• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kompetensi Guru Kimia melalui Program Pelatihan di ”MGMP Wilayah”.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Kompetensi Guru Kimia melalui Program Pelatihan di ”MGMP Wilayah”."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...

iv

KATA PENGANTAR ...

vi

DAFTAR ISI ...

vii

DAFTAR TABEL...

ix

DAFTAR GAMBAR ...

xi

DAFTAR LAMPIRAN... ...

xii

BAB I. PENDAHULUAN.. ...

1

A.

Latar Belakang...

1

B.

Masalah...

8

C.

Kerangka Pemecahan Masalah...

9

D.

Tujuan Penelitian...

10

E.

Kegunaan Penelitian ...

10

F.

Penjelasan Istilah ...

11

BAB II. PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELALUI

KEGIATAN “MGMP WILAYAH” ...

12

A.

Kompetensi Guru Kimia…...

12

1.

Kompetensi

Pedagogik...

13

2.

Kompetensi

Profesional...

14

B.

Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP) ...

18

1.

Pengertian MGMP...

19

2.

Tujuan Pembentukan MGMP...

21

3.

Tugas Pokok dan Fungsi MGMP...

22

C.

Model Pelatihan, Model Pembelajaran dan Disain Pelatihan...

25

1.

Model Pelatihan...

26

2.

Disain Pelatihan...

28

3.

Model Pembelajaran di Pelatihan...

30

D.

Paket Pendidikan dan Pelatihan...

1.

Program Pendidikan dan Pelatihan...

2.

Materi Pendidikan dan Pelatihan...

(2)

E.

Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan...

47

BAB III. METODE PENELITIAN...

52

A.

Disain Penelitian...

52

B.

Subyek Penelitian ...

55

C.

Prosedur Penelitian...

56

D.

Instrumen Penelitian...

57

E.

Teknik Analisis Data...

58

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

59

A.

Hasil Penelitian...

60

1.

Kompetensi Guru Kimia...

60

2.

Pemahaman dan Pengembangan Kurikulum...

65

3.

Penguasaan Konsep Kimia...

70

4.

Penggunaan Metode dan Pendekatan...

75

5.

Persiapan Pembelajaran...

81

6.

Penyajian Pembelajaran...

85

7.

Pemahaman Penilaian Hasil Belajar...

8.

Peningkatan Kompetensi Guru yang dilatihkan di MGMP Wilayah.

88

91

9.

Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Diklat...

92

B.

PEMBAHASAN...

105

1.

Kompetensi Guru Kimia...

105

2.

Pemahaman dan Pengembangan Kurikulum...

107

3.

Penguasaan Konsep Kimia...

112

4.

Penggunaan Metode dan Pendekatan...

116

5.

Persiapan Pembelajaran...

120

6.

Penyajian Pembelajaran...

124

7.

Pemahaman Penilaian Hasil Belajar...

125

8. Peningkatan Kompetensi Guru yang dilatihkan di MGMP Wilayah

127

9. Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Diklat...

129

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...

142

(3)

LAMPIRAN...

149

A.

Instrumen Penelitian...

149

B.

Data Penelitian...

164

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Jenis Instrumen dan Manfaatnya ...

Tabel 3.2. Aspek dan Komponen Data Penelitian...

Tabel 4.1. Kompetensi guru yang akan ditingkatkan melalui MGMP...

Tabel 4.2

.

Hubungan mata diklat dengan kompetensi guru kimia ...

Tabel 4.3. Struktur Program Pelatihan di MGMP Wilayah ...

Tabel 4.4. Temuan tentang Pemahaman danPengembangan Kurikulum

oleh guru ...

Tabel 4.5. Kompetensi Guru pada Pemahaman Pengembangan

Kurikulum...

Tabel 4.6. Temuan tentang Penguasaan Konsep Kimia oleh guru ...

Tabel 4.7. Kompetensi Guru pada Penguasaan Konsep Kimia ...

Tabel 4.8. Temuan tentang Penggunaan Metode dan Pendekatan

oleh guru ...

Tabel 4.9. Kompetensi Guru pada Penggunaan Metode dan Pendekatan.

Tabel 4.10. Kompetensi Guru pada Penguasaan Inkuiri Sains...

Tabel 4.11. Kompetensi Guru pada Penyajian Praktikum Kimia ...

Tabel 4.12.Temuan tentang Kompetensi Guru pada Persiapan

Pembelajaran ...

Tabel 4.13. Kompetensi Guru pada Persiapan Pembelajaran ...

Tabel 4.14. Temuan tentang Kompetensi Guru pada Penyajian

(4)

Tabel 4.15. Kompetensi Guru pada Penyajian Pembelajaran...

Tabel 4.16 Temuan tentang Kompetensi Guru pada Pemahaman

Penilaian Hasil belajar ...

Tabel 4.17. Kompetensi Guru pada Pemahaman Penilaian Hasil belajar.

Tabel 4.18. Hubungan Kompetensi Guru Kimia dengan Rata-rata

Persentasi Skor sebelum dan sesudah MGMP ...

Tabel 4.19. Persentasi Aktivitas Peserta pada saat Diskusi...

Tabel 4.20. Persentasi Aktivitas Peserta pada saat Praktikum...

Tabel 4.21. Skor RPP Laju Reaksi ...

Tabel 4.22 Rekapitulasi Penilaian RPP ...

Tabel 4.23. Rata-rata Nilai LKS...

Tabel 4.24. Pendapat guru tentang Materi Diklat pada program MGMP

Wilayah ...

Tabel 4.25. Tanggapan Peserta terhadap Penyelenggaraan MGMP-

Wilayah ...

87

89

90

91

93

94

96

97

98

101

(5)

DAFTAR GAMBAR

(6)

Gambar 2.1. Bagan Mekanisme Kerja MGMP ...

Gambar 2.2. Model Pelatihan Individu ...

Gambar 2.3. Skema Pelatihan ...

Gambar 2.4. Skema Model Pelatihan Guru Berbasis Kebutuhan...

Gambar 3.1. Bagan Desain Penelitian ...

Gambar 4.1. Grafik Kompetensi Guru pada Pemahaman dan

Pengembangan Kurikulum...

