• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Hirman dan Pratama (2018) dan Laksana et al. (2017) menyatakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Hirman dan Pratama (2018) dan Laksana et al. (2017) menyatakan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Menurut Hirman dan Pratama (2018) dan Laksana et al. (2017) menyatakan kurangnya pengendalian akses dan pengawasan yaitu pengolahan data induk pegawai di KPU BC Tipe C Soekarno Hatta sehingga dapat terjadi timbulnya risiko karena adanya data induk pegawai yang digunakan untuk pembayaran biaya perjalanan dinas belum diperbaharui dan kegagalan dalam melakukan transfer dana ke rekening pelaksana SPD karena nomer rekening sudah tidak aktif atau ditutup oleh bank dan adanya kekeliruan dari sisi pencatatan transaksi piutang dan kurangnya ketelitian pada pengelola piutang perpajakan pada laporan keuangan pemerintah pusat.

Menurut Alfani dan Firmansyah (2018), Suprayitno dan Husodo (2017) menyatakan adanya kelemahan pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi yaitu karena memakai sistem instalasi sehingga jika aplikasi yang dipakai mempunyai update terbaru maka update tersebut harus diinstall di setiap komputer dan memakan waktu yang lama pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Bekasi dan belum adanya format dan aplikasi khusus untuk pengelolaan premi pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Menurut Simorangkir dan Firmansyah (2017) menyatakan adanya kelemahan pengendalian internal pada pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai

(2)

Tipe Madya X yaitu pengarsipan dokumen atas impor dilakukan oleh cleaning service yang seharusnya dilakukan oleh staf PFPD. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, salah satu cara untuk memelihara pengendalian yang menimbulkan perilaku positif adalah melalui pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat.

Wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu ditemukan beberapa masalah dalam pengendalian seperti dalam penelitian Hirman dan Pratama (2018) dan Laksana et al. (2017) menyatakan kurangnya pengendalian akses dan pengawasan yaitu dalam pengolahan data induk pegawai di KPU BC Tipe C Soekarno Hatta sehingga dapat terjadi timbulnya risiko karena adanya data induk pegawai yang digunakan untuk pembayaran biaya perjalanan dinas belum diperbaharui dan adanya kekeliruan dari sisi pencatatan transaksi piutang dan kurangnya ketelitian pada pengelola piutang perpajakan pada laporan keuangan pemerintah pusat.

Menurut Alfani dan Firmansyah (2018) dan Suprayitno dan Husodo (2017) menyatakan adanya kelemahan pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi yaitu karena memakai sistem instalasi sehingga jika aplikasi yang dipakai mempunyai update terbaru maka update tersebut harus diinstall di setiap komputer dan memakan waktu yang cukup lama pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Bekasi dan belum adanya format dan aplikasi khusus untuk pengelolaan premi pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Simorangkir dan Firmansyah (2017) menyatakan adanya kelemahan pengendalian

(3)

internal pada pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya X yaitu pengarsipan dokumen atas impor dilakukan oleh cleaning service yang seharusnya dilakukan oleh staf PFPD.

B. Teori dan Kajian Pustaka 1. Pengertian Sistem

Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 2016). Sistem adalah suatu kegiatan yang telah ditentukan caranya dan biasanya dilakukan berulang-ulang (Halim, 2015). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu kelompok yang saling berhubungan untuk mencapai seuatu tujuan.

2. Pengendalian Internal

Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: keandalan pelaporan keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Halim, 2015).

3. Sistem Pengendalian Internal

Pengertian sistem pengendalian intern menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) yang dikutip oleh Bambang Hartadi menyebutkan, sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, semua metode dan

(4)

ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah diterapkan (Hartadi, 1990).

Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Pengertian ini berlaku bagi perusahaan yang mengolah informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan, maupun dengan komputer (Mulyadi, 2016).

Peraturan Direktur Jenderal Nomor PER-46/BC/2011 tentang peningkatan penerapan pengendalian intern di lingkungan direktorat jenderal bea dan cukai bahwa Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus memiliki sistem pengendalian intern terhadap kegiatan pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai suatu perangkat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini peluang terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang (Cukai, 2011).

a. Tujuan Sistem Pengendalian Internal

Menurut Hartadi (1990) Tujuan sistem pengendalian intern menurut definisi tersebut adalah : (1) menjaga kekayaan organisasi, (2) mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, (3) mendorong efisiensi, dan (4) mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Menurut tujuannya, sistem pengendalian intern tersebut dapat dibagi menjadi dua macam: pengendalian intern akuntansi (internal accounting control)

(5)

dan pengendalian intern administratif (internal administrative control) .Pengendalian intern akuntansi, yang merupakan bagian dari sistem pengendalian intern, meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi, 2016).

