Contents lists available at Journal IICET JRTI(Jurnal Riset Tindakan Indonesia)
ISSN: 2502-079X(Print)ISSN: 2503-1619(Electronic) Journal homepage: https://jurnal.iicet.org/index.php/jrti
Penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar pancasila bagi guru di sekolah dasar
Sulastri Sulastri*), Syahril Syahril, Nelfia Adi, Ermita Ermita Universitas Negeri Padang, Indonesia
Article Info ABSTRACT
Article history:
Received Jul 21st, 2022 Revised Aug 31th, 2022 Accepted Sep 05th, 2022
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilatarbelakangi oleh kurang optimalnya penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar pancasila bagi guru di lapangan. Adapun tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk; 1) memperkuat karakter serta kompetensi, 2) berpartisipasi aktif dalam merencanakan pembelajaran aktif dan berkelanjutan, 3) mengembangkan keterampilam, sikap dan pengetahuan, 4) memecahkan permasalahan dalam berbagai situasi pembelajaran, 5) bertanggung jawab dan peduli terhadap situasi sekitar dan 6) menghargai pembelajaran sehingga mempu mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan pelatihan yang telah dilakukan di SDN 11 Gadut, kegiatan pengabdian ini mendapatkan respon yang positif dari para guru yang mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini terlihat dari tingginya antusias dari para guru pada saat mengikuti kegiatan pelatihan ini.
Hal utama yang dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah guru-guru yang menjadi peserta pelatihan diminta untuk mengidentifikasikan suatu permasalaha terkait pendidikan karakter melalui profil pelajar pancasila. Kemudian guru-guru diberikan pemahaman tentang materi-materi dan permasalahan yang berhungan dengan penguatan pendidikan karakter. Sebagai umpan balik dari kegiatan ini, pihak Koordinator Pendidikan dan guru sekolah dasar mengatakan bahwa mereka bersedia menjadi sekolah binaan untuk berbagai kegiatan demi peningkatan kualitas pendidikan di sekolah mereka. Harapannya dari pihak Koordinator Pendidikan Kecamatan Tilatang Kamang dan guru-guru yang ada di Sekolah Dasar, prestasi sekolah mereka dapat terus meningkat dengan adanya kerjasama yang dibangun dengan pihak Universitas Negeri Padang.
Keyword:
Pendidikan karakter Pelajar pancasila Guru
© 2022 The Authors. Published by IICET.
This is an open access article under the CC BY-NC-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0)
Corresponding Author:
Sulastri Sulastri
Universitas Negeri Padang Email: [email protected]
Pendahuluan
Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia selalu dilakukan oleh pemerintah demi mencapai tujuan pendidikan yang telah diamanatkan pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Berbagai program terus direalisasikan oleh pemerintah agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, seperti penyempurnaan orientasi pendidikan merdeka belajar, kurikulum merdeka dan penguatan profil pelajar Pancasila. Bentuk-bentuk peningkatan kualitas pendidikan tersebut diharapkan mampu membentuk karakter peserta didik Indonesia yang lebih baik kedepannya, Snyder et al., (2012). Tentunya peningkatan karakter juga diimbangi dengan penerapan strategi pembelajaran yang mempu mengembangkan nilai-nilai dari profil pelajar Pancasila. Penerapan strategi yang kreatif dan inovatif dalam pelaksanaan
Sulastri, S., et al. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia) Vol.7, No.3, 2022, pp. 413-420
414 pendidikan dapat menjembatani terwujudnya sekolah yang berprestasi, (Seechaliao, 2017). Sehubungan dengan itu, untuk mewujudkan nilai-nilai karakter Pancasila Pemerintah juga terus memperbaharui standar pendidikan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan (2022). Tapi pada dasarnya semua peraturan yang dikeluarkan pemerintah semata-mata hanyalah bertujuan agar pendidikan Indonesia terus meningkat.
Membicarakan soal karakter adalah hal yang sangat krusial dan mendasar. Karakter adalah mutiara hidup yang dapat membedakan antara manusia dengan binatang. Apabila manusia tanpa karakter itu tandanya manusia tersebut sudah “membinatangi”. Jika kita telusuri lebih dalam, orang-orang yang memiliki karakter kuat dan baik maka mereka secara individual maupun sosialnya akan memiliki akhlak, moral dan budi pekerti yang baik. Mengingat begitu pentingnya karakterini, maka setiap institusi pendidikan memiliki andil dan mempunyai tanggung jawab besar dalam menanamkannya pada saat proses pembelajaran, (Zubaedi, 2011).
