• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Penerapan Tata Kelola (GCG) PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 Tahun 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Laporan Penerapan Tata Kelola (GCG) PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 Tahun 2018"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Penerapan Tata Kelola (GCG)

PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22

Tahun 2018

JARINGAN KANTOR

Kantor Pusat : Jl T. Amir Hamzah No. 210 Kel Jatinegara Kota Binjai Telepon : (061) 8828727 Fax : (061) 8829737

Email : bpr_nbp22@yahoo.com

Kantor Cabang : Jl Bunga Sakura No.03 Kel Tanjung Selamat Kec Medan Tuntungan Kota Medan Telepon : (061) 88822445

Email : bpr_nbp22cabang@yahoo.co.id

(2)

Laporan Penerapan Tata Kelola Tahun 2017 PT. BPR NBP 22 2018

DAFTAR ISI

Daftar isi ...……….. i Pengantar………... ii Laporan Penerapan Tata Kelola di PT BPR NBP 22

A Tujuan Penerapan Tata Kelola

1 B Ruang Lingkup Tata Kelola dan Hasil Penilaian Atas Penerapan Tata Kelola

BPR 2

1 Jumlah, Komposisi dan Independensi Dewan Komisaris dan Direksi 3 2 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris 4

3 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi 5

4 Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas atau Fungsi Komite 6

5 Penanganan Benturan Kepentingan 6

6 Penerapan Fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern 6

7 Penerapan Manajemen Resiko, Termasuk Sistem Pengendalian Intern 8

8 Batas Maksimum Pemberian Kredit 10

9 Rencana Bisnis BPR 10

10 Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan 12

C Kepemilikan Saham Anggota Direksi Serta Hubungan Keuangan Dan/Atau Hubungan Keluarga Direksi Dengan Anggota Dewan Komisaris, Anggota Direksi Lain Dan/Atau Pemegang Saham

13

D Kepemilikan Saham Anggota Dewan Komisaris Serta Hubungan Keuangan Dan/Atau Hubungan Keluarga Anggota Dewan Komisaris Dengan Anggota Dewan Komisaris Lain, Anggota Direksi Dan/Atau Pemegang Saham

14

E Paket/Kebijakan Remunerasi dan Fasilitas Lain Bagi Direksi dan Dewan

Komisaris 14

F Rasio Gaji Tertinggi dan Terendah

15 G Frekuensi Rapat Dewan Komisaris

15 H Jumlah Penyimpangan Intern Yang terjadi Dan Upaya Penyelesaian Oleh BPR

16 I Jumlah Permasalahan Hukum dan Upaya Penyelesaian Oleh BPR

18 J Transaksi Yang Mengandung Benturan Kepentingan

18 K Pemberian Dana Untuk Kegiatan Sosial dan Kegiatan Politik Baik Nominal

Maupun Penerima Dana 19

L Kesimpulan Umum Hasil Penilaian Sendiri Penerapan Tata Kelola Bank 19

Penutup 20

Lampiran

1 Hasil Penilaian Sendiri Penerapan Tata Kelola PT BPR NBP 22 Tahun 2017

i

(3)

Pengantar

Laporan Pelaksanaan Tata Kelola (GCG) di PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 pada tahun 2018 ini dibuat dan disampaikan dalam rangka untuk memenuhi kewajiban BPR sebagaimana telah diamanatkan di dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 4/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Perkreditan Rakyat.

Secara garis besar dapat kami jelaskan, bahwa laporan tentang Pelaksanaan Tata Kelola (GCG) di PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 menggambarkan proses implementasi Tata Kelola sepanjang tahun 2018 yang mencakup:

 Governance Structure atau struktur Tata Kelola;

 Governance Process atau proses dari pelaksanaan Tata Kelola; dan

 Governance Outcome atau hasil dari pelaksanaan Tata Kelola.

Laporan ini selain dibuat untuk memenuhi kewajiban kepada Otoritas Jasa Keuangan, dapat pula digunakan untuk kepentingan stakeholders lain untuk mengetahui secara lebih jelas tentang Kinerja BPR, sebagai bentuk kepatuhan Manajemen PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 terhadap Ketentuan Perundang-undangan yang berlaku, dan nilai-nilai etika sebagai pondasi dari prinsip dasar Tata Kelola (GCG), yaitu transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, dan kewajaran.

