• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA SEBAGAI IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PERENCANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA SEBAGAI IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

2476-9703 Terbit sejak

2015

Oktober 2023 Halaman:

55-71

MUALLIMUNA: JURNAL MADRASAH IBTIDAIYAH

Alamat web jurnal: http://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/jurnalmuallimuna

DOI: 10.31602/muallimuna.v9i1.10122

PERENCANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA SEBAGAI IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA

Eka Putri Ningsih1, Ika Fitriyati2,Muhammad Agung Rokhimawan3

12Magister PGMI, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

121204082012@student.uin-suka.ac.id, 221204082011@student.uin-suka.ac.id,

2muhammadrokhimawan@uin-suka.ac.id

Article history

Received: Revised: Accepted: Published:

24 Januari 2023 06 September 2023 11 September 2023 25 Oktober 2023

This is an open-access article under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License (CC BY-SA 4.0). Copyright © 2023 by authors.

Abstrak: Kurikulum merdeka yang dicanangkan oleh pemerintah didesain sebagai Upaya dalam memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia, pasca terpuruk akibat covid- 19. Sebuah hal baru dalam kurikulum merdeka yakni Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau dikenal dengan istilah P5. P5 dilaksanakan dalam bentuk kokorikuler yang mendukung kegiatan intrakurikuler. Karena merupakan hal baru maka P5 perlu direncanakan dengan matang agar sekolah memiliki konsep dan gambaran pelaksanaan dengan jelas untuk acuan perencanaan P5. Jika perencanaan matang dimungkinkan pelaksanaan P5 juga berjalan dengan lancar. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Bantul merupakah salah satu sekolah ploting yang telah melaksanakan kurikulum merdeka di Kabupaten Bantul Provinsi DI Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menggambarkan perencanaan P5 dalam implementasi kurikulum merdeka. Penelitian dilaksanakan di MIN 2 Bantul. Penelitian didesain dengan pendekatan kualitatif menggunakan metode studi kasus. Perolehan data observasi, wawancara, dan dokumentasi digunakan sebagai data untuk penelitian. Setelah semua data diperoleh peneliti menggunakan data untuk kemudian ditelaah serta dianalisis menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian yang telah dikakukan di MIN 2 Bantul menunjukkan bahwa MIN 2 Bantul melaksanakan perencanaan P5 dengan membentuk tim fasilitator, menentukan dimensi dan tema, merancang waktu pelaksanaan, merancang modul, dan merancang penilaian. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan penelitian selanjutnya terkait dengan perencanaan P5 dalam pengimplementasian kurikulum merdeka.

Kata Kunci: perencanaan, projek, pancasila kurikulum merdeka

PROJECT PLANNING FOR STRENGTHENING THE PROFILE OF PANCASILA STUDENTS AS IMPLEMENTATION OF THE INDEPENDENT CURRICULUM

Abstract: The independent program launched by the government is designed as an effort to improve the quality of education in Indonesia, following the decline caused by Covid-19. One of the new features of the independent program is the project to

(2)

strengthen the profile of Pancasila “P5” students. P5 is implemented in the form of extracurricular activities to support intracurricular activities. Because it is new, P5 requires careful planning so that schools have clear images and implementation diagrams as a reference for P5 planning. With careful planning, it is likely that P5 implementation will also go smoothly. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Bantul is one of the schools planning to implement an independent program in Bantul Regency, Yogyakarta Special Region province. Therefore, the purpose of this study is to describe P5's plans to undertake an independent research program. The study was conducted at MIN 2 Bantul. This research was designed using a qualitative method using a case study approach. Observation, interview and document data were used as research data. Once all the data is obtained, it is analyzed using the triangulation technique. The results of the research conducted at MIN 2 Bantul show that MIN 2 Bantul implements P5 planning by establishing a support team, identifying aspects and themes, designing implementation schedules, designing module and design review. We hope this study can become a reference for other studies related to P5 planning in the implementation of independent research programs.

Keywords: planning, projects, independent curriculum Pancasila

PENDAHULUAN

Perkembangan kemajuan zaman tidak dapat dibendung lagi. Mengajibatkan kemajuan yang pesat terhadap kehidupan yang disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemudahan pemerolehan informasi serta komunikasi. Pada saat ini perkembangan tersebut telah membawa perubahan dalam segala lini hidup, termasuk didalamnya dunia pendidikan. Pengimplementasian teknologi informasi dan komunikasi didalam pendidikan mengarah agar mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang diimplementasikan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikanpun sudah sepatutnya berubah disesuaikan dengan kebutuhan perserta didik serta kompetensi yang ingin dikembangkan, perubahan kurikulum merupakan hal yang dipandang wajar (Wahyudin, n.d.) karena jika kurikulum tidak dikembangkan, maka Indonesia akan mengalami kesulitan dalam mengatasi situasi yang cepat berubah serta penuh dengan ketidakpastian. Menyikapi hal tersebut, pemerintah Indonesia mencanangkan pemberlakuan kurikulum baru, yaitu kurikulum merdeka sebagai pengganti kurikulum 2013. Kebijakan pemerintah memperbarui kurikulum pendidikan di Indonesia ditujukan untuk pengembangan masyarakat digital, khususnya kemampuan fleksibel dalam menghadapi revolusi industri 4.0. (Fernandes, 2019). Perubahan kurikulum menjadi satu hal yang sangat penting agar mampu beradaptasi dengan kebutuhan siswa yang diselaraskan dengan perkembangan zaman.

Kurikulum merdeka belajar dengan istilah lain yakni kurikulum prototipe ialah kurikulum dengan pembelajaran berlandasakan dengan pendekatan bakat dan minat peserta didik. Keleluasaan yang diberikan memberikaan kebebasan belajar bagi guru ataupun siswa yang ditekankan dalam perubahan kurikulum merdeka dengan istilah merdeka belajar (Rahayu, Rosita, Rahayuningsih, Hernawan, & Prihantini, 2022).

Pembelajaran yang dilakukan didalam kurikulum ini yakni siswa dapat memilih pelajaran yang ingin dipelajari sesuai dengan bakat dan minatnya. Tujuan dari kurikulum merdeka adalah untuk mengkompensasi keterlambatan akademik akibat pandemi Covid-19 yang mengakibatkan pada masa pandemi Covid-19 pendidikan di Indonesia mengalami

(3)

learning loss. Solusi pemerintah dengan memberlakukan kurikulum darurat, nyatanya tidak dapat mengatasi permasalahan yang ada. Untuk itulah menteri pendidikan, Nadiem Makarim, mencanangkan kurikulum merdeka. Kurikulum ini diharapkan dapat melakukan pemulihan dalam pembelajaran (Jojor & Sihotang, 2022). Dalam jangka panjang, program ini dirancang untuk memastikan bahwa pendidikan di Indonesia dapat menyerupai pendidikan di negara-negara maju, memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih minat mereka selama studi.

Perbedaan kebijakan kurikulum 2013 dengan kurikulum merdeka ditinjau dari beberapa aspek seperti pembelajaran dan struktur kurikulum. Pendekatan pembelajaran yang saintifik untuk semua mata pelajaran digunakan pada saat pembelajaran dalam kurikulum 2013, sedangkan kurikulum merdeka menggunakan pembelajaran terdiferensiasi yang disesuai dengan tahap capaian peserta didik. Struktur kurikulum 2013 dikembangkan dalam system jam pelajaran yang diatur setiap minggunya. Sedangkan dalam kurikulum merdeka kegiatan pembelajaran dibagi dua bagian yaitu pembelajaran regular dan P5 (Kemendikbudristek, 2022).

