i
ANALISIS POSTUR KERJA PADA OPERATOR MESIN KUBOTA DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA
(RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT)
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Program Studi Teknik Industri
Oleh:
DEFIN ALDENOF 11552102638
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU
2023
iii
iv
v
iv
LEMBAR HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL
Tugas akhir yang tidak diterbitkan ini terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau adalah terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta pada penulis. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau ringkasan hanya dapat dilakukan seizin penulis dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.
Penggandaan atau penerbitan sebagian atau seluruh Tugas Akhir ini harus memperoleh izin dari Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Perpustakaan yang meminjamkan Tugas Akhir ini untuk anggotanya diharapkan untuk mengisi nama, tanda peminjaman dan tanggal pinjam.
v
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.
Pekanbaru, Januari 2023 Yang membuat pernyataan,
DEFIN ALDENOF
NIM. 11552102638
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
(Q.S Al-Insyirah ayat: 5-6)
Segala puji dan syukur kupersembahkan bagi sang penggenggam langit dan bumi, dengan Rahmaan Rahiim yang menghampar melebihi luasnya angkasa raya. Dzat yang menganugerahkan kedamaian
bagi jiwa-jiwa yang senantiasa merindu akan kemaha besarannya
Lantunan sholawat beriring salam penggugah hati dan jiwa, menjadi persembahan penuh kerinduan pada sang revolusioner Islam, pembangun peradaban manusia yang beradab Muhammad
Shallallahu „Alaihi Wasallam.
Tetes peluh yang membasahi asa, ketakutan yang memberatkan langkah, tangis keputus asaan yang sulit dibendung, dan kekecewaan yang pernah menghiasi hari-hari kini menjadi tangisan
penuh kesyukuran dan kebahagiaan yang tumpah dalam sujud panjang. Alhamdulillah maha besar Allah, sembah sujud sedalam qalbu hamba haturkanatas karunia dan rizki yang melimpah, kebutuhan
yang tercukupi, dan kehidupan yang layak.
Ku persembahkan...
Kepada kedua orang tuaku, Ayahku yang bernama Nofri Henri dan Ibuku yang bernama Rahma Dewita yang selalu ada untukku berbagi dan mendengar segala keluh
kesahku, serta Eli Desnita dan Muharni Erawati yang sudah seprti ibuku sendiri selalu mendoakan ku dalam meraih impian dan cita-cita serta mendapat RidhoNya…
Pekanbaru, 12 januari 2023
Defin Aldenof
vii
ABSTRAK
Proses pemanenan menggunakan mesin kubota dapat membantu mempercepat pemanenan padi. Namun pada saat operator mengangkat padi yang ditampung karung diangkat melakukan gerakan-gerakan yang berulang-ulang sehingga menyebabkan terjadinya muskuloskletal, kemudian proses pemindahan karung beras tumpuk dalam jumlah banyak juga dilakukan secara manual. Hal ini menyebabkan operator berpotensi mengalami keluhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keluhan musculoskeletal yang dialami operator mesin kubota dan mengevaluasi postur kerja operator mesin kubota. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode REBA (Rapid Entire Body Assesment). Hasil dari penelitian ini adalah Posisi tubuh operator mesin kubota saat mengumpulkan padi dapat menimbulkan kelainan tulang belakang. Kelainan ini terjadi karena posisi peletakan karung tempat mengumpulkan padi yang terlalu rendah membuat operator mesin kubota harus menunduk dalam bekerja. Posisi kerja yang menunduk berpengaruh pada leher dan kaki operator saat bekerja.
Postur kerja operator mesin Kubota berada dalam keadaan beresiko yang tinggi dengan nilai REBA sebesar 10 dan perlu dilakukan perbaikan secepatnya. Jika tidak dilakukan akan menimbulkan terjadinya kelainan tulang belakang.
Perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan meninggikan posisi peletakan karung pengumpul padi agar operator tidak menunduk saat bekerja.
Kata kunci : Ergonomi, zMusculoskeletal Disorders, dan REBA (Rapid Entire Body Assesment)
viii
ABSTRACT
The harvesting process using a kubota machine can help speed up rice harvesting.
However, when the operator lifts the rice that the sacks contain, he performs repetitive movements that cause musculoskeletal pain, then the process of moving the rice sacks in large quantities is also done manually. This causes operators to potentially experience complaints. The purpose of this study was to identify musculoskeletal complaints experienced by the kubota machine operator and to evaluate the working posture of the kubota machine operator. The method used in this study is the REBA (Rapid Entire Body Assessment) method. The results of this study are the body position of the kubota machine operator when collecting rice can cause spinal abnormalities. This abnormality occurs because the position of placing the sacks where the rice is collected is too low, making the kubota machine operator have to look down while working. The bent working position affects the operator's neck and legs while working. The work posture of the Kubota machine operator is in a highrisk condition with a REBA value of 10 and needs to be repaired as soon as possible. If not done will cause spinal abnormalities. Improvements that can be made are by elevating the position of laying the rice collecting sacks so that the operator does not look down while working.
Keywords: Ergonomics, Musculoskeletal Disorders, andREBA (Rapid Entire Body Assesment)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahuwata‟ala atas segala rahmat, karunia serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Postur Kerja Pada Operator Mesin Kubota Dengan Menggunakan Metode REBA (Rapid Entire Body Assesment)” sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi Wasallam.
Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Teknik di Jurusan Teknik Industri Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Banyak sekali yang telah penulis peroleh berupa ilmu pengetahuan dan pengalaman selama menempuh pendidikan di Jurusan Teknik Industri.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hairunas, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
2. Bapak Dr. Hartono, M.Pd selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
3. Ibu Misra Hartati, S.T., M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
4. Bapak Anwardi ST. MT selaku pembimbing akademik sekaligus penguji 1 tugas akhir yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan petunjuk yang sangat berguna saat penulis menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
5. Bapak Muhammad Ihsan Hamdy ST., MT selaku pembimbing 1 yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan
x
memberikan petunjuk yang sangat berguna saat penulis menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
6. Bapak Muhammad Rizki MT. M.B.A selaku dosen penguji 2 yang telah yang telah banyak membantu serta menyumbangkan ide-idenya guna untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Industri UIN SUSKA RIAU, yang telah banyak memberikan ilmu dan diskusi-diskusi yang membangun selama proses menimba ilmu di bangku perkuiahan.
8. Rekan seperjuangan Home Stay terutama Muhammad Rezki Azhari, S.T dan Rahmad Fauzi Hidayahtullah, S.T yang ada disaat susah maupun senang serta memberikan motivasi dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
9. Rekan tongkrongan ga glory ga ganteng yang selalu menghibur dan memberikan semangat serta dorongan kepada penulis
10. Keluarga besar Teknik Industri Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dan rekan-rekan Angkatan 2015 Jurusan Teknik Industri yang selalu memberikan dorongan semangat dan motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
11. Diri sendiri yang tidak pernah memutuskan untuk menyerah dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.
Tugas Akhir ini jauh dari kesempurnaan karena sejatinya kesempurnaan itu milik Allah Subhanahuwata‟ala, untuk itu dengan segala kerendahan hati, segala saran serta kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk pembelajaran dimasa mendatang.
