JCMS Vol. 5 No. 1 Tahun 2020, Halaman 43-58 Page 43 STRATEGI GURU DALAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI
BUKU ANTI SOBEK BAGI SISWA TUNAGRAHITA
Nur Fajri Ismia
Universitas Negeri Surabaya [email protected] m
Harmanto
Universitas Negeri Surabaya [email protected] ABSTRAK
Tujuan penelit ian untuk mendeskripsikan strategi guru dala m penguatan pendidikan ka rakter re ligius mela lui buku anti sobek bagi siswa tunagrahita di SLB A l-A zhar Sidoarjo. Has il penelit ian menunjukkan penerapan program pendidikan ka rakter d i SLB A l-A zhar Sidoarjo kurang optima l, untuk itu perlu d itingkatkan.
Sekolah in i merupakan le mbaga pendidikan forma l swasta yang berbasis agama, sehingga adanya program keagamaan sekolah dala m menguatkan kara kter re ligius. Pendidikan kara kter re ligius ditunjukkan dengan adanya kesulitan menghafal doa sehari-hari, bacaan sholat, me muku l anggota badan sendiri atau te manya.
Salah satunya disebabkan oleh sumber bela jar ku rang maksimal mengintegrasikan n ilai ka rakter religius di setiap mata pe laja ran dan minimnya fasilitas sumber bela jar sekaligus media pe mbela jaran bagi siswa.
Penguatan pendidikan kara kter re lig ius mela lui buku anti sobek berbasis online yang dapat diakses pada hala man website d irancang berdasarkan kurikulu m 13 sebagai sumber bela jar yang menyenangkan untuk jenjang sekolah dasar kelas 1-6. Bu ku anti sobek berkonsep audio visual yang berisi muatan materi pembela jaran dan latihan soal dibuku ini yang terintegrasi nilai kara kter re l igius seperti doa sehari-hari, keberaga man umat be ragama , mensyukuri pe mberian c iptaan dari tuhan. Aspek yang diperhatikan pada proses pembelajaran menyesuaikan kebutuhan dan karakteristik siswa. Bu ku anti sobek yang memanfaat kan website, sehingga dapat digunakan kapan dan dimana saja, na mun pe laksanaannya harus me mperhatikan aksesbilitas website yang akan digunakan siswa.
Kata kunci: Karakter Religius, Siswa Tunagrahita Ringan, Buku Anti Sobek ABSTRACT
The research objective was to describe the teacher's strategy in strengthening religious character education through anti-tear books for mentally retarded students at SLB A l-A zhar Sidoarjo. The results showed that the imple mentation of the character education progra m at SLB Al -Azhar Sidoarjo was not optimal, so it needs to be improved. This school is a private formal education institution based on religion, so that there is a school religious program in strengthening religious character. Re ligious character education is indicated by the difficulty of me morizing daily prayers, prayer readings, hitting one's own limbs or their themes. One of the reasons is that the learning resources are not ma xima lly integrating the values of religious character in each subject and the lack o f learn ing resource fac ilities as well as lea rning med ia for students. Strengthening religious character education through online-based anti-tear books that can be accessed on the website page is designed based on curriculum 13 as a fun learning resource for ele mentary school grades 1-6. The audio- visual concept anti-tear book contains learning materia ls and e xe rcises in this book which are integrated with religious character values such as daily prayers, the d iversity of re lig ious communit ies, being g rateful for the giving of creation fro m God. Aspects that are considered in the learning process adjust the needs and characteristics of students. Anti-tear books that use the website, so that they can be used anytime and anywhere, but the implementation must pay attention to the accessibilit y of the website that students will use.
Keywor ds: Religious characters, Mild mentally retarded students, Anti-tear books.
PENDAHULUAN
Pendidikan me rupakan hak asasi yang paling mendasar bagi setiap anak, tanpa kecuali Anak Berkebutuhan Khusus. Hal ini diperkuat dala m UUD NRI TAHUN 1945 Pada Pasal 31 Ayat (1) bahwa setiap warga negara me mpunyai kese mpatan yang sama untuk me mpe roleh
pendidikan. Setiap anak yang dimaksudkan termasuk seorang anak yang sejak dalam masa kandungan atau sejak lahir mengala mi kela inan atau ha mbatan secara psikis, fisik, maupun sosial
dalam masa pertumbuhan dan perke mbangan kognitif.
Dengan adanya Undang-Undang Dasar tersebut telah ditetapkan oleh pemerintah, maka tanggung jawab
JCMS Vol. 5 No. 1 Tahun 2020, Halaman 43-58 Page 44 bersama untuk me menuhi pendidikan secara merata bagi
anak berkebutuhan khusus dalam ruang lingkup keluarga, masyarakat dan sekolah, hal ini juga diura ikan secara rinci dala m UU No. 20 Tahun 2003 Pada Pasal 5 Ayat (2) menyatakan bahwa warga negara yang mengalami kela inan fisik yang berbeda seperti anak normal, emosional, cacat secara mental, keterbatasan intelektual, dan kurang mampu beradaptasi secara sosial berhak me mpero leh pendidikan yang khusus, yang dimaksud ialah anak berkebutuhan khusus yang menempuh jenjang pendidikan forma l. Pe merataan bidang pendidikan me rupakan sebuah investasi yang sangat diperlukan sebagai upaya pemerintah untuk menghasilkan sumber daya yang berkualitas, termasuk anak berkebutuhan khusus seperti tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunalaras.
Se mua anak yang menyandang kekurangan dan keterbatasan tersebut patut me mperoleh pendidikan yang layak.
Terdapat Undang-undang tersebut, jelas sekali bahwa anak berkebutuhan khusus wa jib me mpero leh pendidikan yang layak. Pendidikan merupakan salah satu cara yang tepat untuk me mbentuk sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing global untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional dan kemajuan suatu negara. Penguatan pendidikan ka rakter merupakan sesuatu yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan tidak hanya cukup me mperoleh ilmu pengetahuan saja, selain itu juga terdapat aspek sikap dan aspek perila ku yang dapat membentuk anak menjadi manusia yang bertaqwa, berilmu, dan berakh lak mulia. Progra m pendidikan ka rakter di Indonesia diterapkan di lingkungan sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional bagi anak-anak. Kondisi negara saat ini yang terancam degradasi mora l yang dip icu oleh masalah kara kter bangsa me merlukan perhatian yang serius dari segala ruang lingkup kehidupan, bukan hanya tanggung jawab pemerintah.
Hakikat pendidikan kara kter menurut Su lka rnaim (2018:2) ditin jau dari seja rah ialah pendid ikan n ilai, yakni pendidikan dari n ilai-nilai luhur yang bersumber asal budaya bangsa Indonesia yang lahir secara turun menurun dala m rangka me mbina kepribadian bangsa.
Pendidikan ka rakter me rupakan sarana yang me miliki peran penting dala m menciptakan manusia yang berkara kter. Menurut Muslich (2011) Pendidikan kara kter adalah suatu sistem yang dilaku kan dengan cara penanaman nila i-n ila i kara kter kepada wa rga sekolah yang terdiri dari ko mponen pengetahuan, kesadaran, ke mauan dan tindakan untuk me mbentuk nilai -nilai kara kter ke siswa. Lingkungan sekolah dapat menjadi salah satu tempat pendidikan yang tepat dan baik dala m penguatan karakter siswa. Segala kegiatan yang
dila kukan d i sekolah pada dasarnya dapat diintegrasikan pendidikan kara kter ba ik me la lui pe mbela jaran maupun budaya sekolah yang melibatkan seluruh warga sekolah.
Oleh karena itu pendidikan kara kter wajib di habituasi kan kepada siswa sejak din i agar dapat berperila ku sesuai dengan standar mo ral yang diharapkan. Sela in di lingkungan sekolah, pendidikan ka rakter dapat diterapkan di lingkungan ke luarga, maupun masyarakat agar me mbantu turut andil da la m me mbentuk kara kter, ma mpu beradaptasi dengan lingkungan, me miliki kepribadian yang dapat tumbuh dan berke mbang sesuai norma yang berlaku.
Pendidikan fo rma l tidak hanya bagi anak norma l atau me miliki kelengkapan fisik, na mun juga bagi anak yang me miliki keterbela kangan mental atau keterbatasan ke ma mpuan. Dasarnya pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus sama dengan anak-ana k pada umu mnya. Anak yang me miliki perbedaan kema mpuan yang disediakan fasilitas pendidikan khusus disebut difabel yang disesuaikan dengan kema mpuan dan kela inan jenis difabe lnya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa. Na mun t idak disadari siste m pendidikan SLB telah berupaya pemenuhan pendidikan secara eksklusif bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Sesuai dengan pendapat yang dikemu kakan oleh Pratiwi&Harmanto (2017) menje laskan bahwa pendidikan luar biasa me mbutuhkan desain pembela jaran yang dirancang khusus untuk me menuhi kebutuhan yang unik dari anak ke lainan mental. Bahwa keunikan anak me mpunyai pengertian bahwa ABK me miliki sifat, ciri atau kara kteristik berbeda dengan anak yang norma l dari segi ke ma mpuan, minat, kognit if, gaya bela jar bahkan berinteraksi sosial.
