• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : Enterococcus faecalis, lidah buaya (Aloe vera), metode difusi cakram.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kata kunci : Enterococcus faecalis, lidah buaya (Aloe vera), metode difusi cakram."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

║Journal Caninus Denstistry Volume 2, Nomor 4 (November 2017): 157 - 161

Pengaruh Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Pertumbuhan Enterococcus faecalis Pada Berbagai Konsentrasi

M. Naufal Asyraf, Putri Rahmi Noviyandri, Ridha Andayani

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala E-mail author: asyrafmuhammadnaufal@gmail.com

ABSTRAK

Enterococcus faecalis (E. faecalis) merupakan bakteri tidak membentuk spora, anaerob fakultatif, dan termasuk golongan kokus Gram-positif. Lidah buaya (Aloe vera) adalah tanaman yang potensi antibakteri, antidiabetes, dan terapi tumor dengan kandungan kimia berupa tanin, asam amino, antrakuinon, enzim, hormon, mineral, asam salisilat, sterol, dan vitamin. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe vera) dalam menghambat pertumbuhan E. faecalis.

Ekstrak lidah buaya (Aloe vera) konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, 75%, dan 100% dibuat secara maserasi menggunakan etanol 96%. Uji pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe vera) dikonfirmasi dengan metode difusi cakram pada media MHA (Mueller Hinton Agar) menurut klasifikasi CLSI (Clinical Laboratory Standard Institute). Hasil uji one way ANOVA menunjukkan nilai p<0,05 yang membuktikan terdapatnya pengaruh kelompok uji terhadap pertumbuhan E. faecalis, uji Least Significant Difference (LSD) menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok konsentrasi bahan uji 6,25%, 75%, 100% serta kontrol positif tetracycline dengan masing-masing kelompok konsentrasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak lidah buaya (Aloe vera) menunjukkan hasil resistant menurut klasifikasi CLSI (Clinical Laboratory Standard Institute) dan belum dapat menggantikan potensi tetracycline sebagai bahan irigasi saluran akar.

Kata kunci :

Enterococcus faecalis, lidah buaya (Aloe vera), metode difusi cakram.

ABSTRACT

Enterococcus faecalis (E. faecalis) is a bacteria which is unable to form spore, facultative anaerobic, and included in the gram-positive cocci class. Aloe vera is a plant which has potential of antibacterial, antidiabetes, and tumor therapy with chemical compound such tannin, amino acid, anthraquinone, enzyme, hormone, mineral, salicylic acid, sterol, and vitamin. The aim of this study was determin effect of Aloe vera extract in inhibition of E. faecalis growth. Aloe vera extract in concentration of 6.25%, 12.5%, 25%, 50%, 75%, and 100% were made by maceration using etanol 96% as solvent. Effects of Aloe vera extract test was confirmed by disc diffusion method on MHA (Mueller Hinton Agar) media based on CLSI (Clinical Laboratory Standard Institute) classification.

One way ANOVA test showed p-value of <0.05 which proved that there was effect to the growth of E.

faecalis in test group and Least Significant Difference (LSD) test showed that there was significant difference between material test groups of 6.25%, 75%, 100% also tetracycline positive control with each material test group. Conclusion of this study is Aloe vera extract showed resistant result based on CLSI (Clinical Laboratory Standard Institute) classification and not yet could substitute potential of tetracycline as root canal irrigation material.

Keywords :

Enterococcus faecalis, Aloe vera, disk diffusion method.

PENDAHULUAN

Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang dihadapi penduduk Indonesia adalah tingginya penyakit jaringan keras gigi atau karies.1 Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) nasional tahun 2013 menunjukkan prevalensi karies di Indonesia mencapai 53,2 %.2 Karies gigi merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan yang

dimulai dari permukaan gigi dan dapat meluas ke arah pulpa.3 Gejala awal terbentuknya karies adalah terjadinya proses demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya, akhirnya invasi bakteri tersebut dapat masuk menembus lapisan email sampai dengan dentin hingga dapat menginfeksi pulpa, hal tersebut dapat menyebabkan kematian pulpa dan penyebaran infeksi yang meluas

(2)

hingga ke jaringan periapeks dan sekitarnya.4 Infeksi saluran akar sebagian besar merupakan kelanjutan dari proses karies. Perawatan saluran akar (PSA) merupakan perawatan endodontik yang paling banyak dilakukan untuk kasus infeksi saluran akar yang disebabkan oleh karies yang berkelanjutan.5