Gambar 4.2. Grafik Kompetensi Guru pada Penguasaan konsep kimia .

Gambar 4.3. Grafik Kompetensi Guru pada Penggunaan Metode dan

Pendekatan...

Gambar 4.4. Grafik Kompetensi Guru pada Penguasaan Inkuiri Sains ..

Gambar 4.5. Grafik Kompetensi Guru pada Penyajian Praktikum...

Gambar 4.6. Grafik Kompetensi Guru pada Persiapan Pembelajaran ...

Gambar 4.7. Grafik Kompetensi Guru pada Penyajian Pembelajaran..

Gambar 4.8. Grafik Peningkatan Kompetensi Pemahaman Penilaian

Hasil Belajar...

Gambar 4.9. Grafik Kompetensi Guru Kimia Sebelum dan Sesudah

MGMP...

Gambar 4.10. Grafik Rata-rata Aktivitas Peserta pada saat Diskusi ...

Gambar 4.11. Grafik Rata-rata Aktivitas Peserta pada saat Praktikum...

20

26

28

33

51

70

74

78

79

81

84

87

90

92

94

95

(7)

Instrumen

Halaman

Lampiran 1a. Angket Kompetensi Guru Kimia yang sudah

berpengalaman...

Lampiran 1b. Angket Materi kimia yang masih perlu dikembangkan

melalui pelatihan ...

Lampiran 1c. Kebutuhan profesional guru melalui pelatihan...

149

151

152

Lampiran 2. Angket Kompetensi Guru dalam pelaksanaan KBK...

154

Lampiran 3a. Angket Kompetensi Guru Kimia Sebelum mengikuti

MGMP Wilayah ...

Lampiran 3 b. Angket Kuesioner Kompetensi Guru Kimia Sesudah

mengikuti MGMP Wilayah ...

156

158

Lampiran 4. Angket Kompetensi Guru Kimia dalam Keterampilan

Inkuiri Sebelum dan Sesudah mengikuti MGMP

Wilayah...

160

Lampiran 5. Kuesioner Pengalaman Guru Sesudah mengikuti

kegiatan di MGMP Wilayah ...

162

Lampiran 6a. Format Penilaian RPP...

Lampiran 6b. Rubrik Penilaian RPP...

165

166

Lampiran 7. Format Penilaian LKS...

168

Lampiran 8. Panduan Diklat Peningkatan Kompetensi Guru Kimia

di MGMP Wilayah...

169

Lampiran 9. Satuan Acara Pembelajaran ...

188

Data Penelitian

Lampiran 10a. Prosentase Jawaban Kuesioner Kompetensi Guru

Kimia...

Lampiran 10b. Materi Kimia yang perlu dikembangkan...

Lampiran 10 c. Kebutuhan Profesional Guru melalui Pelatihan...

196

197

198

Data Penelitian

Halaman

(8)

Lampiran 12. Kompetensi Guru Kimia SEBELUM dan SESUDAH

mengikuti MGMP Wilayah...

202

Lampiran 13. Skor Kompetensi Guru Kimia SEBELUM dan

SESUDAH mengikuti MGMP Wilayah ...

206

Lampiran 14. Kompetensi guru yang akan ditingkatkan melalui

MGMP dan Judul Mata Diklat ...

210

Lampiran 15. Rekapitulasi Skor Peningkatan Kompetensi Guru

Kimia sebelum dan sesudah mengikuti MGMP ...

212

Lampiran 16. RekapitulasiJumlah skor, Persentasi Pencapaian

Kompetensi dan N-Gain Kompetensi Guru Kimia

SEBELUM dan SESUDAH mengikuti MGMP

Wilayah ...

216

Lampiran 17. Rekapitulasi Penilaian RPP, Contoh Silabus dan RPP

217

Lampiran 18. Rekapitulasi Penilaian LKS...

229

Lampiran 19. Rekapitulasi Tanggapan Peserta Setelah Mengikuti

Kegiatan MGMP Wilayah ...

234

Lampiran 20. Data Nilai Aktivitas pada saat Diskusi dan Praktek

236

Lampiran 21. Rekapitulasi Aktivitas Peserta...

238

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya. Tanggung jawab guru dapat berupa tanggung jawab moral, tanggung jawab bidang pendidikan, tanggung jawab bidang kemasyarakatan dan tanggung jawab dalam bidang keilmuan (Mulyasa, 2007). Tanggung jawab di bidang pendidikan contohnya guru harus kompeten dalam pengembangan kurikulum dan mengimplementasikannya dalam pembelajaran mulai dari persiapan, pelaksanaan dan penilaian hasil belajar.

Pada Peraturan Pemerintah (PP)no Nomor 19 tahun Tahun 2005 tentang

standar Standar pendidik Pendidik dan tenaga Tenaga kependidikan Kependidikan

(10)

kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya.

Menurut Indra Djati (Sidi, 2000), masih ada guru IPA yang belum menguasai seluruh kompetensi dari kedua kompetensi tersebut walaupun guru tersebut sudah dinyatakan lulus seleksi sebagai guru. Hal ini dapat terjadi pada guru-guru yang kurang mendapatkan kesempatan dalam mengembangkan profesinya melalui peningkatan kompetensi selama mereka melakukan tugas di sekolah. National Research Council (NRC) (1996), menyatakan bahwa uUntuk menjadi guru IPA efektif diperlukan proses pengembangan kemampuan terus menerus yang dimulai sejak pre-service disekolah calon guru sampai akhir karirnya sebagai guru. (NSES,1995). Berarti setelah guru bekerja, tetap di lapangan tetap harus mengembangkan profesinya dengan mencari pengalaman baru untuk meningkatkan kompetensinya.

Untuk peningkatan kompetensi guru di lapangan telah banyak dilakukan melalui pelatihan-pelatihan atau in service training baik dilakukan oleh Pusat

Penataran dan Pengembangan Guru (PPPG) IPA yang sekarang menjadi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK)

IPA, Balai Penataran Guru (BPG) atau Proyek-proyek Peningkatan Mutu Pendidikan oleh Dinas Pendidikan. Menurut data hasil penelitian terhadap

(11)

penyebabnya adalah program in-service training yang dilaksanakan berjalan kurang efektif (Sidi, 2000).

