• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KAITANNYA DENGAN KANDUNGAN ASAM LEMAK BEBAS DI PT JAMBI AGRO WIJAYA, SAROLANGUN, JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KAITANNYA DENGAN KANDUNGAN ASAM LEMAK BEBAS DI PT JAMBI AGRO WIJAYA, SAROLANGUN, JAMBI"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KAITANNYA DENGAN KANDUNGAN ASAM LEMAK

BEBAS DI PT JAMBI AGRO WIJAYA, SAROLANGUN, JAMBI

ANUGRAH AULIA A24052247

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

RINGKASAN

ANUGRAH AULIA. Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kaitannya Dengan Kandungan Asam Lemak Bebas di PT Jambi Agro Wijaya, Sarolangun, Jambi. (Dibimbing oleh PURWONO)

Program magang dilakukan pada PT Jambi Agro Wijaya (PT JAW) Bakrie Sumatra Plantation mulai 12 Februari hingga 12 Juni 2009. Kegiatan magang bertujuan untuk belajar secara langsung di lapangan tentang teknik pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Proses magang dilakukan pada seluruh kegiatan yang ada di perkebunan termasuk observasi di lapangan, dan diskusi dengan pelaku kegiatan yang ada di kebun. Data ALB dikumpulkan dari laboratorium mulai bulan Juli 2008 hingga Mei 2009. Data yang lain didapat dari hasil pengamatan langsung di lapangan serta data yang ada pada kantor kebun dan kantor PMKS.

Hasil menunjukkan, proporsi dari buah yang diproses sudah memenuhi standar yaitu buah dengan kriteria baik >98 % dan buah dengan kriteria buruk <2 % dari total buah yang diolah. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa proporsi buah diluar kriteria baik yang diolah rata-rata per hari sebanyak 0.317 %. Namun dari data yang diamati, dapat dilihat bahwa rata-rata persentase buah restan dari total buah yang diolah adalah 42.59 %. Dari kondisi tersebut, ternyata buah restan berkorelasi positif terhadap kenaikan kandungan Asam Lemak Bebas dengan keterhubungan yang signifikan sebesar 21.4 % yang dibuktikan dengan taraf 5 %.

Sampai saat ini, buah restan masih menjadi masalah utama dan merupakan faktor penting yang dapat menurunkan atau mempengaruhi kualitas CPO. Jumlah buah restan ini dapat ditekan dengan perbaikan dan pembangunan infrastruktur serta penggunaannya yang optimal. Hal ini akan memberikan keuntungan yanng lain seperti : menekan biaya produksi atas bongkar muat TBS yang berulang dari traktor bergandeng MF–390 ke truk pengangkut TBS ke PMKS. Hal tersebut juga akan menghemat keseluruhan biaya yang diperlukan utuk pengelolaan panen TBS.

(3)

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KAITANNYA DENGAN KANDUNGAN ASAM LEMAK

BEBAS DI PT JAMBI AGRO WIJAYA (BSP GRUP), SAROLANGUN, JAMBI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ANUGRAH AULIA A24052247

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis

guineensis Jacq.) KAITANNYA DENGAN KANDUNGAN

ASAM LEMAK BEBAS DI PT JAMBI AGRO WIJAYA, SAROLANGUN, JAMBI

Nama : Anugrah Aulia

NRP : A24052247

Program Studi : Agronomi dan Hortikultura

Mengetahui,

Kepala Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito MSc. Agr NIP : 19611101 198703 1 003

Tanggal lulus :

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Purwono, MS NIP : 19580922 198203 1 001

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 3 Januari 1988. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Drs. Marzuki dan Ibu Ratna Syarif, B.Sc. Pada tahun 1999 penulis menamatkan pendidikan dasar dari SD Negeri Tonjong 02 Kab. Bogor, Kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 2 Bojonggede Kab. Bogor. Penulis lulus dari SMU Negeri 6 Bogor pada tahun 2005, dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Setelah mengikuti Tingkat Perkuliahan Bersama selama satu tahun, penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian dengan program minor Pengembangan Usaha Agribisnis.

Selama menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian di IPB, penulis juga aktif dalam organisasi kegiatan mahasiswa. Tahun 2008 penulis menjadi pengurus Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi) bidang Pengembangan Kewirausahaan dan sebagai panitia dalam acara Festival Tanaman XXIX. Pada tahun yang sama penulis juga mendapatkan beasiswa Wirausahawan Muda Mandiri yang diselenggarakan oleh IPB bekerjasama dengan PT Mandiri Tbk dan menjadi salah satu anggota dalam dua tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK) yang didanai oleh DIKTI pada tahun 2008 dan 2009.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kaitannya Dengan Kandungan Asam Lemak Bebas di PT Jambi Agro Wijaya, Sarolangun, Jambi yang menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada jenjang pendidikan sarjana Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dapat diselesaikan dengan baik.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada : 1. Papa dan Mama tercinta, terimakasih atas doa dan dukungan serta seluruh

perhatian dan kasih sayang yang selalu diberikan hingga saat ini.

2. Ir. Purwono, MS selaku dosen Pembimbing Skripsi. Terimakasih atas bimbingan, pengarahan, bantuan dan nasehat yang telah diberikan selama penulis melaksanakan magang dan penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Suwarto, M. Si dan Ir. Supijatno, M. Si selaku Dosen Penguji.

Terimakasih atas saran, nasehat dan pengarahan yang diberikan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

4. Ir. Adolf P. Lontoh, MS selaku dosen Pembimbing Akademik, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

5. Dr. Edi Santosa, SP. M. Si yang telah meluangkan waktu untuk membantu dan membimbing serta memberi nasihat dan kebijaksanaan untuk penulis.

6. Gilang Kinayungan, SP yang selalu ada dan menjadi penyemangat dalam menggapai cita-cita, terimakasih atas seluruh perhatian dan kasih sayang yang begitu indah.

7. Bapak Adrial Lubis sebagai Estate Manager dan M. Ramli, SP sebagai Asisten Kepala serta Ir. Jeffrizal sebagai Asisten Divisi IV PT Jambi Agro Wijaya, terima kasih atas bimbingan lapang dan nasehat kepada penulis selama magang.

(7)

8. Seluruh Staf, Asisten Lapang dan Mandor PT Jambi Agro Wijaya yang sudah memberikan waktu dan tempat serta menerima penulis dengan baik untuk magang dan belajar memaknai hidup.

9. Bapak Amrin Sitorus, Bapak M. Sofyan dan Septi Merisa, SP sebagai Asisten Prosessing I, Asisten Prosessing II dan Site Admin yang sudah berbaik hati membantu penulis selama melakukan studi lapang di PMKS EMAL.

10. Teman-teman di keluarga besar AGH ’42, terimakasih atas keceriaan, kebahagiaan dan persahabatan yang telah kalian berikan selama ini.

11. Semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga hasil penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Bogor, Maret 2010 Penulis

(8)

Hal

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 3

Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit... 3

Syarat Tumbuh ... 4

Panen ... 5

Asam Lemak Bebas... 6

METODE MAGANG ... 7

Tempat dan Waktu ... 7

Metode Pelaksanaan ... 7

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG ... 9

Sejarah Perusahaan... 9

Letak Geografis dan Wilayah Administratif ... 9

Keadaan Iklim dan Tanah ... 10

Luas Areal dan Tata Guna Lahan... 11

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 13

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 15

Asal Bibit dan Penyebaran Varietas ... 18

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 19

Aspek Teknis ... 19

Pembibitan... 19

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) ... 23

Pengelolaan Panen ... 35

Pengelolaan TBS di Pabrik ... 45

Aspek Manajerial ... 55

Manajemen Kebun Tingkat Non Staf ... 55

Manajemen Kebun Tingkat Staf ... 56

PEMBAHASAN ... 57

Kriteria Mutu Buah Sebagai Dasar Sortasi TBS ... 57

Pengaruh Mutu Buah terhadap Kandungan ALB ... 59

Pengaruh Buah Restan terhadap Kandungan ALB ... 61

Pengaruh Curah Hujan terhadap Jumlah Buah Restan ... 64

KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

Kesimpulan ... 67

Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(9)

