• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG Zea mays L. LOKAL BEBO DAN KANDORA ASAL TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

DWI LESTARI H411 13 320

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2018

(2)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG Zea mays L. LOKAL BEBO DAN KANDORA ASAL TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

Skripsi ini disusun untuk melengkapi Tugas Akhir dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Biologi pada Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin

DWI LESTARI H411 13 320

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2018

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT dan junjungan kita Nabi Muhammad SAW atas segala rahmat, hidayah, dan Karunia-Nya serta nikmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Zea mays L. Lokal Bebo dan Kandora Asal Tana Toraja Sulawesi Selatan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua penulis, ibunda tercinta Hj. Sukarni dan Ayah terkasih Zainuddin Masse atas limpahan cinta, kasih sayang, perhatian, doa yang tulus yang telah beliau berikan kepada penulis. Kepada Saudaraku Srirahayu Indri Sukma dan Muh. Ageng Tirtayasa, terimakasih telah memberikan dukungan semangat bagi penulis.

Kepada Ibunda Dr. Hj. Juhriah, M.Si, Selaku pembimbing utama, kepada Ibu Dr.Hj. A. Masniawati, M.Si, selaku pembimbing pertama sekaligus penasehat akademik saya selama kuliah, dan Ibu Dr. Elis Tambaru, M.Si, selaku pembimbing kedua, penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala bantuan yang diberikan baik berupa kritik, saran, maupun motivasi yang membantu penulis selama proses penulisan skripsi ini sampai selesai. Tanpa beliau- beliau penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini.

(5)

Penulis juga mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang tulus, kepada :

• Ibu Rektor Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA beserta staf pegawainya.

• Bapak Dr. Eng. Amiruddin selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, beserta staf pegawainya.

• Ibu Ketua Departemen Biologi Dr. Hj. Zohrah Hasyim, M.Si beserta staf pegawainya Departemen Biologi FMIPA UNHAS.

• Penasehat Akademik Ibu Dr. Hj. A. Masniawati, M.Si yang senantiasa mengontrol dan membimbing penulis dari awal sampai akhir masa studi.

• Dr. Hj. Sri Suhadiyah, M.Agr., Dr. Rosana Agus, M.Si, Dr. Nur Haedar, M.Si, dan bapak Dody Priosambodo, M.Si selaku tim penguji yang senantiasa memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis.

• Bapak dan Ibu Dosen Departemen Biologi terima kasih atas segala ilmu yang bermanfaat telah diberikan kepada kami.

• Pegawai Departemen Biologi terima kasih atas bantuannya dari awal sampai akhir masa studi.

• Rekan penelitianku, Satria Wahyuni yang telah menjadi partner penelitian terbaik serta banyak menyemangati, membantu, mendorong berjuang bersama- sama dalam suka dan duka bersama penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

• Bapak dan Ibu staf Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros yang banyak membantu dalam penelitian saya terutama ibu Iyem, pak Rahman, pak Nasir, pak Yahya dan Kak Arfah.

• Keluarga kecil saya Airens Femiel Taslichatu Dariyah R, Wahyuni, Satria Wahyuni, Evi Anggraeni HR, Syamsika Tahir, Suraeda, Rahmatullah dan

(6)

Heriyanti atas indahnya persahabatan dan persaudaraan yang telah menemaniku dalam suka dan duka.

• Kakak Hasriana yang telah membantu dan mengajar mengolah data serta memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

Keluarga besar KMFMIPA UH dan HIMBIO FMIPA UH atas persaudaraan dan pengalaman berlembaga selama kuliah serta saudara-saudara seperjuangan Biologi 13 UNHAS dan BIO13RIOFIT atas suka dan duka selama kuliah.

• Teman-teman KKN saya Andi Januar, Wawan, Arisal, Yayat, Zul, dan seluruh anggota KKN PPM-DIKTI Maros yang membantu saya dalam penelitian ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua yang membaca skripsi ini dalam menambah wawasan pengetahuan kita.

Makassar, Februari 2018

Penulis

(7)

ABSTRAK

Penelitian tentang Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Zea mays L. Lokal Bebo dan Kandora Asal Tana Toraja Sulawesi Selatan telah dilaksanakan pada bulan Mei 2017 sampai Agustus 2017 di Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan dosis optimal pupuk organik cair (POC) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung lokal Bebo dan Kandora asal Tana Toraja. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial 3x5 dengan 3 kelompok. Faktor pertama adalah Sumber jagung lokal terdiri atas A1 (Jagung Lokal Bebo), A2 (Jagung Lokal Kandora) dan A3 (Kui Carotenoid Syn, CIMMYT).

Faktor 2 adalah jenis dan dosis Pupuk organik cair yang terdiri atas K0 (Tanpa pemberian POC), K1: POC Komersial (MO PLUS) 10 ml/l (Kontrol Positif), K2: Pupuk organik cair (POC) 10 ml/l, K3: Pupuk organik cair (POC) 20 ml/l, dan K4 : Pupuk organik cair (POC) 30 ml/l. Data yang diperoleh dilakukan analisis sidik ragam (ANOVA). Hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Perlakuan pemberian pupuk organik cair (POC) pada tanaman jagung lokal Bebo dan Kandora memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap lebar daun, jumlah daun, umur keluarnya bunga betina (silking), panjang tongkol tanpa kelobot, diameter tongkol, jumlah baris pertongkol, jumlah biji perbaris, dan berat kering buah jagung. Dosis POC dengan konsentrasi 20 ml/l memberikan hasil yang optimal terhadap produksi jagung Zea mays L.

Kata kunci : Pupuk organik cair, Pertumbuhan, Produksi, Jagung Lokal Bebo, Jagung Lokal Kandora, Tana Toraja

(8)

ABSTRACT

Research on the Effect of Liquid Organic Fertilizer (POC) on growth and production of Maize Zea mays L. Local Bebo and Kandora Origin Tana Toraja South Sulawesi was conducted in May 2017 until August 2017 at Cereals Plant Research Institute, Maros. This study aims to determine the effect and optimal dose of liquid organic fertilizer (POC) on the growth and production of local corn crop Bebo and Kandora from Tana Toraja. This research used Randomized Block Design (RAK) with 3x5 factorial pattern with 3 groups. The first factor is the local Corn Source consisting of A1 (Local Corn Bebo), A2 (Kandora Local Corn) and A3 (Kui Carotenoid Syn, CIMMYT). Factor 2 is the type and dosage Liquid organic fertilizer consisting of K0 (Without administration of POC), K1: Commercial POC (MO PLUS) 10 ml / l (Positive Control), K2: Liquid organic fertilizer (POC) 10 ml / l, K3 : Liquid organic fertilizer (POC) 20 ml / l, and K4: Liquid organic fertilizer (POC) 30 ml / l. The data obtained by analysis of variance (ANOVA). Different results continued with the smallest real difference test (LSD). Based on the result of the research, it can be concluded that the treatment of organic liquid fertilizer (POC) in local corn plants Bebo and Kandora give significant different effect to leaf width, leaf number, age of female flower (silking), length of cob without weight, diameter cobs, the number of rows of cobs, the number of seeds in the line, and the dry weight of the corn. POC with concentration 20 ml / l gives optimal result to corn production of Zea mays L.