Satuan pendidikan yang dipandang sebagai wadah tempat peserta didik mengembangkan sikap, pengetahuan, dan berbagai keterampilan yang dibutuhkan pada saat peserta didik itu melakukan proses pengembangan dan peningkatan kualitas dirinya (Aisyah M, 2018). Salah satu pendidikan yang harus ada dalam diri peserta didik adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan suatu proses kegiatan yang menjurus pada peningkatan kualitas pendidikan dan bagaimana pengembangan budi pekerti seorang peserta didik dan dalam pendidikan itu selalu mengajarkan, membimbing serta membina setiap manusia untuk memiliki kompetensi intelektual, karakter dan keterampilan yang menarik minatnya, Khan (2010) Selanjutnya (Karmedi et al., 2021) pendidikan karakter adalah suatu sistem yang dapat memberikan penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik sehingga menciptakan suatu bentuk kepercayaan, kewaspadaan diri, kesiapan dalam melakukan sesuai serta kegiatan yang bentuknya dapat meningkatkan nilai-nilai berbudi pekerti luhur baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun sesama manusia dan lingkungan sekitanya.
Penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar Pancasila bagi guru di Sekolah Dasar sangat penting dilakukan karena anak-anak saat ini hidup pada zaman digitalisasi dan bahkan jika kita lihat kondisi di lapangan sudah semakin banyak terjadi penurunan nilai karakter peserta didik. Bagi seorang guru, menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didik adalah suatu hal yang akan memberikan tantangan tersendiri. Guru harus betul-betul memahami bahwasannya pendidikan karakter ini adalah faktor kunci untuk mencapai kesuksesan pendidikan Indonesia di masa depan, (Karmedi et al., 2021). Agar karakter peserta didik mampu berkembang dengan baik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maka memberikan penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar Pancasila bagi guru dalam kegiatan workshop merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan. Hal ini sangat penting dilakukan agar guru dapat mendesain pembelajaran yang berbasis proyek profil pelajar Pancasila bagi peserta didik sehingga guru mampu merencanakan project, fasilitator, pendampingan, narasumber, supervisi, konsultasi dan moderator (Samekto, 2021). Karena pada kenyataannya di lapangan masih banyak guru yang konstan dengan pekerjaan yang mereka lakukan, para guru tidak menunjukkan bentuk perubahan dalam pola mengajar dan juga tidak menunjukkan pencapaian yang luar biasa, (Azmi & Gistituati, 2020).
Sekolah sebagai wadah tempat menanamkan nilai-nilai karakter, memiliki tugas agar dapat memfasilitasi peserta didik, tenanga kependidikan dan guru supaya dapat berperilaku yang berkarakter, (Hadiyanto, 2015).
Agar kemampuan penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar Pancasila bagi guru dapat meningkat, maka perlu dilakukan dengan memberikan workshop kepada guru. Karena, pendidik sebagai pelaku utama dalam pendidikan yang berpengaruh langsung terhadap proses pendidikan harus mampu memberikan kinerja yang terbaik agar proses pendidikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan, (Al Kadri & Widiawati, 2020).
Bentuk dari kegiatan workshop yang dilakukan terkait: 1) pelatihan dasar tentang konsep pembelajaran berbasis projek, strategi asesmen dan penilaian, strategi refleksi, strategi bertanya dan strategi pendampingan, 2) pelatihan lanjutan tentang manajemen kelas dalam pembelajaran berbasis projek, team teaching kolaboratif, proses mendisain projek, proses pelibatan masyarakat atau lingkungan, budaya belajar positif, perayaan belajar dan deferensiasi belajar. Secara lebih spesifik guru-guru akan dibantu oleh narasumber dalam a) mendesain project, b) mengelola projek, c) mendokumentasikan dan melaporkan hasil project, dan d) mengevaluasi dan tindak lanjut projek.
Kecamatan Tilatang Kamang Kabaputen Agam, juga selalu berusaha meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dibidang penguatan karakter. Akan tetapi di era digitalisasi ini karakter anak sudah semakin banyak menurun, seperti perundungan, tawuran, pergaulan bebas, mengkonsumsi minuman keras, narkoba serta berbagai praktik aborsi banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat. Hal tersebut terbukti baru-baru ini terjadi tawuran siswa SMK di Kota Padang. Di lansir dari laman (Chandra, 2022) bahwasannya aksi peyerangan sesama pelajar di SMKN 1 Kota Padang terbilang sangat nekat karena menggunakan senjata tajam, akibat dari serangan tersebut, 3 pelajar SMKN 1 Kota Padang dilaporkan luka-luka karena senjata tajam.. Jika kita
perhatikan hal tersebut sangatlah memiriskan, padahal hal tersebut bukanlah tujuan dari pendidikan. itu sendiri.