Salah satunya anak berkebutuhan khusus adalah tunagrahita, istilah tunagrahita yang dima ksud anak-anak yang memiliki ke ma mpuan intelektual diba wah rata-rata atau keterla mbatan berp ikir kognitifnya. Menurut Soemantri (2006:106) kosakata asing tunagrahita dengan istilah-istilah ya kni mental retardation, mentally retarded, mental descendancy, mental defective, dan sebagainya, hal ini didukung oleh pendapat Putri (2014:74) anak tunagrahita bukan hanya saja dikatakan menyandang kela inan intelegensi, selain itu juga ha mpir seluruh kepribadian dala m dirinya secara mental, e mosional terganggu. Terutama c iri yang menonjol ke ma mpuan berpikir daya ingatan yang ditunjukkan kela inan.
Menurut Brown et a l. Dikut ip Dire ktorat Pendid ikan Luar Biasa mengungkapkan bahwa 7 kara kteristik tunagrahita antara lain (1) Keterla mbatan belaja r hal yang baru, kesulitan me mpe la jari pengetahuan abstrak dan daya ingat yang rendah ditunjukkan dengan mudah lupa dengan yang dipelajari tanpa dilaku kan secara terus - menerus, (2) Mengala mi kesulitan dala m be lajar sesuatu
JCMS Vol. 5 No. 1 Tahun 2020, Halaman 43-58 Page 45 yang baru, (3) Tunagrahita berat me miliki ke kurangan
pada kema mpuan bica ra, (4) kekurangan fisik yang mengakibatkan keterla mbatan perke mbangan gerak terganggu, (5) Sikap mandiri yang rendah, (6) Tingkah laku berinteraksi yang berbeda dengan anak norma l yang tidak lazim, serta (7) Sikap yang kurang waja r dila kukan secara terus menerus.
Pendidikan perta ma dan utama dipero leh dala m lingkungan keluarga. Orang tua me mpunyai peranan yang sangat penting sebab peran in i menyangkut peran dan pertumbuhan pribadi anak. Orang tua merupakan pendidik da la m lingkungan keluarga terutama berkaitan dengan pendidikan bersifat rasional. Sela in d i lingkungan keluarga, Lingkungan yang tidak kalah penting dalam me mbentuk kepribadian anak adalah lingkungan masyarakat yang turut andil me miliki pengaruh besar terhadap pembentukan karakter ana k, sehingga untuk kedepannya termasuk bagian dari masyarakat yang dapat men jadi manusia yang beradab, taat dan patuh pada norma -norma yang berlaku. Masyarakat dala m hal ini salah satunya berfungsi sebagai wadah anak untuk bergaul dan bersosialisasi. Na mun bukan hanya ke luarga dan masyarakat, terdapat lingkungan sekolah sebagai pembentuk kelan jutan pendidikan. Lingkungan sekolah yakni guru yang me mpunyai we wenang dan tugas dalam men jalan kan progra m pendidikan kara kter. Perdana (2018) menyatakan pendidikan ka rakter dapat diimp le mentasikan me la lui beberapa strategi dengan pendekatan yang me liputi: pengintegrasian nilai dan etika di setiap mata pelaja ran, internalisasi nila i positif yang ditanamkan perantara warga sekolah antara la in kepa la sekolah, guru dan pe mb iasaan yang dilaku kan secara berulang-ulang. Tugas guru sangat penting dan berpengaruh besar dalam penguatan karakter bagi siswa agar dapat mengaktualisasikan dirinya dengan lingkungannya, sehingga pendidikan kara kter dala m menc iptakan sumber daya manusia yang berkarakter diperlukan strategi sekolah dala m penerapan pendidikan kara kter untuk me wujudkan tujuan dari pendidikan.
Proses penguatan karakter me mang tida k dapat langsung dilihat perubahan dalam waktu singkat, tetapi me mbutuhkan cara yang tepat dila kukan secara beru lang - ulang dengan konsisten, terutama bagi siswa tunagrahita.
Pentingnya pendidikan karakte r sebagai dasar perila ku siswa yang dapat berdampa k positif bagi peradaban bangsa yang berkarakter. Pe layanan pendidikan ka rakter dengan penanganan yang tepat sesuai dengan karakteristik dan tingkat ke ma mpuan siswa tunagrahita. Salah satunya Sekolah Luar Biasa Al-Azhar Sidoarjo merupakan le mbaga pendidikan swasta bagi anak berkebutuhan khusus dari semua jenjang pendidikan dari Se kolah Dasar (SD), Seko lah Menengah Pertama (SMP) dan Seko lah Menengah Atas (SMA). SLB Al-
Azhar Sidoarjo me rupakan sekolah berbasis agama, akan mendapatkan pe mbiasaan-pembiasaan yang menguatkan kara kter re ligius. Se kolah yang menguatkan keimanan dan ketaqwaan me lalu i pe mbela jaran, tanpa mengesampingkan pendidikan u mu m. Na mun say angnya penguatan pendidikan kara kter religius di sekolah tersebut ditunjukkan kurang optimal, sehingga perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil observasi bulan Oktober 2019 sebelum pandemi d itunjukkan bahwa siswa –siswi kesulitan menghafal doa sehari-hari, bacaan sholat, me mu kul anggota badanya sendiri atau te mannya ditunjukkan bahwa kurang menguatkan rasa kurang syukur terhadap ciptaan tuhan, kurang mengenal keberaga man agama dan kitab suci di Indonesia yang siswa ketahui hanya agama islam.
Re lig ius salah satu nilai ka rakter yang didefinisikan oleh Said Alwi dala m Nur (2020) sebagai sikap rasa ketertarikan dan ketaatan seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya yang ke mudian dia ktualisasikan me la lui perilaku dala m keh idupannya sesuai dengan perintah dan larangan aga ma nya. Individu yang re lig ius bukan sekedar cukup mengetahui segala perintah dan larangan yang terkandung dalam a jaran aga manya, me la inkan juga mentaati, mela ksanakan segala perintah dan men jauhi larangan dala m aga manya. Sikap re lig ius me rupakan ka rakter yang wa jib d imiliki oleh setiap anak sebagai u mat yang beragama , termasuk siswa tunagrahita. Penguatan karakter re lig ius me mbutuhkan bimbingan proses pembiasaan yang harus dila kukan secara berulang-ulang, karena siswa tunagrahita me miliki keterbatasan secara mental dan fisik. Pendekatan yang tepat akan me mbangkit kan minat dan mot ivasi agar n ila i- nila i religius dapat terinternalisasi dala m diri siswa tunagrahita. Namun diju mpai di sekolah tersebut penerapan pendidikan kara kter religious kurang optimal untuk itu perlu ditingkat kan, salah satunya disebabkan oleh sumber bela jar kurang maksimal mengintegrasikan nilai karakter religius di setiap mata pelajaran.
Berdasarkan observasi bulan Oktober 2019 Penerapan pendidikan kara kter religius kurang optimal, hal ini ditunjukkan bahwa dala m pe mbela jaran buku siswa tidak dipegang oleh siswa, hanya terdapat buku guru digunakan saat mengajar. Se lain itu juga disebabkan oleh masih be lu m terdapat sumber bela jar yang cocok bagi siswa tunagrahita yang sesuai dengan kebutuhan dan kara kteristik siswa. Menurut Kurnia wan &luthfiyah (2013:7) buku siswa atau yang sering disebut juga buku teks adalah bahan ajar sebagai sarana penunjang pada kegiatan proses pembelaja ran. Buku siswa dapat me mbantu guru dala m menya mpaikan materi pembela jaran agar tujuan pembela jaran tercapai. Bu ku siswa yang terdapat di SLB Al-Azhar Sidoarjo tersebut hanya berupa job sheet atau le mbaran resep dengan
JCMS Vol. 5 No. 1 Tahun 2020, Halaman 43-58 Page 46 modul kontekstual, sehingga siswa sulit untuk d icerna
dan dipahami. Buku siswa yang ada masih me muat cakupan materi yang sempit dan kurang sesuai dengan silabus, sehingga tidak mengako modir ke ma mpuan siswa dala m me maha mi materi pe mbe laja ran. Oleh sebab itu, diperlukan suatu pengembangan buku siswa guna menunjang proses pembelajaran yang berupa aktiv itas guru dala m menyelenggarakan pendidikan serta mentransformasikan nila i re lig ius ke siswa tunagrahita tersebut.
Kegiatan proses pembela jaran berlangsung di kelas me rupakan kegiatan inti yang dila ksanakan di sekolah sehingga penerapan pendidikan ka rakter yang terintegrasi pada bagian setiap mata pela jaran, salah satu aspek penting yang harus mendapat perhatian khusus. Kegiatan pembela jaran berlangsung mengintegrasikan nilai -nilai religius di setiap tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Penguatan pendidikan kara kter relig ius di SLB Al-Azhar Sidoarjo menunjukkan masih rendah perlu ditingkatkan me la lui mata pelaja ran, salah satunya pembela jaran PKn. Bahwasanya mata pe laja ran Pkn me rupakan pembela jaran yang muatanya penuh dengan nila i-n ila i ka rakter, sehingga strategis untuk pendidikan kara kter bagi siswa tunagrahita, hal itu dipertegas oleh pendapat Dianti (2014:60) peran mata pelajaran PKn me rupakan leading sector dari pendidikan kara kter yang menunjukkan sudah terbukti harus mengintegrasikan nila i-n ila i kara kter dala m kegiatan pe mbela jaran dikarena kan telah diura ikan sudah jelas dala m tujuan pembela jaran PKn. Penguatan pendidikan ka rakter religius di SLB A l-A zhar Sidoarjo yang tepat diintegrasikan d i mata pe mbelaja ran PKn muatan karakter nilai religius bagi siswa tunagrahita.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan rendahnya kualitas penguatan pendidikan ka rakter di SLB Al-A zhar d isebabkan oleh belum dimanfaatkan sumber bela jar secara ma ksima l, ka rena keterbatasan kreativ itas guru tersebut dala m pengembangan media.
