tindakan kelas ini secara

garis besar menggunakan empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan,

observasi, dan refleksi. Berikut ini desain penelitian tindakan kelas menurut

Arikunto (2010: 16):

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Arikunto (2010)

Berikut i

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi SIKLUS II

Pengamatan

(21)

38

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

Berikut ini adalah pemaparan dari ke empat tahapan tersebut, yaitu sebagai

berikut:

1. Tahapan Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi awal untuk melihat permasalahan

kemandirian anak pada kelompok B TK Kemala Bhayangkari 16. Observasi ini

dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru. Setelah melakukan observasi,

peneliti dan guru membuat rencana tindakan seperti RKH, skenario pembelajaran

bermain peran, dan pedoman observasi yang terdiri dari indikator-indikator

perkembangan kemandirian anak.

2. Tindakan

Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan perencanaan

yang telah dibuat. Tindakandisini dilakukan secara sadar dan terkendali oleh

peneliti yang bertindak sebagai guru.

3. Observasi

Pada tahap ini, peneliti dan guru melakukan pengamatan terhadap proses

pembelajaran yang sesuai dengan tindakan yang telah dirancang. Hasil dari

observasi tersebut digunakan sebagai data untuk merancang kegiatan pada

tindakan selanjutnya dan sebagai data untuk refleksi

4. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah peneliti melakukan observasi, refleksi inidilakukan

berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dengan menganalisis proses, masalah,

dan kendala yang dialami saat pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat diketahui

apakah tindakan yang telah dirancang dan dilaksanakan telah mencapai tujuan

yang diharapkan atau belum. Kegiatan refleksi ini dilakukan oleh peneliti dan

guru melalui diskusi. Refleksi ini juga acuan untuk merancang tindakan

selanjutnya.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang

(22)

39

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

kelas(Listiana, 2008: 1). Melalui metode PTK ini, penelitijuga ingin memperbaiki

dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas sehingga hasil belajar anak

meningkat.Jadi peneliti merancang sebuah kegiatan pembelajaran yang

diharapkan mampu mengatasi masalah kemandirian anak yang ditemukan pada

kelompok B TK Kemala Bhayangkari 16 yaitu metode bermain peran makro.

Kegiatan bermain peran makro dalam penelitian ini dilakukan pada 2 siklus dan 2

tindakan pada masing-masing siklusnya. Kegiatan bermain peran makro yang

dilakukan pada siklus 1 tindakan 1 adalah pagi hari dirumahku dan pada siklus 1

tindakan 2 adalah pergi ke mall sedangkan pada siklus 2 tindakan 1 adalah pergi

kerumah nenek dan siklus 2 tindakan 2 adalah pergi berenang.

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penerapan PTK ini

adalah untuk mengatasi masalah kemandirian anak, untuk memperbaiki proses

belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dengan menerapkan metode

pembelajaran yang lebih bervariasi dan lebih kreatif, dan untuk meningkatkan

motivasi anak dalam belajar.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan pada kondisi

yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci dan teknik pengumpulan

datanya dilakukan secara triangulasi (gabungan) seperti observasi, wawancara,

dan dokumentasi (Sugiyono, 2011: 9).

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan kepada variabel

dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan. Berikut ini definisi

oprasional yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Kemandirian

Permen 58 (2009: 11) kemampuan kemandirian yang harus dicapai pada

anak usia dini adalah menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan,

diantaranya: membersihkan diri sendiri, membuang sampah pada tempatnya,

mengambalikan mainan atau benda pada tempatnya, dan memelihara milik

(23)

40

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

dikembangkan pada anak usia dini meliputi cara buang air, makan, cara

berpakaian, mencuci tangan, dan mengambil mainan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, kemandirian pada penelitian ini

berfokus kepada buang air, makan, berpakaian, dan menjaga kebersihan diri

sendiri dan lingkungan.

2. Metode Bermain Peran Makro

Menurut Depdiknas (2006: 30), bermain peran makro adalah kegiatan

bermain peran dimana anak sebagai model atau anak berperan sesungguhnya

dan menjadi seseorang dan menggunakan alat sesuai dengan benda aslinya.

