• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KADAR β KAROTEN DALAM CRUDE PALM OIL (CPO) TUGAS AKHIR KASUNI SIHOMBING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENENTUAN KADAR β KAROTEN DALAM CRUDE PALM OIL (CPO) TUGAS AKHIR KASUNI SIHOMBING"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KADAR β – KAROTEN DALAM CRUDE PALM OIL (CPO)

TUGAS AKHIR

KASUNI SIHOMBING 142401023

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

PENENTUAN KADAR β – KAROTEN DALAM CRUDE PALM OIL (CPO)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

KASUNI SIHOMBING 142401023

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar β – Karoten Dalam Crude Palm Oil (CPO)

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Kasuni Sihombing

Nomor Induk Mahasiswa : 142401023

Program Studi : Diploma Tiga (D-3) Kimia Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Mei 2017

Disetujui Oleh

Ketua Program Studi D3 Kimia Dosen Pembimbing

Dr. Minto Supeno, M.S Dra.Herlince Sihotang, M.Si NIP.196105091987031002 NIP.195503251986012002

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si NIP : 197404051999032001

(4)

ii

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR β – KAROTEN DALAM CRUDE PALM OIL (CPO)

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2017

KASUNI SIHOMBING 142401023

(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah mencurahkan Rahmat dan KaruniaNya sehingga dapat

menyelesaikan Karya Ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya Ilmiah ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma 3 Kimia Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Karya Ilmiah ini adalah ‘‘ PENENTUAN KADAR β - KAROTEN DALAM CRUDE PALM OIL (CPO) ’’

Penulis menyadari bahwa tersusunnya karya ilmiah ini tidak terlepas dari perhatian, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak baik bantuan moril , maupun materil, sehingga dengan keikhlasan dan kerendahan hati pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan yang sebesar-besarnya kepada pihak- pihak yang telah mendukung :

1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Minto Supeno,M.S selaku Ketua Program Studi D3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara .

(6)

iv

4. Ibu Dra. Herlince Sihotang, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan tulus memberikan bimbingan kepada penulis dalam membantu penulisan karya ilmiah ini.

5. Seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi D3 Kimia Analis

Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Seluruh pihak PT. PALMCOCO LABORATORIES terutama Kak Tari dan Kak Lya yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam pengerjaan karya ilmiah ini.

7. Teristimewa kedua orang tua tercinta penulis, Ayahanda Pukka Sihombing dan Ibunda tersayang Ponirah Sinambela, Abangda Jaya P Sihombing dan Adik tercinta Sabrina Sihombing yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan moril maupun materil dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa IMADIKA FMIPA USU angkatan 2014, tak lupa juga dengan adik – adik angkatan 2015 dan 2016 yang memberi dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

9. Nindo Johan Turnip Selaku orang terdekat penulis yang telah memberi motivasi penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

10. Teman – teman satu kost Jl. Beri ngin No 34, Theresia, Sartika, Julien, Lidya yang memberi dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

(7)

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan baik secara materi dan penyajian nya. Maka dari pada itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari terciptanya kesempurnaan pada karya ilmiah ini. Semoga penulisan karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan kita semua.

Medan, Juni 2017 Penulis

Kasuni Sihombing

(8)

vi

PENENTUAN KADAR β – KAROTEN DALAM CRUDE PALM OIL (CPO)

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan kadar β – karoten pada CPO (Crude Palm Oil) asal Dumai, Siak, Lampung dengan menggunakan metode Spektrofotometri UV – Visible dilakukan dengan menimbang 0,1 g CPO kemudian dilarutkan dengan n – Heksana dalam labu takar 25 ml. Larutan ini dianalisa dengan menggunakan Spektrofotometri UV - Visible dengan λ 446 cm ֿ , dimana hasil yang diperoleh masing – masing 643,25 ppm, 649,65 ppm, 547,42 ppm. Hasil tersebut telah sesuai dengan standart Spesial Prime Bleach (SPB) dan Ordinary yaitu 500 – 700 ppm.

Kata Kunci : β – karoten, Spektrofotometri UV-Visible.

(9)

DETERMINATION OF LEVELS β – CAROTENE IN CRUDE PALM OIL (CPO)

ABSTRACT

We have determined the β – carotene content of CPO from Dumai, Siak, Lampung using UV – Visible Spectrophotometry method by weighing 0,1 g of CPO then dissolved with n – heksana in a 25 ml flask. This solution was analyzed by using UV – Visible spectrophotometry with λ 446 cm ֿ . Where the result obtained respectively 643.25 ppm, 649.65 ppm, 547.42 ppm. The result have been in accordance with the standared special bleach prime (SPB) and ordinary 500 – 700 ppm.

Keywords: β – carotene, UV – Visible Spectrophotometry.

(10)

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1 .1. Latar Belakang 1

1 .2. Permasalahan 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2 .1. Kelapa Sawit 4

2.2. Komposisi Kelapa Sawit 6

2.3. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak

Inti Kelapa Sawit 6

2.3.1. Komposisi Senyawa Yang Tak Tersabunkan Dalam Minyak

Sawit 7

2.4. Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit

2.4.1. Angka – angka Kerja Pengolahan 8

2.4 2. Standar Kematangan Buah 9

2.4.3. Stabdar Kualitas Minyak dan Inti Kelapa Sawit 10

2.5. Proses Pengolahan Kelapa Sawit 11

2.6. Bahan Baku Inti Kelapa Sawit 14

2.7. Faktor – faktor yang mempengaruhi mutu minyak sawit 15

2.8. Sifat Fisiko – Kimia Kelapa Sawit 18

2.9. Karotenoida 19

2.9.1. Karotenoida Sebagai Anti Kanker 23 2.9.2. Karoten Sebagai Pro Vitamin A 24

2.10. Spektrofotometri UV – Visible 26

2.10.1. Prinsip 27

2.10.2. Komponen – komponen Spektrofotometri UV - VIS 28

BAB 2 METODE DAN BAHAN

3.1. Penentuan β – Karoten 29

3.1.1. Alat – alat 29

3.1.2. Bahan 29

(11)