Demikian Laporan ini disampaikan, atas arahan dan bimbingan dari Otoritas Jasa Keuangan kami mengucapkan terimakasih

Binjai, 22 April 2019

Armudin Purba

Direktur

(4)

Laporan Penerapan Tata Kelola Tahun 2017 PT. BPR NBP 22 2018

PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PT. BPR NBP 22

TAHUN 2018

A. TUJUAN PENERAPAN TATA KELOLA DI PT BPR NBP 22

PT Bank Perkreditan Rakyat NBP 22 Binjai di dirikan pada tanggal 23 Oktober 1992, sampai saat ini terus berupaya untuk selalu berkomitmen dan berkonsisten dalam mewujudkan Visi dan Misi yang merupakan landasan PT BPR NBP 22, karena dengan adanya visi dan misi ini diharapkan PT BPR NBP 22 memiliki arah dan tujuan yang akan dicapai untuk 5 (lima) tahun ke depan. Adapun visi dan misi PT BPR NBP 22 adalah sebagai berikut :

Visi BPR yaitu :

”Menjadi BPR Terbaik dibidang Lembaga Keuangan Mikro”

Misi BPR yaitu :

”Meningkatkan kinerja BPR yang sehat, Profesional dan Mampu bersaing serta berkesinambungan”

Dalam rangka mencapai Visi dan Misi tersebut PT BPR NBP 22 selalu menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang mengacu sebagaimana yang diatur dalam Peraturan OJK No. 4/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Perkreditan Rakyat. Setiap BPR wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip Tata Kelola. Adapun prinsip dasar menjadi landasan pelaksanaan Tata Kelola Bagi BPR NBP 22 yaitu :

1) Transparansi

Mengandung unsur pengungkapan dan penyediaan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemamgku kepentingan dan masyarakat. Transparansi diperlukan agar Bank menjalankan bisnis secara objektif, professional dan melindungi kepentingan konsumen yag sangat menginginkan tererbukaan dalam mengemukakan informasi dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan.

2) Akuntabilitas

Mengandung unsur kejelasan fungsi dan organisasi dan cara mempertanggungjawabkannya. Bank sebagai lembaga dan pejabat yang memiliki kewenangan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerja secara transparan dan akuntabel, kejelasan fungsi dan pelaksanaan 1

(5)

pertanggungjawaban sangatlah penting bagi organ bank sehingga pengelolaannya dapat berjalan secara efektif sebagaimana yang diharapkan oleh perundang-undangan tata kelola

3) Pertanggungjawaban

Yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat

4) Profesional

Yaitu memiliki kompetensi, mampu bertindak objektif dan bebas dari pengaruh/tekanan dari pihak manapun serta memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan Bank

5) Kewajaran

Yaitu keadilan dan kesetaraan dalam hal memenuhi hak-hak stakeholders berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku Adapun Tujuan Penerapan Tata Kekola di BPR NBP 22 adalah sebagai berikut :

 Meningkatkan kinerja Bank dengan menerapkan GCG dalam segala kegiatan Bank sejalan dengan visi,

 misi dan rencana strategi usaha yang telah ditetapkan Bank.

 Menjaga agar kegiatan operasional Bank mematuhi peraturan internal dan eksternal Bank, serta perundangan yang berlaku.

 Meningkatkan pertanggungjawaban dan memberikan nilai tambah Bank kepada Stakeholders.

 Memperbaiki budaya kerja Bank.

 Mengelola sumber daya Bank secara lebih baik

 Mendorong dan mendukung pengembangan Bank.

B. RUANG LINGKUP TATA KELOLA DAN HASIL PENILAIAN ATAS PENERAPAN TATA KELOLA BPR

Sebagaimana masalah yang dihadapi oleh mayoritas BPR, masih ada banyak kendala khususnya yang berkaitan dengan ketersediaan (jumlah) dan kualitas SDM BPR untuk dapat membangun Struktur Tata Kelola BPR yang "memadai" dalam rangka Penerapan Tata Kelola BPR yang sehat sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 4/POJK.03/2015 tanggal 31 Maret 2015, mengenai Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Perkreditan Rakyat.

(6)

Laporan Penerapan Tata Kelola Tahun 2017 PT. BPR NBP 22 2018 1. Jumlah, Komposisi, dan Independensi Dewan Komisaris dan Direksi

Secara umum, jumlah, komposisi, dan tingkat kompetensi Dewan Komisaris dan Direksi PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 telah memenuhi "persyaratan minimum" sesuai dengan ketentuan tentang Tata Kelola BPR, khususnya untuk ketentuan yang berkaitan dengan jumlah anggota Direksi dan jumlah anggota Dewan Komisaris. Hingga posisi 31 Desember 2018, telah terpenuhi sebanyak 2 (dua) orang anggota Direksi dan 2 (dua) orang anggota Dewan Komisaris.

Jumlah dan komposisi Dewan Komisaris PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 sesuai dengan Laporan Keuangan posisi 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut :

N a m a J a b a t a n Persetujuan Otoritas Jasa Keuangan Nomor Surat OJK/BI Tanggal Martaida Panjaitan Komisaris

Utama

No.S-399/KR.0511/2017 15-12-2017 Sugianto Komisaris No.SR-6/KR.512/2015 1 -12-2015

Salah seorang dari anggota Dewan Komisaris merupakan Pemegang Saham.