Proyek penguatan profil pelajar Pancasila yang biasa disingkata dengan P5 menjadi istilah yang lebih mempermudah dalam mengengenal progam baru yang ada di kurikulum mereka, Selanjutnya istilah P5 akan digunakan dalam penulisan penilitain ini sebagai pengganti dari proyek penguatan profil pelajar Pancasila. P5 dirancang didasarkan pada riset yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang kompetensi yang harus dimiliki di abad 21 serta berbagai hasil kajian setema yang dihasilkan baik di Indonesia maupun internasional (Irawati, Iqbal, Hasanah, &

Arifin, 2022). P5 diharapkan mampu menjadi solusi atas satu pertanyaan besar, yakni siswa dengan profil dengan maksud kompetensi apa yang ingin dibentuk dan dihasilkan oleh sebuah sistem pendidikan yang akan dilakukan di Indonesia untuk memenuhi kompetensi abad 21. P5 mempunyai enam kompetensi yang dirumuskan sebagai dimensi kunci yang meliputi pertama yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki akhlak mulia, memiliki rasa berkebinekaan global, mampu bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan serta kreatif (Badan Standar Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek, 2022). Keenam dimensi tersebut saling berkaitan dan menguatkan. Keenam dimensi yang telah disebutkan diatas tersebut mendeskripsikan profil pelajar Pancasila yang bukan hanya fokus dalam mengembangakan pada kemampuan kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik sebagai bentuk prilaku yang sesuai jati diri bangsa Indonesia sekaligus warga dunia.

P5 adalah hal baru didalam kurikulum merdeka. Sesuatu progam baru dalam pembaharuan kurikulum memerlukan perhatian khusus. Pertama perlu adanya pemahaman konsep tentang P5 dari kepala sekolah sebagai penanggung jawab, dari guru sebagai pelaksana, siswa sebagai sasaran, serta wali murid sebagai pengambil manfaat.

Setelah konsep tentang P5 dipahami oleh stake holder yang ada, selanjutnya P5 perlu direncanakan agar tercipta panduan yang jelas. Perencanaan P5 melibatkan banyak pihak yakni seperti kepala sekolah, guru, komite, orang tua, dan masyarakat. Pihak-pihak tersebut disesuaikan dengan perencanaan yang disusun. Jika perencanaan sudah dilaksanakan dengan matang, dapat dimungkinkan bahwa pelaksanaannya akan berjalan dengan baik. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Sahnan sebuah rencana akan sangat mampu mempengaruhi sukses atau tidaknya suatu kegiatan (Sahnan, 2018).

Senada dengan hal tersebut, Hasnadi dalam ‘Perencanaan Sumber Daya Manusia Pendidikan’ menyatakan bahwa perencanaan akan mampu memberikan arah bagi lembaga pendidikan secara keseluruhan (Hasnadi, 2019).

(4)

Dari hasil penelitian terdahulu yang penulis temukan, yakni P5 sudah diteliti oleh beberapa orang. Penelitian dengan judul “Sinergi Peserta Didik dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila”. Penelitian dilakukan tersebut dilakukan untuk mendeskripsikan pentingnya penerapan P5 terhadapan pengembangkan sikap gotong royong dan kreativitas pada peserta didik kelas V Sekolah Dasar (Mery, Martono, Halidjah, &

Hartoyo, 2022). Dengan demikian perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan ialah pada focus penelitian. Peneliti terdahulu focus pada pentingnya penerapan projek, sedangkan penulis lebih focus kepada perencanaan projek.

Peneliti juga melakukan tinjauan terhadap penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan yang berjudul “P5 dalam Implementasi Kurikulum Prototipe di Sekolah Penggerak Jenjang Sekolah Dasar”, penelitian ini ialah penelitian dengan metode kepustakaan meliputi kajian tentang konsep projek, alur, serta assessment (Irawati et al., 2022). Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan merupakan penelitian dengan menggunkn metode penelitian dan ruang lingkup bahasan penelitian yang berbeda.

Penelitian yang peneliti lakukan menggunakan metode studi kasus dan memiliki ruang lingkup hanya pada perencanaan projek.

P5 yang menjadi kegiatan kokulikuler dengan berbasis projek yang dirancang sebagai penguat karakter pelajar Pancasila. P5 yang adalah bagian didalam kurikulum merdeka dirancang sebagai upaya mencapai tujuan kompetensi serta karakter yang sesuai dengan profil pelajar pancasila yang telah edisusun sesuai standar kelulusan yang telah dikaji oleh kementerian. Didasarkan pada observasi yang dilakukan peneliti dalam prakteknya dilapangan ditemukan guru sebagai fasilitator P5, masih ada yang belum memahami penyusunan P5 karenanya perlunya pelatihan penyususan P5 untuk sekolah.

Peneliti telah mencari informasi terkait P5 sebagai implementasi kurikulum merdeka yang menguraikan perencanaan P5. Namun peneliti belum berhasil menemukannya. Untuk itu peneliti berusaha melakukan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan sebab ingin menjawab permasalahan tentang pertanyaan bagaimana strategi yang ditempuh sekolah dalam merencanakan P5. Selanjutnya dapat diketahui juga siapa pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan tersebut. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap literatur tentang P5 dan kurikulum merdeka pada umumnya. Hasil penelitian juga bisa digunakan supaya pembaca memiliki pemahaman mendalam terkait dengan P5. Sehingga mampu merencanakan P5 untuk sekolahnya.

METODE

Pendekatan kualitatif digunakan sebagai pendekatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Moleong menjelasakan kualitatif sebagai sebuah pendekatan penelitian ialah penelitian yang mengharapkan adanya pemahaman yang khas tentang apa yang mampu dilakukan subjek penelitian, misalnya. perilaku, afirmasi, inspirasi, aktivitas, dan lain-lain secara holistik dan melalui deskripsi verbal dan linguistik, dengan menggunakan berbagai metode naturalistik (Moleong, 1989). Sedangkan menurut Sugiyono, kualiltatif sebagai pendekatan penelitian dimaksudkan sebagai penelitian yang berakar pada filsafat post-positivisme, yang dimanfaatkan dalam mempelajari kondisi suatu obyek yang alamiah, dimana peneliti digunakan sebagai alat utamanya penelitian. (Sugiyono, 2021).

Studi kasus sebagai metode penelitian yang digukanan dalam penelitian ini. Studi kasus sendiri merupakan bagian dari pendekatan kualitatif yang dimaksudkan agar peneliti hendaknya dapat mendalami sebuah kasus tertentu secara lebih mendalam dengan melibatkan intrumen penelitian unntuk mengumpulkan data dari beraneka sumber

(5)

informasi (Semiawan, n.d.). Sumber data ialah bahan utama yang dipakai sebagai bahan dalam pemecahan masalah atau untuk mengungkap sebuah gejala. Sumber data dalam sebuah penelitian merupakan subjek penelitian dari mana data penelitian didapatkan.

Sumber data dibagi menjadi sumber data primer serta sumber data sekunder. Data primer diperoleh dari data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari responden. Sumber data primer yang dalam penelitian ini merupakan kepala MIN 2 Bantul. Sedang sumber data sekunder ialah data yang telah dikumpulkan oleh orang lain dan kemudian dipergunakan kembali dengan cara yang berbeda. Sumber data sekunder pada penelitian ini merupakan artikel jurnal terkait dengan P5. Untuk dapat menggambarkan dan menginterpretasi objek penelitian apa adanya, hasil penelitian disajikan secara deskriptif (Zellatifanny &

Mudjiyanto, 2018).

