• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Keterampilan Pembelajaran Abad 21 berorientasi Kurikulum Merdeka melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Implementasi Keterampilan Pembelajaran Abad 21 berorientasi Kurikulum Merdeka melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KETERAMPILAN PEMBELAJARAN ABAD 21 BERORIENTASI KURIKULUM MERDEKA MELALUI

PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA DI SEKOLAH DASAR

Nurin Ainani Arifah1,Ratnasari Diah Utami1

1,2Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta

1nurinainaniarifah@gmail.com, 2rdu150@ums.ac.id

Article history

Received: Revised: Accepted: Published:

05 Mei 2023 25 Mei 2023 21 Juni 2023 31 Juli 2023

Abstrak: Pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan. Pemerintah meluncurkan kurikulum merdeka dengan menerapkan projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dapat menjawab tantangan perkembangan zaman dengan menerapkan keterampilan pembelajaran abad 21 yang meliputi 4C (communication, collaboration, creativity, dan critical thinking). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana perencanaan, proses pelaksanaan, dan evaluasi projek penguatan profil pelajar Pancasila dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka di sekolah dasar. Metode penelitian yang dilaksanakan yaitu kualitatif dengan mendeskripsikan kondisi di lapangan secara rinci dan mendalam. Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Uji keabsahan data dilakukan dengan metode triangulasi yaitu membandingkan dan mengecek kembali hasil temuan dari beragam sumber dan teknik yang berbeda. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) Perencanaan projek yaitu meliputi membentuk tim/kelompok sebagai fasilitator aau pelaksana projek, mengetahui bagaimana tahap kesiapan sekolah dalam melaksanakan projek, menetapkan dimensi, tema, dan alokasi waktu projek, penyusunan modul projek, dan merancang asesmen pelaporan hasil projek, 2) Proses pelaksanaan projek yaitu melalui tahap pengenalan, kontekstual, aksi, dan share, 3) Evaluasi projek yaitu dengan melakukan asesmen formatif, sumatif, dan diagnostik melalui pelaksanaan gelar karya. Implementasi keterampilan pembelajaran abad 21 dapat diterapkan pada projek penguatan profil pelajar Pancasila dengan menerapkan 4C.

Kata Kunci: kurikulum merdeka, keterampilan abad 21, projek, profil pelajar Pancasila

IMPLEMENTATION OF INDEPENDENT CURRICULUM-ORIENTED 21ST CENTURY LEARNING SKILLS THROUGH A PROJECT TO STRENGTHEN

PANCASILA STUDENT PROFILES IN ELEMENTARY SCHOOLS

Abstract: Education in Indonesia has developed. The government launched an independent curriculum by implementing a project to strengthen the profile of Pancasila

(2)

projects to strengthen the profile of Pancasila students in implementing 21st century learning skills oriented to an independent curriculum in elementary schools. The research method used was qualitative by describing the conditions in the field in detail and depth.

Data collection techniques in the research conducted included interviews, observation, and documentation. Testing the validity of the data was carried out using the triangulation method, namely comparing and re-checking findings from various sources and different techniques. The data analysis technique used is data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of this study are: 1) Project planning, which includes forming a team/group as a facilitator or project implementer, knowing what the school readiness stage is in implementing the project, establishing dimensions, themes, and project time allocation, preparing project modules, and designing an assessment of the results reporting project, 2) The process of implementing the project, namely through the introduction, contextual, action, and share stages, 3) Evaluation of the project, namely by conducting formative, summative, and diagnostic assessments through the implementation of work titles. The implementation of 21st century learning skills can be applied to projects to strengthen the profile of Pancasila students by implementing 4C.

Keywords: independent curriculum, 21st century skills, projects, profile of Pancasila students

PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia sekarang mengalami perubahan, seperti perubahan sistem pendidikan yang terarah, terencana, dan berkesinambungan agar mampu memperbaiki mutu pendidikan dan menanggung pemerataan pendidikan dengan tujuan menyiapkan generasi yang mampu menghadapi tantangan perubahan zaman secara lokal, nasional, maupun global (Faiz, Parhan, & Ananda, 2022). Berbagai bentuk inovasi perubahan perkembangan pendidikan di Indonesia yaitu telah melakukan perubahan kurikulum lebih dari 10 sejak mula kemerdekaan Indonesia sampai sekarang, hal ini berdampak pada perubahan gaya belajar mengajar pada setiap kurikulumn ya.

Perubahan kurikulum di Indonesia dimulai dari adanya kurikulum rentjana pembelajaran pada tahun 1947 sampai kurikulum baru saat ini yang menjadi perbincangan, yakni kurikulum merdeka. Adanya kurikulum baru yang dibentuk oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia tersebut merupakan bukti Indonesia telah memperbarui kurikulum pendidikan sebanyak tiga kali kurang dari sepuluh tahun (Sugiri & Priatmoko, 2020).

Pemerintah Indonesia sudah menetapkan kurikulum prototipe pada tahun 2021 kemudian diperbaiki menjadi kurikulum merdeka pada tahun 2022. Ciri-ciri dari kurikulum merdeka yang telah ditetapkan pemerintah yaitu adanya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau disingkat dengan sebutan P5. P5 adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu melalui projek yang bersifat kontekstual dan mengacu pada persoalan yang berada di lingkup satuan pendidikan dan bertujuan meningkatkan kecakapan dan karakter peserta didik sesuai dengan profil pelajar Pancasila (Satria, Adiprima, Wulan,

& Harjatanaya, 2022). Projek ini dapat dilaksanakan secara fleksibel di satuan pendidikan artinya fleksibel dari segi aktivitas, muatan, maupun waktu pelaksanaannya.

(3)

P5 merupakan pelaksanaan projek yang digunakan sebagai jembatan peserta didik supaya berlatih mencari solusi dari suatu persoalan di lingkungan sekitarnya.

Sejak diberlakukan kurikulum merdeka, pendidikan juga telah menghadapi tantangan di abad ke-21. Keterampilan di abad 21 merupakan tantangan bagi pendidik dan peserta didik. Hal ini menjadi tuntutan dan tanggung jawab pendidikan di Indonesia.