No Hal

1. Kriteria Matang Panen Buah Kelapa Sawit ... 5

2. Kondisi Lahan Tanaman Kelapa Sawit PT JAW ... 11

3. Tata Guna Lahan PT JAW pada Tahun 2009 ... 13

4. Data Populasi Tanaman Kelapa Sawit di Kebun PT JAW ... 13

5. Perkembangan Produksi TBS PT JAW Tahun 2006 - 2008 ... 14

6. Komposisi Karyawan PT JAW pada Bulan April 2009... 17

7. Data Populasi Varietas Tanaman di Kebun PT JAW... 18

8. Kriteria Matang Buah (TBS) di PT JAW ... 36

9. Hubungan Kematangan Buah dengan Rendemen dan Kadar ALB ... 39

10. Ketentuan Basis dan Premi di Kebun PT JAW 2009 ... 40

11. Ketentuan Jenis Pelanggaran Panen dan Denda Pemanen PT JAW ... 42

12. Rata-rata Harian Bobot Buah (abnormal, sakit, batu dan mentah) yang Tersortir tiap Bulan Pengamatan, Juli 2008 - Mei 2009 ... 58

13. Rata-rata Harian Bobot Buah Restan per Bulan, Juli 2008 - Mei 2009 ... 62

14. Rata-rata Harian Bobot Buah Restan PT JAW dan Jumlah Hujan per Bulan, Juli 2008 - April 2009... 64

(10)

No Hal 1. Penanaman Kecambah (A), Pemberian Mulsa (B), Satu MST (C)

dan 12 BST (D) ... 21 2. (A) Penyemprotan Secara Kimia, (B) Hasil

Penyemprotan Herbisida ... 27 3. (A) Ulat Bulu yang Menyerang Daun Kalapa Sawit dan

(B) Penyemprotan Insektisida dengan Fogging Machine ... 28 4. Penaburan Pupuk Bunch Ash (Abu Janjang) ... 31 5. Proses Pemotongan Pelepah Daun Kelapa Sawit

menggunakan dodos ... 34 6. Pengangkutan hasil TBS dengan (A) Memuat Buah ke atas

MF-390 dan (B) Memuat buah ke Truk ... 44 7. (A) Proses Grading dan (B) Proses Pemuatan Buah

ke Loading Ramp ... 47 8. (A) Stasiun Sterilizer & (B) Hoisting Crane untuk

Mengeluarkan Buah ... 48 9. (A) Clarifier Tank dan Clean Oil Tank, (B) Digester

dan Screw Press... 50 10. (A) Polishing Drum, (B) Tatanan Hydrocyclone dan Vibrating Screen,

(C) Dry Kernel Conveyor dan (D) Palm Kernel Tank ... 52 11. (A) Clarifier Tank dan Tanki Penampungan Sementara,

serta (B) Tanki Penjernih Air ... 53 12. (A) Alat Demineralizer, serta (B) Steam Accumulator ... 54 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal,

(B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal ... 57 14. Hubungan Mutu Buah Sortir dengan Kandungan ALB CPO

yang dihasilkan PMKS PT EMAL, Juli 2008 - Mei 2009 ... 59 15. Hubungan Buah Restan dengan Kandungan ALB CPO

yang dihasilkan PMKS PT EMAL, Juli 2008 - Mei 2009 ... 63 16. Hubungan Jumlah Curah Hujan dengan Jumlah Buah restan

di PT JAW, Juli 2008 - April 2009 ... 65

(11)

No Hal 1. Peta Perkebunan PT JAW tahun 2009 ... 70 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang di PT JAW... 71 3. Data Sebaran Curah Hujan Tiap Bulan di PT JAW

Januari 2006 - April 2009 ... 76 4. Struktur Organisasi PT JAW Tahun 2009 ... 77 5. Rekapan Laporan Harian PMKS PT EMAL Bulan

Juli 2008 - Mei 2009 ... 78

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan yang menjadi salah satu pondasi bagi berkembangnya sistem industri agribisnis di Indonesia. Sistem agribisnis kelapa sawit merupakan gabungan subsistem sarana produksi pertanian (agroindustri hulu), pertanian, industri hilir dan pemasaran yang ditunjang oleh kualitas dan kuantitas produksi tinggi sehingga strategi keunggulan kompetitif di subsektor pengolahan produksi harus dimanfaatkan semaksimal mungkin (Bangun, 2005).

Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah Propinsi. Awalnya luas areal perkebunan kelapa sawit pada tahun 1967 seluas 105 808 ha dengan produksi 167 669 ton, pada tahun 2009 telah meningkat menjadi 7.5 juta ha dengan produksi sekitar 19.2 juta ton CPO (Ditjenbun, 2010). Terlihat dari kontribusi produk agribisnis kelapa sawit terhadap perekonomian Indonesia secara makro yaitu 14.3 juta ton CPO dengan nilai USD 12.4 milyar/tahun (Ditjenbun, 2009). Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa industri kelapa sawit di Indonesia merupakan industri agribisnis yang berprospek baik. Prestasi ini dapat dicapai tentu dengan manajemen dan pengelolaan yang baik serta adanya motivasi yang membangun. Satu hal yang menjadi pendorong para produsen Crude Palm Oil (CPO) untuk terus berkembang yaitu kebutuhan minyak sawit yang terus meningkat karena minyak sawit merupakan bahan baku utama pembuatan minyak makan.

Seiring dengan pesatnya perkembangan agroindustri sawit dan semakin tingginya permintaan CPO, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas CPO. Satu faktor penting yang menentukan kualitas CPO adalah kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) yang dikandung oleh CPO. Menurut Naibaho (1998), konsumen menginginkan CPO dengan kandungan minyak dalam tandan semaksimal mungkin serta kandungan ALB yang rendah. ALB yang rendah dapat dicapai jika buah dipanen saat tepat fraksi matang, akan tetapi memanen buah

(13)

yang memiliki fraksi rendah akan menimbulkan rendahnya efisiensi ekstraksi minyak dan inti sawit (rendemen).

Panen Tandan Buah Segar yang terlalu matang atau penanganan yang tidak benar saat pemanenan akan meningkatan proses enzimatik yang memacu peningkatan kadar ALB. Faktor tersebut juga mempengaruhi produktivitas TBS, dan secara langsung akan membedakan mutu dan produktivitas TBS terhadap kandungan ALB pada TBS yang dipanen (Hakim, 2007).

Asam Lemak Bebas merupakan hasil reaksi enzimatik yang terjadi sejak buah sawit mulai matang. Berangkat dari fakta tersebut perlu adanya pengamatan tentang faktor yang mempengaruhi fluktuasi kandungan ALB dalam CPO pada umumnya karena ALB ini menjadi salah satu indikator kualitas minyak. Apabila kandungan ALB terlalu besar dapat menyebabkan bau tengik pada minyak, menurunnya kadar vitamin di dalam minyak, rasa minyak yang tidak enak, warna minyak berubah dan terjadinya proses pengkaratan logam pada wadah tempat penyimpanan.

Tujuan

Pelaksanaan kegiatan magang secara umum bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan penulis tentang perkebunan. Selain itu, untuk meningkatkan keterampilan penulis dalam teknik budidaya dan manajemen kebun kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) serta meningkatkan keterkaitan antara proses pendidikan dengan dunia kerja.

Tujuan khusus dari pelaksanaan magang adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi kandungan ALB pada CPO dan menganalisis pengaruh curah hujan sebagai faktor ekologi terhadap fluktuasi ALB yang dihasilkan dari CPO dalam pascapanen kelapa sawit.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linneaus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Embryophyta Siponagama Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae

Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : E. guineensis Jacq., E. oleifera (H.B.K.) Cortes dan E. odora Kelapa sawit diusahakan secara komersil di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brazil. Di Brazil, tanaman ini dapat ditemukan tumbuh secara liar atau setengah liar di sepanjang tepi sungai (Lubis, 1992).

Kelapa sawit merupakan spesies cocoideae yang paling besar habitusnya.

Titik tumbuh kelapa sawit aktif tumbuh secara terus menerus menghasilkan primordia (bakal daun) setiap 2 minggu. Daunnya memerlukan waktu 2 tahun untuk tumbuh dan berkembang dari proses inisiasi sampai menjadi daun dewasa pada pusat tajuk (pupus daun/spear leaf). Setelah itu daun akan aktif berfotosintesis hingga 2 tahun kemudian, baru sesudah itu daun perlahan akan menjadi layu (senescene).

Daun merupakan gabungan dari beberapa anak daun (para-pinate) dengan pinnae (anak daun) yang tersusun 2 atau lebih pada bidang yang ada pada tiap sisi, serta batang daun (rachis) yang merupakan tempat anak daun melekat. Bagian lain daun yaitu kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrib). Kemudian ada Seludang Daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup pada pangkal pelepah daun dan

(15)

memberi kekuatan pada batang daun. Daun kelapa sawit tersusun menurut filotaksis yang dikenal dengan spiral genetik, besarnya 137,5o disebut juga dengan sudut Fibonacci (Pahan, 2008).