Sebagai pendidik guru dituntut agar selalu dapat meningkatkan kemampuan profesionalismenya sebagai seorang guru yang menjadi panutan bagi peserta didiknya. Selain itu guru juga hendaknya dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinannya, karena keterampilan kepimpinan diperlukan untuk mempengaruhi orang lain dalam hal ini peserta didik agar dapat melaksanakan tuganya dengan baik sesuai dengan nilai-nilai karakter yang diharapkan, (Sulastri, Gistituati et al., 2018). Di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam tercatat ada 26 SD Negeri dan 2 SD Swasta, 8 SMP, 2 SMA, 5 MA, dan 1 SMK. Diharapkan para guru yang ada di sekolah-sekolah ini dapat menjadi model bagaimana Pendidikan karakter yang sesungguhnya itu.
Berdasarkan kegiatan pendahuluan yang dilakukan dengan penyebaran instrument dan wawancara dengan pihak koordinator pendidikan serta para guru tentang sejauh mana pemahaman dan penerapan yang telah dilakukan terkait pendidikan karakter melalui penguatan profil pelajar pancasila. Di Kecamatan Tilatang Kamang dari 26 Sekolah Dasar Negeri, diambil perwakilan setiap sekolah sebanyak 5 orang guru sehingga menjadi 130 orang guru. Kegiatan ini mengungkapkan seperti apa kondisi nyata yang telah dilakukan oleh guru dalam menerapkan pendidikan karakter melalui penguatan profil pelajar Pancasila sebagai salah satu bentuk pembelajaran dengan kurikulum paradigma baru. Selain itu penulis juga melakukan diskusi dengan para guru dan juga Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Koordinator Unit Kecamatan Tilatang Kamang. Dalam diskusi yang dilakukan antara pihak guru dan pihak dinas terdapat sumbang saran untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi di lapangan terkait dengan pendidikan karakter melalui penguatan profil pelajar pancasila. Secara rinci, dapat dijelaskan permasalahan yang terjadi sebagai berikut: 1) Guru kurang mampu untuk mengkoordinir para peserta didik dalam keimanan dan ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa.
Seharusnya banyak kegiatan yang bisa dilakukan di sekolah untuk menumbuhkan nilai-nilai keimanan peserta didik di sekolah seperti literasi pemahaman agama, literasi Al-Qur’an, praktik halaqah, perlombaan dan sebagainya. Namun kegiatan ini sangat sedikit yang dilakukan di lingkungan sekolah. Sehingga banyak peserta didik yang pendidikan agamanya kurang kuat; 2) Kebiasaan guru yang lebih cenderung transfer of knowlodge dari pada transfer of value menjadi salah satu penyebab penurunan nilai-nilai karakter peserta didik. Peserta didik lebih memacu kognitif sehingga terkesampingkan value berupa penanaman karakter; 3) Perhatian guru terhadap ketuntasan akhlak perlu diperhatikan lebih serius lagi sehingga memapu melihat potensi yang dimiliki peserta didik. Berbagai kenakalan peserta didik sangat marak terjadi, seperti tawuran, perkelahian sehingga menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang seperti timbulnya budaya menyontek ataupun plagiarisme, penyalahgunaan obat-obatan, kebut-kebutan, genk motor, free sex, membuli ataupun membolos; 4) Guru kurang menyelaraskan dan kurangnya mengintegrasikan pembelajaran dengan nilai-nilai Pancasila. Peserta didik lebih banyak terkontaminasi dengan perkembangan teknologi tanpa mampu menggunakan dengan bijak; dan 5) Guru kurang memiliki keteladanan, kreativitas dan inovasi dari projek kegiatan pembelajaran yang mampu menumbuh kembangkan nilai-nilai Pancasila.