Akhirnya, semoga Tugas Akhir ini dapat berguna dan memberikan hikmah dan ide bagi siapa saja yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pekanbaru, 12 Januari 2023
Defin Aldenof
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL ... iv
LEMBAR PERNYATAAN ... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Batasan Masalah ... 5
1.6 Posisi Penelitian ... 6
1.7 Sistematika Penulisan... 7
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Ergonomi ... 8
2.2 Manfaat Ergonomi ... 8
2.3 Konsep Keseimbangan dalam Ergonomi ... 9
2.4 Kapasitas Kerja ... 11
2.5 Antropometri ... 14
2.6 Pengukuran Antropometri ... 15
xii
2.7 Biomekanika ... 16
2.8 Material Handling ... 18
2.9 Postur Kerja ... 19
2.10 Musculoskeletal Disorders ... 20
2.11 Pengaruh Postur Kerja Terhadap Musculoskeletal Disorders 20 2.12 Nordic Body Map ... 21
2.13 Rapid Entire Body Assesment (REBA) ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Pendahuluan ... 30
3.2 Studi Literatur ... 30
3.3 Rumusan Masalah ... 30
3.4 Pengumpulan Data ... 30
3.5 Pengolahan Data ... 31
3.6 Analisa ... 32
3.7 Kesimpulan dan Saran ... 32
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data ... 33
4.2 Pengolahan Data ... 33
4.3 Metode REBA (Rapid Entire Body Assesment) ... 33
4.3.1 Penilaian Postur Operator Mesin Kubota ... 33
BAB V ANALISA 5.1 Analisa Penilaian Postur Operator Mesin Kubota ... 38
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 41
6.2 Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Proses Mesin Kubota ... 2
1.2 Kesalahan Postur kerja ... 3
2.1 Konsep Dasar dalam Ergonomi ... 10
2.2 Pengukuran Tangan ... 15
2.3 Pengukuran Kaki ... 15
2.4 Pengukuran Kepala ... 16
2.5 Pengukuran Lebar Bahu ... 16
2.6 Nordic Body map ... 21
2.7 Klasifikasi Penilaian Bagian Leher ... 23
2.8 Klasifikasi Penilaian Bagian Kaki ... 24
2.9 Klasifikasi Penilaian Bagian Badan ... 24
2.10 Klasifikasi Penilaian beban ... 25
2.11 Klasifikasi Penilaian Bagian Lengan Atas ... 26
2.12 Klasifikasi Penilaian Bagian Lengan Bawah... 26
2.13 Klasifikasi Penilaian Bagian Pergelangan Tangan ... 27
2.14 Klasifikasi Penilaian beban ... 27
2.15 Klasifikasi Penilaian Bagian Lengan Atas ... 28
3.1 flowchart Metodologi Penelitian ... 31
4.1 Kegiatan Memanen Pada Menggunakan Mesin Kobota ... 34
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1.1 Rekapitulasi Kuesioner Nordic Body Map berdasarkan
pengelompokan jenis keluhan. ... 3
1.2 Posisi Penelitian ... 6
2.1 Penentuan Skor Untuk Grup A ... 25
2.2 Penentuan Skor Untuk Group B ... 28
2.3 Penentuan Skor Untuk Group C ... 29
2.4 Kategori Level Resiko REBA ... 30
4.1 Penentuan Skor Grup A ... 35
4.2 Penentuan Skor Group B ... 36
4.3 Penilaian Group C ... 37
4.4 Kategori Level Resiko REBA ... 38
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Dokumentasi ...
B Daftar Riwayat Hidup ...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembangnya teknologi sederhana dan modern pada industri di Indonesia dapat meninggikan ilmu pengetahuan dan keterampilan kerja dalam pengoperasian, pemeliharaan dan memperbaiki pada mesin produksi. Perusahaan harus menerapkan sistem kerja yang baik dengan merancang alat sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan agar tidak menimbulkan dampak negatif atau musculokeletal pada penggunanya. Perancangan pada bidang industri sangat berperan penting untuk memudahkan pengguna dalam melakukan pekerjaannya.
Dalam melakukan perancangan diperlukan tinjauan dari segi ergonomi.
Pada dasarnya manusia diciptakan agar dapat melakukan berbagai aktivitas dalam pekerjaan, apabila masa otot menerima beban yang melebihi kapasitas terus menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan keluhan dan cidera pada otot dan kecacatan yang menyebabkan gangguan pada aktivitas kerja. Keluhan yang dirasakan pada bagian otot baik keluhan ringan atau parah disebut Musculoskeletal disorders (MSDs). Musculoskeletal disorders membahas mengenai keluhan pada otot yang sering dirasakan, otot-otot yang mengalami keluhan antara lain leher, bahu, kaki, lengan, pergelangan tangan, jari, pinggang. Menurut beberapa ahli, beberapa faktor lain seperti umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat menjadi penyebab timbulnya keluhan sistem musculoskeletal.
Musculosceletal Disorders (MSDs) merupakan keluhan seseorang mengenai ototnya mulai dari keluhan ringan hingga berat. Biasanya keluhan disebabkan oleh otot yang melakukan pekerjaan dalam jangka waktu yang lama.
Keluhan pertama pada muskuloskeletal berupa rasa sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur, dan rasa terbakar yang berakibat pada ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pergerakan dan koordinasi yang menyebabkan penurutnan efisiensi, kehilangan waktu kerja dan penurunan produktivitas tenaga kerja.
2 Gambar 1.1 Proses Mesin Kubota
(Sumber: Pengumpulan Data, 2022)
Pada gambar 1.1 terdapat mesin Kubota dioperasikan oleh operator dalam proses panen padi. Cara kerja mesin Kubota diawali dengan mesin yang dioperasikan operator melewati padi yang sudah layak panen, lalu mesin memproses padi yang masuk memisahkan batang dengan buah padi kemudian buah padi dimasukan ke dalam karung goni oleh operator melalui pipa mesin tempat keluarnya buah padi. Adanya beberapa kendala yang dirasakan oleh operator dan mesin dalam melakukan proses produksinya.
Gambar 1.2 Kesalahan Postur kerja (Sumber: Pengumpulan Data, 2022)
Pada Gambar 1.2 diatas masalah yang sering dihadapi oleh operator yaitu posisi tubuh operator pada saat proses pemanenan padi yang dimana postur tubuh operator berdiri tegak dan jongkok dengan waktu yang lama. Posisi yang seperti ini bisa menyebabkan keluhan muskuloskuletal pada operator mesin kubota.
Kegiatan ini terjadi secara berulang-ulang mulai dari mengambil karung goni, menyiapkan goni untuk menampung padi, serta berdiri dalam waktu yang lama, banyak terjadi ketidak nyamanan dan nyeri pada tangan, punggung dan kaki.
A B
3 Pada saat proses pemanenan berlangsung mesin kubota bisa menanen padi dalam satu hari itu menargetkan bisa memanen 1 hektar lebih, 8 petak sawah. Dari jam 10.30 sampai jam 12.00 dapat memanen 3 petak, mulai jam 13.30 sampai jam 17.30 bisa memanen 5 petak sawah. Keluhan operator pada saat jam kerja berlangsung dalam sehari yang terjadi adalah kram pada kaki, nyeri pada bahu, nyeri pada lengan, dan sakit pinggang. Berikut ini Tabel rekapitulasi kuesioner Nordic Body Map berdasarkan pengelompokan jenis keluhan:
Tabel 1.1 Rekapitulasi Kuesioner Nordic Body Map berdasarkan pengelompokan jenis keluhan.
