• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Kriteria Status COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Kriteria Status COVID-19"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Kriteria Status COVID-19

Musfirah Ahmad1,*, Gresty Natalia Massi2, Nur Anindita3, Angelina Goni4, Jesica Talumepa5

1,2,4,5

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi

3Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Univesitas Sam Ratulangi [email protected]

*corresponding author

Tanggal Pengiriman: 18 Oktober 2021, Tanggal Penerimaan: 17 Desember 2021

Abstrak

Pengetahuan perawat tentang kriteria status COVID-19 merupakan hal yang utama dan sangat penting, serta harus diperhatikan oleh perawat dalam menentukan kriteria status COVID-19, mengingat perawat merupakan garda terdepan dalam penanganan COVID-19 dan telah banyak perawat yang meninggal akibat virus ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan perawat tentang kriteria status COVID-19 di Puskesmas Kota Manado. Metode penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di 7 puskesmas yang dianggap dapat mewakili seluruh puskesmas di wilayah kerja dinas kesehatan Kota Manado. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 41 orang yang terdistribusi yaitu, Puskesmas Sario 4 orang, Ranotana Weru 5 orang, Teling Atas 4 orang, Bengkol 3 orang, Tuminting 15 orang, Wenang 3 orang dan Minanga 7 orang. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah perawat puskesmas yang bertugas saat penelitian berlangsung dan bersedia menjadi responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang telah diiput kedalam google form. Adapun Analisa data terdiri dari Analisa univariat yaitu umur, jenis kelamin, jenjang pendidikan, lama kerja perawat, peran dalam penanganan COVID 19, pelatihan mengenai COVID 19, dan tingkat pengetahuan. Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji korelasi spearman. Hasil uji statisti diperoleh bahwa terdapat beberapa variabel yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan tentang kriteria status COVID 19 yaitu jenis kelamin dengan nilai p 0,048 (r +0,311), tingkat pendidikan dengan nilai p 0,025 (r +0,350), dan pelatihan COVID-19 dengan nilai p 0,037 (r +0,327) sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan tingkat pengetahuan tentang kriteria status COVID 19 yaitu ruangan tempat bekerja dengan nilai p 0,206, lama bekerja sebagai perawat dengan nilai p 0,322, dan peran perawat/ SATGAS COVID 19 dengan nilai p 0,240. Kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan perawat terkait penentuan kriteria status COVID 19, yaitu umur, jenis kelamin, jenjang pendidikan dan pelatihan terkait COVID 19, sehingga disarankan agar perawat dan instansi pelayanan kesehatan lebih memperhatikan kualitas tenaga perawat dengan mengikutsertakan pada pelatihan dan peningkatan jenjang pendidikan.

Kata Kunci: COVID-19; perawat; puskesmas; status COVID-19

Abstract

Nurses' knowledge of the criteria for COVID-19 status is the main and very important thing, and nurses must pay attention to determining the criteria for COVID-19 status, considering that nurses are at the forefront of handling COVID-19 and many nurses have died from this virus.

The purpose of this study was to determine the factors related to the level of knowledge of nurses

(2)

Copyright © 2021, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

about the criteria for COVID-19 status at the Manado City Health Center. This research method uses a quantitative research design with a cross sectional approach. This research was conducted in 7 public health center which were considered to represent all public health center in the working area of the Manado City Health Departement. The sampling technique used purposive sampling with a sample of 41 people distributed, namely, Sario Health Center 4 people, Ranotana Weru 5 people, Teling Atas 4 people, Bengkol 3 people, Tuminting 15 people, Wenang 3 people and Minanga 7 people. The research instrument uses a questionnaire that has been inputted into the google form. The data analysis consisted of univariate analysis, namely age, gender, education level, nurse's length of work, COVID 19 nurses, training on COVID 19, and level of knowledge. Bivariate analysis in this study was conducted using the Spearman correlation test. The results of the statistical test showed that there were several variables related to the level of knowledge about the COVID 19 status criteria, namely gender with p value of 0.048 (r + 0.311), education level with p value of 0.025 (r + 0.350), and COVID-19 training with p value 0.037 (r + 0.327) while the variables that are not related to the level of knowledge about the COVID 19 status criteria are the work room with a p value 0.206, the length of work as a nurse with a p value 0.322, and COVID 19 nurses with a p value 0.240. The conclusion is that there are several factors that related the level of knowledge of nurses regarding the determination of the criteria for COVID 19 status, namely, age, gender, education level and training related to COVID 19, so it is recommended that nurses and health service departement give more attention to the quality of nursing staff by including training and improvement. educational level.