Atas nama Bapak Sugianto (Komisaris) ditahun 2018 sedang dalam proses persetujuan Pengangkatan Kembali (Periodisasi) ke OJK, melalui surat permohonan BPR ke OJK No. 379/26/DIR tanggal 26 Desember 2018 perihal Laporan Pengangkatan Kembali Anggota Direksi dan Anggota Dewan

Komisaris BPR.

Jumlah, komposisi, dan Independensi Direksi PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 pada posisi tanggal 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut:

N a m a J a b a t a n Persetujuan Otoritas Jasa Keuangan Nomor Surat OJK Tanggal Imanuel Tarigan, SE Direktur Utama No.S-115/KR.05111/2017 05 -5-2017 Armudin Purba Direktur No. SR-17/KR.512/2015 29 -12-2015

Salah seorang dari Anggota Direksi merupakan Pemegang Saham. Atas nama Bapak Armudin Purba (Direktur) ditahun 2018 sedang dalam proses persetujuan Pengangkatan Kembali (Periodisasi) ke OJK, melalui surat permohonan BPR ke OJK No. 379/26/DIR tanggal 26 Desember 2018 perihal Laporan Pengangkatan Kembali Anggota Direksi dan Anggota Dewan Komisaris BPR.

Seluruh anggota Direksi PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 merupakan tenaga profesional yang telah memiliki pengalaman pada industri BPR dan telah lulus dalam ujian sertifikasi kompetensi Direksi BPR (CERTIF) dan

3

(7)

Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (fit and proper test) yang telah tercatat dalam system administrasi Otoritas Jasa Keuangan/Bank Indonesia.

Seluruh anggota Direksi PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 telah memenuhi persyaratan "kebutuhan minimal" untuk kegiatan operasional BPR dan sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan, antara lain:

1. Jumlah anggota Direksi 2 (dua) orang, dan tidak lebih sedikit daripada jumlah anggota Dewan Komisaris;

2. Anggota Direksi bertempat tinggal di kota/kabupaten yang sama atau kota/kabupaten yang berbeda, tetapi pada propinsi yang sama dengan lokasi Kantor Pusat BPR;

3. Anggota Direksi telah memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 (lima) tahun di bidang operasional perbankan, termasuk sebagai Pejabat Eksekutif BPR;

4. Tidak ada seorangpun anggota Direksi yang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang mengakibatkan pengalihan fungsi dan tugas Direksi;

5. Telah memiliki Pedoman dan Tata Tertib Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 4/POJK.03/2015;

6. Telah lulus dari proses Fit and Proper Test dan telah memperoleh Surat Persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan.

2. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Dalam menjalankan seluruh tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya, Dewan Komisaris PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 berkewajiban untuk melaksanakannya secara Transparan, Akuntabel, dan Independen. Secara rinci, tugas, wewenang, dan tanggungjawab Dewan Komisaris yang wajib dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a) Menjalankan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Direksi, yaitu dengan cara mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi kinerja Direksi, khususnya untuk memastikan bahwa pengelolaan BPR telah dilaksanakan sesuai dengan Prinsip Kehati- hatian (Prudential Banking Principles), Anggaran Dasar BPR, serta Ketentuan dan Perundang-undangan yang berlaku;

b) Memastikan telah diselenggarakannya secara baik dan benar Penerapan Tata Kelola dalam seluruh kegiatan usaha dan operasional BPR pada seluruh jenjang organisasi;

c) Memberikan saran-saran kepada Direksi BPR berkaitan dengan isu-isu dan kebijakan strategis, dan proses pengambilan keputusan bisnis yang memiliki dampak signifikan terhadap kegiatan usaha BPR sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar BPR dan Ketentuan Perundang-undangan yang berlaku;

(8)

Laporan Penerapan Tata Kelola Tahun 2017 PT. BPR NBP 22 2018 d) Dalam menjalankan fungsi pengawasan, Dewan Komisaris dilarang ikut

serta dalam pengambilan keputusan mengenai kegiatan operasional BPR, kecuali dalam hal-hal yang berkaitan dengan "penyediaan dana kepada pihak terkait" sebagaimana dalam ketentuan yang mengatur tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit, dan hal-hal lain yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan;

e) Pengambilan keputusan oleh Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada huruf (d) merupakan bagian dari tugas pengawasan, sehingga tetap menjadi tanggungjawab dari Direksi atas tugas pengurusan BPR;

f) Memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti seluruh hasil (temuan) audit dan rekomendasi dari Pejabat Fungsi Audit Internal, dan hasil pemeriksaan dari Pengawas Otoritas Jasa Keuangan dan/atau Otoritas lainnya;

g) Dalam situasi dan kondisi tertentu, Dewan Komisaris dapat menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) maupun Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) sesuai AD/ART BPR dan Ketentuan Perundang-undangan yang berlaku;

h) Melaporkan kepada OJK paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak ditemukannya:

1. Pelanggaran Katentuan/Peraturan Perundang-undangan di bidang Keuangan dan Perbankan; dan/atau

2. Keadaan atau perkiraan keadaan (berhubungan dengan kegiatan operasional BPR) yang dapat membahayakan kelangsungan usaha BPR.

3. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

Direksi PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 bertanggungjawab atas pelaksanaan kepengurusan BPR. Untuk itu, Direksi wajib mengelola BPR sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana telah diatur dalam Anggaran Dasar BPR dan Ketentuan/Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Keputusan RUPSLB pada tanggal 14 Januari 2016 dan telah diaktakan dengan No Akta : 35 tanggal 22 Januari 2016 bahwa tugas Direksi telah dibagi yakni :

Direktur Utama membidangi : -Penghimpunan Dana - Audit Internal - Penyaluran Kredit

- Pengembangan Sumber Daya Manusia ( SDM ) Direktur membidangi : - Manajemen Resiko

- APU- PPT

- Penagihan Kredit

5

(9)

Dalam pelaksanaan tugas, selama tahun 2018 tugas Direktur Bisnis sementara dialihkan ke Direktur yang membawahi Fungsi Kepatuhan karena Direktur Utama sedang sakit, sesuai dengan Surat Keputusan Dewan Komisaris tentang Pengalihan Tugas dan Tanggung Jawab Direktur Utama. Selama Direktur menjalankan tugas tersebut maka Fungsi Kepatuhan dan Manajemen Resiko dialihkan ke Pejabat Eksekutif Kepatuhan.

4. Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas atau Fungsi Komite

Mengingat kondisi BPR yang memiliki Modal Inti dibawah Rp.

50.000.000.000,- ( Lima Puluh Milyar Rupiah ), Maka BPR NBP 22 belum membentuk Komite.

5. Penanganan Benturan Kepentingan

Selama Tahun 2018 Bank tidak pernah mengalami benturan kepentingan antara sesama pengurus BPR maupun pemegang saham dengan pengurus BPR,

6. Penerapan Fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern

o Penerapan Fungsi Kepatuhan

Sesuai dengan ketentuan pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor:

4/POJK.03/2015 Pasal 51 dan 52, maka PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 telah menunjuk seorang anggota Direksi yang membawahkan Fungsi Kepatuhan. Sehubungan dengan jumlah modal inti BPR yang kurang dari Rp 50 milyar, Direksi cukup menunjuk dan mengangkat Pejabat Eksekutif yang menjalankan Fungsi Kepatuhan. Pejabat Eksekutif yang menjalankan Fungsi Kepatuhan telah ditunjuk dan diangkat.

Pejabat Eksekutif yang melaksanakan Fungsi Kepatuhan mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjalankan langkah-langkah dalam upaya membangun Budaya Kepatuhan, antara lain dengan:

a) Memastikan bahwa seluruh Unit Kerja di BPR memiliki pedoman kerja yang terkini sesuai dengan job description dan struktur organisasi BPR;

(10)

Laporan Penerapan Tata Kelola Tahun 2017 PT. BPR NBP 22 2018 b) Melakukan sosialisasi ketentuan internal dan eksternal baik secara tidak

langsung yaitu melalui Surat Edaran Direksi BPR, atau secara langsung dengan melakukan tatap muka dan/atau mengadakan sosialisasi ke Kantor Cabang

c) Melakukan pemantauan secara konsisten terhadap pelaksanaan prinsip kehati-hatian khususnya yang berkaitan dengan proses pemberian kredit untuk nasabah besar yang akan berdampak signifikan terhadap usaha BPR;

d) Melakukan review (kaji ulang) terhadap rancangan kebijakan internal BPR yang akan diterbitkan untuk memastikan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

e) Memantau dan menjaga kepatuhan BPR terhadap seluruh perjanjian dan komitmen yang telah dibuat BPR kepada Otoritas Jasa Keuangan, misalnya yang berkaitan dengan komitmen Penguatan Modal Inti BPR sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 5/POJK.03/2015, tanggal 31 Maret 2015 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Kewajiban Pemenuhan Modal Inti Minimum Bank Perkreditan Rakyat;

f) Memantau kewajiban penyampaian laporan BPR sesuai ketentuan, misalnya kewajiban Laporan Keuangan Tahunan BPR, Laporan Pelaksanaan Tata Kelola BPR, Laporan Hasil Pengawasan Dewan Komisaris, dan lain-lain.

o Penerapan Fungsi Audit Intern

Secara umum mekanisme audit internal pada PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 dirancang dan dilaksanakan berdasarkan internal control framework yang mencakup aspek-aspek seperti pengendalian risiko, aktivitas, informasi, dan pemantauan. Secara reguler, Fungsi Audit Internal melakukan pemeriksaan yang bersifat ex-post terhadap seluruh unit kerja BPR.