Menurut Mulyasa (2005) sumber bela jar d iciptakan dari manusia, bahan, ling kungan, alat, pera latan serta aktiv itas
sebagai sarana kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, informasi dan ketera mpilan da la m pe mbela jaran. Bahan ajar merupakan pedoman guru sebagai bahan untuk alat bantu guru dalam menya mpaikan materi mata pela jaran, termasuk sumber belajar seka ligus med ia pe mbela jaran yakni buku. Bu ku me rupakan sumber belaja r uta ma da la m proses belajar mengaja r berlangsung yang disebut buku teks atau buku pelajaran bahkan dapat dikatakan sebagai buku teks pelajaran, sehingga buku anti sobek merupakan sumber belajar utama pada proses belajar mengajar yang telah disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik bagi siswa tunagrahita.
Oleh karena itu, perlunya perbaikan dala m pembela jaran PKn dala m penguatan pendidikan ka rakter siswa tunagrahita. Hal in i didukung oleh Budimansyah dalam Dianti (2014:60) mengemu kakan bahwa “value is neither cought nor taught, it is learned”, sehingga yang dimaksud tersebut hal yang dilaku kan agar sebagai pendidik ma mpu menghasilkan anak-anak yang bukan hanya pintar secara intele ktual tetapi juga berkara kter.
Merujuk pada berbagai ura ian masalah yag telah dike mu kakan d iatas, maka tertarik mengka ji leb ih dala m mengenai “ Strategi Guru dalam Penguatan Pendidikan Kara kter Re ligius me lalu i buku anti sobek bagi siswa tunagrahita di SLB Al-Azhar Sidoarjo”. Be rdasarkan dari latar be lakang dan identifikasi masalah diatas, ma ka rumusan masalah dala m penelitian ini ada lah: (1) Bagaimana strategi guru dala m penguatan pendidikan kara kter re lig ius me lalu i buku anti sobek bagi siswa tunagrahita di SLB Al-A zhar Sidoarjo?, Ru musan masalah yang telah diura ikan ma ka tujuan dala m penelitian ini (1) Mendeskripsikan strategi guru dala m penguatan pendidikan kara kter religius mela lui buku anti sobek bagi siswa tunagrahita di SLB Al-Azhar Sidoarjo.
Penelit ian ini menggunakan teori behavioristik yang me mpe la jari tingkah la ku manusia. Menurut Desmita dala m Anou&Mukhamad (2019) teori bela jar merupakan teori yang me maha mi tingkah la ku manusia dengan menggunakan metode pendekatan yang objektif, me kanistik, dan materialistik, maka perubahan tingkah laku pada diri seseorang dilakukan me lalu i upaya pengkondisian. Upaya in i dengan kata la in, me mpe laja ri tingkah la ku seseorang dilakukan me la lui kegiatan pengujian dan pengamatan terhadap tingkah laku yang dila kukan, bukan dengan menga mati me lalu i kegiatan bagian dala m tubuh. Seseorang dikatakan me la kukan kegiatan bela jar apabila dapat menunjukkan perubahan perila ku. Teori in i dala m penerapan belajar yang penting adalah input berupa stimu lus dan output berupa respons.
Stimu lus merupakan suatu yang diberikan guru untuk siswa, sedangkan respons berupa tanggapan atau reaksi siswa terhadap stimulus yang diberikan guru. Oleh Gambar 1.Buku hanya dipegang oleh guru
JCMS Vol. 5 No. 1 Tahun 2020, Halaman 43-58 Page 47 karena itu, apa yang diajarkan guru sebagai (stimulus)
bagi siswa dan apa yang diterima oleh siswa (respons) yang diamati dan diukur Putrayasa dalam Anou&Mukhamad (2019).
Teori behavioristik yang digunakan menurut tokoh Edwa rd Thorndike. Bentuk yang paling mendasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung berdasarkan hukum-hu ku m tertentu (dnoeng.wordpress.com, 04 Januari 2021). Thorndike dala m He rmansyah (2020:19) bahwa terjadinya asosiasi antara respon mengikuti hukum-hu ku m sebagai berikut: 1) Huku m persiapan (Law Of Readiness), semakin siap suatu organisme yang diperoleh dari perubahan tingkah la ku, ma ka pe laksanaan tingkah laku a kan me mberikan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. 2) Huku m Latihan (Law Of Exercise), sema kin sering tingkah laku dila kukan secara berulang atau dilatih, maka asosiasi akan menunjukkan sema kin kuat. 3)Huku m a kibat (Law Of Effect), hubungan stimulus dengan respon yang cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan, apabila cenderung diperle mah mengakibatkan tidak me muaskan. Oleh karena itu teori bela jar Thorndike sering disebut dengan teori bela jar koneksionisme atau teori asosiasi.
Gu ru yang dituntut untuk menyusun bahan pembela jaran da la m bentuk yang sudah siap yang akan diajarkan ke siswa seperti modul, bahan ajar, instruksi, aturan. Guru bukan sekedar me mberikan metode cera mah, me la inkan juga instruksi singkat yang disertai contoh-contoh (diperagakan/ simu lasi) sebagai stimu lus untuk siswa yang terlihat dan dila kukan secara pengulangan dan latihan agar perila ku yang diinginkan dapat menjadi pe mbiasaan sebagai bentuk respons dari siswa. Metode cera mah bagi siswa tunagrahita kurang cocok dengan karakteristik kognit if yang me miliki keterbatasan perbendaharaan kosa kata dan bahasa gerak tubuh yang terbatas. Penerapan metode direct instruction dan modeling akan me mbuat siswa tunagrahita lebih mudah me maha mi terhadap materi yang diajarkan dari pengamatan sehari-hari dala m a ktiv itas pembe laja ran.
Metode tersebut sangat ditentukan guru, artinya guru berperan penting dan dominan dala m p roses pembela jaran yang mengacu pada gaya mengaja r guru terlibat akt if dala m menya mpaikan materi dan mencontohkan kepada seluruh peserta didik dalam kelas.
Buku anti sobek merupakan sumber bela jar sebagai sarana penunjang proses pembela jaran berlangsung untuk guru yang diajarkan ke siswa tunagrahita. Buku tersebut berbasis online yang dapat diakses hala man website yang berkonsep audio visual yang terintegrasi pendidikan kara kter re lig ius, telah d isesuaikan dengan karakte ristik dan ke ma mpuan intelektual siswa tunagrahita ringan bagi
jenjang pendidikan sekolah dasar ke las 1-6 di SLB Al- Azhar Sidoarjo. Penguatan pendidikan ka rakter dala m menc iptakan sumber daya manusia berkara kter, hal ini sejalan yang diungkapkan Garnida (2016:87) siswa yang tergolong tunagrahita ringan me miliki keleb ihan terhadap ke ma mpuan. Tunagrahita ringan ma mpu d ididik, dilatih, dengan kegiatan me mbaca, menulis, berhitung, mengga mbar, bahkan menjahit. Siswa tunagrahita ringan me miliki potensi untuk dididik dengan menggunakan bantuan teknologi yang menyesuaikan ke ma mpuan siswa. Penguatan pendidikan ka rakter re ligius mela lui buku anti sobek berbasis online yang diakses halaman website ini menyesuaikan perke mbangan teknologi za man saat in i yang dapat me mbe rikan ke mudahan pada proses pembela jaran yang d ila kukan guru dimana saja dan kapan saja. Penggunaan internet berhubungan erat dengan pengaplikasian hala man website sebagai sumber belajar siswa melalui buku anti sobek.
METODE
Penelit ian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif, berupaya me maha mi berbagai konsep yang ditemu kan dala m proses penelitian. Te knik pengumpulan data yang digunakan dalam penelit ian in i dipe roleh dengan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi kualitatif ( Qualitative Content Analysis) dan riset kepustakaan (Library Research). Alasan penelitian menggunakan analisis isi kualitatif dan riset kepustakaan karena penelit ian tidak hanya me mfokuskan risetnya pada isi ko munikasi yang tersurat (tampak) saja, mela inkan juga dapat digunakan untuk mengetahui isi ko munikasi yang tersirat (tersembunyi).