3.2. Prosedur Penelitian

3.2.1. Prosedur Penyediaan Sampel 30 3.2.2. Penentuan Panjang Gelombang (λ) Maksimal pada range UV dan Visible dengan Pelarut n – heksana 30 3.2.3. Penentuan Kadar β – Karoten dalam CPO Asal

Dumai 31

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengolahan Data

4.1.1. Data Pengamatan Penentuan Panjang Gelombang

Maksimal Analisa β – Karoten Dengan Pelarut 32 n – heksana

4.1.2. Data Perhitungan Kadar β – Karoten 33

4.2. Pembahasan 35

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 37

5.2. Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 38

(12)

x

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

2.3.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit

6

2.3.2. Komposisi Senyawa Yang Tak Tersabunkan Dalam Minyak Sawit

7

2.4.1. Angka – angka Standar Pengolahan 8

2.4.2. Standar Kematangan Buah 9

2.4.3. Standar Kualitas Minyak dan Inti Kelapa Sawit 10 4.1.1 Data Pengamatan Penentuan Panjang Gelombang

Maksimal Analisa β-Karoten Dengan Pelarut n – heksana

32

4.1.2. Data Perhitungan Kadar β-Karoten 33

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

1 Struktur Beta Karoten 19

2 Jenis Karoten 21

3 Struktur Vitamin A 25

4 Spektrofotometer UV – Vis 40

5 Neraca Analitik 40

6 Oven 41

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persaingan global semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah perusahaan perkebunan yang ada di dunia. Dalam era globalisasi, perusahaan perkebunan dituntut untuk semakin efektif dan efesien agar tetap eksis ditengah persaingan usaha yang semakin erat. (Risza S, 1994)

Pengolahan kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit mentah , crude palm oil (CPO) dan inti (kernel) yang kualitasnya baik.

Untuk mencapai hal ini, pabrik pengolahan harus dipersiapkan dengan baik, demikian pula halnya dengan tandan buah segar yang akan diolah. Perlu ditekankan bahwa didalam penyediaan tandan buah segar yang akan diolah perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut: tandan buah segar telah matang panen, mengurangi sekecil mungkin terbawanya pasir dan benda keras, serta dilaksanakannya pengolahan sesegera mungkin, paling lama 8 jam sejak tandan buah segar dipanen (Setyamidjaja,D.2006).

Minyak sawit murni mengandung setidaknya 10 jenis karotena, bersama dengan tokoferol dan tokotrienol (anggota famili Vitamin E), fitosterol, dan glikolipid. Pada sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2007, para peneliti dari Afrika Selatan memberikan minyak sawit merah pada tikus dan menemukan bahwa terjadi pengurangan aktivitas fosforilasi pada jantung tikus yang sebelumnya telah diberikan makanan berkoleterol tinggi.

(https://.m.wikipedia.orgMinyaksawit).

(15)

Produk yang dapat dihasilkan dari minyak kelapa sawit sangat luas dengan intensitas modal dan teknologi yang bervariasi. Beberapa tahun ini terlihat semakin berkembang jenis industri hilir (downstream industry) yang berfungsi menambah barang setengah jadi dan barang jadi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor (Pahan, 2012)

Komsumsi per kapita minyak nabati dunia mencapai angka rata-rata 25 kg/tahun setiap orangnya. Kebutuhan ini terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya komsumsi per kapita. Dengan keunggulan sifat yang dimilikinya, minyak kelapa sawit memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan minyak nabati lainnya (Pardamean, 2014)

Minyak sawit yang berkualitas baik sangat menunjang perdagangan sehingga berpengaruh pada perdagangan ekspor. Oleh karena itu, Karoten adalah salah satu faktor penentu mutu minyak sawit, maka dalam hal ini penulis tertarik untuk menenentukan kadar β – Karoten pada crude palm oil (CPO).

(16)

3

1.2.Permasalahan

- Apakah kadar karoten dalam ( Crude Palm Oil ) CPO asal Dumai, Siak, dan Lampung yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu.

1.3.Tujuan

Adapun tujuan untuk karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

- Untuk mengetahui apakah kadar β – karoten dalam ( Crude Palm Oil ) CPO asal Dumai, Siak, dan Lampung telah sesuai standar mutu yang telah di tentukan.

1.4.Manfaat Penulisan

- Untuk memberikan informasi kepada para pembaca apa manfaat kandungan β – karoten dalam minyak ( Crude Palm Oil ) CPO.

Dimana β – karoten adalah provitamin A yang sangat berpengaruh terhadap gizi dan bidang kesehatan lainnya sehingga produk Crude Palm Oil (CPO) dapat dikomsumsi oleh pembaca.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Minyak sawit atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati edibel yang didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, umumnya dari spesies Elaeis guineensis, dan sedikit dari spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa. Minyak

sawit secara alami berwarna mereha karena kandungan beta-karoten yang tinggi.

Minyak sawit berbeda dengan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) yang dihasilkan dari inti buah yang sama. Minyak kelapa sawit juga berbeda dengan minyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa (Cocos nucifera). Perbedaan ada pada warna (minyak inti sawit tidak memiliki karotenoid sehingga tidak berwarna merah), dan kadar lemak jenuhnya. Minyak sawit mengandung 41%

lemak jenuh, minyak inti sawit 81%, dan minyak kelapa 86%. (https://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_sawit)

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22˚C - 32˚C. Kelapa sawit mengandung lebih kurang 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikarp dan 30 – 40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.

Hasil utama yang dapat di peroleh dari buah sawit adalah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua minyak ini berbeda dalam hak komposisi asam lemak dan sifat fisika – kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100

(18)

5

hari setelah penyerbukan. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah membrondol normal. Minyak yang mula mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh. (Anonim, 1998)

Pada tahun 1911, kelapa sawit dibudidayakan secara komersial dengan membuat perkebunan, khususnya di Sumatera Utara, Lampung, dan Aceh.

Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang berkebangsaan Belgia. Budi daya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai berkembangnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi din pantai timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Setelah itu, pengembangannya menuju Sumatera Utara.

Keunggulan kelapa sawit yang ditanam di Sumatera Utara sudah terkenal sebelum perang ke-2 dengan varietas Dura Deli (bahasa Inggris: Deli Dura).

