PENERAPAN TATA KELOLA
PT BPR NUSANTARA BONA PASOGIT 9
TAHUN 2018
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 1
DAFTAR ISI
Hal.
Kata Pengantar …….……… i
DAFTAR ISI ...…. 1
PENERAPAN TATA KELOLA BAGI PT.BPR NBP 9 ...…. 2
I. PENDAHULUAN ... 3
II. TRANSPARANSI PENERAPAN TATA KELOLA PT.BPR NBP 9 ... 5
2.1 Penerapan Tata Kelola Berdasarkan Hasil Self Assesment ... 2.1.1 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi ...…………..……... 5 5 2.1.2 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris ... 8
2.1.3 Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas atau Fungsi Komite ... 10
2.1.4 Penanganan Benturan Kepentingan ... 10
2.1.5 Penerapan Fungsi Kepatuhan, Audit Inern dan Audit Ekstern ... 11
2.1.6 Penerapan Manajemen Risiko, termasuk Sistem Pengendalian Intern ... 12
2.1.7 Batas Maksimum Pemberian Kredit ... 2.1.8 Rencana Bisnis BPR ... 13 13 2.1.9 Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan ... 2.2 Kepemilikan Saham Direksi ... 14 15 2.3 Hubungan keuangan dan/atau hubungan keluarga anggota Direksi dengan anggota Direksi lain, Dewan Komisaris dan/atau Pemegang Saham BPR ... 15
2.4 Kepemilikan Saham Dewan Komisaris ... 15
2.5 Hubungan Keuangan dan/atau Hubungan Keluarga Anggota Dewan Komisris dengan Anggota Dewan Komisaris lain,Direksi dan/atau Pemegang Saham BPR ... 15
2.6 Paket Kebijakan Remunerasi dan Fasilitas lain bagi Direksi dan Dewan Komisaris yang ditetapkan berdasarkan RUPS ... 2.6.1. Jumlah Keseluruhan Gaji ... 2.6.2. Tunjangan ... 2.6.3. Tantiem (Cadangan Insentif )... 2.6.4. Kompensasi Berbasis Saham ... 2.6.5. Remunerasi bagi BPR yang ditetapkan berdasarkan RUPS ... 2.6.6. Fasilitas lain yang diterima tidak dalam bentuk uang ...… 16 16 16 16 16 16 16 2.7 Rasio Gaji Tertinggi dan Terendah ... 17
2.8 Frekuensi Rapat Dewan Komisaris ... 17
2.9 Jumlah penyimpangan intern (internal fraud) yang dilakukan Direksi, Dewan Komisaris, pegawai tetap dan pegawai tidak tetap ... 17
2.10 Permasalahan hukum baik hukum perdata maupun hukum pidana yang dihadapi BPR selama periode tahun laporan dan telah diajukan melalui proses hukum serta upaya penyelesaian ... 18 2.11 Transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang paling sedikit mencakup nama dan jabatan pihak yang memiliki benturan kepentingan, nama dan jabatan pengambil keputusan transaksi yang mengandung benturan kepentingan, jenis transaksi, nilai transaksi dan keterangan ... 19 2.12 Pemberian dana untuk kegiatan sosial dan kegiatan politik selama periode pelaporan paling sedikit meliputi penerima dana dan nilai nominalnya ... 19
III. PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) ATAS PENERAPAN TATA KELOLA ... 20
PENUTUP ………. 21
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 2
PENERAPAN TATA KELOLA BAGI PT. BPR NUSANTARA BONA PASOGIT 9
TAHUN 2018
Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) ini dibuat untuk memenuhi kewajiban Bank dalam hal melaksanakan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan POJK No. 4/POJK.03/2015 Tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Perkreditan Rakyat dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 5/SEOJK.03/2016 Tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Perkreditan Rakyat. Laporan ini berisi tentang pelaksanaan Good Corporate Governance pada PT BPR Nusantara Bona Pasogit 9 yang tercermin dari Governance System yang mencakup Governance Structure (struktur Tata Kelola), Governance Process (proses dari pelaksanaan Tata Kelola) dan Governance Outcome (hasil dari pelaksanaan Tata Kelola) pada 9 (Sembilan) faktor yang dipersyaratkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Bank melalui jajaran Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh karyawan berkomitmen untuk melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) yang baik dan prinsip kehati-hatian dalam kegiatan bisnis sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai pokok yang tertuang dalam GCG.
Penilaian GCG dilakukan dengan metode self-assessment berdasarkan laporan-laporan dan bukti dokumen pendukung lainnya. Penilaian tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan resiko (Risk Based Bank Rating/RBBR).
Selain itu, laporan ini diharapkan dapat digunakan untuk kepentingan stakeholder guna mengetahui kinerja Bank, tingkat kepatuhan (compliance) terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku dan nilai-nilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan serta pelaksanaan prinsip dasar GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi dan kesetaraan.
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank merupakan lembaga intermediasi yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dari definisi Bank tersebut diatas diambil sebuah kesimpulan bahwa Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya bergantung kepada tingkat kepercayaan masyarakat untuk bersedia menyimpan dana pada Bank tersebut.
Perkembangan industri perbankan yang sangat pesat pada umumnya disertai dengan semakin kompleksnya kegiatan usaha Bank seiring perkembangan teknologi informasi dan perkembangan jenis produk dan jasa yang mengakibatkan peningkatan eksposur risiko bank.
Dalam rangka meningkatkan kinerja Bank, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai etika yang berlaku secara umum dalam industri perbankan, bank wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip Tata Kelola Bank sebagaimana yang disebut didalam POJK No. 4/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola bagi Bank Perkreditan Rakyat, yang pelaksanaannya diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 5/SEOJK.03/2016 tentang Penerapan Tata Kelola bagi Bank Perkreditan Rakyat.
Adapun yang dimaksud Tata Kelola adalah suatu tata kelola BPR yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparancy), Akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency) dan kewajaran (fairness).
Secara singkat kami uraikan prinsip-prinsip dalam penerapan tata kelola bagi BPR yakni sebagai berikut :
1. Keterbukaan (Transparency)
Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat.
Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan, pengelolaan BPR yang sesuai dengan aturan dan kebijakan yang telah ditetapkan.
2. Akuntabilitas (Accountability) yaitu kejelasan fungsi dan kebijaksanaan pertanggungjawaban organ BPR sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif.
3. Pertanggungjawaban (Responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan BPR dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip pengelolaan BPR yang sehat.
Sebagai wujud pertanggungjawaban BPR untuk menjaga kelangsungan usahanya, BPR harus berpegang pada prinsip-prinsip kehati-hatian (prudential bangking practices) dan menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Independensi (Independency) yaitu pengelolaan BPR secara profesional tanpa pengaruh atau tekanan dari pihak manapun.
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 4
BPR menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholders manapun, dan tidak terpengaruh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest), dan setiap keputusan berdasarkan objektifitas serta bebas dari tekanan dari pihak manapun.
5. Kewajaran (Fairness) yaitu keadilan dan kesataraan dalam memenuhi hak-hak pemangku kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan.
Penerapan Tata Kelola pada PT. BPR Nusantara Bona Pasogit 9 senantiasa berlandaskan lima prinsip di atas dan telah dituangkan dalam Pedoman Tata Kelola BPR yang baik disusun sesuai dengan ketentuan POJK.