Sumber data pada penelitian in i yakn i informasi - informasi yang re levan dengan rumusan masalah yaitu:
(1) Strategi guru dala m penguatan karakter religious (2) Pendidikan kara kter bagi siswa tunagrahita (3) Bu ku anti sobek berbasis website online (4) Ka rakte ristik tunagrahita (5) Manfaat website bagi tunagrahita (6) Teknik Penggunaan website pada tunagrahita. Penelit ian ini merupakan penelit ian studi kepustakaan deng an mene laah 18 jurnal terka it penguatan pendidikan ka rakter religius, 4 sumber buku, 4 skripsi, 4 su mber internet, Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang. Hasil dari berbagai menelaah lite ratur in i a kan digunakan untuk mendeskripsikan strategi guru dalam penguatan pendidikan ka rakter re lig ius me la lui buku anti sobek pada hala man website bagi siswa tunagrahita di SLB Al-Azhar Sidoarjo.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Strategi Guru Dalam Penguatan Karakter Religius
JCMS Vol. 5 No. 1 Tahun 2020, Halaman 43-58 Page 48 Strategi guru pada saat pembelaja ran merupakan ca ra
yang digunakan guru untuk menetapkan langkah -langkah utama mengajar untuk mencapai hasil dari proses belajar mengaja r tersebut dapat sesuai dengan tujuan pembela jaran yang ingin dicapai. Sa lah satu dari strategi guru yaitu perencanaan pembela jaran yang diperlukan untuk menyiapkan langkah-langkah yang akan dila kukan dala m mencapai tujuan yang telah ditentukan dan berdasarkan kema mpuan siswa tunagrahita yang me mbutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus dalam jangka wa ktu tertentu sesuai dengan rancangan pembela jaran. Ca ra atau langkah-langkah guru dalam penguatan pendidikan ka rakter re lig ius me mbe rikan pemaha man bahwa guru harus me maha mi manfaat kecerdasaan spiritual sis wa. Dala m menja lankan progra m tersebut guru Pendidikan Aga ma Isla m me mpe roleh dukungan yang saling bekerjasa ma dan bersinergi dari pihak kepa la sekolah maupun semua guru mata pela jaran lainnya. Guru tidak hanya menyuruh me la kukan kegiatan keagamaan untuk mendapatkan nilai yang baik, me la inkan juga siswa didasarkan pada art i sebuah kehidupan yang kekal melalui kecerdasaan spiritual.
Ke menterian Pendidikan dan Kebudayaan mengimp le mentasikan penguatan karakter bagi penerus bangsa mela lui progra m Penguatan Pendidikan Ka rakter (PPK) yang digulirkan di setiap sekolah pada tahun 2016 hingga sekarang (Ke md ikbud.go.id. 06 Januari 2021).
Terdapat 5 nilai kara kter uta ma dari 18 n ila i ka rakter bangsa yang bersumber dari Pancasila sebagai tujuan pengembangan PPK terdiri dari religius, nasionalisme, integritas, ke mandirian dan kegotongroyongan. Nilai kara kter utama ini dala m pe laksanaan tidak berdiri sendiri atau berke mbang secara sendiri. Na mun me mpunyai keterka itan satu sama la in, berke mbang secara dinamis dan me mbentuk kepribadian. PPK mene mpatkan nilai kara kter sebagai dimensi yang terpenting dalam pendidikan yang berbudaya dan beradab bagi peserta didik. Sa lah satunya nilai kara kter re lig ius yang mencermin kan ke imanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diimple mentasikan dala m perila ku sesuai dengan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, sikap menghargai keberaga man aga ma di Indonesia, Sikap menjunjung tinggi tole ransi terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai antar umat beragama.
Penelit ian yang sama disa mpaikan oleh Pratiwi
&Harmanto (2017); Set iawan, dkk (2020), Nur (2020) strategi guru dala m menguatkan ka rakter re ligius siswa tunagrahita berasal dari pe mbe laja ran, budaya sekolah dan ekstrakurikuler. Penguatan karakter religius mela lui pembela jaran siswa me mbaca doa sehari-hari seperti doa sebelum dan sesudah belajar dan poster atau hiasan gambar yang berisi tulisan arab seperti huruf h ija iyah,
doa sehari-hari agar siswa mudah mengingat dan men irukan. Guru d ituntut penyabar dan telaten menguatkan ka rakter re lig ius, sehingga siswa tunagrahita dapat me mpra ktekkan sendiri. Se lain itu juga mela lui budaya sekolah dapat dilaku kan dala m menguatkan kara kter re lig ius siswa dengan mengajarkan perintah allah untuk menja lankan sholat fardhu, sholat sunnah di sekolah, mengaji setiap jadwa l seko lah yang menentukan.
Gu ru me mbina dan mengarahkan siswa agar siswa terlatih mela kukan ibadah secara rutin supaya menjadi anak yang berakhlakul karimah untuk kedepannya.
Dala m penguatan karakter re ligius me la lui kegiatan ekstrakurikule r terdapat kegiatan yang berhubungan keagamaan seperti banjari untuk meningkat kan rasa kecintaan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Siswa mengala mi kesulitan dala m mengingat disebabkan oleh permasalahan perke mbangan fungsional, ma ka dibutuhkan metode khusus antara la in pengulangan, pemberian contoh dan mengajarkan dengan kasih sayang.
Kewa jiban guru semua mata pelaja ran ikut serta mendukung dan mengajarkan adanya kegiatan penyelenggaraan pendidikan dala m menguatkan ka rakter religius, Se mentara yang berbeda dipaparkan oleh Mahfud (2020: 256-257) perbandingan imp le mentasi scientific lea rning dala m penguatan kesadaran beragama siswa tunagrahita di SLB Pe mbina Yogyakarta dan Muhammadiyah Gamping, sebagai berikut dalam tabel:
Strategi Pembelajaran
SLB Pembina Yogyakarta SLB Muhammadiyah Gamping
1. Sumber daya manusia yakn i guru me miliki syarat yang telah mengikuti d iklat Kurikulu m 2013 dan me mbuat buku Kurikulum 2013
1. Mendorong guru untuk lebih kreatif, misalnya menyusun mandiri bahan ajar untuk digunakan di internal seko lah sebagai
penunjang 2. Mengoptima lkan
penggunaan sarana dan prasarana sekolah seperti mushola dan media pembela jaran yang kreatif dan inovatif
yang dapat
men ingkatkan motivasi be laja r
2. Mencari sumber belajar lain, misalnya studi banding bersama SLB lain dala m sharing
disccusion menangani siswa berkebutuhan khusus.
Tabel 1. Strategi guru dalam penguatan karakter beragama
JCMS Vol. 5 No. 1 Tahun 2020, Halaman 43-58 Page 49 anak
3. Memanfaatkan anggaran yang diberikan
pemerintah untuk me maksima lkan imple mentasi kuriku lu m dengan mena mbah fasilitas buku,
menge mbangkan med ia
pembela jaran, menc iptakan suasana belajar yang
menyenangkan dala m bela jar dan sebagainya.
3. Menyesuaikan dengan keadaan, seperti tidak me mbebankan kepada siswa mengenai ke ma mpuan akademisnya dan tetap me motivasi setiap siswa yang terlibat dala m pembela jaran tanpa merasa tertekan
4. Memanfaatkan dan
mengoptimalkan potensi dengan me merhatikan faktor
pendukung yakni guru-guru yang telah mengikuti diklat Kurikulu m 2013 dan media pembela jaran yang tersedia (Sumber menelaah: Mahfud (2020: 256-257)
Beberapa cara atau langkah-langkah tersebut me rupakan kegiatan pe mbela jaran penguatan pendidikan kara kter re ligius me mbe rikan pe mahaman bahwa guru harus me maha mi manfaat kecerdasaan spiritual siswa.
Dala m menja lankan progra m tersebut guru Pendidikan Agama Isla m me mpe roleh dukungan yang saling bekerjasa ma dan bersinergi dari pihak kepala sekolah maupun semua guru mata pelaja ran la innya. Guru tidak haya menyuruh me laku kan kegiatan keagamaan untuk mendapatkan nila i yang baik, mela inkan juga siswa didasarkan pada arti sebuah kehidupan yang kekal me la lui kecerdasaan spiritual. Na mun berbeda dengan penelitian Nur (2020) guru dala m men ingkatkan sikap religiusitas terlihat dari usaha guru yang berupaya menggunakan berbagai metode dan motivasi kepada siswa tunagrahita pada saat pembelajaran berlangsung dan di luar ja m pe mbela jaran. Terdapat beberapa langkah-langkah guru dala m men ingkatkan ka rakter religiusitas antara lain: (1) Penge mbangan dimensi keyakinan oleh guru yakni me ma inkan peran,
penggunaan media me la lui video dala m kegiatan pembela jaran, sikap keteladanan, dan kegiatan outing clas (2) Penge mbangan dimensi ibadah yakni kegiatan pembiasaan dan pemberian nasehat (3)Penge mbangan dimensi pengalaman yakn i keg iatan pembiasaan dan pengambilan ibrah (4) Pengembangan dimensi pengetahuan agama yakni metode bercerita (5) Pengembangan dimensi pengama lan yakn i kegiatan pembiasan dan sikap teladan.
Kecerdasaan spiritual anak tunagrahita adanya peran guru yang terlibat dala m men ingkatkan kecerdasan spiritual anak sebagai fasilitator dan penghubung dengan guru dan siswa, menya mpaikan materi me la lui metode cera mah dan demonstrasi. Penyampaian materi-materi yang diajarkan berisi mate ri keagamaan yang diterapkan me la lui kegiatan pe mbiasaan dala m kehidupan sehari- hari, seperti a khla k sopan santun, sholat, wudhu, Baca Tulis Al-qur’an, menghafal surat pendek alquran.