Observasi, wawancara dan dokumentasi dipakai sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti. Tujuan dari pengumpulan data yang digunakan ialah untuk memperoleh data di lapangan yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu perencanaan P5.

Data yang diperoleh dari observasi dan wawancara diperkuat dengan dokumentasi yang terkait. Telaah pada data dilakukan berlandasakan pada teori Miles, Huberman, dan Saldana, yang menyatakan terdapat tiga tahapan dalam tahapan menganalisis sebuah data penelitian yaitu: (1) reduksi data (reduction), (2) penyajian data (data display), dan terakhir (3) penarikan kesimpulan (verification) (Miles, Huberman, & Saldana, 2018).

Reduksi data dilakukan dengan merangkum, memilih informasi yang pokok dan memfokuskan terhadap hal-hal yang penting. Data disajikan dalam bentuk uraian padat yang bersifat naratif. Pengambilan kesimpulan adalah langkah terakhir dalam melakukan teknik analisis data. Untuk mengukur keabsahan data penelitian dilakukan metode tringulasi. Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat mengkombinasikan beberapa metode atau sumber data dalam sebuah penelitian dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono, 2021).Tringulasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggabungkan teknik observasi, teknik wawancara, dan dokumentasi.

Penelitian dilaksanakan di MIN 2 Bantul sebagai madrasah piloting kurikulum merdeka di tahun 2022 di Kabupaten Bantul Provinsi DI Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada semester pertama tahun pelajaran 2022/2023. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni observasi langsung, wawancara mendalam dan dokumentasi juga digunkan untuk memperoleh data penelitian. Observasi dilakukan dengan mengamati ekosistem sekolah terkait perencanaan P5. Wawancara mendalam dilakukan bersama kepala MIN 2 Bantul untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan P5. Wawancara mendalam juga dilakukan kepada guru kelas 1 MIN 2 Bantul sebagai koordiator P5 di sekolah untuk mengetahui alur proses perencanaan P5.

Instrumen wawancara pada penelitian ini menitikberatkan pada beberapa point pertanyaan di antaranya 1), Siapa saja yang dilibatkan dalam proses perencanaan P5? 2) Apa yang menjadi dasar pertimbangan sekolah melibatkan pihak-pihak tertentu dalam perencanaan P5?, serta 3) Bagaimana alur proses perencanaan P5 yang dilaksanakan di MIN 2 Bantul?.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Didasarkan pada hasil wawancara yang dilakuakn bersama dengan kepala MIN 2 Bantul merencanakan P5 dengan terlebih dahulu melaksanakan beberapa tahap. Tahap yang pertama adalah mengadakan pelatihan tentang kurikulum merdeka untuk seluruh guru dan karyawan dengan mendatangkan tim ahli. Pelatihan tersebut dilaksanakan dalam

(6)

waktu dua hari. Pelatihan kurikulum ini dilakukan agar guru mampu memahami dengan baik kurikulum pembelajaran yang sedang berlaku. Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh guru inisial N, merasa membutuhkan pelatihan tentang kurikulum merdeka. Meskipun sumber belajar guru terkait P5 bisa didapatkan secara online, namun guru merasa memerlukan pelatihan secara langsung/luring untuk dapat berdiskusi secara langsung dengan tim ahli supaya dapat lebih memahami P5 sehingga memudahkan guru merumuskan P5.

Setelah semua mengetahui gambaran pelaksanaan kurikulum merdeka, maka dibentuklah tim fasilitator untuk merumuskan desaian P5. Tim fasilitator dibentuk melalui musyawarah guru dan karyawan, sebagaimana yang disampaikan oleh guru.

Pembentukan fasilitator menjadikan guru tidak merasa sendiri dalam melakukan projek, sejatinya P5 merupakan projek milik bersama. Semakin banyak anggota tim, akan semakin mudah merumuskan perencanaan P5 yang akan dilaksanakan.

Tim fasilitator beranggotakan guru kelas 1 dan kelas 4 sebagai guru pelaksana kurikulum merdeka, karyawan, dan dibantu perwakilan orang tua siswa kelas 1 dan kelas 4. Dengan arahan kepala madrasah tim fasilitator merencanakan projek yang berhubungan dengan perwujudan sekolah sehat. Karena MIN 2 Bantul pada tahun ini ditunjuk untuk mewakili lomba sekolah sehat. Sehingga berdasarkan kesepakatan bersama, kegiatan P5 yang dipilih adalah kegiatan bertanam sayuran kangkung . Kegiatan ini dirancang untuk menumbuhkan sikap kemandirian siswa. Siswa diharapkan bisa mengetahui cara menanam kangkung, cara merawat tanaman kangkung, serta cara memanen kangkung. Bahkan siswa juga diajarkan untuk memasarkan kangkung tersebut.

Projek menanam kangkung dilaksanakan di kebun madrasah yang berada di bagian belakang bangunan kelas. Selama ini kebun sudah ditanami sayuran seperti tomat, cabe, bayam, dan kangkung. Namun melihat masa subur tanaman yang pas saat ini adalah kangkung maka kangkunglah tanaman yang dipillih.

Perencanaan waktu dilakukan untuk penentuan agenda yang tepat supaya projek dilaksanakan sesuai tujuan yang diagendakan berkiatan dengan waktu (Wahidaty, 2021).

Perencanaan waktu ini diperlukan karena projek memiliki karakteristik yang khas sehingga diperlukan gambaran yang matang pula. P5 akan dilaksanakan dalam kegiatan intrakurikuler serta ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan pembelajaran ada dalam mata pelajaran (Dahlan, Mahyuddin, & Muslim, 2022). Dalam kegiatan intrakurikuler, siswa akan mendapatkan pelajaran dari guru tentang tema yang dipilih, alasan memilih tema tersebut, manfaat tema tersebut bagi siswa, dan sebagainya.

Kegiatan ini termasuk dalam jadwal pelajaran setiap hari di akhir jam belajar siswa.

Meskipun waktu belajarnya hanya sedikit dalam setiap harinya namun pelajaran P5 yang dilaksanakan secara rutin ini diharapkan akan mampu mengenalkan tema.

Projek juga dilaksanakan dalam aktivitas yang dilakukan dalam aktivitas kegiatan yang dilakukan pada saat ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran dan dimasukkan dalam kurikulum berdasarkan minat siswa, situasi dan kebutuhan sekolah (Pangestu, Parwata, & Wijaya, 2021). Sebagai contoh bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang dipilih ialah mengajak siswa melakukan praktik mengolah tanah dan menanam sayur. Kegiatan ini dipandu oleh guru kelas dibantu oleh karyawan sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan satu minggu sebelum kegiatan menanam dilaksanakan. Pelaksanaan P5 di MIN 2 Bantul dilaksanakan satu kali dalam satu semester.

Sebagai pedoman dalam melaksanakan P5 perlu disusun sebuah acuan tertulis agar bisa dijadikan panduan oleh pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan projek. Pedoman

(7)

tertulis itu dituangkan menjadi sebuah modul yang disusun bersama oleh tim fasilitator.

Modul projek disusun dengan komponen meliputi profil, tujuan, aktivitas, dan assessmen.