1.2 Tujuan
Tujuan Penerapan Tata Kelola di PT. BPR Nusantara Bona Pasogit 9 adalah : a. Mengoptimalkan nilai BPR bagi pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu
seluruh pihak yang memiliki kepentingan secara langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan BPR.
b. Meningkatkan pengelolaan BPR secara profesional, transparan, efektif dan efesien.
c. Meningkatkan kepatuhan organ struktur BPR secara profesional, transparan, efektif dan efisien.
d. Meningkatkan kontribusi BPR dalam perekonomian daerah maupun nasional.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Penilaian sendiri (Self Assesment) Pelaksanaan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) adalah :
a. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Direksi
b. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Dewan Komisaris c. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas atau Fungsi Komite d. Penanganan benturan kepentingan
e. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern.
f. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern g. Batas maksimum pemberian kredit
h. Rencana bisnis BPR
i. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan.
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 5
BAB II
TRANSPARANSI PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NUSANTARA BONA PASOGIT 9
2.1 PENERAPAN TATA KELOLA BERDASARKAN HASIL SELF ASSESSMENT 2.1.1 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
2.1.1.1 Jumlah, Komposisi, Kriteria, dan Independensi Direksi
Persyaratan berupa Jumlah, Komposisi, Kriteria dan Independensi Direksi seperti yang ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah terpenuhi, dengan gambaran sebagai berikut :
A. PT BPR Nusantara Bona Pasogit 9 memiliki modal inti kurang dari Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah) sehingga Bank telah memenuhi
jumlah Direksi yakni sebanyak 2 (dua) orang anggota Direksi. Susunan anggota Direksi dipimpin oleh Direktur Utama dan Direktur bertindak sebagai Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan. Seluruh anggota Direksi bertempat tinggal di kabupaten yang sama pada lokasi kantor pusat BPR.
 Susunan komposisi Direksi adalah sebagai berikut :
Direktur Utama : Budi MT Purba
Direktur : Elizabeth Adeventi Situmorang
B. Direktur Utama dan Direktur berasal dari pihak yang independen yakni tidak memiliki hubungan keluarga atau semenda sampai derajat kedua dengan sesama anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris. Tidak ada anggota Direksi baik secara sendiri- sendiri maupun bersama-sama memiliki saham sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih dari modal disetor pada bank dan/atau menjadi pemegang saham mayoritas di lembaga jasa keuangan non bank.
C. Semua anggota Direksi memenuhi persyaratan telah lulus penilaian kemampuan dan kepatutan sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan tentang penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test).
 Budi MT Purba disetujui oleh OJK menjabat sebagai Direktur Utama melalui surat Otoritas Jasa Keuangan No: SR-7/KR.0512/2016 tertanggal 11 April 2016 Perihal : Permohonan Pencalonan Anggota Direksi.
 Elizabeth Adeventi Situmorang disetujui oleh Bank Indonesia menjabat sebagai Direktur melalui surat Bank Indonesia No: 8/647/DPBPR/IDABPR/Mdn tertanggal 26 Desember 2006 perihal Calon Direktur Bank Saudara.
Pada tahun 2017, Elizabeth Adeventi Situmorang disetujui oleh OJK menjabat sebagai Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan melalui surat Otoritas Jasa Keuangan No.S-187/KR.0512/2017 tertanggal 31 Juli 2017 perihal Penyampaian Keputusan Persetujuan atas Pencalonan Anggota Direksi Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan PT BPR Nusantara Bona Pasogit 9.
D. Seluruh anggota Direksi tidak melakukan rangkap jabatan sebagai Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif pada Bank dan/atau perusahaan lainnya.
E. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Direksi tidak memberikan kuasa umum yang mengakibatkan pengalihan tugas dan wewenang tanpa batas.
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 6
Selain persyaratan berupa Jumlah, Komposisi, Kriteria dan Independensi Direksi seperti yang ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan, Direksi bank memenuhi persyaratan berupa Integritas, Kompetensi dan Reputasi Keuangan dengan gambaran sebagai berikut :
1. Semua Anggota Direksi memiliki Integritas paling kurang mencakup :
 Cakap melakukan perbuatan hukum
 Memiliki akhlak dan moral yang baik, antara lain mematuhi ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya di bidang perbankan, tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana tertentu yang telah diputus oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum tanggal surat permohonan dan tidak sedang dalam pengenaan sanksi untuk dilarang menjadi anggota Direksi.
 Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan dan mendukung kebijakan OJK
 Memiliki komitmen terhadap pengembangan Bank yang sehat
 Tidak termasuk sebagai pihak yang dilarang untuk menjadi Direksi
2. Semua Anggota Direksi memiliki kompetensi paling kurang mencakup :
 Pengetahuan dibidang perbankan yang memadai dan relevan dengan jabatannya
 Pengalaman dan keahlian dibidang perbankan dan/atau bidang keuangan
 Kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis dalam rangka pengembangan Bank yang sehat
3. Semua Anggota Direksi memiliki reputasi keuangan paling kurang mencakup :
 Tidak memiliki kredit macet dan/atau pembiayaan macet
 Tidak pernah dinyatakan pailit dan/atau tidak pernah menjadi pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum dicalonkan.
2.1.1.2 Tugas dan Tanggungjawab Direksi
Direksi telah melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan ketentuan tata kelola yakni sebagai berikut :
A. Direksi telah mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertanggungjawaban Direksi Tahun Buku 2018 dilakukan pada saat RUPST tanggal 10 April 2019 dituangkan pada Notulen Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan telah dinotariilkan melalui Akta Pernyataan Keputusan Rapat No: 22 Tanggal 15 April 2019.
B. Direksi telah mengelola BPR sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawab sebagaimana diatur dalam anggaran dasar BPR dan peraturan perundang-undangan.
C. Direksi senantiasa menerapkan tata kelola pada setiap kegiatan usaha BPR di seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
D. Direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja atau pejabat yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan audit intern BPR, audit ekstern, hasil pengawasan Dewan Komisaris, Otoritas Jasa Keuangan dan/atau Otoritas lainnya.
Hasil Pemeriksaaan Umum oleh OJK Tahun 2018 telah ditindaklanjuti melalui Surat Direksi No : A/523 tanggal 25 Juli 2018, Surat Direksi No : A/535 tanggal 30 Juli 2018, Surat Direksi No : A/664 tanggal 29 Agustus 2018 dan Surat Direksi No : A/752 tanggal 29 September 2018.
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 7
E. Dalam rangka melaksanakan tata kelola, Direksi telah menunjuk Pejabat Eksekutif yang melaksanakan :
E.1 Fungsi Audit Intern
Fungsi Audit Intern bertujuan untuk melakukan fungsi pengawasan, menganalisa risiko-risiko potensial, menganalisa sejauh mana efektifnya fungsi pengendalian intern BPR, Pengelolaan BPR yang sehat dan efisien, melakukan verifikasi dilakukannya peraturan, kebijakan dan sesuai dengan undang-undang yang berlaku, sehingga tercapainya rencana kerja perusahaan.
E.2 Fungsi Kepatuhan
Dalam rangka membantu pelaksanaan tugas anggota Direksi yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan, BPR wajib menunjuk Pejabat Eksekutif yang independen terhadap operasional BPR untuk melaksanakan fungsi kepatuhan. Pada tahun 2018, pelaksanaan Fungsi Kepatuhan sudah diterapkan.
E.3 Fungsi Manajemen Risiko
Pada tahun 2018, Fungsi Manajemen Risiko telah diterapkan dan dirangkap oleh Fungsi Kepatuhan.