Varietas ini ditanam di Tanah Deli (Medan dan sekitarnya). Luas areal perkebunan mencapai 5.123 hektare. Pusat pemulihan dan penangkaran didirikan di Marihat (atau terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaysia pada tahun 1911 – 1912.

Pada tahun 1919, Indonesia mengekspor 576 ton minyak. Setelah itu, ekspor minyak inti sawit dilakukan pada tahun 1923. Pada masa penjajahan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat hingga mampu menggeser dominasi ekspor negara di Afrika. Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia

(19)

tidak diikuti dengan peningkatan perekonimian negara asing termasuk Belanda (Effendi, R. Dan Widanarko, A. 2011).

2.2. Komposisi Kimia Kelapa Sawit

Seperti jenis minyak yang lain, minyak sawit tersusun dari unsur – unsur C,H, dan O. Minyak sawit ini terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang (Anonim, 1998). Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% pericarp dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis: kadar minyak dala pericarp sekitar 30 – 40 %. Rata – rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel berikut. Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlah nya sekitar 0,3 %.

Tabel 2.3.1.Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit

Asam lemak Minyak kelapa sawit

(persen)

Minyak inti kelapa sawit

(persen)

Asam Kaprilat - 3 – 4

Asam Kaproat - 3 – 7

Asam Laurat - -

Asam Miristat 1,1 – 2,5 14 – 17

Asam Palmitat 40 – 46 6,5 – 9

Asam Stearate 3,6 – 4,7 1 – 2,5

Asam Oleat 39 – 45 13 – 19

Asam Linoleat 7 – 11 0,5 – 2

(20)

7

Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera lebih kurang 500 – 700 ppm; kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selam produksi (Ketaren, 1986).

Dalam proses pemurnian dengan penambahan alkali ( biasanya disebut dengan proses penyabunan ) beberapa senyawa non trigliserida ini dapat di hilangkan, kecuali beberapa senyawa yang tak tersabunkan seperti tabel berikut.

Tabel 2.3.2. Komposisi Senyawa Yang Tak Tersabunkan Dalam Minyak Sawit

Senyawa % Ppm

Karetonoid 36,2 -

α- Karetonoid 2,4 -

β- Karetonoid 3,3 500-700

γ- Karetonoid 3,8 -

Likopene 2,2 -

Xantophyl - -

Tokoperol - -

α- Tokoperol 35 -

β- Tokoperol 10 500;800

γ- Tokoperol - -

Ʃ+fj- Tokoperol 20 -

Sterol - -

Kolesterol 4 -

Kompesterol 21 Mendekati

Stikmasterol 21 -

β-Stosterol 63 -

(21)

Pospatida - -

Alkohol Total - -

Triterpenik alcohol 80 -

Alifatik alcohol 26 Mendekati 800

Sumber : Karlina, 2001

2.4. Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit 2.4.1. Angka – angka kerja pengolahan

Agar Pengoperasian PKS dapat diarahkan untuk pencapaian efisiensi dan produktivitas, perlu adanya parameter untuk perlakuan atau pengoperasian alat – alat/mesin yang ada di PKS.

Tabel 2.4.1. Angka – angka Standar Pengolahan

Karakteristik Batasan

Tekanan Rebusan (Kg/cm2) 2,8

Waktu rebusan sistem triple peak (menit) 80 – 90 Waktu Rebusan Sistem double peak (menit) 90 – 100 Temperature steam pemipilan (˚C) 100 – 105

Tekanan kerja pengempaan (bar) 50 – 75

Temperatur pada seluruh unit di stasiun pemurnian (˚C)

85 – 95

Tekanan vacuum dryer (torr) 50

Temperatur hot water tank (˚C)

Pemakaian air pengencer di pengempaan (% TBS) 14 Pemakaian air di vibrating screen (%TBS) 14 Pemakaian air di sludge separator (% TBS) 28 Temperatur di bagian atas nut silo (˚C) 70 Temperatur di bagian tengah nut silo (˚C) 60 Temperatur di bagian bawah nut silo (˚C) 50 Temperatur di bagian atas pengering kernel (˚C) 80 Temperatur di bagian tengah pengering kernel (˚C) 70 Temperatur di bagian bawah pengering kernel (˚C) 60

(22)

9

2.4.2. Standar Kematangan Buah

Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fraksi Jumlah Brondolan Fraksi 00 (F-00) 0,00% Sangat mentah Tidak ada

Fraks 0 (F-0) < 5,00% Mentah 1-12,5% buah luar Fraksi 1 (F-1) 0,00% Kurang

mentah

12,5-25% buah luar

Fraksi 2 (F-2) >90,00% Matang 25-50% buah luar Fraksi 3 (F-3) 0,00% Matang 50-75 buah luar Fraksi 4 (F-4) <3,00% Lewat matang 75- 100% buah luar Fraksi 5 (F-5) <2,00% Terlarut

matang

Buah dalam ikut membrondol

Brondolan 9,50% - -

Tandan kosong 0,00% - -

Dengan terpenuhi persyaratan kematangan buah, diharapkan produk minyak dan inti sawit mempunyai kualitas yang baik dengan kehilangan minyak dan inti sawit rendah sehingga mencapai efektivitas pengutipan minyak dan inti sawit yang tinggi.

2.4.3. Standar Kualitas Minyak dan Inti Kelapa Sawit

Karakteristik Batasan

Minyak Sawit (MKS)

Kadar asam lemak bebas (%) < 3.50

Kadar air (%) < 0.10

Kadar kotoran (%) < 0.01

(23)

DOBI (deterioritation of bleachability index) >2.40 Inti Sawit (IKS)

Kadar air (%) < 7.00

Kadar kotoran (%) < 6.00

Inti pecah (%) < 25.00

Inti berubah warna (%) < 40.00

Sumber : Risza,S. 1994

2.5. Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Hasil pengolahan utama minyak kelapa sawit terdiri dari dua jenis, yaitu 1.Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah

2. Minyak sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.

(Mangoensoekardjo, S. 2003)

Pengolahan minyak kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berasal dari daging buah (Pericarp). Berikut berbagai tahapan sederhana dalam menghasilkan minyak kelapa sawit.