Keywords: COVID-19; nurse, public health center; status of COVID-19

PENDAHULUAN

Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) adalah virus yang ditemukan pertama kali di Wuhan provinsi Hubei China pada tanggal 17 November 2019 kemudian menyebar ke berbagai negara di dunia. Menurut data WHO (2020) pada tanggal 17 April 2020 jumlah kematian akibat COVID-19 mencapai 138.487 jiwa dari yang terkonfirmasi positif 2.081.969 jiwa. Data ini merupakan jumlah pasien terkonfirmasi positif dan meninggal dari 64 negara yang terinfeksi COVID-19, termasuk Indonesia. Sehingga pada tanggal 11 Maret 2020 WHO menetapkan COVID-19 merupakan pandemi global (Kemenkes RI, 2020).

Di Indonesia, kasus pertama terkonfirmasi positif pada Maret 2020 dan hanya selang sebulan jumlah pasien COVID-19 meningkat drastis menjadi 5923 orang, pasien yang sembuh sebanyak 607 orang (10.25%), dan yang meninggal sebanyak 520 orang (8.78%) (Kemenkes RI, 2020).. Selain itu menurut Kemenkes (2020) jumlah provinsi yang terinfeksi COVID-19 per tanggal 18 April adalah 34 provinsi, termasuk Sulawesi Utara. Sulawesi Utara (SULUT) menjadi daerah yang terdampaknya virus COVID-19 pada tanggal 14 Maret 2020 (Dinkes SULUT, 2020). Total jumlah pasien terkonfirmasi positif COVID-19 pada tahun 2020 adalah 13.782 orang yang terdiri dari 9.905 pasein sembuh, dan 450 pasien meninggal (Kemenkes RI, 2020).

Dalam memudahkan penentuan kriteria status COVID-19 yang sedang melanda Indonesia ini maka Kemenkes RI mengeluarkan kriteria COVID 19 yang terbagi atas lima, yaitu : orang dalam pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Tanpa Gejala (OTG), pasien probable, dan pasien terkonfirmasi positif COVID-19. Namun selanjutnya direvisi menjadi kasus suspek, kasus konfirmasi, dan kontak erat (Kemenkes RI, 2020. Penentuan kriteria status COVID-19 ini penting dilakukan, karena merupakan deteksi awal dan proses

(3)

pengamatan secara terus-menerus terhadap kondisi dan masalah kesehatan, yang mempengaruhi risiko terpaparnya penyakit COVID-19 khusunya bagi perawat serta merupakan bagian awal proses pencegahan dan pengendalian infeksi. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Manado tahun 2020 kasus COVID-19 khusus untuk tenaga perawat, yang meninggal akibat COVID-19 adalah 92 orang, terkonfirmasi positif 9 orang, PDP 23 orang, ODP 400 orang dan kemungkinan akan bertambah (Dinkes SULUT, 2020).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Banjarnahor (2021) penularan COVID-19 pada perawat umumnya terjadi karena adanya riwayat kontak dengan pasien dengan alasan merawat pasien yang terkonfirmasi COVID-19 di ruangan non isolasi. Survey internal yang dilakukan oleh Harif (2020) salah satu penyebab terpaparnya perawat karena pasien tidak jujur dengan kondisinya dan kebanyakan pasien tidak memperlihatkan tanda dan gejala klinis. Untuk itu, perawat harus memiliki pengetahuan terkait penentuan kriteria status COVID-19, karena mereka berhadapan langsung dengan pasien dan menjadi team Tracer COVID 19. Penelitian terkait COVID 19 masih sangat minim mengingat bahwa penyakit ini baru melanda Indonesia pada Maret 2020.