E. Instrumen Penelitian

Proses pengembangan instrumen dilakukan dengan membuat kisi-kisi

instrumen penelitian yang terdiri dari variabel penelitian, sub variabel, indikator,

sub indikator nomor item, dan jumlah. Kisi-kisi instrumen yang telah disusun di

judge atau diberikan penilaian atas butir-butir pernyataan oleh dua orang ahli

sehingga kisi-kisi instrumen tersebut layak untuk dipergunakan sebagai pedoman

pelaksanaan penelitian. Berikut ini kisi-kisi instrumen pada penelitian ini:

Tabel 3. 2

Kisi-Kisi Instrumen Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Metode Bermain Peran Makro

(24)

41

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

dan membuangnya sendiri ke rak sepatu 5. Anak dapat

3. Buang air a. Membersihkan diri saat buang sendiri ketika buang

(25)

42

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro Sumber: Permendiknas 58 (2009: 11) dan Solehuddin (2000: 67)

F. Teknik Pengumpulan Data

Berikut ini tiga macam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Observasi

Menurut Mills (dalam Kunandar, 2008: 143) observasi merupakan

kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk memotret seberapa jauh efek

tindakan telah mencapai sasaran. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti

melakukan pengamatan terhadap anak secara langsung dan disini peneliti

tidak melakukan pengamatan seorang diri tetapi dibantu guru. Pengamatan

dilakukanketika anak melakukan kegiatan bermain peran dan ketika anak

melakukan aktivitas sehari-hari di kelas dengan menggunakan pedoman

observasi. Berikut ini pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian

(26)

43

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro Tabel 3. 3

Pedoman Observasi Kemandirian Anak TK Kemala Bhayangkari 16

Nama anak : Hari/Tanggal : Siklus :

Keterangan :

SB : Sudah Berkembang (anak mampu melakukan kegiatan sendiri)

DP :Dalam Proses (anak masih memerlukan sedikit bantuan dan bimbingan)

PS : Perlu Stimulus (anak masih belum mampu melakukan kegiatan sendiri)

Berdasarkan pedoman observasi tersebut, peneliti membagi pedoman

tersebut sesuai dengan tema dan kemampuan yang ingin dicapai ketika anak

No Pernyataan SB DP PS Keterangan

1. Anak dapat mencuci tangan sendiri sesudah dan sebelum makan

2. Anak dapat menggosok gigi sendiri

3. Anak dapat membuang sampah sendiri pada tempatnya 4. Anak dapat mengambil atau memungut sampah dan

membuangnya ke tempat sampah

5. Anak dapat merapikan sendiri mainan yang telah digunakan 6. Anak dapat menyimpan alat tulis sendiri pada tempatnya 7. Anak dapat menyimpan tas sendiri pada tempatnya 8. Anak dapat menyimpan sepatu sendiri ke rak sepatu 9. Anak dapat menyimpan sandal sendiri pada tempatnya 10. Anak dapat memakai atau melepas baju dan celana sendiri 11. Anak dapat meresleting dan mengancingkan baju sendiri 12. Anak dapat memakai atau melepas sepatu sendiri

13. Anak dapat memakai atau melepas kaos kaki sendiri

14. Anak dapat mengetahui tempat yang benar untuk buang air besar dan buang air kecil

15. Anak dapat membersihkan diri sendiri ketika buang air besar atau buang air kecil

16. Anak dapat menyiram kloset sendiri 17. Anak dapat makan sendiri

18. Anak dapat membuka tempat makanan sendiri 19. Anak dapat membuka botol minum sendiri 20. Anak dapat mengambil makan sendiri

21. Anak dapat membersihkan tumpahan makanan sendiri 22. Anak dapat membereskan atau merapikan alat makan

(27)

44

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

melakukan kegiatan bermain peran dalam proses pembelajaran. Berikut ini

pedoman observasi yang sesuai dengan tema dan kemampuan yang ingin dicapai:

Tabel 3. 4

Pedoman Observasi Kemandirian Anak

(Tema/sub tema: rumahku/pagi hari dirumahku)

Nama anak : Hari/Tanggal : Siklus :

Keterangan :

SB : Sudah Berkembang (anak mampu melakukan kegiatan sendiri)

DP :Dalam Proses (anak masih memerlukan sedikit bantuan dan bimbingan)

PS : Perlu Stimulus (anak masih belum mampu melakukan kegiatan sendiri)