Metode
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan secara luring atau tatap muka. Kegiatan luring ini dilakukan dalam bentuk workshop pendidikan karakter melalui penguatan profil pelajar pancasila yang dilakukan sebagai bentuk upaya agar para guru menguasai metode belajar dengan paradigma baru. Diharpakan dengan adanya kegiatan workshop ini dapat menghasilkan peserta didik yang berprestasi dan berkembang sesuai dengan potensi dan bakat yang dimilikinya dengan nilai-nilai Pancasila. Lebih lanjut, kegiatan pengabdian ini dilakukan secara luring dengan pengadakan pelatihan langsung di Kecamatan Tilantang Kamang, tepatnya di Sekolah Dasar Negeri 11 Gadut. Setelah kegiatan pengabdian ini dilakukan penulis melakukan wawancara dengan pihak Koordinator Unit Kerja Tilatang Kamang untuk keberlanjutan kegiatan berikutnya. Selain dengan pihak koordinator unit kerja Tilatang Kamang, juga dilakukan wawancara dari 28 orang yang hadir di saat pelatihan.
Dimana para guru menyambut dengan baik dan menginginkan adanya kegiatan lanjutan demi untuk peningkatan kompetensi. Penulis melakukan kunjungan langsung dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dengan tahapan yang dilakukan yaitu: 1) persiapan, 2) pelaksanaan, 3) evaluasi dan 4) feedback.
Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertemakan Penguatan Pendidikan Karakter melalui Profil Pelajar Pancasila bagi Guru di Sekolah Dasar Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam dilaksanakan 2 hari yaitu pada tanggal 23-24 Juli 2022 yang bertempat di SD Negeri 11 Gadut Kecamatan Tilatang Kamang. Para peserta merupakan guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam. Jumlah guru Sekolah Dasar yang mengikuti kegiatan ini berjumlah 28 orang dan kegiatan dilaksankaan sesuai protokol kesehatan pada masa pandemi Covid 19. Selama kegiatan pelatihan berlangsung para peserta
Sulastri, S., et al. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia) Vol.7, No.3, 2022, pp. 413-420
416 sangat antusias dalam bertanya, serius memperhatikan pemateri, dan sangat bersemangat dalam mengikuti kegiatan pelatihan.
Pertama kali kegiatan pelatihan ini dilakukan dengan memberikan pemahaman terkait penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar Pancasila oleh Drs. Syahril, M.Pd., Ph.D. Pemberian materi semakin menarik ketika para peserta mengetahui bagaimana penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar pancasila. Bahkan disini mereka sangat terkesan dengan sintaks dari kegiatan penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar pancasila yaitu: 1) mendesain projek, 2) mengelolah project, 3) mendokumentasikan dan melaporkan hasil projek, 4) mengevaluasi dan tindak lanjut project.
Oleh karena itu guru-guru semakin tertarik untuk menyelesaikan semua permasalahannya sebaik mungkin dengan mengidentifikasi permasalahan yang ada tentang penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar Pancasila. Hal tersebut juga membuat guru-guru terlatih untuk bisa menguasai cara pembelajaran dengan paradigma baru. Kemudian para peserta sangat bersemangat bertanya terkait masalah yang mereka hadapi di sekolah sehingga mendapatkan solusi pemecahan masalah dari permasalahan yang dihadapi.
Begitupun untuk materi selanjutnya yaitu tentang penguatan karakter dan profil pelajar pancasila yang disampaikan oleh Dr. Ahmad Sabandi, M.Pd juga sangat menarik. Bapak Dr. Ahmad Sabandi, M.Pd merupakan seorang yang memiliki banyak pengetahuan tentang penguatan karakter dan profil pelajar Pancasila.
Guru SD Negeri 11 Gadut juga melakukan berbagai sharing permasalahan untuk dipecahkan bersama-sama dalam sesi tanya jawab bersama bapak Dr. Ahmad Sabandi, M.Pd.
Tidak kalah menarik pemateri berikutnya yang menyampaikan materi tentang merancang projek penguatan profil pelajar pancasila yang disampaikan oleh Dr. Sulastri, S.Pd., M.Pd dan ibu Dra. Ermita, M.Pd.
Penyampaian materi dilakukan sangat baik dan menyenangkan kemudian diselangi dengan candaan yang mengarah pada materi sehingga para peserta dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan.
Bila dilihat dari tanya jawab dan diskusi selama kegiatan pengabdian yang dilakukan sekitar 90% pelatihan ini tercapai dengan baik. Dimana kegiatan ini sangat memberikan pengalaman serta pencerahan terhadap guru- guru yang ada di Sekolah Dasar khususnya dalam hal penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar Pancasila bagi guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam. Maka dari itu sangat diharapkan kemampuan profesional guru dalam memberikan penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar Pancasila dapat meningkat dan lebih optimal lagi.