Key words: Liquid organic fertilizer, Growth, Production, Local Corn Bebo, Kandora Local Corn, Tana Toraja

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Tujuan Penelitian ... 5

I.3 Manfaat Penelitian ... 5

I.4 Waktu dan Tempat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

II.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Zea mays L. ... 7

II.1.1 Akar ... 7

II.1.2 Batang dan Daun ... 9

II.1.3 Bunga ... 10

II.1.4 Tongkol dan biji ... 11

II.2 Fase Pertumbuhan Dan Perkecambahan... 11

II.3 Komposisi Kimia Jagung ... 17

II.4 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung ... 18

II.5 Pupuk organik cair (POC) ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

III.1 Alat ... 26

III.2 Bahan ... 26

III.3 Rancangan Penelitian... 26

III.4 Prosedur Kerja ... 27

III.5 Pengamatan ... 28

(10)

III. 5. 1 Analisis Kandungan Tanah ... 30

III.5.2 Analisis Kandungan Pupuk Organik Cair (POC) ... 35

III.6 Analisis data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 39

IV.1 Tinggi Tanaman Jagung Zea mays L. ... 39

IV.2 Panjang Daun Jagung Zea mays L.... 42

IV.3 Lebar Daun Jagung Zea mays L. ... 44

IV.4 Jumlah Daun Jagung Zea mays L. ... 46

IV. 5 Diameter Batang Jagung Zea mays L. ... 50

IV. 6 Umur Keluarnya bunga Jantan (Anthesis) Jagung Zea mays L. ... 52

IV. 7 Jumlah Tongkol per tanaman Jagung Zea mays L.... 54

IV. 8 Panjang Akar Jagung Zea mays L. ... 55

IV. 9 Panjang Tongkol dengan Klobot Jagung Zea mays L. ... 56

IV.10 Umur Keluarnya Bunga Betina (Silking) Jagung Zea mays L. ... 59

IV.11 Panjang Tongkol tanpa Klobot Jagung Zea mays L. ... 61

IV.12 Diameter Tongkol Jagung Zea mays L. ... 64

IV.13 Jumlah Baris Per Tongkol Jagung Zea mays L. ... 66

IV.14 Jumlah Biji Per Baris Jagung Zea mays L. ... 68

IV.15 Berat Basah Buah Jagung Zea mays L. ... 71

IV.16 Berat Kering Buah Jagung Zea mays L. ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

V.1 Kesimpulan ... 77

V.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA...78

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi Senyawa Kimia dalam Biji Jagung... 18 2. Hasil Analisis Kandungan Air Cucian Beras ... 24 3. Hasil Analisis Statistik Uji BNT 1% pada Interaksi terhadap

Parameter Tinggi Tanaman Jagung Zea mays L ... 40 4. Hasil Analisis Statistik Uji BNT 1% pada Interaksi terhadap

Panjang Daun Jagung Zea mays L ... 42 5. Hasil Analisis Statistik Uji BNT 5% pada Penggunaan Jagung

terhadap Lebar Daun Jagung Zea mays L ... 45 6. Pupuk Hasil Analisis Statistik Uji BNT 5% pada Penggunaan

Jagung terhadap Jumlah Daun Jagung Zea mays L ... 47 7. Hasil Analisis Statistik Uji BNT 1% pada Interaksi

Terhadap Jumlah Daun Jagung Zea mays L ... 47 8. Hasil Analisis Statistik Uji BNT 5% Pada Penggunaan Jagung

terhadap Umur Keluarnya Bunga Betina (Silking) ... 48 9. Hasil Analisis Statistik Uji BNT 5% Penggunaan Jagung

terhadap Panjang Tongkol tanpa Klobot Zea mays L ... 60 10. Hasil Analisis Statistik Uji BNT 5% penggunaan Dosis Pupuk

terhadap Diameter Tongkol jagung Zea mays L. ... 64 11. Hasil Analisis Statistik uji BNT 1% pada Penggunaan Jagung

terhadap Jumlah Baris per Tongkol Zea mays L ... 67 12. Hasil Analisis Statistik Uji BNT 1% Penggunaan Jagung

terhadap Jumlah Biji per Baris Jagung Zea mays L ... 69 13. Hasil Analisis Statistik Uji BNT 5% pada Penggunaan Dosis Pupuk

terhadap Berat Basah Buah Jagung Zea mays L ... 71 14. Hasil Analisis Statistik Uji BNT 5% pada Penggunaan Jagung

Terhadap Berat Kering Buah Jagung Zea mays L ... 74 15. Hasil Analisis Statistik uji 5% pada Perlakuan Dosis Pupuk

terhadap Berat Kering Buah Tanaman Jagung Zea mays L... 75

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Morfologi akar jagung Zea mays L... 8 2. Perkecambahan Benih Jagung Zea mays L... 13 3. Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung Zea mays L. ... 41 4. Grafik Perbandingan Rata-rata Tinggi Tanaman Jagung Zea mays L.

Pada Berbagai perlakuan ... 44 5. Grafik Perbandingan Rata-rata Panjang Daun Jagung Zea mays L.

Pada Berbagai perlakuan ... 46 6. Grafik Perbandingan Rata-rata Lebar Daun Jagung Zea mays L.

Pada Berbagai Perlakuan ... 48 7. Grafik Perbandingan Rata-rata Jumlah Daun Jagung Zea mays L.

Pada Berbagai Perlakuan ... 50 8. Histogram Perbandingan Rata-rata Diameter Batang Jagung Zea mays L.

Pada Berbagai Perlakuan ... 52 9. Histogram Perbandingan Rata-rata Umur Keluarnya Bunga Jantan (Anthesis) Jagung Zea mays L. Pada Berbagai Perlakuan ... 53 10. Histogram Perbandingan Rata-rata Jumlah Tongkol Per Tanaman Jagung

Zea mays L. Pada Berbagai Perlakuan ... 55 11. Histogram Perbandingan Rata-rata Panjang Akar Tanaman Jagung

Zea mays L. Pada Berbagai Perlakuan ... 56 12. Histogram Perbandingan Rata-rata Panjang Tongkol Dengan Klobot

Tanaman Jagung Zea mays L. Pada Berbagai Perlakuan... 59 13. Histogram Perbandingan Rata-rata Umur Keluarnya Bunga Betina (Silking)

Jagung Zea mays L. Pada Berbagai Perlakuan ... 61 14. Histogram Perbandingan Rata-rata Panjang Tongkol tanpa Klobot Jagung

Zea mays L. Pada Berbagai Perlakuan ... 63 15. Histogram Perbandingan Rata-rata Diameter Tongkol Jagung Zea mays L.

Pada Berbagai Perlakuan ... 66

(13)

16. Histogram Perbandingan Rata-rata Jumlah Baris per Tongkol Jagung Zea mays L. Pada Berbagai Perlakuan ... 68 17. Perbandingan Rata-rata Jumlah Biji per Baris Jagung Zea mays L.

Pada Berbagai Perlakuan ... 70 18. Perbandingan Rata-rata Berat Basah Tongkol Jagung Zea mays L.

Pada Berbagai Perlakuan ... 73 19. Perbandingan Rata-rata Berat Kering Tongkol Jagung Zea mays L.

Pada Berbagai Perlakuan ...76

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Denah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Dalam Bentuk

Faktorial dengan pola 3x5 dengan 3 kelompok ... 86 2. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk Tinggi Tanaman

Jagung Zea mays L. ... 88 3. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk Panjang Daun Jagung

Zea mays L. ... 89 4. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk Lebar Daun Jagung

Zea mays L. ... 90 5. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk jumlah Daun Jagung

Zea mays L. ... 91 6. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk Diameter Batang Jagung

Zea mays L. ... 93 7. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk Umur Keluar Bunga Jantan

(Anthesis) tanaman Jagung Zea mays L. ... 93 8. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk Umur Keluarnya

Bunga Betina (Silking) tanaman Jagung Zea mays L. ... 93 9. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk Panjang Tongkol

Dengan Klobot tanaman Jagung Zea mays L. ... 94 10. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk Panjang Tongkol

Tanpa Klobot tanaman Jagung Zea mays L. ... 94 11. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk Jumlah Baris/Tongkol

tanaman Jagung Zea mays L. ... 94 12. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk Jumlah Biji/ Baris

tanaman Jagung Zea mays L. ... 95 13. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk Diameter Tongkol

tanaman Jagung Zea mays L. ... 95 14. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk Jumlah Tongkol/

tanaman Jagung Zea mays L. ... 95 15. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk Berat Basah Tongkol