No Pernyataan SB DP PS Keterangan

1. Anak dapat mencuci tangan sendiri sesudah dan sebelum makan

2. Anak dapat menggosok gigi sendiri

3. Anak dapat membuang sampah sendiri pada tempatnya 4. Anak dapat mengambil atau memungut sampah dan

membuangnya ke tempat sampah

5. Anak dapat memakai atau melepas baju dan celana sendiri 6. Anak dapat meresleting dan mengancingkan baju sendiri 7. Anak dapat memakai atau melepas sepatu sendiri

8. Anak dapat memakai atau melepas kaos kaki sendiri

9. Anak dapat mengetahui tempat yang benar untuk buang air besar dan buang air kecil

10. Anak dapat membersihkan diri sendiri ketika buang air besar atau buang air kecil

11. Anak dapat menyiram kloset sendiri 12. Anak dapat makan sendiri

13. Anak dapat mengambil makan sendiri

14. Anak dapat membersihkan tumpahan makanan sendiri 15. Anak dapat membereskan atau merapikan alat makan

(28)

45

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro Tabel 3. 5

Pedoman Observasi Kemandirian Anak

(Tema/sub tema: Rekreasi/pergi ke mall)

Nama anak : Hari/Tanggal : Siklus :

Keterangan :

SB : Sudah Berkembang (anak mampu melakukan kegiatan sendiri)

DP :Dalam Proses (anak masih memerlukan sedikit bantuan dan bimbingan)

PS : Perlu Stimulus (anak masih belum mampu melakukan kegiatan sendiri)

No Pernyataan SB DP PS Keterangan

1. Anak dapat mencuci tangan sendiri sesudah dan sebelum makan

2. Anak dapat membuang sampah sendiri pada tempatnya 3. Anak dapat mengambil atau memungut sampah dan

membuangnya ke tempat sampah

4. Anak dapat menyimpan sepatu sendiri ke rak sepatu 5. Anak dapat menyimpan sandal sendiri pada tempatnya 6. Anak dapat memakai atau melepas baju dan celana sendiri 7. Anak dapat meresleting dan mengancingkan baju sendiri 8. Anak dapat memakai atau melepas sepatu sendiri

9. Anak dapat mengetahui tempat yang benar untuk buang air besar dan buang air kecil

10. Anak dapat membersihkan diri sendiri ketika buang air besar atau buang air kecil

11. Anak dapat menyiram kloset sendiri 12. Anak dapat makan sendiri

(29)

46

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro Tabel 3. 6

Pedoman Observasi Kemandirian Anak

(Tema/sub tema: rekreasi/ pergi kerumah nenek)

Nama anak : Hari/Tanggal : Siklus :

Keterangan :

SB : Sudah Berkembang (anak mampu melakukan kegiatan sendiri)

DP :Dalam Proses (anak masih memerlukan sedikit bantuan dan bimbingan)

PS : Perlu Stimulus (anak masih belum mampu melakukan kegiatan sendiri)

No Pernyataan SB DP PS Keterangan

1. Anak dapat mencuci tangan sendiri sesudah dan sebelum makan

2. Anak dapat menggosok gigi sendiri

3. Anak dapat membuang sampah sendiri pada tempatnya 4. Anak dapat mengambil atau memungut sampah dan

membuangnya ke tempat sampah

5. Anak dapat merapikan sendiri mainan yang telah digunakan 6. Anak dapat memakai atau melepas baju dan celana sendiri 7. Anak dapat meresleting dan mengancingkan baju sendiri 8. Anak dapat mengetahui tempat yang benar untuk buang air

besar dan buang air kecil

9. Anak dapat membersihkan diri sendiri ketika buang air besar atau buang air kecil

10. Anak dapat menyiram kloset sendiri 11. Anak dapat makan sendiri

12. Anak dapat mengambil makan sendiri

13. Anak dapat membersihkan tumpahan makanan sendiri 14. Anak dapat membereskan atau merapikan alat makan

(30)

47

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro Tabel 3. 7

Pedoman Observasi Kemandirian Anak (Tema/sub tema: rekreasi/pergi berenang)

Nama anak : Hari/Tanggal : Siklus :

Keterangan :

SB : Sudah Berkembang (anak mampu melakukan kegiatan sendiri)

DP :Dalam Proses (anak masih memerlukan sedikit bantuan dan bimbingan)

PS : Perlu Stimulus (anak masih belum mampu melakukan kegiatan sendiri)