F. Dalam rangka mendukung terselenggaranya Tata Kelola, Direksi telah memastikan terpenuhinya jumlah sumber daya manusia yang memadai, antara lain dengan adanya : F.1 Pemisahan tugas dan tanggung jawab antara satuan atau unit kerja yang menangani
pembukuan, operasional dan kegiatan penunjang operasional.
F.2 Penunjukan pejabat yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan audit intern dan independen terhadap unit kerja lain.
G. Direksi telah mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham pada tanggal 10 April 2019 bertempat di Hotel Polonia, Jalan Jenderal Sudirman No.14 Medan, Provinsi Sumatera Utara dengan agenda rapat yakni : Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Direksi dan Dewan Komisaris untuk tahun buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2018 dan Laporan Tahunan Perseroan yang berakhir tanggal 31 Desember 2018.
H. Direksi mengungkapkan kebijakan BPR yang bersifat strategis di bidang kepegawaian kepada pegawai melalui rapat bulanan Direksi dan Karyawan.
I. Direksi telah menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan, dan tepat waktu kepada Dewan Komisaris seperti Laporan Intern yang berisi Laporan Keuangan (Neraca dan Rugi Laba), Tabungan, Deposito, Kredit, PAR, NPL, TKS, dan KPI, Laporan Realisasi Kredit, dan Laporan Perbandingan Rencana dan Pencapaian, dll.
2.1.1.3. Rapat Direksi
A. Setiap kebijakan dan keputusan strategis telah diputuskan dalam rapat Direksi.
B. Pengambilan keputusan rapat Direksi dilakukan dengan cara musyawarah mufakat.
C. Dalam hal mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan, rapat dilakukan berdasarkan suara terbanyak.
D. Hasil rapat Direksi telah dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan secara baik.
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 8
Selama periode laporan tahun 2018 telah diadakan 9 (sembilan) kali rapat Dewan Direksi yakni pada tanggal 08 Januari 2018, 01 Februari 2018, 01 Maret 2018, 31 Maret 2018, 06 Juni 2018, 01 Agustus 2018, 01 September 2018, 01 Oktober 2018, dan 01 Desember 2018.
2.1.2 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris 2.1.2.1 Jumlah Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris
Persyaratan berupa Jumlah, Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris seperti yang ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dijelaskan dengan gambaran sebagai berikut :
A. Sejak Maret 2018, Jumlah dan Komposisi anggota Dewan Komisaris PT BPR Nusantara Bona Pasogit 9 telah lengkap dan sesuai dengan ketentuan POJK No.
4/POJK.03/2015 Bab III Pasal 24 yakni : BPR yang memiliki modal inti kurang dari Rp 50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah) wajib memiliki paling sedikit 2 (dua) orang anggota Dewan Komisaris dan paling banyak sama dengan jumlah anggota Direksi.
B. Seluruh anggota Dewan Komisaris bertempat tinggal di provinsi yang sama dengan lokasi kantor pusat PT BPR Nusantara Bona Pasogit 9.
C. Anggota Dewan Komisaris memenuhi persyaratan telah lulus penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit And Proper Test).
 Sugianto, ST disetujui oleh OJK menjabat sebagai Komisaris Utama melalui surat Otoritas Jasa Keuangan No: S-337/KR.0512/2017 tertanggal 20 Desember 2017 Perihal : Penyampaian Keputusan Persetujuan atas Pencalonan Anggota Dewan Komisaris (Komisaris Utama) PT BPR Nusantara Bona Pasogit 9.
 Fitriana S, SE disetujui oleh OJK menjabat sebagai Komisaris melalui surat Otoritas Jasa Keuangan No: S-322/KR.0512/2017 tertanggal 13 Desember 2017 Perihal : Penyampaian Keputusan Persetujuan atas Pencalonan Anggota Dewan Komisaris (Komisaris) PT BPR Nusantara Bona Pasogit 9.
 Sesuai dengan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 07 Maret 2018, susunan Anggota Dewan Komisaris PT BPR Nusantara Bona Pasogit 9 mengalami perubahan. RUPS telah menyetujui dan mengesahkan pengangkatan Anggota Dewan Komisaris PT BPR Nusantara Bona Pasogit 9. Hasil RUPSLB dituangkan dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No.20 tertanggal 09 Maret 2018 dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : AHU-AH.01.03-0107284 tertanggal 13 Maret 2018.
Susunan Dewan Komisaris PT BPR Nusantara Bona Pasogit 9 menjadi :
Pengurus Jabatan Nama Pengurus
Lama Baru
Dewan Komisaris
Komisaris Utama
- Sugianto,ST
Komisaris Sugianto,ST Fitriana S,SE
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 9
D. Tidak ada Anggota Dewan Komisaris merangkap jabatan sebagai anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif pada BPR, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, dan/atau Bank Umum.
E. Anggota Dewan Komisaris tidak memiliki hubungan keluarga atau semenda sampai derajat kedua dengan Anggota Direksi.
Selain persyaratan berupa Jumlah, Komposisi, Kriteria dan Independensi Dewan Komisaris seperti yang ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan, anggota Dewan Komisaris memenuhi persyaratan berupa Integritas, Kompetensi dan Reputasi Keuangan sehingga pelaksanaan fungsi pengawasan untuk kepentingan BPR dapat dilaksanakan dengan baik.
A. Anggota Dewan Komisaris memiliki Integritas paling kurang mencakup:
 Cakap melakukan perbuatan hukum
 Memiliki akhlak dan moral yang baik, antara lain mematuhi ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya di bidang perbankan, tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana tertentu yang telah diputus oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum tanggal surat permohonan dan tidak sedang dalam pengenaan sanksi untuk dilarang menjadi anggota Komisaris.
 Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan dan mendukung kebijakan OJK
 Memiliki komitmen terhadap pengembangan Bank yang sehat
 Tidak termasuk sebagai pihak yang dilarang untuk menjadi Komisaris
B. Anggota Dewan Komisaris memiliki kompetensi paling kurang mencakup :
 Pengetahuan dibidang perbankan yang memadai dan relevan dengan jabatannya
 Pengalaman dan keahlian dibidang perbankan dan/atau bidang keuangan
 Kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis dalam rangka pengembangan Bank yang sehat
C. Anggota Dewan Komisaris memiliki reputasi keuangan paling kurang mencakup :
 Tidak memiliki kredit macet dan/atau pembiayaan macet
 Tidak pernah dinyatakan pailit dan/atau tidak pernah menjadi pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum dicalonkan.
 Tidak merangkap jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris melebihi yang diperkenankan dalam ketentuan yang berlaku dan/atau anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif pada BPR.
2.1.2.2. Tugas dan Tanggungjawab Dewan Komisaris
A. Dewan Komisaris telah melaksanakan tugas dan tanggungjawab secara independen B. Dewan Komisaris telah memastikan terselenggaranya penerapan tata kelola pada
setiap kegiatan usaha BPR di seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
C. Dewan Komisaris telah mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis BPR.
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 10
D. Dewan Komisaris tidak ikut serta dalam pengambilan keputusan mengenai kegiatan operasional BPR, kecuali terkait dengan :
- Penyediaan dana kepada pihak terkait sebagaimana ketentuan yang mengatur mengenai batas maksimum pemberian kredit BPR.
- Hal-hal lain yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan,
E. Keterlibatan dan persetujuan Dewan Komisaris dalam pengambilan keputusan mengenai kegiatan operasional BPR merupakan bagian dari tugas pengawasan sehingga tetap menjadi tanggungjawab Direksi atas pelaksanaan tugas kepengurusan BPR.