Profil modul berisi tema, topik atau dapat diganti dengan judul modul, fase atau jenjang sasaran, serta lama waktu kegiatan berlangsung. Tujuan dari pembuatan modul yang berisi tentang pemetaan dimensi, komponen, sub komponen profil pelajar Pancasila sebagai acuan dari projek profil serta rubrik pencapaian yang berisi rumusan kompetensi yang sesuai dengan fase peserta didik.

Isi kegiatan yang ada pada modul terdiri atas alur aktivitas kegiatan projek profil secara umum serta pemaparan secara detail tahapan kegiatan dan asesmen P5. Assesmen terdiri dari instrumen pengelolaan hasil dari asesmen yang digunakan untuk dapat menyimpulkan pencapaian projek profil. Sekolah bisa menggunakan modul projek sesuai dengan acuan modul yang sudah disediakan oleh pemerintah. Namun sekolah juga bisa melakukan adaptasi modul sesuai dengan kondisi sekolah. Bahkan sekolah bisa merancang modul secara mandiri. Penyusunan modul dilakukan dengan menimbang serta menilik kemudian dilakukan memetakan kondisi serta kebutuhan peserta didik. Setelah modul rancang dan disusun langkah selanjutnya adalah melakukan validasi modul yang sudah dibuat. Pengawas madrasah memberikan validasi modul sehingga bisa dikatakan sudah layak digunakan atau belum (Sumarjo, Pratama, & Vermantyasto, 2020) .

Fasilitator menetapkan komponen, sub komponen serta capaian fase peserta didik yang akan dijadikan sebagai tujuan dari kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dalam P5 ialah untuk mencapai enam dimensi projek seperti yang sudah ditentukan dalam panduan. Keenam dimensi tersebut ialah dimensi beriman sebagai dimensi pertama, bertakwa kepada tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia, aspek dalam dimensi ini ialah akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara. Dimensi kedua adalah berkebhinnekaan global. Dalam dimensi kebhinnekaan global memiliki cakupan yakni memiliki komponen mengenal dan menghargai budaya, komunikasi dan interaksi antar budaya, refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan, dan berkeadilan sosial.

Dimensi ketiga dalam modul P5 ialah bergotong royong. Dalam dimensi ini terdapat dimensi berkerjasama dalam kolaborasi, kepedulian, serta berbagi. Dimensi keempat adalah mandiri, bagian dalam dimensi ini merupakan pemahaman terhadap diri dan situasi yang dihadapi, serta regulasi diri. Dimensi kelima adalah dimensi bernalar kritis. Dalam dimensi ini terdapat komponen memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran dan prosedurnya, refleksi pemikiran dan proses berpikir. Dimensi terakhir dalam P5 adalah kreatif, bagian dalam dimensi kreatif terdiri atas menghasilkan gagasan yang otentik, menghasilkan karya dan tindakan yang otentik yang memiliki keterbaruan, dan memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan. Dalam P5 sekolah tidak harus memilih keenam dimensi tersebut, namun bisa memilih satu atau dua dimensi tergantung pada analisis kebutuhan sekolah. Komponen yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan dipaparkan lagi dalam sub komponen.

Evaluasi P5 diancang memiliki bersifat mudah dipahami dalam menyajikan perkembangan peserta didik, namun tidak memberatkan pendidik dalam pembuatan evaluasi P5. Evaluasi disajikan pada rapor yang dibagikan kepada masing-masing siswa.

Rapor terdiri atas hasil assesment terhadap performa siswa dalam projek. Rapor berisikan informasi yang sangat mudah dipahami sehingga berguna bagi siswa maupun wali murid (Wijayanti, Herawati, Sari, Warniasih, & Jamilah, 2022). Dari rapor yang dibagikan maka akan diketahui bagian mana yang masih membutuhkan bimbingan, serta

(8)

bagian mana yang sudah berkembang dan bagian mana yang sudah sangat bagus perkembangannya.

Meskipun beberapa bidang keilmuan bersinggungan dan diintegrasikan ke dalam proyek, namun bagian proyek fokus pada pengintegrasian pembelajaran dan pengembangan karakter serta keterampilan yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila., seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Penilaian projek yang dilaksanakan di kelas 1 MIN 2 Bantul dengan menggunakan skala yang dirumuskan dalam mulai berkembang yang kemudian disingkat dengan MB, sudah berkembang disingkat menjadi SB, berkembang sesuai harapan disingkat menjadi BSH, dan berkembang sangat baik disingkat BSB.

Perencanaan P5 yang dilakukan di MIN 2 Bantul dilaksanakan sesuai dengan panduan pengembangan P5 dari pemerintah. Perencanaan dikoordinir oleh kepala sekolah dengan melibatkan guru kelas 1 dan 4 sebagai pelaksana projek dibantu oleh tim fasilitator yang terdiri atas guru, karyawan, orang tua siswa, komite, dan masyarakat sekitar. Tim fasilitator merencanakan projek mulai dari awal sampai akhir, yaitu dari perencanaan tema atau dimensi, pengawasan projek, serta penilaian projek (Maisaro, Wiyono, & Arifin, 2018).

Pembahasan

P5 sebagai sebuah pembaruan yang ada dalam kurikulum merdeka ialah sebuah hal baru yang ada pada perubahan kurikulum sebelumnya. Komponen ini dipilih karena dianggap sebagai wujud nyata untuk menumbuhkan siswa yang memiliki keterampilan yang sesuai dengan perkembangan usia dan zaman. Rachmawati menyebutkan P5 adalah sebuaha upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia yang pembelajarannya mengedepankan pada pembentukan karakter (Rachmawati, Marini, Nafiah, & Nurasiah, 2022b). Melalui P5 pembentukan karakter serta kemampuan siswa yang ingin dibangun yakni kemampuan maupun keterampilan yang ada pada keseharian yang dihidupkan dalam diri setiap individu melalui budaya dalam sebuah satuan Pendidikan, dalam hal ini dilakukan dalam seebuah lembaga pendidikan sekolah dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, pembelajaran intrakurikuler, P5, dan ekstrakurikuler (Badan Standar Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek, 2022). Senada dengan hal tersebut, Dini Irawati, dkk memaparkan bahwa dalam P5 memuat kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi bagian dari warga dunia (Irawati et al., 2022).

P5 menjadi bagian dari kurikulum merdeka, berfokus dalam peningkatan kompetensi dan karakter pelajar melalui pembelajaran berkelompok yang membahas isu penting dalam kontek sesungguhnya atau pembelajaran secara kontektual. Pada pelaksanaannya P5 memang harus dikaitkan dengan keseharian dan proses pembelajaran bukan pada hasil atau produk akhir dari P5 (Yunita Anggraeny, Alfiah Sulalatin, &

Rahmantika Hadi, 2023). Pelakasanaan P5 dilakukan dengan fleksibel dari isi muatan, kegiatan dan waktu. Pelaksanaan sesuai dengan kebutuhan pelajar dan kondisi satuan pendidikan, sehingga P5 dapat memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Proses P5 terfokus pada proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi dan karakter pelajar. Melalui pengembangan serta proses pembelajaran P5 menggambarkan pelajar Idonesisa sebagai pembelajar sepanjang hayat (Aulia, Hadiyanto, & Rusdinal, 2023).