Penguatan Pendidikan Karakter melalui Profil Pelajar Pancasila
Kegiatan pengabdian masyarakat ini memberikan bekal bagi guru-guru yang ada di sekolah dasar agar dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran yang berorientasi pada murid dengan menerapkan pendidikan karakter melalui profil pelajar pancasila. Pembentukan karakter bangsa merupakan salah satu tujuan dari pendidikan nasional. Undang-undang No 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis serta bertanggung jawab.
Karena pada dasarnya tujuan pendidikan tidak hanya untuk membentuk anak menjadi pribadi yang hebat di bidang kognitif tetapi juga dalam pembentukan karakternya. Namun pada kenyataannya, di lapangan banyak terjadi kasus yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karater yang diharapkan. Perkembangan teknologi tidak hanya memberikan dampak positif demi kemajuan pendidikan, tetapi juga dapat melemahkan nilai-nilai karakter ideologi bangsa Indonesia. Sebagai seorang guru yang merupakan panutan sekaligus pemimpin di dalam kelas sudah seharusnya selalu mengaitkan nilai nilai karakter dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas.
Guru adalah tokoh utama yang memiliki peran sebagai panutan bagi peserta didiknya. Sebagai seorang guru yang menjadi tameng dalam penanaman nilai-nilai karakter, maka seyogyanya juga dapat mimiliki nilai-nilai karakter yang mumpuni. Karakter adalah suatu bagian yang di dalamnya terdapat tata nilai dan terinternalisasi serta tertanamkan dalam jiwa seseorag sehingga dapat menjadi pembeda antara satu pribadi dengan pribadi yang lainnya. Maka dari itu cara pandang, arah berpikir, bentindak, bersikap dan berperilaku seseorang dapat tergambarkan melalui karakter yang mereka lakukan dalam proses penginternalisasian jati diri mereka, (Aisyah M, 2018). Selanjutnya, (Lickona, 1992) mendefinisikan bahwasannya pendidikan karakter merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk membantu seorang individu agar mampu memahami, peduli serta dapat bertindak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Ada tiga unsur pokok yang ada di dalam pendidikan karakter ini, (Lickona, 1992) mengatakan hal itu terdiri atas mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Itu semua diramu menjadi satu bagian sehingga menghasilkan sebuah pendidikan karakter.
Secara principle, pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, memiliki moral, bersikap toleran, memiliki jiwa gotong royong, berjiwa politik, berkembang sesuai dengan zaman,
berpedoman dengan ilmu pengetahuan dan menyesuaikan dengan perkembangan tekonologi dimana semuanya itu haruslah diimbangi dengan kecintaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya secara operasional, pendidikan karakter itu bertujuan agar dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan itu sendiri yang mengarah pada pencapaian penanaman nilai-nilai karakter pada pribadi dari seorang individu. Sedangkan secara instituasional, pendidikan karakter bertujuan untuk mempertinggi mutu dari penyelenggaraan dan hasil pendidikan itu sendiri, (Suyanto, 2010). Dalam menggapai itu semua semua bagian dari pendidikan itu harusnya saling bahu membahu menciptakan pendidikan berkarakter yang baik, salah satunya guru sebagai pemain utama di dalam kelas.
Guru sebagai pemimpin di dalam kelas dapat dikatakan berhasil apabila telah menerapkan 5 nilai karakter prioritas penguatan pendidikan karakter di dalam kelas. Seperti yang dikemukan oleh (Kemendikbud, 2017) yaitu: 1) religius yang mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 2) Nasionalis yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya, 3) Gotong royong yang mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, 4) integritas yang menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan perkataan, tindakan dan pekerjaan, dan 5) mandiri yang tidak bergantung pada orang lain dan menggunakan tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan judul
“Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Profil Pelajar Pancasila bagi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa guru-guru yang ada di Kecamatan Tilatang Kamang telah menguasai dan memahami berbagai materi yang diberikan. Dengan demikian diharapkan guru-guru dapat menerapkan di instasi mereka apa yang telah dilatihkan kepada mereka dengan baik.
Selain itu, diharapkan sekali seluruh guru yang ada di Sekolah Dasar untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan pengetahuannya dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti seminar, pelatihan, dll dalam bentuk pendidikan. Karena untuk menjadi guru yang berkualitas tidak cukup dengan ilmu pengetahuan yang ada saja, melainkan harus digali dengan berbagai kegiatan.