Tujuan pengendalian intern juga disampaikan oleh Wilkinson (1993) sesuai dengan pernyataan the American Intitute of Certified Public Accountants sebagai berikut:

1. Melindungi aset perusahaan yang meliputi sumber daya, termasuk data dan infromasi.

2. Memastikan ketepatan dan keandalan data dan informasi akunting (artinya menjaga agar data dan informasi bebas dari kesalahan dan menyediakan hasil yang konsisten bila memproses data yang serupa).

3. Mendorong efisiensi di semua operasi perusahaan.

4. Mendorong kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang ditetapkan menejmen.

Menurut Widjajanto (2001) pengendalian intern bertujuan untuk menjaga integritas informasi akuntansi, melindungi aktiva perusahaan dari kecurangan, pencurian, dan pemborosan yang bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang berhubungan baik dari internal maupun eksternal perusahaan. Selain itu pengendalian intern juga harus bisa memberika kemudahan bagi perusahaan untuk

(6)

melacak kesalahan yang terjadi akibat kesengajaan maupun keidak sengajaan sehinggal proses audit dapat berjalan dengan lancar.

b. Unsur Sistem Pengendalian Internal

Menurut Mulyadi (2016) Unsur pokok sistem pengendalian internal adalah : 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara

tegas.

Fungsi-fungsi operasi harus dipisahkan dari fungsi akuntansi dan tidak boleh diberi tanggung jawab mutlak atas semua tahapan transaksi.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.

Transaksi terjadi hanya jika terdapat otorisasi, harus terdapat sistem yang mengatur pembagian wewenang, penggunaan wewenang direkam dalam formulir dan penggunaan formulir harus diawasi.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

Penggunaan formulir dengan nomor urut tercetak, adanya pemeriksaan mendadak, pengelolaan transaksi tidak dilakukan semuanya oleh satu orang, adanya perputaran jabatan, memberikan cuti bagi karyawan yang berhak, pencocokan fisik aset dengan catatannya dan pembentukan unit monitoring (mis. Komite Audit).

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya

(7)

Seleksi karyawan berdasarkan kesesuaian tuntutan jabatan dan pengembangan pendidikan karyawan sesuai dengan tuntutan pengembangan pekerjaan.

Unsur pengendalian intern menurut COSO dalam Romney dan Steinbart (2016) menyebutkan bahwa pengendalian internal harus memiliki tujuh unsur sebagai berikut :

1. Lingkungan Internal

Lingkungan internal (internal environment) meliputi budaya perusahaan yang dapat memengaruhi cara organisasi dalam menentukan strategi dan tujuan, merumuskan struktur aktivitas bisnis, dan mengindetifikasi, menilai, serta merespon resiko. Lingkungan internal ini menjadi sebuah dasar yang penting dimana kelemahan dan kekurangan yang terjadi didalam lingkungan internal perusahaan akan dapat berdampak pada terjadinya kerusakan pada menejemen perusahaan. Lima cangkupan lingkungan internal meliputi : 1. Filosofi menejemen, gaya pengoperasian, dan selera risiko.

Selera risiko merupakan jumlah risiko yang bersedia diterima perusahaan dalam mencapai tujuannya. Filosofi Manajemen, Gaya Operasi, dan Selera Risiko dapat dinilai dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

a. Apakah manajemen mengambil risiko yang tak semestinya demi mencapai tujuannya ataukan mereka mengukur risiko dan peluang yang mungkin sebelum bertindak?

b. Apakah manajemen memanipulasi realisasi kinerja agar memperoleh predikat kinerja yang baik?

(8)

c. Apakah manajemen menekan karyawan untuk mencapai tujuan tanpa mempedulikan metode yang digunakan ataukan memperhatikan pentingnya perilaku-perilaku etis?

2. Komitmen terhadap integritas, nilai etis, dan kompetensi.

Organisasi membutuhkan sebuah budaya yang menekankan integritas serta komitmen pada nilai etika dan kompetensi. Adanya standar-standar tentang tindakan yang etis akan menciptakan bisnis yang baik. Sedangkan integritas merupakan sesuatu yang harus dimulai dari atas dan diteladani oleh bawahan.