Dalam tahun 2018, Pejabat Eksekutif Audit Intern (yang telah ditunjuk dan diangkat ) telah melaksanakan beberapa tugasnya, antara lain:

 Membantu Tugas Direksi Utama dan Dewan Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan dengan cara menjabarkan secara operasional baik perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan atas hasil audit yang dilakukan

 Membuat analisis dan penilaian dibidang keuangan, akuntansi,operasional serta kegiatan lainnya melalui pemeriksaan langsung dan pengawasan secara tidak langsung

 Mengindentifikasi segala kemungkinan untuk memperbaiki dan meningkatkan efisiensi penggunaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan keuangan yang telah dianggarkan sebelumnya

7

(11)

 Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang diperiksa pada semua Divisi

 Setip hasil pemeriksaan telah menyampaikan Laporan Hasil Audit kepada Direksi dengan tembusan ke Dewan Komisaris

 Dalam menjalankan fungsinya Audit Intern telah membuat jadwal rencana tugas selama setahun di tahun 2018 yang telah disetujui oleh Direksi dan Dewan Komisaris

o Penerapan Fungsi Audit Ekstern

Dalam rangka memenuhi seluruh aspek Tata Kelola terkait dengan proses penunjukkan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik, sesuai dalam Pasal 62 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 4/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola (GCG) Bagi Bank Perkreditan Rakyat, antara lain:

 Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan;

 Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk tidak melebihi masing-masing 3 (tiga) tahun dan 5 (lima) tahun secara berturut-turut;

 Penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik disetujui melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diadakan pada tahun 2017.

Adapun KAP yang dipakai dalam tahun 2018 adalah :

TAHUN

NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK

NO: PERJANJIAN KERJA

TANGGAL PERJANJIAN

TERDAFTAR DI OJK 2017 Drs Katio &

Rekan 126-17 23 Nopember 2017 TERDAFTAR

2018 Drs Katio &

Rekan 185-18 07 Desember 2018 TERDAFTAR

Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk telah melakukan tugasnya dengan baik dan telah sesuai dengan ketentuan dan telah menyampaikan hasil audit dan manajement letter kepada Bank dengan tepat waktu dan mampu bekerja secara independen. Menurut KAP Bank telah menyajikan laporan keuangan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku.

7. Penerapan Manajemen Resiko, termasuk Sistem Pengendalian Intern

(12)

Laporan Penerapan Tata Kelola Tahun 2017 PT. BPR NBP 22 2018 Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 13/POJK.03/2015, tentang Penerapan Manajemen Risiko BPR, PT BPR NBP 22 sesuai dengan jumlah modal intinya, hanya diwajibkan untuk menerapkan 3 (tiga) jenis risiko yaitu: Risiko Operasional, Risiko Kredit, dan Risiko Kepatuhan.

Ada pun Rencana Tindak Penerapan Manajemen Risiko, antara lain:

No. Topik Rencana

Pemenuhan

Target Pemenuhan 1 Kelengkapan Organisasi dan Fungsi

Manajemen Risiko :

a. Pembentukan Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR)

Tidak Diwajibkan - b. Penunjukan Pejabat Eksekutif

yang bertanggung jawab thd.

Penerapan fungsi Manajemen Risiko

Sudah ditunjuk PE Fungsi Kepatuhan merangkap fungsi Manajemen Risiko

Semester I / 2007

c. Pembentukan Komite Manajemen Risiko

Tidak Diwajibkan - 2 Penyusunan Ketentuan Interen yang

memuat kewenangan dan tanggung jawab Direksi & Dewan Komisaris terkait dengan Penerapan

Manajemen Risiko.

Dalam Proses Penyusunan

Semester I / 2019

3 Penyusunan Kebijakan dan Prosedur yang memuat :

a. Kebijakan Manajemen Risiko, Prosedure Manajemen Risiko, dan Penetapan Limit Risiko.

Dalam Proses Penyusunan

Semester I / 2019

b. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pengendalian Risiko.

Dalam Proses Penyusunan

Semester I / 2019

c. Sistem Informasi Manajemen Risiko

Dalam Proses Penyusunan

Semester I / 2019 d. Sistem Pengendalian Interen Dalam Proses

Penyusunan

Semester I / 2019 e. Produk dan Aktivitas Baru Dalam Proses

Penyusunan

Semester I / 2019

Selama Tahun 2018 penerapan Manajemen yang telah dilakukan mencakup pengawasan dari Dewan Komisaris dan Direksi, kecukupan kebijakan dan prosedur serta penetapan limit. Pada tahun 2018 PT BPR NBP 22 Binjai telah menerapkan beberapa hal sebagai berikut :

 Dewan Komisaris telah memberikan rekomendasi tentang resiko serta penerapan manajemen resiko di setiap jenjang struktur organisasi dan dalam menjalankan tugasnya Dewan Komisaris dibantu oleh Audit Intern

9

(13)

 Dewan Komisaris telah melakukan peran aktif dalam pengawasan penerapan Manajemen Resiko atas kebijakan yang telah dibuat oleh Direksi serta mengevaluasi hasil kebijakan

 Dewan Komisaris telah memberikan arahan strategi atas Rencana Bisnis yang telah disusun pada tahun 2018

 Dewan Komisaris telah memberikan arahan dan masukan terhadap kredit yang memerlukan pertimbangan dari Dewan Komisaris

 Direksi tetap melakukan proses dalam memperbaharui SOP dan selalu meng upgrade Aplikasi System NBP Sys

10. Batas Maksimum Pemberian Kredit

Selama tahun laporan 2018, tidak ada pelampauan maupun pelanggaran terhadap Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), baik kepada pihak terkait, maupun kepada pihak tidak terkait. Bank telah menyampaikan secara berkala Laporan BMPK kepada Otoritas Jasa Keuangan.