Sesuai dengan karakter peserta didik abad ke-21 yaitu dimuat dalam Partnership of 21st Century Skill mengemukakan bahwasanya di abad ke-21 ini peserta didik diharuskan dapat menerapkan dan mengembangkan keterampilan yang bersifat kompetitif sesuai dengan yang dibutuhkan zaman. Fokus pelaksanaan keterampilan pembelajaran di abad ke-21 yaitu berpikir kritis dalam memecahkan masalah (critical thinking and problem solving), komunikasi (communication), kreativitas (creativity), dan kolaborasi (collaboration) (Prihadi, 2018). Keterampilan abad 21 tersebut dapat membentuk karakter siswa yang dirancang oleh guru dalam pembelajaran (Dike, 2019).

Keterampilan pembelajaran abad 21 dapat diterapkan dan berhasil jika dengan menggunakan proses pembelajarannya berpusat pada siswa (student centered) bukan hanya berpusat pada guru (teacher centered). Oleh karena itu, pendidik harus memiliki modal dasar agar mampu mengikuti perkembangan dan perubahan zaman serta dapat mengajar dengan sempurna menyalurkan ilmunya di hadapan peserta didik khususnya pada penerapan kurikulum merdeka saat ini (Fatkhul Arifin, Tri Anzani Ashari, 2021).

Hal ini bertujuan agar pendidik menginspirasi peserta didiknya dalam mengimplementasikan keterampilan abad 21 saat kegiatan belajar mengajar (Halimah, 2017).

Penerapan P5 pada kurikulum merdeka bertujuan untuk mengimplementasikan pengembangan karakter peserta didik yang mengacu pada profil pelajar Pancasila. P5 sangat penting untuk mengoptimalkan karakter siswa dengan memberikan kesempatan peserta didik menuntut ilmu melalui pengalaman (experiential learning). Hal ini dikarenakan di era abad 21 tugas pendidikan mengenai nilai dan karakter peserta didik sangat diperlukan supaya seimbang dengan adanya perkembangan teknologi dengan perkembangan peserta didiknya (Kurniawaty, Faiz, & Purwati, 2022). Dalam penerapan P5 pada kurikulum merdeka, setiap sekolah/satuan pendidikan dapat bebas menetapkan projek yang dipilih sesuai dengan permasalahan di lingkungan satuan pendidikan tersebut. Implementasi P5 yaitu meliputi penentuan elemen, sub elemen, dan perencanaan asesmen (Rachmawati, Marini, Nafiah, & Nurasiah, 2022).

Berdasarkan observasi di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, terdapat peserta didik yang belum menerapkan keterampilan abad 21 dalam aktivitas belajarnya.

Mereka belum menunjukkan aspek karakter kreatif dalam memunculkan ide, berpikir kritis dalam memecahkan masalah, serta kurangnya komunikasi dan kolaborasi dengan teman sejawat maupun guru dalam aktivitas pembelajaran. Hal ini dijelaskan oleh penelitian terdahulu yang mengemukakan bahwa salah satu permasalahan dalam proses pembelajaran yakni kurangnya keaktifan peserta didik, kurangnya kerja sama dan komunikasi dengan tim dalam kegiatan berkelompok, serta belum kreatif dan kritis dalam memunculkan ide dan memecahkan masalah (Setiyani, Musadad, Wahyuni, &

Abidin, 2020). Peserta didik harus kreatif dikarenakan tantangan yang dihadapi peserta didik saat melaksanakan pembelajaran di sekolah yaitu memecahkan suatu permasalahan atau isu yang menjadi topik pembelajarannya (Beghetto & Zhao, 2022).

Selain itu, terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan pendidikan karakter masih belum efektif diterapkan di sekolah (Hidayati, Zaim, Rukun, & Darmansyah, 2014).

(4)

Oleh karena itu, dengan adanya pembelajaran berbasis projek di kurikulum merdeka yaitu P5 maka siswa diharapkan menjadi pribadi yang kritis dalam memecahkan masalah, dapat berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik sesama teman atau tim, serta kreatif dalam menuangkan ide-ide yang positif. Hal tersebut merupakan karakter peserta didik yang dibutuhkan dalam menjawab tantangan pembelajaran abad 21. Terdapat beberapa keterampilan abad 21 yang harus diterapkan peserta didik adalah keterampilan 4C, yaitu communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi), critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah), dan creativity (kreativitas) (Malik, 2018).

Beberapa studi yang berkaitan dengan “Implementasi Keterampilan Pembelajaran Abad 21 Berorientasi Kurikulum Merdeka melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar” telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan, di antaranya yaitu: Beghetto & Zhao (2022), Kurniawaty et al. (2022), Anton

& Trisoni (2022), Kholidah, Winaryo, & Inriyani (2022), Halimah (2017), Prihadi (2018), Budiono (2023), dan Malik (2018) secara umum dari hasil kajian tersebut dapat diketahui bahwa projek penguatan profil pelajar Pancasila dapat menjawab tantangan pendidikan dengan menerapkan keterampilan pembelajaran abad 21. Pendidik dapat menerapkan keterampilan pembelajaran abad 21 pada kegiatan projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dilaksanakan di sekolah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana perencaanaan, proses pelaksa naan, dan evaluasi projek penguatan profil pelajar Pancasila dalam menerapkan keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka. Pada penelitian ini, sekolah yang dipilih SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta kelas IV. SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta telah menerapkan kurikulum merdeka dan melaksanakan P5.

Pelaksanaan P5 tersebut dapat menjadi jawaban dari adanya tantangan pendidikan di zaman sekarang, yaitu pembelajaran abad 21 yang di dalamnya terdapat keterampilan pembelajaran abad 21 yang meliputi 4C.

METODE

Jenis penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif yang tujuannya untuk menghasilkan kesimpulan berupa data yang digambarkan secara rinci. Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan ilmiah dengan menjelaskan kondisi tertentu dan mendeskripsikan realitas dengan nyata, disusun dengan kalimat berdasarkan teknik analisis data yang relevan dan didapat dari kondisi sebenarnya (Usman & Akbar, 2006).

Desain penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah studi lapangan.