3. Pengawasan pengendalian internal oleh dewan redaksi.

Keterlibatan dewan direksi dalam pengawasan pengendalian internal merupakan representasi dari pengawasan pemegang saham atas aktivitas manajemen. Di samping itu, mengharuskan bahwa setiap perusahaan terbuka harus memiliki komite audit. Komite audit merupakan pihak yang berada di luar manajemen, merupakan bagian dari dewan direksi, yang bertanggung jawab terhadap pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap regulasi, pengendalian internal, dan perekrutan dan pengawasan auditor internal maupun eksternal.

4. Struktur organisasi.

Struktur organisasi menyediakan sebuah kerangka untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan operasi. Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam penetapan struktur organisasi adalah a. Sentralisasi atau desentralisasi otoritas

(9)

b. Hubungan pelaporan langsung ataukan matriks

c. Organisasi berdasarkan industri, lini produk, lokasi, ataukah jaringan pemasaran

d. Bagaimana alokasi tanggung jawab mempengaruhi kebutuhan informasi e. Jalur otoritas dan pengorganisasian atas fungsi akuntansi, auditing, dan

sistem informasi

f. Ukuran dan sifat aktivitas perusahaan

5. Metode penetapan wewenang dan tanggung jawab.

Otoritas dan tanggung jawab didelegasikan dan dikomunikasikan menggunakan job description, pelatihan karyawan, jadwal operasi, anggaran, kode etik, serta kebijakan dan prosedur tertulis. Sehubungan dengan hal tersebut, dikenal istilah manual kebijakan dan prosedur manual yang merupakan sebuah dokumen yang menjelaskan praktis bisnis yang sesuai, mendeskripsikan pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan, menjelaskan prosedur dokumen, menjelaskan cara menangani transaksi dan mendata sumber daya yang disediakan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.

6. Standart-standart sumber daya manusia

Kekuatan pengendalian terbesar adalah kejujuran pegawai dan salah satu kelemahan terbesar adalah ketidakjujuran pegawai. Kebijakan sumber daya manusia dan praktik-praktik yang mengatur kondisi kerja, insentif pekerjaan, dan kemajuan karier dapat menjadi kekuatan dalam mendorong

(10)

kejujuran, efisiensi, dan layanan yang loyal. Berikut merupakan kebijakan dan prosedur SDM yang penting.

1. Perekrutan

Para pegawai seharusnya dipekerjakan berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman pencapaian, kejujuran dan integritas, serta persyaratan kerja yang sesuai.

2. Mengompensasi, mengevaluasi, dan mempromosikan

Pegawai dengan kompensasi buruk cenderung lebih merasakan dendam dan tekanan finansial yang dapat memotivasi penipuan. Pembayaran yang wajar dan insentif bonus yang sesuai membantu memotivasi dan memperkuat kinerja pegawai yang hebat.

3. Pelatihan

Program pelatihan seharusnya mengajarkan para pegawai baru akan tanggungjawab mereka; tingkat kinerja dan perilaku yang diharapkan serta kebijakan dan prosedur, budaya dan gaya pengoperasian perusahaan.

4. Pengelolaan para pegawai yang tidak puas

Perusahaan membutuhkan prosedur untuk mengidentifikasi pegawai yang tidak puas dan membantu mereka mengatasi perasaan itu atau memindahkan mereka dari pekerjaan yang sensitif.

5. Pemberhentian

Pegawai yang diberhenikan harus segera dipindahkan dari pekerjaan yang sensitif dan ditolak aksesnya ke sistem informasi.

6. Liburan dan rotasi tugas

(11)

Melakukan rotasi tugas pegawai secara periodik dan membuat pegawai mengambil liburan dapat mencapai hasil yang sama.

7. Pengaruh eksternal

Pengaruh eksternal meliputi persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh bursa efek, Financial Accounting Standards Board (FASB), PCAOB, dan SEC. Perusahaan juga menyertakan pesyaratan yang dipaksakan oleh badan- badan regulasi, seperti bank, utilitas, dan perusahaan asuransi.

2. Penetapan Tujuan

Komponen pengendalian intern yang ke dua menurut COSO adalah penetapan tujuan. Penetapan tujuan merupakan langkah dalam merancang visi dan misi peusahaan dimana menjadi tanggungjawab menejemen.

Terdapat empat tujuan menurut COSO yang meliputi :

1) Tujuan strategis (strategic objective), merupakan tujuan tingkat tinggi yang sejajar dan mendukung misi perusahaan yang dapat menetukan nilai pemegang saham perusahaan.

2) Tujuan operasi (operational objective), tujuan yang berhubungan dengan efektivitas dan efisiensi terhadap operasi perusahaan dan dapat digunakan sebagai dasar acuan pengalokasian sumber daya.