Salah satu program pelatihan guru IPA yang pernah dilakukan di Indonesia adalah Pemantapan Kerja Guru (PKG) IPA melalui proyek nasional PAIIA dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Pelatihan dilaksanakan secara bertahap mulai dari tingkat nasional, provinsi dan tingkat kabupaten/kota. Instruktur setiap mata pelajaran dilatih dulu di tingkat nasional oleh instruktur pengembang, dosen perguruan tinggi dan konsultan baik dari dalam maupun luar negeri. Setelah itu para instruktur melatih guru inti di tingkat provinsi kemudian guru inti melatih guru di kota/kabupaten masing-masing. Pada hasil evaluasi pelatihan tersebut ditemukan kelemahan-kelemahan terutama pada penguasaan materi pelajaran, guru yang mengikuti pelatihan penguasaan materi pelajarannya masih dibawah 70 % (Jiyono dkk,1993 dalam Soewarno).

(12)

guru yang ikut pelatihan melalui proyek pemerintah atau lembaga diklat guru baru sedikit mengingat dana dan tempat yang terbatas (Sidi, 2000).

Salah satu kegiatan peningkatan profesi guru yang tidak dibiayai pemerintah adalah kegiatan pelatihan guru melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). MGMP merupakan suatu organisasi profesi guru tempat guru dapat tukar menukar informasi, diskusi tentang pengembangan kurikulum, diskusi tentang tehnik mengajar, tehnik mengevaluasi, dan diskusi tentang inovasi pembelajaran yang dapat dikembangkan di sekolah masing-masing. Prinsip kegiatan di MGMP adalah “ dari guru, oleh guru dan untuk guru” (Zamroni, 2002). Tetapi kalau ada masalah yang tidak dapat dipecahkan, MGMPguru dapat

pula memperoleh informasi baru darimengundang para pakar pendidikan baik

dari perguruan tinggi atau lembaga diklat guru.

(13)

MGMP yang pesertanya berasal dari sekolah-sekolah yang berdekatan dalam satu Wilayah.

Kenyataanya tidak semua MGMP Wilayah dapat menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan keinginan atau keperluan guru dalam tugasnya, tetapi baru terbatas pada kegiatan-kegiatan insidentil seperti persiapan Seleksi Olimpiade Sains. Walaupun Dinas Pendidikan Kota sudah berusaha meresmikan wadah ini tetapi tindak lanjut kegiatannya belum terprogram secara rutin dan sesuai dengan tujuan penyelenggaraan MGMP.

Berdasarkan wawancara, masih banyak guru yang kurang tertarik datang ke MGMP dengan alasan program yang kurang menarik dan jarak tempat tinggal ke MGMP jauh, juga tidak ada evaluasi terhadap implementasi guru disekolah yang sebenarnya dapat dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas setempat atau teman-teman satu sekolah. Hal inilah yang mengakibatkan sikap guru kurang mempunyai rasa ingin meningkatkan keprofesionalannya di MGMP. Untuk memotivasi guru aktif atau hadir di MGMP diantaranya adalah adanya kegiatan yang sesuai dengan keinginan atau keperluan guru dalam tugasnya dan dapat meningkatkan kompetensinya.

(14)

meliputi tahap-tahap: ( 1). analisis kebutuhan, ( 2). penentuan kebutuhan pelatihan, ( 3). pengembangan tujuan dan penilaian,( 4). perencanaan pelatihan,

( 5). ppelaksanaan dan evaluasi pelatihan. Untuk mengatasi masalah penyelenggaraan MGMP Wilayah, dirancang suatu model pelatihan yang didasari

oleh kedua model dan disain tersebut. Masing-masing tahap pada model ini memiliki tujuan misalnya, untuk menjaring dan mengidentifikasi kompetensi guru yang masih perlu ditingkatkan melalui MGMP sesuai dengan permintaan guru di lapangan, merumuskan macam-macam kegiatan dan evaluasi untuk melihat peningkatan kompetensi guru, menyusun program, menentukan metode, bahan ajar pelatihan, media sampai tempat pertemuan yang sesuai dengan kegiatan yang tertera pada strukrur program.

Salah satu model pembelajaran pada pelatihan orang dewasa dikenal dengan nama “model partisipatif “ yaitu model pembelajaran yang melibatkan peran serta orang dewasa dalam aspek emosional dan mental juga aktivitasnya untuk mencapai tujuan proses pembelajaran Sudjana (1993). Model pembelajaran ini dipilih untuk pelatihan di MGMP karena semua peserta dilibatkan dalam kegiatan mulai dari perencanaan. Guru inti atau instruktur di dalam kegiatan MGMP bertindak sebagai fasilitator. Proses belajar mengajarnya menggunakan pendekatan “andragogi” yaitu suatu proses pendidikan orang dewasa.

Materi pada pelatihan di MGMP harus disesuaikan dengan kebutuhan esensial guru kimia baik dalam materi maupun strategi pembelajaran kimia dan standar kompetensi guru yang harus dicapai seperti yang telah ditetapkan

(15)

2007. Permendiknas ini memuat jabaran kompetensi guru dalam menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. National Science Teachers Association (1998) juga telah menyusun standar kompetensi untuk mempersiapkan guru-guru IPA yang baru bekerja dan yang sudah berpengalaman. Standar kompetensi tersebut dikelompokkan menjadi beberapa komponen, yakni : konten IPA, hakekat IPA, inkuari, konteks IPA, keterampilan mengajar, kurikulum, konteks sosial, asesmen, lingkungan belajar dan pengembangan profesi. Pada penyusunan program kegiatan MGMP selain mengacu pada standarStandar kompetensi guru, materi pelatihan dipilih sesuai dengan analisis kebutuhan dan waktu yang tersedia.untuk kegiatan MGMP.

Selama ini di antara guru mata pelajaran baik di satu sekolah maupun antar sekolah jarang terjadi komunikasi dalam masalah pendidikan seperti

pengembangan materi ajar, strategi pembelajaran, perubahan kurikulum dan sarana pembelajaran IPA. Padahal kKegiatan ini dapat dilakukan di MGMP, yang merupakan wadah tempat guru mendiskusikan dan memecahkan masalah yang dihadapi guru di sekolah sehingga guru dapat meningkatkan kompetensi guru mata pelajaran tersebut.nya.