Sehingga muncul perke mbangan spiritual bagi anak tunagrahita ditunjukkan dengan sikap, tingkah la ku, hal tersebut didukung pendapat Fitriani& Yanuarti (2018:175) kecerdasaan spiritual me mberikan dampak positif ke siswa di antara lain dalam tabel:
No. Sifat 1. Kreatif 2. Luwes
3. Berwawasan Luas 4. Spontan secara kreatif
5. Mengatasi semua masalah tanpa menimbulkan masalah
6. Sabar
7. Hati-Hati dala m a ktiv itas mengambil keputusan
8. Selalu jujur dalam bertindak 9. Cerdas secara ilmu keagamaan 10. Mengutamakan et ika dan mora l
dalam sosialisasi 11. .Mawas diri
12. Merasa diawasi oleh Allah setiap saat
13. Segala sesuatu niat ibadah 14. Takut akan dosa
(Sumber menelaah: Fitriani& Yanuarti (2018:175) Strategi guru untuk menguatkan nilai kara kter yang lebih cocok diintegrasikan di mata pe laja ran dala m muatan materi pe mbe laja ran mengandung kaya akan nila i-n ila i kara kter terdapat di mata pelaja ran PKn (Pendidikan Kewa rganegaraan). Pene lit ian yang serupa dila kukan oleh Su lka rnaim (2018); Dianti (2014),
Tabel 2. Dampak positif kecerdasaan spiritual
JCMS Vol. 5 No. 1 Tahun 2020, Halaman 43-58 Page 50 Rah mad (2018); Mindarwati (2012) Strategi pendidikan
dan pembentukan karakter dala m mata pela jaran PKn terjadi pada tahap proses pembela jaran yang mengintegrasikan nilai-nila i pendidikan karakte r mela lui 3 keg iatan yaitu: (1) kegiatan perencanaan, (2) kegiatan pelaksanaan, dan (3) keg iatan evaluasi. Kegiatan perencanaan pembelajaran yang dila kukan dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pe mbela jaran dan Silabus yang berkarakte r. Berikut Prosedur penyusunan silabus sebagai berikut : (1) Menentukan materi pembela jaran yang berisi nilai-nila i kara kter yang cocok didasarkan SK/KD (2) Menge mbangkan nilai-nilai kara kter me lalu i indikator, rubrik penilaian (3) Memasukkan nilai-nila i ka rakter menyesuaikan kolo m yang telah ditentukan.
Sela in itu juga prosedur penyusunan Rancangan Pela ksanaan Pembe lajaran antara la in: (1) Menyusun RPP d idasarkan pada silabus yang telah dibuat sebelumnya dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter (2) Mengintegrasikan nila i-nila i kara kter ke dala m RPP (Rencana Pela ksanaan Pembela jaran) dengan me masukkan nila i-nila i kara kter dan menjabarkan ke dala m setiap indikator, tujuan pembela jaran, kegiatan pembelajaran dan rubrik penilaian.
Gu ru berhak dala m menge mbangkan silabus dan RPP (Rencana Pe la ksanaan Pembela jaran) untuk dimod ifikasi sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Setiap guru harus mentaati bahwa silabus dan RPP (Rencana Pela ksanaan Pembela jaran) me menuhi ketentuan minimal syarat yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Guru d iberikan ke wenangan untuk menge mbangkan dan mengintegrasikan nilai-nilai kara kter dala m silabus dan RPP (Rencana Pe laksanaan Pe mbela jaran). Muchlas (2011: 176) mengungkapkan rencana nasioanl dala m menerapkan pendidikan ka rakter telah ditetapkan dimata pela jaran yang me mpunyai dampak terhadap pe mbela jaran (Instructional Effect) sera dampak sebagai pengiring (Nurturant Effect). Mata Pela jaran tersebut yang telah disepakati bersama me miliki da mpak keduanya yaitu Pendidikan Agama dan PKn (Pendid ikan Ke warganegaraan). Muatan materi pembela jaran Pendid ikan Agama me miliki ca kupan lebih luas yaitu akidah (rukun iman dan rukun isla m), imple mentasi akidah seperti pelaksanaan sholat sunnah berja maah, Surat dala m Al-Qur’an dan doa-doa sehari- hari, serta kete ladanan terhadap para nabi. Sela in itu materi pe mbela jaran PKn (Pendid ikan Ke warganegaraan) me muat n ilai-nilai ka rakter yang terkandung dalam norma -norma yang berlaku, sehingga keduanya me mpunya peran yang berkesinambungan dalam pembentukan kara kter siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Kegiatan pela ksanaan merupakan langkah-langkah guru dalam mela ksanakan kegiatan proses pembela jaran yang terdiri keg iatan awal, keg iatan inti dan kegiatan akhir. Bentuk imp le mentasi perencanaan RPP (Rencana Pela ksanaan Pembe laja ran) dan silabus yang telah disusun secara sistematis, utuh dan disesuaikan dengan ke ma mpuan belajar siswa. Selan jutnya, kegiatan evaluasi ini bukan sekedar mengukur dari perasaan (afe ktif) dan hubungan(kognitif) saja mela inkan ketera mp ilan atau ke ma mpuan (psiko motorik). Terdapat penilaian dala m mata pela jaran PKn yaitu p roses dan hasil. Standar penilaian t idak sa ma dengan anak norma l tetapi bobot soal berbeda disesuaikan dengan kema mpuan siswa tunagrahita. Eva luasi yang akan d igunakan sebagai acuan perbaikan untuk mendukung pelaksanaan pendidikan karakter lebih baik lagi.
Pendidikan Karakter bagi Siswa Tunagrahita
Pendidikan ka rakter me rupakan usaha sadar dengan cara me manusiakan manusia atau me mbudayakan manusia me la lui pendidikan. Sesuai dengan pendapat menurut Ra mayulis dala m Rah mad (2018) pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intele ktual, sosial, mora l berdasarkan ke ma mpuan dan martabat sebagai manusia ma khlu k c iptaan tuhan. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilaku kan sebagai upaya menjadikan manusia seorang yang berpendidikan dala m t ingkah laku, moral, jiwa sosial.
Dala m Ka mus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pendidikan be rasal dari kata awa lan berimbuhan mendid ik yakn i: me melihara dan me mberikan pelatihan (mengajarkan, pimp inan) terhadap akhla k dan kecerdasaan pikiran (kbbi.web.id/didik, 06 Januari 2020).
Seja lan dengan pendapat Ki Ha jar De wantara dala m Nurcholis (2013) pendidikan me rupakan suatu upaya yang dilakukan dengan tujuan me maju kan atau me mb ina budi pekerti, p ikiran serta jasmani anak agar dapat menuju kesempurnaan hidup, yang dima ksud hidup dan menghidupkan anak antara a la m dan masyarakat lingkungannya. Pendidikan adalah upaya untuk menuntun anak-anak sejak dini untuk me mbentuk kedewasaan jasmani dan rohani dala m berintera ksi dengan alam dan lingkungannya berdasarkan budi pekerti.
Menurut Hasan dalam Rah mad (2018) karakte r me rupakan wata k, tabiat, a khla k, atau kepribadian diri seorang yang dibentuk dari internalisasi berbagai kebajikan yang diatur dan d igunakan sebagai landasan digunakan untuk cara pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak. Sesuai dengan pendapat Masnur (2011) mengungkapkan bahwa kara kter adalah nilai-nilai tingkah laku manusia yang berkaitan erat dengan Tuhan Yang Maha Esa, d iri sendiri, sesama manusia, dan bentuk
JCMS Vol. 5 No. 1 Tahun 2020, Halaman 43-58 Page 51 kebangsaan negara yang diwujudkan dala m fikiran,
sikap, perasaan, perkataan dan perilaku dilandaskan berdasarkan norma-norma, adat istiadat. Jadi ka rakter ialah kepribadian setiap orang yang terinternalisasi dari norma yang berlaku dan adat istiadat dalam me la kukan tindakan, sikap dan berfikir dala m men jalan i kehidupan sehari-hari.
Pentingnya penerapan pendidikan kara kter di sekolah sebagai wadah mendidik generasi penerus bangsa, hal ini berangkat dari kondisi fa kta sekitar dala m kehidupan masyarakat Indonesia saat ini terlihat penyimpangan - penyimpangan terhadap norma -norma yang berlaku.
Pendidikan kara kter di e ra globalisasi terhadap kemajuan teknologi yang semakin hari berke mbang pesat. Era globalisasi sekarang sangat relevan karena berdampak negatif terhadap krisis mo ral yang mengancam degradasi mora l negara Indonesia. Krisis tersebut antara lain pergaulan bebas diluar nikah, ke kerasan terhadap anak- anak dan rema ja, kejahatan bullying terhadap teman, pencurian dilaku kan anak dibawah umu r, kebiasaan menyontek, penggunaan narkotika, pornografi. Krisis mora l tersebut telah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belu m ma mpu teratasi dengan tuntas, Oleh karena itu pentingnya pendidikan kara kter bagi anak-anak untuk menguatkan kepribadian yang berka rakter de mi terbentuk sumber daya yang beradab dan akhlakul karimah.
Pendidikan ka rakter telah menjadi keharusan terhadap penyelenggaraan le mbaga forma l karena pendidikan tidak hanya me mbentuk siswa cerdas, me la inkan juga me mbangun budi pe kerti dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari. Merea lisasikan progra m pendidikan ka rakter da ri ke menterian pendidikan dan Republik Indonesia nasional mengungkapkan bahwa pendidikan ka rakter telah diterapkan pada semua jenjang pendidikan mula i dari Se kolah Dasar sa mpai dengan Perguruan Tinggi. Menurut Rohendi (2020) mengungkapkan bahwa pendidikan kara kter harus dimula i seja k din i yakn i SD porsinya 60% dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya, karena anak-anak pada usia dini mudah dia jarkan dan mele kat di pribadi anak-anak menuju ke lak de wasa. Pendidikan ka rakter pada tingkat sekolah dasar mendapatkan porsi yang lebih besar dibandingkan dengan pendidikan yang mengaja rkan pengetahuan. Fungsi dan tujuan pendidikan kara kter yang diterapkan di sekolah, diharapkan ma mpu diserap oleh setiap siswa, sehingga diimp le mentasikan dala m kehidupan di sekolah, keluarga atau masyarakat untuk me mbentuk generasi penerus bangsa yang berkara kter mencerminkan pe rila ku baik dan me mba wa pengaruh terhadap kemajuan negara Indonesia lebih baik yang mewujudkan cita-cita pendidikan nasional.