Salah satu penelitian yang menjadi dasar pada penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Simbala; Ahmad tahun 2020 yang menunjukkan bahwa masih ada sekitar 10%

perawat yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang kriteria COVID 19 di RS.

GMIM Kalooran Amurang di Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan (Simbala;

Ahmad, 2020). Untuk itu, peneliti merasa tertarik untuk melihat lebih jauh terkait faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan perawat terkait penentuan kriteria status COVID 19 di pelayanan primer yaitu Puskesmas yang merupakan pusat screening awal pasien COVID 19 yang sedang melanda Indonesia saat ini.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di 7 Puskesmas yang dianggap dapat mewakili Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Manado, yaitu Puskesmas Sario, Ranotana Weru, Teling Atas, Bengkol, Tuminting, Wenang dan Minanga. Penelitian ini dilakukan dari 5 Mei 2021 s.d 19 September 2020. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di 7 Puskesmas Kota Manado yang berjumlah 90 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 41 orang yang terdistribusi yaitu, Puskesmas Sario 4 orang, Ranotana Weru 5 orang, Teling Atas 4 orang, Bengkol 3 orang, Tuminting 15 orang, Wenang 3 orang dan Minanga 7 orang.

Kriteria inklusi adalah perawat yang bertugas pada saat penelitian berlangsung dan bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi adalah perawat yang tidak kooperatif dan sedang cuti atau libur dan sedang menjadi vaksinator saat penelitian berlangsung. Adapun instrument penelitian yang digunakan yaitu kuisioner yang berisi infomasi mengenai karakteristik responden (umur, jenis kelamin, dan pendidikan), lama kerja perawat, peran dalam penanganan COVID-19 dan pelatihan terkait COVID 19. Sedangkan tingkat pengetahuan diukur dengan menggunakan kuisioner dengan skala Guttman yang berjumlah 15 pertanyaan yang akan diinput

(4)

Copyright © 2021, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

kedalam google form. Kuisioner ini merupakan adaptasi dan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Simbala; Ahmad;dkk (2020) dengan nilai cronbach Alpha 0,905 .

Teknik pengumpulan data menggunakan Google Form yang dikirim melalui media Whatsapp kepada objek penelitian berdasarkan nomor handphone yang diberikan oleh Kepala Tata Usaha setiap Puskesmas. Adapun Analisa data terdiri dari Analisa univariat yaitu umur, jenis kelamin, jenjang pendidikan, lama kerja perawat, peran dalam penanganan COVID 19, pelatihan mengenai COVID 19, dan tingkat pengetahuan. Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji korelasi (r) spearman. Penelitian ini sudah mendapatkan izin dari Badan KESBANG Politik dan LINMAS Kota Manado dengan nomor: B.05/BKBP- LINMAS/Rek-P/87/V/2021 dan dinas kesehatan Kota Manado dengan nomor : 79/SDK- LIT/V/2021 sebagai ethical clearance.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 1 ditemukan data bahwa rata-rata responden berada pada usia 39 tahun, sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang (85,4%), berpendidikan profesi keperawatan sebanyak 21 orang (51,2%), dan bekerja di Ruang Poli sebanyak 37 orang (90,2%), lama bekerja menjadi perawat > 5 Tahun sebanyak 30 orang (73,2%), pernah menjadi perawat COVID 19/ SATGAS sebanyak 22 orang (53,7%), tidak pernah mengikuti pelatihan terkait COVID 19 sebanyak 28 orang (68,3%) dan sebagian besar tingkat pengetahuan perawat cukup sebanyak 27 orang (65,9%).

Tabel 2 diperoleh data bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan perawat tentang kriteria status COVID 19 dengan nilai p.value 0,048; r +0,311 yang berarti arah korelasi posit dengan kekuatan korelasi lemah. Sebagian besar perawat yang berjenis kelamin perempuan memiliki tingkat pendidikan cukup sebanyak 25 perawat (71,4%) dan yang memiliki tingkat pendidikan baik sebanyak 9 perawat (25,7%). Adapun hasil penelitian yang menunjukkan laki – laki memiliki tingkat pendidikan cukup sebanyak 2 perawat (33,3%) dan yang memiliki pendidikan baik sebanyak 4 perawat (66,7%).