(16)

mengelilinginya. Keberhasilan program MGMP Wilayah yang dikembangkan diharapkan dapat memotivasi MGMP Wilayah lain yang belum melaksanakannya.

terutama Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran prinsip-prinsip pengembangan program MGMP Wilayah, membantu program Dinas Pendidikan untuk meningkatkan kompetensi guru-guru melalui MGMP Wilayah, .Disamping itu juga dapat untuk mempersiapkan implementasi kebijakan Menneg PAN

melaluisesuai Permenneg PAN dan RB, Nomor 16 Pasal 11 ayat c Tahun 2009 dalam Continuing Professional Development (CPD) atau Pengembangan Kinerja Berkelanjutan (PKB). Permen tersebut yang menyatakan bahwa kegiatan

CPDPKB/PKB CPD melibatkan guru secara aktif, sedapat mungkin PKB/CPD

diadakan di sekitar sekolah mengingat jumlah guru, keterbatasan dana, fasilitas dan keadaan geografis.

B. Masalah

Pada bagian latar belakang telah diuraikan tentang kondisi MGMP dalam mewadahi kegiatan guru untuk meningkatkan profesionalnya dan serta

materi-materi pelatihan sesuai dengan standar Standar kompetensi kompetensi

guru IPA. Selain itu diungkapkan pula keadaan guru setelah mengikuti berbagai pelatihan yang menggambarkan kekurang berhasilan pelatihan peningkatan kompetensi guru. di MGMP yang telah dikembangkan .

(17)

” Bagaimana model pelatihan yang dapat dikembangkan bagi dalam kegiatan MGMP Wilayah yang dapatuntuk meningkatkan kompetensi guru pada pembelajaran k Kimia? ”

Permasalahan tersebut dirinci kembali menjadi sub-sub permasalahan sebagai berikut :

1. Kompetensi guru kimia apa saja yang dapat ditingkatkan dikembangkan

melalui kegiatan MGMP Wilayah untuk meningkatkan guru dalam pembelajaran kimia setelah mengikuti kegiatan pelatihan ?

2. Bagaimana rancangan model pelatihan di MGMP Wilayah yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru dalam pembelajaran kimia ?

3. Bagaimana Sejauh mana keberhasilan rancangan model pelatihan di MGMP Wilayah yang dapatdalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional guru dalam pembelajaran kimia ?

4. Bagaimana tanggapan peserta terhadap model pelatihan guru kimia yang dikembangkan guru kimia di MGMP Wilayah?

4.

C. Kerangka Pemecahan Masalah

Dalam upaya peningkatan meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan pelatihan ada prinsip-prinsip pengembangan model pelatihan yang dapat

dijadikan acuandikembangkan. Disain pengembangan pelatihan dimulai dari analisis kebutuhan, menentukan kebutuhan pelatihan, mengembangkan tujuan,

(18)

pelaksanaan dan mengevaluasi (Mayo & Dubois,1987). Prinsip pembelajaran yang diterapkan adalah model Pembelajaran Partisipatif dengan pendekatan Andragogy.

Analisis kebutuhan diklat dilakukan melalui penyebaran angket tentang kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki guru kimia dan dirasakan perlu dilatihkan pada kegiatan MGMP Wilayah. Selain pengambilan data kebutuhan pelatihan melalui angket, dilakukan pula kajian literatur tentang pengembangan model pelatihan yang sesuai untuk peningkatan kompetensi guru Kimia. Setelah dilakukan analisis kebutuhan diklat, dirancang panduan pelatihan di MGMP Wilayah yang berisi tujuan pelatihan, struktur program berikut silabusnya dan diujicobakan pada setiap pertemuan. Selanjutnya dirancang kembali struktur program pelatihan berikut silabusnya untuk kegiatan MGMP tahap berikutnya setelah dilakukan pengembangan sesuai dengan hasil dan refleksi kegiatan sebelumnya. Selama pelatihan dan setelah pelatihan MGMP Wilayah dilakukan evaluasi.

Seluruh kegiatan pelatihan di MGMP Wilayah ini dipetakan di dalam suatu model pelatihan yang dinamakan Model Pelatihan Guru Berbasis Kebutuhan.

D. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, tujuan penelitan ini adalah :

(19)

1.2. Menghasilkan program rancangan model pelatihan guru kimia di MGMP Wilayah yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional guru kimia. dikembangkan ke MGMP Wilayah lainnya

2.3. Mendeskripsikan hasil penerapan model pelatihan Meningkatkan kompetensi

pedagogik dan profesional guru kimia melalui kegiatandi MGMP Wilayah

yang dapat dikembangkan ke MGMP Wilayah lainnya

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis dalam upaya perbaikan pendidikan, yaitu :

1. Memberi masukkan sumbangan untuktentang pengembangan prinsip-prinsip penyelenggaraan pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi guru kimia di MGMP kepada MGMP Wilayah

2. Memberi rekomendasi kepada instansi yang relevan tentang pengaruh model pelatihan terhadap kompetensi guru

3.2.Memberi masukkan kepada MGMP Wilayah dalam menentukan materi-materi pelatihan guru melalui kegiatan MGMP

4.3.Memberi masukkan mengenai keterampilan guru dalam menganalisis materi esensial dari kurikulum Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (/KD) dan serta pembuatan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan strategi pembelajaran kimia.

5.4.Memberi masukkan mengenai cara mengevaluasi keefektifan pelatihan

(20)

6. Memberi rekomendasi kepada instansi yang relevan tentang program pelatihan guru melalui kegiatan MGMP Wilayah.

6.

F. Penjelasan Istilah

1. Kompetensi guru kimia adalah deskripsi dari keterampilan- keterampilan, pengetahuan, dan sikap esensial yang harus dimiliki guru kimia untuk melaksanakan kinerjanya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan baik secara Internasional maupun Nasional.

2. MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) merupakan wadah kegiatan profesional bagi para guru mata pelajaran yang sama di tingkat kabupaten /kota yang terdiri dari sejumlah guru dari sejumlah sekolah.