Dalam penelitian ini data dan sumber data untuk mencari informasi yang sesuai dengan fokus penelitian adalah menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapat secara langsung dari guru, data tersebut dapat berupa dokumen perancangan dan pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Kemudian data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber pustaka seperti buku, jurnal penelitian internasional maupun nasional, skripsi yang relevan dengan fokus penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti melakukan observasi pada pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila kelas IV untuk mendapatkan data tentang implementasi keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila. Wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah dan guru kelas IV pelaksana projek. Tujuan dilakukannya wawancara yaitu untuk mencari

(5)

tahu bagaimana kondisi nyata di lapangan guru sekolah dasar dalam upaya mengimplementasikan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Teknik pengumpulan data dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan dokumentasi mengenai kondisi sekolah, sarana dan prasarana, serta modul proyek dalam implementasi keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta.

Objek yang diteliti dalam penelitian yang dilakukan yaitu implementasi keterampilan abad 21 melalui proyek penguatan profil pelajar Pancasila. Subjek yang berpartisipasi yaitu guru sebagai pelopor dalam menjalankan pembelajaran dengan mengimplementasikan keterampilan abad 21, guru sebagai perancang proyek yang akan dikembangkan dalam mencapai profil pelajar Pancasila, dan guru sebagai pelaksana kurikulum merdeka. Subjek lainnya adalah peserta didik kelas 4 SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta. Subjek tambahan sebagai penguat hasil penelitian adalah kepala sekolah SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta yang memiliki peran sebagai penggerak dalam segala kegiatan yang berkaitan dengan sekolah khususnya pada implementasi kurikulum merdeka.

Uji keabsahan data menggunakan metode triangulasi dengan membandingkan dan memeriksa kembali hasil temuan dari beragam sumber dan teknik yang berbeda. Teknik analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Ismiyanti & Handoyo, 2021). Reduksi data ini merupakan proses pemilihan data-data menjadi sederhana, mengkategorisasikan data yang diperlukan dan tidak diperlukan serta mengorganisasikan data yang telah diperoleh hingga mendapatkan kesimpulan akhir dari hasil penelitian yang dilakukan. Penyajian data dilakukan dengan menyusun informasi data temuan secara sistematis sehingga dapat dilakukan tahap berikutnya yaitu penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan terhadap penelitian yang dilakukan. Pada tahap penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan cara: (1) memikirkan ulang selama penulisan penelitian; (2) meninjau kembali catatan hasil temuan di lapangan; (3) melakukan berbagai usaha dalam menempatkan salinan temuan dalam seperangkat data lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta yaitu implementasi keterampilan pembelajaran abad 21 dapat terlaksana dan dijembatani oleh pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dilaksanakan di dalamnya terdapat keterampilan pembelajaran abad 21 yang dikenal dengan 4C, yaitu communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi), critical thinking (berpikir kritis), dan creativity (kreativitas).

SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta menuntun siswanya untuk mencapai pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntunan abad 21 yaitu dengan menerapkan keterampilan pembelajaran abad 21 berbasis kurikulum merdeka melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila. Hal ini terbukti bahwa di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta menjadi sekolah penggerak dan otomatis menerapkan kurikulum merdeka dan menjalankan P5.

SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta merancang pembelajaran berbasis projek masuk ke dalam ko-kurikuler. Pelaksanaan projek tersebut disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, capaian pembelajaran yang akan dituju, keanekaragaman minat dan bakat siswa, dan

(6)

mempertimbangkan kecakapan hidup siswa. Oleh karena hal tersebut, SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta melaksanakan projek secara kreatif dan inovatif untuk menjawab tantangan pendidikan dengan mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka.

1. Perencanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam menerapkan keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka

Sebelum melaksanaan P5 dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka, pendidik terlebih dahulu melakukan perencanaan projek supaya dapat berjalan dengan lancar, hal ini dikarenakan projek yang dilakukan berbeda dengan kegiatan berbasis projek yang termuat pada muatan pembelajaran. Perencanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila meliputi: 1) pembentukan tim fasilitator projek, 2) mengidentifikasi kesiapan satuan pendidikan dalam melaksanakan projek, 3) menetapkan dimensi, tema, dan alokasi waktu, 4) penyusunan modul projek, dan 5) melaporkan hasil projek serta asesmen. Perencanaan P5 yang pertama adalah pembentukan tim fasilitator projek. Tim fasilitator projek bertugas merancang dan melaksanakan aktivitas projek yang akan diajarkan pada peserta didik. Pimpinan sekolah di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Sri Sayekti mengungkapkan bahwasanya kepala sekolah telah melakukan penyusunan tim fasilitator projek didampingi dengan waka kurikulum. Guru kelas merupakan tim fasilitator pelaksana projek di setiap kelas. Guru kelas SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta berperan penting dalam pelaksanaan projek.

Perencanaan P5 yang kedua adalah kesiapan sekolah. Pimpinan SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Sri Sayekti mengungkapkan bahwa pada tahap persiapan, sekolah melaksanakan P5 dengan mengikuti kegiatan workshop dan melakukan pelatihan-pelatihan mengenai bahan ajar dan berbagai asesmen yang digunakan sehingga pembelajaran projek dapat dilaksanakan dilaksanakan secara matang. Selain itu, dengan mengikuti pelatihan maka guru dapat terfokus pada perkembangan hasil dari pembelajaran projek peserta didik agar terbentuk sebagai manusia yang memiliki karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila.

Tahapan perencanaan P5 yang ketiga adalah penentuan dimensi, tema, dan alokasi waktu projek. Hasil yang diperoleh melalui dokumentasi modul projek pada tahun 2021/2022 SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta memilih tema Kearifan Lokal. Pada kelas IV semester dua, tema Kearifan Lokal mengambil topik yaitu pembuatan masakan Nusantara. Masakan Nusantara yang dibuat yaitu membuat dawet, makanan yang terbuat dari singkong, dan nasi gudangan. Untuk pembuatan masakan Nusantara tersebut, peserta didik bebas mengkreasikan isian dari dawet, jenis makanan dari singkong, maupun isian dari nasi gudangan. Dimensi elemen dan sub elemen yang digunakan pada tema Kearifan Lokal kelas IV SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta yaitu: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia yaitu dibuktikan pada kegiatan mencoba mengenal masakan-masakan dari luar daerahnya yang termasuk perwujudan dari rasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan cara mencintai dan menghormati budaya yang dimiliki daerah lain, 2) Bergotong royong, yaitu dengan proses pembuatan makanan nusantara yang dilakukan dengan cara berkerja sama dan berkolaborasi dengan teman-teman serta didampingi dengan salah satu orang tua siswa sebagai pembimbing, 3) Kreatif, yaitu dengan pembuatan masakan nusantara yang beraneka bahan masakan membuat bisa memunculkan kreatifitas anak atas penggunakan bahan masakan lain untuk masakan yang sama, dan 4) Berkebinekaan global yaitu adanya berbagai masakan nusantara membuat kita lebih mengenal dan menghormati masakan

(7)

dari daerah lain. Waktu pelaksaan projek dapat disesuaikan dengan kondisi di setiap sekolah. Di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta melaksanakan projek setiap seminggu sekali atau empat kali dalam sebulan, ini sudah termasuk pada penentuan tema.