2.5.1. Penimbangan

Awalnya, hasil panen berupa tandan buah segar (TBS) diangkut dari pabrik menggunakan truk atau trailer yang ditarik dengan wheel tractor. Setibanya di pabrik, setiap truk atau trailer harus ditimbang di toledo atau timbangan (berat brutto), lalu penimbangan dilakukan kembali sesudah di bongkar (berat tara).

Selisih timbangan brutto dan tara merupakan berat TBS yang dioalah.

(24)

11

2.5.2. Sortasi Buah

Untuk menghitung rendemen dan menilai kualitas TBS, lakukan proses sortasi.

Sortasi dengan sampling yaitu memilih satu truk pengangkut TBS sebagai pengujian sampling. Lakukan sortasi sesuai dengan kriteria panen. Selain itu, catat presentase tangkai panjang, banyaknya buah yang jatuh (brondolan), dan kotoran.

2.5.3. Penimbunan Buah

Timbang tandan buah segar, lalu masukkan ke dalam loading and storage ramp.Setiap bays dari loading ramp umumnya 8 ton TBS. Di dalam bays, terjadi

pembersihan TBS dari pasir dan kotoran lainnya dengan cara menyiramkan air ke atas. Cara ini dilakukan untuk menjaga mutu dan mengurangi keausan alat-alat pengolahan. Setelah bersih, masukkan TBS ke dalam lori – lori rebusan berkapasitas 2,5 ton.

2.5.4. Perebusan

Masukkan lori –lori berisi TBS ke dalam ketel rebusan dengan bantuan loco.

Setiap ketel dapat berisi 10 lori. Setelah itu, terjadi pemanasan TBS menggunakan uap air dengan tekanan 2,6 kg/cm2 . Proses perebusan ini biasanya berlangsung satu jam.

2.5.5. Penebalan (Thresing)

Lori-lori tandan buah yang sudah direbus akan ditarik keluar, lalu diangkat

menggunakan hoisting crane yang digerakkan dengan motor dan dapat bergerak di atas lintasan rel. Hoisting care digunakan untuk mengangkat lori yang berisi tandan-tandan buah, melintang lori, serta membalikkannya ke atas mesin penebah (thresher) dengan tujuan untuk melepaskan buah dari tandannya. Pembantingan

(25)

tandan ini didasarkan pada gaya berat badan itu sendiri. Buah yang telah lepas tadi masuk ke digester feed conveyer melalui conveyer dan elevator.

2.5.6. Pengadukan (Digester)

Buah yang lepas dari mesin bantingan langsung dimasukkan ke dalam ketel adukan (digester). Ketel ini memiliki dinding rangkap dan as putar yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk. Dalam ketel adukan, buah akan hancur akibat pisau-pisau pengaduk yang berputar pada as sehingga daging buah (pericarp) pecah dan terlepas dari bijinya (nut).

2.5.7. Pengempaan (Pressing)

Pengempaan bertujuan untuk mengambil minyak dari massa adukan buah di dalam mesin pengempaan secara bertahap. Pengempaan dilakukan dengan bantuan pisau-pisau pelempar dari ketel adukan. Minyak yang keluar ditampung kesebuah talang dan dialirkan ke crude oil tank melalui vibrating screen.

(Sunarko, 2012).

2.5.8. Stasiun Pemurnian (Clarification)

Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengempresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa minyak partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-50% air. Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut harus diolah lebih lanjut dengan cara dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank). Tahap pengolahan minyak kelapa sawit kasar ini disebut dengan tahap pemurnian minyak atau klarifikasi. Pemurnian minyak atau klarifikasi adalah proses memisahkan minyak dari bahan – bahan nonminyak, seperti serat, kotoran, pasir, dan air (Slamet, 2011).

(26)

13

Minyak yang sudah terpisah ini dialirkan menuju saringan getars (vibrating screen) untuk memisahkan kotoran berupa serabut dan bahan-bahan lainnya.

Kotoran dialirkan menuju tangki minyak kasar (crude oil tank, COT) yang berada di bagian bawah ayakan getar.( Sibuea, P. 2014).

2.6. Bahan Baku Inti Kelapa Sawit

Bahan baku inti kelapa sawit berasal dari dua sumber, yaitu;

a. Bahan Baku Seinduk

Yaitu bahan baku inti sawit yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sendiri dimana hasil pengolahan biji menjadi inti dapat langsung diangkut ke pengolahan inti kelapa sawit.

b. Bahan Baku Luar

Yaitu bahan baku inti sawit yang berasal dari PKS lain dimana inti yang dihasilkan mengalami proses pengiriman yang cukup lama sehingga dapat menimbulkan masalah pada inti – inti tersebut. (Tim Penulis, PS. 1998).

2.7. Sifat Fisiko – Kimia Kelapa Sawit

Sifat fisiko – kimia minyak kelapa sawit meliputi bau dan flavor, kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling poin), titik pelunakan, slipping point, shot melting point; bobot jenis, Indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api.

(27)

Tabel. 2.7.1. Nilai Sifat Fisiko – Kimia Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Sawit

Sifat Minyak Sawit Minyak Inti Sawit

Bobot jenis pada suhu kamar 0,900 0,900 – 0,913 Indeks Bias D 40 1,4565 – 1,4585 1,495 – 1,415

Bilangan Iod 48 – 56 14 – 20

Bilangan Penyabunan 196 – 205 244 – 254

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam asam lemak digliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak.

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami , juga terjadi akibat adanya asam – asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan ionone. Titik cair minyak kelapa sawit berada dalam kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda beda (Ketaren, 1986).

2. 8. Karotenoida

Karotenoida adalah pigmen berwarna dominan merah-jingga yang ditemukan secara alami pada tumbuhan dan buah-buahan. Beta karoten merupakan senyawa organik, secara kimiawi diklasifikasikan sebagai hidrokarbon, dan secara spesifik diklasifikasikan sebagai terpenoid (isoprenoid), mencerminkan bahwa ia merupakan turunan unit isoprena. Beta karoten disintesis oleh tumbuhan dari geranilgeranil pirofosfat.

(28)

15

Beta karoten merupakan anggota karoten, yang merupakan tetraterpena turunan dari isoprena dan memiliki rantai karbon berjumlah 40. Di antara semua karoten, beta karoten dicirikan dengan keberadaan cincin beta pada kedua ujung molekulnya. Penyerapan beta karoten oleh tubuh meningkat dengan meningkatnya asupan lemak, karena karoten larut oleh lemak.