Terdapat hubungan antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan perawat dengan nilai p.value 0,025; r +0,350 yang berarti arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang.

Menunjukkan sebagian besar perawat yang bependidikan profesi keperawatan memiliki tingkat pendidikan yang cukup sebanyak 12 perawat (57,1%) dan yang memilki tingkat pendidikan baik sebayak 9 orang (42,9%) (Tabel 2).

Tidak terdapat hubungan antara ruangan tempat bekerja dengan tingkat pengetahuan perawat dengan nilai p.value 0,206 pada tabel 2. Menunjukkan sebagian besar perawat bekerja di ruangan Poli memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 23 perawat (62,2%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 13 perawat (35,1%).

Tabel 2 tidak terdapat hubungan antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuaan perawat dengan nilai p.value 0,322. Sebagian besar perawat dengan lama kerja >5 tahun memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 18 perawat (60%) dan tingkat pengetahuan baik sebanyak 13 perawat (35,1%). Tidak terdapat hubungan antara perawat yang pernah bertugas sebagai SATGAS COVID 19 dengan tingkat pengetahuan perawat dengan nilai p.value 0,240. Sebagian besar perawat yang pernah bertugas sebagai SATGAS memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 13 perawat (59,1%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 9 perawat (40,9%). Terdapat hubungan antara jumlah pelatihan terkait COVID 19 dengan tingkat

(5)

pengetahuan perawat dengan nilai p value 0,037; r +0,327 yang berarti arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang atau moderat. Sebagian besar perawat tidak pernah mengikuti pelatihan COVID 19 memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak 21 perawat (75,0%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 6 perawat (21,4%).

Pada hasil penelitian ditemukan bahwa perempuan lebih banyak memiliki tingkat pengetahuan baik dibandingkan pada laki-laki. Pada penelitian ini sebagian besar perawat yang menjadi responden adalah perempuan dengan persentasi (85,4%). Penelitian ini sejalan berdasarkan data PPNI (2017) yakni rasio perbandingan antara perawat perempuan dan laki-laki adalah 3:1. Selain ini itu, hal ini dipengaruhi oleh tingkat neuropsikiatri pada perempuan yang lebih baik dibandingkan laki-laki, serta adanya perbedaan struktur otak antara laki-laki dan perempuan dimana fungsi intelektualitas persepsi dan komunikasi lebih baik pada perempuan (Brizendine dalam Samsul Anwar, 2019).

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, ruang tempat bekerja, lama bekerja sebagai perawat, pengalaman sebagai perawat COVID 19, pelatihan COVID 19, dan tingkat pengetahuan

Variabel Max Min Mean ±SD

Umur (Tahun) 55 26 39 9,78

Variabel n %

Jenis Kelamin

Laki-laki 6

35

14,6 85,4 Perempuan

Pendidikan

SMA 1

16 2 21

1

2,4 39 4,9 51,2

2,4 D3 Keperawatan

S1 Keperawatan Profesi Keperawatan S2 Keperawatan Ruang Tempat Bekerja

Poli 37

3 1

90,2 7,3 2,4 UGD

Rawat Inap

Lama Kerja Menjadi Perawat

1 - 3 Tahun 8 19,5

4 – 5 Tahun 3 7,3

>5 Tahun 30 73,2

Perawat/SATGAS COVID 19

Pernah 22 53,7

Tidak Pernah 19 46,3

Pelatihan COVID 19

Tidak Pernah 28 68,3

1 – 5 Kali 11 26,8

5 – 10 Kali 2 4,9

Tingkat Pengetahuan

Kurang 1 2,4

Cukup 27 65,9

Baik 13 31,7

(6)

Copyright © 2021, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

Hal ini juga ditunjang oleh penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2020) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan pengetahuan dimana perempuan cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan laki-laki dikarenakan perempuan memiliki lebih banyak waktu untuk membaca atau berdiskusi dengan lingkungan sekitar.