Selain pedoman observasi untuk anak, peneliti juga membuat pedoman

observasi terhadap guru yang yang akan mengajar yaitu peneliti sendiri. Berikut

ini pedoman observasi tersebut:

Tabel 3. 8

Pedoman Observasi Metode Bermain Peran

Nama guru : Nama TK : Hari/Tanggal : Siklus :

No Uraian Ya Tidak Keterangan

A. Tahap perencanaan

1. Guru membuat rencana kegiatan harian (RKH) 2. Menentukan dan menyiapkan materi

No Pernyataan SB DP PS Keterangan

1. Anak dapat membuang sampah sendiri pada tempatnya 2. Anak dapat mengambil atau memungut sampah dan

membuangnya ke tempat sampah

3. Anak dapat menyimpan tas sendiri pada tempatnya 4. Anak dapat menyimpan sepatu sendiri ke rak sepatu 5. Anak dapat memakai atau melepas baju dan celana sendiri 6. Anak dapat meresleting dan mengancingkan baju sendiri 7. Anak dapat memakai atau melepas sepatu sendiri

8. Anak dapat memakai atau melepas kaos kaki sendiri

9. Anak dapat mengetahui tempat yang benar untuk buang air besar dan buang air kecil

10. Anak dapat membersihkan diri sendiri ketika buang air besar atau buang air kecil

(31)

48

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

3. Guru mempersiapkan media yang akan digunakan

4. Guru membuat catatan penilaian anak

B. Tahap pelaksanaan Pembukaan

5. Guru mengkondisikan anak agar konsentrasi dantertarik pada kegiatan bermain peran

6. Mengkomunikasikan tema, metode, dan media yang akan digunakan pada waktu kegiatan 7. Guru menjelaskan aturan-aturan metode

bermain peran pada setiap kegiatan

8. Guru memperkenalkan secara rinci kegiatan yang akan dilaksanakan oleh anak

Inti

9. Membimbing anak untuk melakukan kegiatan sesuai dengan aturan

10. Guru melibatkan semua anak dalam kegiatan tentang kegiatan yang telah dilaksanakan hari ini

14 Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan atau menceritakan kembali kegiatan yang sudah dilaksanakan

15 Menilai apakah tujuan pembelajaran telah tercapai

2. Wawancara

Listiana (2008: 18) menyatakan bahwa wawancara dilakukan untuk

memperoleh informasi yang tidak di dapat melalui pengamatan. Kegiatan

wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada guru kelas karena guru

kelaslah yang paling mengenal anak dan dekat dengan anak sehingga guru

mengetahui setiap perkembangan anak. Wawancara dalam penelitian ini

dilakukan sebelum melakukan tindakan atau penelitian dan setelah tindakan

(32)

49

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

mengetahui perkembangan kemandirian anak sebelum tindakan dan setelah

tindakan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara

yang telah dibuat oleh peneliti. Berikut ini pedoman Wawancara yang

digunakan.

Tabel 3. 9

Pedoman Wawancara Sebelum Tindakan

Nama Responden : Jabatan : Hari/Tanggal :

No Pertanyaan Keterangan

1. Bagaimana pemahaman ibu tentang perkembangan kemandirian anak saat ini?

2. Bagaimana cara ibu menstimulusperkembangan kemandirian anak?

3. Strategi apa yang ibu pergunakan untukmeningkatkan kemandirian pada anak dalam proses pembelajaran? 4. Apa yang menjadi pertimbangan bagi ibu untuk memilih

strategi pembelajaran tersebut?

5. Metode pembelajaran apa saja yang digunakan ibu untuk mengembangkan kemandirian anak?

6. Media pembelajaran apa saja yang digunakan ibu untuk mengembangkan kemandirian?

7. Bagaimana reaksi anak dengan strategi yang ibu terapkan saat ini?

Tabel 3.10

Pedoman Wawancara Setelah Tindakan

Nama Respnden : Jabatan : Hari/Tanggal :

No Pertanyaan Keterangan

1. Bagaimana pendapat ibu mengenai penggunaan metode bermain peran makro dalam meningkatkan kemandirian anak?

2. Apa kelebihan dari pemanfaatan metode bermain peran makro dalam meningkatkan kemandirian anak?

(33)

50

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

4. Apakah penggunaan metode bermain peran dalam meningkatkan kemandirian anak sudah efektif?

5. Apakah anak merasa senang dengan penggunaan metode bermain peran dalam meningkatkan kemandirian anak? 6. Sejauh mana peningkatan kemandirian anak setelah

menggunakan metode bermain peran?

