• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SURAT EDARAN NOMOR SE-25/BC/2020 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SURAT EDARAN NOMOR SE-25/BC/2020 TENTANG"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SURAT EDARAN NOMOR SE-25/BC/2020

TENTANG

PEDOMAN ANALISIS DOKUMEN CUKAI DAN PEMERIKSAAN PABRIK HASIL TEMBAKAU

Yth. 1. Para Pejabat Eselon II di Lingkungan Kantor Pusat DJBC 2. Para Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai

3. Para Kepala Kantor Pengawasan Utama Bea dan Cukai

4. Para Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai

A. Umum

Dalam rangka pelaksanaan pengawasan dan upaya meningkatkan kepatuhan Pengusaha pabrik hasil tembakau melalui penerapan manajemen risiko, dipandang perlu untuk dilakukan kegiatan analisis dokumen cukai dan pemeriksaan pabrik hasil tembakau.

B. Maksud dan Tujuan

Surat Edaran ini mempunyai:

1. maksud agar dapat memberikan pedoman kepada Pejabat Bea dan Cukai dalam melakukan analisis dokumen cukai dan pelaksanaan pemeriksaan terhadap pabrik hasil tembakau; dan

2. tujuan meningkatkan kepatuhan Pengusaha pabrik hasil tembakau dan meminimalisir terjadinya pelanggaran ketentuan dibidang cukai.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari Surat Edaran ini meliputi:

1. pedoman pelaksanaan analisis dokumen cukai; dan

2. pedoman pelaksanaan pemeriksaan pabrik hasil tembakau.

D. Dasar Hukum

(2)

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai.

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.04/2008 tentang Pengembalian Cukai dan/atau Sanksi Administrasi Berupa Denda.

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.04/2012 tentang Dokumen Cukai dan/atau Dokumen Pelengkap Cukai.

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.04/2014 tentang Penimbunan, Pemasukan, Pengeluaran, dan Pengangkutan Barang Kena Cukai.

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.04/2016 tentang Pemberitahuan Barang Kena Cukai yang Telah Selesai Dibuat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.04/2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.04/2016 tentang Pemberitahuan Barang Kena Cukai yang Telah Selesai Dibuat.

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.04/2016 tentang Pedoman Pembukuan Di Bidang Kepabeanan dan Cukai.

8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.04/2017 tentang Tidak Dipungut Cukai.

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.04/2018 tentang Tata Cara Pemberian, Pembekuan dan Pencabutan Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai.

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.04/2018 tentang Pelunasan Cukai.

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.04/2018 tentang Kewajiban Melakukan Pencatatan Bagi Pengusaha Pabrik Skala Kecil, Penyalur Skala Kecil yang Wajib Memiliki Izin, dan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran yang Wajib Memiliki Izin.

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.04/2020 tentang Perdagangan Barang Kena Cukai Yang Pelunasan Cukainya Dengan Cara Pelekatan Pita Cukai Atau Pembubuhan Tanda Pelunasan Cukai Lainnya.

13. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-24/BC/2018 tentang Tata Cara Pelunasan Cukai.

14. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-08/BC/2019 tentang Tata Cara Penyampaian, Bentuk, dan Cara Pengisian Data Registrasi Pengusaha Barang Kena Cukai.

15. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-15/BC/2020 tentang Pelekatan Pita Cukai.

16. Instruksi Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor INS-03/BC/2018 tentang Penyusunan dan Pemutakhiran Profil Risiko Pengguna Jasa Kepabeanan dan Cukai.

E. Pedoman Pelaksanaan Analisis Dokumen Cukai

1. Pejabat Bea dan Cukai melakukan analisis terhadap dokumen cukai sebagai langkah deteksi dini untuk mengetahui adanya potensi pelanggaran di bidang cukai.

2. Pejabat Bea dan Cukai melakukan analisis dokumen cukai untuk mengetahui perbandingan:

(3)

a. jumlah pemesanan pita cukai hasil tembakau, dibandingkan dengan jumlah produksi hasil tembakau yang dipasarkan di dalam negeri (rasio 1);

b. jumlah pemesanan pita cukai untuk jenis hasil tembakau yang dibuat dengan menggunakan mesin, dibandingkan dengan jumlah pemesanan pita cukai untuk jenis hasil tembakau yang dibuat tanpa menggunakan mesin (rasio 2);

c. jumlah hasil tembakau yang dimusnahkan/diolah kembali, dibandingkan dengan jumlah hasil tembakau yang telah dipesankan pita cukainya (rasio 3); dan d. jumlah pita cukai hasil tembakau yang dikembalikan, dibandingkan dengan

jumlah pita cukai hasil tembakau yang dipesan (rasio 4).

3. Data yang digunakan dalam melakukan analisis dokumen cukai, berasal dari data yang terdapat pada dokumen cukai, baik dalam bentuk data elektronik atau berupa tulisan di atas formulir (hardcopy), yaitu dokumen cukai:

a. Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau (CK-1);

b. Pemberitahuan Barang Kena Cukai Yang Telah Selesai Dibuat untuk Hasil Tembakau (CK-4C);

c. Pemberitahuan Mutasi Barang Kena Cukai (CK-5) tidak dipungut tujuan ekspor;

d. Berita Acara Pemusnahan/Pengolahan Kembali Barang Kena Cukai (BACK-3) dalam rangka mendapatkan Tanda Bukti Perusakan Pita Cukai (CK-2); dan e. Berita Acara Pemeriksaan (BACK-1) dalam rangka mendapatkan Tanda Bukti

Penerimaan Pengembalian Pita Cukai (CK-3).

4. Pedoman analisis dokumen cukai, nilai batas atas dan/atau nilai batas bawah, dan kriteria wajar atau tidak wajar atas hasil analisis dokumen cukai untuk rasio 1, rasio 2, rasio 3, dan rasio 4 tercantum dalam Lampiran I Surat Edaran ini.

5. Direktur Teknis dan Fasilitas Cukai (Dir TFC) dapat melakukan penyesuaian nilai batas atas dan/atau nilai batas bawah dari perbandingan sebagaimana dimaksud pada angka 4, dengan mempertimbangkan perkembangan industri hasil tembakau.

6. Analisis dokumen cukai dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang mempunyai tugas melakukan penelitian pemberitahuan dokumen cukai dan pemeriksaan Pengusaha barang kena cukai pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai (KPUBC) atau pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) yang mengawasi pabrik hasil tembakau.

7. Pejabat Bea dan Cukai pada KPUBC atau pada KPPBC, melakukan analisis dokumen cukai:

a. satu kali dalam satu tahun, untuk analisis dokumen cukai sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf a dan huruf b, paling lambat pada akhir bulan Maret, untuk analisis dokumen cukai periode Januari sampai dengan Desember tahun sebelumnya;

b. dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, analisis dokumen cukai untuk tahun 2021 dilakukan sampai dengan bulan Mei 2021;

c. setiap melakukan penelitian permohonan pemusnahan/pengolahan kembali barang kena cukai, untuk analisis dokumen cukai sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c; dan

d. setiap melakukan penelitian permohonan pengembalian pita cukai, untuk analisis dokumen cukai sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf d.

8. Pejabat Bea dan Cukai yang melakukan analisis dokumen cukai menyampaikan laporan hasil analisis dokumen cukai kepada:

(4)

a. Kepala KPUBC dalam hal analisis dokumen cukai dilakukan Pejabat Bea dan Cukai pada KPUBC; atau

b. Kepala KPPBC dalam hal analisis dokumen cukai dilakukan Pejabat Bea dan Cukai pada KPPBC.

9. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada angka 8:

a. Kepala KPUBC menyampaikan laporan kepada Dir TFC dan Direktur Penindakan dan Penyidikan (Dir P2); atau

b. Kepala KPPBC menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai (Kanwil DJBC) dengan tembusan kepada Dir TFC dan Dir P2.

10. Pejabat Bea dan Cukai melakukan:

a. pemeriksaan pabrik hasil tembakau (pemeriksaan pabrik), dalam hal hasil analisis rasio 1 dan/atau hasil analisis rasio 2, diperoleh angka rasio tidak wajar;

dan/atau

b. konfirmasi kepada Pengusaha pabrik, dalam hal hasil analisis rasio 3 dan/atau hasil analisis rasio 4, diperoleh angka rasio tidak wajar.