Tabel 2. Hubungan Jenis Kelamin, Pendidikan, Ruang Bekerja, Lama bekerja, Perawat COVID 19/ SATGAS, Pelatihan COVID 19 Dengan Tingkat Pengetahuan Perawat

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

Perawat yang memiliki tingkat pendidikan profesi lebih banyak berpengetahuan baik dibandingkan dengan perawat yang memiliki pendidikan setara SMA dan DIII Keperawatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Dharmawati & Wirata (2016) juga membenarkan hasil Karakteristik

Responden

Pengetahuan Perawat

Kurang Cukup Baik Total p.valu

e R

n % n % n % n %

0,048 0, 311 Jenis Kelamin

Laki – laki 0 0,0 2 33,3 4 66,7 6 100,0

Perempuan 1 2,9 25 71,4 9 25,7 35 100,0

Tingkat Pendidikan

SMA 0 0,0 7 100,0 0 0,0 7 100,0

0,025 0,350 D3

Keperawatan

1 6,3 12 75,0 3 18,8 16 100,0

S1 Keperawatan 0 0,0 2 100,0 0 0,0 2 100,0 Profesi

Keperawatan

0 0,0 12 57,1 9 42,9 21 100,0

S2 Kep, Kes 0 0,0 0 0,0 1 100,0 1 100,0

Ruangan Bekerja

Poli 1 2,7 23 62,2 13 35,1 37 100,0

0,206

UGD 0 0,0 3 100,0 0 0,0 3 100,0

Rawat Inap 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0

Lama Kerja

1 – 3 Tahun 0 0,0 7 87,5 1 12,5 8 100,0

0,322

4 – 5 Tahun 0 0,0 2 66,7 1 33,3 3 100,0

>5 Tahun 1 0,0 18 60,0 11 36,7 30 100,0 Perawat/

SATGAS COVID 19

Tidak Pernah 1 5,3 14 73,7 4 21,1 19 100,0

0,240

Pernah 0 0,0 13 59,1 9 40,9 22 100,0

Pelatihan COVID 19

Tidak Pernah 1 3,6 21 75,0 6 21,4 28 100,0

0,037 0,327

1 – 5 Kali 0 0,0 5 45,5 6 54,5 11 100,0

5 – 10 Kali 0 0,0 1 50,0 1 50,0 2 100,0

(7)

penelitian ini dimana menurut penelitiannya terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan dengan hasil p = 0,037; (r +0,399) yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin baik tingkat pengetahuan. Sholihah; Arnis (2020) juga menemukan bahwa pendidikan memiliki pengaruh terhadap perubahan pengetahuan dan sikap gaya hidup remaja berisiko. Pendidikan erat kaitannya dengan pengetahuan karena pendidikan dapat mempengaruhi perilaku dan pola hidup seseorang, serta motivasi untuk sikap berperan dalam pembangunan. Pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang, akan semakin mudah untuk menerima informasi (Wawan; Dewi, 2011).

Dalam hasil penelitian didapati bahwa tidak terdapat hubungan antara ruang tempat bekerja dengan tingkat pengetahuan perawat terkait status COVID-19. Hal ini dikarenakan terdapat perubahan pada alur pelayanan pasien di puskesmas Ranotana Weru dan Puskesmas Teling Atas, dimana pasien yang mengarah COVID 19 dengan keluhan ISPA akan dirujuk ke IGD atau ruang tindakan untuk dilakukan Swab dan sebelum masuk ke pelayanan poli pasien harus dilakukan skrening di ruang registrasi (Pangompia; dkk, 2021). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perawat poli tidak memiliki wewenang dalam menetukan kriteria COVID 19 dan tidak terdapat hubungan antara ruang tempat bekerja dengan tingkat pengetahuan perawat terkait status COVID-19.