7. Apakah media dalam metode bermain peran yang diterapkan sudah bervariatif?

3. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang ketiga dalam penelitian ini adalah studi

dokumentasi. Studi dokumentasi yang dilakukan oleh guru adalah melakukan

pemotretan terhadap anak ketika melakukan kegiatan bermain peran dan

ketika melakukan aktivitas rutin di kelas. Hasil dari foto-foto anak tersebut

dapat dilihat dilampiran.

G. Analisis Data

Menurut Sugiyono (2011: 244), menyatakan bahwa analisis data kualitatif

merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan

data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusus ke dalam pola,

dan membuat kesimpulan. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti

mengorganisasikan data yang diperoleh ke dalam kategori, dimana peneliti

membagi kategori tersebut menjadi 3 kategori, yaitu: (1) kategori sudah

berkembang, (2) kategori dalam proses, (3) kategori perlu stimulus. Setelah

peneliti mencatat perkembangan anak melalui observasi, peneliti memberi skor

pada setiap kategori tersebut. Kategori sudah berkembang (SB) diberi skor 3,

untuk kategori dalam proses (DP) diberi skor 2, sedangkan untuk kategori perlu

stimulus (PS) diberi skor 1. Skor atau nilai yang diperoleh dari setiap ketegori

tersebut dihitung dengan cara berikut ini.

1. Cara Menghitung Interval

a. Menentukan skor tertinggi dan skor terendah

Skor tertinggi = 3 dan skor terendah = 1

(34)

51

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

66 – 22 = 44

c. Menetapkan jumlah kelompok interval

Dalam penelitian ini jumlah kelompok interval sesuai dengan banyaknya

kategorisasi yang digunakan yaitu 3 kategori, sehingga jumlah kelompok

interval sebanyak 3 kelompok interval.

d. Menghitung lebar interval pada setiap kelompok interval (range : jumlah

kelompok interval)

44 : 3 = 14,6 (dibulatkan menjadi 15)

Berdasarkan keterangan mencari interval tersebut dapat diketahui bahwa

rentang nilai dari setiap kategori adalah sebagai berikut:

SB: 52 – 66

DP: 37 – 51

PS: 22 – 36

2. Mencari Persentase

Mencari persentase menggunakan rumus:

Keterangan :

P : persentase

F : frekuensi

n : jumlah anak

Kemudian analisis dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan

informasi yang telah dilakukan dalam tahap pengumpulan data. Miles dan

Huberman (dalam Kunandar, 2008: 102) menyatakan analisis interaktif terdiri atas

tiga komponen kegiatan yang saling terkait, yaitu reduksi data, display data, dan

penarikan kesimpulan. Berikut ini penjelasan dari masing-masing komponen,

diantaranya: F

(35)

52

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

1. Reduksi data merupakan proses penyeleksi, menentukan fokus,

menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang

ada dalam catatan lapangan.

2. Display

Setelah melakukan reduksi data, yang selanjutnya adalah pembeberan

data/display dengan tertata rapi dengan narasi plus matriks, dan grafik

atau bagan. Pembeberan data yang sistematis dan interaktif akan

memudahkan pemahaman terhadap apa yang telah terjadi sehingga

memudahkan penarikan kesimpulan.

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi

dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang ditarik

pada akhir siklus satu ke kesimpulan terevisi pada akhir siklus terakhir.

Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dan

(36)

114

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi kemandirian anak sebelum diterapkan metode bermain peran

makro masih kurang berkembang dengan baik, dimana kemandirian anak

yang sudah berkembang (SB) sebesar 42%, dalam proses (DP) sebesar

32%, dan masih perlu stumulus (PS) sebesar 26%. Kurang berkembangnya

kemandirian anak ini kemungkinan disebabkan oleh ketergantungan anak

pada orang tua dan kurangnya guru memberikan kesempatan dan

pembiasaan kepada anak untuk berusaha menjadi lebih mandiri.