3) Tujuan pelaporan (reporting objective), tujuan untuk membantu memastikan ketelitian, kelengkapan, dan keterandalan laporan perusahaan. Membantu meningkatkan pembuatan keputusan. Serta mengawasi aktivitas dan kinerja perusahaan.

(12)

4) Tujuan kepatuhan (compliance objective), tujuan yang dibuat untuk mendorong perusahaan mematuhi seluruh ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku. Penilaian terhadap reputasi perusahaan dapat dilihat dari bagaimana perusahaan mampu mematuhi setiap hukum dan peraturan yang berlaku.

3. Identifikasi Kejadian

Kejadian (event) didefinisikan COSO sebagai “sebuah insiden atau peristiwa yang berasal dari sumber-sumber internal atau eksternal yang memengaruhi implementasi strategi atau pencapaian tujuan. Kejadian munngkin memiliki dampak positif atau negatif atau keduanya.” Kejadian merupakan sesuatu yang tidak pasti artinya perusahaan akan mengalami kesulitan untuk mengetahui kapan akan terjadi, dampak apa yang bisa disebabkan, dan bagimana kejadian dapat memicu kejadian yang lain.

Untuk itu perusahaan ditutut untuk mampu mengantisipasi seluruh kemungkinan-kemungkinan kejadian negatif atau positif, menentukan kejadian yang lebih dan kurang untuk terjadi, dan memahami hubungan timbal balik dari suatu kejadian.

4. Penilaian dan Respon Risiko

Dalam menetukan tujuan perusahaan pemimpin perusahaan juga harus mampu untuk mengindentifikasi dan menilai risiko-risiko yang mungkin dapat terjadi selama proses pencapainan tujuan. Risiko sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu risiko bawaan dan risiko residual. Risiko bawaan adalah kelemahan yang dimiliki oleh setiap penetapan akun atau transaksi

(13)

yang terjadi tanpa adanya pengendalian internal. Risiko residual merupakan risiko yang masih muncul ketika menejemen telah selesai mengimplemetasikan pengendalian internal.

5. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan, aturan, dan prosedur yang dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa pencapaian tujuan pengendalian dan penilaian risiko telah dilakukan. Untuk itu menejmen harus dapat memastikan hal-hal sebagai berikut :

1) Pengendalian dipilih dan dikebangkan untuk membantu mengurangi risiko hinggal level yang dapat diterima.

2) Pengendalian umum yang sesuai dipilih dan dikembangkan melalui teknologi.

3) Aktivitas pengendalian diimplementasikan dan dijalanan sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan yang telah ditentukan.

Kategori-kategori prosedur pengendalian yang dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Otorisasi transaksi dan aktivitas yang layak.

2) Pemisahan tugas.

3) Pengembangan proyek dan pengendalian akuisisi.

4) Mengubah pengendalian menejemen.

5) Mendesain dan menggunakan dokumen dan catatan.

6) Pengamanan aset, catatan, dan data.

7) Pengecekan kinerja yang independen.

(14)

6. Informasi dan Komunikasi

Tujuan dari adanya sistem infromasi akuntansi adalah untuk memeroleh, mengumpulkan, mencatatan, memproses, menyimpan, meringkas, dan melaporkan informasi tentang sebuah organisasi. Dimana selanjutnya informasi yang berhasil diidentifikasi dan dilaporkan harus dikomunikasikan kepada pihak internal maupun eksternal perusahaan untuk menyediakan sebuah infrormasi yang digunakan untuk menjalankan aktivitas pengendalian internal harian.

Terdapat tiga prinsip dalam kerangka informasi dan komunikasi yang berlaku sebagai berikut :

1) Mendapatkan atau menghasilkan infromasi yang relevan dan berkualitas tinggi untuk mendukung pengendalian internal.

2) Mengomunikasikan informasi secara internal, termasuk tujuan dan tanggungjawab yang diperlukan untuk mendukung komponen- komponen lain dari pengendalian internal.

3) Mengomunikasikan hal-hal pengendalian internal yang relevan kepada pihak-pihak eksternal.

7. Pengawasan

Setiap sistem pengendalian internal yang sudah dipilih menejemen harus dilakukan pengawasal, evaluasi, dan juga modifikasi sesuai kebutuhan yang laksanakan secara berkelanjutan.

(15)

4. Bea Masuk

Menurut undang-undang nomor 17 tahun 2006 pasal 1, Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan yang dikenakan terhadap barang yang impor.