Tahapan perencanaan P5 yang keempat adalah penyusunan modul projek. Modul projek disusun oleh guru kelas sebagai pelaksana projek. Guru kelas IV sekaligus guru pelaksana projek SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Tri Yuninarti mengungkapkan bahwa modul projek disusun berdasar pada dimensi, elemen, dan sub elemen profil pelajar Pancasila. Modul projek kelas IV SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta dengan tema kearifan lokal yang telah dirancang guru sudah sesuai karena telah memenuhi komponen yang telah ditentukan. Adapun komponen dari modul projek yaitu terdapat profil modul, tujuan, aktivitas, dan asesmen. Rencana aktivitas yang akan dimunculkan pada pelaksanaan projek dalam menerapkan keterampilan pembelajaran abad 21 termuat pada modul projek yang penulis rinci dalam tabel berikut ini.

Tabel 1. Perencanaan Aktivitas yang Termuat dalam Modul Projek dalam Menerapkan Keterampilan Pembelajaran Abad 21

No. Tahap Keterampilan

Pembelajaran Abad 21

Aktivitas dalam pelaksanaan P5

1. Tahap pengenalan (fell)

Communication dan collaboration

- Peserta didik memberikan jawaban atas pertanyaan pemantik yang diajukan oleh guru.

- Peserta didik berkolaborasi dengan kelompok untuk menjawab pertanyaan dari guru.

2. Tahap kontekstual (imagine)

Communication, collaboration,

creativity, dan critical thinking

- Peserta didik setiap kelas dibagi menjadi beberapa tim/kelompok.

- Peserta didik diharuskan untuk berdiskusi bersama

dengan anggota

kelompoknya.

3. Tahap aksi (do) Communication, collaboration, dan creativity

- Peserta didik berdiskusi dengan kelompoknya untuk menentukan makanan yang akan dibuat.

- Peserta didik bersama dengan kelompoknya memulai untuk membuat produk makanan Nusantara sesuai dengan tema.

- Peserta didik dibebaskan mengolah masakan menjadi kreasi dan sajian yang menarik.

(8)

4. Tahap share Communication dan collaboration

- Peserta didik bersama dengan kelompoknya mempresentasikan hasil produk yang telah dibuat.

2. Proses pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam menerapkan keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka

Menurut hasil penelitian melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti di SD Muhammadiyah Ketelan 1 Surakarta kelas IV, pada proses pelaksanaan P5 terdapat empat tahap, yaitu tahap pengenalan (fell), tahap kontekstual (imagine), tahap aksi (do), dan tahap share (refleksi, evaluasi, dan tindak lanjut) yang di dalamnya terdapat implementasi keterampilan pembelajaran abad 21 atau 4C (communication, collaboration, critical thinking, dan creativity) yang dirinci oleh peneliti dalam tabel berikut ini.

Tabel 2. Keterampilan Pembelajaran Abad 21 pada Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

No. Tahap Keterampilan

Pembelajaran Abad 21

Aktivitas dalam pelaksanaan P5

1. Tahap pengenalan (fell)

Communication dan collaboration

- Komunikasi dan kolaborasi antarsiswa maupun siswa dengan guru yaitu adanya pertanyaan pemantik dari guru, siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut.

2. Tahap kontekstual (imagine)

Communication, collaboration,

creativity, dan critical thinking

- Peserta didik setiap kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim untuk berkolaborasi membuat produk yang telah ditentukan yang sesuai dengan tema.

- Setiap tim diminta untuk berdiskusi bersama dengan anggota timnya untuk mengadakan studi kasus mengenai permasalahan dan bagaimana cara pembuatan makanan tersebut.

- Mereka saling menuangkan idenya bersama dengan kelompok masing-masing dengan bimbingan guru.

3. Tahap aksi (do) Communication, collaboration, dan creativity

- Peserta didik menentukan masakan yang akan dibuat, menyiapkan alat dan bahan,

(9)

dan praktik pembuatan masakan.

- Peserta didik bersama dengan kelompoknya memulai untuk membuat produk makanan Nusantara sesuai dengan tema yaitu berupa gudangan, makanan dari singkong, dan dawet ayu.

- Siswa dibebaskan untuk mengolah masakan mereka masing-masing menjadi kreasi yang menarik.

4. Tahap share Communication dan collaboration

- Peserta didik bersama dengan kelompoknya

mempresentasikan hasil produk yang telah dibuat.

- Mereka mempresentasikan dengan memberikan informasi mengenai alat dan bahan yang diperlukan saat membuat produk makanan Nusantara berupa gudangan dan dawet ayu. Kemudian mereka menjelaskan

bagaimana cara

pembuatannya.

3. Evaluasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam menerapkan keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka

Menurut observasi yang telah dilakukan oleh peneliti didapati hasil bahwasanya bentuk evaluasi pelaksanaan P5 kelas IV di SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta ini menggunakan asesmen sumatif, formatif, dan diagnostik. Asesmen formatif dilakukan dengan mengadakan gelar karya atau pameran dimana guru memberikan penilaian kepada siswa saat mempresentasikan produk masakan Nusantara berupa gudangan, makanan dari singkong, dan dawet ayu. Gelar karya atau pameran produk ini melibatkan berbagai pihak yang terdiri dari siswa, guru sebagai fasilitator, dan orang tua siswa yang telah membantu adanya pelaksanaan projek. Asesmen sumatif dilakukan dengan menilai produk yang dibuat peserta didik, mulai dari rasa dan penampilan. Sedangkan asesmen diagnostik dilakukan dengan guru menanyakan mengenai keadaan siswa selama projek berlangsung, apa saja yang sudah dipelajari, dan kendala atau kesulitan apa yang dialami.