3. MGMP Wilayah merupakan MGMP yang pengurus dan pesertanya berasal dari sekolah-sekolah yang berdekatan atau satu Wilayah dari suatu kota. Pembagian Wilayah disesuaikan dengan Rayon Sekolah yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kota.

4. Program Pelatihan di MGMP meliputi seluruh kegiatan MGMP yang dirancang untuk melaksanakan proses belajar yang dipersiapkan untuk meningkatkan kinerja guru berdasarkan suatu Model Pelatihan dan Model Pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan adalah model Partisipatif dimana semua peserta MGMP berpartisipasi aktif dalam kegiatan dengan menggunakan pendekatan Andragogy yaitu pembelajaran untuk orang dewasa.

! " #$

(21)
(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Disain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan model research and

development (Gall et all, 2003). Desain tersebut terdiri dari 10 langkah, tetapi

dalam penelitian ini hanya digunakan delapan langkah seperti yang tetera pada

Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Bagan Disain Penelitian

Penyempurnaan Struktur

Program MGMP

Evaluasi hasil

implementasi

Implementasi Program

MGMP hasil revisi

Evaluasi Hasil Uji Coba MGMP

Implementasi Program

MGMP

Pengembangan Bahan Diklat

Struktur Program/ Silabus Bahan Ajar

Bahan dan Alat praktikum Instrumen Penilaian

Analisis Kebutuhan Diklat

Perencanaan kegiatan MGMP

Penentuan Standar Kompetensi Guru

Penentuan Materi Diklat

Langkah 1

11

Studi Pendahuluan

Kajian Literatur

Analisis keberadaan dan kegiatan

MGMP

Analisis Standar Kompetensi Guru Kimia

Langkah 2 Langkah 3

Langkah 8

Langkah 6 Langkah 7

Langkah 5 Langkah 4

(23)

Langkah

pertama

adalah

penelitian

tentang

keberadaan

dan

keberlangsungan kegiatan MGMP Kota Bandung melalui diskusi awal dengan

beberapa guru pengurus MGMP dan guru kimia. Mengkaji literatur tentang

penyelenggaraan suatu pelatihan dan menentukan tujuan umum penelitian

berdasarkan data-data yang ada dan kajian teori. Mengkaji literatur tentang

kompetensi guru IPA yang seharusnya dimiliki oleh guru IPA khususnya guru

kimia.

Langkah kedua adalah perencanaan penelitian, meliputi latar belakang

perlunya MGMP Wilayah, dan penentuan tujuan penyelenggaraan MGMP

Wilayah. Pengumpulan data awal tentang kompetensi guru kimia yang diharapkan

ditingkatkan melalui kegiatan MGMP dan materi diklat yang ingin dibahas di

MGMP. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada guru

kimia. Selanjutnya data awal dianalisis untuk penyusunan struktur program

pelatihan di MGMP.

Langkah ketiga, pengembangan struktur program Diklat, silabus Diklat,

bahan pembelajaran di MGMP Wilayah, persiapan kebutuhan alat dan bahan

praktikum, instrumen-instrumen observasi dan penilaian. Bahan pembelajaran

yang disiapkan berupa hand out, format-format untuk pembuatan silabus

pembelajaran Kimia dan RPP dan contoh lembar praktikum yang akan diujicoba

guru di MGMP. Penentuan alat-alat laboratorium dan bahan kimia, direncanakan

diawal kegiatan untuk mengatur tempat kegiatan, sebab jika kegiatan pada suatu

pertemuan banyak memerlukan alat untuk praktikum maka pertemuan dilakukan

(24)

Langkah keempat, pelaksanaan MGMP Wilayah sesuai struktur

program yang disusun. Pada setiap pertemuan diadakan pengamatan dan evaluasi

terhadap pelaksanaan kegiatan, aktivitas guru pada saat diskusi dan kerja

kelompok. Produk hasil kerja dikumpulkan dan dianalisis untuk melihat

kompetensi guru yang sedang diteliti, yaitu kompetensi dalam penguasaan

konsep, pemahaman dan pengembangan kurikulum, keterampilan dalam inkuiri

sains, penerapan metode dan pendekatan, persiapan dan penyajian pembelajaran

dan pemahaman penilaian. Tidak semua kompetensi guru diamati pada setiap

pertemuan, tetapi disesuaikan dengan jadwal yang telah disusun. Setiap

pertemuan selalu dimulai dengan diskusi masalah yang terjadi disekolah peserta

selanjutnya pemecahan masalah dan melakukan kegiatan sesuai rencana. Setelah

seluruh program selesai dilakukan evaluasi kinerja dan wawancara terhadap

peserta mengenai dampak pelatihan di MGMP terhadap kompetensi dirinya

sebagai guru.

Langkah kelima, mengevaluasi dan merevisi hasil uji coba dengan

memperbaiki program Diklat seperti jadwal pertemuan MGMP agar kegiatan

lebih efektif. Kegiatan-kegiatan yang tetap diperlukan guru tetap diprogramkan

seperti ujicoba LKS, cara pengolahan data dan peer teaching.

Langkah keenam, melakukan ujicoba program MGMP Wilayah yang

telah direvisi, pelaksanaan program MGMP dilakukan pada semester genap.

Pelaksanaan MGMP tetap dilakukan sesuai jadwal yang telah disepakati peserta

tetapi ada pengembangan dimana beberapa guru peserta mulai mendapat tugas

(25)

peningkatan kompetensi penyajian pembelajaran dilakukan real teaching

sekaligus menguji model-model pembelajaran yang dirancang bersama

sebelumnya. Pada setiap pertemuan diadakan pengamatan terhadap pelaksanaan

kegiatan, evaluasi proses dan kinerja dan diakhir kegiatan dilakukan wawancara

terhadap peserta MGMP.

Langkah ketujuh, evaluasi pelaksanaan kegiatan MGMP melalui

kuesioner, wawancara, observasi kelas dan menganalisis hasilnya.

Langkah kedelapan, penyempurnaan produk akhir, berupa deskripsi

program, struktur program MGMP Wilayah beserta silabus kegiatan yang

nantinya akan diimbaskan kepada MGMP Wilayah lain.

Penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti dengan alasan untuk lebih

menguasai model yang baru dikembangkan dan menghindari pemahaman yang

menimbulkan kesalahan.

B. Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan MGMP Wilayah Bandung Barat, Sekretariat di salah

satu SMA Swasta dengan subyek penelitian adalah 16 orang guru kimia yang

berasal dari sekolah negeri 7 orang, dari sekolah swasta 9 orang. Guru peserta

MGMP yang menjadi subyek penelitian merupakan guru yang ditugaskan oleh

sekolahnya untuk mengikuti kegiatan MGMP. Guru-guru peserta MGMP yang

ikut berkualifikasi S1. Berpengalaman mengajar kimia diatas 8 tahun, yang

pernah mengikuti Diklat Peningkatan Profesional Guru tingkat Provinsi, PKG,

(26)

C. Prosedur Penelitian

Penelitian dimulai dengan mengadakan analisis kebutuhan melalui

penyebaran kuesioner tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh guru IPA dan

kebutuhan materi diklat yang diinginkan guru melalui MGMP. Selanjutnya

menganalisis data kuesioner untuk menganalisis kebutuhan dan sebagai pedoman

dalam menyusun model pelatihan. Kegiatan berikutnya menyusun program

MGMP sesuai dengan kebutuhan guru dilapangan. Terhadap kuesioner

sebelumnya dilakukan validitas (isi dan konstruk) dan diuji coba untuk

menganalisis keterbacaannya.

Implementasi program diklat dilakukan MGMP Wilayah Bandung Barat,

Sekretariat salah satu SMA Swasta tetapi pelaksanaan berkeliling di sekolah

anggota sesuai dengan fasilitas dan kebutuhan diklat. Implementasi dimulai dari

persiapan yang terdiri dari pertemuan pengurus inti untuk membuat proposal

kegiatan MGMP, undangan untuk peserta MGMP, jadwal kegiatan, menyiapkan

bahan-bahan untuk kegiatan dan perkiraan biaya. Undangan disebarkan kesemua

sekolah negeri maupun Swasta yang ada di Wilayah Barat.

Penelitian dilakukan selama dua semester jumlah pertemuan 12 kali. Hari

pertemuan MGMP Kimia adalah hari Sabtu. Selain pertemuan rutin, peserta juga

memenuhi undangan UPI dalam rangka kegiatan Lesson Studi untuk menambah

(27)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian terdiri dari program diklat, paket diklat, lembar

observasi, angket atau kuesioner, lembar pertanyaan-pertanyaan dan pedoman

wawancara. Program MGMP disusun setiap awal semester sebelum pelaksanaan

MGMP (terlampir). Jenis instrumen dan manfaatnya tertera pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Jenis Instrumen dan Manfaatnya

No

Jenis Instrumen

Manfaat

1

Program Diklat :

Struktur Program

Silabus

Jadwal

Menggambarkan mata diklat dan rincian alokasi waktunya

Menggambarkan indikator hasil belajar, kegiatan pembelajaran

dan evaluasi

Agar kegiatan terarah dan terencana

2

Paket Diklat:

Hand out

Lembar Kegiatan

-Praktikum

Sebagai bahan ajar dan sumber belajar

Sebagai acuan kegiatan uji coba praktikum yang akan

dikembangkan di sekolah masing-masing

3

Kuesioner

Untuk menjaring kompetensi guru yang seharusnya dimiliki

oleh guru kimia dan kegiatan yang diinginkan selama ikut di

MGMP

Untuk menjaring kompetensi guru sebelum dan sesudah

mengikuti MGMP Wilayah

Untuk menjaring pendapat peserta tentang pengalaman guru

setelah mengikuti MGMP

4.

Lembar

Observasi

Untuk menjaring aktivitas peserta dalam diskusi dan uji coba

praktikum

5.

Lembar Penilaian

Kinerja

Untuk menilai produk yang dihasilkan peserta

6

Pedoman

Wawancara

Untuk menjaring pendapat kepala sekolah dan teman sejawat

(28)

E. Teknik Analisis D

Pada penelitia

sesuai dengan pertany

penguasaan kompeten

guru setelah mengiku

kegiatan di MGMP da

peserta dan teman seja

Data kualitatif

dan aktivitas pesert

mengetahui peningkat

MGMP diinterpretasi

Keterangan: g adala

maksim

sedang

Didalam penelitian in

mengikuti MGMP W

sesudah mengikuti MG

Tingkat perol

yaitu : Gain Tinggi

Rendah jika g < 0,3.

Data-data yan

kuantitatif dari berbag

s Data

tian ini analisis data berpedoman pada data yan

anyaan-pertanyaan penelitian. Data diambil d

tensi guru sebelum dan sesudah pelatihan, ang

ikuti pelatihan, hasil observasi kinerja guru se

dan produknya serta hasil wawancara dengan

ejawat guru peserta MGMP.

atif dianalisis secara deskriptif untuk menem

erta pada saat kegiatan MGMP. Data ku

katan kompetensi guru antara sebelum dan ses

asikan dengan uji N-Gain yang dihitung dengan

alah gain yang dinormalisasi (N-gain), S ma

simum dari pretes dan postes, S postes, adal

ngkan S pretes adalah skor pretes.

ini skor pretes diambil dari skor kompetens

Wilayah dan skor postes diambil dari skor k

MGMP.

rolehan skor dikategorikan atas tiga kategori

i jika g > 0,7, Gain Sedang jika 0,3 < g <

ang digunakan dalam penelitian meliputi dat

agai aspek seperti yang tertera pada Tabel 3.2

yang dikumpulkan

il dari data angket

ngket pengalaman

selama mengikuti

an kepala sekolah

emukan gambaran

kuantitatif untuk

sesudah mengikuti

gan rumus

maks adalah skor

dalah skor postes,

ensi guru sebelum

r kompetensi guru

ori (Hake, 1998),

< 0,7 dan Gain

(29)

Tabel 3.2. Aspek dan Komponen Data Penelitian

NO

ASPEK

KOMPONEN

1.