Berdasarkan penuturan beberapa perawat yang pernah bertugas sebagai perawat COVID atau SATGAS COVID 19 di puskesmas Sario, Wenang dan Ranotana Weru, bahwa perawat di puskesmas tersebut hanya menjadi SATGAS COVID 19 pada awal penyebaran virus ditahun 2020. Pada saat itu jumlah kasus COVID 19 di Kota Manado sangat tinggi bahkan penyebarannya sangat cepat. Pada tahun tersebut acuan terkait kriteria COVID 19 yang dikelurkan oleh Kementrian Kesehatan RI masih menggunakan edisi keempat yang dikeluaran per 27 Maret 2020 sedangkan pada penelitian ini, penentuan kriteria COVID 19 yang digunakan adalah edisi kelima yang dikeluarkan pada akhir tahun 2020. Pada pedoman Pencegahan dan pengendalian COVID 19 Kemenkes RI (2020) telah banyak perubahan, khususnya pada tatalaksanan dan evaluasi akhir status pasien, sehingga perawat yang menjadi responden tidak terpapar informasi mengenai perubahan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar perawat yang pernah bertugas sebagai perawat atau SATGAS COVID 19 berada pada tingkat pengetahuan yang cukup (59,1%). Sehingga pada penelitian ini didapati tidak ada hubungan antara peran perawat dengan tingkat pengetahuan perawat terkait status COVID-19.

Penelitian ini menjelaskan perawat dengan kategori lama kerja 1 - 3 tahun, 4 - 5 tahun, dan

>5 tahun rata-rata memiliki tingkat pengetahuan cukup. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Rizani, Kholik dan Permandi (2018) pada 28 sampel di RSUD Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuan perawat. Tidak terdapatnya hubungan antara lama bekerja dan tingkat pengetahuan perawat tentang kriteria status COVID-19 dikarenakan COVID-19 merupakan penyakit yang baru masuk ke Indonesia pada awal tahun 2020 (Kemenkes RI, 2020), sehingga pengetahuan tentang COVID-19 baru mulai diperoleh pada saat menyebarnya COVID-19 ditahun 2020, yang berarti lama kerja perawat tidak berpengaruh dengan tingkat pengetahuan tentang kriteria status COVID-19.

(8)

Copyright © 2021, Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah ISSN 2089-9394 (print) | ISSN 2656-8004 (online)

Dalam penelitian ini didapati bahwa semakin kurang pelatihan tentang COVID 19 yang diikuti, maka akan semakin rendah tingkat pengetahuan perawat tersebut, begitupun sebaliknya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iswara (2020) pada 30 sampel yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pelatihan dengan tingkat pengetahuan dengan nilai p = 0,031. Diramayana; dkk (2020) dalam penelitian systematic review nya juga menemukan bahwa dari 15 artikel yang ditelaah, keseluruhan menemukan bahwa pendidikan kesehatan dengan berbagai metode bahkan secara online memiliki pengaruh yang significant terhadap peengetahuan, sikap dan perubahan perilaku remaja putri dalam penegahan terjadinya anemia. Pelatihan merupakan upaya meningkatkan pengetahuan, mengubah perilaku dan mengembangkan keterampilan. Pelatihan juga merupakan suatu proses belajar terhadap pengetahuan dan keterampilan tertentu, serta sikap agar seseorang semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawab dengan baik sesuai dengan standar (Arep, Ishak & Tanjung, 2003). Teori ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu perawat yang tidak pernah mengikuti pelatihan COVID 19 sebagian besar hanya berpengetahuan cukup (75%) bahkan ada 3,6% yang berpengetahuan kurang.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa factor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan perawat tentang kriteria status COVID 19 yaitu, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan Pelatihan COVID 19, sedangkan factor yang tidak berhubungan yaitu ruang tempat bekerja, lama bekerja sebagai perawat, dan peran perawat atau SATGAS COVID 19. Untuk itu disarankan agar perawat dan pihak instansi tempat perawat bekerja agar dapat lebih meningkatkan jumlah pelatihan terkait COVID 19 dan lebih mengkampanyekan terkait kriteria status COVID-19.

DAFTAR PUSTAKA

Arep, Ishak & Tanjung, H. (2003). Manajemen Motivasi. Grasindo : Jakarta.

Banjarnahor, S. (2021). Analisa Penularan COVID-19 Pada Perawat di Rumah Sakit. JPI : Jawa Tengah.

Dharmawati, I., Wirata, I. (2016). Hubungan Tingkat Pendidikan, Umur, dan Masa Kerja Dengan TingkatPengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut pada GuruPenjaskes SD di Kecamatan Tampak Siring Gianyar. Jurnal Kesehatan Gigi :Bali.