Harapan dari seluruh pihak yang terlibat adalah agar kerja sama ini harus tetap terjalin dan dapat mengalami peningkatan, sehingga mampu menjadi motor penggerak dalam usaha memajukan pendidikan khususnya di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam.
Karakter yang dibangun dalam Penguatan Karakter melalui Profil Pelajar Pancasila bagi Guru
Hal utama yang ingin dicapai oleh seorang guru adalah bagaimana peserta didiknya dapat menerapkan pendidikan karakter yang telah mereka berikan kepada peserta didiknya tersebut, (Nugraha et al., 2021) . Hal ini sejalan dengan tujuan dari pendidikan Nasional bahwasannya pendidikan dapat memberntuk identitas nasional bangsa Indonesia sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan tumbuh di negara Indonesia ini. (Istianah et al., 2021) mengatakan bahwa pancasila merupakan sumber dari pendidikan karakter kehidupan Indonesia.
Profil Pelajar Pancasila bedasakan visi dan misi yang dibangun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Renstranya dijelakan “Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama, yaitu: beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berbhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif. Ada 6 indikator yang menjadi landasan dari Profil Pelajar Pancasila ini (Samekto, 2021), yaitu sebagai berikut.
Beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia
Peserta didik yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah peserta didik yang mempunyai akhlak mulia ketika berhubungan dengan sang pencipta. Ada lima unsur yang menjadi bagian dari beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia ini, yaitu: 1) akhlak beragama; 2) akhlak pribadi;
3) akhlak kepada manusia; 4) akhlak kepada alam; dan 5) akhlak kepada negara.
Berbhinekaan global
Kebhinekaan global adalah bentuk dari saling menghargai terhadap keberagaman dari bangsa Indonesia dan bersikap toleran dengan perbedaan yang ada. Penerapan berbhineka global ini tidak hanya sebatas ranah Indonesia saja tapi juga antar negara. Hal kunci yang menjadi bentuk kebhinekaan global adalah mengenal dan menghargai budaya; komunikasi dan interaksi antar budaya; serta refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebhinekaan.
Bergotong royong
Sebagai pelajar Pancasila, seorang peserta didik tahu bagaimana caranya untuk bekerja sama dengan orang- orang disekitarnya. Sebab, seperti pepatah mengatakan bahwa tidak ada satu pekerjaan yang sulit apabila
Sulastri, S., et al. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia) Vol.7, No.3, 2022, pp. 413-420
418 dilakukan dan dikerjakan secara bersama-sama. Elemen kunci yang yang terdapat pada indikator bergotong royong ini adalah kalaborasi; kepedulian; dan berbagi.
Mandiri
Peserta didik Indonesia adalah peserta didik yang mandiri, yang mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaannya ketika proses pembelajaran. Ada dua elemen penting yang menjadi batu loncatan dalam indikator mandiri ini, yaitu: kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi; serta regulasi diri.
Bernalar kritis
Sebagai pelajar pancasila hendaklah memiliki nalar yang kritis, karena pelajar pancasila adalah pelajar sepanjang hayat yang mampu mencari berbagai penyelesaian masalah yang dihadapinya. Elemen kunci yang menjadi penting dalam indikator bernalar kritis ini adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan;
menganalisis dan mengevaluasi penalaran; merefleksi pemikiran dan proses berpikir; serta mengambil keputusan.
Kreatif
Kreatif merupakan indikator yang terakhir dari profil pelajar pancasila. Sebagai seorang pelajar pancasila, peserta didik Indonesia diharapkan dapat memaknai indikator kreatif ini dengan baik. Peserta didik yang kreatif adalah peserta didik yang mampu memberikan modifikasi, menciptakan pembaharuan dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya demi meningkatkan kemampuan. Ide utama dari indikator kreatif ini adalah menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
Oleh karena itu, pendidikan karakter tidak hanya semata-mata untuk mengurusi individu-individu, tetapi bagaimana membuat hubungan antar individu tersebut dapat terjalin secara rasional dengan berbagai pihak baik itu lembaga pendidikan, masyarakat dan berbagai pihak yang memiliki peran dalam pencapaian tujuan pendidikan karakter itu sendiri, (Sukatin & Shoffa.Saifillah, n.d.).