Batang kelapa sawit tediri dari pembuluh yang terikat secara diskrit dalam jaringan parenkim. Meristem pucuk terletak dekat ujung batang, dimana pertumbuhan batang sedikit agak membesar. Penebalan dan pembesaran batang terjadi karena aktivitas penebalan meristem primer yang terletak di bawah meristem pucuk dan ketiak daun. Pada tahun pertama atau kedua pertumbuhan batang akan sangat terlihat pada bagian pangkal, dimana diameter batang bisa mencapai 60 cm, namun setelah memasuki tahun ketiga pertumbuhan batang akan terfokus pada tinggi, sehingga pemanjangan batang akan lebih cepat. Batang memiliki tiga fungsi utama yaitu : (1) sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah, (2) sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah, serta, (3) berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan.

Secara botani, buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe yang terdiri dari pericarp yang terbungkus oleh exocarp (kulit), mesocarp (daging) dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1-4 inti/kernel. Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat dan sebuah embrio (Nazarudin, 1993). Tanaman tipe pisifera mempunyai alela homozigot resesif sehingga tidak membentuk cangkang. Tanaman tipe dura (tebal cangkang 2-8 mm) memiliki alela homozygot dominan yang menghasilkan cangkang tebal. Hibrida dari persilangan dura dengan pisifera yaitu tanaman tipe tenera yang memiliki alela heterozigot dengan ketebalan cangkang 0,5-4 mm dan dikelilingi oleh cincin serat pada exsocarp-nya.

Membrondolnya buah secara normal terjadi pada 150-155 Hari Setelah Inisiasi (HSI). Hubungan antara membrondolnya buah dengan kandungan minyak belum diketahui secara jelas, hingga saat ini kriteria kematangan buah ditentukan oleh jumlah brondolan yang jatuh kepiringan.

Syarat Tumbuh

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut.

Curah hujan yang baik berkisar antara 2.000-2.500 mm/tahun dengan hujan

(16)

merata sepanjang tahun dan tidak mengalami defisit air (lahan tidak tergenang saat hujan dan tanah tidak kekeringan saat kemarau). Suhu harian optimal antara 24 – 28 °C dengan kelembaban relatif 80% dan penyinaran matahari 5-7 jam/hari (Lubis, 1992). Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (23.5° LU – 23.5° LS). Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah tanaman kelapa sawit.

Panen

Pekerjaan panen buah merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan bagi kebun setelah diolah menjadi CPO. Dengan demikian, tugas utama karyawan di lapangan yaitu mengambil buah dari pohon pada tingkat kematangan yang sesuai dan mengantarkannya ke pabrik dengan cara dan waktu yang tepat tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman. Hasil panen buah dikatakan baik jika komposisi buah/TBS normal/masak (N) sebesar 98% dan buah mentah dan busuk (A+E) maksimum 2% (Pahan, 2008). Kriteria matang panen buah kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Matang Panen Buah Kelapa Sawit

Fraksi buah Sifat fraksi Jumlah brondolan

Fraksi 00 (F-00) Sangat mentah (Afkir) Tidak ada brondolan Fraksi 0 (F-0) Mentah < 12.5 % buah luar Fraksi 1 (F-1) Kurang matang 12.5 % - 25 % buah luar Fraksi 2 (F-2) Matang 25 % - 50 % buah luar Fraksi 3 (F-3) Matang 50 % - 75 % buah luar Fraksi 4 (F-4) Lewat matang 75 % - 100 % buah luar Fraksi 5 (F-5) Terlalu matang Buah dalam ikut membrondol Sumber : Lubis, 1992

Suatu areal kebun kelapa sawit dinyatakan dapat dipanen jika (1) 60% dari seluruh jumlah pohon yang hidup dalam areal tersebut sudah mencapai matang panen, (2) sebagian buah sudah memberondol secara alamiah, dan (3) bobot rata- rata tandan buah sudah mencapai 3 kg (Yahya, 1990). Persiapan panen yang harus dilakukan yaitu peningkatan/pengerasan jalan, pembukaan pasar panen dan TPH (Tempat Pemungutan Hasil), taksasi panen, perencanaan pengadaan panen, pengangkutan dan kesiapan pabrik menerima tandan (Lubis, 1992).

(17)

Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria umum yang banyak digunakan dengan berdasarkan jumlah brondolan yang lepas. Kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan kelapa sawit tepat matang dengan kandungan CPO maksimal adalah warna buah dan buah sudah terlepas dari tandan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Peralatan yang digunakan dalam pemanenan kelapa sawit adalah dodos, kampak, egrek, gancu, kereta sorong/angkong, goni/keranjang dengan pikulannya, dan batu gosok/asah. Alat angkut yang harus dipersiapkan adalah traktor dan truk.

Organisasi panen terdiri atas satu orang mandor panen dengan 16–20 pemanen.

Mandor bertugas menentukan dan mengawasi hanca setiap pemanen. Luas hanca pemanen dipengarui oleh topografi lapangan, kerapatan panen, umur tanaman, alat yang digunakan, dan premi yang digunakan. Selain mandor ada krani buah yang bertugas mencatat jumlah tandan dan brondolan serta mutu buah yang dipanen setiap minggu.

Asam Lemak Bebas

Tujuan dari budidaya kelapa sawit adalah untuk memproduksi minyak dan inti sawit. Kandungan minyak sebagai ukuran kematangan dianjurkan agar buah yang dipanen adalah buah yang brondol, namun hal ini tidak mungkin karena akan mengalami kesulitan dalam pengutipan brondolan dan kemungkinan ALB akan tinggi. ALB terbentuk karena adanya aktivitas enzim lipase dan oksidase yang tetap bekerja dalam buah sebelum enzim itu dihentikan dengan pelaksanaan tertentu.

Enzim lipase ini bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigeliserida dan kemudian memecah trigeliserida kembali menjadi ALB dan gliserol. Aktivitas enzim dapat dihentikan dengan cara fisika yaitu dengan pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi protein, dengan suhu perebusan buah >70 oC selama ±30 menit (Naibaho, 1998). ALB ini menjadi salah satu indikator kualitas minyak. Apabila kandungan ALB ini terlalu besar dapat menyebabkan bau tengik pada minyak, menurunnya kadar vitamin di dalam minyak, rasa minyak yang tidak enak, warna minyak berubah dan terjadinya proses pengkaratan logam pada wadah tempat menyimpannya.

(18)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Pelaksanaan magang dilakukan selama empat bulan, yaitu mulai dari tanggal 12 Februari 2009 hingga 12 Juni 2009. Kegiatan magang bertempat di PT Jambi Agro Wijaya (BSP Grup), Kebun Mentawak Baru, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Kota Jambi. Lokasi tempat magang disajikan dalam peta pada Lampiran 1.

Metode Pelaksanaan Kegiatan Magang

Magang dilaksanakan dengan mengikuti seluruh kegiatan yang meliputi aspek teknis di lapangan serta aspek manajerial maupun administratif. Selain itu, penulis diwajibkan mengikuti kegiatan sosial dan kemasyarakatan di lingkungan kebun.

Kegiatan pada dua bulan pertama, penulis bertugas sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di bawah pengawasan pembimbing lapangan yang bertujuan untuk melatih teknik budidaya tanaman pada keadaan lapang yang sebenarnya.

Kegiatan pada satu bulan selanjutnya, penulis bertugas sebagai pendamping mandor di bawah bimbingan asisten yang bertujuan untuk melatih penulis dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen tingkat mandor.

Kegiatan penulis pada satu bulan terakhir bertugas sebagai pendamping asisten divisi di bawah bimbingan asisten yang ditunjuk. Kegiatan ini bertujuan mempelajari administrasi kebun dan kantor atau melaksanakan fungsi-fungsi manajemen tingkat afdeling. Jurnal harian kegiatan magang secara lengkap terlampir pada Lampiran 2.

Pengamatan Khusus

Bersamaan dengan kegiatan di lapangan, penulis juga memiliki tanggung jawab untuk mengumpulkan data primer maupun sekunder dari kantor perusahaan.

Data primer diperoleh dari hasil observasi di lapangan, terutama terkait dengan beberapa faktor yang mempengaruhi fluktuasi kandungan ALB dalam

(19)

CPO yang dihasilkan dari konposisi buah restan yang berbeda. Selain itu, data juga didapat dari Krani kebun PT JAW dan Krani data pada PMKS PT EMAL.