Gambar 1.1. Struktur Kimia Beta karoten

Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik.Terdapat beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara lain retinol, retinil palmitat, dan retinil asetat Akan tetapi, istilah vitamin A seringkali merujuk pada senyawa retinol dibandingkan dengan senyawa lain karena senyawa inilah yang paling banyak berperan aktif didalam tubuh.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Beta-karoten)

Menurut (Madya, et.al., 2006) karotenoida dapat digolongkan ke dalam empat golongan, yaitu:

a) Karoten yaitu karotenoida hidrokarbon C40H56 yang termasuk ke dalam golongan ini adalah β,α, γ- karoten dan Likopena.

(29)

b) Xantrofil dan derivat karoten yang mengandung oksigen dan hidroksil.

Yang termasuk dalam grup ini antara lain kriptosantin (C40H5 5OH), lutein (C40H55 (OH)2 ).

c) Ester xantrofil yaitu asam lemak yaitu Zeassantin

d) Asam karotenoida yaitu derivat karoten yang mengandung gugus karboksil.

Karoten sangat merata terdapat dalam dunia tumbuh tumbuhan, dalam buah buahan. Juga dalam dunia hewan karoten terdapat dalam lemak susu dan serum darah. Orang mengenal tiga buah karoten (C40H56 ) isomer, dinyatakan sebagai β,α, γ - karotena. Zat warna karoten dari beberapa tanaman terdiri atas ketiga isomer ini.

β –karotena menurut struktur nya mengandung dua kali rangka karbon β – ionon, dihubungkan dengan sebuah rantai yang terdiri atas 12 atom karbon, yang mempunyai 2 gugus CH3 sebagai rantai rantai cabang ke 11 ikatan ikatan rangkapnya letaknya semua di konjugasi

α –karotena mengkristal sebagai jarum merah tua, mencair pada suhu

187 ˚C dan menunjukkan kegiatan optis [α]D +380 ˚C. Zat ini terdapat dalam zat- zat berasal dari tumbuhan disamping β –karoten antara lain dalam minyak kelapa sawit. Struktur β –karoten dan α –karoten berbeda pada tempat ikatan rangkapnya.

γ – karoten mengkristal sebagai jarum violet, mencair pada 178 ˚C dan bersifat tak optis aktif. Dalam molekul γ – karoten terdapat sebuah gugus siklis, ialah gugus β – ionon.

(30)

17

Gambar 1.2. Jenis Karoten

Minyak sawit kasar atau CPO merupakan salah satu sumber karoten yang tertinggi yang diekuivalenkan dengan retinol (pro – Vitamin A). Kandungan karoten berbeda menurut varietas kematangan buah. Kandungan karotenoid CPO dari varietas tenera berkisar antara 500 -700 ppm. Kandungan Karetonoid menjadi sangat diperhatikan setelah adanya persyaratan minimum kadar total karoten sebesar 500 mg/kg CPO dari negara – negara seperti India, Belanda, Spanyol dan negara – negara Eropa. Salah satu fungsi penting karotenoid adalah sebagai prekursor vitamin A yang akan diubah olrh tubuh menjadi vitamin A. Karotenoid

provitamin A yang potensial dan banyak terdapat didalam β – karoten . ( Karotenoid_kelapa_sawit_Analisis_Komposisi.pdf)

Adapun sifat fisika – kimia karoten sebagai berikut:

a) Karetonoid sangat larut dalam minyak dan merupakan hidrokarbon dengan banyak ikatan tidak jenuh

b) β –karotena tidak optis aktif

(31)

c) Larut dalam benzene, chloroform dan karbon disulfida dengan baik d) Sukar melarut dalam alkohol

e) Karoten dan likopena hanya oleh oksigen saja sudahb teroksidasi (auto – oksidasi); sifat ini berhubungan dengan kedaannya yang sangat tak jenuh.

f) β –karotena mengkristal di dalam daun – daun berbentuk kristal merah tua

g) Mencair pada suhu 184 ˚C (Djoari, dkk., 1946)

2.8.1 Karoten Sebagai Anti Kanker

Karoten menyimpan potensi yang cukup berharga karena dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker. Kanker terdapat pada manusia didalam jaringan epitel, tergantung pada retinoid untuk perbedaan sel normal. Beberapa ilmu epidologi menyatakan sebagai hubungan kebalikan antara kandungan vitamin A pada makanan rendah lemak dan resiko pada kanker dan percobaan menyatakan bahwa retinoid mampu mengurangi beberapa efek karsinogenik.

β –karoten merupakan sebuah antioksidan yang memungkinkan peranan dalam menangkap peroksida radikal bebas di dalam jaringan pada tekanan oksigen yang rendah. Kemampuan β –karoten sebagai antioksidan merupakan stabilisasi pada organik peroksida radikal bebas dengan terkonjugasi pada struktur alkil. Sejak β – karoten efek pada konsentrasi oksigen yang rendah melengkapi antioksidan pada Vitamin E (Murray, et., 1988).

(32)

19

Suplemen beta karoten juga bisa menurunkan risiko kanker prostat, seperti riset yang dimotori oleh peneliti dari Universitas Harvard, dr MeirStampfer. Saat menganalisa risiko kanker prostat diantara 3.000 dokter, Stampfer menemukan beberapa hal penting. Pertama mereka yang makan tidak cukup buah buahan dan sayur mayur dan juga tidak mengkomsumsi suplemen beta karoten, mengalami kanker kanker prostat 36% lebih tinggi dari yang mengkomsumsinya. Kedua, sebaliknya para dokter yang makan sedikit buah-buahan dan sayuran tetapi mengkomsumsi suplemen beta karoten ternyata mempunyai risiko kanker prostat yang rendah. Kelihatannya suplemen beta karoten bisa mengkompensasi kekurangan komsumsi beta karoten tersebut dalam diet bahwa komsumsi beta karoten yang sangat berlebihan berakibat agak kurang baik. (Tapan, 2005).

2.9.2. Karoten Sebagai Pro Vitamin A

Vitamin A pada umumnya stabil terhadap panas , asam, dan alkali, mempunyai sifat yang sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi bersama udara, sinar, dan lemak yang sudah tengik.