Perencanaan penerapan P5 di sekolah dilakukan dengan memberikan kesempatan belajar kepada siswa dalam situasi informal, fleksibel, dan interaktif. Situasi yang dibuat

(9)

demikian agar siswa mampu meningkatkan keterampilan serta kompetensi yang harusnya dimiliki siswa karena P5 memiliki kesempatan yang sama pada anak untuk mengembangkan ketrampilan yang dimiliki tanpa batasan serta terdapat keterkaitan langsung dengan lingkungan sekitarnya. Adapun prinsip yang ada dalam P5 yakni bersifat holistic, kontektual, berpusat pada siswa serta ekploratif. Dalam pelaksanaan P5 pendidik tetap melakukan pembelajaran dengan pembelajaran yang berbasis proyek dalam kegiatan pembelajaran yang membahas mata Pelajaran didalam kelas (intakurikuler).

Pembelajaran dengan berbasis proyek pada kegiatan intrakurikuler memiliki tujuan mencapai capaian pembelajaran. Penerapan P5 menjadi nuansa baru dalam pendidikan Indonesia dimana dengan adanya pembagian waktu terpisah membuat pendidik memiliki kesempatan berinovasi merancang serta merencanakan proyek sesuai dengan pilihan dimensi serta karakteristik yang dimiliki siswa (Rachmawati et al., 2022b).

P5 menjadi profil ideal diharapkan pengimplempentasiannya mampu berkembang sebab diwujudkan melalui enam dimensi yang terdapat dalam P5 sebagai kompetensi kunci. Keenam dimensi tersebut merupakan beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinnekaan global, mandiri, bernalar kirits, kreatif,. Dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia meliputi tiga ranah yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta (Wahono, 2018).

Dimensi ini tak lepas dari arah pendidikan nasional Indonesia yang memiliki tujuan yang tertuang pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 berkaitan dengan sistem pendidikan nasional. Searah dengan amanat undang-undang tersebut, maka pendidik bukan hanya berperan sebagai penyampai ilmu pengetahuan saja, namun bertanggung jawab juga untuk mendidik siswa menjadi indivisu yang bertakwa kepada Tuhan dan berakhlak mulia (Wally, 2022).

Dimensi kedua yang dikembangkan melalui P5 adalah dimensi mandiri. Dimensi ini dibangun untuk mendukung perkembangan jiwa siswa secara lahir dan batin menuju terbentuknya peradaban yang lebih baik (Maryono, Budiono, & Okha, 2018). Dimensi ini perlu dibangun terus agar siswa mampu melaksanakan tugasnya tanpa bantuan orang lain, baik itu tugas dalam pelajaran maupun tugas yang lainnya (Labudasari & Rochmah, 2019). Kedepannya diharapkan siswa memiliki kemandirian untuk hidup sesuai dengan zamannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemadirian siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Rahmayani, 2019), (Bungsu, Vilardi, Akbar, & Bernard, 2019), (Wiriani, 2021). Hasil belajar siswa adalah tujuan jangka pendek penerapan dimensi mandiri dalam proses pembelajaran. Sedangkan kemandirian yang ingin diwujudkan melalui P5 adalah kemandirian jangka panjang sehingga siswa mampu mandiri dalam hidupnya.

Dimensi ketiga yang dikembangkan melalui P5 adalah dimensi bernalar kritis.

Cara berpikir kritis penting diajarkan kepada siswa untuk memecahkan masalah dan menyelesaikan suatu masalah yang ditemuinya (Ernawati & Rahmawati, 2022). Berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan pada abad 21 yang sangat kompleks.

Dalam kehidupan abad 21 individu dituntut untuk memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif, berpikir kreatif, memecahkan masalah, serta mengambil sebuah keputusan dengan tepat (Armansyah, Nurwahidin, & Sudjarwo, 2022). Siswa dengan nalar kritis akan mampu memproses informasi yang diperoleh untuk memecahkan masalah belajarnya. Selanjutnya dapat dikembangkan untuk memecahkan masalah dalam hidupnya (Nursalam & Suardi, 2022).

(10)

Dimensi keempat yang akan dikembangkan dalam P5 adalah dimensi kreatif.

Melalui dimensi ini siswa dirangsang untuk memunculkan ide-ide baru maupun pengembangan dari sesuatu yang sudah ada menuju yang lebih baik lagi (Haryanto &

Siregar, 2022). Kemampuan berpikir kreatif dimaknai sebagai kemampuan untuk menghadirkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya dalam memecahkan masalah dan menemukan penyelesaian disertai rencana inovatif dengan mempertimbangkan munculnya hal-hal baru terkait dengan keputusannya tersebut (Ulandari, Putri, Ningsih,

& Putra, 2019). Dimensi kreatif ini perlu dikembangkan untuk menghadapi permasalahan yang mungkin akan ditemui siswa dalam kehidupan yang nyata.

Dimensi kelima yang dikembangkan dalam P5 adalah gotong royong. Gotong royong merupakan tradisi warisan bangsa yang sudah ada sejak jaman dahulu (D. D.

Permana et al., 2022), (Muhkam, 2022), (B. I. Permana & Mursidi, 2020), (Risdiany &

Dewi, 2021), (Pambudi & Utami, 2020), (Kiptiyah et al., 2020). Gotong royong meliputi tolong-menolong, musyawarah, menghargai kerjasama, dan menjunjung persatuan (Soleh & Pratiwi, 2021). Prinsip inti gotong royong terdiri atas kolaborasi, saling menghormati, dan bekerja sama untuk mencari jalan keluar atas suatu persoalan bersama (Aries, 2022). Gotong royong memiliki banyak kelebihan sehingga perlu terus dipertahankan dan dilestraikan agar tidak tergerus oleh arus perkembangan zaman.

Pelestarian nilai-nilai gotong royong dapat dilakukan melalui hal yang lingkup terkecil yakni keluarga, sekolah, sampai masyarakat. Salah satu cara yang dilakukan dalam upaya menanamkan serta melestarikan nilai gotong royong di sekolah adalah dengan memasukkan dimensi gotong royong dalam P5. Diharapkan siswa akan terbiasa melaksanakan praktik gotong royong sehingga dalam kehidupan yang nyata bisa tetap melaksanakannya.

Dimensi keenam dalam P5 adalah kebinekaan global. Kehadiran dimensi global dalam P5 ini merupakan respon atas kemajemukan bangsa Indonesia. Arah utama dalam dimensi ini adalah terbinanya kerukunan dalam sebuah kesatuan dan persatuan, sehingga sebagai warga negara menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat serta sulit untuk terpecah belah. Di samping itu dimaksudkan untuk mewujudkan siswa yang adaptif terhadap perubahan zaman tanpa meninggalkan kearifan budaya bangsa (Dewi & Putri, 2022). Kegiatan dalam dimensi kebinekaan global meliputi mengenalkan kearifan budaya, komunikasi antar adat istiadat, sehingga mampu menjadi panutan sebagai tanggung jawab atas kebinekaan (Dwipayana, Adnyana, & Antari, 2022). Praktik yang dapat dilakukan dalam P5 seperti tidak membedakan teman, bergaul dengan semua kalangan masyarakat, dan menerima masukan dari teman (Santika, 2022).

Enam dimensi yang telah dipaparkan di atas tersebut saling berkaitan, berkembang bersama, dan saling menguatkan sehingga mampu membentuk sebuah profil pelajar Pancasila yang utuh. Enam dimensi yang ada pada P5 disajikan dalam gambar berikut ini.

(11)

Gambar 1. Dimensi P5

Alur perencanaan P5 menurut Kemendikbud dalam menjalakan P5 diawali dengan membentuk tim fasilitator P5. Tim fasilitator projek dibentuk oleh kepala sekolah.