Pendidikan ka rakter me rupakan pendidikan yang bukan hanya berorientasi pada aspek kognitif saja,
me la inkan leb ih menekankan orientasi pada pembinaan potensi yang ada dalam diri anak, salah satunya siswa tunagrahita. Pe mbiasaan perilaku ba ik atau berbudi pekerti berupa pengajaran n ila i-n ila i ka rakter d i setiap individu yang dilatih agar tetap dapat me mb ina sifat baik.
Kara kter te rsebut akan mele kat kuat dengan pemb iasaan me la lui pendidikan. Pe mbela jaran pendidikan ka rakter bagi siswa tunagrahita menjadikan seluruh manusia sebagai pe mbelaja r. Modalitas guru terhadap anak berkebutuhan khusus berbeda penanganan pendidikan yang harus terpenuhi, karena me miliki hak dan kesempatan yang setara untuk mendapatkan layanan pendidikan. Anak berkebutuhan khusus, termasuk siswa tunagrahita tidak bias dipahami anak yang cacat didiskriminasi pendidikan, tidak me miliki ke ma mpuan.
Anak berkebutuhan khusus di mata masyarakat bias terhadap kema mpuan intele ktualitas dan emosi, sehingga perlu mengubah cara pandang yang perlu d itanamkan di masyarakat agar anak dapat diterima di lingkungannya.
Pendidikan ka rakter bagi anak tunagrahita menggunakan s trategi pendekatan secara komprehensif yang bisa digunakan sesuai dengan kondisi dan materi pembela jaran anak. Penelit ian yang sama dipaparkan oleh Sulka rnaim (2018); Avivia (2019); Rah mad (2018) pendidikan kara kter diterapkan di sekolah mela lui pembiasaan kepada siswa terhadap ucapan maupun perbuatan. Selain pe mbiasaan bisa ditumbuhkan dengan pemberian hukuman kepada siswa yang bersikap menyimpang atau me langgar norma yang berlaku.
Huku man yang diterapkan me miliki sifat efek jera dan me mb ina yang dilatih untuk me mbentuk pribadi yang berkara kter. Pe mberian huku man bagi yang tidak me matuhi, na mun berbeda dengan siswa yang menerap kan nilai-nilai karakte r dengan baik a kan diberikan reward yang nantinya siswa akan sering me la kukan perbuatan baik. Na mun jika guru hanya sekedar mencontohkan kepada siswa, a kan hanya ditiru kan saja tanpa me lekat dala m diri siswa. Guru harus me mbe rikan kete ladanan yang baik bagi siswa karena sebagai role model dalam penerapan pendidikan karakter.
Buku Anti sobek berbasis website online
Buku anti sobek online menyesuaikan kondisi pandemi yang menyelenggarakan pendidikan secara daring dan arus ke ma juan teknologi yang semakin berke mbang pesat. Buku anti sobek berbasis online yang dapat diakses pada halaman website sebagai sumber bela jar siswa tunagrahita, menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan dan intera ktif d i dala m kelas dan me menuhi kebutuhan pendidikan telah d isesuaikan dengan karakteristik siswa. Buku ini disajikan dengan keleb ihan secara visual antara lain : ta mp ilan ga mbar yang gaya flat desain, ga mbar- ga mbar yang menarik berupa
JCMS Vol. 5 No. 1 Tahun 2020, Halaman 43-58 Page 52 kartun, lucu, do minan wa rna-wa rni yang cerah. Ha l itu
didukung oleh Rizal &Nunuk (2019:82) salah satu kara kteristik siswa tunagrahita menyukai warna-warna yang cerah dan kontras dapat me mbantu rangs angan terhadap kognitif siswa. Se la in itu juga ke lebihan buku ini beraudio yang me munculkan suara disetiap gambarnya, sehingga akan sangat membantu siswa tunagrahita ringan dala m me maha mi materi pe mbela jaran yang disampaikan oleh guru. Menurut Hasan (2016: 5) Sumber bela jar audio v isual menjad ikan siswa tidak mudah bosan, lebih mudah me maha mi dan informasi diterima lebih jelas.
Buku anti sobek ini mengintegrasikan mate ri pembela jaran pendidikan kara kter relig ius dalam pendidikan kewarganegaraan sebagai penguatan karakter bangsa bagi siswa tunagrahita kurikulu m 2013. Materi kara kter re lig ius antara lain: doa sehari-hari, keberaga man umat beraga ma , mensyukuri pe mberian ciptaan dari tuhan.Selain me muat materi pe mbela jaran kara kter re ligius, buku ini dirancang terdapat latihan soal sebagai hasil bela jar siswa dari segi ke ma mpuan intelektual. Berdasarkan silabus dan RPP (Rencana Pela ksanaan Pembe laja ran) yang didapatkan dari guru, sudah me laku kan modifikasi di ko mponen dalam pembuatan silabus dan RPP. Sesuai dengan pedoman dari penyusunan RPP berka rakter yang diungkapkan Guna wan (2012:226) satu hal yang dimodifikasi dala m silabus me miliki maksud tujuan yakni me mfasilitasi terjadinya a ktiv itas pembela jaran yang me mbantu peserta didik menge mbangkan ka rakter. Ha l ini menunjukkan bahwa RPP (Rencana Pe laksanaan Pe mbela jaran) guru telah mena mbahkan secara khusus nilai kara kter dala m indikator pe mbela jaran agar te rcapai tu juan pe mbela jaran yang ideal, salah satunya nilai religius untuk menguatkan pendidikan karakter s iswa tunagrahita.
Menurut Riza l&Nunuk (2019:87) penggunaan media pembela jaran sangat dibutuhkan dala m proses aktivitas pembela jaran untuk menyelenggarakan pendidikan bagi
siswa tunagrahita. Oleh ka rena itu diperlu kan alternatif med ia pe mbela jaran yang sekaligus sumber bela jar.
Media yang diakses secara digital akan me mudahkan dala m mena mbah media dan dapat merubah bentuk, warna, ukuran sesuai kebutuhan pembela jaran siswa.
Buku anti sobek ini dapat me mbantu guru dalam proses pembela jaran dan me mudahkan siswa be laja r dengan menyenangkan dala m pe mbela jaran kara kter. Penguatan kara kter n ila i re ligius siswa tunagrahita dengan hambatan intelegensi dibawah rata-rata sehingga mela lui buku anti sobek ma mpu d ilakukan secara pengulangan terhadap materi pe mbelaja ran dan media pendukung yang bisa diulang-ulang sampai siswa ma mpu me maha mi dan mengingat materi pembelajaran karakter.
Penelit ian yang sama dike mu kakan oleh Kiro m,d kk (2020); Kurn iawan&Nurlale la(2013); Riza l&Nunuk (2019) Model pengembangan terhadap buku siswa tunagrahita menggunakan metode pengembangan Research & Development (R&D). Terdapat beberapa proses tahap yang dilaku kan antara lain : analisis kebutuhan belajar dan ka rakteristik siswa, ru musan tujuan pembela jaran, ru musan materi pe mbela jaran yang didasarkan pada silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pe mbela jaran), pengembangan evaluasi pengukuran keberhasilan, p roses pra produksi terhadap produksi med ia sekaligus sumber bela jar, pascaproduksi yang akan diterapkan ke siswa. Penge mbangan media harus me mpe rhatikan dengan kara kteristik dan ke ma mpuan intelektual agar siswa dapat menggunakan dalam p roses pembela jaran yang menyenangkan, bermanfaat, efe ktif bagi siswa tunagrahita.
Kegiatan mendidik adalah proses pembiasaan dengan hal-hal yang baik bagi siswa me lalu i contoh konkrit untuk mengimp le mentasikan dala m kegiatan sehari-hari.
Kegiatan pemb iasaan tersebut sebagai upaya me mpe rsiapkan siswa agar menjad i dirinya sendiri yang dinamis ma mpu mengikuti perke mbangan za man ke lak, termasuk siswa tunagrahita. Siswa tunagrahita nantinya akan bermanfaat dan diterima d i lingkungan masyarakat.
Dala m prosesnya mendid ik me la lui beberapa metode yang sering disebut metode pembelajaran dengan tujuan me maksima lkan proses kegiatan mengajar tersebut.
Ke ma juan teknologi yang semakin pesat, kegiatan proses pembela jaran dapat dike mas dala m bentuk yang lebih menarik, interaktif, menyenangkan dan tidak me mbosankan. Perancangan buku anti sobek berbasis online yang me manfaatkan penggunaan teknologi dalam menunjang proses pembela jaran. Buku anti sobek tersebut dapat meningkatkan daya tangkap siswa terhadap materi yang dia jarkan oleh guru. Su mbe r bela jar sekaligus media pe mbela jaran ele ktronik seperti buku anti sobek ini sangat diperlukan oleh sekolah yang menyelenggarakan pendidikan bagi siswa berkebutuhan Gambar 2. Tampilan buku anti sobek online
JCMS Vol. 5 No. 1 Tahun 2020, Halaman 43-58 Page 53 khusus (Sekolah Luar Biasa) agar ke mudahan
penyampaian materi ilmu pengetahuan dapat lebih diterima dengan dike mas semenarik dan sesuai dengan karakteristik siswa tunagrahita.