Kategori Jenis Keluhan
Tidak Sakit 9,10,11
Agak Sakit 1,19,20,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21 Sakit 2,3,4,5,6,7,8,9,22,23,24,25,26,27
Sangan Sakit Tidak ada
(Sumber: Pengumpulan Data, 2022)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis gerakan- gerakan yang dilakukan operator pada mesin kubota pada beberapa keadaan yang menyebabkan operator merasakan gangguan muskuloskeletal, dengan menggunakan metode REBA dan antropometri termasuk penilaian postural leher, punggung, lengan, pergelangan tangan pekerja. , dan kaki. Nilai atau luas ini menunjukkan postur tubuh dari derajat cedera muskuloskeletal yang dialami oleh operator dalam melakukan pekerjaannya. Metode REBA digunakan untuk menilai dengan cepat postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki pekerja. Metode REBA relative mudah digunakan karena untuk mengetahui nilai suatu posutr tidak diperlukan besar sudut yang spesifik. Hanya sebuah sudut.
Keluhan muskuloskeletal yaitu keluhan pada bagian tertentu dari otot rangka yang dirasakan oleh seseorang dari sangat ringan sampai sangat nyeri, jika otot menerima beban statis secara terus menerus dan dalam waktu lama dapat menimbulkan keluhan berupa kerusakan sendi, ligamen dan tendon. Keluhan
4 kerusakan ini sering disebut sebagai musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera sistem muskuloskeletal.
Permasalahan yang muncul adalah adanya gerakan operator yang memungkinkan terjadinya keluhan muskuloskeletal. Pada saat operator mengangkat padi yang ditampung karung diangkat melakukan gerakan-gerakan yang berulang-ulang sehingga menyebabkan terjadinya muskuloskletal, kemudian proses pemindahan karung beras tumpuk dalam jumlah banyak juga dilakukan secara manual. Hal ini menyebabkan operator berpotensi mengalami keluhan.
Jika ukuran alat tidak disesuaikan dengan ukuran manusia, orang yang menggunakan alat tersebut pada suatu saat akan membuat tubuh stres, stres tubuh dapat berupa ketidaknyamanan, kelelahan, nyeri, pusing dan sejenisnya.
1.2 Rumusan Masalah
“Berdasarkan permasalahan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana menganalisis postur kerja pada operator mesin kubota dengan menggunakan metode REBA?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi keluhan musculoskeletal yang dialami operator dibagian mesin kubota
2. Mengevaluasi dan menganalisa postur kerja operator pada mesin kubota
1.4 Manfaat Penilitan
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk membantu penulis mengembangkan ilmunya dan menerapkan teori-teori yang diperoleh selama mengajar ke dalam laporan penelitian sesuai dengan kondisi lapangan.
5 2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada perusahaan dalam upaya memperbaiki postur kerja operator mesin kubota dengan tujuan untuk mengurangi risiko gangguan muskuloskeletal guna meningkatkan produktivitas.
1.5 Batasan Masalah
Diperlukan ruang lingkup atau batasan yang jelas dalam melakukan peneitian agar pembahasan dapat lebih terarah dan jelas. Adapun batasan penelitian ini adalah sebgai berikut:
1. Pengambilan data dilakukan pada bulan juni.
2. Penelitian tidak memperhitung biaya dalam usulan perbaikan yang akan diberikan.
1.6 Posisi Penelitian
Adapun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2 Posisi Penelitian
No. Judul dan Penulis Permasalahan Metode Hasil
1
Analisa postur kerja dan perancangan alat bantu untuk aktivitas manual material handling industri kecil (Andy Wijaya 2008)
Postur kerja yang masih digunaan masih
menggunakan manual.
Metode OWAS
Merancang alat bantu yang ergonomis bagi pekerja manual material handling, serta mengidentifikasi postur kerja dan memberikan rekomendasikan perbaikan sistem kerja
2
Perancangan trolli pemindahan gallon air mineral yang ergonomis (Danang Saputra 2013)
Merancang galon air yang
ergonomis
Data
Antropometri dan OWAS
Merancang Troli pemindahan galon air mineral dan
menghitung estimasi biaya pembuatannya (Sumber: Pengumpulan Data, 2022)
6 Tabel 1.2 Posisi Penelitian
No. Judul dan Penulis Permasalahan Metode Hasil
3
Perbaikan Sistem Kerja Pada Aktivitas Pekerja
CV. Rangga Beton (Merry Siska 2018)
Postur kerja yang kurang ergonomis
dengan pemindahan dilakukan secara
manual
Metode PATH (Posture, Activity, Tools,
And Handling)
Menganalisa postur, aktivitas, peralatan serta penanganan, sehingga dapat menilai tingkat resiko ergonomi yang terjadi dan dapat
memberikan usulan perbaikan sistem kerja
4
Perancangan Ulang Jemuran Pakaian Ergonomis (Anwardi 2017)
Postur tubuh yang tidak ergonomis
NBM dan Data Antropometri
Untuk mendapatkan rancangan jemuran pakaian yang ergonomis sehingga dapat menurunkan keluhan pengguna saat melakukan aktivitas menjemur pakaian.
5
Analisis Postur Kerja Pada Operator Mesin Kubota Dengan Menggunakan Metode Reba (Rapid Entire Body Assement) (Defin Aldenof, 2023)
Postur tubuh yang kurang ergonomis yang
menyebabkan keluhan muskuloskletal
REBA
Untuk
mengidentifikasi keluhan
musculoloskeletal yang dialami operator di bagian mesin Kubota
Mengevaluasi dan menganalisa postur kerja pada mesin Kubota
(Sumber: Pengumpulan Data, 2022)
1.7 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah yang menjadi objek penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini diuraikan teori dan beberapa konsep yang berkaitan dengan penelitian dan metode dari permasalahan yang ada sebagai dasar penulisan, pengolahan data serta dalam analisis dan pembahasan.
7 BAB III METODOLOGI PENELTIAN
Bab ini berisikan tujuan penelitian yang dilakukan dan kerangka penelitian yang menggambarkan bentuk penelitian yang dilakukan serta langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan laporan penelitian.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini menjelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam proses pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder, dan membahas data teknis untuk memecahkan masalah. Selain berisi langkah-langkah pengolahan data yang terkumpul untuk digunakan memecahkan masalah.
BAB V ANALISA
Pada bab ini berisikan analisa terhadap setiap postur kerja yang telah dilakukan pengolahan data.
BAB VI PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan tentang hasil kegiatan penelitian yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditetapkan pada bab l. Pada bab ini juga terdapat saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka (Triyani & Zulfikar, 2017). Ergonomi adalah penyesuaian tugas kerja dengan keadaan tubuh manusia dengan tujuan untuk mengurangi stres bagi pekerja. Ergonomi merupakan aturan dalam sistem kerja.
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Dengan demikian, ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek manusia di lingkungan kerja yang diperiksa dalam hal anatomi, fisiologi, psikologi, teknik, manajemen, perancangan dan desain.
Menurut International Ergonomics Association (IEA), Ergonomi adalah studi tentang interaksi manusia dengan elemen lain dari suatu sistem, dan merupakan profesi yang menerapkan prinsip-prinsip teoritis, data, dan metode untuk merancang pekerjaan yang mengoptimalkan kesehatan manusia dan kinerja sistem secara keseluruhan. Ergonomi adalah disiplin sistematis, sekarang diterapkan pada semua aspek aktivitas manusia.
Ergonomi memiliki focus utama yaitu manusia, mesin, dan lingkungan yang saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi tersebut menghasilkan suatu sistem kerja yang tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya yang dikenal dengan istilah worksystem.