11. Pejabat Bea dan Cukai melakukan pemeriksaan pabrik sebagaimana dimaksud pada angka 10 huruf a, sesuai pedoman pelaksanaan pemeriksaan pabrik sebagaimana dimaksud pada huruf F.

12. Pejabat Bea dan Cukai melakukan konfirmasi kepada Pengusaha pabrik sebagaimana dimaksud pada angka 10 huruf b untuk mendapat penjelasan lebih lanjut dan hasilnya disampaikan kepada Kepala KPUBC atau Kepala KPPBC.

13. Kepala KPUBC atau Kepala KPPBC menggunakan hasil konfirmasi sebagaimana dimaksud pada angka 12 sebagai masukan dalam pelayanan pengembalian cukai.

F. Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Pabrik Hasil Tembakau

1. Pejabat Bea dan Cukai melakukan kegiatan pemeriksaan pabrik berupa:

a. pemeriksaan laporan produksi dan pemakaian pita cukai dalam hal hasil analisis rasio 1 diperoleh angka tidak wajar; dan/atau

b. pemeriksaan kapasitas produksi dalam hal hasil analisis rasio 2 diperoleh angka tidak wajar.

2. Pejabat Bea dan Cukai dapat melakukan pemeriksaan pabrik selain karena hasil analisis dokumen cukai sebagaimana dimaksud pada huruf E angka 10, dalam hal:

a. Kepala KPUBC, Kepala KPPBC dan/atau Kepala Kanwil DJBC menganggap perlu; dan/atau

b. terdapat rekomendasi dari Dir TFC dan/atau Dir P2.

3. Pemeriksaan pabrik dikoordinasikan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang mempunyai tugas:

a. melakukan penelitian pemberitahuan dokumen cukai dan pemeriksaan Pengusaha barang kena cukai pada KPUBC atau pada KPPBC; dan/atau b. pemberian bimbingan teknis, pengendalian, pemberian rekomendasi dan

perijinan, serta evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang cukai pada Kanwil DJBC,

yang mengawasi pabrik hasil tembakau.

4. Pejabat Bea dan Cukai pada Kanwil DJBC dan Pejabat Bea dan Cukai pada KPPBC sebagaimana dimaksud pada angka 3 melakukan pembahasan untuk menentukan:

a. pabrik yang akan dilakukan pemeriksaan; dan b. pemeriksaan pabrik akan dikoordinasikan oleh:

(5)

1) Pejabat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf a; atau 2) Pejabat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf b.

5. Penentuan pabrik yang akan dilakukan pemeriksaan, mempertimbangkan:

a. besaran angka rasio tidak wajar;

b. ketersediaan sumber daya manusia;

c. profil risiko Pengusaha pabrik;

d. hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada periode analisis sebelumnya; dan e. informasi lainnya.

6. Pejabat Bea dan Cukai melakukan pemeriksaan pabrik menggunakan kertas kerja:

a. sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II Surat Edaran ini dalam hal melakukan pemeriksaan laporan produksi dan pemakaian pita cukai; atau b. sebagaimana dimaksud dalam Lampiran III Surat Edaran ini dalam hal

melakukan pemeriksaan kapasitas produksi.

7. Pejabat Bea dan Cukai melakukan pemeriksaan pabrik berdasarkan surat tugas yang diberikan oleh:

a. Kepala KPUBC, dalam hal pemeriksaan pabrik dikoordinasikan oleh Pejabat Bea dan Cukai pada KPUBC;

b. Kepala KPPBC, dalam hal pemeriksaan pabrik dikoordinasikan oleh Pejabat Bea dan Cukai pada KPPBC;atau

c. Kepala Kanwil DJBC, dalam hal pemeriksaan pabrik dikoordinasikan oleh Pejabat Bea dan Cukai pada Kanwil DJBC.

8. Pejabat Bea dan Cukai yang melaksanakan pemeriksaan pabrik, menyampaikan laporan pelaksanaan pemeriksaan pabrik kepada:

a. Kepala KPUBC, dalam hal pemeriksaan pabrik dikoordinasikan oleh Pejabat Bea dan Cukai pada KPUBC;

b. Kepala KPPBC, dalam hal pemeriksaan pabrik dikoordinasikan oleh Pejabat Bea dan Cukai pada KPPBC; atau

c. Kepala Kanwil DJBC dan Kepala KPPBC, dalam hal pemeriksaan pabrik dikoordinasikan oleh Pejabat Bea dan Cukai pada Kanwil DJBC.

9. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada angka 8:

a. Kepala KPUBC menyampaikan laporan kepada Dir TFC dan Dir P2;

b. Kepala KPPBC menyampaikan laporan kepada Kepala Kanwil DJBC, tembusan kepada Dir TFC dan Dir P2; dan

c. Kepala Kanwil DJBC menyampaikan laporan kepada Dir TFC dan Dir P2.

10. Apabila dari hasil pelaksanaan pemeriksaan pabrik ditemukan:

a. selisih jumlah hasil tembakau antara dokumen CK-1 dengan data internal perusahaan;

b. selisih jumlah hasil tembakau antara dokumen CK-4C dengan data internal perusahaan;

c. selisih pita cukai antara saldo buku dengan saldo fisik; dan/atau d. indikasi pelanggaran di bidang cukai lainnya,

Kepala KPUBC, Kepala KPPBC atau Kepala Kanwil DJBC memerintahkan kepada Pejabat sesuai tugas dan fungsinya untuk melakukan:

a. pemutakhiran data registrasi/profil;

b. bimbingan kepatuhan;

c. pengenaan sanksi administrasi;

d. rekomendasi audit;

(6)

e. pengamatan intelijen; dan/atau f. penindakan di bidang cukai.

G. Penutup

Dengan berlakunya Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai ini, maka:

1. Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-10/BC/2017 tentang Pedoman Analisis Dokumen Cukai Dalam Rangka Kepatuhan Pengusaha Barang Kena Cukai; dan

2. Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor SE-22/BC/2019 tentang Pedoman Monitoring Kegiatan Pabrik Hasil Tembakau,

dinyatakan tidak berlaku lagi.

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 28 Desember 2020 Direktur Jenderal Bea dan Cukai

Ditandatangani secara elektronik

Heru Pambudi

(7)

LAMPIRAN I

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

NOMOR SE-25/BC/2020

TENTANG PEDOMAN ANALISIS DOKUMEN CUKAI DAN PEMERIKSAAN PABRIK HASIL TEMBAKAU

PEDOMAN ANALISIS DOKUMEN CUKAI HASIL TEMBAKAU

Pejabat Bea dan Cukai melakukan analisis dokumen cukai untuk mengetahui perbandingan:

a. jumlah pemesanan pita cukai hasil tembakau dibandingkan dengan jumlah produksi hasil tembakau yang dipasarkan di dalam negeri (rasio 1);

b. jumlah pemesanan pita cukai untuk jenis hasil tembakau yang dibuat dengan menggunakan mesin dibandingkan dengan jumlah pemesanan pita cukai untuk jenis hasil tembakau yang dibuat tanpa menggunakan mesin (rasio 2);

c. jumlah hasil tembakau yang dimusnahkan/diolah kembali dibandingkan dengan jumlah hasil tembakau yang telah dipesankan pita cukainya (rasio 3); dan

d. jumlah pita cukai hasil tembakau yang dikembalikan dibandingkan dengan jumlah pita cukai hasil tembakau yang dipesan (rasio 4).

1. RASIO 1

rasio 1 merupakan perbandingan jumlah pita cukai hasil tembakau yang dipesan dibandingkan dengan jumlah produksi hasil tembakau untuk dipasarkan di dalam negeri.

Dalam melakukan penghitungan, mengikuti ketentuan:

1.1. dokumen cukai yang digunakan antara lain CK-1, BACK-1, CK-4C, dan CK-5 tujuan ekspor.

1.2. jumlah pita cukai yang dipesan (DATA 1), yaitu data CK-1 dikurangi dengan data BACK-1.