Tanaman Jagung Zea mays L. ... 96

(15)

16. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk Berat Kering

tongkol tanaman Jagung Zea mays L. ... 96

17. Hasil Analysis of Variance (Anova) untuk Panjang Akar tanaman Jagung Zea mays L. ... 96

18. Skema Kerja Penelitian Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Zea mays L. Lokal Bebo Dan Kandora Asal Tana Toraja Sulawesi Selatan ... 97

19. Gambar Penelitian ... 98

20. Hasil Analisis Kandungan Pupuk Organik Cair (POC) ... 106

21. Hasil Analisis Kandungan Tanah Sebelum penelitian ... 107

22. Hasil Analisis Kandungan Tanah Setelah penelitian ... 108

23. Hasil Penentuan Warna Permukaan Biji Jagung... 109

24. Rumus Uji BNT... 110

(16)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari Familia Graminae. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman pangan yang penting, selain gandum dan padi, sebagai sumber karbohidrat utama, jagung menjadi sumber pangan di beberapa daerah. Penduduk beberapa daerah di Indonesia, seperti Madura dan Nusa Tenggara, menggunakan jagung sebagai makanan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung ditanam sebagai pakan ternak, yaitu tongkol dan daunnya sebagai hijauan, bijinya dapat dibuat menjadi minyak atau dibuat menjadi tepung jagung atau maizena, tepung biji dan tepung tongkolnya dapat menjadi bahan baku industri (Prahasta, 2009).

Produksi jagung di Indonesia sebagai bahan pangan pokok berada diurutan ketiga setelah padi dan ubi kayu. Produksi jagung nasional selama lima tahun menunjukkan peningkatan, yaitu sebesar 11.609.403 ton (2006), 13.287.527 ton (2007), 15.860.299 ton (2008), 17.041.215 ton (2009) serta 18.327.636 ton pada tahun 2010 (Aini, 2013). Produktivitas jagung di Sulawesi Selatan selama tiga tahun menunjukkan peningkatan, yaitu sebesar 1.250.202 ton (2013), 1.490.991 ton (2014) dan 1.528.414 pada tahun 2015. Data tersebut menunjukan bahwa jagung mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai pangan pokok alternatif (Badan Pusat Statistik, 2015).

Jagung dapat dijadikan sebagai alternatif makanan pokok karena mempunyai beberapa keunggulan. Menurut Sugiyono et al. 2004, jagung mempunyai kadar protein lebih tinggi (9,5%) dibandingkan dengan beras (7,4%).

(17)

Selain itu, kandungan mineral dan vitamin antara beras dan jagung juga hampir sama. Keunggulan jagung dibanding jenis serealia lainnya adalah warna kuning pada jagung karena mengandung karotenoid. Karotenoid pada jagung kuning berkisar antara 6,4-11,3 µg/g, 22% diantaranya beta-karoten dan 51% xantofil, Pigmen xantofil yang utama adalah lutein dan xeaxanthin (Koswara, 2000). Beta- karoten memiliki aktivitas provitamin A yang dapat memberikan perlindungan terhadap kebutaan khususnya disebabkan oleh katarak dengan menjadi filter terhadap sinar UV. Xanthofil memiliki fungsi meregulasi perkembangan sel dan melindungi sel normal dari sel mutan pemicu penyebab kanker, menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan tubuh, sistem imunitas tubuh terhadap serangan infeksi dengan meningkatkan komunikasi antar sel dan mencegah penyakit jantung (Abdelmadjid, 2008). Hasil penelitian Juhriah dkk., 2015, menyatakan bahwa jagung lokal Bebo dan jagung lokal Kandora asal Tana Toraja memiliki kandungan total karoten yang tinggi yaitu 1672.77 ppm dan 1452.30 ppm dibandingkan jagung lokal lainnya yang ada di Sulawesi Selatan, sehingga sangat cocok untuk dikembangkan.

Tanaman jagung memerlukan hara yang cukup selama pertumbuhannya, karena itu pemupukan merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya jagung.

Pemberian pupuk, baik organik maupun an-organik, pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman, mengingat hara dari dalam tanah umumnya tidak mencukupi (Zubachtirodin et al. 2011). Pengelolaan kesuburan tanah harus diperhatikan agar tanah dapat menyokong pertumbuhan dan produksi tanaman yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Raihan (2000) menyatakan bahwa tanaman yang dibudidayakan saat ini umumnya membutuhkan

(18)

unsur hara dari berbagai jenis dan dalam jumlah relatif banyak, sehingga hampir dapat dipastikan bahwa tanpa dipupuk tanaman tidak mampu memberikan hasil seperti yang diharapkan. Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang erat kaitannya dengan pertumbuhan dan produksi tanaman. Ketersediaan pupuk sumber hara N, P, dan K yang lebih direspons oleh tanaman saat ini semakin sulit diperoleh oleh petani, sehingga diperlukan informasi tentang ketersediaan hara di dalam tanah agar diketahui unsur hara yang kahat di tanah tersebut. Kegiatan ini memberikan hasil yang optimal tergantung pada beberapa faktor, di antaranya takaran dan jenis pupuk yang digunakan. Jenis dan takaran pupuk ini banyak digunakan untuk mengkaji tanggap (respons) tanaman terhadap tindakan pemupukan. Salah satu tanaman yang respons terhadap pemupukan adalah jagung.

Jagung membutuhkan unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro yang essensial untuk jagung antara lain nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Sutoro et al. (1988) menyatakan bahwa pupuk N sangat dibutuhkan jagung pada tanah

dengan kadar N-total kurang dari 0,4%, dan jagung memberikan respons terhadap pupuk apabila kadar P-tersedia dalam tanah kurang dari 87,32 mg.kg-1, Sedangkan tanah dengan kadar K kurang dari 0,43 cmol.kg-1 tanah, jagung perlu dipupuk.

Pupuk merupakan material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu bereproduksi dengan baik. Berdasarkan senyawanya pupuk dibedakan menjadi 2 yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dari bahan kimia aktif, pupuk ini banyak digunakan oleh petani, karena pupuk anorganik lebih praktis, memiliki unsur yang dibutuhkan tanaman dalam kadar yang tinggi, dan cepat tersedia bagi tanaman. Penggunaan pupuk

(19)

anorganik yang terus menerus akan memberikan dampak negatif terhadap tanah, yaitu mengakibatkan kadar bahan organik menurun, polusi lingkungan, aktivitas mikroorganisme tanah menurun, dan terjadinya pemadatan tanah. Salah satu alternatif untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan pupuk anorganik yaitu penambahan bahan organik karena bahan organik dapat berfungsi sebagai sumber energi bagi mikroorganisme tanah, memperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara N, P dan S menambah kemampuan tanah untuk menahan air, serta meningkatkan KTK (Kapasitas Tukar Kation) (Hardjowigeno, 1989).

Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau alami seperti pelapukan organisme tumbuhan atau hewan. Secara umum pupuk organik dibedakan berdasarkan bentuk dan bahan penyusunnya. Jenis pupuk organik yang dilihat dari segi bentuk, terdapat pupuk organik cair dan padat. Sedangkan dilihat dari bahan penyusunnya pupuk organis cair ini terbagi atas pupuk hijau, pupuk kandang dan pupuk kompos.

Menurut Hadisuwito (2012) pupuk organik cair adalah larutan yang berasal dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Pupuk organik cair lebih mudah tersedia, tidak merusak tanah dan tanaman, serta mempunyai larutan pengikat sehingga jika diaplikasikan dapat langsung di gunakan oleh tanaman, selain itu dapat diberikan melalui akar maupun daun tanaman karena unsur haranya sudah terurai sehingga mudah diserap oleh tanaman (Duaja, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang

(20)

dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi.

Pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman, karena itu, pemilihan dosis yang tepat perlu diketahui oleh para peneliti maupun petani dan hal ini dapat diperoleh melalui pengujian-pengujian di lapangan (Rahmi, 2007). Hal tersebut menunjukkan, bahwa penggunaan pupuk organik cair sangat cocok digunakan pada budidaya tanaman jagung.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka telah dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Zea mays L. Lokal Bebo dan Kandora asal Tana Toraja Sulawesi Selatan dengan menggunakan calon varietas jagung Kui Carotenoid asal CIMMYT sebagai pembanding.

I.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan dosis optimal penggunaan pupuk organik cair (POC) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung lokal Bebo dan Kandora asal Tana Toraja.

I.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada petani dan pihak-pihak yang membutuhkan dalam budidaya jagung tentang penggunaaan pupuk organik cair (POC) terhadap pertumbuhan dan produksi jagung dan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik.

I.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada bulan Mei-Agustus 2017 di Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Analisis data dilakukan di Laboratorium

(21)

Botani, Analisis kandungan pupuk dilakukan di Laboratorium kimia makanan ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar, sedangkan untuk analisis kandungan tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Zea mays L.

Menurut Tjitrosoepomo (2013), tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut:

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Zea

Species : Zea mays L.

Jagung Zea mays L. Merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah sejak 7000 tahun yang lalu, jagung mulai dibudidayakan oleh bangsa india. Jagung mulai berkembang di Asia Tenggara pada pertengahan tahun 1500an dan pada awal tahun 1600an. Sejak saat itu jagung mulai berkembang menjadi tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia, Filipina dan Thailand (Iriany dkk., 2007).

Berdasarkan morfologi tanaman jagung terbagi atas beberapa bagian yaitu:

II.1.1 Akar

Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif dan (c) akar penyangga. Akar seminal adalah akar yang

(23)

berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul kepermukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan terhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku mesokotil, Kemudian setelah akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus keatas antara 7-10 buku, semuanya dibawah permukaan tanah.

Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya berperan sedikit dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar tanaman jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar penyangga adalah akar yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air (McWilliams et al. 1999).

Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaaan air tanah dan pemupukan (Syafruddin, 2002). Pemupukan nitrogen dengan takaran berbeda menyebabkan perbedaan perkembangan (Plasticity) sistem perakaran jagung (Smith et al. 1995). Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat pada gambar morfologi akar jagung di bawah ini :

Gambar 1. Morfologi akar jagung Zea mays L Sumber: Subekti dkk., 2008.

(24)

II.1.2 Batang dan Daun

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat, sehingga tanaman berbentuk roset, batang beruas-ruas, ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku, batang jagung cukup kokoh tidak mengandung lignin. Batang jagung berwarna hijau-keunguan, berbentuk bulat, batang berbuku-buku, Helaian daun memanjang dengan ujung daun meruncing, antara pelepah daun dan helaian daun di batasi oleh ligula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan atau embun kedalam pelepah daun. Jumlah daun berksiar 10-20 helai pertanaman. Daun berada pada setiap ruas batang dengan kedudukan yang saling berlawanan (Purwono dan Hartono, 2006).

Buku pada batang jagung terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol.

Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi dan lingkaran-lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentarasi bundles vaskuler yang tinggi dibawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal dibawah epidermis batang dan disekeliling bundles vaskuler (Paliwal, 2000). Terdapat variasi ketebalan kulit antar genotipe yang dapat digunakan untuk seleksi toleransi tanaman terhadap rebah batang, sesudah koleoptil muncul diatas permukaan tanah, daun jagung mulai terbuka. setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula dan pelepah daun yang erat melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku

(25)

batang. Jumlah daun pada jagung umumnya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun jagung yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun.

Tanaman jagung didaerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang (Paliwal, 2000).

II.1.3 Bunga

Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina berbentuk tongkol, muncul dari ketiak daun (aillary apices tajuk). Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal diujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga betina tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan (Paliwal, 2000). Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-butiran pati. Dinding tebalnya terbuat dari dua lapisan, exine dan intin, dan cukup keras. Perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak diatas dan bawah. Matangnya spike tidak bersamaan maka pollen pecah secara berlanjut dari tiap tassel dalam waktu seminggu atau lebih.

Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm atau lebih, sehingga keluar dari ujung klobot. Panjang rambut jagung bergantung pada panjang tongkol dan klobot (Subekti dkk., 2008).

(26)

II.1.4 Tongkol dan biji

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.

Tongkol jagung diselimuti oleh daun klobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah, setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap.

Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) perikarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm , sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, minyak, mineral, dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikula, scutelum, dan koleoptil (Hardman dan Gunsolus, 1998).

II.2 Fase Pertumbuhan Dan Perkecambahan

Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antar tahap pertumbuhan dan jumlah daun berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung Zea mays L. dapat dikelompokkan kedalam tiga tahap yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) Fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai munculnya bunga jantan (tasseling) dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifikasi dengan jumlah daun yang terbentuk;

(27)

dan (3) fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah keluarnya bunga betina (silking) sampai masak fisiologis.

Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji.

Benih jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30% (McWilliams et al. 1999). Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak dan protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan asam amino yang dapat diangkut kebagian embrio yang tumbuh aktif. Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza. Setelah radikula muncul, kemudian akar seminal lateral juga muncul. Pada waktu yang sama atau sesaat kemudian plumule tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong keatas oleh pemanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan penting dalam pemunculan kecambah keatas tanah. Ketika ujung koleoptil muncul ke luar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul muncul dari koleoptil dan menembus permukaan tanah.

Benih jagung umumnya ditanam pada kedalaman 5-8 cm, apabila kelembapan tepat, pemunculan kecambah seragam dalam 4-5 hari setelah tanam sedangkan pada kondisi yang dingin atau kering, pemunculan tanaman dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau lebih. Semakin dalam lubang tanam semakin lama pemunculan kecambah ke atas permukaan tanah.

(28)

Keseragaman perkecambahan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Perkecambahan tidak seragam jika daya tumbuh benih rendah. Tanaman yang terlambat tumbuh akan ternaungi dan gulma lebih bersaing dengan tanaman, akibatnya tanaman yang terlambat tumbuh tidak normal dan tongkolnya relatif lebih kecil dibanding tanaman yang tumbuh lebih awal dan seragam. Berdasarkan penjelasan diatas, proses perkecambahan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2. Perkecambahan Benih Jagung Sumber: Subekti dkk., 2008.

Setelah perkecambahan, menurut Subekti dkk., 2008, bahwa pertumbuhan jagung melewati beberapa fase berikut :

a. Fase V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5)

Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 10-18 hari setelah berkecambah. Pada fase ini akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul sudah mulai aktif dan titik tumbuh di bawah permukaan tanah. Suhu tanah sangat mempengaruhi titik tumbuh. Suhu rendah akan memperlambat keluar daun, meningkatkan jumlah daun (McWilliams et al. 1999).

b. Fase V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna 6-10)

(29)

Fase ini berlangsung ada saat tanaman berumur antara 18-35 hari setelah berkecambah. Titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan akar dan penyebarannya di tanah sangat cepat, dan pemanjangan batang meningkat dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga jantan (tassel) dan perkembangan tongkol dimulai (Lee, 2007). Tanaman mulai menyerap hara dalam jumlah yang lebih banyak, karna itu pemupukan pada fase ini diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hara bagi tanaman (McWilliams et al. 1999).

c. Fase V11-Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun terakhir 15-18) Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari setelah berkecambah. Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan kering meningkat dengan cepat pula. Kebutuhan hara dan air relatif sangat tinggi untuk mendukung laju pertumbuhan tanaman. Tanaman sangat sensitif terhadap cekaman kekeringan dan perkembangan tongkol, dan bahkan akan menurunkan jumlah biji dalam satu tongkol karna mengecilnya tongkol, yang akibatnya menurunkan hasil (McWilliams et al. 1999, Lee 2007). Kekeringan pada fase ini juga akan memperlambat munculnya bunga betina (Silking).