Tim fasilitator yang dibentuk memiliki peran dalam merencanakan serta melaksanakan kegiatan projek yang akan diberikan pada seluruh kelas di sekolah. Pengaturan peran dalam anggota tim dibutuhkan supaya mampu melaksanakan tugas sesuai dengan pembagian tuga dalam tim (Sijabat, Putera, & Rahayu, 2021). Langkah kedua mengidentikasi kesiapan pada satuan Pendidikan, kepala sekolah bekerja sama dengan tim fasilitator menentukan tingkat kesiapan pada satuan pendidikan. Dalam perancangan untuk pelaksanaan P5, tim yang terlibat harus mmpu saling bersinergi untuk mampu merumuskan perencanaan yang baik guna meminimalisir hambatan (Mavianti, Setiawan,

& Hutagalung, 2021).

Alur selanjutnya dalam merencanakan P5 adalah merancang dimensi, tema, dan pembagian managemen waktu. Alur ini dilakukan oleh tim fasilitator dengan memperhatikan situasi dan kondisi sekolah. Dimensi yang dipilih dalam P5 bisa hanya mengambil satu atau dua dimensi yang ada dari enam dimensi yang disediakan P5. Tema yang dipilih juga harus disesuaikan agar nampak menarik dan teraktual mungkin (Dja’far

& Fauzi, 2019). Pengaturan bagian waktu dalam pelaksanaan setiap projek tidak harus sama sesuai kebutuhan (Rachmawati, Marini, Nafiah, & Nurasiah, 2022a). Setelah itu tim fasilitator mulai menyusun modul projek. Modul terdiri atas sub elemen (tujuan projek);

mengembangkan topik, alur, durasi projek, serta mengembangkan aktivitas dan asesmen projek. Secara garis besar modul merupakan hasil rancangan yang dituangkan dalam bentuk pedoman pelaksanan P5 untuk memudahkan memahami materi (Wulandari, Yogica, & Darussyamsu, 2022). Sebagai langkah terakhir, tim fasilitator melakukan rencana strategi dalam pengolahan dan pelaporan hasil projek. Pelaporan dan evauasi yang dilakukan bertujuan untuk menilai perencanaan sehingga bisa diketahui kelemahan dan kelebihannya untuk dapat diperbaiki dan dikembangkan di masa yang akan datang (Shoheh & Ahmad, 2019).

Mewujudkan profil pelajar Pancasila sebagai tujuan dari P5 pada kurikulum Merdeka, bukan hanya guru dan siswa yang perlu dipersiapkan tetapi perlu juga ada kesiapan sekolah dalam mewadahi siswa melaksanakan projeknya. Di samping itu, perlu ada budaya sekolah yang mendukung pelaksanaan P5 tersebut. Budaya sekolah ialah seluruh aktifitas, kebiasaan, adat istiadat, serta kepercayaan yang sudah menjadi bagian

(12)

penting dari sebuah sekolah (Nashihin, 2019). Budaya sekolah merupakan sesuatu yang telah ada sejak lama keberadaannya di sekolah (given) maupun sesuatu yang sengaja dirancang di sekolah (willed). Budaya sekolah dibangun atas komitmen bersama stakeholder sekolah untuk dilaksanakan bersama. Budaya sekolah mampu mencerminkan keberhasilan sekolah dalam mengatur strategi, menghadapi sangkalan sehingga mampu bersaing untuk mencapai kualitas mutu pendidikan yang lebih baik (Rahayuningsih & Iskandar, 2022).

Budaya sekolah yang mampu mendukung P5 yaitu memiliki pikiran yang terbuka, senang mempelajari hal baru, dan kolaboratif. Sekolah harus mampu mewujudkan budaya berpikiran terbuka. Berpikir terbuka artinya proses mencari solusi atas suatu permasalahan sehingga ditemukan jawaban yang pasti (Aditomo, 2019).

Dengan berpikiran terbuka maka orang mudah menerima masukan atau bahkan kritikan.

Keterbukaan pikiran terhadap perbedaan pandangan berfikir dan perbedaan pendapat yang disikapi dengan baik makan akan memberikan perbaikan untuk berubah menjadi lebih baik.

Manajemen sekolah didesain untuk senang mempelajari hal baru agar senantiasa bisa meng-update informasi dan perkembangan yang ada untuk kemajuan sekolah.

Dengan senang mempelajari hal-hal baru akan memunculkan ide-ide kreatif sehingga mamapu membawa perubahan ke arah yang lebih baik (Ghifar, Yusuf, Sumardi, &

Wulandari, 2019). Dalam membangun budaya sekolah, kolaborasi juga diperlukan untuk meningkatkan efisiensi, memudahkan komunikasi, serta untuk mendapatkan ide-ide baru.

Budaya kolaboratif diharapkan dapat menjalin hubungan erat, sehingga memiliki kinerja yang baik (Irlana, Retnasih, & Faiz, 2021) . Lebih jauh, upaya kolaboratif juga perlu dilakukan sehingga perencanaan P5 akan berlangsung secara menyeluruh dan optimal.

PENUTUP

Sebagai madrasah piloting kurikulum merdeka Kabupaten Bantul pada tahun 2022, MIN 2 Bantul telah melakukan langkah-langkah strategis dalam perencanaan P5.

Tahapan pertama yang dilaksanakan adalah dengan membentuk tim fasilitator. Tim fasilitator selanjutnya akan menentukan dimensi, komponen, dan sub komponen yang hendak dicapai dalam projek yang akan dilaksanakan. Langkah selanjutnya adalah merancang pembagian waktu projek, menyusun modul dan tujuan projek, serta menyusun rencana penilaian projek. Perencanaan P5 dilakukan untuk mendukung terlaksananya projek dengan baik. Perencanaan melibatkan stake holder yang ada yakni kepala sekolah, guru, karyawan, orang tua siswa, komite, dan masyarakat sekitar. Perencanaan projek dilaksanakan sesuai dengan panduan pengembangan P5 dari pemerintah dan disesuaikan dengan sekolah sebagai pelaksana projek.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT telah memberikan kelancaran dalam penelitian ini. Terimakasih kepada Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dan MIN 2 Bantul serta tim redaksi/editor Jurnal Muallimuna yang memfasilitasi publikasi hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aditomo, A. (2019). Disposisi Berpikir Terbuka secara Aktif: Definisi, Pengukuran, dan Kaitannya dengan Prestasi Akademik. Jurnal Psikologi Teori Dan Terapan, 10(1), 1–14. https://doi.org/10.26740/jptt.v10n1.p1-14

(13)

Aries, A. M. (2022). Peningkatan Karakter Gotong Royong Melalui Market Day Di Sekolah Dasar. Dewantara : Jurnal Pendidikan Sosial Humaniora, 1(4), 68–81.

https://doi.org/10.30640/dewantara.v1i4.388

Armansyah, A., Nurwahidin, M., & Sudjarwo, S. (2022). Aksiologi Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Cakrawala Ilmiah, 2(4), 1423–1430.