2.2 Manfaat Ergonomi
Ergonomi secara khusus akan mempelajari batas-batas interaksi manusia dengan teknologi dan produknya. Dengan ergonomi, persyaratan tugas, peralatan, metode kerja dan lingkungan diselaraskan dengan kemampuan, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk mencapai kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman dan efisien. (Sudarmojo et al., 2016). Dalam ergonomi, prinsip, metode dan data ilmiah dari berbagai disiplin diaplikasikan untuk
9 mengembangkan sistem perekayaasaan dimana manusia memainkan peranan penting. Prinsip yang selalu digunakan dalam ergonomic adalah prinsip fitting the task to the man, yang berarti menyesuaikan pekerjaan dengan kemampuan pekerja. Hasil yang diharapkan adalah dapat meningkatkan pencapaian.
Tujuan utama dari ergonomi adalah untuk menciptakan keadaan psikis dan fisik yang sehat bagi pekerja, dengan menyelaraskan kapasitas dan keterbatasan manusia dengan tugas atau pekerjaan yang akan dilakukan guna menciptakan sistem kerja yang manusiawi, kompetitif dan berkelanjutan. (Sudarmojo et al., 2016).
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomic adalah (Tarwaka & Bakri, 2016):
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan mencegah cedera dan penyakit akibat kerja, mengurangi beban kerja fisik dan mental, dan meningkatkan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas hubungan sosial, pengelolaan dan koordinasi kerja yang efektif, dan penguatan jaminan sosial selama masa usia kerja dan setelah tidak ada produktivitas.
3. Mencapai keseimbangan yang tepat antara aspek yang berbeda yaitu aspek teknis, ekonomi, antropologi dan budaya dari setiap sistem kerja dilakukan untuk menghasilkan pekerjaan yang berkualitas dan kehidupan yang berkualitas.
2.3 Konsep Keseimbangan dalam Ergonomi
Ergonomi adalah cabang ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi yang bertujuan untuk menghadirkan alat, metode, dan lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan, kapasitas, dan keterbatasan manusia sehingga manusia dapat bekerja secara optimal, menguntungkan tanpa merugikan pekerjaannya. Dari sudut pandang ergonomis, antara kebutuhan dan tugas, kapasitas tenaga kerja harus selalu seimbang untuk mencapai efisiensi kerja yang tinggi.
10 Dalam kata lain, tuntutan tugas pekerjaan tidak boleh terlalu rendah dan juga tidak boleh terlalu berlebihan. Karena kedua hal tersebut dapat menyebabkan pekerja menjadi stress. Konsep keseimbangan antara kapasitas kerja dengan tuntutan tugas tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Konsep Dasar dalam Ergonomi (Tarwaka & Bakri, 2016)
Kemampuann kerja ditentukan oleh:
1. Personal capacity, meliputi faktor usia, jenis kelamin, antropometri, Pendidikan, pengalaman, status social, agama dan kepercayaan, status Kesehatan, kesegaran tubuh, dan sebagainya.
2. Physiological capacity, meliputi kemampuan dan daya tahan cardio- vaskuler, saraf otot, panca indra, dan sebagainya.
3. Psycological capacity, meliputi segala hal yang berhubungan dengan kemampuan mental, waktu reaksi, kemampuan adaptasi, stabilitas emosi, dan sebagainya.
4. Biomechanical capacity, berkaitan dengan kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon dan jalinan tulang.
Tuntutan tugas bergantung pada:
1. Task and material characteristics, ditentukan oleh karakterisitk perlatan dan mesin, tipe, kecepatan, dan irama kerja, dan sebagainya.
11 2. Organication characteristics, berhubungan dengan jam kerja dan jam istirahat, kerja malam dan bergilir, cuti dan libur, manajemen, dan sebagainya.
3. Environmental Chaaracteristics, berkaitan dengan manusia teman setugas, suhu dan kelembapan, bising dan getaran, penerangan, sosio budaya, tabu, norma, adat dan kebiasaan, bahan-bahan pencemar, dan sebagainya.
Performansi atau tampilan sesorang sangat tergantung kepada rasio dari besarnya tuntutan tugas dnegan besarnya kemampuan yang bersangkutan. Dengan demikian, apabila:
1. Jika rasio permintaan tugas lebih besar dari bakat atau kapasitas kerja, manifestasi akhirnya adalah: ketidaknyamanan, terlalu banyak bekerja, kelelahan, kecelakaan, cedera, sakit, sakit dan tidak efektif.
2. Sebaliknya, jika persyaratan tugas lebih rendah dari bakat atau kapasitas kerja, manifestasi akhirnya adalah: stres, kebosanan, kebosanan, apatis, penyakit, dan inefisiensi.
3. Agar penampilan menjadi optimal, diperlukan keseimbangan dinamis antara persyaratan misi dan kemampuan properti untuk mencapai lingkungan dan kondisi yang sehat, aman, nyaman dan produktif.
2.4 Kapasitas Kerja
Untuk mencapai tujuan ergonomi sebagaimana tersebut di atas, harus ada keselarasan antara pekerja dan pekerjaannya, sehingga pekerja dapat bekerja sesuai dengan kemampuan, kapasitas dan keterbatasannya. Secara umum, kapasitas, kemampuan, dan keterbatasan seseorang ditentukan oleh banyak faktor yang berbeda, yaitu: usia, jenis kelamin, ras, antropometri, status kesehatan, nutrisi, kebugaran jasmani, pendidikan, keterampilan, budaya, perilaku, kebiasaan, dan kemampuan beradaptasi. (Tarwaka & Bakri, 2016).
1. Umur
Usia seseorang sebanding dengan kemampuan fisiknya sampai batas tertentu dan mencapai puncaknya pada usia 25 tahun. Pada usia 50-60, kekuatan otot
12 berkurang 25%, kemampuan gerak cepat berkurang 60%. Selain itu, daya tampung penduduk usia > 60 tahun hanya 50% dari penduduk usia 25 tahun.
Peningkatan usia menyebabkan penurunan; VO2 max, penglihatan, pendengaran, kecepatan diskriminasi, pengambilan keputusan dan memori jangka pendek. Dengan demikian pengaruh umur harus selalu dijadikan pertimbangan dalam memberikan pekerjaan pada seseorang.
2. Jenis kelamin
Secara umum, wanita hanya dua pertiga dari kapasitas fisik atau kekuatan otot pria, tetapi dalam beberapa kasus, wanita lebih menuntut daripada pria.
Untuk pekerjaan fisik, wanita memiliki VO2 max 15-30% lebih rendah daripada pria. Kondisi ini menyebabkan wanita memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi dan kadar Hb darah yang lebih rendah dibandingkan pria. Wanita memiliki kapasitas aerobik maksimum 2,0 L/menit, sedangkan pada pria sedikit lebih tinggi yaitu 3,0 L/menit. Selain itu, wanita memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap suhu dingin daripada suhu panas. Ini karena tubuh wanita memiliki jaringan yang memiliki konduktivitas termal lebih tinggi daripada pria. Oleh karena itu, pekerja wanita akan memiliki reaksi periferal yang lebih banyak saat bekerja di cuaca panas. Dari uraian tersebut jelas bahwa untuk mendapatkan angkatan kerja yang tinggi perlu diupayakan pembagian pekerjaan antara laki-laki atau perempuan sesuai dengan kemampuan, kapasitas dan keterbatasannya.
3. Antropometri
Data antropometri penting dalam mengidentifikasi alat dan kegunaannya.
Relevansi hubungan antara antropometri pekerja dengan alat yang digunakan sangat mempengaruhi sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja. Data antropometri dapat digunakan untuk mendesain pakaian, tempat kerja, lingkungan kerja, mesin, peralatan dan kendaraan kerja, serta produk konsumen.