Pembahasan

Pelaksanaan P5 yang telah dilakukan di dalamnya terdapat keterampilan pembelajaran abad 21 yang biasa disebut dengan 4C, yaitu communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi), critical thinking (berpikir kritis), dan creativity (kreativitas).

Perihal tersebut relevan dengan hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa pelaksanaan P5 menjadi jawaban dari tantangan abad 21 (Anton & Trisoni, 2022). Lebih lanjut

(10)

dijelaskan bahwa 4C dapat diimplementasikan melalui P5 yang membuat peserta didik menjadi lebih berkualitas melalui kegiatan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan teman sekelompok, berpikir kritis dalam memecahkan masalah, dan kreatif dalam memberikan ide-ide yang menarik.

Perencanaan P5 meliputi: 1) pembentukan tim/kelompok sebagai fasilitator atau pelaksana projek, 2) mengetahui bagaimana tahap kesiapan sekolah dalam melaksanakan projek, 3) menetapkan dimensi, tema, dan alokasi waktu, 4) penyusunan modul projek, dan 5) melaporkan hasil projek serta asesmen (Satria et al., 2022). Perencanaan yang pertama adalah pembentukan tim fasilitator projek. Tim fasilitator berperan penting dalam pelaksanaan projek. Perihal tersebut dengan buku panduan pengembangan projek bahwa tugas seorang fasilitator projek yaitu memberikan pendampingan kepada peserta didik dalam merancang dan melaksanakan seluruh tahap aktivitas projek yang merupakan cakupan belajar peserta didik (Satria et al., 2022).

Perencanaan yang kedua yaitu mengidentifikasi kesiapan satuan pendidikan.

Bentuk dari persiapan sekolah melaksanakan P5 dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21 adalah dengan mengikuti pelatihan-pelatihan atau workshop. Perihal ini relevan dengan penelitian yang menyatakan bahwa dengan mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dapat mengembangkan kompetensi guru dan memberikan kontribusi bagi guru untuk menunjang kelancaran tugas (Rusdin, 2017). Dengan adanya pelaksanaan pelatihan atau workshop dapat meningkatkan kompetensi guru (Purnama, 2022). Guru akan memiliki pemahaman yang luas tentang perihal yang harus direncanakan dan dilaksanakan dalam melaksanakan P5 khususnya yaitu dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran 21.

Perencanaan yang ketiga yaitu pemilihan tema dan penentuan waktu pelaksanaan projek. Pemilihan tema dalam P5 dapat ditentukan oleh satuan pendidikan sesuai dengan kondisi atau permasalahan yang ada. Tema adalah syarat yang harus dipilih dalam pelaksanaan P5 dan minimal ada dua projek dalam satu tahun pembelajaran atau ada satu projek dalam satu semester (Rachmawati et al., 2022). Sedangkan waktu pelaksanaan P5 dan mata pelajaran reguler maupun intrakurikuler pada kurikulum merdeka harus dibagi dan dipisahkan. Waktu pelaksanaan projek dapat disesuaikan dengan kondisi di setiap sekolah (Rachmawati et al., 2022).

Perencanaan yang keempat yaitu penyusunan modul projek. Modul projek berguna sebagai acuan dalam prosedur penyusunan projek dan diperlukan sebagai alat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan projek (Suma, Pujani, & Yunithasari, 2022). Komponen dari modul projek yaitu terdapat profil modul, tujuan, aktivitas, dan asesmen. Di dalam modul projek terdapat aktivitas/kegiatan mengenai hal yang dilaksanakan pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan P5 serta mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21. Selain itu, terdapat asesmen untuk menilai sejauh mana projek dapat berhasil terlaksana. Asesmen yang bermacam- macam akan membuat peserta didik merasakan hal yang baru dan berbeda (Hikmasari, Kartono, & Mariani, 2018).

Tahapan perencanaan P5 selanjutnya adalah menentukan asesmen dan melaporkan hasil projek. Perencanaan asesmen adalah bagian yang penting untuk melaksanakan projek. Hal-hal yang harus diperhatikan saat menyusun asesmen projek yaitu menyusun asesmen dengan mempertimbangkan kondisi peserta didik dikarenakan tidak seluruhnya asesmen sesuai dengan aktivitas projek yang dilakukan, selain itu asesmen berguna untuk menilai peserta didik. Pada pelaksanaan projek kelas IV tema kearifan lokal kelas IV SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, pendidik menyusun

(11)

asesmen dengan mempertimbangkan pencapaian projek yaitu menggunakan asesmen diagnostik, sumatif, dan formatif. Setelah menyusun dan mengelola asesmen penilaian, kemudian guru membuat rapor projek sebagai bentuk laporan hasil projek yang telah dilaksanakan.

Tahap pelaksanaan P5 dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21 yaitu tahap pengenalan (fell), tahap kontekstual (imagine), tahap aksi (do), dan tahap share. Pertama adalah tahap pengenalan (fell). Kegiatan yang dilakukan pada tahapan pengenalan ini yaitu guru mensosialisasikan materi P5 terkait dengan menjelaskan definisi, tujuan, serta manfaat kegiatan projek tersebut. Setelah itu, guru memperkenalkan tema projek pada siswa. Siswa dijelaskan bahwa tema yang diambil adalah Kearifan Lokal dimana tema tersebut diambil sesuai rapat pimpinan sekolah untuk mengenalkan kearifan lokal yang diharapkan peserta didik dapat melestarikannya.

Selanjutnya, guru memperkenalkan elemen dan sub elemen projek.

Pada tahap pengenalan, kegiatan yang dilakukan adalah mengenali dan membangun kesadaran siswa mengenai tema yang akan dipelajari (Budiono, 2023).

Seorang pendidik yang berperan sebagai fasilitator melaksanakan projek dengan mengajarkan peserta didik untuk memperhatikan keadaan atau kondisi nyata di sekitar.