2. Penerapan bermain peran makro untuk meningkatkan kemandirian anak

diberikan pada kondisi lingkungan yang kondusif sehingga akan tercipta

lingkungan belajar yang menyenangkan. Hal ini terlihat saat anak bermain

peran, anak menunjukkan rasa senang dan atusias yang cukup besar

sehingga dalam melakukan aktivitas bermain peran anak mampu

mengembangkan kemandiriannya seperti anak lebih termotivasi untuk

melakukan tugas-tugas yang belum dikuasainya secara mandiri.

Penggunaan metode bermain peran juga dapat mengembangkan daya

khayal, menggali kreativitas anak, melatih motorik kasar anak untuk

bergerak, melatih penghayatan anak terhadap peran yang dimainkan, dan

mampu menggali perasaan anak. Penerapan bermain peran pada penelitian

ini dilakukan menjadi 2 siklus dengan 2 tindakan pada setiap siklusnya.

3. Kondisi kemandirian anak setelah penerapan bermain peran mengalami

peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kondisi awal. Hal ini

dapat dilihat dari hasil yang diperoleh pada akhir siklus 2 yaitu anak yang

sudah berkembang (SB) sebesar 84%, anak yang dalam proses (DP)

sebesar 16%, dan tidak ada lagi anak yang masih perlu stimulus.

Kemandirian anak ini terlihat dari kegiatan ruti yang dilakukan di kelas

(37)

115

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

ditempatnya, merapikan mainan, mengambil dan menyimpan alat tulis

sendiri, membuka tempat makan dan botol minum sendiri, makan sendiri,

mengambil makan sendiri dan membukanya, membereskan peralatan

makan sendiri, dan membuang sampah pada tempatnya.

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru

a. Hendaknya guru selalu berusaha untuk menggunakan metode

pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak supaya

dapat membantu mengembangkan kemandirian anak.

b. Untuk meningkatkan kemampuan perkembangan kemandirian anak,

hendaknya guru senantiasa memberikan kesempatan pada anak untuk

lebih mandiri, pembiasaan yang rutin, dan bimbingan yang tepat.

2. Bagi Orang tua

a. Hendaknya orang tua bekerjasama dengan guru atau pihak sekolah

dalam memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak, khususnya dalam

mengembangkan kemandirian anak sehingga usaha yang dilakukan

guru untuk membentuk anak lebih mandiri sejalan dengan orang tua di

rumah.

b. Sebaiknya orang tua tidak terlalu memanjakan anak dengan menuruti

semua keinginan anak dan membantu anak dalam memenuhi setiap

kebutuhannya sehingga hal tersebut menjadi penghambat bagi anak

untuk mandiri dan menghambat perkembangan anak yang lainnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Sebaiknya peneliti memiliki gambaran yang jelas dalam melakukan

penelitian sehingga dalam penerapan teknik dalam perencanaan

maupun pelaksanaan dapat berjalan dengan baik.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti perbedaan kemandirian

(38)

116

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

DAFTAR PUSTAKA

Abidin,Y. 2009. Bermain Pengantar Bagi Penerapan Pendekatan Beyond Centers

And Circle Time (BCCT) Dalam Dimensi PAUD. Bandung: Risqi Press

Agustin, M. 2008. Strategi Pengembangan Sosial – Emosional Anak Taman Kanak – Kanak. Bandung: FIP UPI

Amalia, L. 2011. Upaya Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Playgroup

Melalui Penerapan Teknik Scffolding. Skripsi Sarjana pada FIP PGPAUD

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S dkk. 2010. Penelitian TindakanKkelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Asmawati, L dkk. 2011. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Basri, H. 2000. Remaja Berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional

Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual; Contextual Teaching and Learning. Jakarta. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah

Depdiknas. 2006. Pedoman Penerapan Pendekatan Beyond Centers And Circle

Time (BCCT) Pendekatan Sentra dan Lingkaran Dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Depdiknas. 2010. Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan

dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan

(39)

117

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

Dit. PADU Depdiknas. 2004. Lebih Jauh Tentang Sentra dan Saat Lingkaran:

Bermain Peran. Jakarta: Dit PADU Depdiknas.