F. Dewan Komisaris telah memastikan bahwa Direksi menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari pejabat yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan audit intern BPR, audit ekstern, hasil pengawasan Dewan komisaris, Otoritas Jasa Keuangan dan/atau Otoritas lainnya.
G. Dewan Komisaris telah menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara optimal melalui kunjungan 1 (satu) kali dalam sebulan.
2.1.2.3. Rapat Dewan Komisaris
A. Pelaksanaan Rapat Dewan Komisaris telah memenuhi ketentuan yakni paling sedikit 1 (satu kali) dalam 3 (tiga) bulan.
B. Selama Periode laporan, rapat Dewan Komisaris telah diadakan sebanyak 7 (tujuh) kali pertemuan
C. Hasil rapat Dewan komisaris telah dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik.
D. Anggota Dewan Komisaris tidak menggunakan BPR untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR.
E. Anggota Dewan Komisaris tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BPR selain fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham dengan memperhatikan kewajaran dan/atau kesesuaian dengan peraturan perundang- undangan.
2.1.3 Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas atau Fungsi Komite
Berdasarkan POJK Nomor 4/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola bagi Bank
Perkreditan Rakyat, Direksi pada BPR dengan modal inti kurang dari Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar) tidak wajib membentuk Fungsi Komite namun
wajib menunjuk Pejabat Eksekutif yang melaksanakan Fungsi Audit Internal, Fungsi Manajemen Risiko dan Fungsi Kepatuhan.
2.1.4 Penanganan Benturan Kepentingan
Sepanjang tahun 2018 Anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan Pejabat Eksekutif tidak mengambil tindakan yang dapat merugikan BPR atau mengurangi keuntungan BPR sehingga tidak terjadi benturan kepentingan.
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 11
2.1.5 Penerapan Fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern 2.1.5.1 Fungsi Kepatuhan BPR
Sesuai Pasal 51 POJK Nomor: 4/POJK.03/2015 Tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank
Perkreditan Rakyat, dan sesuai Salinan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 6/SEOJK.03/2016 tentang Tentang Penerapan Fungsi Kepatuhan Bagi Bank
Perkreditan Rakyat, BPR wajib memastikan kepatuhan terhadap peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan lainnya serta memastikan kepatuhan BPR terhadap komitmen yang dibuat oleh BPR kepada Otoritas Jasa Keuangan dan/atau otoritas lain seperti Bank Indonesia (BI), dan/atau Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Dalam rangka membantu pelaksanaan tugas anggota Direksi Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan, BPR telah menunjuk Pejabat Eksekutif Fungsi Kepatuhan. Fungsi Kepatuhan telah berupaya untuk memantau dan memahami setiap perkembangan peraturan OJK dan peraturan perundang-undangan lain yang relevan dengan kegiatan usaha BPR, melaksanakan sosialisasi dan pelatihan berkelanjutan kepada seluruh unit kerja terkait mengenai peraturan OJK terkini maupun peraturan perundang-undangan lainnya yang relevan serta memastikan penerapan prosedur kepatuhan pada setiap unit kerja BPR.
Laporan Pokok-Pokok Pelaksanaan Tugas Anggota Direksi Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan untuk periode tahun 2018 telah dibuat oleh Fungsi Kepatuhan dan telah disampaikan ke OJK melalui surat No. A/260 tertanggal 21 Maret 2019, laporan tersebut mencakup :
a. Informasi Umum BPR sesuai kondisi terkini yang paling sedikit mencakup :
1) struktur organisasi yang meliputi Direksi, Dewan Komisaris, dan Pejabat Eksekutif;
2) formasi sumber daya manusia pada setiap unit kerja, pendidikan, dan lama masa jabatan pada posisi saat ini, termasuk Direksi dan Dewan Komisaris ; dan
3) ketentuan intern yang telah dimiliki termasuk tanggal pemberlakuan.
b. Informasi mengenai pelaksanaan fungsi kepatuhan di BPR paling sedikit mencakup : 1) pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan berkelanjutan kepada seluruh unit kerja BPR
terkait, mengenai peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang - undangan lain yang terkini dan relevan;
2) penerapan fungsi kepatuhan pada seluruh unit kerja BPR termasuk rencana penyesuaian ketentuan intern yang belum sesuai dengan ketentuan dan pemenuhan struktur organisasi/sumber daya manusia;
3) penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan termasuk penjelasan atas upaya yang telah dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan ; dan
4) pelaksanaan pemenuhan komitmen terhadap Otoritas Jasa Keuangan dan otoritas lain seperti BI, PPATK, dan LPS.
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 12
2.1.5.2 Fungsi Audit Intern
BPR telah menerapkan fungsi audit intern dengan menunjuk 1 (satu) orang Pejabat Eksekutif yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern yang independen terhadap fungsi operasional. Sepanjang masa periode laporan ini, Fungsi Audit Intern telah melakukan fungsi pengawasan dengan cakupan tugas yang memadai dan sesuai dengan rencana, pelaksanaan maupun pemantauan hasil audit.
Dalam melaksanakan tugasnya, Fungsi Audit Intern menyampaikan laporan kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada anggota Direksi Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan.
Fungsi Audit Intern telah menyampaikan Laporan Pelaksanaan dan Pokok-Pokok Hasil Audit Intern Tahun 2018 melalui surat No.A/063 tertanggal 24 Januari 2019.
2.1.5.3 Fungsi Audit Ekstern
Dalam rangka penerapan fungsi Audit Ekstern, BPR telah menunjuk Akuntan Publik dan kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan untuk melakukan Audit Laporan keuangan tahunan BPR. Penunjukkan KAP sesuai dengan keputusan RUPS yang memberikan delegasi kepada Dewan Komisaris.
Untuk Melaksanakan audit laporan keuangan Bank tahun buku 2018, Komisaris melalui Surat Keputusan No. 04/KOM-PNG/XII/2018 telah menetapkan Kantor Akuntan Publik Katio dan Rekan yang beralamat di Jalan Sei Musi No.31 Medan, dengan Nomor Surat Tanda Terdaftar : KEP-259/KM.17/1999. Bank telah melaporkan penunjukan Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan Publik dalam rangka Audit Atas Informasi Keuangan Historis Tahun 2018 kepada OJK melalui surat No. A/1003 tanggal 14 Desember 2018.
Dalam melakukan pemeriksaan, KAP yang bersangkutan dinilai telah memahami transaksi, sistem dan pencatatan Bank serta memiliki tenaga kerja yang kompeten. Ruang lingkup audit berpedoman pada Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.36/SEOJK.03/2017 tentang Tata Cara Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Dalam Kegiatan Jasa Keuangan.
2.1.6 Penerapan Manajemen Risiko, termasuk Sistem Pengendalian Intern
Pada periode laporan, BPR telah memenuhi POJK No.13/POJK.03/2015 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat, Pasal 21 yang mengatur bahwa BPR wajib menyampaikan Laporan Realisasi Rencana Tindak Penerapan Manajemen Risiko untuk Semester I (Pertama) dan II (Kedua). Laporan Realisasi Rencana Tindak Penerapan Manajemen Risiko Semester I Tahun 2018 telah dikirimkan ke OJK melalui surat No.A/532 Tanggal 28 Juli 2018 dan Laporan Realisasi Rencana Tindak Penerapan Manajemen Risiko Semester II Tahun 2018 dikirimkan melalui surat No. A/061 tanggal 24 Januari 2019. Adapun Action Plan yang telah direalisasikan pada periode laporan adalah penyusunan ketentuan intern yang memuat kewenangan dan tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris terkait dengan penerapan Manajemen Risiko.