1.3. jumlah produksi hasil tembakau untuk dipasarkan di dalam negeri (DATA 2), yaitu data CK-4C dikurangi dengan data CK-5 tujuan ekspor.

1.4. data cukai yang dianalisis dalam satuan batang, pada periode yang sama, dan memperhatikan tiap jenis hasil tembakau.

1.5. rasio 1 dihitung dengan menggunakan formula, sebagai berikut:

RASIO 1 = 𝐷𝐴𝑇𝐴 1

𝐷𝐴𝑇𝐴 2

• DATA 1 = (CK-1) – (BACK-1)

• DATA 2 = (CK-4C) – (CK-5)

1.6. rasio 1 termasuk ke dalam kategori wajar untuk tiap jenis hasil tembakau, dalam hal nilai rasio 1:

a. SKM: nilai batas bawah pada 0,700 ≤ sampai dengan batas atas ≤ 1,300;

(8)

b. SPM: nilai batas bawah pada 0,650 ≤ sampai dengan batas atas ≤ 1,250;

c. SKT/SPT/STF: nilai batas bawah pada 0,700 ≤ sampai dengan batas atas ≤ 1,300;

d. CRT: nilai batas bawah pada 0,650 ≤ sampai dengan batas atas ≤ 1,300;

e. KLB/KLM: nilai batas bawah pada 0,850 ≤ sampai dengan batas atas ≤ 1,150; dan/atau

f. Lainnya: nilai batas bawah pada 0,600 ≤ sampai dengan batas atas ≤ 1,300.

1.7. rasio 1 termasuk ke dalam kategori tidak wajar dalam hal nilai rasio 1 kurang dari batas bawah atau melebihi batas atas sesuai jenis hasil tembakaunya.

2. RASIO 2

rasio 2 merupakan perbandingan jumlah pemesanan pita cukai untuk jenis hasil tembakau yang dibuat dengan menggunakan mesin dibandingkan dengan jumlah pemesanan pita cukai untuk jenis hasil tembakau yang dibuat tanpa menggunakan mesin.

Dalam melakukan penghitungan, mengikuti ketentuan:

2.1. dokumen cukai yang digunakan adalah CK-1 seluruh jenis hasil tembakau.

2.2. hanya dilakukan terhadap Pengusaha pabrik hasil tembakau yang memproduksi jenis hasil tembakau yang dibuat dengan menggunakan mesin (SKM dan/atau SPM) dan jenis hasil tembakau yang dibuat tanpa menggunakan mesin (SKT, SPT, STF, CRT, KLM, KLB dan/atau lainnya).

2.3. jumlah pemesanan pita cukai untuk hasil tembakau yang dibuat dengan menggunakan mesin (DATA 1), yaitu data CK-1 jenis SKM dan/atau SPM.

2.4. jumlah pemesanan pita cukai untuk hasil tembakau yang dibuat tanpa menggunakan mesin (DATA 2), yaitu data CK-1 jenis SKT, SPT, STF, CRT, KLM, KLB dan/atau lainnya.

2.5. data cukai yang dianalisis dalam satuan batang dan pada periode yang sama.

2.6. rasio 2 dihitung dengan menggunakan formula, sebagai berikut:

RASIO 2 = 𝐷𝐴𝑇𝐴 1

𝐷𝐴𝑇𝐴 2

• DATA 1 = CK-1 SKM + CK-1 SPM

• DATA 2 = CK-1 SKT + CK1 lainnya yang diproduksi tanpa menggunakan mesin

2.7. rasio 2 termasuk ke dalam kategori wajar, dalam hal nilai rasio 2 sama dengan atau lebih dari 1,000.

2.8. rasio 2 termasuk ke dalam kategori tidak wajar, dalam hal nilai rasio 2 kurang dari 1,000.

3. RASIO 3

rasio 3 merupakan perbandingan jumlah hasil tembakau yang dimusnahkan/diolah kembali dibandingkan dengan jumlah hasil tembakau yang telah dipesankan pita cukainya.

Dalam melakukan analisis perbandingan, mengikuti ketentuan:

3.1. dokumen cukai yang digunakan antara lain BACK-3 dan CK-1.

(9)

3.2. jumlah hasil tembakau yang akan dimusnahkan/diolah kembali (DATA 1), yaitu data yang berasal dari BACK-3 dalam rangka mendapatkan Tanda Bukti Perusakan Pita Cukai (CK-2).

3.3. jumlah pemesanan pita cukai yang dipesan (DATA 2), yaitu data yang berasal dari CK-1.

3.4. data cukai yang dianalisis dalam satuan batang dan pada periode yang sama.

3.5. rasio 3 dihitung dengan menggunakan formula, sebagai berikut:

RASIO 3 = 𝐷𝐴𝑇𝐴 1

𝐷𝐴𝑇𝐴 2

• DATA 1 = BACK-3

• DATA 2 = CK-1

3.6. rasio 3 termasuk ke dalam kategori wajar, dalam hal nilai rasio 3 kurang dari atau sama dengan 0,001.

3.7. rasio 3 termasuk ke dalam kategori tidak wajar, dalam hal nilai rasio 3 lebih dari 0,001.

4. RASIO 4

rasio 4 merupakan perbandingan jumlah pita cukai hasil tembakau yang dikembalikan dibandingkan dengan jumlah pita cukai hasil tembakau yang dipesan.

Dalam melakukan analisis perbandingan, mengikuti ketentuan:

4.1. dokumen cukai yang digunakan antara lain BACK-1 dan CK-1.

4.2. jumlah pita cukai hasil tembakau yang dikembalikan (DATA 1), yaitu data yang berasal dari BACK-1 dalam rangka mendapatkan Tanda Bukti Penerimaan Pengembalian Pita Cukai (CK-3).

4.3. jumlah pemesanan pita cukai yang dipesan (DATA 2), yaitu data yang berasal dari CK-1.

4.4. data cukai yang dianalisis dalam satuan batang dan pada periode yang sama.

4.5. rasio 4 dihitung dengan menggunakan formula, sebagai berikut:

RASIO 4 = 𝐷𝐴𝑇𝐴 1

𝐷𝐴𝑇𝐴 2

• DATA 1 = BACK-1

• DATA 2 = CK-1

4.6. rasio 4 termasuk ke dalam kategori wajar, dalam hal nilai rasio 4 kurang dari atau sama dengan 0,001.

4.7. rasio 4 termasuk ke dalam kategori tidak wajar, dalam hal nilai rasio 4 lebih dari 0,001.

(10)

Direktur Jenderal Bea dan Cukai

Ditandatangani secara elektronik

Heru Pambudi

(11)

LAMPIRAN II

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR SE-25/BC/2020

TENTANG PEDOMAN ANALISIS DOKUMEN CUKAI DAN PEMERIKSAAN PABRIK HASIL TEMBAKAU

PEDOMAN PEMERIKSAAN LAPORAN PRODUKSI DAN PEMAKAIAN PITA CUKAI

I. PENGUJIAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PERUSAHAAN

Pengujian Sistem Pengendalian Intern (SPI) perusahaan, dilakukan dengan cara wawancara untuk mengetahui:

1. struktur organisasi perusahaan;

2. sistem pencatatan perusahaan; dan 3. cara membuat laporan produksi (CK-4C).

Sistem Pengendalian Intern (SPI) perusahaan dianggap baik apabila:

1. sudah memiliki struktur organisasi yang mencerminkan pembagian tugas dan tanggung jawab yang baik;

2. sistem pencatatan/pembukuan yang baik; dan

3. laporan produksi (CK-4C) yang berisiko rendah terhadap kemungkinan salah input yaitu apabila perusahaan membuat laporan produksi CK-4C dengan cara upload data excel yang datanya secara otomatis di unduh dari sistem komputer perusahaan.

KERTAS KERJA PENGUJIAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Kantor : (1)

Perusahaan : (2)

NPPBKC : (3)

Waktu Pemeriksaan : (4)

NO. PERTANYAAN KETERANGAN

(5) (6)

(12)

1 2 3

A Struktur Organisasi

1. Perusahaan memiliki struktur organisasi.

Ya, lampirkan.

Tidak.

B Dokumen Pencatatan

1. Memiliki pencatatan dan/atau membuat laporan:

Buku Catatan Sediaan Produksi Hasil tembakau (CSCK-1) / buku lainnya*).