Djamarah dan Zain. A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djoehaeni, H. 2008. Kurikulum dan Perencanaan Pembelajaran di Taman

Kanak-Kanak. Bandung: FIP UPI

Ekawati, N dkk. 2013. Implementasi Metode Bermain Peran Berbasis Lingkungan

Dalam Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Tk Kumara Bhuana II

[Online], Vol 3, 12 halaman. Tersedia: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&c ad=rja&ved=0CCsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fpasca.undiksha.ac.id%2F

e-journal%2Findex.php%2Fjurnal_pendas%2Farticle%2Fdownload%2F514% 2F306&ei=g9fWUdKoNsXSrQfdlYHAAQ&usg=AFQjCNFezxDQkipo1gZ

EP-JjqkPRzFhSfA&sig2=WPwaHeFcP0sjXw96YVfOjQ&bvm=bv.48705608,d .bmk. [5 Juli 2013]

Fitriani, A. 2010. Pengaruh Bermain Peran (Role Playing) Makro Terhadap

Peningkatan Kosakata Bahasa Indonesia Anak Taman Kanak-Kanak.

Skripsi Sarjana pada FIP PGPAUD UPI Bandung: tidak diterbitkan

Gea, A. 2002. Relasi Dengan Diri Sendiri. Jakarta: Elex Media Komputindo

Gunarti, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar

Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka

Handayani, S. 2012. Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Melalui

Metode Bermain Peran. Skripsi Sarjana pada FIP PGPAUD UPI Bandung:

tidak diterbitkan

Herlina. 2013. Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Kemandirian Perawatan

Diri Anak Usia Sekolah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tesis Megister pada FIK UI. [Online]. Tersedia:

(40)

118

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

dirian%2Bdan%2Btanggung%2Bjawab%2Banak.%2B&source=web&cd=6 &ved=0CDkQFjAF&url=http%3A%2F%2Flontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%

3Ddigital%2F20334363-T32623-Herlina.pdf&ei=inXjUbqEFs2FrAeI6oCoDw&usg=AFQjCNE9496q7S_0if blywt9r7rOO6pl1Q&cad=rja. [15 Juli 2013]

Hurlock, E.1978. Jilid 1 Perkembangan Anak, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Kamus besar.com. arti mandiri. [Online]. Tersedia: http://www.kamusbesar.com/24799/mandiri[19 Juni 2012]

Kemendiknas. 2010. Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran Di Taman

Kanak-Kanak. Jakarta: Dirjen MPDM, Dirjen PTKK dan SD

Kunandar. 2008. Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagaipengembangan profesi guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kurniati, E. 2008. Konsep Dasar Bermain di Taman Kanak-Kanak. Bandung: FIP UPI

Kurnia, E. 2011. Efektivitas Penggunaan Metode Bermain Peran Makro

Terhadap Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Sunda Anak Usia

Taman Kanak – Kanak. Skripsi Sarjana pada FIP PGPAUD UPI Bandung:

tidak diterbitkan

Listiana, A. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: FIP UPI

Moeslichatoen, R. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta

Muchsinati, N. 2007. Hubungan Urutan Kelahiran Dalam Keluarga Dengan

Kemandirian Anak Usia Dini Di Tk Madinah Malang. Skripsi Sarjana FP

(41)

119

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/fullchapter/02410060-neila-muhsinati.ps. [31 Oktober 2012]

Munawar, M dkk. 2011. Model Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru RA

Melalui Pendekatan Pembelajaran BCCT [Online], Vol 1 (1), 17 halaman.

Tersedia: http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index.php/paudia/article/view/ 258/227. [14 Juli 2013]

Mu’tadin, Z. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada Remaja.

[Online]. Tersedia: www.e-psikologi.com. [15 Juli 2013]

Mutiah, D. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media

Nurihsan, A dan Agustin, M. 2011. Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Refika Aditama

Permen. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 58 Tahun 2009

Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Menteri Pendidikan

Nasional

Putra, K dan Jannah, M. 2013. Perkembangan Kemandirian Anak Usia Dini (Usia

4-6 Tahun) Di Taman Kanak-Kanak Assalam Surabaya [Online], Vol 01

(03), 7 halaman. Tersedia:

http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/2714/baca-artikel. [15 Juli 2013]

Rachmawati,Y. 2008. Perkembangan Sosial-Emosional Anak TK. Bandung: FIP UPI

Risnawati, V. 2012. Optimalisasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Melalui

Sentra Main Peran di Taman Kanak-Kanak Padang [Online], Vol 1, 12

halaman. Tersedia:

(42)