Untuk meningkatkan kualitas penerapan manajemen risiko pada setiap lini bisnis maka Bank sedang tahap penyusunan pedoman manajemen risiko.
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 13
2.1.7 Batas Maksimum Pemberian Kredit
BPR telah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyediaan dana dengan berpedoman pada ketentuan yang mengatur mengenai batas maksimum pemberian kredit BPR. Bank telah menyampaikan secara berkala laporan BMPK kepada Otoritas Jasa Keuangan.
Selama tahun laporan 2018, tidak ada pelanggaran terhadap BMPK yang dilakukan oleh Bank.
2.1.8 Rencana Bisnis BPR
Sesuai dengan POJK No. 4/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Perkreditan Rakyat Bab VIII Pasal 65, BPR wajib menyusun rencana bisnis yang mencakup rencana strategis jangka panjang dan rencana bisnis tahunan dan BPR wajib menyampaikan rencana bisnis dan perubahannya kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan berpedoman pada ketentuan yang mengatur mengenai rencana bisnis BPR.
PT BPR Nusantara Bona Pasogit 9 telah menyampaikan Rencana Bisnis BPR tahun 2019 secara online melalui sistem APOLO pada tanggal 13 Desember 2018.
Rencana bisnis BPR telah disusun dalam bentuk rencana kerja dan anggaran tahunan sesuai dengan visi dan misi bank. Rencana bisnis BPR disusun atas dasar kajian yang komprehensif dengan memperhatikan peluang bisnis dan kekuatan yang dimiliki BPR serta mengidentifikasikan kelemahan dan ancaman (SWOT Analysis). Dalam menetapkan rencana bisnis, BPR senantiasa berpedoman kepada prinsip kehati-hatian dan tata kelola BPR termasuk rencana bisnis yang realistis dengan memperhatikan faktor eksternal dan internal sehingga rencana bisnis yang dibuat dapat menjadi sarana untuk mengendalikan risiko strategis.
Rencana bisnis tahun 2019 difokuskan pada peningkatan profitabilitas dengan dibarengi untuk meminimalkan risiko dan infrastruktur yang kuat sehingga mendukung ekspansi bisnis dan meningkatnya efisiensi melalui inisiatif yang diarahkan pada :
- Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga difokuskan pada dana murah yaitu meningkatkan Tabungan, khususnya tabungan yang memiliki fitur hadiah yakni tabungan Pundi.
Target tabungan sebesar Rp. 11.500.338 ribu (bertumbuh sebesar 2.858.016 ribu atau 33.07% dari tahun 2018). Sedangkan deposito ditargetkan sebesar Rp.
3.517.343 ribu (bertumbuh sebesar 167.493 ribu atau 5% dari tahun 2018).
- Penyaluran Kredit yang diberikan sebesar Rp. 18.199.274 ribu (bertumbuh sebesar 3.598.974 ribu atau 24.65 % dari tahun 2018 dengan rasio LDR sebesar 74.66 %.
- Meningkatkan monitoring dan penagihan kredit
- Meningkatkan kemampuan dan produktifitas SDM dengan mengikuti pelatihan- pelatihan baik dilakukan pihak intern ataupun ekstern.
- Menyelaraskan perkembangan teknologi khususnya sistem IT yang berbasis SAK ETAP dan sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku.
- Meningkatkan pendapatan dan melakukan pengelolaan biaya yang efisien dan efektif
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 14
2.1.9 Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan
BPR telah melaksanakan transparansi kondisi keuangan dan non keuangan dengan menyusun dan menyajikan laporan dengan tata cara, jenis dan cakupan sebagaimana diatur dalam ketentuan yang mengatur mengenai transparansi kondisi keuangan BPR.
2.1.9.1. BPR telah mengirimkan Laporan Publikasi :
- Triwulan I dikirim ke Otoritas Jasa Keuangan dengan No. Surat A/278 tanggal 26 April 2018
- Triwulan II dikirim ke Otoritas Jasa Keuangan dengan No. Surat A/504 tanggal 19 Juli 2018
- Triwulan III dikirim ke Otoritas Jasa Keuangan dengan No. Surat A/783 tanggal 05 Oktober 2018
- Triwulan IV ke Otoritas Jasa Keuangan dengan No. Surat A/335 tanggal 22 April 2019.
Dan diterbitkan di Koran Reportase Tahun ke X - Edisi 487 periode tanggal 22 April 2019 s/d 28 April 2018 dan disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan tanggal 22 April 2019.
2.1.9.2. BPR telah mengirim Laporan Tahunan Tahun Buku 2018 yang telah diaudit oleh KAP serta telah dipertanggungjawabkan Direksi dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tanggal 10 April 2019 kepada Otoritas Jasa Keuangan dengan No. Surat A/362 tanggal 25 April 2019.
2.1.9.3. Laporan Auditor Independen PT.NBP dengan Nomor Surat A/426 tanggal 25 Juni 2018
2.1.9.4. Bank melaksanakan tranparansi informasi mengenai produk dan/atau layanan dan penggunaan data nasabah BPR dengan berpedoman pada ketentuan OJK yang mengatur mengenai perlindungan konsumen dan transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.
Bank telah melaporkan kepada OJK tentang laporan pelayanan dan penyelesaian pengaduan nasabah setiap triwulan.
 Laporan Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Nasabah Triwulan I secara online di website peduli.ojk.go.id tanggal 05 April 2018 dan juga secara hardcopy tanggal 06 April 2018 dengan Surat No. A/232.
 Laporan Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Nasabah Triwulan II secara online di website peduli.ojk.go.id tanggal 05 Juli 2018 dan juga secara hardcopy tanggal 06 Juli 2018 dengan Surat No. A/466.
 Laporan Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Nasabah Triwulan III secara online di website peduli.ojk.go.id tanggal 04 Oktober 2018 dan juga secara hardcopy tanggal 05 Oktober 2018 dengan Surat No. A/784.
 Laporan Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Nasabah Triwulan IV secara online di website peduli.ojk.go.id tanggal 08 Januari 2019 dan juga secara hardcopy tanggal 09 Januari 2019 dengan Surat No. A/011.
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 15
2.2. KEPEMILIKAN SAHAM DIREKSI
Kepemilikan saham Direksi sepanjang tahun 2018 disajikan dalam tabel berikut :
Nama Jabatan Kepemilikan Saham (%)
BPR NBP 9 Bank Lain LKBB *) Perusahaan
Budi MT Purba Direktur Utama 0% 0% 0% 0%
Elizabeth Adeventi Situmorang
Direktur 0% 0% 0% 0%
Catatan:
*) LKBB = Lembaga Keuangan Bukan Bank
2.3 HUBUNGAN KEUANGAN DAN/ATAU HUBUNGAN KELUARGA ANGGOTA DIREKSI DENGAN ANGGOTA DIREKSI LAIN, DEWAN KOMISARIS DAN/ATAU PEMEGANG SAHAM BPR.
Seluruh anggota Direksi BPR berasal dari kalangan profesional dan seluruh anggota Direksi BPR tidak memiliki hubungan keuangan berupa menerima penghasilan, bantuan keuangan atau peminjaman dari anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau Anggota Direksi BPR atau pemegang saham pengendali BPR.
Seluruh anggota Direksi BPR tidak memiliki hubungan keluarga sampai derajat kedua berupa hubungan baik vertikal maupun horizontal termasuk mertua, menantu dan ipar dengan anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau anggota Direksi BPR dan/atau pemegang saham pengendali BPR.