Data yang didapat yaitu : Data kandungan ALB CPO aktual dan jumlah buah restan yang terdata mulai dari Juli 2008 – Mei 2009. Data ALB CPO aktual yang didapat, dikorelasikan dengan data jumlah buah restan yang diolah setiap harinya.

Uji statistik yang dilakukan yaitu menggunakan perangkat lunak Minitab 14 dengan uji korelasi model Pearson.

Fluktuasi ALB ini juga ditinjau dari curah hujan sebagai faktor ekologi yang memiliki kaitan erat dengan proses distribusi TBS yang dapat mempengaruhi kandungan ALB CPO di Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS).

Data sekunder yang berkaitan dengan pengamatan khusus untuk data primer magang diperoleh dari data perusahaan tempat magang melalui Krani kebun. Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari kegiatan magang digunakan sebagai bahan analisis secara komparatif dengan studi pustaka yang terkait.

(20)

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Sejarah Perusahaan

Sejarah perusahaan PT Jambi Agro Wijaya berawal dari didirikannya perusahaan perkebunan kelapa sawit oleh (Sie Tan Hook) STH grup yaitu perusahaan keluarga Wijaya. Dalam perusahaan keluarga tersebut dikelola oleh komisariat kakak beradik yaitu Rusmin Wijaya, Riswan Wijaya, Petrus Wijaya, Suwandi Wijaya, Teguh Wijaya, Mitra Wijaya dan Suryadi Wijaya. Pada awal didirikan pada tahun 1994–1995, Perkebunan STH grup ini mencakup PT Era Mitra Agro Lestari (EMAL) dengan cakupan lahan Hak Guna Usaha (HGU) sebesar 10 617 ha, PT JAW dengan cakupan lahan HGU sebesar 12 000 ha dan PBSN Agrowiyana Sei Tungkal Ulu dengan cakupan HGU sebesar 2 800 ha.

Sebenarnya, STH grup ini tidak hanya bergerak dalam usaha perkebunan kelapa sawit, melainkan terdapat Perkebunan Karet dan Kopi yang juga dikelola oleh grup ini, dengan jangkauan usaha sampai pada pulau Jawa dan Kalimantan.

Pada tahun 2004, Rusmin Wijaya dkk menjual saham ketiga perusahaan di bawah manajemen STH grup itu ke Pangan Sari Utama (PSU) Tbk. dan secara tidak langsung komisariat kakak beradik tersebut bubar dan membentuk perseroan masing-masing yang masih bergerak dalam bidang yang sama yaitu perkebunan kelapa sawit. Pada saat diakuisisi oleh PSU, hanya Rusmin Wijaya, Suwandi Wijaya dan Petrus Wijaya yang bertahan sebagai pengelola pada 3 perusahaan perkebunan tersebut di bawah manajemen PSU Tbk. Kemudian, lebih dari 50 % saham PSU Tbk. dibeli oleh Bakrie Sumatera Plantation (BSP) Tbk. pada bulan Agustus 2007 dan akhirnya PT JAW dan PT EMAL diakuisisi oleh BSP grup pada bulan Desember 2007. Manajemen Bakrie Sumatera Plantation Tbk. masih mengelola perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut termasuk PT JAW hingga karya ilmiah ini dibuat.

Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Secara administratif, Kebun PT JAW (BSP Grup) terletak di Desa Mentawak Baru, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Propinsi Jambi. Kebun PT JAW dapat dicapai dengan mudah melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan dari kota Jambi ke arah Barat Daya dengan jarak 100 km, kemudian

(21)

pada persimpangan Pauh menuju ke arah Utara dengan jarak 50 km menuju lokasi.

Berdasarkan letak geografisnya, lokasi Kebun PT JAW terletak pada koordinat 2°3’59.61” LS – 2°7’52.77” LS dan 102°40’53.30” BT –102°44’46.62”

BT, dengan elevasi ± 50 meter di atas permukaan laut. Lokasi kebun PT JAW berbatasan dengan :

sebelah Utara : Desa Jernih, Desa Lubuk Jering, Dusun Sematang dan Semurung

sebelah Selatan : PT EMAL A, Desa Pemenang dan Dusun PIR TRANS SP. D

sebelah Timur : Desa Lubuk Kepayang, Dusun Baru dan PT EMAL A sebelah Barat : Dusun Mentawak Baru, PT SAL inti II dan Desa

Pematang Kabo.

Perkebunan PT JAW juga dikelilingi oleh dua aliran sungai, yaitu Sungai Hitam Ulu yang mengalir mengelilingi kebun mulai dari arah Barat, Utara hingga arah Timur perkebunan dan Sungai Mentawak yang mengalir mengelilingi kebun mulai dari arah Selatan kearah Barat kebun. Peta lokasi perkebunan PT JAW dapat dilihat pada Lampiran 1.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kondisi lahan Kebun PT JAW tergolong lahan dengan kesesuaian kelas 3 (agak sesuai) dan didominasi oleh jenis tanah Organosol (gambut) dengan kedalaman yang berkisar antara 2–8 m. Jenis tanah ini merupakan tanah yang mempunyai kandungan unsur hara relatif rendah sehingga kegiatan pemupukan harus mendapat perhatian khusus. Struktur tanah gambut yang menutupi lahan perkebunan yaitu gambut Hemik (setengah matang) dengan jenis gambut Ombrogen yang memiliki tingkat kemasaman (pH) tanah berkisar antar 3–5. Data kesesuaian lahan kebun PT JAW selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Keadaan iklim di Kebun PT JAW termasuk tipe A (sangat basah) menurut klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson. Curah hujan rata-rata tahunan pada periode bulan Januari 1999 sampai bulan Desember 2008 adalah 2 674.06 mm/tahun dengan hari hujan rata-rata 106.1 hari/tahun. Daerah kebun PT JAW ini juga memiliki rata-rata bulan kering 2 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah yaitu 10

(22)

bulan/tahun. Data curah hujan selengkapnya terlampir pada Lampiran 3. Suhu udara rata-rata tiap bulan yaitu 29.5 °C, dengan suhu harian berkisar antara 28 – 31 °C. Lama penyinaran berkisar antara 8.3 – 9.6 jam/hari dengan rata-rata harian yaitu 8.9 jam/hari. Kelembaban udara rata-rata bulanan pada daerah perkebunan PT JAW sekitar 82.5 % dengan kelembaban harian berkisar antara 80 – 85 %.

Tabel 2. Kondisi Lahan Tanaman Kelapa Sawit PT JAW

Uraian PT JAW)** Kesesuaian Lahan )*

S I S II S III

Topografi Datar datar-

berombak

datar-

bergelombang

datar- berbukit Ketinggian Tempat

(m) 40 0-400 0-400 0-400

Lereng (%) 0-8 0-15 16-25 26-35

Solum (cm) 60-80 >80 >80 60-80

Kedalaman air (cm) 50-60 >80 60-80 50-60

Tekstur Gambut lempung-

lempung liat

liat-liat berpasir

liat-pasir lempung

Bahan Organik 5-15 5-10 5-10 5-10

Keadaan batuan Dalam dalam dalam dalam

Erosi tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Drainase agak baik baik Baik baik

Banjir Sedikit tidak ada tidak ada tidak ada

Pengaruh Pasang surut tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada Sumber )* : Lubis, 1992

)** : Kantor Besar PT JAW, 2009

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Perkebunan kelapa Sawit PT JAW dibangun pada areal seluas 11 419 ha.

Studi kelayakan oleh Agri Resources BV perkebunan inti seluas 4 669 ha yang terdiri dari areal Tanaman Menghasilkan (TM) yaitu seluas 3 965 ha, areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) seluas 636 ha dan areal pembibitan seluas 69 ha. Areal yang masih dalam pengembangan (Land Clearing) dengan luas 1 069 ha yang diusahakan bekerjasama dengan PT EMAL A. Areal seluas 314 ha untuk menunjang infrastruktur perkebunan yang dipergunakan sebagai parit dan rawa, bangunan kantor dan pemukiman serta gudang penyimpanan dan bengkel alat

(23)

berat. Areal cadangan yang masih berupa hutan sekunder yang digunakan sebagai areal konservasi seluas 5 614 ha.