Aulia, D., Hadiyanto, & Rusdinal. (2023). Analisis Kebijakan Kurikulum Merdeka Melalui Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar. Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar (JP2SD), 11(1), 122–133. https://doi.org/10.22219/jp2sd.v11i1.25923

Badan Standar Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek, B. S. K., dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek. (2022). Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Retrieved from file:///D:/KURMER%202022/Panduan-Penguatan-Projek-Profil-Pancasila.pdf Bungsu, T. K., Vilardi, M., Akbar, P., & Bernard, M. (2019). Pengaruh Kemandirian

Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Di Smkn 1 Cihampelas. Journal on Education, 1(2), 382–389. https://doi.org/10.31004/joe.v1i2.78

Dahlan, F., Mahyuddin, R., & Muslim, M. (2022). The Role of Schools and Physical Education in Supporting Sports Achievement: Literature Review. Jp.Jok (Jurnal Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan), 6(1), 117–128.

https://doi.org/10.33503/jp.jok.v6i1.2058

Dewi, N. K. N. S., & Putri, N. K. H. R. (2022). Pembelajaran Bahasa Sebagai Penguatan Profil Pelajar Pancasila Berkebhinekaan Global. Pedalitra: Prosiding Pedagogi, Linguistik, Dan Sastra, 2(1), 130–134.

Dja’far, A., & Fauzi, M. (2019). Implementasi Kegiatan Muhadharah Dalam Meningkatkan Kepribadian Siswa Di Pondok Pesantren Putri Babul Khairat Kertosari Pasuruan: Pancawahana : Jurnal Studi Islam, 14(2), 123–134.

Dwipayana, I. K. A., Adnyana, I. M., & Antari, N. L. P. S. (2022). Etnopedagogis Dalam Pengajaran Sastra Sebagai Alternatif Penguatan Wawasan Kebhinekaan Global.

Pedalitra: Prosiding Pedagogi, Linguistik, Dan Sastra, 2(1), 105–110.

Ernawati, Y., & Rahmawati, F. P. (2022). Analisis Profil Pelajar Pancasila Elemen Bernalar Kritis dalam Modul Belajar Siswa Literasi dan Numerasi Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(4), 6132–6144.

https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3181

Fernandes, R. (2019). Relevansi Kurikulum 2013 dengan kebutuhan Peserta didik di Era Revolusi 4.0. Jurnal Socius: Journal of Sociology Research and Education, 6(2), 70–80. https://doi.org/10.24036/scs.v6i2.157

Ghifar, R., Yusuf, A. E., Sumardi, S., & Wulandari, F. (2019). Peningkatan Kreativitas Guru Melalui Pengembangan Supervisi Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi.

Jurnal Manajemen Pendidikan, 7(2), 790–799.

Haryanto, H., & Siregar, N. N. (2022). Proses Berpikir Siswa Kreatif dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Lingkaran Kelas IX Berdasarkan Polya.

Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(3), 13772–13790.

https://doi.org/10.31004/jptam.v6i3.4503

Hasnadi, H. (2019). Perencanaan Sumber Daya Manusia Pendidikan. Bidayah: Studi Ilmu-Ilmu Keislaman, 141–148.

Irawati, D., Iqbal, A. M., Hasanah, A., & Arifin, B. S. (2022). Profil Pelajar Pancasila Sebagai Upaya Mewujudkan Karakter Bangsa. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 1224–1238. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.3622

(14)

Irlana, A., Retnasih, E., & Faiz, A. (2021). Kolaborasi Manajemen Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Uptd SDN 6 Margadadi | Prosiding

FKIP UMC. Retrieved from https://e-

journal.umc.ac.id/index.php/pro/article/view/2244

Jojor, A., & Sihotang, H. (2022). Analisis Kurikulum Merdeka dalam Mengatasi Learning Loss di Masa Pandemi Covid-19 (Analisis Studi Kasus Kebijakan Pendidikan). Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5150–5161.

https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3106

Kemendikbudristek, K. (2022). Perbandingan – Pusat Kurikulum dan Pembelajaran.

Retrieved December 21, 2022, from

https://kurikulum.kemdikbud.go.id/perbandingan/?jenjang=3&kurikulum1=1&k urikulum2=4

Kiptiyah, M., Athena, T., Hafidz, M., M, I. L., Soleh, B., & Mutmainnah. (2020). Rusa (rumah Sayur) Sebagai Pembentukan Pemuda Berkarakter Gotong Royong Di Kecamatan Banyusokah Sampang. JA (Jurnal Abdiku) : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2), 64–71. https://doi.org/10.31597/ja.v3i2.544

Labudasari, E., & Rochmah, E. (2019). Pengaruh gerakan literasi sekolah terhadap karakter mandiri siswa di SDN Kanggraksan Cirebon. Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, 9(1), 57.

https://doi.org/10.25273/pe.v9i1.4254

Maisaro, A., Wiyono, B. B., & Arifin, I. (2018). Manajemen Program Penguatan Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar. JAMP : Jurnal Administrasi Dan

Manajemen Pendidikan, 1(3), 302–312.

https://doi.org/10.17977/um027v1i32018p302

Mantra, I. B. N., Pramerta, I. G. P. A., Arsana, A. A. P., Puspadewi, K. R., & Wedasuwari, I. A. M. (2022). Persepsi Guru Terhadap Pentingnya Pelatihan Pengembangan Dan Pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Jurnal Inovasi Penelitian, 3(5), 6313–

6318. https://doi.org/10.47492/jip.v3i5.2073

Maryono, M., Budiono, H., & Okha, R. (2018). Implementasi Pendidikan Karakter Mandiri Di Sekolah Dasar. Jurnal Gentala Pendidikan Dasar, 3(1), 20–38.

https://doi.org/10.22437/gentala.v3i1.6750

Mavianti, M., Setiawan, H. R., & Hutagalung, F. (2021). Implementasi Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Bagi Siswa Baru Sekolah Dasar Di Era New Normal. Seminar Nasional Teknologi Edukasi Sosial Dan Humaniora, 1(1), 393–

397. https://doi.org/10.53695/sintesa.v1i1.334

Mery, M., Martono, M., Halidjah, S., & Hartoyo, A. (2022). Sinergi Peserta Didik dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Jurnal Basicedu, 6(5), 7840–7849.

https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i5.3617

Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. (2018). Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. SAGE Publications.

Moleong, L. J. (1989). Metodologi penelitian kualitatif. Remadja Karya.

Muhkam, M. F. (2022). Penumbuhan Karakter Gotong Royong Sebagai Ciri Utama Budaya Pancasilais (Studi Deskriptif Di SMA Negeri 3 Bandung). Abdi Pandawa: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 50–60.

Nashihin, H. (2019). Konstruksi Budaya Sekolah Sebagai Wadah Internalisasi Nilai Karakter. At-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, 8(1), 131–149.

Nursalam, N., & Suardi, S. (2022). Penguatan Karakter Bernalar Kritis Berbasis Integratif Moral untuk Siswa Sekolah Dasar dalam Program Kampus Mengajar di

(15)

Indonesia. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 7(8), 335–

342. https://doi.org/10.17977/jptpp.v7i8.15416

Pambudi, K. S., & Utami, D. S. (2020). Menegakkan Kembali Perilaku Gotong – Royong Sebagai Katarsis Jati Diri Bangsa. CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 8(2), 12–17.

https://doi.org/10.31764/civicus.v8i2.2735

Pangestu, B., Parwata, I. G. L. A., & Wijaya, M. A. (2021). Minat dan Motivasi Berprestasi Siswa dalam Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Bolavoli.

Indonesian Journal of Sport & Tourism, 3(2), 63–70.

https://doi.org/10.23887/ijst.v3i2.31937

Permana, B. I., & Mursidi, A. (2020). Peranan Tentang Nilai Gotong Royong Sebagai Bentuk Penerapan Sila Ke-Tiga Pancasila Di Desa Wonorejo Kecamatan Banyuputih Kab. Situbondo. Citizenship Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, 8(1), 13–20. https://doi.org/10.25273/citizenship.v8i1.5038 Permana, D. D., Legowo, E., Suwarno, P., Widodo, P., Saragih, H. R. J., & Aris, T.