Buku Catatan Sediaan Hasil Tembakau yang dikembalikan dari peredaran dan produk rusak yang telah dilekati pita cukai (CSCK-2) / buku lainnya*).

Buku Catatan Persediaan Pita Cukai (CSCK-3) / buku lainnya*).

Buku Catatan Sediaan Barang Kena Cukai Selesai di Buat (CSCK-9) / buku lainnya *).

Laporan Sediaan Barang Kena Cukai Hasil Tembakau (LACK-9).

Buku Pencatatan Lost in Process/Waste/Reject Pita Cukai.

Laporan atau catatan hasil produksi internal (dokumen sumber untuk membuat laporan produksi/CK-4C).

C Cara

Pencatatan

1. Pencatatan dan/atau Pelaporan:

Dilakukan dengan berbantuan komputer dan terintegrasi dengan semua bagian (Otomasi).

(13)

Dilakukan dengan berbantuan komputer dan tidak terintegrasi dengan semua bagian (Berbantuan Komputer).

Dilakukan secara manual tanpa berbantuan komputer (Manual).

D Standar Operasional Prosedur

1. Terdapat Standar Operasional Prosedur (SOP) Produksi BKC:

Ada, Lampirkan.

Tidak.

2. Terdapat Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengelolaan Pita Cukai:

Ada, Lampirkan.

Tidak.

Menyetujui, Pihak Perusahaan

(7)

…...

(14)

Tata Cara Pengisian:

Nomor (1) : diisi dengan KPUBC/KPPBC yang mengawasi Pabrik HT.

Nomor (2) : diisi dengan nama Pabrik HT.

Nomor (3) : diisi dengan NPPBKC pabrik HT.

Nomor (4) : diisi dengan jangka waktu pemeriksaan.

Nomor (5) : diisi dengan check list (V) sesuai dengan jawaban pertanyaan.

Nomor (6) : diisi dengan keterangan untuk memperjelas hal yang dianggap perlu.

Nomor (7) : diisi dengan tandatangan pihak perusahaan.

Keterangan :

*) : Buku Pencatatan lainnya dengan format lain yang mengandung unsur-unsur yang sama.

II. PENGUJIAN DATA CK-1 DENGAN DATA INTERNAL PERUSAHAAN

Dalam menguji data CK-1 dengan data internal perusahaan, Pejabat Bea dan Cukai melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyiapkan data CK-1 yang sebelumnya sudah diteliti dari kemungkinan adanya data ganda.

2. Meminta catatan sediaan pita cukai sesuai periode pemeriksaan kepada Pengusaha pabrik.

3. Mencocokkan data pada CK-1 dengan data pada catatan sediaan pita cukai.

4. Melakukan konfirmasi kepada Pengusaha pabrik, jika ditemukan selisih jumlah pita cukai karena perbedaan data CK-1 dengan data catatan sediaan perusahaan.

5. Jika terdapat selisih yang tidak dapat dijelaskan oleh Pengusaha pabrik, maka selanjutnya dapat ditindaklanjuti sesuai Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Pabrik Hasil Tembakau butir F.10 dalam Surat Edaran ini.

6. Membuat kertas kerja pemeriksaan dengan format sebagai berikut:

KERTAS KERJA PENGUJIAN PEMESANAN PITA CUKAI (CK-1)

Kantor : (1)

Perusahaan : (2)

NPPBKC : (3)

Waktu Pemeriksaan : (4)

(15)

Keterangan Pengisian :

Nomor (1) : diisi dengan KPUBC/KPPBC yang mengawasi pabrik HT.

Nomor (2) : diisi dengan nama pabrik HT.

Nomor (3) : diisi dengan NPPBKC pabrik HT.

Nomor (4) : diisi dengan jangka waktu pemeriksaan.

Nomor (5) : diisi dengan nomor urut.

Nomor (6) : diisi dengan nomor dokumen CK-1.

Nomor (7) : diisi dengan tanggal dokumen CK-1.

Nomor (8) : diisi dengan jenis hasil tembakau (SKT/SPM/SPM).

Nomor (9) : diisi dengan merk hasil tembakau.

Nomor (10) : diisi dengan jumlah isi HT, misalnya: 12,16, 20 dll.

Nomor (11) : diisi dengan Harga Jual Eceran.

Nomor (12) : diisi dengan jumlah (keping) hasil tembakau pada dokumen CK-1, sesuai dengan Jenis HT, Merk, isi, dan HJE.

Nomor (13) : diisi dengan no dokumen CK-1 pada catatan sediaan pita cukai.

Nomor (14) : diisi dengan tanggal dokumen CK-1 pada catatan sediaan pita cukai.

Nomor (15) : diisi dengan jumlah (keping) pita cukai pada catatan sediaan pita cukai, sesuai dengan Jenis HT, Merk, isi, dan HJE.

Nomor (16) : diisi dengan perhitungan antara jumlah (keping) pita cukai pada kolom (15) dikurangi dengan jumlah (keping) pita cukai pada kolom (12).

Nomor (17) : diisi dengan keterangan yang diperlukan.

No.

Dokum en

Tanggal

Dokum en Jenis HT Merk isi HJE Jum lah (keping) No.

Dokum en

Tanggal

Dokum en Jum lah (keping)

(5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)=(15)-(12) (17)

No

DATA PEMESANAN PITA CUKAI (CK-1) CATATAN SEDIAAN PITA CUKAI

Selisih Keterangan

(16)

III. PENGUJIAN DATA CK-4C DENGAN DATA INTERNAL PERUSAHAAN

Dalam menguji data CK-4C dengan data internal perusahaan, Pejabat Bea dan Cukai melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyiapkan data CK-4C yang sebelumnya sudah diteliti dari kemungkinan adanya data ganda.

2. Meminta catatan sediaan barang kena cukai sesuai periode pemeriksaan kepada Pengusaha pabrik.

3. Mencocokkan data pada CK-4C dengan data pada catatan sediaan barang kena cukai.

4. Melakukan konfirmasi kepada Pengusaha pabrik, jika ditemukan selisih jumlah hasil tembakau karena perbedaan data CK-4C dengan data catatan sediaan barang kena cukai perusahaan.

5. Jika terdapat selisih yang tidak dapat dijelaskan oleh Pengusaha pabrik, maka selanjutnya dapat ditindaklanjuti sesuai Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Pabrik Hasil Tembakau butir F.10 dalam Surat Edaran ini.

6. Membuat kertas kerja pemeriksaan dengan format sebagai berikut:

KERTAS KERJA PENGUJIAN LAPORAN PRODUKSI (CK-4C)

Kantor : (1)

Perusahaan : (2)

NPPBKC : (3)

Waktu Pemeriksaan : (4)

Keterangan Pengisian :

Nomor (1) : diisi dengan KPUBC/KPPBC yang mengawasi Pabrik HT Nomor (2) : diisi dengan nama Pabrik HT

Nomor (3) : diisi dengan NPPBKC pabrik HT

Nomor (4) : diisi dengan jangka waktu pemeriksaan Nomor (5) : diisi dengan nomor urut

No.

Dokum en

Tanggal

Dokum en Jenis HT Merk isi HJE Jum lah (bungkus) Tanggal Produksi (bungkus)

(5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)=(14)-(12) (16)

CATATAN SEDIAAN BKC SELESAI DIBUAT No

DATA LAPORAN PRODUKSI (CK-4C)

Selisih Keterangan

(17)

Nomor (6) : diisi dengan nomor dokumen CK-4C Nomor (7) : diisi dengan tanggal dokumen CK-4C

Nomor (8) : diisi dengan jenis hasil tembakau (SKT/SPM/SPM) Nomor (9) : diisi dengan merk hasil tembakau

Nomor (10) : diisi dengan jumlah isi HT, misalnya: 12,16, 20 dll Nomor (11) : diisi dengan Harga Jual Eceran

Nomor (12) : diisi dengan jumlah (bungkus) hasil tembakau pada dokumen CK-4C, sesuai dengan Jenis HT, Merk, isi, dan HJE Nomor (13) : diisi dengan tanggal dokumen catatan sediaan BKC

Nomor (14) : diisi dengan jumlah (bungkus) hasil tembakau pada catatan sediaan BKC selesai dibuat , sesuai dengan Jenis HT, Merk, isi, dan HJE

Nomor (15) : diisi dengan perhitungan antara jumlah produksi (bungkus) pada kolom (14) dikurangi dengan jumlah (bungkus) dari CK-4C pada kolom (12)

Nomor (16) : diisi dengan keterangan yang diperlukan

IV. PENGUJIAN DATA PEMESANAN PITA CUKAI DENGAN DATA PRODUKSI HASIL TEMBAKAU

Dalam menguji data pemesanan pita cukai dengan data produksi hasil tembakau, Pejabat Bea dan Cukai melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyiapkan data CK-1, untuk menentukan data Jenis HT, Merk, Isi, Tarif, HJE, Seri PC selama 1 (satu) tahun yang akan dilakukan pengujian.