Penyediaan dana kepada pihak terkait dan debitur inti pada posisi 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut:

Penyediaan Dana J u m l a h

Debitur Nominal (Ribuan Rp)

Kepada Pihak Terkait 4 354.405,-

Kepada Debitur Inti: - -

- Individu 20 3.678.771,-

- Kelompok - -

Jumlah 24 4.033.176,-

11. Rencana Bisnis BPR

PT BPR NBP 22 Binjai telah menyusun Rencana Bisnis tahun 2018, sesuai dengan Visi dan Misi Bank. Proses penyusunan Rencana Bisnis tahun 2018 secara realistis dan terukur dengan mempertimbangkan perubahan-perubahan secara internal maupun eksternal sehingga dapat memberi dampak positif untuk kinerja BPR.

Penyusunan Rencana Bisnis BPR melibatkan Dewan Komisaris, Direksi, dan semua SDM yang ada dengan tujuan agar seluruh Pengurus dan SDM mengetahui arah, sasaran dan tujuan yang akan dicapai oleh BPR kedepannya. Rencana Bisnis tahun 2018 telah mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris dan telah dipertanggungjawabkan ke pemegang saham PT BPR NBP 22.

Secara garis besar, Rencana Bisnis Tahun 2018 dari PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 dapat diuraikan sebagai berikut:

BIDANG PERKREDITAN:

(14)

Laporan Penerapan Tata Kelola Tahun 2017 PT. BPR NBP 22 2018

 Kebijakan Pertumbuhan Kredit:

 Memperluas basis nasabah (customer base) khususnya segmen kredit mikro, karena selama ini peningkatan jumlah penyaluran kredit BPR sebagian besar berasal dari peningkatan plafon kredit debitur lama (existing customer), sehingga berdampak pada meningkatnya average loan size atau rata-rata kredit per akun, dimana hal ini secara otomatis akan meningkatkan credit risk;

 Kebijakan Pengelolaan Kualitas Kredit:

 Meningkatkan fungsi control mulai dari proses loan appraisal sampai loan approval sebagian mekanisme yang terintegrasi. Hasil temuan audit internal atas beberapa kasus NPL menunjukkan bahwa ada loan appraisal yang merekomendasikan agar kredit ditolak, tetapi putusan akhirnya justru kredit dicairkan;

 Mengantisipasi secara dini untuk mencegah terjadinya NPL, yang mulai dari kondisi special mention (terlambat bayar < 90 hari), karena hingga saat ini kredit dengan kondisi tersebut masih termasuk "Kolektibilitas Lancar", padahal saat ini sudah ada RPOJK yang “nantinya mewajibkan”

BPR untuk mencadangkan PPAP untuk portfolio kredit dalam kondisi tersebut diatas, sehingga langkah-langkah penagihan sudah harus dilakukan secara intensif ketika mulai terjadi tunggakan;

 Mempercepat proses penyelesaian Kredit Macet melalui penagihan, restrukturisasi, dan penjualan agunan kredit.

BIDANG PENDANAAN:

 Kebijakan Komposisi Sumber Dana:

 Meluncurkan produk Tabungan Berjangka SIMASDA sebagai sumber dana murah yang dapat berkontribusi untuk menurunkan cost of fund atau biaya dana BPR;

 Menyempurnakan kualitas layanan nasabah melalui service excellence, agar dapat meningkatkan kepuasan nasabah dan loyalitas nasabah (customer satisfaction and customer loyalty) kepada BPR;

BIDANG OPERASIONAL:

 Menurunkan Rasio BOPO melalui langkah-langkah:

 Memperketat mekanisme pengawasan internal untuk meningkatkan efisiensi biaya dalam kegiatan operasional BPR. Hal ini antara lain dilakukan dengan memperketat pengeluaran dana-dana non operasional;

 Menurunkan biaya dana atau cost of fund melalui restrukturisasi sumber dana, yaitu dengan upaya meningkatkan proporsi sumber dana murah 11

(15)

(tabungan), bernegosiasi dengan deposan besar untuk menurunkan suku bunga deposito.

 Melakukan Revitalisasi SDM BPR melalui kebijakan peningkatan produktivitas, kompetensi dan ketrampilan, namun dengan mematuhi sepenuhnya koridor dalam Penerapan Tata Kelola BPR. Tentu saja langkah-langkah dalam peningkatan produktivitas, kompetensi dan ketrampilan SDM ini perlu disertai dengan komitmen untuk memperbaiki merit system di BPR.