Peran Penguatan Pendidikan Karakter melalui Profil Pelajar Pancasila bagi Guru
Penguatan profil pelajar Pancasila ini menjadi satu kesatuan yang utuh dalam menjadikan pelajar sepanjang hayat yang berkompetensi, memiliki karakter serta berpikiran sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Profil Pelajar Pancasila yang dimiliki oleh peserta didik memiliki peran sebagai simbol dari siswa Indonesia yang mimiliki budaya, karakter serta memiliki nilai-nilai Pancasila, (Novera et al., 2021).
Kementerian Pendidikan Nasional (2019) menengaskan bahwa ada beberapa prinsip dari pendidikan karakter, yaitu berkelanjutan, melalui semua mata pelajaran, nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan melalui proses belajar, dan proses pendidikan karakter dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan. Sebagai seorang yang berhubungan dengan dunia pendidikan, guru harus mampu untuk mengembangkan dimensi itu secara menyeluruh sesuai dengan perkembangan psikologis dan kognitif peserta didik. Karena pada dasarnya tujuan dari penguatan profil Pancasila ini adalah untuk menanamkan nilai-nilai yang tertuang dalam dimensi profil pelajar Pancasila ke diri peserta didik melalui kegiatan projek. Kemudian penguatan profil pelajar Pancasila juga dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar dalam situasi tidak formal, struktur belajar yang fleksibel, kegiatan berlajar yang lebih interaktif dan juga terlibat langsung dengan lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi. Hal ini diperkuat oleh (Hadiyanto & Syahril, 2018) bahwasannya prestasi belajar juga ditentukan oleh bagaimana kualitas iklim kelas yang dibagun oleh guru tempat peserta didik belajar.
Projek penguatan profil pelajar Pancasila ini merupakan pembelajaran yang dapat diterapkan oleh peserta didik sehingga mereka dapat mengamati, memahami serta memikirkan solusi tentang masalah yang ada di tengah-tengah lingkungan mereka. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah, yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, orang lain, lingkungan, manusia, dan bangsa untuk menjadi manusia yang berkualitas, (Hadiyanto, 2016). Sebagai seorang pemimpin di dalam kelas hendaklah dapat a)merencanakan projek yaitu melakukan perencanaan projek, penentuan alur kegiatan, strategi pelaksanaan dan penilaian projek; b) fasilitator, yaitu memfasilitasi peserta didik dalam menjalankan projek yang sesuai dengan minatnya, dengan pilihan cara belajar dan produk belajar yang sesuai dengan preferensi peserta didik; c) pendampingan, yaitu membimbing peserta didik dalam menjalankan projek, menemukan isu yang relevan, mengarahkan peserta didik dalam merencanakan aksi yang berkelanjutan; d) narasumber, yaitu menyediakan informasi, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan peserta didik dalam melaksanakan projek; e) supervisi dan konsultasi, yaitu pengawasan yang mengarahkan peserta didik dalam pencapaian projek, memberikan saran dan masukkan secara berkelanjutan untuk peserta didik dan melakukan asesmen performa peserta didik selama projek berlangsung; dan f) moderator, yaitu memandu dan menggambarkan peserta didik dalam diskusi (Samekto, 2021).
Faktor Pendukung
Faktor pendukung yang baik untuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah: 1) Guru SD memiliki motivasi yang tinggi dalam kegiatan ini, yang tercermin dari semangatnya dalam melaksanakan kegiatan pelatihan; 2) Kerjasama dengan koordinator pendidikan Kecamatan Tilatang Kamang sangat baik, yang membantu mengenalkan guru di SD untuk meningkatkan kompetensi guru SD di Tilatang Kamang; 3) Pembicara yang ahli dan berpengalaman dalam penguatan pendidikan karakter profil belajar pancasila bagi guru, sehingga dapat memberikan solusi terbaik terhadap permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru tersebut.
Faktor Penghambat
Sebenarnya banyak waktu untuk melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, namun guru-guru sangat menginginkan durasi waktu yang lebih panjang lagi demi untuk peningkatan kompetensi guru yang lainnya. Namun, terkendala dengan waktu dan faktor lainnya, sehingga kegiatan pengabdian masyarakat ini hanya dapat dilaksanakan selama 2 hari saja. Semoga dilain waktu dan kesempatan hal ini dapat diwujudkan demi tercapainya penguatan Pendidikan karakter yang berbasis profil pelajar Pancasila.