Sebagian besar sumber vitamin A adalah karoten yang banyak terdapat dalam bahan-bahan nabati. Tubuh manusia mempunyai kemampuan mengubah sejumlah besar karoten menjadi vitamin A. Dalam tanaman terdapat beberapa jenis karoten, namun yang lebih banyak ditemui adalah α-,β-,γ- karoten ; mungkin juga terdapat kriptoxantin(M.E stuijvenberg, V.dkk.,2001).

Vitamin A (Retinol) juga adalah suatu alkohol. Di dalam tumbuhan vitamin A terdapat sebagai Provitamin A, yaitu sebagai senyawa karoten. Pada hidrolisis karoten terjadi vitamin A. Vitamin A berperan dalam proses melihat ,

(33)

yaitu pada proses fitokimia pada retina. Pada retina mata terdapat pigmen yang sensitif terhadap cahaya, yaitu rodopsin, suatu protein gabungan yang dapat berdisosiasi menjadi protein opsin dan retinen trans (vitamin A dalam bentuk aldehida). Disosiasi ini terjadi apabila rodopsin terkena cahaya. Vitamin A berperan pada sintesis mukoprotein dan mukopolisakarida yang berfungsi mempertahankan kesatuan epitel, khususnya jaringan mata, mulut, alat pencernaan, alat pernapasan, dan saluran genital atau urin.Dalam pertumbuhan tulang dan gigi juga merupakan faktor yang essensial. (Poedjiadi, 2009).

Dalam bahan makanan terdapat vitamin A dalam bentuk karoten sebagai ester vitamin A dan sebagai vitamin A yang bebas. Keaktifan biologis karoten jauh lebih rendah di bandingkan dengan Vitamin A. Dalam tubuh Vitamin A berperan dalam penglihatan/mata, permukaan epitel, serta membantu proses pertumbuhan. Peranan retinol untuk penglihatan normal sangat penting karena daya penglihatan normal sangat penting karena adanya penglihatan mata sangat tergantung oleh adanya rodhopsin, suatu pigmen yang mengandung retinol. .(M.E stuijvenberg, V.dkk.,2001). Jumlah kebutuhan vitamin A yang dianjurkan adalah 1.200 – 2.400 IU bagi bayi dan anak anak di bawah 10 tahun, dan 3.500 – 4.000 IU untuk orang dewasa (Winarno, 1992).

Hubungan β –karoten terhadap vitamin A dapat dilihat pada struktur, dimana β- isomer mengandung 2 residu Vitamin A.

(34)

21

Gambar 1.3. Struktur dari vitamin A (retinol)

Caretonoid tidak mempunyai vitamin aktif sendiri. Vitamin A atau retinol merupakan sebuah senyawa polisoprenoid yang mengandung sebuah cincin siklohexenil. Vitamin A merupakan pembawa keluar melalui retinol dan mempunyai 2 turunan retinal dan asam retionik (Murray, et.al., 1988)

2.9. Spektrofotometri UV – Visible

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang di absorbansi oleh sampel.

Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk dipromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi . Spektroskopi UV – Via biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Berr. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm.

Spektrofotometer UV – Vis pada umumnya digunakan untuk:

(35)

1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonyugasi dan auksokrom dari suatu senyawa organik

2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang maksimum suatu senyawa

3. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan hukum Lambert-Berr. (Dachriyanus, 2004)

Spektrofotometri merupakan suatu teknik yang berguna untuk mempelajari kesetimbangan kimia atau untuk menentukan laju reaksi kimia. Senyawa kimia yang berada dalam kesetimbangan pasti mempunyai spektrum absorpsi berbeda, yang disebabkan oleh perubahan struktur elektron baik dalam keadaan terasosiasi maupun terdisosiasi yang mempengaruhi struktur ikatan. Spektrofotometri dapat digunakan untuk mempelajari reaksi enzim dan untuk mengevaluasi efek obat obatan pada enzim (Sinko, 2011).

2.10.1 Prinsip

Radiasi pada rentang panjang gelombang 200-700 nm dilewatkan melalui suatu larutan senyawa. Elektron – elektron pada ikatan didalam molekul menjadi tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum yang lebih tinggi dan dalam proses menyerap sejumlah energi yang melewati larutan tersebut. Semakin longgar elektron tersebut ditahan didalam ikatan molekul, semakin panjang gelombang (energi lebih rendah) radiasi yang diserap (Watson, 2007).

(36)

23

2.10.2 Hukum Lambert-Beer

Pengukuran serapan cahaya oleh larutan molekul diatur dengan hukum Lambert-Berr, yang ditulis sebagai berikut :

Log

= - A

-εbC

Keterangan : A = absorban (serapan)

ε = koefisien ekstingsi molar (M-1 cm-1) b = tebal kuvet (cm)

C = konsentrasi (M)

I0 = intensitas radiasi yang masuk

It = intensitas radiasi yang ditransmisikan

Dengan I0 adalah intensitas radiasi yang masuk; It adalah intensitas radiasi yang ditransmisikan; A dikenal sebagai absorban dan merupakan ukuran jumlah cahaya yang diserap oleh sampel; ε adalah tahapan yang dikenal sebagai koefisien molar dan merupakan absorban larutan 1M analit dalam mol perliter (Watson, 2007).

2.10.2. Komponen-komponen spektrofotometri UV-VIS Komponen-komponennya antara lain:

1. Sumber cahayan

Lampu deuterium untuk daerah UV dari 190 sampai 350 nm dan lampu halogen kuartz atau lampu tungsten untuk daerah visible dari 350 sampai 900 nm.

2. Digunakan untuk menghamburkan cahaya kedalam panjang gelombang unsur – unsurnya, yang diseleksi lebih lanjut dengan celah.

Monokromator berotasi sehingga rentang panjang gelombang

(37)

dilewatkan melalui sampel ketika instrument tersebut memindal sepanjang spektrum.

3. Optik

Dirancang untuk memisahkan berkas cahaya sehingga berkas tersebut melewati dua kompartemen sampel, dan pada instrument berkas rangkap tersebut, larutan blanko dapat digunakan dalam satu kompartemen untuk memperbaiki pembacaan atau spektrum sampel tersebut. Blanko umumnya adalah pelarut yang dapat melarutkan sampel (Watson, 2007).