Standar

Kompetensi

Pedagogik dan

Profesional Guru

Pemahaman dan Pengembangan kurikulum

Penguasaan Konsep

Pemahaman model, pendekatan dan metode

Persiapan Pembelajaran

Penyajian Pembelajaran

Pemahaman Penilaian

2

Kebutuhan Materi

Pelatihan

Pemahaman Kurikulum

Strategi Pembelajaran

Pengembangan Perangkat pembelajaran

Uji coba LKS

Evaluasi

3

Kompetensi guru

sebelum dan

sesudah pelatihan

Pemahaman dan pengembangan kurikulum

Penguasaan Konsep

Pemahaman model, pendekatan dan metode

Persiapan Pembelajaran

Penyajian Pembelajaran

Pemahaman Penilaian

4

Aktivitas Guru

Kehadiran

Diskusi

Praktek

Membuat Tugas

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Upaya peningkatan kompetensi guru kimia melalui pelatihan di MGMP telah dilakukan melalui pengembangan program MGMP Wilayah atau MGMP yang pesertanya berasal sekolah yang berdekatan atau dari salah satu wilayah kota. Prinsip-prinsip pengembangan MGMP dilakukan melalui tahap awal atau analisis kebutuhan, penentuan tujuan, pengembangan program, pelaksanaan program, dan evaluasi program.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada BAB IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Kompetensi guru kimia yang meningkat melalui kegiatan MGMP Wilayah meliputi kompetensi dalam a). memahami dan mengembangkan kurikulum, b). penguasaan konsep, terutama konsep-konsep kimia yang baru masuk ke kurikulum dan konsep-konsep yang dianggap sulit, c). penggunaan metode dan pendekatan, terutama metode –metode pembelajaran IPA dan pendekatan keterampilan proses, d). mempersiapkan pembelajaran yakni menyusun RPP dan LKS, e) menyajikan pembelajaran kimia, dan f). pemahaman penilaian hasil belajar meliputi teknik dan bentuk penilaian kognitif dan psikomotor. 2. Rancangan model pelatihan guru kimia di MGMP Wilayah berupa model

(31)

pelatihan, pelaksanaan program, out put, out come dan evaluasi dengan menerapkan pembelajaran partisipatif dan andragogy

3. Secara umum sebelum mengikuti kegiatan MGMP Wilayah kompetensi peserta pada kompetensi-kompetensi guru kimia yang diteliti masih dalam kategori cukup dan kurang, tetapi setelah mengikuti kegiatan MGMP Wilayah secara umum meningkat pada ketegori baik dan sangat baik. Peningkatan kompetensi yang paling tinggi yaitu pada kompetensi penggunaan metode dan pendekatan dengan N-Gain 0,46

4. Kegiatan-kegiatan di MGMP Wilayah mendapatkan tanggapan yang positif dari guru peserta sehingga guru menginginkan MGMP Wilayah tetap berjalan, aktivitas guru di MGMP Wilayah sangat baik, guru dapat mengajukan masalah pembelajaran kimia di sekolahnya dan memecahkan masalah bersama.

B. Saran

(32)

1. Agar program MGMP Wilayah berhasil sesuai dengan tujuan, maka materi pelatihan pada Struktur Program program harus dikembangkan sesuai dengan

hasil analisis kebutuhan guru kimia di Wilayah tersebut dan materi pelatihan dikembangkan sesuai dengan standar Standar kompetensi Kompetensi guru

yang digunakankimia baik kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional.

2. Kompetensi pedagogik dan profesional peserta MGMP Wilayah meningkat dan mereka lebih percaya diri pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas, dengan demikian program pelatihan Guru di MGMP Wilayah dapat diterapkan di MGMP Wilayah lainnya.

3. MGMP Wilayah merupakan satu alternatif upaya peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan yang mandiri, maka untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan diperlukan kesepakatan-kesepakatan peserta dalam penyusunan program dan pembiayaan, di MGMP sebaiknya ada guru inti atau guru yang berpengalaman untuk membantu pemecahan masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh guru-guru peserta.

4. Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten sangat diharapkan dapat membantu pelaksanaan program MGMP Wilayah baik moril maupun materil. Kepengurusan MGMP perlu dibentuk dengan SK Dinas Pendidikan sehingga pengurus MGMP dapat menjalankan aktivitas dengan leluasa.

(33)

KemendiknasDepartemen Pendidikan Nasional yang memiliki tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan tingkat tingkat nasional Nasional, agar menyelenggarakan

pelatihan pemberdayaan MGMP kepada pengurus MGMP dan pelatihan peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional bagi guru Guru inti Inti

sehingga dapat memfasilitasi kegiatan MGMP Wilayah di daerahnya.

6. Berdasarkan temuan pada kompetensi guru Kimia kimia ada beberapa kompetensi guru yang belum maksimal pencapaiannya. Hal ini dapat pula disebabkan pengetahuan awal guru yang kurang tentang dalam aspek kompetensi tersebut. Ada baiknya lembaga Pre-service dalam hal ini adalah LPTK menambah alokasi waktu atau mencantumkan materi-materi perkuliahan yang berkaitan dengan Praktek mengajar pada silabusnya.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

American Association for the Advancement of Science. (1969). "Science A

Process Approach" USA : AAAS / Xerox Corporation.

Bramley,P.(1996). Evaluating Training Effectiveness: Sec Ed.London:

McGraw-Hill Book.

Bullard. Rebeca. (1994). The Occasional Trainer”s Hanbook. New Jersey.

Educational Technology Publication, Inc.

BSNP.(2006). Pengembangan Silabus. Ditjenmandikdasmen. Depdiknas . Jakarta

BSNP.

(2006).

Pengembangan

Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran.

Ditjenmandikdasmen. Depdiknas. Jakarta.

Creswell. (1994). Research Design Qualitative & Quantitative Approaches.

London: SAGE Publications.

Depdikbud.(1993).Pedoman Penyelenggaraan MGMP Seluruh Indonesia. Jakarta.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia

SMA dan MA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. (2004). Standar Kompetensi Guru SMA. Jakarta : DirektoratTenaga

Kependidikan, Ditjen Dikdasmen.