Luas kebun PT JAW yang tertanami saat ini adalah 3 965 ha yang terdiri dari Divisi I seluas 659 ha dengan tahun tanam 1996 dan 1997, Divisi II seluas 568 ha dengan tahun tanam 1996, Divisi III seluas 620 ha dengan tahun tanam 1995, 1996, 1997 dan 2002. Divisi IV seluas 673 ha dengan tahun tanam 1996, Divisi V seluas 707 ha dengan tahun tanam 1997 dan Divisi VI seluas 738 ha dengan tahun tanam 1995, 1996, 1997, 1998 dan 2002. Dari data kantor besar PT JAW, terdapat areal pengembangan berjarak 6 km dari kebun utama yang merupakan areal baru seluas 458 ha. Areal ini ditanami TBM tahun tanam 2007 sebanyak 389 ha dan masih dalam tahap Land Clearing seluas 69 ha. Areal tertanami atas lahan kebun PT JAW terbagi atas 6 tahun tanam yaitu 1995, 1996, 1997, 1998, 2002 dan 2007. Dari enam Divisi tersebut, masing-masing Divisi memiliki jumlah blok 17, 18, 19, 15, 14 dan 19 blok berturut-turut dari Divisi I hingga Divisi VI. Dari 102 blok yang diusahakan PT JAW, terdapat areal puso di Divisi I seluas 92 ha (2 blok), Divisi III seluas 98 ha (2 blok) dan Divisi IV seluas 150 ha (3 blok). Areal puso adalah areal yang dihutankan (konservasi) karena produktivitas pokoknya sudah menurun dan tidak menguntungkan apabila areal tersebut tetap diusahakan maupun dipelihara. Data tata guna lahan PT JAW secara lengkap disajikan dalam Tabel 3.

Jalan merupakan infrastruktur penunjang yang paling penting dalam perkebunan. Apabila hujan, maka jalan kebun yang dibuat dengan menggunakan tanah podsolik merah yang dicampur dengan pasir dan batu sebanyak 20 % akan mengalami pergeseran. Hal ini menyebabkan jalan menjadi sangat licin, tergenang air dan berlubang sehingga sulit dalam melaksanakan kegiatan transportasi perkebunan. Menurut Naibaho (1998), alat transportasi dan jalan adalah hal yang sangat penting dan merupakan urat nadi utama bagi suatu perkebunan kelapa sawit. Dari Tabel 3. Dapat dilihat bahwa jalan kebun yang ada di kebun PT JAW berkisar diantara 19 – 38 ha disetiap divisi. Dari Divisi I hingga Divisi VI, indeks luas jalan yang dihitung adalah 3.4 %, 4.5 %, 4.2 %, 3.4 %, 4.1 % dan 5.1 % dari total luasan kebun per Divisi. Dengan keefektifan jalan per hektar di kebun PT JAW adalah 45 m/ha.

(24)

Tabel 3. Tata Guna Lahan PT JAW pada Tahun 2009

Kategori Total (ha)

Divisi

Pengembangan

I II III IV V VI

TM

TM 1995 47 - - - - - 47 -

TM 1996 2 241 559 568 441 673 - - -

TM 1997 1 477 100 - 99 - 707 571 -

TM 1998 117 - - - - - 117 -

TM 2002 83 - - 80 - - 3 -

Jumlah TM 3 965 659 568 620 673 707 738 -

Areal pembibitan 69 - - 27 - - 42 -

LC

Land Clearing 2008 1 069 - - - - - - 1 000

Jumlah Land Clearing 1 069 - - - - - - 1 000

Jumlah areal dapat

ditanam 5 103 659 568 647 673 707 780 1 000

Areal tidak ditanam

Jalan 181 22 25 26 23 29 38 -

Parit & Rawa 53 6 5 5 6 6 6 -

Lokasi Bangunan 37 5 5 7 1 5 10 -

Lokasi Pabrik - - - - - - - -

Areal Batu - - - - - - - -

Areal Lain-lain 42 - - 38 - - 4 -

Jumlah areal tak tanam 314 33 34 76 30 40 59 -

Total areal diusahakan 5 306 692 602 723 703 747 839 1 000

Areal cadangan 5 614 - - - - - - -

SK / HGU 6 113

Sumber : Kantor Besar PT JAW Tahun 2009

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di kebun PT JAW berdasarkan sumber bibitnya adalah varietas Tenera dan Dura. Bibit ini berasal dari PT Lonsum, PT Socfindo dan PP Marihat. Namun, pada pembibitan yang sedang diusahakan oleh PT JAW saat karya ilmiah ini dibuat, kecambah yang digunakan berasal dari Costarica yang diperoleh dari persilangan Costarica Dura dengan Pisifera Nigerian. Jarak tanam yang digunakan adalah tata tanam segitiga sama sisi dengan jarak tanam (9.2 × 9.2 × 9.2) m sehingga jarak antar baris 7.97 m.

Populasi per hektarnya adalah 136 pokok. Data populasi tanaman di kebun PT JAW dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Populasi Tanaman Kelapa Sawit di Kebun PT JAW Tahun

Tanam

Divisi

Total % total

I II III IV V VI

1995 - - - - - 6 094 6 094 1.22

1996 68 635 71 277 55 314 82 544 - - 277 770 55.74

1997 12 063 - 13 119 - 88 882 75 387 189 451 38.02

1998 - - - - - 15 150 15 150 3.04

2002 - - 9 694 - - 156 9 850 1.98

Total 80 698 71 277 78 127 82 544 88 882 96 787 498 315 100.00 Sumber : Kantor Besar PT JAW Tahun 2009

(25)

Produksi TBS yang dihasilkan dari kebun PT JAW pada tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 realisasi produksi sebesar 44 266 930 kg TBS dari estimasi produksi sebesar 39 111 639 kg TBS. Kemudian produksi meningkat sebesar 6 464 930 kg TBS pada tahun 2007, hal ini terlihat pada realisasi produksi TBS sebesar 50 731 860 kg TBS dari estimasi produksi sebesar 50 000 000 kg TBS. Pada tahun 2008, produksi TBS PT JAW hanya mencapai 51 353 390 kg TBS dari estimasi sebesar 68 999 000 kg TBS.

Umumnya produksi akan tinggi apabila pemeliharaan kebun dilakukan dengan tepat waktu dan sesuai dengan rencana.

Angka estimasi produksi TBS adalah hasil dari total rekapan data sensus yang dilakukan oleh supervisor kebun yang dilakukan setiap empat atau enam bulan sekali. Sensus yang digunakan adalah Black Bunch Census (BBC) atau sensus buah hitam yaitu menghitung seluruh jumlah buah hitam yang ada pada setiap pokok kelapa sawit untuk dijadikan data acuan sebagai target produksi setiap areal, blok maupun Divisi perkebunan untuk produksi per bulan, caturwulan atau semester. Selain itu, data ini akan menjadi bahan evaluasi dalam setiap acara lingkar pagi dan pertemuan bulanan oleh PLT Kebun kepada asisten divisi. Perkembangan produktivitas tanaman kelapa sawit yang dimiliki PT JAW disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan Produksi TBS PT JAW Tahun 2006 - 2008 Bulan

Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008

Estimasi (kg)

Realisasi (%)

Estimasi (kg)

Realisasi (%)

Estimasi (kg)

Realisasi (%) Januari 2 296 596 125.49 3 168 173 124.50 4 829 930 98.25 Pebruari 2 119 934 124.34 2 956 961 110.93 4 139 940 110.67 Maret 2 119 934 154.59 3 484 990 100.72 4 139 940 89.22 April 2 119 934 152.39 3 484 990 100.01 4 139 940 69.79 Mei 2 296 596 171.05 3 907 413 92.67 5 519 920 61.44 Juni 2 473 257 159.64 4 224 231 87.27 6 209 910 54.30 Juli 3 568 364 112.68 4 752 259 94.59 6 209 910 63.23 Agustus 4 151 346 105.76 4 857 865 96.77 6 209 910 71.76 September 4 734 328 92.46 5 069 077 107.02 6 899 900 72.09 Oktober 4 928 656 69.91 5 069 077 97.42 6 209 910 86.01 Nopember 4 540 001 101.57 4 857 865 130.75 7 589 890 61.96 Desember 3 762 692 93.53 4 167 098 79.03 6 899 900 76.52 Total 39 111 639 113.18 50 000 000 101.46 68 999 000 74.43 Sumber : Kantor Besar PT JAW Tahun 2009

(26)

Apabila dilihat pada tabel perkembangan produksi TBS kelapa sawit PT JAW di atas, terjadi penurunan produksi terhadap kenaikan estimasi produksi pada tahun 2008. Hal ini terjadi karena PT JAW diakuisisi oleh BSP group dari tangan PSU Tbk. Dari kondisi ini, terjadi peralihan manajemen dan tanggung jawab kerja secara besar-besaran yang sangat mempengaruhi kinerja dan produktivitas kebun. Pengaruh tersebut berdampak negatif terhadap pengelolaan kebun sepanjang tahun yang menyebabkan menurunnya realisasi produksi TBS per bulan dari estimasi produksi yang diperkirakan untuk tahun 2008.