Kegagalan perawatan saluran akar kebanyakan disebabkan oleh kesalahan diagnosa, seleksi kasus dan prosedur perawatan. Ketiga tahap ini saling berkaitan, kesalahan pada salah satu tahap dapat menyebabkan kegagalan.6 Berdasarkan beberapa laporan, Enterococcus faecalis (E. faecalis) biasanya ditemukan sebagai satu-satunya mikroorganisme yang terisolasi dalam saluran akar yang mengalami kegagalan.7

Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang tidak membentuk spora, bersifat anaerob fakultatif, dan termasuk dalam golongan kokus Gram-positif.8 Dalam rongga mulut, E. faecalis diimplikasikan dengan infeksi endodontik.

Meskipun jumlahnya hanya sedikit, namun E.

faecalis sering dijumpai pada obturasi saluran akar yang mengalami periodontitis apikal kronis.9 Enterococcus faecalis dapat menyebabkan terjadinya berbagai macam penyakit sistemik, antara lain endokarditis, meningitis, dan bermacam-macam penyakit infeksi yang lain.10

Salah satu bahan irigasi saluran akar yang populer saat ini adalah mixture of tetracycline, an acid and a detergent (MTAD).11 Meski demikian, irigan ini masih kontroversial, karena resisten terhadap bakteri enterococci.

Irigan ini juga memiliki kandungan doxixiclin yang tidak bisa membunuh mikroba. Sehingga, diperlukan suatu bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan desinfeksi untuk mengurangi infeksi pada saluran akar.12 Tanaman lidah buaya dikenal sebagai bahan obat tradisional.13 Saat ini tanaman lidah buaya menjadi semakin populer karena manfaatnya yang semakin luas diketahui.14

Lidah buaya (Aloe vera) dikenal juga sebagai Aloe barbadensis Miller yang merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam famili Liliaceae.15 Lidah buaya (Aloe vera) memiliki kandungan yang bermanfaat, diantaranya adalah tanin, asam amino, antrakuinon, enzim, hormon, mineral, asam salisilat, sterol, gula, dan vitamin.

Zat aktif yang terdapat dalam lidah buaya adalah polisakarida acemannan. Acemannan ini dapat digunakan sebagai terapi tumor, antidiabetes, leukemia, metastase, sarkoma, melanoma, dan

malignansi. Lidah buaya (Aloe vera) juga memiliki zat yang berfungsi sebagai antibakteri yaitu antrakuinon, saponin, dan tanin.16

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Irene Edith Riewpassa, dkk. (2011), diketahui bahwa ekstrak lidah buaya (Aloe vera) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (S. aureus) pada konsentrasi 25%.17 Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Imbang Dwi Rahayu (2006), didapatkan kesimpulan bahwa ekstrak lidah buaya (Aloe vera) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli (E. coli).18

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe vera) terhadap pertumbuhan E.

faecalis.

BAHAN DAN METODE

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratoris dengan desain posttest only control group. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2016 di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Syiah Kuala untuk proses pembuatan ekstrak lidah buaya (Aloe vera). Sementara itu untuk dilakukan memperoleh E.faecalis dan uji daya hambat ekstrak lidah buaya (Aloe vera) terhadap E. faecalis di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Syiah Kuala.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Hasil Uji Pengaruh Ekstrak lidah buaya (Aloe vera) terhadap Pertumbuhan E. faecalis

Konse ntrasi bahan uji

Zona hambat

(mm)

Rata- rata zona hamb at (mm)

CLSI (Clinical Laboratory

Standards Institute)

1 2 3

Diame ter zona terang

(mm)