2.4 KEPEMILIKAN SAHAM DEWAN KOMISARIS
Kepemilikan saham Dewan Komisaris sepanjang tahun 2018 disajikan dalam tabel berikut :
Nama Jabatan Kepemilikan Saham (%)
BPR NBP 9 Bank Lain LKBB *) Perusahaan Sugianto, ST Komisaris
Utama
0% 0% 0% 0%
Fitriana S,SE Komisaris 0% 0% 0% 0%
Catatan:
*) LKBB = Lembaga Keuangan Bukan Bank
2.5 HUBUNGAN KEUANGAN DAN/ATAU HUBUNGAN KELUARGA ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DENGAN ANGGOTA DEWAN KOMISARIS LAIN, DIREKSI DAN/ATAU PEMEGANG SAHAM BPR.
Seluruh anggota Dewan Komisaris BPR berasal dari kalangan profesional dan seluruh anggota Komisaris BPR tidak memiliki hubungan keuangan berupa menerima penghasilan, bantuan keuangan atau peminjaman dari anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau Anggota Direksi BPR atau pemegang saham pengendali BPR.
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 16
Seluruh anggota Komisaris BPR tidak memiliki hubungan keluarga sampai derajat kedua berupa hubungan baik vertikal maupun horizontal termasuk mertua, menantu dan ipar dengan anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau anggota Direksi BPR dan/atau pemegang saham pengendali BPR.
2.6 PAKET/KEBIJAKAN REMUNERASI DAN FASILITAS LAIN BAGI DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS YANG DITETAPKAN BERDASARKAN RUPS BERUPA :
2.6.1. Jumlah keseluruhan gaji;
 Jumlah keseluruhan gaji selama tahun 2018 yang sudah diperoleh Direksi sebesar Rp. 348.000.000.- (tiga ratus empat puluh delapan juta rupiah)
 Jumlah keseluruhan honor selama tahun 2018 yang sudah diperoleh Dewan Komisaris sebesar Rp. 144.782.000.- (seratus empat puluh empat juta tujuh ratus delapan puluh dua ribu rupiah)
2.6.2. Tunjangan;
Tunjangan yang ditetapkan berdasarkan RUPS selama tahun 2018 yang sudah diperoleh Direksi dan Dewan Komisaris yakni;
 Tunjangan Telepon Direksi sebesar Rp. 33.000.000.- (tiga puluh tiga juta rupiah) dan Dewan Komisaris sebesar Rp. 18.072.000.- (delapan belas juta tujuh puluh dua ribu rupiah).
 Tunjangan Rumah Dinas Direksi sebesar Rp. 23.500.000.- (dua puluh tiga juta lima ratus ribu rupiah) dan Dewan Komisaris tidak ada.
 Tunjangan transport/akomodasi Direksi tidak ada dan Dewan Komisaris sebesar Rp.38.500.000.- (tiga puluh delapan juta lima ratus ribu rupiah).
2.6.3. Tantiem (Cadangan Insentif)
Cadangan insentif yang ditetapkan berdasarkan RUPST tanggal 10 April 2019 yang diperoleh Direksi dan Dewan Komisaris sebesar 40% dari cadangan insentif Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) tahun buku 2018 dibagi secara proporsional dari gaji pokok.
Cadangan Insentif yang diperoleh Direksi sebesar Rp.28.105.220,- (dua puluh delapan juta seratus lima ribu dua ratus dua puluh rupiah) dan Dewan Komisaris sebesar Rp. 11.894.778,- (Sebelas juta delapan ratus sembilan puluh empat ribu tujuh ratus tujuh puluh delapan rupiah).
2.6.4. Kompensasi berbasis saham;
Kompensasi berbasis saham yang diperoleh Direksi dan Dewan Komisaris selama tahun 2018 tidak ada.
2.6.5. Sepanjang tahun 2018, tidak ada remunerasi bagi pengurus BPR yang ditetapkan berdasarkan RUPS dengan mempertimbangkan tugas, wewenang, tanggung jawab, dan risiko dari masing-masing anggota Direksi dan Dewan Komisaris
2.6.6. Fasilitas lain yang diterima tidak dalam bentuk uang;
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 17
Fasilitas lain yang diterima tidak dalam bentuk uang selama tahun 2018 oleh Direksi dan Dewan Komisaris adalah sebagai berikut :
2.7 RASIO GAJI TERTINGGI DAN TERENDAH
1). Gaji adalah hak pegawai yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari BPR kepada pegawai yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pegawai dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah dilakukannya;
2). Rasio gaji tertinggi dan terendah, dalam skala perbandingan:
No. Jabatan Gaji (dalam rupiah)/bln Rasio
Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah
1 Pegawai 5.901.500 2.120.000 4,53% 1,62%
2 Direksi 17.251.500 13.721.750 13,23% 10,52%
3 Komisaris 11.627.999 10.260.016 7,64% 6,74%
2.8 FREKUENSI RAPAT DEWAN KOMISARIS
Pada tahun 2018, Dewan Komisaris PT BPR Nusantara Bona Pasogit 9 telah menyelenggarakan Rapat sebanyak 7 (tujuh) kali dalam format Rapat “Gabungan”
yang melibatkan Direksi, yakni pada tanggal 27 Februari 2018, 24 Maret 2018, 9 Mei 2018, 29 Juni 2018, 28 Agustus 2018, 24 Oktober 2018, dan 22 November 2018. Pada umumnya, topik atau materi rapat Dekom selama tahun 2018 adalah membahas Evaluasi Kinerja PT. BPR Nusantara Bona Pasogit 9, Rencana Bisnis tahun 2019, Tindak Lanjut Pemeriksaan Audit KAP maupun OJK.
2.9 Jumlah penyimpangan intern (internal fraud) yaitu penyimpangan atau kecurangan terkait keuangan yang dilakukan oleh Direksi, Dewan Komisaris, pengawai tetap dan pegawai tidak tetap (honorer dan/atau outsourcing) yang berupa perbandingan antara tahun laporan dan tahun sebelumnya, paling sedikit meliputi:
1). Jumlah internal fraud yang telah diselesaikan;
2). Jumlah internal fraud yang sedang dalam proses penyelesaian di internal BPR;
3). Jumlah internal fraud yang belum diupayakan penyelesaiannya; dan 4). Jumlah internal fraud yang telah ditindaklanjuti melalui proses hukum,
No Keterangan Direksi Dewan Komisaris
(Rp) (Rp)
1 Asuransi Kesehatan 38,172,296 15,114,056
2 PPH 21 43,622,000 25,416,000
3 Asuransi Jiwa 1,876,370 833,284
Total 83,670,666 41,363,340
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 18
Sebagaimana tabel sebagai berikut:
(satuan) Internal
Jumlah kasus yang dilakukan oleh Fraud
dalam 1 tahun
Direks i Dewan Komis aris Pegawai Tetap Pegawai Tidak Tetap Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Sebelumnya Laporan Sebelumnya Laporan Sebelumnya Laporan Sebelumnya Laporan Total Fraud
Telah dis eles aikan Dalam pros es penyeles aian di internal BPR Belum diupayakan penyeles aiannnya Telah ditindak- lanjuti melalui pros es hukum
NIHIL
2.10 Permasalahan hukum baik hukum perdata maupun hukum pidana yang dihadapi BPR selama periode tahun laporan dan telah diajukan melalui proses hukum serta upaya penyelesaian yang paling sedikit meliputi:
Permasalahan hukum yang sedang dihadapi oleh PT BPR Nusantara Bona Pasogit 9 beserta status penyelesaiannya hingga posisi tanggal 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut:
Berdasarkan permasalahan hukum tersebut diatas, berikut ini secara ringkas dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:
a) Perkara Perdata:
 Jumlah Perkara yang dapat diselesaikan secara Litigasi mulai dari tingkat pengadilan pertama hingga Mahkamah Agung adalah sebanyak Nihil Perkara.