13 4. Status Kesehatan dan nutrisi
Status kesehatan dan status gizi atau status gizi sangat erat kaitannya dan mempengaruhi produktivitas dan efisiensi kerja. Untuk bekerja, tubuh membutuhkan energi, jika terjadi kekurangan baik kuantitas maupun kualitas maka kemampuan bekerja akan terganggu. Harus ada keseimbangan antara input dan output dari energi yang harus dikeluarkan. Nutrisi yang cukup tidak cukup, tetapi tubuh yang sehat diperlukan agar nutrisi dapat dicerna dan didistribusikan ke organ-organ dalam tubuh. Selain jumlah kalori yang tepat, sangat penting untuk mendistribusikan kalori selama bekerja. Misalnya, menawarkan makanan ringan atau snack manis dan teh setiap 1,52 jam setelah bekerja terbukti meningkatkan produktivitas di tempat kerja dibandingkan dengan hanya makan siang saat istirahat.
5. Kesegaran jasmani
Kebugaran adalah kemampuan tubuh manusia untuk menyesuaikan atau menyesuaikan diri dengan beban fisik yang dihadapinya tanpa menimbulkan kelelahan dengan memiliki kapasitas cadangan untuk menyelesaikan aktivitas selanjutnya. Dalam semua aktivitas kerja, pekerja harus dalam kondisi fisik yang baik agar tidak cepat lelah dan menjaga kestabilan efisiensi kerja dalam waktu yang lama.
6. Kemampuan kerja fisik
Kemampuan kerja fisik merupakan kemampuan fungsional seseorang untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang memerlukan aktivitas otot untuk jangka waktu tertentu. Durasi aktivitas dapat bervariasi dari beberapa detik (untuk kerja daya tahan) hingga beberapa jam (untuk kerja daya tahan).
2.5 Antropometri
Antropometri berasal dari bahasa latin anthropos yang berarti orang dan metron yang berarti ukuran, sehingga antropometri berarti pengukuran tubuh manusia. Antropometri adalah studi tentang dimensi tubuh manusia. Antropometri adalah ilmu yang mempelajari erat kaitannya dengan dimensi dan karakteristik
14 fisik tertentu dari tubuh manusia seperti berat, volume, pusat gravitasi, sifat inersia bagian tubuh dan kekuatan kelompok otot. Antropometri adalah pengukuran ukuran tubuh atau fitur fisik lain dari tubuh yang terkait dengan desain apa yang dikenakan seseorang. Ketika dimensi tubuh pekerja diketahui, maka dimungkinkan untuk merancang peralatan kerja, bangunan dan produk sesuai dengan dimensi tubuh pekerja untuk menciptakan kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja. (Purnomo, 2012).
Antropometri adalah kumpulan data numerik mengenai karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatannya, dan penerapan data ini untuk memecahkan masalah desain. Salah satu keterbatasan prestasi kerja. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan data antropometri bangunan sebagai acuan dasar dalam perancangan infrastruktur konstruksi. Antropometri merupakan salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam ergonomi yang memegang peranan penting dalam perancangan sarana dan prasarana kerja. (Wijaya et al., 2016).
Antropometri dapat dibagi menjadi:
1. Antropometri statis
Antropometri statis adalah pengukuran tubuh dan karakteristik tubuh saat istirahat (statis) untuk posisi yang telah ditentukan atau standar Contoh: lebar bahu, telapak tangan, kepala dan kaki.
2. Antropometri dinamis
Antropometri dinamis meliputi pengukuran tubuh atau karakteristik tubuh yang bergerak, atau pengamatan terhadap gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja melakukan aktivitas. Contoh: Sudut tangan, sudut pergelangan kaki.
2.6 Pengukuran Antropometri Manusia
Pengukuran antropometri manusia adalah sebagai berikut (Wijaya et al., 2016):
1. Pengukuran Tangan
Yaitu dimensi tubuh antropometri tangan menjelaskan dimensi tubuh
15 yang di ukur.
Gambar 2.2 Pengukuran Tangan (Sumber: Wijaya et al., 2016) 2. Pengukuran kaki
Yaitu dimensi tubuh antropometri kaki menjelaskan dimensi tubuh yang di ukur.
Gambar 2.3 Pengukuran Kaki (Sumber: Wijaya et al., 2016)
3. Pengukuran kepala
Yaitu dimensi tubuh antropometri tangan menjelaskan dimensi tubuh yang di ukur.
16 Gambar 2.4 Pengukuran Kepala
(Sumber: Wijaya et al., 2016) 4. Pengukuran lebar bahu
Yaitu dimensi tubuh antropometri tangan menjelaskan dimensi tubuh yang di ukur.
Gambar 2.5 Pengukuran Lebar Bahu (Sumber: Wijaya et al., 2016) 2.7 Biomekanika
Pada dunia industri efisiensi para pekerja sangat penting untuk diperhatikan, karena merupakan faktor penting dalam proses produksi.
Biomekanika menggambarkan beban yang dibawa pekerja dan meminimalkannya untuk mengurangi kecelakaan dan kesehatan kerja. Biomekanika mengukur kebugaran tenaga kerja, seperti kebugaran dan kapasitas mekanis tubuh manusia saat melakukan aktivitas dan metode kerja, fasilitas dan peralatan yang dirancang untuk kinerja menyesuaikan dengan kemampuan tubuh manusia untuk melakukan suatu pekerjaan. (Wijaya dan Muhsin, 2018).
Pendekatan biomekanik berfokus pada struktur tulang dan tempat pengangkatan, di mana struktur tulang, terutama tulang belakang, akan mengalami
17 tekanan yang tidak semestinya saat mengangkat, meskipun jarang. Pendekatan biomekanik menganggap tubuh manusia sebagai suatu sistem yang terdiri dari sejumlah elemen yang saling bergantung yang saling berhubungan oleh sendi dan jaringan otot yang ada. Metode biomekanik berguna untuk mengukur kebugaran dan daya tahan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu, guna mencapai cara kerja yang lebih baik untuk mengurangi risiko cedera. (Wijaya dan Muhsin, 2018).
Untuk mengurangi kelelahan dan risiko patah tulang dan otot di bawah kondisi kerja yang berulang, posisi dan pengoperasian pengontrol harus senyaman mungkin sehingga beroperasi dengan cara yang paling efisien. Selain itu, untuk mendapatkan kemiringan sudut posisi kaki atau tangan relatif terhadap horizontal, di mana gaya terbesar dapat diterapkan, kondisi berikut harus dipenuhi: (Wijaya dan Muhsin, 2018):
1. Analisis biomekanik secara keseluruhan melihat kondisi masing-masing otot.
2. Model biomekanik yang disederhanakan berdasarkan sistem muskuloskeletal untuk memprediksi beban pada tulang belakang untuk mengangkat beban kerja.
3. Metode eksperimental pengukuran langsung kekuatan otot.
2.8 Material Handling
Material handling atau pemindahan barang adalah ilmu yang meliputi penanganan, pemindahan, pengepakan atau pengemasan, penyimpanan serta pengawasan dan pengendalian bahan baku. Proses perpindahan materi ini akan berlangsung dari satu tempat ke tempat lain secara vertikal, horizontal atau dalam kurva yang membentuk orbit (Wattimena dan Maitimu, 2015).