(2022). Globalisasi dan Lunturnya Budaya Gotong Royong Masyarakat DKI Jakarta. Jurnal Kewarganegaraan, 6(2), 5256–5261.

https://doi.org/10.31316/jk.v6i2.3155

Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M., & Nurasiah, I. (2022a). Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam Impelementasi Kurikulum Prototipe di Sekolah Penggerak Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3), 3613–3625.

https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2714

Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M., & Nurasiah, I. (2022b). Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam Impelementasi Kurikulum Prototipe di Sekolah Penggerak Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3), 3613–3625.

https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2714

Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihantini, P. (2022).

Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak. Jurnal Basicedu, 6(4), 6313–6319. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3237

Rahayuningsih, Y. S., & Iskandar, S. (2022). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Menciptakan Budaya Sekolah yang Positif di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Basicedu, 6(5), 7850–7857. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i5.3626

Rahmayani, F. (2019). Hubungan Karakter Mandiri Siswa dalam Belajar dengan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Edutama, 6(2), 87–94.

https://doi.org/10.30734/jpe.v6i2.510

Risdiany, H., & Dewi, D. A. (2021). Penguatan Karakter Bangsa Sebagai Implementasi Nilai-Nilai Pancasila. Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(04), 696–711.

https://doi.org/10.36418/japendi.v2i4.140

Sahnan, M. (2018). Urgensi Perencanaan Pendidikan Di Sekolah Dasar. Pelita Bangsa Pelestari Pancasila, 12(2), 142–159.

Santika, I. W. E. (2022). Penguatan Nilai-nilai kearifan lokal Bali dalam membentuk Profil Pelajar Pancasila. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(4), 6182–

6195. https://doi.org/10.31004/jpdk.v4i4.6472

Semiawan, P. D. C. R. (n.d.). Metode Penelitian Kualitatif. Grasindo.

Shoheh, M., & Ahmad, A. (2019). Evaluasi Pembelajaran Dalam Konteks Fungsi, Tujuan Dan Manfaat Yang Dilakukan Oleh Pendidik (telaah Evaluasi Pembelajaran Dalam Mapel Pendidikan Agama Islam). Ahsana Media: Jurnal Pemikiran, Pendidikan Dan Penelitian Ke-Islaman, 5(2), 25–33.

(16)

Sijabat, K., Putera, R. E., & Rahayu, W. K. (2021). Kapabilitas Pemerintah Kota Padang Dalam Mitigasi Bencana Melalui Sekolah Cerdas Bencana. Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan, 2(2), 130–139. https://doi.org/10.20527/jpp.v2i2.3144 Soleh, A. R., & Pratiwi, D. R. (2021). Wujud nilai karakter gotong royong dalam teks nusantara bertutur pada harian kompas dan pemanfaatannya pada pembelajaran bahasa Indonesia sekolah dasar. Jurnal Fundadikdas (Fundamental Pendidikan Dasar), 4(3), 225–240. https://doi.org/10.12928/fundadikdas.v4i3.4363

Sugiyono, S. (2021). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (2nd ed., Vol. 3).

Bandung.

Sumarjo, S., Pratama, G., & Vermantyasto, T. (2020). Efektivitas Modul Estimasi Biaya Konstruksi Jalan Pada Mata Pelajaran Estimasi Biaya Konstruksi Di Smk N 1 Purworejo | Sumardjo | Jurnal Pendidikan Teknik Sipil. Retrieved December 25, 2022, from https://journal.uny.ac.id/index.php/jpts/article/view/36345/14822 Ulandari, N., Putri, R., Ningsih, F., & Putra, A. (2019). Efektivitas Model Pembelajaran

Inquiry terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Teorema Pythagoras. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2), 227–237.

https://doi.org/10.31004/cendekia.v3i2.99

Wahidaty, H. (2021). Manajemen Waktu: Dari Teori menuju Kesadaran Diri Peserta Didik. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4).

https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i4.1015

Wahono, M. (2018). Pendidikan Karakter: Suatu Kebutuhan Bagi Mahasiswa Di Era

Milenial. Integralistik, 29(2), 145–151.

https://doi.org/10.15294/integralistik.v29i2.16696

Wahyudin, A. dan. (n.d.). Kurikulum dalam tantangan perubahan. Bookies Indonesia.

Wally, M. (2022). Peran Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa. Jurnal Studi Islam, 10(1), 70–81. https://doi.org/10.3347/jsi.v2i1.2237

Wijayanti, P. S., Herawati, R., Sari, R. N., Warniasih, K., & Jamilah, F. (2022).

Pemantapan Komite Pembelajaran Dalam Menghadapi Kenaikan Kelas Pada Fase D Di Sekolah Penggerak Smp N 4 Patuk. Jubaedah : Jurnal Pengabdian Dan Edukasi Sekolah (Indonesian Journal of Community Services and School Education), 2(2), 204–212. https://doi.org/10.46306/jub.v2i2.81

Wiriani, W. T. (2021). Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Online. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 2(1), 57–63.

https://doi.org/10.33365/ji-mr.v2i1.436

Wulandari, F., Yogica, R., & Darussyamsu, R. (2022). Analisis Manfaat Penggunaan E- Modul Interaktif Sebagai Media Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid-19. Khazanah Pendidikan, 15(2), 139–144.

Yunita Anggraeny, V., Alfiah Sulalatin, S., & Rahmantika Hadi, F. (2023). Pendidikan Pancasila Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Dengan Metode Project Based Learning (Pjbl) Dalam Aktivitas Siswa Di Sdn 1 Bedingin. Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(1), 5701–5716.

Https://Doi.Org/10.23969/Jp.V8i1.8942

Zellatifanny, C., & Mudjiyanto, B. (2018). Tipe Penelitian Deskripsi Dalam Ilmu Komunikasi. Jurnal Media Dan Komunikasi, 1, 83–90.

Https://Doi.Org/10.17933/Diakom.V1i2.20

Referensi

Dokumen terkait

Selain pada pelajaran bahasa Indonesia, profil pelajar Pancasila juga dilakukan dalam pembelajaran Matematika (Al Hadad, 2022). Hasilnya, melalui kegiatan proyek

Sekolah Penggerak yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa melalui tema kewirausahaan yang terdapat dalam Projek Penguatan Profil Pelajar

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Projek/ Kelas Tema Topik Sub Tema BentukKegiatan Sasaran NilaiProfil Wakt u Projek 1 Kelas 1 Kearifan Lokal Makananku, Budayaku

Asesmen Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Di SMA Negeri 1 Jasinga Asesmen Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Di SMA Negeri 1 Jasinga dibagi menjadi dua kategori yaitu;

Asesmen Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Di SMA Negeri 1 Jasinga Asesmen Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Di SMA Negeri 1 Jasinga dibagi menjadi dua kategori yaitu;

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar dalam situasi tidak formal, struktur belajar yang fleksibel, kegiatan belajar yang lebih

KONSTRIBUSI KETERAMPILAN 4C TERHADAP PROJEK PENGUATAN PROPIL PELAJAR PANCASILA PADA KURIKULUM MERDEKA Anton1, Ridwal Trisoni2 Program Pascasarjana, UIN Mahmud Yunus

Implementasi dari itu bisa dilihat dari adanya beberapa program khusus yang bertujuan untuk membumikan Pancasila dalam kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila P5 yaitu