2. Menyiapkan data jumlah pita cukai (keping) yang dipesan berdasakan CK-1 yang sebelumnya sudah diteliti dari kemungkinan adanya data ganda (redundant) dan diuji dengan catatan sedian pita cukai, selama 1 (satu) tahun yang akan dilakukan pengujian.

3. Menyiapkan data jumlah produksi hasil tembakau (bungkus) berdasarkan CK-4 yang sebelumnya sudah diteliti dari kemungkinan adanya data ganda (redundant) dan diuji dengan catatatan sediaan barang kena cukai selesai dibuat, selama 1 (satu) tahun yang akan dilakukan pengujian.

4. Menyiapkan data CK-5, BACK-1, Skep Switching yang sebelumnya sudah diteliti dari kemungkinan adanya data ganda, selama 1 (satu) tahun yang akan dilakukan pengujian.

5. Meminta kepada perusahan data berupa dokumen BACK-8, catatan sediaan pita cukai, catatan sediaan barang kena cukai selesai dibuat, dan data lost in process/waste/reject pita cukai.

6. Menyiapkan data hasil pencacahan pita cukai terkait batas lekat sebagai data saldo fisik pita cukai.

7. Menghitung saldo buku pita cukai dengan cara data pemesanan pita cukai (CK-1) netto dikurangi dengan data laporan barang kena cukai selesai dibuat hasil tembakau(CK-4C) netto.

8. Membandingkan data saldo buku dengan saldo fisik pita cukai.

(18)

9. Melakukan konfirmasi kepada Pengusaha pabrik, jika ditemukan selisih pita cukai.

10. Jika terdapat selisih yang tidak dapat dijelaskan oleh pengusaha pabrik maka selanjutnya dapat ditindaklanjuti sesuai Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Pabrik Hasil Tembakau butir F.10 dalam Surat Edaran ini.

11. Membuat kertas kerja pemeriksaan dengan format sebagai berikut:

KERTAS KERJA PENGUJIAN PEMAKAIAN PITA CUKAI DESAIN PITA CUKAI TAHUN N*)

Kantor : (1)

Perusahaan : (2)

NPPBKC : (3)

Waktu Pemeriksaan : (4)

Tata Cara Pengisian:

Nomor (1) : diisi dengan KPUBC/KPPBC yang mengawasi Pabrik HT.

Nomor (2) : diisi dengan nama Pabrik HT.

Nomor (3) : diisi dengan NPPBKC pabrik HT.

Nomor (4) : diisi dengan jangka waktu pemeriksaan.

Nomor (5) : diisi dengan nomor urut.

Nomor (6) : diisi dengan jenis HT, misalnya : SKM, SPM, SKT dll.

Nomor (7) : diisi dengan merk HT sesuai skep penetapan merk.

Nomor (8) : diisi dengan jumlah isi HT, misalnya : 12,16, 20 dll sesuai skep penetapan merk.

Nomor (9) : diisi dengan tarif HT sesuai skep penetapan merk.

Nomor (10) : diisi dengan nilai HJE sesuai skep penetapan merk.

Nomor (11) : diisi dengan seri pita cukai, misalnya : seri I, seri II atau seri III.

Nomor (12) : diisi dengan jumlah kemasan BKC yang masuk CK4C Januari Tahun N ( tahun pengujian) namun menggunakan pita cukai Tahun N-1 ( tahun sebelumnya), dapat diteliti dari catatan sediaan barang kena cukai.

MENGGUNAKAN PC TAHUN N-1**)

MENGGUNAKAN PC TAHUN N

MENGGUNAKAN PC TAHUN N

MENGGUNAKAN PC

TAHUN N+1 BACK-8 CK-5 FASILITAS

BKC BELUM DILEKATI TAHUN N S.D BATAS

LEKAT

TAMBAH KURANG

(5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)=(13)+(14)+(1

5)-(17)-(18)-(19)

(21) (22) (23) (24) (25) (26)=(21)+(22)-

(23)-(24)-(25) (27)=(26)-(20) (28) (29)=(28)-(27) (30) -

- - -

-

- - -

-

- - -

-

- - -

(31) (32) (33) (34) (35) (36) (37) (38) (39) (40) (41) (42) (43) (44) (45) (46) (47)

LOST IN PROCESS ( Bungkus )

T O T A L

JENIS PC (Keping)

No

Merk

SWITCHING PENGURANG CK-4C

DATA PRODUKSI (CK-4C) DATA PERSEDIAAN PITA CUKAI (CK-1)

SALDO PC TAHUN N seharusnya

(keping)

SALDO FISIK (BA CACAH

SISA PC TAHUN N)

(keping)

KET

Jenis HT Isi Tarif (Rp) HJE SERI

CK-4C JAN s.d. 1 FEB TAHUN N*)

CK-4C FEB-DES TAHUN N

CK-4C JAN s.d. 1 FEB TAHUN N+1***)

HASIL PERBANDINGA

N (keping) CK-4C NETTO CK-1

TAHUN N BACK-1 CK-1 NETTO

(19)

Nomor (13) : diisi dengan jumlah kemasan BKC yang masuk CK4C Januari Tahun N dan menggunakan pita cukai Tahun N\ dapat diteliti dari catatan sediaan barang kena cukai.

Nomor (14) : diisi dengan jumlah kemasan BKC yang masuk CK4C Februari s.d. Desember Tahun N.

Nomor (15) : diisi dengan jumlah kemasan BKC yang masuk CK4C Januari s.d. 1 Feb Tahun N +1 (tahun selanjutnya) namun menggunakan pita cukai Tahun N. Dapat diteliti dari catatan sediaan barang kena cukai.

Nomor (16) : diisi dengan jumlah kemasan BKC yang masuk CK4C Januari Tahun N s.d. 1 Feb Tahun N dan menggunakan pita cukai Tahun N. Dapat diteliti dari catatan sediaan barang kena cukai.

Nomor (17) : diisi dengan jumlah kemasan BKC yang masuk BACK-8 (BKC yang sudah dilaporkan pada CK-4C namun kedapatan rusak/musnah sehingga tidak jadi dilekati pita cukai).

Nomor (18) : diisi dengan jumlah kemasan yang masuk CK-5 atas BKC yang sudah masuk CK-4C namun dikeluarkan untuk tujuan pembebasan/tdk dipungut (contoh: ekspor).

Nomor (19) : diisi dengan jumlah kemasan BKC yang telah dilaporkan pada CK-4C Januari Tahun N s.d. 1 Februari Tahun N+1 , namun sampai dengan batas waktu pelekatannya (1 Feb Tahun N+1), BKC tsb kedapatan belum dilekati PC Tahun N, dapat diteliti dari catatan sediaan barang kena cukai.

Nomor (20) : diisi dengan jumlah CK4C Netto ( laporan produksi atas BKC selesai dibuat yang dilekati dengan pita cukai Tahun N) dari hasil perhitungan dengan menjumlahkan kolom (13), (14),(15) dikurangkan dengan kolom (17), (18) dan (19) Nomor (21) : diisi dengan jumlah CK-1 Tahun N dalam satuan keping pita cukai.

Nomor (22) : diisi dengan jumlah switching pita cukai yang disetujui oleh Kepala KPPBC/KPUBC yang menambah persediaan pita cukai sesuai jenis HT, merk, isi, tarif, HJE, seri.