Bea masuk adalah sejumlah uang yang dipungut berdasarkan tarif ad valorem terhadap barang-barang yang diimpor dengan memperhitungkan nilai X tukar mata uang asing yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan (Puwito dan Ali, 2013).

Rumus menghitung Bea Masuk dan Pemungutan Lainya yang dilakukan menurut (Susilo, 2013):

a. Bea Masuk :

...% x (CIF/CNF x NDPBM) b. Bea Masuk Tambahan :

...% x (CIF/CNF x NDPBM) c. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) :

...% x ( CIF/CNF x NDPBM) + BM + Bea Masuk Tambahan d. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) :

...% x ( CIF/CNF x NDPBM) + BM + Bea Masuk Tambahan e. Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh. Ps. 22) :

...% x ( CIF/CNF x NDPBM) + BM + Bea Masuk Tambahan Penjelasan :

1. CIF (Cost Insurance Freight) adalah Harga barang dari luar negri/pelabuhan muat ditambah dengan asuransi beserta ongkos angkut biaya tambang dari

(16)

negara asala/pelabuhan muat sampai ditimbun didalam gudang penimbunan pelabuhan negara tujuan.

2. CNF Cost of Freight adalah Harga barang dari luar negeri/pelabuhan muat ditambah dengan ongkos angkut biaya tambang dari negara asal/pelabuhan muat sampai ditimbun di dalam gudang penimbunan pelabuhan negara tujuan.

3. NDPBM adalah nilai Dasar Perhitungan Bea Masuk = Kurs Nilai Tukar Mata Uang Asing

4. CIF / CNF x NDPBM : harga Pabean (CIF / CNF x NDPBM) + Bea Masuk + Bea Masuk Tambahan : Nilai Impor

5. CIF : Harga untuk menghitung bea masuk dan pungutan lain, jika asuransinya dibayar di dalam negreri

6. Apabila Freight (Biaya Tambang) tidak tertera didalam bill of lading maka besarnya freight ditetapkan sebagai berkut.

a. 15% dari harga FOB (Free on Board) untuk barang yang berasal dari Eropa, Afrika atau Amerika;

b. 10% dari harga FOB untuk barang yang berasal dari Asia Non Asean/Australia;

c. 5% dari harga FOB untuk barang yang berasal dari Asia.

d. Harga FOB adalah harga barang diluar negeri sampai dimuat diatas kapal pelabuhan di luar negri.

e. Jika tidak bisa menunjukkan polis asuransinya, besaran asuransinya 0.05%

(17)

f. ditetapkan sebesar 0,05% dari harga CNF.

a. Objek Pemungutan Bea Masuk

Objek pajak atas pungutan bea masuk adalah semua barang yang dimasukkan kedalam daerah pabean Indonesia untuk dipakai, dimiliki atau dikuasai oleh orang yang berdomisili di Indonesia (Lindawati dan JC, 2018).

b. Subjek Pungutan Kepabeanan dan Cukai 1) Subjek Pembayaran Atas Pungutan Impor

Menurut Lindawati dan JC (2018) Subjek pembayaran terhadap barang impor adalah siapa saja atau pihak mana saja yang memiliki atau menguasai barang yang pada waktu pemasukannya wajib dikenakan pungutan pabean impor dan/atau PDRI lainnya. Adapun pihak-pihak dimaksud adalah:

1) Importir;

2) Pengangkut;

3) Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara (TPS);

4) Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat (TPB);

5) Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK);

6) Perorangan.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Optimasi Sambungan Pasak Bambu Laminasi Pada Struktur Laminated Veneer Lumber (LVL) adalah karya saya dengan arahan dari

terapi Ruqyah dan ada juga yang membahas tradisi tahlilan dan Ritual fenomena tahlilan dan yasinan akan tetapi dalam skripsi ini akan membahas tradisi penggunaan

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui Desain Pembelajaran Konsep Banjir Berbasis Cooperative Learning Tipe Team Assist Individualization

(2) Sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarip retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk pelayanan rawat jalan rawat inap, rawat darurat,

Mengenai peraturan yang akan digunakan untuk mengkaji penelitian dan penulisan hukum ini akan digunakan Undang- undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Tabel diatas, menunjukkan bahwa dari 17 perawat shift siang, ada 12 orang perawat sebelum shift pagi memiliki tekanan darah sistolik normal, serta 12 perawat

PUSKESMAS SAWA

Kegiatan pengelolaan laboratorium dengan cara menyusun peralatan Kegiatan pengelolaan laboratorium dengan cara menyusun peralatan laboratorium sesuai dengan jenis