 Jumlah Perkara yang masih dalam proses penyelesaian adalah sebanyak “ NIHIL “ Perkara, dengan rincian:
 Perselisihan terkait jumlah pelunasan hutang = Nihil perkara
 Perselisihan terkait barang jaminan (kepailitan) = Nihil Perkara
Permasalahan Hukum Jumlah Perkara
Perdata Pidana
Perkara Selesai (Inkracht) Nihil Nihil
Perkara Gugur dan/atau Damai Nihil Nihil
Dalam Proses Penyelesaian Nihil Nihil
Total Nihil Nihil
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 19
 Perselisihan terkait pihak ketiga (derden verzet) = Nihil Perkara
 Perselisihan Hubungan Industrial = Nihil Perkara
 Perselisihan Tata Usaha Negara = Nihil Perkara
b) Perkara Pidana:
Jumlah Perkara Pidana yang ditangani oleh PT BPR Nusantara Bona Pasogit 9 pada tahun 2018 adalah sebanyak “ NIHIL “perkara.
2.11 Transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang paling sedikit mencakup nama dan jabatan pihak yang memiliki benturan kepentingan, nama dan jabatan pengambil keputusan transaksi yang mengandung benturan kepentingan, jenis transaksi, nilai transaksi dan keterangan, sebagaimana table berikut:
Sepanjang tahun 2018 tidak terdapat transaksi yang melibatkan Komisaris, Direksi, Pejabat Eksekutif dan Pemegang Saham Pengendali yang mengandung potensi benturan kepentingan.
No.
Nama dan Jabatan Pihak Nama dan Jabatan Jenis Nilai Transaksi Keterangan yang memiliki benturan Pengambil Keputusan Transaksi (jutaan Rupiah)
kepentingan
NIHIL
2.12 Pemberian dana untuk kegiatan sosial dan kegiatan politik selama periode pelaporan paling sedikit meliputi penerima dana dan nilai nominalnya
Selama tahun 2018 PT. BPR Nusantara Bona Pasogit 9 tidak ada memberikan dana untuk kegiatan sosial dan kegiatan politik.
LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PT. BPR NBP 9 TAHUN 2018 Page 20
BAB III
PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) ATAS PENERAPAN TATA KELOLA
BPR wajib melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas penerapan Tata Kelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 POJK Tata Kelola BPR paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun. Hasil penilaian sendiri (self assessment) atas penerapan Tata Kelola merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Penerapan Tata Kelola.
Penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip Tata Kelola, paling sedikit diwujudkan dan difokuskan dalam 11 (sebelas) Faktor Penilaian Penerapan Tata Kelola yang terdiri atas:
a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;
b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;
c. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas atau fungsi Komite;
d. Penanganan Benturan Kepentingan;
e. Penerapan Fungsi Kepatuhan;
f. Penerapan Fungsi Audit Intern;
g. Penerapan Fungsi Audit Ekstern;
h. Penerapan manajemen risiko, termasuk system pengendalian intern;
i. Batas Maksimum Pemberian Kredit;
j. Rencana Bisnis BPR; dan
k. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan.
Perhitungan secara self assessment atas Pelaksanaan Tata Kelola (GCG) pada tahun 2018 di PT BPR Nusantara Bona Pasogit 9 menghasilkan : (laporan terlampir)
Sebelum Penerapan Manajemen Risiko Nilai Komposit : 1.07
Predikat Komposit : Sangat Baik Setelah Penerapan Manajemen Risiko Nilai Komposit : 0.96
Predikat Komposit : Sangat Baik
Profil BPR
Nama BPR* PT. BPR Nusantara Bona Pasogit 9
Alamat BPR* Jl. DI Panjaitan No. 72 B Kec. Pangururan Kab. Samosir Prov. Sumut
Posisi Laporan* Desember, 2018
Modal Inti BPR* Total Aset BPR*
Bobot Faktor BPR B
*) wajib diisi oleh BPR
Pengisian Faktor Tata Kelola BPR
Pengisian Indikator SEMPURNA
Terisi 106
Belum terisi 0
Sebelum Penerapan Manajemen Risiko Setelah Penerapan Manajemen Risiko
Nilai Komposit 1.07 Nilai Komposit 0.96
Predikat Komposit Sangat Baik Predikat Komposit Sangat Baik
Lihat Kertas Kerja Lihat Kertas Kerja
Cetak Laporan Cetak Laporan
Cetak Hasil Penilaian Cetak Hasil Penilaian
Rp2,955,465,358 Rp19,562,176,666 Penjelasan Umum
Mulai
PENILAIAN PENERAPAN TATA KELOLA BPR
Tata Cara Pengisian Faktor Penilaian
1.
a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;
b. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;
c. kelengkapan dan pelaksanaan tugas atau fungsi komite;
d. penanganan benturan kepentingan;
e. penerapan fungsi kepatuhan;
f. penerapan fungsi audit intern;
g. penerapan fungsi audit ekstern;
h. penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern;
i. batas maksimum pemberian kredit;
j. rencana strategis BPR; dan
k. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan.
2. Penilaian terhadap penerapan Tata Kelola bagi BPR dilakukan untuk mengukur:
a.
b.
c. hasil penerapan tata kelola (governance outcome) BPR.
3. Hasil penilaian penerapan tata kelola mencakup aspek kualitatif dan aspek kuantitatif, antara lain:
a. kecukupan transparansi laporan;
b. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;
c.
Penjelasan Umum Pedoman Penilaian Sendiri (Self Assessment) Penerapan Tata Kelola
Pedoman penilaian terbagi atas penilaian terhadap struktur, proses dan hasil Tata Kelola BPR yang mencakup 11 (sebelas) Faktor Penilaian Penerapan Tata Kelola yaitu:
kecukupan struktur dan infrastruktur Tata Kelola (governance structure) BPR agar penerapan Tata Kelola mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan stakeholders BPR. Termasuk dalam struktur Tata Kelola BPR adalah Direksi, Dewan Komisaris,Komite, dan satuan kerja/unit kerja/pegawai terkait pada BPR. Adapun yang termasuk infrastruktur Tata Kelola BPR antara lain adalah kebijakan dan prosedur, sistem informasi manajemen serta tugas pokok dan fungsi masing-masing struktur organisasi;
efektivitas proses penerapan tata kelola (governance process) BPR sesuai dengan kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola yang dipersyaratkan untuk masing-masing BPR; dan
peningkatan/penurunan kepatuhan terhadap ketentuan dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi BPR seperti penyimpangan/penyalahgunaan/fraud, pelanggaran BMPK, pelanggaran ketentuan terkait laporan BPR kepada Otoritas Jasa Keuangan.
Home
Home
1.
2.
a.
b. Nilai 4 untuk tanda centang (√) pada kolom KB (Kurang Baik) apabila kriteria/indikator sebagian besar belum diterapkan/dipenuhi.
c. Nilai 3 untuk tanda centang (√) pada kolom CB (Cukup Baik) apabila kriteria/indikator sebagian telah diterapkan/dipenuhi.
d. Nilai 2 untuk tanda centang (√) pada kolom B (Baik) apabila kriteria/indikator sebagian besar telah diterapkan/dipenuhi.
e. Nilai 1 untuk tanda centang (√) pada kolom SB (Sangat Baik) apabila kriteria/indikator telah sepenuhnya diterapkan/dipenuhi.