Nomor (23) : diisi dengan jumlah switching pita cukai yang disetujui oleh Kepala KPPBC/KPUBC yang mengurangi persediaan pita cukai sesuai jenis HT, merk, isi, tarif, HJE, seri.

Nomor (24) : diisi dengan jumlah kemasan BKC yang masuk BACK-1 atas pita cukai Tahun N yang telah diajukan sebelum berakhirnya batas lekat (1 Feb Tahun N+1).

Nomor (25) : diisi dengan data jumlah pita cukai yang hilang dalam proses produksi, waste atau pita cukai tidak dapat dipakai/digunakan dan tidak dapat dikembalikan.

Nomor (26) : diisi dengan hasil perhitungan CK-1 Netto( pita cukai yang tersedia (siap) untuk dilekati pita cukai dalam setahun) dari hasil perhitungan dengan menjumlahkan kolom (21) dan (22) dikurangkan dengan kolom (23) , (24) dan (25).

Nomor (27) : diisi dengan saldo buku persediaan pita cukai dari hasil perhitungan CK 1 netto pada kolom (26) dikurangi CK4C Netto pada kolom (20).

Nomor (28) : diisi dengan saldo fisik persediaan pita cukai sesuai BA pencacahan batas lekat PC Tahun N.

Nomor (29) : diisi dengan selisih hasil perhitungan jumlah saldo fisik pada kolom (28) dikurangi saldo buku pada kolom (27).

Nomor (30) : diisi dengan keterangan mengenai kolom (29) apakah sesuai/selisih lebih/selisih kurang.

diisi "sesuai" apabila jumlah saldo fisik pita cukai kolom (29) sama dengan saldo buku pita cukai kolom (28).

diisi "selisih lebih" apabila jumlah saldo fisik pita cukai kolom (29) lebih besar dari saldo buku pita cukai kolom (28) dan keterangan dari perusahaan terkait dengan ketidaksesuaian tersebut.

(20)

diisi "selisih kurang" apabila jumlah saldo fisik pita cukai kolom (29) lebih kecil dari saldo buku pita cukai kolom (28) dan keterangan dari perusahaan terkait dengan ketidaksesuaian tersebut.

Nomor (31) : diisi dengan jumlah data dari kolom (12).

Nomor (32) : diisi dengan jumlah data dari kolom (13).

Nomor (33) : diisi dengan jumlah data dari kolom (14).

Nomor (34) : diisi dengan jumlah data dari kolom (15).

Nomor (35) : diisi dengan jumlah data dari kolom (16).

Nomor (36) : diisi dengan jumlah data dari kolom (17).

Nomor (37) : diisi dengan jumlah data dari kolom (18).

Nomor (38) : diisi dengan jumlah data dari kolom (19).

Nomor (39) : diisi dengan jumlah data dari kolom (20).

Nomor (40) : diisi dengan jumlah data dari kolom (21).

Nomor (41) : diisi dengan jumlah data dari kolom (22).

Nomor (42) : diisi dengan jumlah data dari kolom (23).

Nomor (43) : diisi dengan jumlah data dari kolom (24).

Nomor (44) : diisi dengan jumlah data dari kolom (25).

Nomor (45) : diisi dengan jumlah data dari kolom (26).

Nomor (46) : diisi dengan jumlah data dari kolom (27).

Nomor (47) : diisi dengan jumlah data dari kolom (28).

KETERANGAN

*) Tahun N : Tahun N adalah tahun desain pita cukai yang sedang dilakukan pengujian, misalnya untuk analisis yang dilakukan pada tahun 2021, data yang diperiksa adalah data mulai Januari 2020 sampai dengan Desember 2020, tahun N = tahun 2020.

**) Tahun N-1 : Tahun anggaran sebelum tahun pengujian.

***) Tahun N+1 : Tahun anggaran setelah tahun pengujian.

V. PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

Hasil pemeriksaan laporan produksi dan pemakaian pita cukai dibuat dalam bentuk laporan, dengan susunan sebagai berikut:

1. Pendahuluan, yang menerangkan tentang maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan, misalnya sebagai tindak lanjut dari analisis dokumen cukai dalam rangka meningkatkan kepatuhan Pengusaha pabrik.

(21)

2. Kegiatan yang dilaksanakan, misalnya terdiri dari pengujian SPI, pengujian data CK-1 dan CK-4C dengan data internal perusahaan ,pengujian data pemesanan pita cukai dengan data produksi hasil tembakau, beserta kertas kerja sebagaimana dimaksud pada butir I, II, III dan IV.

3. Kesimpulan dan rekomendasi.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai

Ditandatangani secara elektronik

Heru Pambudi

(22)

LAMPIRAN III

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR SE-25/BC/2020

TENTANG PEDOMAN ANALISIS DOKUMEN CUKAI DAN PEMERIKSAAN PABRIK HASIL TEMBAKAU

PEDOMAN PEMERIKSAAN KAPASITAS PRODUKSI

Dalam melakukan pemeriksaan kapasitas produksi, Pejabat Bea dan Cukai melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyiapkan data CK-4C untuk jenis hasil tembakau yang dibuat dengan menggunakan mesin (SKM dan/atau SPM) dan jenis hasil tembakau yang dibuat tanpa menggunakan mesin (SKT) untuk periode 6 (enam) bulan terakhir dari tanggal surat tugas pemeriksaan.

2. Melakukan pemeriksaan kapasitas produksi melalui pengumpulan data dan informasi terkait kegiatan produksi untuk mendapatkan perkiraan jumlah produksi.

3. Melakukan analisis perbandingan data laporan produksi (CK-4C) dengan perkiraan jumlah produksi.

4. Membuat kertas kerja pemeriksaan dengan format sebagai berikut :

PEMERIKSAAN

KAPASITAS PRODUKSI

Nama Kantor : (1)

Nama Perusahaan : (2)

NPPBKC : (3)

Tanggal Pelaksanaan : (4) ……… s.d. ………

I. PEMERIKSAAN KAPASITAS PRODUKSI SKT

No. Uraian Informasi / Hasil Pengamatan

1. Jumlah alat pembuat sigaret (alat pelinting). (5) 2. Kondisi alat pembuat sigaret (alat pelinting). (6) 3. Luas dan kondisi tempat pembuatan SKT (7) 4. Jumlah tenaga pembuat sigaret (tenaga (8)

(23)

pelinting).

5. Rata-rata kemampuan tenaga pelinting memproduksi SKT dalam satu jam.

(9)

6. Jam kerja dalam sehari. (10)

7. Hari kerja dalam sebulan. (11)

Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI 8. Perkiraan jumlah produksi SKT (12)

Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI

II. PEMERIKSAAN KAPASITAS PRODUKSI MESIN (SKM DAN/ATAU SPM)

No. Uraian Informasi / Hasil Pengamatan

1. Jumlah mesin pelinting. (13)

2. Spesifikasi mesin pelinting (untuk masing-masing mesin jika lebih dari satu):

(14) Mesin 1 : Mesin 2 : 3. Kapasitas produksi batang per jam (untuk

masing-masing mesin jika lebih dari satu):

(15) Mesin 1 :

(24)

Mesin 2 : 4. Alat yang membutuhkan daya listrik selain mesin

pelinting dan spesifikasi nya (untuk masing- masing alat jika lebih dari satu)

(16) Mesin 1 : Mesin 2 :

5. Rasio pemakaian listrik untuk mesin pelinting dengan alat lainnya

(17)

6. Pembangkit listrik mandiri (genset) dan spesifikasinya (untuk masing-masing genset jika lebih dari satu) :

(18) Genset 1 : Genset 2 : 7. Jumlah pemakaian listrik berdasarkan data PLN

(kwh)

(19) Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI 8. Perkiraan jumlah produksi SKM dan/SPM (20)

Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI

III. Analisis Perbandingan Laporan Produksi dengan Perkiraan Jumlah Produksi SKT (21)

(25)

Petunjuk Pengisian:

Bulan Laporan Produksi (CK-4C) dalam satuan batang Perkiraan Jumlah Produksi dalam satuan batang I

II III IV V VI

IV. Analisis Perbandingan Laporan Produksi dengan Perkiraan Jumlah Produksi SKM dan/atau SPM (22) Bulan Laporan Produksi (CK-4C) dalam satuan batang Perkiraan Jumlah Produksi dalam satuan batang

I II III IV V VI

V KESIMPULAN (23)

(26)

Nomor (1) : Diisi dengan nama KPUBC/KPPBC yang mengawasi pabrik hasil tembakau.