LIKUIDITAS, PERMODALAN, DAN TINGKAT KESEHATAN BPR:

 Memenuhi Komitmen Kinerja Keuangan BPR dengan:

 Kebijakan Penguatan Modal Inti BPR sesuai dengan amanat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 5/POJK.03/2015, tanggal 31 Maret 2015 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Kewajiban Pemenuhan Modal Inti Minimum Bank Perkreditan Rakyat, walaupun PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 sendiri telah memenuhi ketentuan dengan Modal Inti Minimum untuk tenggat waktu 31 Desember 2019 sebesar Rp 3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah)

 Menjaga risiko likuiditas;

 Mempertahankan Tingkat Kesehatan BPR pada level yang "SEHAT"

sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan. Berdasarkan perhitungan internal dengan mengambil posisi tangal 31 Desember 2018.

PENGEMBANGAN SDM DAN INFRASTRUKTUR:

 Meningkatkan Kualitas SDM BPR dan Infrastruktur Pendukung Operasional melalui:

 Proses rekrutmen dan pelatihan melalui program in-house training yang berkualitas secara berkesinambungan. Proses ini ditindaklanjuti dengan kebijakan penempatan pegawai yang profesional, bersih dari unsur kolusi dan nepotisme;

 Mengoptimalkan jumlah dan komposisi pegawai di seluruh unit kerja BPR dengan berbasis komitmen kerja yang tinggi, pengalaman operasional yang memadai, serta memiliki mindset dan risk awareness yang sejalan dengan Visi dan Misi BPR;

 Menyempurnakan Core Banking System agar lebih mendukung kegiatan operasional BPR, mulai dari data processing, information system, decision support system dan IT security, sehingga BPR dapat beroperasi secara lebih aman, produktif, dan efisien.

(16)

Laporan Penerapan Tata Kelola Tahun 2017 PT. BPR NBP 22 2018

i. 10. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan

Semua transparansi kondisi keuangan dan no keuanlamgan PT BPR NBP 22 telah dituangkan dalam :

 Laporan Tahunan

Laporan Tahunan yang dimaksud antara lain mencakup :

a. Informasi Umum, yang meliputi antara lain pengurusan, kepemilikan, perkembangan usaha Bank dan kebijakan manajemen dan laporan manajemen

b. Laporan Keuangan Tahunan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan dan dibuat untuk 1 (satu) Tahun Buku dan disajikan dengan perbandingan 1 (satu) tahun buku sebelumnya.

 Laporan Keuangan Publikasi Triwulan

PT BPR NBP 22 telah mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi secara triwulan sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dan Laporan ditandatangani oleh 1 (satu) orang anggota Direksi Bank yang pengumumannya dilakukan di tempat kedudukan Kantor Pusat PT BPR NBP 22 dan di Kantor Cabang Melati (relokasi bulan September 2018). Laporan Publikasi posisi 31 Desember 2018 telah diumumkan dikoran dan ditandatangani oleh 1 (satu) orang anggota Direksi

 Laporan Keuangan Konsolidasi

PT BPR NBP 22 telah menyusun laporan keuangan konsolidasi berdasarkan SAKETAP yang berlaku serta menyampaikan laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK

 Laporan Non Keuangan Bank

PT BPR NBP 22 telah memberikan informasi mengenai produk Bank secara jelas, dan terkini yang dapat diperoleh secara mudah oleh nasabah melalui brosur atau bentuk tertulis lainnya di Kantor Pusat maupun di Kantor Cabang Melati.

C. KEPEMILIKAN SAHAM ANGGOTA DIREKSI SERTA HUBUNGAN KEUANGAN DAN/ATAU HUBUNGAN KELUARGA ANGGOTA DIREKSI DENGAN ANGGOTA DEWAN KOMISARIS, ANGGOTA DIREKSI LAIN DAN/ATAU PEMEGANG SAHAM BPR

13

(17)

Dewan Komisaris dan Direksi dan Pemegang Saham tidak memiliki hubungan keuangan dan kepemilikan saham pada PT BPR NBP 22. Namun salah satu anggota Dewan Komisaris dan salah satu anggota Direksi memiliki saham di PT BPR NBP 22.

Berikut ini adalah daftar kepemilikan saham Dewan Komisaris dan Direksi pada PT BPR NBP 22 Binjai :

No Jabatan

Saham Pada

Perusahaan Nominal Persentase

(Ribuan Rp)

dari jlh modal disetor

1 Komisaris Utama PT BPR NBP 22 4.250,- 0,36%

2 Komisaris - - -

3 Direktur Utama PT BPR NBP 22 4.250,- 0,36%

4 Direktur - - -

D. KEPEMILIKAN SAHAM ANGGOTA DEWAN KOMISARIS SERTA HUBUNGAN KEUANGAN DAN/ATAU HUBUNGAN KELUARGA ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DENGAN ANGGOTA DEWAN KOMISARIS LAIN, ANGGOTA DIREKSI DAN/ATAU PEMEGANG SAHAM BPR

Anggota Dewan Komisaris PT BPR NBP 22 tidak memiliki hubungan keuangan dengan Anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi dan dengan Pemegang Saham Pengendali dalam hal menerima penghasilan, dan bantuan keuangan atau pinjaman.