Selain itu, penurunan produksi juga terjadi karena ketidaksesuaian produksi pada kebun PT JAW. Pada tahun tanam yang mendominasi kebun yaitu tahun tanam 1995 (TM 11) dan tahun tanam 1996 (TM 10) seharusnya produktivitas tanaman adalah 25 ton/ha dan 27 ton/ha (Pahan, 2008). Dapat dilihat pada Tabel 5, indeks produksi pada tahun 2008 hanya 12.9 ton/ha kelapa sawit, ini didapat dari total produksi 51 354 ton produksi pada tahun 2008 dibagi jumlah luas tanaman menghasilkan pada Tabel 3 yaitu 3 965 ha.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Perkebunan kelapa sawit PT JAW merupakan salah satu unit usaha dari PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. Struktur organisasinya berdasarkan susunan garis dan staf dengan kekuasaan tertinggi diduduki oleh dewan komisaris yang dipimpin oleh Prof. Bungaran Saragih, sedangkan operasional perusahaan dipimpin oleh dewan direksi dan Head Bussiness Unit (HBU) yang membawahi beberapa Area Manager (AM). Area Manager sendiri akan membawahi beberapa Estate Manager (EM) yang memimpin jalannya perkebunan dalam satu wilayah dan bertanggung jawab langsung kepada AM atas pengelolaan unit usaha yang meliputi pertanaman, proses produksi, administrasi kebun serta pengusahaan material dan finansial kebun.

Di kebun PT JAW, yang merupakan lokasi kegiatan magang, pimpinan tertinggi dipegang oleh EM. Manajer kebun PT JAW dibantu oleh enam orang Field Assistance (asisten divisi), satu orang Assistance Acounting, satu orang Asisten Traksi dan Bengkel, satu orang Krani Estate, satu orang Kepala Keamanan, satu orang Krani HRD dan satu orang Kepala Gudang. Struktur organisasi PT JAW secara lengkap, dapat dilihat pada Lampiran 4.

(27)

Dalam pelaksanaan kegiatan perkebunan sehari-hari, kegiatan pada tiap divisi dikontrol oleh asisten divisi yang memiliki tanggung jawab langsung terhadap EM yang dibantu oleh satu orang mandor I, sedangkan untuk kegiatan administrasi dibantu oleh seorang Krani Divisi. Mandor I yang bertugas menjaga keberlangsungan kegiatan perkebunan yang diembankan oleh asisten divisi dibantu oleh dua orang Mandor Panen, satu orang Mandor Perawatan dan dua orang Krani Buah dan transport. Asisten di areal pembibitan ini hanya dibantu oleh dua orang Mandor Perawatan.

Asisten Traksi dan Civil mengemban tugas untuk bertanggung jawab atas pemakaian material baik untuk operasional kebun maupun kependudukan, yang dibantu oleh satu orang Mandor Civil dan satu orang Mandor Traksi dan Bengkel yang bertugas mengatur kelancaran transportasi di lingkungan kebun. Asisten Traksi dan Civil akan berkoordinasi dengan Kepala Gudang untuk menanggapi permintaan material dari setiap Divisi oleh asisten divisi. Kepala Gudang sendiri bertugas untuk merekap, mengawasi dan melaporkan seluruh material yang keluar masuk dari dan ke gudang serta bertanggung jawab langsung terhadap ketersediaan material untuk keberlangsungan kegiatan perkebunan.

Estate Manager dalam hal mengurus seluruh administrasi kebun dibantu oleh satu orang Krani HRD yang bertugas untuk membuat semua laporan tentang ketenagakerjaan dan membuat laporan bulanan administrasi ketenagakerjaan.

Kemudian, EM juga dibantu oleh satu orang Krani Estate (Chief Clerk) yang bertugas untuk merekap data kegiatan perkebunan secara keseluruhan dan membuat laporan manajer (Manager Report) yang di dalamnya berisi tentang Management report, Estate Cost, laporan keuangan dan laporan personalia. Tugas seorang Chief Clerk juga membuat RPDO (Rencana Permintaan Dana Oprasional) dan RUKB (Rekapitulasi Uraian Kerja Bulanan) yang seluruh tugasnya dibantu oleh satu orang Krani Produksi dan satu orang Krani Umum. Selanjutnya, EM dibantu juga oleh satu orang Asistance Accounting yang bertugas membantu EM dalam urusan keuangan perkebunan secara keseluruhan yang dibantu oleh satu orang Krani Payroll, satu orang Kasir, satu orang Fixed Asset dan satu orang Inventor.

(28)

Karyawan PT JAW terdiri atas lima golongan yaitu STF (Staf), KBT (Karyawan Bulanan Tetap), KHT (Karyawan Harian Tetap), KTK (Karyawan Terikat Kontrak) dan KHL (Karyawan Harian Lepas). STF merupakan karyawan yang digaji langsung oleh manajemen Bakrie Sumatera Plantation yang didasari oleh prestasi kerja. Karyawan KBT adalah karyawan bulanan yang diangkat berdasarkan masa tugas yang telah ditetapkan serta jenis pekerjaan yang dilakukan, apabila karyawan KBT ini tidak masuk kerja maka insentif yang diterima akan dipotong. Karyawan KHT adalah karyawan yang bekerja berdasarkan waktu kerja harian yang dibayarkan pada awal bulan berjalan setelah tutup buku, namun untuk tiap pekerja KHT harus memiliki hari kerja minimal 18 hari setiap bulan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Karyawan KTK adalah karyawan yang terikat kontrak kerja oleh perusahaan, yang sistem pemberian insentifnya sama dengan karyawan KBT, dalam hal pekerjaan dalam kebun yang dimaksud adalah guru atau ustadz dan Satuan Pengamanan (Satpam). Terakhir adalah Karyawan KHL yang merupakan karyawan yang tidak terikat dengan perusahaan, apabila mereka bekerja akan mendapatkan insentif, dan apabila mereka tidak kerja maka tidak akan mendapatkan gaji, namun gaji yang dibayarkan kepada karyawan KHL tetap akan dibayarkan pada awal bulan berjalan setelah tutup buku layaknya karyawan KHT.

Komposisi karyawan secara lengkap di PT JAW dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi Karyawan PT JAW pada Bulan April 2009

Jabatan Jumlah Orang

Staf

Estate Manager 1

Trainee Askep 1

Assistance 6

Assistance Accounting 1

Asisten Traksi dan Civil 2

Kepala Keamanan 1

Non Staf

KBT 46

KHT 155

KTK 44

KHL 318

Total 575

Sumber : Kantor besar PT JAW Tahun 2009

(29)

Sistem upah yang berlaku berbeda berdasarkan jabatan dan golongan.

Pengupahan staf diatur oleh manajemen BSP pusat, sedangkan KBT, KHT dan KTK diatur oleh kantor wilayah pusat. KHL diatur sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku. Selain itu perkebunan PT JAW juga menyediakan fasilitas kesejahteraan bagi karyawan seperti rumah tinggal (Model : G1, G2, G4, G6 dan G10), pelayanan kesehatan di klinik kebun, alat transportasi anak sekolah untuk anak-anak karyawan dan staf berupa truk dan minibus.

Asal Bibit dan Penyebaran Varietas

Tanaman yang ada pada perkebunan PT JAW berasal dari kecambah yang dikembangkan oleh PT Lonsum, PT Socfindo dan PP Marihat. Untuk bibit dari PP Marihat banyak digunakan sekitar 73.59 % dari seluruh pokok tanaman yang ditanam pada perkebunan PT JAW yang berjumlah 498 315 pokok tanaman Kelapa Sawit yang termasuk dalam 78 Blok tanaman yang diusahakan. Bibit yang diperoleh dari PT Socfindo berjumlah 118 370 pokok dari keseluruhan total pokok yang ditanam pada lahan PT JAW yang termasuk dalam 23 Blok tanaman yang diusahakan. Bibit dari PT Lonsum digunakan sekitar 2.66 % dari seluruh pokok tanaman yang ditanam pada perkebunan PT JAW atau sekitar 13 237 pokok tanaman kelapa sawit yang termasuk ke dalam 2 Blok tanaman. Populasi varietas dari setiap divisi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Data Populasi Varietas Tanaman di Kebun PT JAW

Varietas Divisi I Divisi II Divisi III Divisi IV Divisi V Divisi VI Total % total Marihat 44 378 71 277 28 638 42 840 88 882 90 693 366 708 73.59 Socfindo 36 320 - 36 252 39 704 - 6 094 118 370 23.75

Lonsum - - 13 237 - - - 13 237 2.66

Total 80 698 71 277 78 127 82 544 88 882 96 787 498 315 100.00 Sumber : Kantor Besar PT JAW Tahun 2009

(30)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis Pembibitan

Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang dilakukan pada awal realisasi kerja dalam perkebunan sebelum penanaman tanaman di lapangan.