Nomor (2) : Diisi dengan nama perusahaan.

Nomor (3) : Diisi dengan Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai.

Nomor (4) : Diisi dengan tanggal pelaksanaan kegiatan pemeriksaan.

Nomor (5) Nomor (6) Nomor (7) Nomor (8) Nomor (9) Nomor (10) Nomor (11) Nomor (12) Nomor (13) Nomor (14) Nomor (15) Nomor (16) Nomor (17) Nomor (18) Nomor (19) Nomor (20)

: : : : : : : : : : : : : : : :

Diisi dengan angka jumlah alat pembuat sigaret (alat pelinting).

Diisi dengan uraian kondisi alat pembuat sigaret (alat pelinting) berdasarkan hasil pengamatan, misalnya: alat linting dalam kondisi berdebu, atau terdapat jejak sisa tembakau yang menunjukkan bahwa alat pelinting sering dipakai.

Diisi dengan luas dan kondisi tempat pembuatan SKT berdasarkan hasil pengamatan, apakah sudah sesuai jika dibandingkan dengan data jumlah alat pelinting dan jumlah tenaga pelinting.

Diisi dengan angka jumlah tenaga pembuat sigaret (tenaga pelinting).

Diisi dengan angka rata-rata kemampuan tenaga pelinting memproduksi SKT (batang/jam).

Diisi dengan angka jam kerja tenaga pelinting dalam sehari.

Diisi dengan angka hari kerja tenaga pelinting dalam sebulan (untuk masing-masing bulan) berdasarkan data pembayaran gaji tenaga pelinting atau data lainnya.

Diisi dengan perkiraan jumlah produksi SKT (batang/bulan) dengan cara mengalikan angka pada isian nomor (11) dengan isian nomor (8), (9), dan (10).

Diisi dengan angka jumlah mesin pelinting.

Diisi dengan spesifikasi mesin pelinting, yaitu: merek, tipe, tahun pembuatan, daya listrik yang dibutuhkan.

Diisi dengan angka kapasitas produksi (batang/jam), berdasarkan hasil pengamatan.

Diisi dengan nama alat dan daya listrik yang dibutuhkan untuk masing-masing alat.

Diisi dengan angka yang diperoleh dari perbandingan daya listrik untuk mesin pelinting dengan total daya seluruh alat yang membutuhkan listrik.

Diisi dengan data pembangkit listrik mandiri dan spesifikasi nya (jika ada).

Diisi dengan angka jumlah pemakaian listrik berdasarkan data tagihan listrik PLN (kwh)

Diisi angka perkiraan jumlah produksi SKM dan/atau SPM yang didapatkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. data total pemakaian listrik dalam satu bulan (isian nomor 19) dikalikan angka rasio pada isian nomor (17) untuk mendapatkan data kwh untuk mesin pelinting.

2. data kwh mesin pelinting dibagi dengan daya listrik mesin pelinting untuk mendapatkan jam kerja mesin pelinting dalam satu bulan.

(27)

Nomor (21) Nomor (22) Nomor (23)

: : :

3. jam kerja mesin pelinting dalam satu bulan dikalikan dengan kapasitas produksi/ jam

Diisi angka perbandingan CK-4C dengan perkiraan jumlah produksi SKT berdasarkan hasil pemeriksaan kapasitas produksi

Diisi angka perbandingan CK-4C dengan perkiraan jumlah produksi SKM dan/atau SPM berdasarkan hasil pemeriksaan kapasitas produksi

Diisi dengan kesimpulan hasil pemeriksaan

Catatan : Pengertian Bulan VI, Bulan V, dst dalam pemeriksaan ini adalah bulan terakhir sebelum tanggal dilakukan pemeriksaan, misalnya jika pemeriksaan dilakukan pada tanggal 10 Juni maka bulan VI adalah bulan Mei, bulan V adalah bulan April, dst.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai

Ditandatangani secara elektronik

Heru Pambudi

(28)

PKC Kepala Kantor

1 2 3 4 5 6

1 Pejabat BC melakukan analisis terhadap dokumen cukai terkait dengan rasio 1, 2, 3, dan 4

2 hasil analisis dokumen cukai dilaporkan kepada Kepala KPUBC

3 Kepala KPUBC melaporkan kepada Dir TFC dan Dir P2

4 apabila hasil analisis

menunjukan nilai wajar, maka dianggap sudah selesai dilaksanakan.

Flowchart Analisis Dokumen Cukai pada KPUBC

Nomor Aktivitas KPUBC

Dir TFC Dir P2

START

Laporan Hasil Analisis

Laporan Hasil Analisis

SELESAI

Wajar Ya

Tidak Analisis Dokumen Cukai

Hasil Analisis Dokumen Cukai

Laporan Hasil Analisis

(29)

5 apabila hasil analisis rasio 1 dan/atau rasio 2 menunjukan hasil yang tidak wajar maka dilanjutkan dengan

pemeriksaan pabrik

6 apabila hasil analisis rasio 3 dan/atau rasio 4 menunjukan hasil yang tidak wajar maka dilanjutkan dengan

melakukan konfirmasi kepada Pengusaha pabrik hasil tembakau

7 Pejabat BC menyampaikan laporan hasil konfirmasi/

penjelasan pabrik atas hasil rasio 3 dan/atau rasio 4 kepada Kepala KPUBC

8 Laporan hasil konfirmasi/

penjelasan pabrik menjadi masukan dalam pelayanan pengembalian cukai

Laporan Pemeriksaan

Pabrik

Bahan Masukan

SELESAI

Rasio 1 dan/atau Rasio 2

Rasio 3 dan/atau Rasio 4

Konfir- masi

Hasil Konfirmasi/

penjelasan pabrik

(30)

PKC Kepala Kantor

1 2 3 4 5 6 7

1 Pejabat BC melakukan analisis terhadap dokumen cukai terkait dengan rasio 1, 2, 3, dan 4

2 hasil analisis dokumen cukai dilaporkan kepada Kepala KPPBC

3 Kepala KPPBC melaporkan kepada Kepala Kanwil DJBC dengan tembusan Dir TFC dan Dir P2

4 apabila hasil analisis

menunjukan nilai wajar, maka dianggap sudah selesai dilaksanakan

Flowchart Analisis Dokumen Cukai pada KPPBC

Dir TFC Dir P2

KPPBC

Nomor Aktivitas Kanwil DJBC

START

Laporan Hasil Analisis

Laporan Hasil Analisis

Tembusan Tembusan

SELESAI

Ya Wajar

Tidak Analisis Dokumen Cukai

Hasil Analisis Dokumen Cukai

(31)

5 apabila hasil analisis rasio 1 dan/atau rasio 2 menunjukan hasil yang tidak wajar maka dilanjutkan dengan

pemeriksaan pabrik

6 apabila hasil analisis rasio 3 dan/atau rasio 4 menunjukan hasil yang tidak wajar maka dilanjutkan dengan

melakukan konfirmasi kepada Pengusaha pabrik hasil tembakau

7 Pejabat BC menyampaikan laporan hasil konfirmasi/

penjelasan pabrik atas hasil rasio 3 kepada Kepala KPPBC

8 Laporan hasil konfirmasi/

penjelasan pabrik menjadi bahan masukan dalam pelayanan pengembalian cukai

Laporan Pemeriksaan

Pabrik

Bahan Masukan

SELESAI

Rasio 1 dan/atau Rasio 2

Rasio 3 dan/atau Rasio 4

Konfir- masi

Hasil Konfirmasi/

penjelasan pabrik

(32)

PFKC P2 dan/atau unit lain Kepala Kantor

1 2 3 4 5 6 7

1 Pejabat BC melakukan kegiatan pemeriksaan pabrik dalam hal hasil analisis rasio 1 dan/atau rasio 2 masuk ke dalam kategori tidak wajar, Kepala KPUBC menganggap perlu dan/atau rekomendasi dari Dir TFC dan/atau Dir P2

2 Kepala KPUBC menentukan jumlah dan objek pemeriksaan pabrik berdasarkan hasil analisis dokumen cukai, profil risiko, pemeriksaan pabrik periode sebelumnya dan informasi lain

3 Pejabat BC dalam melakukan pemeriksaan pabrik dapat berkoordinasi dengan unit pengawasan dan/atau unit lainnya pada KPUBC

4 tim pemeriksa melakukan pemeriksaan pabrik berdasarkan kertas Kerja Pemeriksaan Pabrik meliputi:

a. pengujian SPI perusahaan;

b. pengujian data CK-1 dan CK-4C dengan data internal perusahaan;

c. pengujian data pemakaian pita cukai; dan d. pengujian kewajaran pemesanan pita cukai dibandingkan dengan kapasitas produksi.