d. Fase Tasseling (Berbunga jantan)

Fase tasseling biasanya berkisar antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/ rambut tongkol). Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum rambut tongkol muncul, dimana pada periode ini tinggi tanaman hampir mencapai maksimun dan di mana pada periode ini tinggi tanaman hampir mencapai maksimun dan mulai menyebarkan serbuk sari (pollen). Pada fase ini dihasilkan biomas maksimun dari bagian vegetatif tanaman,

(30)

yaitu sekitar 50% dari total bobot kering tanaman, penyerapan N, P, dan K oleh tanaman masing-masing 60-70%, 50% dan 80-90%.

e. Fase R1 (silking)

Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang terbungkus klobot, biasanya mulai 2-3 hari setelah tasseling. Penyerbukan (polinasi) terjadi ketila serbuk sari yang dilepas oleh bunga jantan jatuh menyentuh permukaan rambut tongkol yang masih segar. Serbuk sari tersebut membutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk mencapai sel telur (ovule), di mana pembuahan akan berlangsung membentuk bakal biji. Rambut tongkol muncul dan siap diserbuki selama 2-3 hari. Rambut tongkol tumbuh memanjang 2,5-3,8 cm/hari dan akan terus memanjang hingga diserbuki. Bakal biji hasil pembuahan tumbuh dalam suatu struktur tongkol dengan dilindungi oleh tiga bagian penting biji, yaitu glume, lemma, dan palae, serta memiliki warna putih pada bagian luar biji. Bagian dalam biji berwarna bening dan mengandung sangat sedikit cairan. Pada tahap ini, apabila biji dibelah dengan menggunakan silet, belum terlihat struktur embrio di dalamnya.

Serapan N dan P sangat cepat dan K hampir komplit (Lee, 2007).

f. Fase R2 (Blister)

Fase R2 muncul sekitar 10-14 hari setelah silking, rambut tongkol sudah kering dan berwarna gelap. Ukuran tongkol, klobot dan jenggel hampir sempurna, biji sudah mulai nampak dan berwarna putih, pati mulai diakumulasi ke endosperm, kadar air biji sekitar 85% dan akan menurun terus sampai panen.

g. Fase R3 (Masak susu)

Fase ini terbentuk 18-22 hari setelah silking. Pengisian biji semula dalam bentuk cairan bening, berubah seperti susu. Akumulasi pati pada setiap biji sangat

(31)

cepat, warna biji sudah mulai terlihat (bergantung pada warna biji setiap varietas), dan bagian sel pada endosperm sudah terbentuk lengkap. Kekeringan yang terjadi pada fase R1-R3 menurunkan ukuran dan jumlah biji yang terbentuk. Kadar air biji dapat mencapai 80%.

h. Fase R4 (dough)

Fase R4 mulai terjadi 24-18 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti pasta (belum mengeras). Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah terbentuk dan kadar air biji menurun menjadi sekitar 70%. Cekaman kekeringan pada fase ini berpengaruh terhadap bobot biji.

i. Fase R5 (Pengerasan biji)

Fase R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah silking. Seluruh biji sudah terbentuk sempurna, embrio sudah masak, dan akumulasi bahan kering biji akan segera terhenti. Kadar air biji 55%.

j. Fase R6 (masak fisiologis)

Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65 hari setelah silking. Pada tahap ini, biji-biji pada tongkol telah mencapai bobot kering

maksimun. Lapisan pati yang keras pada biji telah berkembang dengan sempurna dan telah terbentuk pula lapisan absisi yang berwarna coklat atau kehitaman.

Pembentukan lapisan hitam (Black layer) berlangsung secara bertahap, dimulai dari biji bagian pangkal tongkol menuju kebagian ujung tongkol. Pada varietas hibrida, tanaman yang mempunyai sifat tetap hijau (stay-green) yang tinggi, klobot dan daun bagian atas masih berwarna hijau meskipun telah memasuki tahap masak fisiologis. Pada tahap ini kadar air biji berkisar 30-35% dengan total bobot kering dan penyerapan N, P dan K oleh tanaman masing-masing 100%.

(32)

Berdasarkan penjelasan diatas, fase-fase pertumbuhan jagung dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3. Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung Sumber: Subekti dkk., 2008.

II.3 Komposisi Kimia Jagung

Komponen kimia terbesar dalam jagung adalah karbohidrat, yaitu sekitar 72% dari berat biji yang sebagian besar berupa pati, yang secara umum mengandung amilosa 25-30% dan amilopektin sekitar 70-75% (Boyer dan Shannon, 2003). Biji jagung mengandung lipid yang terdiri dari triasilgliserol (TAGs) yaitu sekitar 95%, fosfolipid, glikolipid, hidrokarbon, fitosterol (sterol dan stanol), asam lemak bebas, karotenoid (vitamin A), tocol (vitamin E), dan waxes.

Asam lemak yang terkandung pada minyak jagung antara lain asam linoleat (59,7%), asam oleat (25,2%), asam palmitat (11,6%), asam stearat (1,8%), dan asam linolenat (0,8%). Kandungan asam lemak tersebut sebenarnya memiliki efek fungsional, namun kandungan ini akan menghasilkan produk dari jagung memiliki tekstur yang kurang baik serta mudah sekali mengalami ketengikan (Lawton dan Wilson, 2003).

Komposisi kimia pada biji jagung menurut Watson (2003) dapat dilihat pada Tabel 1 selain itu, biji jagung juga mengandung beberapa vitamin seperti kolin

(33)

57 mg/kg, niasin 28 mg/kg, asam pantotenat 6,6 mg/kg, piridoksin 5,3 mg/kg, tiamin 3,8 mg/kg, riboflavin 1,4 mg/kg, asam folat 0,3 mg/kg, biotin 0,08 mg/kg, vitamin A (karoten) 2,5 mg/kg, dan vitamin E (tokofreol) 30 IU/kg (Watson, 2003).

Karatenoid umumnya terdapat pada biji jagung kuning, sedangkan jagung putih mengandung karatenoid sangat sedikit bahkan tidak ada. Biji tua jagung mengandung sangat sedikit asam askorbat (Vitamin C), dan Vitamin B6 (Suarni dan Widowati, 2007).

Tabel 1. Komposisi Senyawa Kimia dalam Biji Jagung

Sumber: Watson, 2003.

II.4 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Tanaman jagung menghendaki tempat terbuka dan menyukai cahaya.

Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman jagung dari 0 sampai dengan 1300 m di atas permukaan laut. Temperatur udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah 23 – 27 0C. Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung pada umumnya antara 200 sampai dengan 300 mm per bulan atau yang memiliki curah hujan tahunan antara 800 sampai dengan 1200 mm. Tingkat kemasaman tanah (pH) tanah yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung berkisar antara 5,6 sampai dengan 6,2. Saat tanam jagung tidak tergantung pada musim, namun tergantung pada ketersediaan air yang cukup. Apabila pengairannya cukup, penanaman jagung pada musim kemarau akan memberikan

Komponen Pati (%) Protein (%) Lipid(%) Gula(%) Abu(%) Serat(%) Biji Utuh 73,4 9,1 4,4 1,9 1,4 9,5 Endosperma 87,6 8,0 0,8 0,62 0,3 1,5 Lembaga 8,3 18,4 33,2 10,8 10,5 14 Perikarp 7,3 3,7 1,0 0,34 0,8 90,7 Tip Cap 6,3 9,1 3,8 1,6 1,6 95

(34)

pertumbuhan jagung yang lebih baik. Secara fisiologis tanaman jagung termasuk tanaman C4. Pertumbuhannya memerlukan cahaya yang penuh. Golongan tanaman C4 ini juga lebih efisien dalam memanfaatkan CO2 yang diperlukan dalam proses fotosintesis (Riswandi dkk., 2014)

Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan jagung, diantaranya : a) Tanah

Tanaman jagung tidak terlalu menuntut jenis tanah yang khusus untuk pertumbuhannya. Tanah yang mengandung kadar lempung sedang, disertai dengan drainase yang baik serta banyak mengandung bahan organik yang tinggi adalah cocok untuk tanaman jagung. Keasaman tanah (pH) yang diinginkan berkisar 5,5 – 6,8. Tanaman jagung yang ditumbuhkan pada tanah-tanah yang terlalu asam akan memberikan hasil yang rendah (Sutarya dkk., 1995).