Karakteristik Tunagrahita
Berikut ini adalah ka rakteristik anak tunagrahita secara umu m berdasarkan adaptasi dari Ja mes D. Page dala m Rochayadi (2020) terdapat 2 bagian yaitu u mu m dan khusus. Karakteristik u mu m d itandai sebagai berikut: (a) Akademik: ke ma mpuan intelegensi me mpengaruhi kapasitas belajar anak tunagrahita yang sangat terbatas, terlebih kapasitas mengenal hal baru yang menunjukkan abstrak. Anak tunagrahita lebih kerap bela jar dengan ucapan me mbeo atau disebut rote learning. Setiap hari anak tunagrahita me mbuat kesalahan yang sama, meskipun telah diberitahu. Anak tunagrahita cenderung menghindari keg iatan yang berpikir. Tunagrahita mengala mi kesukaran me musatkan perhatian dan kerap mengalihkan fokus minat bela jarnya sedikit. Tunagrahita cenderung mudah lupa, kesulitan me mbuat ketera mpilan baru tanpa bantuan pendamping. Kara kteristik tersebut dapat dikaji leb ih cermat dala m contoh seperti: Anak Tunagrahita diberikan materi pe mbela jaran berh itung hanya beberapa menit wa ktu, me reka langsung menunjukkan t ingkah la ku bosan, mengantuk. Na mun apabila diberikan pe mbela jaran kesenian, berolahraga bahkan ketera mpilan, mere ka menunjukkan motivasi minat bela jar yang baik dan me mpe rhatikan langsung dala m wa ktu yang la ma bahkan me minta ingin terus belajar lagi. (b) Sosia l/ Emosional : ana k tunagrahita tidak ma mpu mengurus diri, me melihara bahkan me mimp in diri, maka me merlukan bantuan orang disekitarnya. Anak tunagrahita usia dini harus dibantu karena mudah terperosok ke da la m tingkah la ku yang kurang baik dari yang dilihatnya sekitarnya. Anak tunagrahita cenderung me milih bergaul atau berma in bersama anak yang lebih muda darinya atau usia dibawahnya.
Ke ma mpuan untuk merasakan suasana hatinya atau peristiwa yang sedang terjadi sangat terbatas diungkapkan. Anak tunagrahita tidak ma mpu mengungkapkan rasa bangga atau kagu m, karena me miliki kepribadian yang kurang dina mis, mudah goyah, keterbatasan berpandangan luas. Anak tunagrahita mudah tersugesti atau dipengaruhi sehingga jauh dari me reka mudah terpengaruh ke hal-ha l yang tidak baik dibandingkan anak normal. Anak tunagrahita di tengah garis keterbatasan kema mpuan, namun me miliki keleb ihan antara lain : (1) Beberapa orang tua mengungkapkan bahwa ketika orang tua sedang sakit, anaknya yang selalu berada disampingnya untuk mera wat dengan menunggu setia. Dibandingkan dengan anak norma l menunjukkan orang tua ketika sedang sakit
me milih pergi meninggalkannya karena me rasa ma mpu mengatasi dirinya sendiri. (2) Contoh lainnya, ketika gurunya yang sakit, tidak jarang anak tunagrahita langsung menghamp iri yang dila kukan me mijat-mijatnya, menga mbilkan a ir minum bahkan me mbe ritahu guru lain.
Dibandingkan ana k norma l lainya ke mungkinan sebagian besar menunjukkan sikap acuh tak acuh terhadap gurunya yang sedang sakit.
Maka dari kedua contoh tersebut dapat ditunjukkan bahwa anak tunagrahita me miliki rasa e mpati yang cukup baik terhadap lingkungan sekitarnya. (c) Fisik/Kesehatan:
anak tunagrahita me miliki struktur atau fungsi tubuh pada umu mnya anak norma lnya, na mun ma mpu berjalan dan berbicara pada usia lebih tua dari ana k norma l. Sikap dan gerak tubuh menunjukkan kurang indah, me la inkan diantaranya banyak yang mengala mi kecacatan berbicara.
Indera penglihatan dan indera pendengaran banyak yang kurang sempurna. Kela inan yang diderita bukan pada organ fisik, mela inkan pada pengolahan otak secara intelegensi, sehingga mereka me lihat tetapi tidak me maha mi apa yang dilihat dan tidak me maha mi apa yang didengar.
Anak Tunagrahita yang termasuk klasifikasi berat dan sangat berat kurang mampu me rasakan indera perasa dan penciuman, sehingga mere ka mudah terserang penyakit yang mengakibatkan meninggal pada usia muda disebabkan oleh keterbatasan terhadap keterampilan me mb ina d iri serta t idak me maha mi pola hidup sehat.
Berikut kara kteristik khusus anak tunagrahita menurut tingkat ketunagrahitaan menurut Ja mes D. Page dala m Rochayadi (2020) sebagai berikut: (1) Ka rakte ristik Tunagrahita Ringan: anak tunagrahita tidak bisa bisa disamakan dengan anak norma l yang seusia denganya.
Anak tunagrahita masih be laja r me mbaca , menulis, dan berhitung secara sederhana disesuaikan dengan ke ma mpuan kognit ifnya bukan usianya. Pada usia 16 tahun atau lebih tua dari tunagrahita ma mpu me mpe laja ri tingkat kesukaran materi sa ma dengan jenjang kelas 3 dan 5 Seko lah Dasar. Ke matangan belajar dala m ke ma mpuan me mbaca baru mencapai pada umur 9 tahun dan 12 tahun disesuaikan dengan kelainan.
Ke ma mpuan kecerdasaan berke mbang dengan cepat antara setengah dan tiga per e mpat kecepatan ke ma mpuan anak norma l dan terhenti pada usia muda.
Anak tunagrahita me miliki perbendaharaan katanya yang terbatas, namun penguasaan bahasa me madai dala m me respon situasi tertentu. Anak tunagrahita usia dewasa kecerdasannya hanya ma mpu mencapai tingkat usia anak norma l 9 dan 12 tahun. (2) Kara kteristik Tunagrahita Sedang: anak tunagrahita sebagian besar hampir tidak ma mpu me mpe la jari materi pembe laja ran secara akademik. Pe rke mbangan perbendaharaannya lebih terbatas daripada anak tunagrahita ringan. Anak
JCMS Vol. 5 No. 1 Tahun 2020, Halaman 43-58 Page 54 tunagrahita ini berko munikasi dengan beberapa kata.
Tunagrahita dapat me mbaca, menulis, antara la in menulis namanya sendiri, menulis a la mat ru mahnya, na ma orang tuanya, dan lain-lain.
Tunagrahita mengenal angka-angka bilangan tanpa pengertian. Na mun anak tunagrahita tersebut masih me mpunyai potensi untuk mera wat dirinya sendiri, karena dapat dilat ih untuk mela kukan ses uatu dengan rutin dan mandiri, dapat dilatih berosialisasi. Anak tersebut perlu me mbutuhkan pengawasan, pemeliharaan bahkan bantuan dari orang sekitar, tetapi ma mpu me mbeda kan bahaya dan bukan bahaya terhadap sekitarnya. Kedewasaan tunagrahita tidak me lebih i dari anak normal usia 6 tahun, na mun dapat mengerja kan sesuatu dengan pengawasan orang sekitarnya. (3) Kara kteristik Anak Tunagrahita Berat dan Sangat Berat:
anak tunagrahita berat dan sangat berat divonis sepanjang hidupnya akan selalu me merlukan bantuan dan pertolongan orang lain. Anak tunagrahita tersebut tidak dapat me me lihara atau me rawat dirinya sendiri seperti ma kan, perg i ke ka mar mandi, berpaka ian dan sebagainya harus dibantu. Anak tunagrahita sudah tidak dapat me mbeda kan bahaya dan bukan bahaya respon sekitarnya. Se la in itu juga t idak ma mpu berb icara hanya ma mpu mengucapkan kata-kata atau tanda isyarat yang sederhana saja. Kecerdasan usia dewasa anak tunagrahita berat seperti anak norma lnya paling t inggi 4 tahun. Ca ra men jaga kestabilan fisik dan kesehatannya me me rlukan kegiatan yang produktif dan bermanfaat, contoh kegiatan me mindahkan benda, menyapu, me mbe rsihkan benda sekitar.
Manfaat website bagi siswa tunagrahita
Menurut Wit et al (2015) pada anak tunagrahita ringan yang dila kukan antara orang dengan tunagrahita ringan pada dukungan kegiatan sehari-hari yang berbasis hala man website. Respon anak tunagrahita merasakan senang karena bisa menghubungi orang-orang kapanpun dengan tetap dikontrol. Kegunaan dari ha la man website ini dapat men ingkatkan performanya yang berhubungan dengan jaringan internet, sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk dukungan kegiatan sehari-hari bagi tunagrahita berinteraksi dengan orang-orang dipandang men janjikan yang berdampak meningkatkan ke mandirian tunagrahita sehari-hari. Nila i kebermanfaatan pada tunagrahita ma mpu mene mbus batasan ruang dan waktu, seperti anak norma l lainya sehingga tidak berda mpak ketidaksetaraan pemerataan pendidikan. Na mun sayangnya perlu diperhatikan terka it a ksesibilitas dalam mengakses internet untuk tunagrahita. Faktor yang berkaitan dengan hambatan ke las ekonomi dengan ma ksud tidak se mua orang termasuk tunagrahita dapat me miliki a lat bantu dalam mengakses internet. Selain itu
juga sikap berka itan dengan hambatan dalam mengakses internet menunjukkan ko mple ksitas perangkat fitur pada halaman website bagi tunagrahita.