Kegitan pemindahan bahan merupakankegiatan yang memakan biaya dan mempengaruhi struktur biaya produksi, sehingga harus direncanakan, dipantau, dikendalikan dan ditingkatkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
(proses) sebagai berikut: (Wattimena dan Maitimu, 2015):
18 1. Meningkatkan kapasitas produksi
Peningkatan kapasitas produksi dapat dicapai melalui:
a. Meningkatkan output tenaga kerja per jam kerja.
b. Meningkatkan efisiensi mesin atau peralatan dengan mengurangi waktu henti
c. Pertahankan alur kerja yang lancar di pabrik.
d. Peningkatan pemantauan kegiatan produksi.
2. Mengurangi limbah buangan (waste)
Untuk mencapai tujuan ini, maka dalam kegiatan pemindahan bahan harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Kontrol sebanyak mungkin impor dan ekspor bahan yang ditransfer.
b. Menghilangkan kerusakan material selama transportasi.
c. Fleksibilitas untuk menanggapi kondisi tertentu dan kondisi gerak materi tergantung pada sifatnya.
3. Memperbaiki kondisi area kerja
Pemindahan bahan yang baik akan dapat memenuhi tujuan ini dengan cara:
a. Menciptakan kondisi kerja nyaman dan aman.
b. Mengurangi faktor kelelahan bagi pekerja atau operator.
c. Menigkatkan perasaan nyaman bagi operator.
d. Memacu Pekerja untuk mau bekerja lebih produktif lagi.
4. Memperbaiki distribusi material
Kegiatan material handling memiliki sasaran:
a. Meminimalkan risiko kerusakan produk selama pergerakan material dan transportasi.
b. Jalur transfer material yang ditingkatkan.
c. Lokasi dan pemasangan tetap di fasilitas penyimpanan.
d. Meningkatkan efisiensi di bidang pengiriman barang.
e. Pengurangan biaya Pengurangan biaya ini dapat dicapai dengan mengurangi biaya persediaan, memanfaatkan ruang dengan lebih baik, dan meningkatkan produktivitas.
19 2.9 Postur Kerja
Postur kerja merupakan poin yang menentukan dalam analisis prestasi kerja. Jika postur kerja operator baik dan nyaman, maka dapat dikatakan hasil yang diperoleh operator akan baik. Namun, jika postur kerja operator tidak wajar, operator akan mudah lelah. Jika operator rawan mengalami burnout, maka hasil penyelesaian pekerjaan operator juga akan berkurang dan tidak sesuai dengan yang diinginkan. (Sulaiman dan Sari, 2016).
Sikap menghindar dan postur kerja yang buruk ini, pertimbangan ergonomis termasuk menyarankan hal-hal seperti (Wakhid, 2017):
1. Mengurangi kebutuhan operator untuk bekerja dalam posisi membungkuk dan sering beroperasi atau untuk jangka waktu yang lama.
2. Operator tidak boleh menggunakan jangkauan maksimum yang mungkin.
3. Operator tidak boleh duduk atau berdiri saat bekerja dalam waktu lama dengan kepala tertunduk atau miring.
4. Penetapan sikap dan posisi kerja menurut pertimbangan tersebut di atas terutama ditujukan untuk menciptakan kenyamanan bagi Pekerja dengan memperhatikan sikap dan posisi kerja yang mereka sukai.
2.10 Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Musculoskeletal Disorders atau (MSDs) adalah keluhan muskuloskeletal yang dialami seseorang berkisar dari keluhan yang sangat ringan sampai yang sangat nyeri. Jika otot memikul beban berat secara terus menerus dan dalam waktu yang lama, hal ini dapat menimbulkan gejala berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Klaim atas kerusakan umumnya dianggap sebagai gangguan muskuloskeletal (MSD) atau cedera muskuloskeletal (Ramadhani, dkk, 2018).
2.11 Pengaruh Postur Kerja terhadap Musculoskeletal Disorders
Musculoskeletal adalah bahaya pekerjaan yang berhubungan dengan gangguan otot yang disebabkan oleh postur tubuh yang buruk saat melakukan aktivitas kerja. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada beberapa bagian muskuloskeletal yang dirasakan seseorang, mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai dengan keluhan yang sangat nyeri. Jika otot menerima beban statis secara
20 terus menerus dan dalam waktu yang lama, hal ini dapat menimbulkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Tuntutan tersebut sering disebut sebagai tuntutan musculoskeletal disorders (MSD) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara umum, keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Keluhan sementara (Reversible), yaitu Keluhan otot terjadi saat otot menerima beban statis, namun keluhan ini cepat hilang saat beban dihentikan.
2. Keluhan menetap (Persistent), yaitu keluhan otot yang menetap. Meski beban kerja dihentikan, nyeri otot terus berlanjut.
2.12 Nordic Body Maps (NBM)
Langkah pertama adalah mendefinisikan klaim berdasarkan Nordic Map (NBM). Peta tubuh Nordik adalah kuesioner peta tubuh yang berisi data bagian tubuh yang dilaporkan oleh pekerja. Kuesioner Nordic Body Map adalah kuesioner yang paling sering digunakan untuk menentukan ketidaknyamanan pekerja dan paling sering digunakan karena standar dan terorganisir dengan baik.
NBM sangat sederhana namun kurang akurat karena mengandung subjektivitas yang kuat, untuk mengurangi subjektivitas, kuesioner akan diisi sebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja. (pree and post test). (Restuputri, Lukman, dan Wibisono, 2017).
Adapun Gambar dari Nordic Body map adalah sebagai berikut:
Gambar 2.6 Nordic Body map (Restuputri, Lukman, dan Wibisono, 2017)
21 2.13 Metode Rapid Entire Body Assesment (REBA)
Rapid Entire Body Assesment (REBA) merupakan pengembangan kajian postur kerja di industry kesehatan. Pada metode REBA menggunakan data postur badan tubuh yang digunakan, jenis pergerakan, gerakan berulang, dan gerakan berangkai. Skor akhir REBA untuk melihat dan memberikan indikasi seberapa besar tingkat risiko dan pada bagian mana yang harus dilakukan tindakan perbaikan. Metode REBA melalui empat tahapan, yaitu (Nurhasanah dan Mauluddin, 2016):
1. Mengumpulkan data mengenai postur Pekerja tiap kegiatan menggunakan video atau foto.
2. Menentukan sudut pada postur tubuh saat bekerja pada bagian tubuh seperti:
a. Punggung (Trunk) b. Leher (Neck) c. Kaki (Leg)
d. Lengan Bagian Atas (Upper Arm) e. Lengan Bagian Bawah (Lower Arm) f. Pergelangan Tangan (Hand Wrist)
3. Menentukan berat beban, pegangan, dan aktivitas kerja.
4. Menentukan nilai REBA untuk postur yang relevan dan menghitung skor akhir dari kegiatan tersebut.
Rancangan metode ini dilakukan untuk mengevaluasi suatu aktivitas yang cenderung menimbulkan ketidaknyamanan seperti kelelahan pada tulang belakang, lengan, leher, dll. Pada Metode REBA dilakukan dengan memberikan skor berdasarkan lima tingkat kinerja yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan tingkat risiko yang dihadapi pekerja atau operator dalam melakukan aktivitas kerja dan besarnya pekerjaan yang harus mereka tanggung. Risiko pekerjaan yang berhubungan dengan penyakit otot dan postural. Pada analisis REBA, terdapat dua jenis postur tubuh yang dinilai, yaitu tipe A dan B. Tipe A menutupi tubuh, leher, dan kaki, sedangkan Tipe B menutupi lengan atas dan bawah serta pergelangan tangan untuk gerakan kiri dan kanan. Setiap kategori memiliki skala penilaian
22 postural yang komprehensif dengan penilaian tambahan yang dapat digunakan untuk meninjau desain yang lebih baik. (Annisa, 2018).