Hal ini merupakan kegiatan yang realistis atau nyata agar membangun motivasi peserta didik dengan adanya pelaksanaan projek. Selain itu, peserta didik diharapkan dapat tertarik dan terlibat pada pelaksanaan projek. Peserta didik dapat diberikan pertanyaan pemantik yang berguna untuk memancing rasa ingin tahu.

Implementasi keterampilan pembelajaran abad 21 pada pelaksanaan P5 tahap pengenalan (fell) yaitu adanya komunikasi (communication) dan kolaborasi (collaboration) yang terbukti dengan adanya komunikasi dan kolaborasi antarsiswa maupun antara siswa dengan guru saat guru memberikan pertanyaan pemantik, siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut. Perihal ini relevan dengan penelitian yang mengungkapkan bahwa kegiatan komunikasi dan kolaborasi adalah membagi ide, memberikan informasi, maupun menjawab pertanyaan (Maulidah, 2021).

Tahap pelaksanaan P5 dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21 yang kedua adalah tahap kontekstual (imagine). Guru sebagai fasilitator dan pelaksana projek sangat berperan penting di tahap kontekstual karena guru akan menyampaikan informasi dan memberi pengarahan kepada siswa mengenai bagaimana pelaksanaan projek. Pada tahap ini, peserta didik diminta mengidentifikasi masalah di sekitar yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari (Budiono, 2023). Hal yang dilakukan pada tahap ini yaitu mencari materi terkait masakan Nusantara, menyiapkan alat dan bahan pembuatan, mereview hasil masakan Nusantara kemudian mendokumentasikan, mengenalkan beberapa masakan Nusantara melalui praktik memasak, dan mempersiapkan penyajian hasil masakan Nusantara. Hal tersebut relevan dengan penelitian yang menyatakan bahwa pada pembelajaran berbasis projek, peserta didik diminta mengembangkan idenya untuk menghasilkan suatu barang (Nurhayati, Jamaris, & Marsidin, 2022).

Pada tahap kontekstual, peserta didik setiap kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim untuk membuat produk yang telah ditentukan yang sesuai dengan tema. Produk yang dibuat kelas IV dalam melaksanakan P5 adalah makanan Nusantara berupa gudangan, makanan dari singkong, dan dawet ayu. Setiap tim diminta untuk berdiskusi bersama dengan anggota timnya untuk mengadakan studi kasus menganai permasalahan dan bagaimana cara pembuatan makanan tersebut. Mereka saling menuangkan idenya bersama dengan kelompok masing-masing dengan bimbingan guru.

(12)

Hal ini merupakan bentuk kolaborasi tim untuk mewujudkan tujuan yang sama (Yulliyanti, 2021). Kolaborasi adalah gotong royong dalam suatu kelompok untuk mendiskusikan suatu hal (Yanti & Rochmah, 2018). Kegiatan tersebut merupakan implementasi dari keterampilan pembelajaran abad 21 yaitu berupa komunikasi (communication), kolaborasi (collaboration), dan berpikir kritis (critical thinking).

Tahap pelaksanaan P5 dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21 yang ketiga adalah tahap aksi (do). Pada tahap aksi ini, peserta didik merumuskan peran dalam aksi yang nyata (Budiono, 2023). Tahap ini diawali dengan membuat proposal sederhana atau time schedule. Kemudian peserta didik menentukan masakan yang akan dibuat, menyiapkan alat dan bahan, dan praktik pembuatan masakan Nusantara yang telah ditentukan.

Peserta didik bersama dengan kelompoknya memulai untuk membuat produk makanan Nusantara sesuai dengan tema yaitu berupa gudangan, makanan dari singkong, dan dawet ayu. Siswa dibebaskan untuk mengolah masakan mereka masing-masing menjadi kreasi yang menarik. Hal ini didukung bahwa creativity merupakan kemampuan untuk membuat sesuatu baru yang menarik (Nurhalisah, Paida, & Rahmatiah, 2022).

Siswa sangat kompak dan bersemangat saat membuat produk tersebut. Hal ini relevan/sesuai dengan penelitian terdahulu yang mengemukakan bahwasanya kegiatan interaksi peserta didik yang dilakukan secara berkelompok akan terjalin komunikasi antar teman (Utami, 2015). Pengimplementasian keterampilan pembelajaran abad 21 sangat terlihat di tahap aksi ini. Peserta didik saling berkomunikasi (communication), bergotong royong/ berkolaborasi (collaboration), berkreativitas dengan ide-idenya yang kritis (creativity). Pendidik memiliki kewajiban untuk membentuk peserta didik supaya menjadi pelajar yang kreatif (Risminawati & Rofi’ah, 2015). Peserta didik harus kreatif dikarenakan tantangan yang dihadapi peserta didik saat melaksanakan pembelajaran di sekolah di era abad 21 yaitu memecahkan suatu permasalahan atau isu yang menjadi topik pembelajarannya (Beghetto & Zhao, 2022).

Tahap pelaksanaan P5 dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21 yang keempat adalah tahap share. Pada tahap share, peserta didik secara berkelompok mempresentasikan hasil produk yang telah dibuat. Mereka mempresentasikan dengan memberikan informasi mengenai alat dan bahan yang diperlukan saat membuat produk makanan Nusantara berupa gudangan dan dawet ayu.

Kemudian mereka menjelaskan bagaimana cara pembuatannya. Kegiatan tersebut merupakan implementasi dari keterampilan pembelajaran abad 21 yang berupa komunikasi (communication) dan kolaborasi (collaboration). Setelah mempresentasikan hasil produk, guru memberikan penilaian sebagai bentuk evaluasi. Guru dan peserta didik melaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan dan hasil projek. Hasil dari refleksi yang telah dilakukan maka digunakan sebagai acuan untuk rencana tindak lanjut pelaksanaan projek ke depannya.

Kegiatan projek yang telah dilaksanakan melalui berbagai rangkaian perlu dievaluasi supaya pembelajaran dapat lebih bermakna (Kholidah et al., 2022). Evaluasi merupakan suatu bentuk penilaian mengenai seberapa jauh suatu kegiatan telah tercapai, untuk mengetahui perbedaan pencapaian dengan standar tertentu. Bentuk evaluasi dapat menggunakan asesmen sumatif, formatif, dan diagnostik (Suardipa & Primayana, 2020).