Simpulan
Kegiatan pengabdian masyarakt dengan tema “Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Profil Pelajar Pancasila bagi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam” berjalan dengan lancar. Sebagai peserta dalam kegiatan ini, guru sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut.Terlihat dari antusiame guru dalam bertanya pada saat kegiatan berlangsung, karena kegiatan ini memberikan ilmu dan pengalaman bagi guru Sekolah Dasar agar dapat menyelesaikan masalah yang terjadi di lapangan terkait Pendidikan karakter.
Referensi
Aisyah M, A. (2018). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasinya. Kencana.
Al Kadri, H., & Widiawati, W. (2020). Strategic Planning in Developing the Quality of Educators and Education Personnel. Indonesian Research Journal in Education |IRJE|, 4(2), 324–346.
https://doi.org/10.22437/irje.v4i2.9410
Azmi, S. A., & Gistituati, N. (2020). Teachers ’ Work Motivation in SMPN RAO , Pasaman Regency. 412–417.
Chandra, R. (2022, August). Buntut Tawuran Brutal Siswa SMK di Padang, Tentara Kini Ikut Kawal Pelajar Pulang Sekolah. Suarasumbar.id. https://sumbar.suara.com/read/2022/08/01/121157/buntut-tawuran- brutal-siswa-smk-di-padang-tentara-kini-ikut-kawal-pelajar-pulang-sekolah
Hadiyanto, H. (2015). Integrasi Pendidikan Karakter Di Smp Pondok Pesantren Modern Nurul Ikhlas Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 15(2), 87.
https://doi.org/10.24036/pedagogi.v15i2.5834
Hadiyanto, H. (2016). Building Characters through the School Climate Improvement. In Proceeding International Seminar on Education (ISE) 2nd, 2016 (pp. 761–767). http://repository.unp.ac.id/11612/1/building characters through 1.pdf
Hadiyanto, H., & Syahril, S. (2018). Perbaikan Iklim Kelas untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran di Perguruan Tinggi. 1–8.
Istianah, A., Mazid, S., Hakim, S., & Susanti, R. P. (2021). “Integrasi Nilai-Nilai Pancasila untuk Membangun Karakter Pelajar Pancasila di Lingkungan Kampus.” Jurnal Politik, Hukum, Sosial Budaya Dan Pendidikan, 19(1), 59–68.
Karmedi, M. I., Firman, F., & Rusdinal, R. (2021). Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah Selama Pandemi Covid-19. Journal of Education Research, 2(1), 44–46. https://doi.org/10.37985/jer.v2i1.45 Kemendikbud. (2017). Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Indonesian Ministry of Education and
Culture, 1–10. https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/?page_id=132 Khan, Y. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Pelangi Publishing.
Lickona, T. (1992). Educating For Character; How Our School Can Teach Respect and Responsibiliy. Bantam Books.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2019). Desain Induk Pendidikan Karakter. Kementerian Pendidikan Nasional.
Novera, E., Daharnis, D., Yeni, E., & Ahmad, F. (2021). Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila: Sebuah Orientasi Baru Pendidikan dalam Meningkatkan Karakter Siswa Indonesia. Jurnal Basicedu, 5(6), 6349_6356.
Nugraha, D. W. P., Firman, & Rusdinal. (2021). Pembentukan Karakter Siswa Dalam pembelajaran Sejarah Melalui Nilai Kearifan Lokal Tradisi Kenduri SKO Kabupaten Kerinci. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 92–94.
Samekto, F. X. A. (2021). Tentang profil pelajar Pancasila. https://www.kompas.id/baca/
Sulastri, S., et al. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia) Vol.7, No.3, 2022, pp. 413-420
420 opini/2021/02/05/tentang-profil-pelajarpancasila
Seechaliao, T. (2017). Instructional strategies to support creativity and innovation in education. Journal of Education and Learning, 6(4), 201–208.
Snyder, F. J., Vuchinich, S., Acock, A., Washburn, I. J., & Flay, B. R. (2012). mproving elementary school quality through the use of a social‐emotional and character development program: A matched‐pair, cluster‐
randomized, controlled trial in Hawai’i. Journal of School Health, 82(1), 11–20.
Sukatin, & Shoffa.Saifillah. (n.d.). Pendidikan Karakter (C. B. Utama (ed.)).
Sulastri, Sulastri, Gistituati, N., Neviyarni, S., & Aimon, H. (2018). The Leadership Competency of Higher Education Administrative Leaders. Applied Science and Technology, 2(1).
Suyanto. (2010). Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. DIKTI.
Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga Pendidikan. Kencana.