Dala m proses perancangan sumber belajar sekaligus media pe mbe laja ran yang interaktif untuk tunagrahita terdapat beberapa tahapan. Penelitian yang serupa dilakukan oleh Rin i (2017); Ershanty&Siti (2020) pada pembela jaran website menggunakan sistem ini adanya tahapan yang terutama adalah p roses perancangan yang digunakan bahasa untuk pemrogra man Web (HTM L 5 dan CSS3). Penulisan me milih bahasa pemrogra man Web dilaku kan pada Adobe Dreamweaver CS6, Construct 2, Google Web Designer, dan aplikasi lainnya yang mendukung proses perancangan desain pembela jaran berbasis online yang dapat diakses di hala man website tersebut. Pe mbela jaran website lebih menarik apabila d iberikan efe k suara pada setiap materi pembela jaran. Suara yang diproses mela lui pere ka man dan diintegrasikan ke website. Efe k suara akan sangat me mbantu siswa me maha mi materi yang tersedia karena salah satu kara kteristik siswa kesulitan me mbaca materi.
Mendesain tampilan website merupakan suatu hal uta ma dala m perancangan program dala m me mberikan daya tarik minat dan mot ivasi siswa untuk penggunaan.
Dala m mendesain dituntut untuk menyesuaikan kara kteristik ke ma mpuan intele ktual dan kebutuhan fitur agar dapat digunakan siswa.
Teknik penggunaan website bagi tunagrahita
Kajian art ike l yang berhubungan dengan teknik penggunaan internet atau website untuk siswa tunagrahita ringan oleh Rocha et al (2012) hasil penelit iannya me la kukan e ksperimen pada subjek yakni tunagrahita dan me mbag i dua ke lo mpok. Pe mbagian dua kelo mpok tersebut me laku kan dua tugas pada situs website yang berbeda. Teknik penggunaan website mela lui ko mputer me la lui bantuan tetikus. Situs website yang perta ma menggunakan navigasi ga mbar dan situs website yang kedua menggunakan navigasi teks. Hasil kedua pembagian tugas tersebut menunjukkan bahwa terdapat pemaha man yang lebih ba ik dari hala man website dengan navigasi gambar dala m bentuk peningkatan kerja.
Hyperlink gambar ma mpu meningkat kan kecepatan subjek, perhatian serta minat lebih cepat dibandingkan hyperlink teks. Tersedia gambar dapat menarik perhatian pengguna dan dapat meningkatkan pe maha man tunagrahita ringan dibuktikan dengan banyaknya gambar kartun yang dilihat dan d i klik dibandingkan dengan kontekstual.
Teknik penggunaan internet atau website bagi siswa tunagrahita yakni mena mp ilkan ta mpilan yang menarik dari sudut pandang gambar, huruf, instruksi, navigasi dan audio. Se lain itu juga hala man website yang digunakan
JCMS Vol. 5 No. 1 Tahun 2020, Halaman 43-58 Page 55 bagi tunagrahita sebaiknya mudah dipahami dan tidak
me mpe rsulit penggunaan akses. Terdapat banyak pilihan yang tidak bisa terhitung sumber ha la man website sebagai pembe laja ran, na mun tugas guru harus tetap mengontrol pengendalian perila ku siswa pada saat aktivitas pembe laja ran website. Siswa tunagrahita me miliki kebutuhan dan karakteristik yang berbeda antara satu dengan sesama tunagrahita lainnya.
Penggunaan website bagi tunagrahita mendukung perke mbangan za man teknologi yang semakin berke mbang pesat serta pemerataan pendidikan dengan me manfaatkan kecanggihan teknologi bagi siswa tunagrahita di seluruh Indonesia.
Pembahasan
Kara kter me rupakan perila ku n ila i-n ila i manusia yang me miliki hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, lingkungan, diri sendiri, dan kebangsaan yang terealisasikan didala m adat istiadat, kebudayaan, tata kra ma, huku m, pe mikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma aga ma. Ka rakter bersifat mutla k yang dibutuhkan tidak hanya di lingkungan sekolah saja, me la inkan d i lingkungan sosial dan di lingkungan rumah bagi semua ka langan masyarakat. Karakte r bukan hanya bagi anak usia d ini, justru pada usia re ma ja me masuki usia dewasa rentan terancam krisis degradasi mo ral. Ka rakter merupakan kunci dari salah satu keberhasilan setiap idiv idu. Ka rakter pendidikan sebagai pusat perhatian atau tujuan utama sekolah dala m ranka menyiapkan enerasi yang baik, bukan hanya bagi diri sendiri saja tetapi untuk keseluruhan warga masyarakat.
Penguatan adalah suatu bagian dari pendidikan nila i me la lui sekolah yang termasuk usaha mulia yang mendesak harus dilaku kan. Pendidikan kara kter harus me libatkan semua pihak; ke luarga; sekolah; dan masyarakat. Dari ketiga lingkungan pembentukan kara kter tersebut tidak akan berhasil jika t idak ada kesinambungan dan harmonisasi dalam pe laksanaanya.
Pendidikan dengan tujuan terbentuknya karakter bangsa bagi siswa me rupakan tanggung jawab semua pihak.
Pada lingkungan sekolah karakte r merupakan tanggung jawab semua wa rga sekolah, na mun dala m kegiatan pembela jaran d i dala m ke las yakni guru. Oleh ka rena itu penerapan harus dilakukan o leh semua guru, tidak ditanggung jawabkan salah satu mata pe lajaran tertentu saja. Guru da la m men ingkatkan pendidikan ka rakter sangat penting yang men jadi dasar pelaksanaan pembela jaran dan penanaman nilai-nila i religius.
Kara kter re ligius me rupakan sebagai pondasi setiap individu yang beragama dala m bentuk penghayatan terhadap nilai-nilai a jaran aga ma yang terinternalisir pada diri seorang dan diaktulisasikan me la lui perila ku dala m
kehidupan sehari-hari. Sikap re lig ius merupakan ka rakter yang harus dimiliki semua anak, termasuk anak tunagrahita.
Strategi guru dala m penguatan karakter re lig ius dala m mata pela jaran PKn bahwa strategi yang diterapkan dala m kelas guna menguatkan kara kter siswa mela lui integrasi, kegiatan sehari-hari yang meliputi pe mberian keteladanan, teguran, nasehat, reward, bimbingan, pendampingan dan pendekatan serta pengkondisian lingkungan yang menunjang pendidikan kara kter.
Strategi guru merupakan langkah-langkah penguatan pendidikan kara kter dengan cara mengintegrasikan konsep karakter dala m proses pembela jaran yang mengaja rkan n ila i-n ila i yang baik dan buruk mela lui kuriku lu m meliputi silabus dan (RPP) rencana pelaksanaan pembela jaran yang dimod ifikasi sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa agar dapat me maha mi pe mbela jaran dengan baik, me mbuat slogan atau menempe lkan poster yang ma mpu menumbuhkan kebiasaan baik dan me mbantu daya ingat siswa untuk men ingkatkan kara kter re ligius dari yang dilihat dan ditangkap sehari-hari d isekitarnya, pe mantauan secara kontinyu me la lui pela ksanaan program-progra m pembinaan ke jiwaan, bina diri, ke rohaniaan, kepribadian, jasmani bagi siswa tunagrahita yang harus dilakukan secara berulang-ulang untuk menguatkan nilai karakter.
Gu ru dikata kan telah mendidik kara kter siswa apabila siswa telah mengimple mentasikan nilia -nilai ka rakter dala m keh idupannya. Pendidikan kara kter di da la m kelas me mbuat guru me me rlu kan strategi untuk menguatkan nila i kara kter pada siswa tunagrahita. Strategi guru dala m penguatan karakter religius yang diintegrasikan ke kuriku lu m dapat juga me la lui media pe mbela jaran sekaligus sumber belaja r yang me muat pendidikan kara kter yang menentukan tercapainya tujuan pembela jaran yaitu buku anti sobek berbasis website online. Buku anti sobek online in i dapat diakses pada hala man website yang me muat materi n ila i ka rakter religius diantara la in: doa sehari-hari, keberaga man u mat beragama seperti kitab suci, te mpat ibadah, maca m- maca m aga ma di Indonesia, bentuk rasa mensyukuri pemberian ciptaan dari tuhan yang telah dirancang sesuai dengan kurikulu m 2013. Pe manfaatan med ia pembela jaran secara digital me mbantu siswa tunagrahita menggunakan teknologi agar tidak b ias dalam pemerataan pendidikan. Buku ant sobek ini dapat diterapkan dala m kegiatan be laja r mengajar yang menyenangkan dala m pe mbela jaran ka rakter agar tidak me mbosankan karena kara kter tidak b isa diaja rkan dala m sekali saja, na mun dila kukan secara berulang -ulang hingga terbentuk dalam diri siswa.