Resp on ham bat 6,25% 7,

7 7,

2 7,

1 7,33 ≤ 11 Resis tant 12,5% 8,

5

7 7 7,50 ≤ 11 Resis

(3)

tant

25% 8,

1 7,

5 7,

2 7,60 ≤ 11 Resis tant

50% 8,

9 7,

4 7,

4 7,90 ≤ 11 Resis tant

75% 9 8,

2 8,

1 8,43 ≤ 11 Resis tant 100% 9,

4 9,

7 9,

6 9,57 ≤ 11 Resis tant Tetrac

ycline 27 25 ,7

25

,4 26,03 ≥ 15

Susc eptib le

Pengujian ekstrak lidah buaya (Aloe vera) terhadap pertumbuhan koloni E. faecalis pada media MHA dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan. Hasil menunjukkan rata-rata daya hambat ekstrak lidah buaya (Aloe vera) pada konsentrasi 6,25% adalah 7,33 mm. Ini menyatakan zona hambat yang paling rendah di antara kelompok percobaan lainnya. Pada konsentrasi 12,5% menunjukkan rata-rata daya hambat 7,50 mm, konsentrasi 25% menunjukkan rata-rata daya hambat 7,60 mm, konsentrasi 50%

menunjukkan rata-rata daya hambat 7,90 mm, konsentrasi 75% menunjukkan rata-rata daya hambat 8,43 mm, serta pada konsentrasi 100%

memperoleh rata-rata daya hambat yang paling tinggi yaitu 9,57 mm. Pada kontrol positif tetracycline menunjukkan rata-rata daya hambat 26,03 mm.

Uji statistik pada penelitian ini menggunakan one way ANOVA dengan syarat lebih dari dua kelompok, distribusi data normal, dan varian data sama. Penelitian ini memiliki 7 kelompok dengan 1 kelompok kontrol dan 6 kelompok perlakuan. Hasil uji normalitas menunjukkan distribusi dan homogenitas varian data penelitian adalah normal dengan nilai p>0,05. Hasil uji one way ANOVA menunjukkan nilai p<0,05, membuktikan terdapatnya pengaruh dari kelompok uji terhadap pertumbuhan E.

faecalis. Uji lanjut pada penelitian ini menggunakan Least Significant Difference (LSD) dengan tujuan mengetahui ada tidaknya perbedaan antar tiap masing-masing perlakuan.

Hasil uji lanjut Least Significant Difference (LSD) menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok konsentrasi bahan uji 6,25%, 75%, 100% serta kontrol positif tetracycline dengan masing-masing kelompok konsentrasi bahan uji.

PEMBAHASAN

Sampel bakteri yang digunakan ialah E.

faecalis yang terkenal sebagai bakteri penyebab infeksi sekunder. Enterococcus faecalis adalah bakteri fakultatif anaerob Gram-positif berbentuk kokus yang memiliki dinding sel dengan peptidoglikan yang tebal, namun apabila terjadi kerusakan dan hambatan dalam pembentukannya maka hal itu akan menyebabkan kematian pada sel tersebut. Salah satu bahan yang memiliki keefektifan sebagai antibakteri ialah ekstrak lidah buaya (Aloe vera).19

Lidah buaya (Aloe vera) memiliki kandungan kimia yaitu tanin. Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, antibakteri dan antioksidan.

Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut. Tanin bekerja dengan menyebabkan denaturasi protein sel dan merusak membrane sel.20

Pengujian ekstrak lidah buaya (Aloe vera) terhadap pertumbuhan koloni E. faecalis pada media MHA dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan. Hasil menunjukkan rata-rata daya hambat ekstrak lidah buaya (Aloe vera) pada konsentrasi 6,25% adalah 7,33 mm. Ini menyatakan zona hambat yang paling rendah di antara kelompok percobaan lainnya. Pada konsentrasi 12,5% menunjukkan rata-rata daya hambat 7,50 mm, konsentrasi 25% menunjukkan rata-rata daya hambat 7,60 mm, konsentrasi 50%

menunjukkan rata-rata daya hambat 7,90 mm, konsentrasi 75% menunjukkan rata-rata daya hambat 8,43 mm, serta pada konsentrasi 100%

memperoleh rata-rata daya hambat yang paling tinggi yaitu 9,57 mm. Pada kontrol positif tetracycline menunjukkan rata-rata daya hambat 26,03 mm.

Hasil uji pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe vera) menunjukkan terbentuknya zona hambat di sekitar kertas cakram pada masing- masing konsentrasi. Hasil pengamatan

(4)

menunjukkan masing-masing konsentrasi ekstrak lidah buaya (Aloe vera) dalam kategori resistant menurut klasifikasi CLSI (Clinical Laboratory Standard Institurte) yang berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kegagalan terapi terhadap E. faecalis.

Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang sejalan dengan penelitian Isabela Ariane (2009), yang menunjukkan bahwa efek antibakteri ekstrak lidah buaya (Aloe vera) konsentrasi 50%, 75%, dan 100% lebih lemah dibanding antibiotik imipenem.21

Hal ini berbeda dengan penelitian Irene Edith Riewpassa, dkk. (2011), yang menyatakan bahwa ekstrak lidah buaya (Aloe vera) dapat menghambatpertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (S. aureus), dan kadar hambat minimal ekstrak lidah buaya (Aloe vera) adalah pada konsentrasi 25%.17

Kemudian hasil susceptible yang ditunjukkan oleh tetracycline menunjukkan bahwa kelompok bakteri E. faecalis rentan jika diberikan antibiotik tersebut dan kemudian dikaitkan dengan kemungkinan keberhasilan terapi.22 Hal ini terjadi karena tetracycline merupakan antibiotik dengan spektrum luas, yang digunakan secara luas di bidang kedokteran dan kedokteran hewan untuk indikasi antibakterial.

Tetracycline juga diketahui berperan aktif dalam menghambat bakteri Gram-positif.23

Hasil statistik pada penelitian ini menggunakan one way ANOVA dengan syarat lebih dari dua kelompok, distribusi data normal, dan varian data sama. Penelitian ini memiliki 7 kelompok dengan 1 kelompok kontrol dan 6 kelompok perlakuan. Hasil uji normalitas menunjukkan distribusi dan homogenitas varian data penelitian adalah normal dengan nilai p>0,05. Hasil uji one way ANOVA menunjukkan nilai p<0,05, membuktikan terdapatnya pengaruh dari kelompok uji terhadap pertumbuhan E.

faecalis. Uji lanjut pada penelitian ini menggunakan Least Significant Difference (LSD) dengan tujuan mengetahui ada tidaknya perbedaan antar tiap masing-masing perlakuan.

Hasil uji lanjut Least Significant Difference (LSD) menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok konsentrasi bahan uji 6,25%, 75%, 100% serta kontrol positif tetracycline dengan masing-masing kelompok konsentrasi bahan uji.

Berdasarkan analisis ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak lidah buaya (Aloe

vera) belum dapat menggantikan bahan irigasi saluran akar gigi pada umumnya yang menggunakan senyawa-senyawa kimia seperti tetracycline yang merupakan antibiotik sprektrum luas. Selain itu, rentang konsentrasi ekstrak juga menentukan kemampuan daya hambat E. faecalis. Semakin kecil konsentrasi ekstrak lidah buaya (Aloe vera), maka semakin berisiko resisten menurut klasifikasi CLSI (Clinical Laboratory Standard Institute).

KESIMPULAN

Ekstrak lidah buaya (Aloe vera) belum dapat menggantikan bahan irigasi saluran akar gigi pada umumnya yang menggunakan senyawa-senyawa kimia seperti tetracycline yang merupakan antibiotik spektrum luas. Selain itu, rentang konsentrasi ekstrak juga menentukan kemampuan daya hambat E. faecalis. Semakin kecil konsentrasi ekstrak lidah buaya (Aloe vera), maka semakin berisiko resisten menurut klasifikasi CLSI (Clinical Laboratory Standard Institute).

DAFTAR PUSTAKA

1. Malohing D, Anindita PS, Gunawan PN.

Status Karies Pada Gigi Berjejal Di SD Negeri 12 Tuminting. Jurnal e-Gigi (eG).

2013;1(2):94-98.

2. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI Tahun 2013. p: 3-253.

3. Silvia, Leonita C, Virginia, Candra YJ, Sevani N. Aplikasi Diagnosis Karies Pada Gigi Manusia Berbasis Web. Ultimatics.

2015;7(1):43-49.

4. Edwina AMK, Joyston SB. Dasar-Dasar Karies: Penyakit dan Penanggulangannya.

Alih bahasa: Sumawinata N, Faruk S.

Jakarta: EGC. 1992; 1-17.

5. Mulyawati E. Peran bahan disinfeksi pada perawatan saluran akar. Maj Ked Gi.

Desember 2011;18(2):205-209.

6. Sisthaningsih E, Suprastiwi E. Perawatan Ulang Saluran Akar Akibat Lepasnya Restorasi. Departemen Ilmu Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia. p: 1-15.