Pembibitan bertujuan sebagai sarana untuk memilah kecambah yang terbaik sebelum ditanam dan memilah bibit yang memiliki tumbuh kembang yang baik sehingga akan berproduksi maksimal dan menguntungkan bagi perusahaan. Pada saat ini PT JAW sedang melakukan pembibitan dengan sistem terpisah yaitu Pembibitan Awal (Pre nursery) dengan luas 2 ha dan Pembibitan Utama (Main nursery) dengan luas 30 ha. Pembibitan pre nursery disebut dengan blok A dan main nursery disebut dengan blok B. Kecambah yang digunakan berasal dari Costarica yang diperoleh dari persilangan Costarica Dura dengan Pisifera Nigerian.

(a) Pembibitan Awal (Pre nursery)

Sebelum melakukan pembibitan, yang diperhatikan yaitu pemilihan lokasi dekat dengan sumber air dan lokasi penanaman, aman dari gangguan hama dan penyakit, mudah mendapatkan top soil untuk media tanam, kontur tanahnya datar, dekat dengan sumber tenaga kerja dan mudah dalam akses jalan maupun transportasi. Kemudian, sarana dan prasarana penunjang pembibitan seperti saprotan, polibag, alat penyiraman, pupuk, bedengan dan naungan serta tenaga kerja harus disiapkan terlebih dahulu.

PT JAW melakukan pembibitan ini terpisah dari areal perkebunan utama sejauh satu kilometer karena kecambah Costarica yang digunakan memiliki penyakit terbawa benih yaitu yellow lethal yang dapat menginfeksi seluruh pokok tanaman kelapa sawit pada perkebunan utama. Hal ini juga dianjurkan oleh Dinas Karantina Hewan dan Tumbuhan dengan tujuan untuk mencegah kontaminasi dari hama dan penyakit dari bibit kepada tanaman pokok perkebunan utama.

Sebelum kecambah datang ke pembibitan untuk ditanam, maka dipersiapkan terlebih dahulu bedengan yang dibuat berpagar. Pagar bedengan ini terbuat dari kayu dengan ukuran bedengan (10 × 1) m agar polibag dapat

(31)

diletakan dengan baik dan teratur. Pada bedengan dengan ukuran (10 × 1) m ini, dapat memuat 1 000 kecambah dalam polibag.

Dalam kegiatan pembibitan banyak membutuhkan tenaga kerja antara lain untuk menanam kecambah, menyiram bibit, sortasi kecambah, pembuatan bedengan, pengisian polibag dan pembuatan naungan. Tenaga kerja yang dipakai untuk pembibitan kebanyakan tenaga wanita, karena pekerjaan di pembibitan banyak membutuhkan ketelitian serta kesabaran.

(1) Teknik Pembibitan Awal (Pre nursery)

Kecambah yang dikirim langsung dari Costarica ini dibungkus dengan karton bersekat, antara sekat karton dengan kantong kecambah disisipkan serbuk gergaji yang berfungsi untuk mengurangi impact/tekanan pada kecambah pada saat pendistribusian, agar plumula dan radikula kecambah tidak patah. Tiap karton berisi 24 kantung kecambah yang terbagi menjadi 2 tingkat, tiap kantungnya berisi ±100 kecambah yang dicampur dengan cacahan gabus yang dibasahi dengan fungisida. Sebelum melakukan penanaman kecambah, kecambah yang baru datang harus didata dan dihitung jumlah kecambah total, jumlah kecambah normal dan jumlah kecambah abnormal atau mati pada tiap kantung kecambah, hal ini dilakukan untuk memudahkan pembuatan laporan dan menghindari penanaman kecambah abnormal. Kemudian kecambah yang telah didata dan disortasi, kecambah ditempatkan ke dalam nampan anyam untuk dibawa ke bedeng beserta label yang berisi kode nomor karton kecambah dan jumlah kecambah normal. Setelah sampai di bedeng tempat penanaman, kecambah ditanam pada polibag berukuran (22 × 14 × 0.1) cm yang berisi campuran tanah topsoil dan Rock Phosphate dengan dosis campuran 200 g/m³ topsoil. Setelah polibag diisi dengan tanah, maka tinggi polibag akan menjadi 18 cm dan diameter polibag menjadi 9 cm.

Kecambah ditanam ditengah polibag dengan kedalaman ±1 cm dari permukaan tanah dalam polibag. Setelah dilakukan penanaman, bedengan segera ditutup dengan naungan yang dibuat dari pelepah daun kelapa sawit muda yang sudah disemprot dengan insektisida dengan bahan aktif deltametrin 25 g/l. Setelah penanaman kecambah selesai maka bedengan disiram rutin pada pagi dan siang hari sebanyak ±0.25 l/polibag. Tujuan dari penyiraman adalah untuk menjaga

(32)

kelembaban dan mencegah kekeringan pada media tanam agar kecambah dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tujuan dari pemberian naungan adalah untuk mencegah penguapan berlebihan akibat terkena sinar matahari langsung yang dapat menyebabkan kekeringan bahkan kematian terhadap kecambah yang sudah ditanam dipolibag. Proses penanaman dan pemberian mulsa dapat dilihat pada Gambar 1.

(A) (B)

(C) (D)

Gambar 1. Penanaman Kecambah (A), Pemberian Mulsa (B), Satu MST (C) dan 12 BST (D)

(b) Pembibitan Utama (Main nursery)

Pada pembibitan utama, bibit yang dipakai adalah bibit yang sudah berumur sekitar 9 – 12 bulan di pembibitan awal (pre nursery) dan sudah melalui proses sortasi sebelum dipindahkan. Karena lahan di PT JAW tergolong jenis tanah Organosol atau Gambut, maka sebelum dipindahkan hendaknya polibag pada main nursery diisi dengan topsoil terlebih dahulu agar pada proses pemindahan bibit tidak tersendat karena kurangnya polibag yang terisi dengan

(33)

topsoil. Polibag pada main nursery ini harus diisi pada jalan utama dan diangkut dengan kereta sorong melalui papan titian ke areal pembibitan utama.

Pembibitan utama yang diusahakan oleh PT JAW tiap bloknya dibatasi oleh parit selebar 1 m dan antara main nursery dan pre nursery dibatasi oleh parit selebar 2 m, ditambah jalan kontrol utama selebar 8 m. Batas paling pinggir pembibitan PT JAW dibangun pagar kayu setinggi 2 m untuk mencegah serangan hama binatang dan sebagai sarana untuk menjaga bibit dari pencurian. Di areal pembibitan juga dibangun dua menara pantau setinggi 5 m untuk pengamanan di sebelah Barat Laut pembibitan dan disebelah Tenggara pembibitan PT JAW. Alat angkut yang digunakan pada saat pemindahan bibit dari pre nursery ke main nursery yaitu traktor tangan (hand tractor) yang diberi bak gandengan.

Polibag yang digunakan untuk main nursery berukuran (30 × 40 × 0.2) cm dan setelah polibag terisi dengan tanah maka tinggi polibag akan berukuran 35 cm dan diameter polibag 26 cm. Setelah polibag diisi dengan topsoil, polibag disusun layaknya tanaman kelapa sawit di kebun dengan jarak tanam segitiga sama sisi (90 × 90 × 90) cm dengan jarak dalam baris 90 cm mengarah Utara – Selatan dan jarak antar baris sebanyak 77.9 cm mengarah Timur – Barat. Pemindahan bibit dari pre nursery ke main nursery bertahap sesuai urutan dengan blok penanaman paling pertama pada saat kecambah baru pertama kali ditanam di pre nursery.

Setelah penyusunan polibag selesai, maka dibuat lubang tanam sedalam 20 cm dengan diameter lubang 12 cm menggunakan potongan pipa besi yang diberi pegangan. Kemudian bibit yang sudah di bawa ke areal main nursery ditanam ke dalam lubang, lalu rongga yang tersisa di sela-sela bibit ditutup menggunakan tanah di sekitar bibit dan dipadatkan. Pada saat pemindahan bibit akan ditemukan bibit yang memiliki titik tumbuh lebih dari satu (double tone), apabila bibit ini memiliki keseragaman dengan bibit yang lain maka bibit double tone akan dipisahkan dan ikut ditanam pada main nursery, hal ini dilakukan untuk mengurangi losses pada saat pemindahan bibit. Jika bibit yang double tone ternyata tidak seragam dengan bibit lain yang akan dipindahkan, maka bibit dianggap afkir dan segera dimusnahkan.