Gall.,M.D., J.P.Gall, & W.R.Borg. (2003). Educational Research, an

introduction. Seventh Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Hake, R.R. (1998). Interactive-engagement vs traditional methodsz; A six-

thousand-student survey of mechanic test data for introductory physics courses. American

Journal of Physics. 66, 64-74

Hasan. S.Hamid. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hayway. Dave. (2007). Teaching and Assessing Practical Skills in Science,

Cambridge, New York: Cambridge University Press.

Hilda & Christian. (1993). The Influence of an Intensive In-Service Workshop on

Pedagogical Content Knowledge Growth Among Novice Chemical

Demonstrators. Journal of Research in Science Teaching, Vol.30, No1, PP

21-43

Indrawati. (2004). Pemberdayaan MGMP. Modul Diklat Guru IPA. Bandung:

PPPG IPA.

(35)

ILO. (1981). An Introduction Course in Teaching and Training Methods for

Management Development. Geneva: ILO

Indra Djati. (2000). Pendidikan IPA di Lingkungan Pendidikan Dasar dan

Menegah : Tangtangan dan Pengembangan. Makalah disajikan pada

Semlok Pendidikan MIPA Indonesia Bulan September tahun 2000.

Bandung : ITB & UPI .

Kemendiknas.(2009). Rambu-rambu Pengembangan KKG dan MGMP. Jakarta :

Ditjen PMPTK.

Killen, Roy. (1998). Effective Teaching Strategies, Lesson from Research and Practice,

2nd

Edition, Australia: Social Science Press.

Lewis, Michael and Guy Waller. (1997). Thinking Chemistry. London: Great

Britain Oxford University Press.

Liisa Postareff, Sari Lindblom-Yla¨nne (2006). “The effect of Pedagogical

Training on Teaching in Higher Education” Centre for Research and

Development of Higher Education, Faculty of Behavioral Sciences,

Department of Education, FIN-00014 University of Helsinki, Finland.

Made Alit. (2001). Pengembangan Kemampuan Profesional Guru Biologi SMU

Melalui Pendidikan dan Latihan. (Disertasi). Bandung: PPS UPI. (Tidak

Diterbitkan).

Mardaphi. (2003). Pedoman Umum Pengembangan Silabus, Jakarta. Dirjen

Dikdasmen. Depdiknas.

Mayo & Du Bois. (1987). The Complete Book of Training, Principle and

Techniques. Amerika: University Associates.

Mendiknas. (2007). Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta:

Depdiknas Moleong, Lexy. J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Edisi Revisi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Morant, R.W.(1981). In-Service Education within the School. Great Britain:

Unwin Education Books.

Mulyani & Hernani. (2002). Penerapan Pedagogi Materi Subyek dalam

Mengajarkan Bentuk Molekul untuk memperbaiki Kesalahan Konsepsi

Siswa( Laporan Penelitian. Bandung: FPMIPA UPI( Tidak Diterbitkan)

Mulyasa.E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

(36)

National Research Council (NRC). (1996). National Science Educations

Standards. Washington: National Academic Press.

National Science Teachers Association (NSTA). (1998). NSTA Standards for

Science Teacher Preparation Adopted by The NSTA Board of Director.

Tersedia: http//www.nvgc.vt.edu/nsta-ncat/november98.htm.[12 Juni.2003].

Popham, W.J. (1995). Clasroom Assessment, what teachers need to know. U.S.A.:

Allyn and Bacon.

Purwanto. (1999). Evaluasi Program Diklat. Jakarta. Sekolah Tinggi Ilmu

Administrasi. LAN.

Puskur. (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah

Menengah ( Versi 1 Edisi Agustus 2001). Jakarta: Depdiknas.

Rae, L.(1986). How to Measure Training Effectiveness. Hampshire: Gower

Publishing Company Ltd

Ruseffendi, E.T. (2001). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non

Eksakta Lainya. Cetakan ketiga. Semarang : IKIP Semarang Press.

Sudjana. (2001). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah

Produksion.

Supriyanto. (2007). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suryana Sumantri. (2001). Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Bandung : Fakultas Psikologi UNPAD.

Susan C. (1999). The Impact of Continuous Instructional Development on

Graduate and Undergraduate Student. Department of Chemistry, Purdue

University. Journal of Chemical Education, Vol. 76, No 1, January 1999.

Suwarno. M.A. ( 2002). Sistematika dan Upaya Dalam Meningkatkan Kualitas

Sekolah. Jurnal Mimbar Pendidikan.No.1 Tahun XXI 2002 . Bandung: UPI

Syaodih. S. N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Tim Nas. KTSP. (2009). Panduan Implementasi Standar Proses untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah Jakarta : Depdiknas.

Uzer.U. ( 1996). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gambar

Gambar 3.1.  Bagan Disain Penelitian
Tabel 3.1. Jenis  Instrumen dan Manfaatnya
Tabel 3.2. Aspek dan Komponen Data Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Videotron sebagai media yang digunakan Humas Pemerintah Kabupaten Sidoarjo telah memberikan informasi yang benar dan wajar terkait pecapaian pembangunan Kabupaten

(bersara pada 1 November 2008) Objektif Jawatankuasa Pelaburan termasuk memberikan pendapat ke atas polisi pelaburan strategik jangka masa panjang termasuk hartanah, iaitu

terdiri dari anggota DPR ditambah dengan ada lembaga tinggi negara lain yang. utusan-utusan dari daerah-daerah dan dihapuskan, yakni

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Terapi Hemodialisis Di RS PKU Mhhamadiyah Yogyakarta.. Jurnal Keperawatan STIKES Aisyah

Susunan Menu : makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah, dan minuman... Memasukkan Jenis Bahan Makanan secara

Menimbang, bahwa untuk memenuhi azas hukum yang terkandung dalam ketentuan Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

D ari hasil studi pendahuluan (inform asi aw al) m elalui w aw ancara dengan w arga m asyarakatm iskinyangadadisekitar J atinangor, diantara m ereka ada yang m engataakan: tidak

”Tilintarkastajan ammattitaito on katoava luonnonvara, jollei sitä jatkuvasti harjoita ja opiskele uutta” (Hyvönen 2009b, 27). Näin ollen voidaan päätellä yksittäisen