Lapisan tanah bagian atas pada umumnya mengandung bahan organik yang lebih tinggi dibanding lapisan tanah bawahnya, karena akumulasi bahan organik yang lebih tinggi dibanding lapisan tanah bawahnya. Akumulasi bahan organik inilah maka lapisan tanah tersebut berwarna gelap dan merupakan lapisan tanah yang subur, sehingga merupakan bagian tanah yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman (Islami dkk., 2004).

Tanah adalah medium alam untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang baik adalah tanah yang tersedia unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang baik biasanya mengandung banyak bahan organik, gembur, dan mempunyai porositas yang baik (Hakim dkk., 1986).

(35)

Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah alluivial atau lempung yang subur, sebab jenis tanah ini terbebas dari air yang berlebihan yang tidak disukai tanaman jagung (Kartasapoetra, 1988).

b) Iklim

Tanaman jagung dapat ditanam didataran rendah atau di dataran tinggi sampai ketinggian 2000 meter diatas permukaan laut. Jagung yang diusahakan didataran tinggi biasanya berumur lebih panjang daripada jagung yang diusahakan di dataran rendah (Sutarya dkk., 1995).

Tanaman jagung merupakan tanaman yang toleran terhadap lingkungan, sehingga dapat tumbuh pada daerah tropis 50 - 40°C, suhu optimum 26,5-29,5°C dan pH di atas 5 (Basir dkk., 2001).

Agar dapat tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata antara 14°-30°C, pada daerah dengan ketinggian sekitar 2,200 m dpl.

dengan curah hujan sekitar 600 - 1.200 mm per tahun yang terdistribusi rata selama musim tanam (Kartasapoetra, 1988).

c) Air

Faktor air juga merupakan salah satu faktor pembatas untuk pertumbuhan jagung. Kebutuhan air yang terbanyak pada tanaman jagung adalah pada stadia pembungaan dan stadia pengisian biji. Radiasi surya yang diterima oleh tanaman selama fase berbunga juga merupakan faktor yang penting untuk penentuan jumlah biji. Bagian terbesar dari sinar surya yang jatuh ke bumi akan diserap oleh daun-daun yang digunakan untuk proses fotosintesis dan transpirasi (Subandi, 1988).

(36)

d) Gulma

Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian- kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas (Ebtan dkk., 2014).

II.5 Pupuk organik cair (POC)

Pupuk organik umumnya merupakan pupuk lengkap karena mengandung unsur makro dan mikro meskipun dalam jumlah sedikit. Pupuk cair ini lebih seragam dalam campuran hara daripada pupuk non cair. Hal ini meningkatkan ketersediaan nutrisi karena keberadaan air, sehingga hubungan yang tinggi antara jumlah air dan ketersediaan hara, penggunaan pupuk organik cair dapat menjadi cara yang efisien meningkatkan serapan hara karena komposisi yang homogen tadi (Kasim dkk, 2011).

Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Parman, 2007).

(37)

Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat (Ambarwati dkk, 2007) diantaranya adalah:

1) Mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara.

2) Meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit.

3) Merangsang pertumbuhan cabang produksi.

4) Meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta 5) Mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.

Pupuk cair adalah pupuk yang berbentuk cairan, dibuat dengan cara melarutkan kotoran ternak, daun jenis kacang-kacang dan rumput jenis tertentu ke dalam air. Pupuk cair mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, kesehatan tanaman. Unsur-unsur hara itu terdiri dari:

Unsur Nitrogen (N), untuk pertumbuhan tunas, batang dan daun. Unsur Fosfor (P), untuk merangsang pertumbuhan akar buah, dan biji. Unsur Kalium (K), untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Pupuk cair ini memiliki keistimewaan yaitu pupuk ini dibanding dengan pupuk alam yang lain (pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos) lebih cepat diserap tanaman (Indrakusuma, 2000).

Penggunaan pupuk organik pada budi daya tanaman harus lebih sering digunakan karena umumnya kandungan bahan organik ditanah-tanah pertanian semakin rendah. Kesadaran petani terhadap kelemahan penggunaan pupuk

(38)

anorganik yang berlebihan semakin menurun, sebagian besar hasil panen diambil bersamaan dengan tanamannya, tanpa adanya usaha pengembalian sebagian sisa panen ke dalam tanah, maka kandungan bahan organik di dalam tanah semakin rendah. Pupuk organik selain berfungsi sebagai sumber hara bagi tanah dan tanaman, dapat juga berfungsi sebagai pemantap agregat tanah tanah dan meningkatkan pembentukan klorofil daun. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan, sehingga penggunaannya dapat membantu upaya konservasi tanah yang lebih baik (Puspadewi dkk., 2016). Pupuk organik cair dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan menyerap nitrogen dari udara (Pasaribu dkk., 2011).

Salah satu contoh pupuk organik cair (POC) komersial yang telah diproduksi adalah MO Plus. Pupuk ini merupakan pupuk hayati yang mengandung konsorsium Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Lactobacillus sp, Bakteri penambat N dan Pelarut P yang dapat memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan hasil pertanian. Pupuk ini diproduksi sejak tahun 2006 oleh CV. Organik Farming. Pupuk MOPLUS direkomendasikan untuk tanaman pangan seperti Padi, Jagung, Bawang Merah, Kentang dan Kedelai. Pupuk Hayati “MO Plus” mengandung beragam PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) yang saling bersinergi, di antaranya: Azotobacter, Pseudomonas sp, Lactobacillus sp, kelompok bakteri penambat N, kelompok Bakteri pelarut P dengan populasi masing-masing >107 cfu/ml. Sejak tahun 2005 pupuk ini banyak digunakan pada tanaman padi, jagung dan kedelai. Hasil uji pada tanaman kedelai dengan aplikasi semprot 4-5 l/ha pada masa vegetatif, pembungaan dan pembentukan polong dapat meningkatkan

(39)

produksi hingga 20-50% atau 1,4-1,8 ton/ha dibanding kontrol yang hanya mencapai 1,2 ton/ha (Baharuddin, 2006).

Bahan Pupuk Organik Cair (POC) yang digunakan adalah air beras, air kelapa, gula merah, dan keong mas. Adapun kandungan air cucian beras dapat dilihat dari Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Hasil Analisis Kandungan Air Cucian Beras

Sumber : Wulandari, 2011.

Dari tabel tersebut diketahui bahwa air cucian beras merah memiliki kandungan unsur hara kalsium, besi dan vitamin B1 yang lebih besar dibandingkan air cucian beras putih, sedangkan air cucian beras putih memiliki kandungan unsur hara nitrogen, fosfor, magnesium, dan sulfur yang lebih tinggi dibanding air cucian beras merah. Perbedaan kandungan unsur hara terlihat mencolok pada unsur hara sulfur (S). Kandungan S dalam air cucian beras merah sebesar 0,005% sedangkan dalam air cucian beras putih sebesar 0,027%. Sulfur dalam metabolisme tanaman memiliki peran dalam sintesis protein dan bagian dari asam amino sistein, biotin dan thiamin. Sulfur membantu stabilisasi struktur protein, membantu sintesis minyak dan pembentukan klorofil, serta mengurangi terjadinya serangan penyakit pada tubuh tanaman. Kandungan unsur hara yang mendominasi dalam larutan air cucian beras merah maupun putih adalah fosfor, magnesium dan kalsium (Wulandari, 2011).