120

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

w&sig2=FbGcovnXdWtJiDAFzspIRg&bvm=bv.49478099,d.bmk. [15 Juli 2013]

Rohmah, T. 2012. Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui kegiatan Practical

Life Kelompok-Adi Ra Al-Ikhlas Medokan Ayu Rungkut Surabaya. [Online],

7 halaman. Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/121585914/Untitled#download

ejournal.unesa.ac.id/article/1709/19/article.pdf. [31 Juli 2003]

Santrock, J. 1983. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga

Septiningtyas, N. 2006. Menumbuhkan Kemandirian Pada Anak Tunggal Melalui

Pendidikan Dalam Keluarga Skripsi Sarjana pada FIP PGTK UNS.

[Online]. Tersedia: http://ramabie.com/wp-content/uploads/skripsi/SkripsiPGSD6.pdf. [15 Juli 2013]

Siska,Y. 2011. Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing) Dalam

Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. [Online]. Tersedia: http://jurnal.upi.edu/file/4-Yulia_Siska-edit.pdf.

[14 Juli 2013]

Solehuddin, M. 2000. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah.Bandung: FIP UPI

Sunarto, H dan Hartono, A. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

Suhardjono. 2010. Bagian kedua penelitian tindakan kelas sebagai kegiatan

pengembangan profesi guru (penelitian tindakan kelas). Jakarta: PT bumi

Aksara.

Susanto,A. 2013. Memahami Perilaku Kemandirian Anak Usia Dini. [Online]. Tersdia: http://fipumj.net/artikel8f14e45fceea167a5a36dedd4bea2543-MEMAHAMI-PERILAKU-KEMANDIRIAN-ANAK-USIA-DINI.html. [5 Juli 2013]

(43)

121

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

Sri, H dkk. 2013. Model Bimbingan Kelompok Dalam Pelaksanaan Kegiatan

Kepramukaan Untuk meningkatkan Kemandirian Siswa: Jurnal Bimbingan

Konseling [Online], Vol 2 (1), 6 halaman. Tersedian:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3& cad=rja&ved=0CDYQFjAC&url=http%3A%2F%2Fjournal.unnes.ac.id%2F sju%2Findex.php%2Fjubk%2Farticle%2Fdownload%2F1235%2F1194&ei =fULyUZOcMcW3rAfh74DwAQ&usg=AFQjCNHwQM4KOwskOte9EZy NBh0bRZUTfA&bvm=bv.49784469,d.bmk [26 Juli 2013]

Tim Pustaka Familia. 2006. Membuat Prioritas, Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Kanisius.

Wijana, W dkk. 2011. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yusuf, S. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 2.1Tugas-tugas Perkembangan Kemandirian ....................................................
Gambar 1.1Siklus PenelitianTindakan Kelas ..................................................................
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Arikunto (2010)
Tabel 3. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, analisis, refleksi, dan pembahasan mengenai penerapan model direct instruction untuk meningkatkan pemahaman matematis pada materi penjumlahan

Oleh karena itu penelitian ini menggunakan eksplorasi dangkal ( shallow seismic reflection ), karena menitik beratkan kepada resolusi tinggi untuk dapat melihat setiap

Surat Edaran Bersama Kepala BAKN dan Ketua LAN Nomor 12/SE/1981-193/SEKLAN/8/1981 tanggal 5 Agustus 1981 tentang Pelaksanaan Ujian Dinas3. TIM

Tabel 4.11 Rencana Operasional Program Hipotetik Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Modeling untuk Meningkatkan Konsep Diri Peserta Didik Kelas X-XI Jurusan Perhotelan SMKN

Proses morfologis merupakan pembentukan kata-kata dengan jalan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem lainya itu bentuk dasarnya mungkin berupa pokok kata, kata dasar,

Pengaruh konsentrasi limbah agar-agar kertas dan lama waktu inkubasi terhadap aktivitas endoglukanase, β -glukosidase dan selulase total yang dihasilkan dari

yang masih berhubungan dengan produksi. Kegiatan yang dilakukan di gudang bahan baku antara lain :. 1) melakukan pengamatan proses logistik bahan baku

Hasil penelitian menunjukkan pemberian tepung tempe maupun tepung kedelai rebus varietas Grobogan dapat meningkatkan jumlah sel osteoblas dan osteosit secara sangat nyata