Setelah menilai postur tubuh, perhatikan beban atau penggunaan energi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perkawinan. Skor untuk setiap pose diperoleh dari grafik penilaian REBA. Skor REBA diperoleh dengan melihat nilai A dan B pada tabel C untuk mendapatkan nilai C. Kemudian ditambahkan ke nilai aktif. Sedangkan tingkat risiko di tempat kerja diambil dari tabel keputusan REBA. REBA dikembangkan untuk "perceived need for field tools" peserta pelatihan, yang dirancang khusus untuk peka terhadap jenis postur kerja yang tidak terduga yang dihadapi di sektor perawatan, kesehatan, dan area layanan lainnya. Klasifikasi penilaian postur dalam metode REBA adalah sebagai berikut:
(Mahardika dan Pujotomo, 2015):
1. Penilaian Skor A
Pada skor A terlihat pada bagian atas tubuh manusia seperti leher, kaki, badan, dan beban yang diangkat oleh orang tersebut. Skor total kategori A adalah skor yang diperoleh dari skor total postur tubuh yang termasuk dalam tabel A dengan skor beban atau kekuatan.
a. Leher
Penilaian bagian leher dengan melihat derajat posisi leher manusia.
Gambar 2.7 Klasifikasi Penilaian Bagian Leher (Sumber : Mahardika dan Pujotomo, 2015)
23 b. Kaki
Penilaian posisi kaki manusia saat melakukan Pekerjaan tersebut.
Gambar 2.8 Klasifikasi Penilaian Bagian Kaki (Sumber : Mahardika dan Pujotomo, 2015)
c. Punggung
Dapat dilihat bahwa pada bagian punggung diberikan penilaian dengan melihat derajat posisi badan manusia yang membungkuk atau berdiri tegak
Gambar 2.9 Klasifikasi Penilaian Bagian Punggung (Sumber : Mahardika dan Pujotomo, 2015)
24 a. Penilaian Beban
Penilaian bagian atas badan dengan menggunakan penilaian pembebanan barang bawaaan manusia.
Penilaian Beban (Load/Force) 0 < 5 Kg
1 5-10 Kg
2 > 10 Kg
+1 Terjadi beban kejutan selama bekerja Gambar 2.10 Klasifikasi Penilaian beban
(Sumber : Mahardika dan Pujotomo, 2015)
Adapun hasil penilaian skor total dalam kategori A adalah skor yang diperoleh dari skor total postur tubuh bagian leher, kaki, badan, dan ditambahkan dengan skor beban atau daya (Mahardika dan Pujotomo, 2015):
Tabel 2.1 Penentuan Skor Untuk Grup A
Tabel A
Leher (Neck) Kaki
(Legs)
1 2 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Punggung (Trunk)
1 1 2 3 4 1 2 3 5 3 3 5 6 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9 5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
(Sumber : Mahardika dan Pujotomo, 2015)
2. Penilaian Skor B
Adapun penilaian Skor B dinilai pada bagian lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, dan penilaian genggaman manusia. Skor total dalam kategori B adalah skor yang diperoleh dari jumlah skor postur tubuh yang ditemukan pada tabel B dengan skor kopling untuk kedua tangan.
a. Bagian Lengan Atas
25 Penilaian bagian lengan atas manusia dengan melihat derajatnya.
Gambar 2.11 Klasifikasi Penilaian Bagian Lengan Atas (Sumber : Mahardika dan Pujotomo, 2015)
b. Bagian Lengan Bawah
Pada Gambar 2.12 dapat dilihat bahwa penilaian bagian lengan bawah manusia dengan melihat derajatnya mulai dari 0o sampai lebih dari 100o.
Gambar 2.12 Klasifikasi Penilaian Bagian Lengan Bawah (Sumber : Mahardika dan Pujotomo, 2015)
26 c. Bagian Pergelangan Tangan
Pada Gambar 2.13 dapat dilihat bahwa penilaian bagian pergelangan tangan manusia memutar atau menekuknya tangan manusia dengan melihat derajatnya.
Gambar 2.13 Klasifikasi Penilaian Bagian Pergelangan Tangan (Sumber : Mahardika dan Pujotomo, 2015)
d. Penilaian Gengggaman (Coupling)
Pada Gambar 2.14 dapat dilihat bahwa penilaian bagian pergelangan tangan dengan menilai genggaman manusia.
Gambar 2.14 Klasifikasi Penilaian beban (Sumber : Mahardika dan Pujotomo, 2015)
Adapun hasil penilaian skor total dalam kategori B adalah skor total dalam kategori B adalah skor yang diperoleh dari jumlah skor genggaman, ergelangan tangan, lengan atas dan lengan bawah yang ditemukan pada Tabel B (Mahardika dan Pujotomo, 2015):
27 Tabel 2.2 Penentuan Skor Untuk Grup B
Tabel B
Lengan Bawah (Lower Arm) Pergelangan
Tangan (Wrist)
1 2
1 2 3 1 2 3
Lengan Atas (Upper
Arm)
1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
(Sumber : Mahardika dan Pujotomo, 2015)
3. Penilaian Skor C
Adapun penilaian skor C dinilai melalui kategori A dan B ditambahkan dan diperoleh nilai tabel C utuk mendapatkan skor C. Kemudian untuk mendapatkan hasil akhir skor aktivitas ditambahkan dengan skor C.
a. Penilaian Aktivitas
Pada Gambar 2.15 dapat dilihat bahwa penilaian aktivitas dinilai dari lama dan banyaknya aktivitas yang dilakukan manusia.
Gambar 2.15 Klasifikasi Penilaian Bagian Lengan Atas (Sumber : Mahardika dan Pujotomo, 2015)
28 Adapun hasil penilaian skor total kategori C adalah Skor total dalam kategori A ditambahkan dengan skor B dan ditambahkan dengan penilaian aktivitas yang ditemukan pada Tabel C. Total skor kemudian dimasukkan kedalam Tabel 2.3 dapat dilihat sebagai berikut (Sumber : Mahardika dan Pujotomo, 2015):
Tabel 2.3 Penentuan Skor Untuk Grup C Skor
Tabel A
Tabel C Skor tabel B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12
(Sumber : Mahardika dan Pujotomo, 2015)
4. Kategori Level Resiko REBA
Adapun penilaian skor C akan mendapatkan kategori penilaian skor C akan mendapatkan kategori penilaian yang terdiri dari lima level skala sikap kerja dapat dilihat pada Tabel 2.4 dibawah ini:
Tabel 2.4 Kategori Level Resiko REBA
Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan (Evaluasi Lebih Lanjut)
1 Dapat diabaikan 0 Tidak perlu tindakan
2-3 Rendah 1 Mungkin diperlukan
tindakan
4-7 Sedang 2 Perlu tindakan
8-10 Tinggi 3 Perlu tindakan
secepatnya
11-15 Sangat tinggi 4 Perlu tindakan
sekarang juga
(Sumber : Mahardika dan Pujotomo, 2015)
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi Penelitian merupakan tahap yang harus dibuat sebelum melakukan penelitian dan penyusunan skripsi. Bab ini akan membahas dan menjelaskan tentang langkah-langkah yang akan dilewati dalan melakukan penelitian, seperti pada Gambar 3.1 berikut ini:
Mulai
Studi Pendahuluan
Studi Literatur
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data 1. Data Primer
Analisa
Kesimpulan dan Saran
Selesai Pengolahan Data Posisi Postur Operator Mesin Kubota saat mengumpulkan padi 2. Data Sekunder
Data keluhan operator
1. Metode REBA
a. Mengukur sudut tubuh operator b. Menentukan nilai Skor A c. Menentukan nilai Skor B d. Menentukan nilai Skor C e. Menentukan kategori level resiko
Gambar 3.1 flowchart Metodologi Penelitian
30 3.1 Studi pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan tahapan pengumpulan data dan informasi rinci yang memuat hal-hal yang melatarbelakangi tampilan pencarian. Studi pendahuluan dilakukan untuk menemukan dan mengidentifikasi tema-tema utama yang menjadi masalah untuk dijadikan penelitian. Dalam hal ini, masalah yang akan dijadikan penelitian adalah analisis dan perancangan alat untuk operator mesin Kubota.