7. Nurdin D, Satari MH. Peranan Enterococcus faecalis terhadap persistensi infeksi saluran akar. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran. p: 1-12.

(5)

8. Suchitra U, Kundabala M. Enterococcus faecalis: An endodontic pathogen. Journal Endodotic. 2002:11-13.

9. Kayaoglu G, Orstavik D. Virulence Faactor of Enterococcus faecalis: Relation to Endodontik Disease. Crit Rev Oral Biol Med. 2004;15(5):308-320.

10. Santoso ML, Sudirman A, Setyowati L.

Konsentrasi hambat minimum larutan propolis terhadap bakteri Enterococcus faecalis. Jurnal PDGI. 2012;61(3):96-101.

11. Tanumihardja M. Larutan Irigasi Saluran Akar. Dentofasial. 2010;9(2):108-115.

12. Gustiana E. Perawatan Saluran Akar Jamak Gigi 46. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2013. p: 1-17.

13. Widodo P, Budiharti U. Berjuta Manfaat Lidah Buaya. 22 Agustus 2006. p: 1-2.

14. Purwaningsih D. Prospek dan Peluang Usaha Produk Aloe vera. 2008. p: 1-7.

15. Agarwal S, Sharma TR. Multiple Biological activities of aloe barbadensis (Aloe vera):

an overview. Asian Journal of Pharmacy and life science. 2011;1(2):195-205.

16. Kusmawati A, Pratiwi IR. Pengambilan Polisakarida Acemannan dari Aloe vera Menggunakan Etanol Sebagai Pengendap.

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Dipenogoro. p: 1-4.

17. Rieuwpassa IE, Rahmat, Karlina. Daya Hambat Ekstrak Aloe vera Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus (studi in vitro). Dentofasial. 2011;10(2):65-70.

18. Dian AW. Perbedaan khasiat antibakteri bahan irigasi antara hidrogen peroksida 3%

dan infusum daun sirih 20% terhadap bakteri mix. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), 2005;38(1):45-47.

19. Fahruddin AM, Tatengkeng F, Thamrin R, Riewpassa IE. Efektivitas Antibakteri Ekstrak Buah Patikala (Etliengeraelatior (Jack) R.M. S.m) Terhadap Bakteri Enteroccocus faecalis. Makassar Dent J.

2016;5(3):69-75.

20. Malangngi LP, Sangi MS, Paendong JJE.

Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Jurnal MIPA UNSRAT Online. 2012;1(1):5-10.

21. Ariane I. Pengaruh Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa Pada Pasien Osteomielitis Bangsal Cempaka Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Invitro 2009: 1-60.

22. Rodloff A, Bauer T, Ewig S, Kujath P, E M.

Susceptible, Intermediate, and Resistant - The Intensity of Antibiotic Action. Review Article 2008;105(39):657-62.

23. Ali S, Abdulla MN, HA J. Evaluation of Antibacterial Activity of Tetracycline and Cephalexine Decomposed By Sunlight.

Journal of Basrah Researces (Sciences).

2010;36A(15):73-9.

Referensi

Dokumen terkait

Suatu struktur aljabar atau sistem matematika merupakan himpunan yang tidak kosong dengan paling sedikit sebuah relasi ekuivalensi, satu atau lebih operasi biner dengan

Luaran pengabdian ini ialah keterampilan melakukan praktikum IPA kontekstual oleh guru, dan panduan praktikum IPA untuk siswa SD materi air, fotosintesis, makanan,

Memang benar bahwa ucapan syukur kepada sang pencipta bisa saja dengan cara yang lain, akan tetapi dari turun-temurun warga Sumba terkhususnya warga Wanokaka sudah

Secara umum perencanaan sistem yang dilakukan adalah sebuah plat nomor yang di- capture oleh webcam, dan diolah oleh PC dengan proses pengolahan citra digital

Beberapa jenis tanaman buah, tanaman perkebunan maupun tanaman kehutanan tidak mengalami dormansi sehingga benih tanaman tersebut dapat langsung disemai.. Contohnya adalah durian,

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bagaimana peran sekolah yang telah menerapkan full day school dalam pembentukan karakter gemar membaca

Hasil akhir dari penelitian ini adalah t erbentuknya aplikasi informasi jalur menuju gunung di Jawa Tengah berbasis android yang dapat memberikan kemudahan kepada para