Kandungan Air Cucian Beras Merah Air Cucian Beras Putih

Nitrogen (%) 0,014 0,015

Fosfor (%) 14,452 16,306

Kalium (%) 0,02 0,02

Kalsium (%) 3,574 2,944

Magnesium (%) 13,286 14,252

Sulfur (%) 0,005 0,027

Besi (%) 0,0698 0,0427

Vitamin B1 (%) 0,056 0,043

(40)

Hasil penelitian Riny (2014) pemberian air kelapa pada tanaman sawi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman. Dari keempat perlakuan, yang menunjukan hasil terbaik untuk tinggi tanaman pada tiap minggu pengamatan adalah perlakuan volume air kelapa 250 ml, ini disebabkan karena pada volume air kelapa 250 ml terdapat cadangan auksin dan sitokinin. Kandungan auksin dan sitokinin tersebut berperan dalam proses pembelahan sel sehingga membantu pembentukan tunas dan pemanjangan batang. Auksin akan memacu sel untuk membelah secara cepat dan berkembang menjadi tunas dan batang (Pamungkas dkk., 2009).

Air kelapa selain mengandung hormon tumbuh auksin dan siotokinin, juga mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Pada volume air kelapa 250 ml memberikan dampak ketersediaan nutrisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jumlah pemberiaan air kelapa dalam volume yang lebih sedikit. Ketersediaan nutrisi bagi tanaman sangat penting untuk proses pertumbuhan. Dengan adanya unsur kalium (K) yang tinggi dapat merangsang pertumbuhan dengan cepat (Riny, 2014).

Menurut Pambudi (2011) Keong mas cukup potensial sebagai sumber protein hewani. Keong mas memiliki kandungan gizi lain yakni kalori dan karbohidrat. Keong mas juga mengandung vitamin dan mineral yang ditemukan dalam daging keong mas antara lain Kalsium 7593 mg/100 g, Na 620,84 mg/100 g, Kalium 824,84 mg/100 g , Fosfor 1454,32mg/100 g, Magnesium 238,05 mg/100g, Seng 20,57 mg/100 g, dan Zat besi 44,16 mg/100 g. Hasil penelitian Prayitna (2017) Pemberian pupuk organik cair keong mas memberikan pengaruh yang signifikan pada tinggi batang dan jumlah polong.

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, alat tugal, bambu, plastik bening, kantong kertas, meteran, mistar, gunting, ember, klip, kertas, timbangan, kamera, alat tulis, dan sigmat (jangka sorong).

III.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Saromyl, Sevin, benih Jagung Lokal Bebo dan Jagung Lokal Kandora yang berasal dari Tana Toraja Sulawesi Selatan, dan benih jagung Kui Carotenoid Syn, asal CIMMYT, pupuk organik cair (POC) komersial (MO PLUS), dan Pupuk organik cair (POC) yang terbuat dari bahan Keong mas, air kelapa, gula merah, dan air beras.

III.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola 3x5 dengan 3 kelompok (ulangan).

Faktor 1 (Sumber jagung lokal)

A1 : Jagung Lokal Bebo, Sanggala (Tana Toraja) A2 : Jagung Lokal Kandora, (Tana Toraja) A3 : Kui Carotenoid Syn, (CIMMYT) Faktor 2 (Dosis POC)

K0 : Tanpa pemberian POC (Kontrol) Air (Kontrol Negatif) K1 : POC Komersial (MO PLUS) 10 ml/l (Kontrol Positif) K2 :Pupuk organik cair (POC) 10 ml/l

K3 : Pupuk organik cair (POC) 20 ml/l K4 : Pupuk organik cair (POC) 30 ml/l

(42)

III.4 Prosedur Kerja

Adapun Prosedur kerja yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1. Pengolahan lahan dan pembuatan plot penilitian

Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah pembersihan lahan dari gulma dan sisa-sisa tanaman dengan cara diolah dengan menggunakan dengan traktor kemudian diratakan. Setelah tanah diolah, lalu tanah dibuat plot dengan ukuran lebar 30 cm, panjang 900 cm. Jumlah plot yang digunakan 45 plot yang telah diberi kode, Jumlah tanaman dalam 1 plot adalah 5 tanaman, plot ini terbagi menjadi 3 kelompok (ulangan) dalam 1 kelompok terdiri dari 15 plot. Jarak antara kelompok 100 cm, jarak antara tanaman 20 cm dan jarak antara plot 30 cm. Denah penelitian dapat dilihat pada lampiran 1.

2. Persiapan dan Penanaman benih

Persiapan benih dilakukan dengan cara mencampurkan benih dengan Fungisida Saromyl dan sevin, selanjutnya lubang tanam dibuat dengan alat tugal/batang kayu dengan kedalaman lubang tanam sekitar 3-5 cm. 1 benih jagung dimasukkan satu lubang tanam, kemudian tutup dengan tanah.

Penyemaian benih secara terpisah pada wadah/kotak persemaian disiapkan untuk menyulam tanaman jagung yang gagal tumbuh, agar tanaman hasil sulaman memiliki umur yang sama dengan tanaman yang telah ditanam di lahan.

3. Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur 15, 30, dan 45 hari setelah tanam (HST). Pengaplikasian pupuk organik cair diberikan pada akar tanaman dengan cara menyiramkan pada media tanam masing-masing 500 ml.

(43)

4. Pemeliharaan

Proses pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan dan pembumbunan. Penyiraman dilakukan sekali 2 kali seminggu atau sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan gulma dengan cara mencabuti atau mengambil gulma yang tumbuh disekitar tanaman, sedangkan pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah.

5. Panen

Secara fisik jagung yang siap panen terlihat dari daun klobotnya yang mengering, berwarna kekuningan. Pemanenan dilakukan setelah biji pada tongkol mencapai kriteria panen dengan tanda-tanda rambut berwarna coklat kehitaman dan telah mengering dan adanya pembentukan lapisan hitam (Black layer) pada biji.

III.5 Pengamatan

Parameter pengamatan yang dilakukan yaitu:

1) Tinggi tanaman (cm), pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada umur 23, 32, 38, 45, sampai umur 53 HST. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman mulai permukaan tanah hingga pucuk tanaman.

2) Panjang daun (cm), pengamatan panjang daun dilakukan pada umur 23, 32, 38, 45, sampai umur 53 HST, dengan cara mengukur daun yang paling panjang. mengukur mulai pangkal daun sampai ujung daun dengan mistar.

3) Jumlah daun (helai), pengamatan jumlah daun dilakukan pada umur 23, 32, 38, 45, sampai umur 53 HST, dengan cara menghitung jumlah daun yang

(44)

sudah terbuka sempurna. Jumlah daun dihitung sampai tanaman telah mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina dengan interval pengamatan satu minggu sekali sampai panen.

4) Lebar daun (cm), pengamatan lebar daun dilakukan pada umur 23, 32, 38, 45, sampai umur 53 HST dengan cara mengukur helai daun pada bagian daun terlebar dengan menggunakan mistar.

5) Waktu berbunga atau keluarnya bunga jantan (anthesis), pengamatan ini dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat waktu keluarnya bunga atau malai pada setiap tanaman

6) Waktu berbunga atau keluarnya bunga betina (silking), pengamatan ini dilakukan pada saat munculnya rambut dari dalam tongkol yang terbungkus klobot.

7) Panjang tongkol dengan klobot (cm), dilakukan setelah panen dengan cara diukur dari pangkal tongkol sampai ujung klobot, pengukuram dilakukan sebelum jagung dilepas dari klobotnya.

8) Panjang tongkol (cm), diukur setelah jagung dikupas dari klobotnya, panjang tongkol diukur mulai dari pangkal sampai ujung tongkol menggunakan mistar.