3.
4.
5. Hasil perkalian sebagaimana dimaksud pada angka 4 dijumlahkan untuk mendapatkan nilai masing-masing faktor.
6. Nilai masing-masing faktor sebagaimana dimaksud pada angka 5 dikalikan dengan bobot faktor sesuai Tabel 1.
No Faktor Bobot A (%)Bobot B
(%)
Bobot C (%)
Bobot D (%) 1 Pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Direksi 20.00 20.00 20.00 20.00
2
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
15.00 15.00 15.00 12.50
3
Kelengkapan dan pelaksanaan
tugas atau fungsi Komite 0.00 0.00 0.00 2.50
4 Penanganan benturan
kepentingan 10.00 10.00 10.00 10.00
5 Penerapan fungsi kepatuhan
BPR 10.00 10.00 10.00 10.00
6 Penerapan fungsi audit intern 10.00 10.00 10.00 10.00
Hasil rata-rata nilai sebagaimana dimaksud pada angka 3 dikalikan dengan 50% untuk bobot struktur dan infrastruktur Tata Kelola; 40% untuk bobot proses penerapan Tata Kelola; dan 10% untuk bobot hasil penerapan Tata Kelola.
Tabel 1. Bobot Faktor Penerapan Tata Kelola
Tata Cara Pengisian Pedoman Penilaian Sendiri
Setiap BPR melakukan pengisian Kertas Kerja Penilaian Penerapan Tata Kelola yang terdiri dari 11 (sebelas) Faktor Penilaian Penerapan Tata Kelola dan pada masing-masing faktor dibagi berdasarkan struktur dan infrastruktur Tata Kelola, proses penerapan Tata Kelola, dan hasil penerapan Tata Kelola.
Penilaian penerapan Tata Kelola dilakukan dengan menggunakan Skala Penerapan, dimana rentang skor yang digunakan sebagai Skala Penerapan penilaian setiap kriteria/indikator adalah sebesar 1 sampai dengan 5 dengan kententuan sebagai berikut:
Nilai 5 untuk tanda centang (√) pada kolom TB (Tidak Baik) apabila kriteria/indikator sepenuhnya tidak diterapkan/dipenuhi.
Setelah melakukan pengisian dengan menggunakan nilai sebagaimana dimaksud pada angka 2, nilai pada setiap kriteria/indikator dijumlahkan dan dirata-ratakan berdasarkan struktur dan infrastruktur Tata Kelola, proses penerapan Tata Kelola, dan hasil penerapan Tata Kelola pada masing-masing faktor.
7 Penerapan fungsi audit ekstern
0.00 2.50 2.50 2.50
8
Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern*)
10.00 10.00 10.00 10.00
9 Batas maksimum pemberian
kredit 7.50 7.50 7.50 7.50
10 Rencana bisnis BPR 7.50 7.50 7.50 7.50
11
Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, serta pelaporan internal
10.00 7.50 7.50 7.50
*) diperhitungkan sesuai pentahapan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai manajemen risiko BPR.
Dengan demikian, total penyebut sebelum pentahapan penerapan manajemen risiko adalah 90.
Keterangan:
Bobot A:
Bobot B:
Bobot C:
Bobot D: BPR yang memiliki modal inti paling sedikit Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh milyar rupiah).
7.
8. Setelah diperoleh Nilai Komposit sebagaimana dimaksud pada angka 7, BPR menetapkan Peringkat Komposit, sebagaimana Tabel 2.
Tabel 2. Predikat Komposit
Nilai Komposit Predikat Komposit
1.0  Nilai Komposit < 1.8 Sangat Baik 1.8  Nilai komposit < 2.6 Baik
2.6  Nilai Komposit < 3.4 Cukup Baik 3.4  Nilai Komposit < 4.2 Kurang
Baik 4.2  Nilai Komposit < 5 Tidak Baik
9.
Nilai masing-masing faktor setelah dikalikan dengan bobot sebagaimana dimaksud pada angka 6 dijumlahkan seluruhnya sehingga mendapatkan Nilai Komposit.
Apabila terdapat salah satu faktor yang seluruh kriteria/indikatornya mendapatkan nilai Tidak Baik (5) sebagaimana dimaksud pada angka 2, Peringkat Komposit tertinggi yang dapat dicapai BPR adalah Cukup Baik sebagaimana dimaksud pada angka 8.
BPR yang memiliki modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) dengan total aset kurang dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).
BPR yang memiliki modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) dengan total aset paling sedikit Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).
BPR yang memiliki modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) dan kurang dari Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh milyar rupiah).
10.
11. Kolom keterangan diisi dengan alasan, dasar penerapan, atau keterangan lainnya.
12.
13.
14.
15.
16.
Bagi BPR dengan modal inti kurang dari Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh milyar rupiah) namun membentuk komite audit dan/atau komite pemantau risiko, tidak melakukan penilaian terhadap faktor 3 sehingga penilaian penerapan Tata Kelola mengacu pada Bobot C pada angka 6 di atas.
Bagi BPR dengan modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar) yang tidak wajib memiliki Komisaris Independen, pertanyaan untuk faktor 2 nomor 5 diberikan Skala Penerapan Baik (nilai 2).
Bagi BPR dengan modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar) yang tidak wajib melakukan kaji ulang dan menyampaikan laporan kaji ulang kepada OJK, pertanyaan untuk faktor 6 nomor 7 dan 12 diberikan Skala Penerapan Baik (nilai 2).
Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan atau pemeriksaan pengawas terdapat faktor yang dinilai sangat mempengaruhi Tata Kelola BPR dan berpotensi memiliki dampak pada kondisi dan/atau kelangsungan usaha BPR, pengawas dapat melakukan penyesuaian Peringkat Komposit Tata Kelola BPR.
Untuk faktor 8, penilaian manajemen risiko ini baru dilakukan setelah ketentuan manajemen risiko diberlakukan secara efektif sesuai pentahapan sebagaimana Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai penerapan manajemen risiko bagi BPR.
Bagi BPR dengan total aset kurang dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) namun laporan keuangannya telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik, tetap melakukan penilaian untuk faktor 7 dan dikenakan bobot faktor 7 sebesar 2,5% (dua koma lima persen) sehingga bobot faktor 11 menjadi 7,5% (tujuh koma lima persen) mengacu pada Bobot B pada angka 6 di atas.
Home
Faktor 1 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
Faktor 2 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Faktor 3 Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas atau Fungsi Komite Faktor 4 Penanganan Benturan Kepentingan
Faktor 5 Penerapan Fungsi Kepatuhan Faktor 6 Penerapan Fungsi Audit Intern Faktor 7 Penerapan Fungsi Audit Ekstern
Faktor 8 Penerapan Manajemen Risiko Termasuk Sistem Pengendalian Intern Faktor 9 Batas Maksimum Pemberian Kredit
Faktor 10 Rencana Strategis BPR
Faktor 11 Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan 11 Faktor Tata Kelola BPR
Tabulasi Pengisian Indikator pada 11 Faktor Tata Kelola BPR
Faktor Indikator Terisi Indikator Belum Terisi
1 19 0
2 18 0
3 5 0
4 3 0
5 13 0
6 13 0
7 5 0
8 12 0
9 5 0
10 6 0
11 7 0
Total 106 0