(34)

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan yang diikuti oleh penulis selama melaksanakan magang di PT JAW meliputi pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan dan pemotongan pelepah (prunning).

(a) Pengendalian Gulma

Gulma merupakan tanaman pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Hal ini disebabkan gulma ikut menyerap unsur hara dan air disekitar tanaman kelapa sawit sehingga terjadi persaingan untuk memperebutkan unsur hara dan air tersebut. Selain itu, gulma dapat mengeluarkan zat allelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman kelapa sawit disekitarnya. Jenis gulma yang terdapat di PT JAW antara lain Nephrolepis bisserata (Sw.) Schott. atau Paku Harupat, Dicranopteris linearis syn. Gleichenia linearis (Burm. F.) S. W. Clarke. atau Paku Rasam, Cyclosorus aridus (Don) Ching atau Paku Kadal, Melastoma malabathricum syn. Melastoma affine D. Don atau Senduduk, Setaria palmifolia (J. Koenig.) Stapf. atau Rumput Palem, Ageratum conyzoides L., Mikania micrantha Kunth., Paspalum conjugatum Berg. atau Jukut Pahit, Imperata cylindrica (L.) Beauv. atau Ilalang, anakan sawit, Cyperus sp. dan Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins atau Kirinyuh. Gulma dominan yang terdapat di perkebunan PT JAW adalah gulma paku-pakuan.

Pengendalian gulma bertujuan untuk menciptakan lingkungan tumbuh tanaman utama yang optimal agar pekerjaan pemeliharaan lainnya seperti pemupukan, up keep/perawatan tanaman, pengendalian hama dan penyakit serta panen dapat dilakukan dengan mudah, sehingga diperoleh tingkat pertumbuhan dan produksi yang optimal.

Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan penulis ketika magang di PT JAW meliputi babat rendahan (slashing low land) dan garuk piringan manual. Babat rendahan merupakan kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan dengan memotong gulma hingga 30 cm di atas permukaan tanah. Alat yang digunakan adalah parang. Penulis mengawasi jalannya babat rendahan pada areal Divisi IV pada blok C7, C8 dan C9 serta Divisi II pada blok C5 dan C6. Gulma

(35)

yang menjadi sasaran adalah seluruh gulma yang menutupi lahan pada areal blok kelapa sawit. Babat rendahan yang dilakukan ketika penulis melakukan magang hanya pada tepi blok yang menghadap jalan poros (main road dan access road).

Sistem kerja yang diterapkan untuk pekerjaan babat rendahan ini dilakukan dengan membagi pekerja menjadi grup, satu grup pekerja memiliki anggota 4 orang dan dalam satu hari kerja babat rendahan biasanya terdapat 3 – 5 grup pekerja. Jumlah tenaga kerja tergantung dari jumlah KHL yang tersedia pada hari pelaksanaan kerja. Sistem upah yang diberlakukan pada pekerjaan babat rendahan ini adalah sistem Hari Kerja (HK), dalam satu HK yaitu sebesar Rp 23 000,-.

Norma kerja yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah 4 HK/ha dengan rotasi satu kali dalam setahun.

Garuk piringan manual merupakan kegiatan pembersihan piringan pokok kelapa sawit yang dilakukan hingga keadaan bersih dari gulma (W=0). Alat yang digunakan adalah parang dan cangkul kecil. Penulis mengawasi jalannya garuk piringan manual pada areal Divisi V pada blok A14 dan A15. Gulma yang menjadi sasaran adalah seluruh gulma yang menutupi piringan kelapa sawit hingga radius 1,2 m dari pokok kelapa sawit. Garuk piringan manual ini dilakukan terhadap seluruh pokok tanaman kelapa sawit, karena selain dapat menghilangkan persaingan tanaman pokok perkebunan dengan gulma, garuk piringan manual yang dilakukan juga dapat menambah nilai estetika kebun. Sistem kerja yang diterapkan untuk pekerjaan ini dilakukan dengan membagi pekerja menjadi grup, satu grup pekerja memiliki anggota 2 orang dan dalam satu HK garuk piringan manual, biasanya terdapat 9 – 12 grup pekerja. Jumlah tenaga kerja tergantung dari jumlah KHL yang tersedia pada hari pelaksanaan kerja.

Sistem upah yang diberlakukan pada pekerjaan babat rendahan ini adalah sistem HK, dalam satu HK yaitu Rp 23 000,-. Norma kerja yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah 1.5 HK/ha dengan rotasi satu kali dalam setahun.

Pengendalian gulma secara kimia yang dilakukan penulis ketika magang di PT JAW meliputi circle weeding/spraying dan spot spraying lalang. Pengendalian gulma secara kimia ini dilakukan dengan menggunakan alat semprot knap sack Solo volume 15 l, nozzle VLV 200 berwarna biru dan hitam, gelas ukur 250 ml,

(36)

sarung tangan, masker, sepatu boot AP, memakai pakaian berlengan panjang, penutup kepala dan galon berkapasitas 20 l air.

Teknis pelaksanaan pengendalian gulma secara kimia yang dilakukan yaitu mandor up keep/spraying membagi pekerja menjadi beberapa grup, setiap grup meliputi satu orang pembuat larutan dan pembawa larutan herbisida, serta dua orang tenaga penyemprot. Biasanya untuk pekerjaan pengendalian gulma secara kimia ini dijalankan oleh 3 – 6 grup pekerja. Pekerjaan penyemprotan gulma ini diawasi oleh dua orang mandor up keep/spraying. Sistem pembayaran upah yang diberlakukan untuk pekerjaan ini yaitu dengan sistem HK sebesar Rp 23 000,- yang ditambah dengan premi untuk tenaga penyemprot herbisida Rp 500,- per hari semprot.

Sebelum melakukan penyemprotan herbisida, tenaga pembuat larutan dan pembawa larutan herbisida harus melarutkan herbisida dengan air sesuai dengan konsentrasi yang telah ditetapkan ke dalam galon 20 l. Setelah herbisida dilarutkan, larutan tersebut kemudian dimasukan ke dalam knapsack Solo dengan nozzle hitam atau biru (VLV 200) dan larutan disemprotkan sesuai sasaran serta ketentuan yang benar. Pada awal kegiatan pencampuran dan pengeceran herbisida harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak terjadi kesalahan kerja dan dapat membahayakan kesehatan pekerja, sehingga pekerjaan ini harus diawasi benar oleh mandor up keep/spraying.

Circle weeding/spraying. Merupakan pengendalian gulma dengan menyemprotkan herbisida ke piringan pokok tanaman utama dan pasar pikul yang bertujuan untuk menghindari persaingan tanaman utama dengan gulma secara langsung pada sekitar tanaman pokok dan memudahkan kegiatan pemanenan buah serta mengoptimalkan pemupukan yang diaplikasikan langsung pada piringan tanaman kelapa sawit.

Herbisida yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Gramoxone 276 SL dengan bahan aktif Parakuat diklorida 276 g/l yang dicampur dengan Ally 20 WDG dengan bahan aktif Metil metsulfuron 20 %. Campuran herbisida ini sebanyak 20 l Gramoxone 276 SL : 1 Kg Ally 20 WDG didalam 20 l air. Dosis yang digunakan dalam penyemprotan campuran herbisida ini adalah 0.4 l/ha.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran siswa ditentukan dalam 10 indikator keaktifan belajar siswa yaitu (1) masuk kelas tepat waktu, (2) memperhatikan

Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Periode 2014-2016) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah rumus korelasi Chi Square yaitu untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan harga diri

Membawa : Laptop, Kabel Roll, Modem dan Flasdisk Acara : Kualitas Data Sekolah. Demikian atas perhatian dan kehadirannya disampaikan

Karakter seleksi jagung hibrida yang berpengaruh langsung terhadap hasil pada kondisi kekeringan adalah tinggi tanaman, luas daun, panjang tongkol, diameter tongkol, dan

Dengan mengambil standar IEEE dimana cognitive radio dapat diaplikasikan pada frekuensi dengan duty cycle kurang dari 60%, maka diperoleh total frekuensi yang

Aliran sebenarnya dari suatu arus yang melalui sirkuit adalah berdasarkan dari prinsip yang baru saja anda pelajari. Seperti yang anda lihat sebelumnya, atom normal mempunyai