(38)

25

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Penentuan β- Karoten 3.1.1. Alat – alat

Alat – alat yang dipergunankan dalam penentuan kadar β - Karoten dalam CPO antara lain:

- Spektrofotometer UV – Visible Tharo 300

- Quartz kuvet 10 mm Quarts

- Labu Volum 25 ml Pyrex

- Neraca analitik Kern

- Oven Memmert

- Spatula -

- Beaker glass Pyrex

3.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada penetapan kadar β-Karoten pada CPO yaitu - Sampel (crude palm oil) CPO Asal Dumai, Siak dan Lampung - n – heksana

(39)

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1. Prosedur Penyediaan Sampel

Sampel yang diperlukan untuk analisa kadar β – karoten adalah sampel CPO. Sebelum dilakukan analisa, maka sampel CPO Asal Dumai, Siak dan Lampung dipersiapkan terlebih dahulu, yaitu dengan cara memanaskan sampel (CPO) di dalam oven pada suhu 80˚C selama 15 menit agar sample homogen dan mudah dalam melakukan penimbangan dan memperoleh hasil yang maksimum.

3.2.2. Penentuan Panjang Gelombang (λ) Maksimal pada range UV dan Visible dengan Pelarut n – heksana

- Disediakan pelarut n - heksana dalam labu takar 25 ml (sebagai blanko) - Ditimbang 0,1 g CPO dalam labu takar 25 ml

- Dilarutkan dengan pelarut n - heksana sampai garis tanda dan dihomogenkan

- Dihidupkan alat Spektrofotometer UV-Visible dan dibiarkan stabil

- Diukur absorbansi sampel pada panjang gelombang 420-510 nm untuk range Visible dengan menggunakan larutan n - heksana sebagai blanko atau larutan pembanding

- Dicatat nilai absorbansi yang dihasilkan

- Digambarkan kurva panjang gelombang maksimal

3.2.3. Penentuan Kadar β – karoten dalam CPO Asal Dumai

- Timbang sample CPO yang sudah cair dan homogen sebanyak 0.10 g kedalam labu volum 25 ml

- Larutkan dengan pelarut n - heksana sampai tanda garis batas

(40)

27

- Tuang sample kedalam kuvet dan masukkan kedalam wadah spektrofotometer UV - Visible secara tegak lurus hingga menyentuh dasar dengan posisi kuvet ada di sebelah kiri tempat kuvet persegi (kuvet shaft).

Bagian kuvet yang tidak jernih/bening ada di posisi depan

- Ukur absorbansi sample pada panjang gelombang 446 nm yang sebelumnya sudah dilakukan pengukuran terhadap Blanko

- Catat nilai pengukuran absorbansi 446 nm yang ada di layar monitor

NB: Dilakukan Percobaan yang sama untuk Penentuan kadar β – karoten dalam CPO Asal Siak dan Lampung.

(41)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengolahan Data

Dari analisis kandungan β - karoten pada Crude Palm Oil (CPO) yang dilakukan didapatkan data sebagai berikut:

4.1.1. Data Pengamatan Penentuan Panjang Gelombang Maksimal Analisa β – karoten Dengan Pelarut n – heksana

λ ABS λ ABS

420 0,482 448 0,614

430 0,511 449 0,616

440 0,604 450 0,606

441 0,617 460 0,520

442 0,618 470 0,531

443 0,615 480 0,473

444 0,617 490 0,270

445 0,618 500 0,270

446 0,620 510 0,270

447 0,618

Grafik 1

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

420 440 460 480 500

Absorbansi

Panjang Gelombang (nm)

Kurva Absorbansi Vs Panjang Gelombang (nm) dari Larutan CPO 0,1 gr/25 ml n - heksana

ABS

(42)

29

4.1.2. Data Perhitungan kadar β – karoten Kode

Sampel

Nama Sampel

Berat Sampel

Abs 446

β-Karoten (ppm)

β- Karoten (ppm) Rata- rata

A1 CPO 0,1092 0,711 623,43

A2 CPO 0,1160 0,794 655,39 643,25

A3 CPO 0,1090 0,741 650,92

Kode Sampel

Nama Sampel

Berat Sampel

Abs 446

β-Karoten (ppm)

β- Karoten (ppm) Rata- rata

B1 CPO 0.1305 0.878 644.20

B2 CPO 0.1213 0.787 621.23 649,65

B3 CPO 0.1017 0.726 683.53

Kode Sampel

Nama Sampel

Berat Sampel

Abs 446 β-Karoten (ppm)

β- Karoten (ppm) Rata- rata

C1 CPO 0.1198 0.621 496.33

C2 CPO 0.1275 0.782 587.27 547.42

C3 CPO 0.1306 0.762 558.66

Keterangan :

A = CPO Asal Dumai B = CPO Asal Siak C = CPO Asal Lampung Carotene

=

Keterangan : Abs = Absorbansi

V = Volume (Labu Volum)

3.83 = Faktor Kalibrasi Carotene Pada Panjang Gelombang 446 nm

(43)

A = CPO Asal Dumai

A1 =

A2 =

A3 =

A rata – rata = 643.25

B = CPO Asal Siak B1 =

B2 =

B3 =

B rata – rata = 649.65

C = CPO Asal Lampung C1 =

C2 =

C3 =

C rata – rata = 547.42

(44)

31

4.2. Pembahasan

Dari data pada tabel 4.1.1 untuk Pengamatan penentuan panjang gelombang maksimal analisa β – karoten dengan pelarut n – heksana sebagai blanko atau larutan pembanding, diukur absorbansi sampel pada panjang gelombang 420 – 510 nm. Dimana nilai absorbansi maksimal pada range UV dan Visible yang dihasilkan yaitu terdapat pada panjang gelombang 446 nm dengan nilai absorbansi maksimal 0.620.