9) Berat basah buah (g), jagung beserta tongkolnya yang telah dikupas klobotnya selanjutnya ditimbang beratnya menggunakan timbangan sebelum dijemur.

10) Diameter tongkol (mm), dilakukan setelah tongkol dikupas klobotnya.

Diameter yang diukur adalah tongkol jagung yang paling menggembung (diameternya yang paling besar) menggunakan sigmat (jangka sorong).

(45)

11) Diameter batang (mm), dilakukan dengan cara mengukur diameter batang jagung menggunakan sigmat (jangka sorong).

12) Jumlah tongkol/tanaman, pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah tongkol yang muncul dalam setiap tanaman.

13) Jumlah baris biji/pertongkol, pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah baris yang ada dalam satu tongkol jagung.

14) Jumlah biji/baris, pengamatan ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah biji yang terdapat dalam satu baris di setiap tongkol jagung.

15) Berat kering buah (g), pengamatan ini dilakukan dengan cara menimbang tongkol jagung yang telah dikeringkan menggunakan timbangan digital.

16) Panjang akar (cm), pengamatan ini dilakukan dengan cara mengukur panjang akar tanaman yang telah dicabut setelah panen.

17) Pengamatan warna utama permukaan biji tongkol jagung dilakukan secara visual dengan menggunakan buku panduan pelaksanaan uji kebaruan, keunikan, keseragaman dan kestabilan tanaman jagung.

III. 5. 1 Analisis Kandungan Tanah

Kandungan tanah dianalisis pada saat sebelum dan Setelah perlakuan atau Penelitian. Kandungan tanah yang dianalisis adalah pH, N total, P, K, C organik dan C/N rasio.

III.5.2.1 Analisis pH tanah

Analisis ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Olsen. Sampel tanah dikeringkan kemudian digerus dan di ayak setelah itu ditimbang 10,00 g sampel tanah sebanyak dua kali, masing-masing dimasukkan ke dalam botol kocok, ditambah 50 ml air bebas ion ke botol yang satu (pH H2O) dan 50 ml KCl

(46)

1 M ke dalam botol lainnya (pH KCl), lalu dikocok dengan mesin pengocok selama 30 menit. Suspensi tanah diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi menggunakan larutan sangga pH 7,0 dan pH 4,0.

III.5.2.2 Analisis fosfor (P) a. Cara kerja

Analisis ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Olsen. Sampel tanah dikeringkan kemudian digerus dan di ayak setelah sampel tanah < 2 mm ditimbang sebanyak 1,0 g, dimasukkan ke dalam botol kocok, ditambah 20 ml pengekstrak Olsen, kemudian dikocok selama 30 menit. Disaring dan bila larutan keruh maka dikembalikan lagi ke atas saringan semula. Ekstrak dipipet 2 ml ke dalam tabung reaksi dan selanjutnya bersama deret standar ditambahkan 10 ml pereaksi pewarna fosfat, dikocok hingga homogen dan biarkan 30 menit.

Absorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 889 nm.

b. Perhitungan

Kadar P2O5 tersedia (ppm) (Eviati, 2009).

= ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 1.000 g (g contoh)-1 x fp x 142/190xfk

= ppm kurva x 20/1.000 x 1.000/1 x 142/190 x fk = ppm kurva x 20 x 142/190 x fk

Keterangan:

ppm kurva= kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.

Fp = faktor pengenceran (bila ada)

142/190 = faktor konversi bentuk PO4 menjadi P2O5

Fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air)

(47)

III.5.2.3 Analisis N-total a. Cara kerja

Destruksi contoh

Analisis ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Kjeldahl.

Sampel tanah dikeringkan kemudian digerus dan di ayak kemudian ditimbang 0,5 g dengan ukuran < 0,5 mm, lalu dimasukkan ke dalam tabung digest.

Ditambahkan 1 g campuran selen dan 3 ml asam sulfat pekat, didestruksi hingga suhu 350 oC (3-4 jam). Destruksi selesai bila keluar uap putih dan didapat ekstrak jernih (sekitar 4 jam). Tabung diangkat, didinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan air bebas ion hingga tepat 50 ml. dikocok sampai homogen, dibiarkan semalam agar partikel mengendap. Ekstrak digunakan untuk pengukuran N dengan cara destilasi atau cara kolorimetri.

Pengukuran N

Pengukuran N dengan cara destilasi. Dipindahkan secara kualitatif seluruh ekstrak contoh ke dalam labu didih (menggunakan air bebas ion dan labu semprot). Ditambahkan sedikit serbuk batu didih dan aquades hingga setengah volume labu. Penampung disiapkan untuk NH3 yang dibebaskan yaitu erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat 1% yang ditambah tiga tetes indikator Conway (berwarna merah) dan dihubungkan dengan alat destilasi, dengan

menggunakan gelas ukur, menambah NaOH 40% sebanyak 10 ml ke dalam labu didih yang berisi contoh dan ditutup secepatnya. Didestilasi hingga volume penampung mencapai 50–75 ml (berwarna hijau). Destilat dititrasi

(48)

dengan H2SO4 0,050 N hingga warna merah muda. Volume titar dicatat, contoh (Vc) dan blanko (Vb).

Pengukuran N dengan spektrofotometer

Ekstrak hasil dekstruksi contoh dan deret standar dipipet kedalam tabung reaksi masing-masing 2 ml lalu ditambahkan secara berturut-turut larutan sangga Tartrat dan Na-fenat masing-masing sebanyak 4 ml, dikocok lalu dibiarkan selama 10 menit kemudian ditambahkan 4 ml NaOCl 5 %, kemudian dikocok dan diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 636 nm setelah 10 menit sejak pemberian pereaksi ini.

b. Perhitungan

Cara destilasi (Eviati, 2009):

Kadar nitrogen (%) = (Vc - Vb) x N x bst N x 100/mg contoh x fk = (Vc - Vb) x N x 14 x 100/500 x fk

= (Vc - Vb) x N x 2,8 x fk Keterangan:

Vc, b = ml titar contoh dan blanko N = normalitas larutan baku H2SO4 14 = bobot setara nitrogen

100 = konversi ke %

Fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air) Cara Spektrofotometri:

Kadar Nitrogen (%) = ppm kurva x ml ekstrak/1.000 ml x 100/mg contoh x fp x fk

= ppm kurva x 50/1.000 x 100/500 x fp x fk = ppm kurva x 0,01 x fp x fk

Keterangan:

ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko.

100 = konversi ke %

fp = faktor pengenceran (bila ada)

fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 – % kadar air)

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, artikel ini mengkaji terkait sejauh mana konsep ekowisata berbasis masyarakat dalam menunjang pengembangan pariwisata dan hal apa saja yang masih

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kemampuan komunikasi matematis siswa berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi kelas VII SMP Negeri 1 Mojolaban

Karena pembeli memesan dalam bentuk menyuruh pedagang untuk mencari informasi barang tersebut dan menggunakan fungsi kompetitif (meminta) untuk memberikan bohlam

Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan medium tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan, pemberian pupuk organik cair (POC) menunjukan pertumbuhan bibit yang

Perlakuan pemberian pupuk organik cair (POC) dengan konsentrasi 5 ml mampu memberikan respon yang baik pada pertumbuhan dan hasil tanaman selada krop pada variabel

Dari hasil analisis korelasi di atas menunjukkan Di Kecamatan Karang Tengah (Daerah dengan nilai ekskresi iodium urin tinggi) diperoleh hanya terdapat satu

Dengan memperhatikan hasil dari penelitian, maka diharapkan perusahaan lebih dapat memahami analisis dari prediksi delisting pada perusahaan, sehingga nantinya akan membantu

Ketidakuntungan dari piranti yang dihasilkan adalah pengendalian waktu tetap sehingga perlu dimodifikasi dengan mengganti komponen pasif tahanan dan kapasitor nya