3.2 Studi literatur
Studi literatur adalah salah satu teknik yang dapat digunakan dalam melaksanakan sebuah penelitian untuk menyelesaikan suatu masalah. Tahap ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan referensi mendukung dalam pemecahan permasalahan yang ada, referensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rapid Entire Body Assessment (REBA).
3.3 Perumusan Masalah
Rumusan masalah berisi masalah yang akan dipecahkan dalam sebuah penelitian. Masalah harus dirumuskan dengan jelas karena dengan rumusan yang jelas akan diketahui variabel apa yang akan diukur dan apakah ada alat ukur yang tepat untuk mencapai tujuan penelitian. Masalah yang dihasilkan tidak terlepas dari latar belakang masalah yang diuraikan dalam pendahuluan. Rumusan masalah penelitian adalah bagaimana menganalisis desain alat untuk operator mesin kubota.
3.4 Pengumpulan Data
Salah satu unsur penting dalam penelitian adalah proses pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti. Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh data yang valid, sehingga hasil dan kesimpulan penelitian tidak meragukan kebenaran data yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:
1. Data primer
31 Merupakan data yang didapatkan secara langsung saat melakukan observasi pada operator mesin Kubota yaitu posisi postur tubuh operator mesin Kubota saat mengumpulkan padi.
2. Data Sekunder
Data yang dikumpulkan pada pengumpulan data sekunder adalah data keluhan operator.
3.5 Pengolahan Data
Setelah data-data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan terhadap data-data yang ada. Adapun tahapan pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Analisa Rancangan Alat Bantu Mesin Kubota
Langkah pertama yang dilakukan pada analisa rancangan alat bantu untuk operator adalah melakukan pengamatan pada keluhan-keluhan yang dialami oleh operator mesin kubota. Rancangan alat bantu mesin kubota menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA), adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam metode REBA adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data mengenai postur Pekerja tiap kegiatan menggunakan video atau foto setelah itu mengukur besar sudut nya.
b. Menentukan nilai skor A
Penentuan nilai skor A dilakukan dengan mengukur besar sudut pada tubuh operator seperti punggung, leher, dan kaki. Setelah itu disesuai dengan kriteria yang ada pada Gambar 2.7, Gambar 2.8, dan Gambar 2.9. Setelah itu ditentukan nilai Skor A berdasarkan Tabel 2.1.
c. Menentukan nilai skor B
Penentuan nilai skor B dilakukan dengan mengukur besar sudut pada bagian tubuh operator seperti lengan bagian atas, lengan bagian bawah, dan pergelangan tangan. Setelah itu disesuaikan dengan kriteria yang ada pada Gambar 2.11, Gambar 2.12, dan Gambar 2.13.
setelah itu menentukan nilai Skor B berdasarkan Tabel 2.2.
32 d. Menentukan nilai skor C
Penentuan nilai skor C didapatkan berdasarkan Tabel 2.3.
e. Menentukan kategori level resiko
Penentuan kategori level resiko sesuai dengan Tabel 2.4 3.6 Analisa
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dapat dilakukan analisis pada setiap elemen pengolahan data. Analisis yang dilakukan meliputi penjelasan dan penyebab dari pengolahan data.
3.7 Kesimpulan dan saran
Kesimpulan adalah rangkuman atau gagasan utama dari penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang ditarik berdasarkan tujuan penelitian.
Rekomendasi adalah item yang dibangun berdasarkan pencarian dan digunakan untuk meningkatkan pencarian berikutnya.
33
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Data tersebut didapatkan dengan melakukan pengamatan dan wawancara kepada operator mesin kubota. Data yang sudah didapatkan akan dilanjutkan ketahapan pengolahan data.
4.2 Pengolahan Data
Data yang sudah dikumpulkan akan digunakan untuk pengolahan data.
Tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data adalah keluhan yang dialami oleh operator mesin kubota dengan menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment).
4.3 Metode REBA (Rapid Entire Body Assesment) 4.3.1 Penilaian Postur Operator Mesin Kubota
Adapun penilaian postur operator saat menggunakan mesin kubota adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1 Kegiatan Memanen Padi Menggunakan Mesin Kubota
34 1. Group A
a. Punggung (Back)
Dari Gambar 4.1 posisi Punggung operator berada dalam sudut 65º dan dalam posisi yang tidak normal pada saat mengumpulkan padi, skor REBA untuk pergerakan Punggung berdasarkan Gambar 2.4 adalah 4.
b. Leher (Neck)
Dari Gambar 4.1 posisi pergerakan leher dengan sudut 30º terhadap Punggung pada saat mengumpulkan padi. Skor Reba untuk pergerakan leher adalah 2.
c. Kaki (Leg)
Berdasarkan Gambar 4.1 posisi salah satu kaki menekuk sebesar 130º dikarenakan postur Punggung yang menunduk untuk mengumpulkan padi. Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 4. Hal ini karena posisi kaki operator tidak tertopang dan besar besar flexion sebesar 130º.
Hasil penentuan skor untuk grup A berdasarkan Tabel 2.1 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Penentuan Skor Grup A
Tabel A
Leher (Neck) Kaki
(Legs)
1 2 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Punggung (Back)
1 1 2 3 4 1 2 3 5 3 3 5 6 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9 5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9 (Sumber: Pengolahan Data, 2022)
Berdasarkan Tabel 4.1 nilai skor grup A didapatkan nilai 8. Nilai grup A masih bersifat sementara, penentuan skor total untuk grup A akan ditambahkan dengan beban. Pada proses pengumpulan padi
35 operator tidak mememikul beban sehingga nilai untuk beban adalah 0.
Maka total nilai grup A adalah sebagai berikut:
Nilai Group A = 8 + Berat Beban
= 8 + 0 Nilai Group A = 8 2. Group B
a. Lengan Bagian Atas (Upper Arm)
Berdasarkan Gambar 4.1 sudut pergerakan lengan atas sebesar 65º, maka nilai REBA untuk lengan bagian atas adalah 2. Hal ini karena besar sudut pergerakan lengan bagian atas sebesar 65º yang bernilai 3, namun posisi benda berada di lantai mesin kubota maka dikurangi 1.
b. Lengan Bagian Bawah (Lower Arm)
Berdasarkan Gambar 4.1 sudut pergerakan lengan bagian bawah adalah sebesar 115º. Maka skor REBA untuk pergerakan lengan bagian bawah adalah 2.
c. Pergelangan Tangan (Hand Wrist)
Berdasarkan gambar 4.1 pergelangan tangan operator berada pada sudut 0, sehingga nilai REBA untuk pergelangan tangan adalah 1.
Hasil penentuan skor untuk Group B berdasarkan Tabel 2.2 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Penentuan Skor Group B
Tabel B
Lengan Bawah (Lower Arm) Pergelangan
Tangan (Wrist)
1 2
1 2 3 1 2 3
Lengan Atas (Upper
Arm)
1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7