Asesmen formatif dilakukan dengan guru memberikan penilaian di akhir proses projek yaitu mengadakan gelar karya atau pameran hasil produk yang telah dibuat peserta didik.

Pameran ini dimanfaatkan guru untuk memberikan penilaian kepada siswa saat mempresentasikan pengalaman belajarnya mengenai pembuatan masakan daerah kepada

(13)

orang lain, yang tentunya menjadi pengalaman yang sangat berharga dan bermakna.

Asesmen sumatif dilakukan dengan menilai produk yang dibuat peserta didik, mulai dari rasa dan penampilan. Sedangkan asesmen diagnostik dilakukan dengan guru menanyakan mengenai keadaan siswa selama projek berlangsung, apa saja yang sudah dipelajari, dan kendala atau kesulitan apa yang dialami. Selain itu, asesmen ini berguna untuk mendiagnosis sejauh mana peserta didik menyerap ilmu yang didapatkan dari guru selama pembelajaran (Kuswara, NUrmiati, Gazali, & Lume, 2021). Hal ini berguna sebagai refleksi dan tindak lanjut untuk memperbaiki projek ke depannya (Seco & Cendana, 2022).

PENUTUP

Dalam mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) kelas IV SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta terdapat beberapa perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan P5 untuk mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21, yaitu: 1) pembentukan tim/kelompok sebagai fasilitator atau pelaksana projek, 2) mengetahui bagaimana tahap kesiapan sekolah dalam melaksanakan projek, 3) menetapkan dimensi, tema, dan alokasi waktu pelaksanaan projek, 4) penyusunan modul projek, dan 5) perancangan asesmen pelaporan hasil projek. Proses pelaksanaan P5 untuk mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21 meliputi empat tahap, yaitu:

1) tahap fell (pengenalan), 2) tahap kontekstual, 3) tahap do (aksi), dan 4) tahap share.

Evaluasi P5 untuk mengimplementasikan keterampilan pembelajaran abad 21 dilakukan dengan mengadakan berbagai asesmen, yaitu asesmen formatif, sumatif, dan diagnostik melalui pelaksanaan gelar karya. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti mengenai hal tersebut, maka telah didapati kesimpulan bahwasanya implementasi keterampilan pembelajaran abad 21 dapat terlaksana melalui pelaksanaan P5. Pada pelaksanaan P5 di dalamnya terdapat kegiatan yang menunjukkan keterampilan pembelajaran abad 21 yang disebut dengan 4C, yaitu communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi), critical thinking (berpikir kritis), dan creativity (kreativitas).

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti berterimakasih kepada seluruh pihak yang telah bersedia terlibat dan membantu menyelesaikan penelitian ini. Terutama bagi kepala sekolah, guru, dan siswa SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Anton, & Trisoni, R. (2022). Konstribusi Keterampilan 4c Terhadap Projek Penguatan Propil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 2(3), 528–535. https://doi.org/10.47709/educendikia.v2i3.1895

Beghetto, R. A., & Zhao, Y. (2022). Democratizing Creative Educational Experiences.

Review of Research in Education, 46(1), vii–xv.

https://doi.org/10.3102/0091732X221089872

Budiono, A. N. (2023). Analisis Persepsi Komite Pembelajaran dan Praktik Baik Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka. Journal on Education, 5(2), 5340–5352. https://doi.org/10.31004/joe.v5i2.1278

Dike, D. D. (2019). Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Penguatan Karakter Di Sekolah Dasar Kota Sintang Kalimantan Barat. Profesi Pendidikan Dasar, 1(2), 145–164. https://doi.org/10.23917/ppd.v1i2.9159

(14)

Faiz, A., Parhan, M., & Ananda, R. (2022). Paradigma Baru dalam Kurikulum Prototipe.

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(1), 1544–1550.

https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i1.2410

Fatkhul Arifin, Tri Anzani Ashari, F. (2021). Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah.

Jurnal PGSD, 7(2), 53. https://doi.org/10.31602/muallimuna.v8i1.

Halimah, L. (2017). Keterampilan Mengajar sebagai Inspirasi untuk Menjadi Guru yang Excellent di Abad Ke-21 (Cetakan 1; N. F. Atif, ed.). Bandung: Refika Aditama.

Hidayati, A., Zaim, M., Rukun, K., & Darmansyah. (2014). The Development of Character Education Curriculum for Elementary Student in West Sumatera.

International Journal of Education and Research, 2(5), 61–70. Retrieved from https://www.ijern.com/journal/June-2014/16.pdf

Hikmasari, P., Kartono, K., & Mariani, S. (2018). Analisis Hasil Asesmen Diagnostik dan Pengajaran Remedial pada Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika melalui Model Problem Based Learning. Prisma, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 1, 400–408. Retrieved from https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/19610

Ismiyanti, Y., & Handoyo, E. (2021). Analisis Persepsi Dosen dan Mahasiswa terhadap Penerapan Model Kewirausahaan Berbasis Karakter. Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Budaya, 7(4), 79. https://doi.org/10.32884/ideas.v7i4.478

Kholidah, L. N., Winaryo, I., & Inriyani, Y. (2022). Evaluasi Program Kegiatan P5 Kearifan Lokal Fase D di Sekolah Menengah Pertama. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(6), 7569–7577. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i6.4177

Kurniawaty, I., Faiz, A., & Purwati, P. (2022). Strategi Penguatan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5170–5175.

https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3139

Kuswara, R. D., NUrmiati, Gazali, Z., & Lume. (2021). Asesmen Diagnostik Non- Kognitif Gaya Belajar Siswa di Sekolah Penggerak SMPN 4 Keruak, Lombok Timur. Alamtana: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(3), 128–134.

https://doi.org/https://doi.org/10.51673/jaltn.v2i3.828

Malik, R. S. (2018). Educational Challenges in 21St Century and Sustainable Development. Journal of Sustainable Development Education and Research, 2(1), 9. https://doi.org/10.17509/jsder.v2i1.12266

Maulidah, E. (2021). Keterampilan 4C Dalam Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini.