5 hasil dari pemeriksaan dilaporkan kepada Kepala KPUBC

6 Kepala KPUBC menerima Laporan hasil pemeriksaan pabrik dan menentukan tindak lanjut yang akan dilaksanakan

Flowchart Pemeriksaan Pabrik HT pada KPUBC

Nomor Aktivitas KPUBC

Dir TFC Dir P2

START

Laporan Hasil Pemeriksaan Pabrik

hasil pemeriksaan pabrik dan tindak lanjutnya

Pemeriksaan pabrik

Hasil Pemeriksaan Pabrik

Kertas kerja atas ketidakwajaran rasio 1 dan/atau rasio 2

Penetapan jumlah dan obyek pemeriksaan pabrik

berkoordinasi Koordinator

Pemeriksaan pabrik

(33)

7 Kepala KPUBC menyampaikan Laporan hasil pemeriksaan pabrik dan tindak lanjutnya kepada Dir TFC dan Dir P2

SELESAI

Laporan pemeriksaan pabrik

Laporan pemeriksaan pabrik

(34)

PKC P2 dan/atau unit lain Kepala Kantor

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Pejabat BC melakukan kegiatan pemeriksaan pabrik dalam hal hasil analisis rasio 1 dan/atau rasio 2 masuk ke dalam kategori tidak wajar, Kepala KPPBC dan/atau Kepala Kanwil DJBC menganggap perlu dan/atau rekomendasi dari Dir TFC dan/atau Dir P2

2 Kepala Kanwil DJBC dan Kepala KPPBC berkoordinasi menentukan:

1. koordinator tim pemeriksa;

2. jumlah dan objek pabrik yang diperiksa berdasarkan hasil analisis dokumen cukai, profil risiko, pemeriksaan pabrik periode sebelumnya dan informasi lain

3 dalam hal koordinator tim pemeriksa di bentuk dari pejabat di KPPBC, Pejabat pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan pabrik dapat berkoordinasi dengan unit pengawasan dan/atau unit lainnya pada KPPBC atau pada Kanwil DJBC

4 tim pemeriksa melakukan pemeriksaan pabrik berdasarkan kertas Kerja Pemeriksaan Pabrik meliputi:

a. pengujian SPI perusahaan;

b. pengujian data CK-1 dan CK-4C dengan data internal perusahaan;

c. pengujian data pemakaian pita cukai; dan d. pengujian kewajaran pemesanan pita cukai dibandingkan dengan kapasitas produksi.

5 hasil dari pemeriksaan dilaporkan kepada Kepala KPPBC

6 Kepala KPPBC menerima Laporan hasil pemeriksaan pabrik dan menentukan tindak lanjut yang akan dilaksanakan

Flowchart Pemeriksaan Pabrik HT pada KPPBC

Nomor Aktivitas KPPBC

Dir TFC Dir P2

Kanwil DJBC

START

Laporan Hasil Pemeriksaan Pabrik

hasil pemeriksaan pabrik dan tindak lanjutnya

Pemeriksaan pabrik

Hasil Pemeriksaan Pabrik

Kertas kerja pengujian dalam Lampiran SE

berkoordinasi koordinator tim

Pemeriksa pabrik di

Penetapan tim pemeriksa dan jumlah serta obyek pemeriksaan pabrik

koordinasi

berkoordinasi

(35)

7 Kepala KPUBC menyampaikan Laporan hasil pemeriksaan pabrik dan tindak lanjutnya kepada Kepala Kanwil DJBC dengan tembusan Dir TFC dan Dir P2

SELESAI

Tembusan Laporan pemeriksaan

Tembusan Laporan pemeriksaan Laporan

pemeriksaan pabrik

(36)

Fasilitas P2 dan/atau unit lain Kepala Kantor

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Pejabat BC melakukan kegiatan pemeriksaan pabrik dalam hal hasil analisis rasio 1 dan/atau rasio 2 masuk ke dalam kategori tidak wajar, Kepala KPPBC dan/atau Kepala Kanwil DJBC menganggap perlu dan/atau rekomendasi dari Dir TFC dan/atau Dir P2

2 Kepala Kanwil DJBC dan Kepala KPPBC berkoordinasi menentukan:

1. koordinator tim pemeriksa;

2. jumlah dan objek pabrik yang diperiksa berdasarkan hasil analisis dokumen cukai, profil risiko, pemeriksaan pabrik periode sebelumnya dan informasi lain

3 koordinator tim pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan pabrik dapat berkoordinasi dengan unit pengawasan dan/atau unit lainnya pada Kanwil DJBC dan/atau pada KPPBC

4 tim pemeriksa melakukan pemeriksaan pabrik berdasarkan kertas Kerja Pemeriksaan Pabrik meliputi:

a. pengujian SPI perusahaan;

b. pengujian data CK-1 dan CK-4C dengan data internal perusahaan;

c. pengujian data pemakaian pita cukai; dan d. pengujian kewajaran pemesanan pita cukai dibandingkan dengan kapasitas produksi.

5 hasil dari pemeriksaan dilaporkan kepada Kepala Kanwil DJBC dan Kepala KPPBC

6 Kepala Kanwil DJBC menerima Laporan hasil pemeriksaan pabrik dan menentukan tindak lanjut yang akan dilaksanakan

Flowchart Pemeriksaan Pabrik HT pada Kanwil DJBC

Nomor Aktivitas Kanwil DJBC

Dir TFC Dir P2

KPPBC

START

Pemeriksaan pabrik

START

Laporan Hasil Pemeriksaan Pabrik

Pemeriksaan pabrik

Hasil Pemeriksaan Pabrik

Kertas kerja atas ketidakwajaran rasio 1 dan/atau rasio 2

berkoordinasi Koordinator Tim Pemeriksa pabrik

koordinasi

Penetapan tim pemeriksa dan jumlah serta obyek pemeriksaan pabrik

hasil pemeriksaan pabrik dan tindak lanjutnya

berkoordinasi

Laporan Hasil Pemeriksaan Pabrik

(37)

7 Kepala Kanwil DJBC menyampaikan laporan kepada

Dir TFC dan Dir P2 Laporan

Laporan SELESAI

Referensi

Dokumen terkait

Memastikan agar penyerahan pita cukai berdasarkan dokumen pemesanan pita cukai, diserahterimakan oleh petugas Bea dan Cukai kepada pengusaha Hasil Tembakau / pihak yang

tentang Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor PER-49/BC/2011 tentang Penyediaan dan Pemesanan Pita Cukai, atas sisa persediaan pita cukai Hasil Tembakau

Dalam rangka meningkatkan citra Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dan untuk memberikan pelayanan prima atas pertanyaan, permintaan keterangan/ pemberian bimbingan

Sehubungan dengan Nota Kesepahaman antara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Lembaga National Single Window Kementerian Keuangan

Keberatan diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai melalui Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe B sesuai format sebagaimana ditetapkan dalam

Penata Pemeriksa Bea dan Cukai Muda Pelaksana Pemeriksa pada 197010101992011001 III/c Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok Direktorat Teknis Kepabeanan.. NO

ke tempat lain dalam Daerah Pabean wajib diberitahukan oleh pengangkutnya kepada Pejabat Bea dan Cukai di Kantor Pabean tempat transit dengan menggunakan

Pejabat dan/atau pegawai yang pada waktu penempatan tugasnya pada unit kerja Eselon II pada Kantor Pusat atau kantor vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang tidak atau