Dinkes Sulut. (2020). Perkembangan COVID 19 SULUT 2020. Dinkes Sulut : Manado.

Diramayana, Nidya; Neherta, Meri, Priscilla, Vetty. (2020). Pengaruh Intervensi Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja dalam Pencegahan Anemia. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes; Vol: 11.

Harif, f; dkk. (2020). Status Ratusan Perawat Dalam Pemantauan. https://koran tempo.coread/nasional/451785/status-ratusan-perawat-dalam-pemantauan.

Iswara, R. (2020). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pelatihan dengan Tingkat Pengetahuan Petugas Kamar Jenazah tentang COVID-19 pada Jenazah. Medica Hospitalia :Kendari.

Kementrian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi-5. Direkorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit : Jakarta.

Pangompia, Stefanny; Korompis, Grace; Rumayar, Adisti. (2021). Analisis pengaruh pandemic COVID 19 terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Ranotana Weru dan Puskesmas Teling Atas Kota Manado. Jurnal Kesmas. 10: 1.

PPNI. (2017). Persentase Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin. Pusdatin.

(9)

Rizani, K., Kholik, S., Permadi, M. (2018). Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja Perawat dengan PengetahuanPerawat tentang Resusitasi Jantung Paru di Ruang IGD RSUD Dr.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin. Jurnal Citra Keperawatan.

Samsul, A., Salsabilah, I., Sofyan, R., Amna, Z. (2019). Laki-laki atau Perempuan, Siapa Yang Lebih Cerdas Dalam Proses Belajar? Sebuah Bukti dan Pendekatan Analisis Survival.

Jurnal Psikologi 18 : 2.

Simbala, Filsilia; Ahmad, Musfirah. (2020). Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Kriteria COVID 19 di RS. GMIM Kalooran, Amurang, Minahasa Selatan. Jurnal Keperawatan Unsrat. 8 : 1.

Sholihah, li; Arnis; Amelia. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Serta Faktor Confounding Pengendaliannya Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Gaya Hidup Remaja Berisiko. Quality: Jurnal Kesehatan, (14):2.

Wulandari, A., Rahman, F., Pujianti, N., Sari, A., Laily, N., Anggraini, L.,Muddin,F.,

Ridwan, A., Anhar,V., Azmiyanoor, M., Prasetio, D. (2020). Hubungan Karakteristik Individu dengan Pengetahuan tentang Pencegahan Coronavirus Disease 2019 pada Masyarakat di Kalimantan Selatan. JKMI.

Wawan, A. & Dewi, M. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku. Nuha Medika : Yogyakarta.

World Health Organization. (2020). Penyakit coronavirus (COVID-19) di Indonesia. Retrieved from World Health Organization: https://www.who.int/indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Karakter Tuan Mandor dalam perannya sebagai tokoh antagonis dalam komik strip Si Bujang terlihat pada beberapa panel gambar berisi teks atau dialog serta ekspresi

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak melakukan hubungan seksual yang berisiko akan mencegah pengguna narkotika mengalami komplikasi penyakit penyerta dengan p=0,04, OR Adj=

Varians efisiensi yang menguntungkan disebabkan karena mutu dan kualitas bahan baku tebu yang digunakan lebih baik sehingga terjadi penghematan bahan baku kemudian proses

Induksi ekspresi enzim alkana monooksigenase, toluena dioksigenase, dan naftalen dioksigenase terjadi selama proses degradasi namun pada waktu inkubasi yang

digabungkan dalam tingkat diskonto pada metode DCF, dimana risiko atas ketidakpastian suatu proyek akan diaplikasikan ke sumber parameter yang menyebabkan

Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah meliputi: mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain,

Dengan menggunakan scanf kita bisa menerima data string bisa menerima data string atau data angka atau data angka yang dikirim dalam bentuk yang dikirim dalam bentuk string..

 Sebaliknya, long-term memory bisa menyimpan lebih banyak informasi dengan potensi durasi yang tak terbatas ( adakalanya selama jangka waktu hidup manusia )... JENIS MEMORY