Childhood Education : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1), 52–68.

https://doi.org/10.53515/cji.2021.2.1.52-68

Nurhalisah, Paida, A., & Rahmatiah. (2022). Implementasi Pembelajaran Critical , Communication , Collaboration And Creativity ( 4c ) oleh Guru Bahasa Indonesia di SMPN 10 Barru. DEIKTIS: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 2(2), 170–

178. https://doi.org/https://doi.org/10.53769/deiktis.v2i2.257

Nurhayati, Jamaris, & Marsidin, S. (2022). Strengthening Pancasila Student Profiles In Independent Learning Curriculum In Elementary School. International Journal Of Humanities Education and Social Sciences (IJHESS), 1(6), 976–988.

https://doi.org/10.55227/ijhess.v1i6.183

Prihadi, E. (2018). Pengembangan Keterampilan 4C melalui Metode Poster Comment pada Mata Pelajarann PAI dan Budi Pekerti. Jurnal Pendidikan Islam Rabbani,

2(1), 464–479. Retrieved from

https://journal.unsika.ac.id/index.php/rabbani/article/view/1745

Purnama, B. J. (2022). Workshop Teknik Kelompok sebagai Strategi Efektif

(15)

Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Penyusunan Instrumen Penilaian. Ideguru:

Jurnal Karya Ilmiah Guru, 7(3), 308–316.

https://doi.org/10.51169/ideguru.v7i3.445

Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M., & Nurasiah, I. (2022). Jurnal basicedu. 6(3), 3613–3625. https://doi.org/https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2714

Risminawati, R., & Rofi’ah, S. N. (2015). Implementasi Pendidikan Ramah Anak Dalam Pembentukan Karakter Siswa Kelas Rendah Sd Muhammadiyah Program Khusus Kotta Barat Tahun Pelajaran 2013/ 2014. Profesi Pendidikan Dasar, 2(1), 68–76.

https://doi.org/10.23917/ppd.v2i1.1492

Rusdin, . (2017). Pendidikan Dan Pelatihan Sebagai Sarana Peningkatan Kompetensi Guru Di Smp Negeri 02 Linggang Bigung. Jurnal Administrative Reform, 5(4), 200.

https://doi.org/10.52239/jar.v5i4.885

Satria, R., Adiprima, P., Wulan, K. S., & Harjatanaya, T. Y. (2022). Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. In Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan. Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan.

Seco, V. Y. R., & Cendana, W. (2022). Penerapan Refleksi Pribadi Untuk Membantu Guru Menjalankan Peran Sebagai Fasilitator Pada Pembelajaran Daring. Padma

Sari: Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(02), 103–116.

https://doi.org/10.53977/ps.v1i02.371

Setiyani, E., Musadad, A. A., Wahyuni, S., & Abidin, N. F. (2020). Peningkatan Keaktifan dan Kerja Sama Melalui Pendekatan 4C dan Problem Posing dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas X IPS 2 SMAN 8 Surakarta. Yupa: Historical Studies Journal, 2(2), 126–136. https://doi.org/10.30872/yupa.v2i2.133

Suardipa, I. P., & Primayana, K. H. (2020). Peran Desain Evaluasi Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Widyacarya, 4(2), 88–100.

https://doi.org/https://doi.org/10.55115/widyacarya.v4i2.796

Sugiri, W. A., & Priatmoko, S. (2020). Persprektif Asesmen Autentik Sebagai Alat Evaluasi Dalam Merdeka Belajar. At-Thullab : Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 4(1), 53. https://doi.org/10.30736/atl.v4i1.119

Suma, K., Pujani, N. M., & Yunithasari, N. P. M. (2022). Pengembangan Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Proceeding Senadimas Undiksha, 1287–1298.

Retrieved from https://lppm.undiksha.ac.id/senadimas2022/prosiding/file/171.pdf Usman, H., & Akbar, P. S. (2006). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Utami, R. D. (2015). Membangun Karakter Siswa Pendidikan Dasar Muhammadiyah Melalui Identifikasi Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Profesi Pendidikan Dasar, 2(1), 32–40. https://doi.org/10.23917/ppd.v2i1.1542

Yanti, A., & Rochmah, D. (2018). Penerapan Keterampilan 4C Abad 21 Dalam Pembelajaran Pendidikan Dasar Di SDN Sunyaragi 1 Kota Cirebon. E- Journal.Umc.Ac.Id, 9–13. Retrieved from https://www.e- journal.umc.ac.id/index.php/pro/article/view/3489%0Ahttps://www.e-

journal.umc.ac.id/index.php/pro/article/view/3489/1776

Yulliyanti, L. (2021). Peningkatan Kompetensi Belajar Siswa Melalui Strategi Kolaborasi Komunitas dengan Pemanfaatkan Aplikasi Google Meet untuk Pembelajaran Daring yang Interaktif dan Komunikatif. JIRA: Jurnal Inovasi Dan Riset Akademik, 2(8), 1298–1308. https://doi.org/10.47387/jira.v2i8.211

Referensi

Dokumen terkait

MODUL PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA & PELAJAR RAHMATAN LIL ALAMIN Nama Madrasah : MI NU Tasywiquth Thullab Salafiyah TBS Kudus Mata Pelajaran : Akidah Akhlak Fase /

Merancang Dimensi, Tema, dan Alokasi Waktu Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Pemilihan Dimensi ● Tim fasilitator dan kepala satuan pendidikan menentukan dimensi profil pelajar

Data di analisis melalui reduksi data, menganalisis data, verifikasi data dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian menunjukan bahwa projek penguatan profil pelajar Pancasila menjadi

Kegiatan drama Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila P5 Pada gambar 2 Kegiatan drama dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila P5 dapat membantu siswa untuk lebih memahami

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Projek/ Kelas Tema Topik Sub Tema BentukKegiatan Sasaran NilaiProfil Wakt u Projek 1 Kelas 1 Kearifan Lokal Makananku, Budayaku

Asesmen Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Di SMA Negeri 1 Jasinga Asesmen Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Di SMA Negeri 1 Jasinga dibagi menjadi dua kategori yaitu;

KESIMPULAN Projek paradigma baru kurikulum merdeka dapat mewujudkan profil pelajar Pancasila peserta didik sekolah dasar melalui nilai-nilai kearifan lokal sasak heritage.. Nilai

Maka, dalam kurikulum merdeka setiap kegiatan Pramuka telah dirancang sedemikian rupa agar dapat menerapkan dimensi profil pelajar Pancasila sehingga kegiatan pramuka menjadi salah satu