Dari data pada tabel 4.1.2. untuk penentuan kadar β – karoten pada (CPO) crude palm oil dengan menggunakan Spektrofotometri UV – Visible dengan

panjang gelombang 446 nm, terlebih dahulu dilakukan preparasi sampel CPO, yaitu dengan cara memanaskan sampel (CPO) didalam oven pada suhu 80˚C selama 15 menit agar sample homogen. Kemudian memasukkan sampel baku uji kedalam kuvet sehingga diperoleh nilai β – karoten (ppm) Rata – rata pada sampel crude palm oil (CPO) asal Dumai yaitu ; 643.25 ppm. Begitu juga untuk Penentuan kadar β – karoten pada CPO asal Siak dan CPO asal Lampung dilakukan perlakuan yang sama. Diperoleh kadar β – karoten (ppm) rata – rata untuk CPO asal Siak yaitu; 649.65 ppm dan CPO asal Lampung yaitu; 547.42 ppm.

Kandungan β – karoten dari crue palm oil (CPO) yang diperoleh telah memenuhi standart mutu Special Prime Bleach (SPB) dan Ordinary (500 – 700 ppm). Kadar Karotenoid rendah biasanya disebabkan oleh;

a) Adanya buah kelapa sawit yang belum matang b) Adanya buah kelapa sawit yang busuk

(45)

c) Penyimpanan CPO yang terlalu lama, sehingga minyak teroksidasi oleh impurities.

(46)

33

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Dari analisa yang dilakukan, diperoleh kadar β-Karoten dalam CPO (Crude Palm Oil) Asal Dumai, Siak dan Lampung adalah:

- β-Karoten Sampel A = (643,25 ppm) lebih kecil dari pada β-Karoten Sampel B = (649,65 ppm) dan lebih besar dari pada β-Karoten Sampel C = (547,42 ppm)

- Pada penentuan kadar β - Karoten menggunakan spektrofotometer UV – Vis dengan panjang gelombang 446 nm, diperoleh kandungan karoten dari crude palm oil (CPO) telah memenuhi standart mutu Spesial Prime Bleach (SPB) dan Ordinary (500 – 700 ppm).

5.2. Saran

- Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap α, γ, karoten dalam CPO dan pada sampel lainnya seperti kelapa.

- Sebaiknya selama melakukan analisa perlu dihindari kesalahan dalam menggunakan spektrofotometer UV – Visible supaya mendapatkan analisa yang akurat.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998. Kelapa Sawit Usaha Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Jakarta: Penerbit Swadya.

Dachriyanus, 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.

Andalas University Press. Padang

Djohari, A., Ardiwikarta,D.,Haedjodarsono,S, dan Imanwirejo, U.1946. Kimia Organik. Djakarta: J.B. Wolters – Djarka, Groningen

Effendi, R dan Widanarko, A. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. AgroMedia Pustaka. Jakarta

Karliana. 2001. Adsorpsi β – Karoten dari bahan yang mengandung Karetonoida dengan menggunakan Adsorben Sintesis Kalsium Poliesterena Sulfonat, Skripsi, FMIPA USU

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Edisi pertama. Cetakan Pertama.

UI- press. Jakarta.

Mangoensoekardjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Murray, R, Granner, D., Mayes, P and, Rodwel, V.1998. Happer’s Biochemistry.Twenty – fifth edition. New York: Mc Graw – hill

Pahan, I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya: Jakarta.

Perdamaean, M. 2014. Pengolahan Dan Pabrik Kelapa Sawit. Penebar Swadya:

Jakarta.

Poedjiadi, A. 2009. Dasar – Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia.

Jakarta.

Risza, S. 1994. Minyak Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Cetakan Pertama. Kanisius. Yogyakarta.

Sibuea, P. 2014. Minyak Kelapa Sawit Teknologi & Manfaat Untuk Pangan Nutrasetika. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Sinko, P. J. 2006. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. Edisi Kelima. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Slamet, H.R. 2011. Budi Daya Tanaman Kelapa Sawit. PT. Maraga Borneo Tarigas. Kalimantan Barat.

Stuijvenberg, V., Dhansay M.A., Lombard C. J., Faber M., and A.J.Benade. 2001.

The effect of a biscuitwith red palm oil as a source pf beta-carotene on the vitamin A status of primary school children: a comparison with beta- carotene from a synthetic source in a randomised controlled trial. Eur J.

Clin Nutr. 55:657-662.

Sunarko, 2012. Membangun Kebun Mini Kelapa Sawit di Lahan 2 Hektare.

AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Pemasaran. Penebar Swadya. Jakarta.

(48)

35

Tapan, E. 2005. Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia . Jakarta.

Watson, G. 2007. Analisis Farmasi. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta.

Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-Brio Press.

https://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_sawit ( Dilihat 6 Mei 2017, Pukul 17.13) Karotenoid_kelapa_sawit_Analisis_Komposisi.pdf (Google scholar)

(49)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5. Spektrofotometer UV-Vis

Gambar 6. Neraca Analitik

(50)

37

Gambar 7. Oven

Gambar

Tabel 2.3.1.Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak  Inti Kelapa Sawit
Tabel 2.4.1. Angka – angka Standar Pengolahan
Gambar 1.1. Struktur Kimia Beta karoten
Gambar 1.2. Jenis Karoten
+4

Referensi

Dokumen terkait

Membahas Pengelolaan PNS yang mengalami gangguan

Dapat diinterpretasikan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel tayangan fashion dari internet dengan hasil belajar desain busana karena r hitung

[r]

Untuk itu penulis akan membahas Pemanfaatan Augmented Reality Pada Aplikasi Home Seekers 3D Sebagai Strategi Marketing Penjualan Rumah. Bagaimana sebuah aplikasi bisa

Sistem E-Commerce sebagai suatu bentuk kemajuan teknologi informasi telah membawa sejumlah perubahan, di antaranya menurunkan biaya interaksi antara pembeli dan penjual, interaksi

Untuk kajian QSAR dalam penelitian ini digunakan analisis regresi multilinear dengan data log (1/IC 50 ) sebagai variabel tidak bebas, sedangkan data muatan bersih atom pada

Pediatrics (2004), Ikterus adalah salah satu faktor yang mempengaruhi angka kematian bayi, Penelitian di dunia kedokteran menyebutkan bahwa 70% bayi baru lahir

Simulasi untuk pengujian jalur evakuasi pada gedung merupakan hal yang penting, perancangan denah gedung harus diperhatikan dengan baik untuk menekan angka korban