Pada tahun 2018 dapat dipastikan bahwa diantara masing-masing anggota Dewan Komisaris, Direksi dan Pemegang Saham tidak memiliki hubungan kekeluargaan sampai dengan derajat kedua sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan.

E. PAKET/KEBIJAKAN REMUNERASI DAN FASILITAS LAIN BAGI DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

(18)

Laporan Penerapan Tata Kelola Tahun 2017 PT. BPR NBP 22 2018 Sesuai keputusan RUPS pada tanggal, bahwa Paket /Kebijakan Remunerasi dan Fasilitas lain bagi Dewan Komisaris dan Direksi meliputi Remunerasi dalam bentuk Non Natura (gaji, penghasilan tetap lainnya, antara lain tantiem dan bentuk remunerasi lainnya) selama tahun 2018 sebesar Rp 714.917 ribu. sedangkan fasilitas lain dalam bentuk Natura ( fasilitas tidak tetap lainnya termasuk tunjangan untuk perumahan, transportasi, kesehatan dan fasilitas lainnya) selama tahun 2018 sebesar Rp. 137.880,- terlihat pada tabel berikut ini :

Jenis Remunerasi dan Fasilitas Lain

Jumlah Diterima dalam 1 Tahun Dewan Komisaris Direksi Oran

g

Nominal Or ang

Nominal Remunerasi dalam bentuk non

natura (gaji dan penghasilan tetap lainnya, al tantiem dll

2 Rp 233.073

ribu 2 Rp.481.844 ribu Fasilitas lain dalam bentuk

natura / non natura (fas. tidak tetap lainnya al, perumahan, transportasi, asuransi kesehatan, dll) yang tidak dapat dimiliki

2 Rp. 51.724

ribu 2 Rp.86.156 ribu

Jumlah anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang menerima paket remunerasi dalam satu tahun yang dikelompokkan dalam kisaran tingkat penghasilan sebagai berikut :

Jumlah Renumerasi per Orang dalam 1 tahun*) Jumlah Direksi

Jumlah Komisaris Di atas Rp 2 miliar

Di atas Rp 1 miliar s.d 2 miliar Di atas Rp 500 juta s.d 1 miliar

Rp 500 juta ke bawah 2 orang 2 orang

F. RASIO GAJI TERTINGGI DAN GAJI TERENDAH

Berdasarkan data pada posisi 31 Desember 2018, Rasio Gaji tertinggi dan terendah pada PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 adalah sebagai berikut:

a) Rasio Gaji Komisaris yang tertinggi dan terendah : 1,28 : 1,00

b) Rasio Gaji Direksi yang tertinggi dan terendah : 1,13 : 1,00

15

(19)

c) Rasio Gaji Karyawan yang tertinggi dan terendah : 2.78 : 1,00

d) Rasio Gaji Direksi yang tertinggi dan Pegawai yang tertinggi : 2,94 : 1,00

Secara rincian Rasio Gaji dapat dilihat pada table dibawah ini :

Jabatan Gaji Per bulan (Rp) Skala Perbadingan Rasio Tertinggi Terendah

Dewan Komisaris

10.160.000

7.918.000 1,28 : 1.00 Direksi

18.350.000

16.200,000 1.13 : 1.00 Karyawan

6.220.497

2.230.600 2.78 : 1.00 Rasio Gaji Direksi

Tertinggi dan

Pegawai Tertinggi 2.94 : 1.00

G. FREKUENSI RAPAT DEWAN KOMISARIS

Pada tahun 2018, Dewan Komisaris PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 telah menyelenggarakan Rapat sebanyak 4 (empat) kali dalam format Rapat “Gabungan”

yang melibatkan Direksi, dengan tingkat kehadiran anggota sebagai berikut:

Nama Peserta Rapat

Kehadiran Pada Rapat

Prosentase Dewan Komisaris Kehadiran Martaida Panjaitan 4 (empat) kali 100 %

Sugianto 4 (empat) kali 100 %

Imanuel Tarigan, SE 1 (satu) kali 25%

Armudin Purba 3 (tiga) kali 75%

Hasil Rapat Dewan Komisaris dituangkan dalam suatu risalah rapat yang ditandatangani oleh seluruh peserta rapat dan didokumentasikan secara baik.

H. JUMLAH PENYIMPANGAN INTERN YANG TERJADI DAN UPAYA PENYELESAIAN OLEH BPR

(20)

Laporan Penerapan Tata Kelola Tahun 2017 PT. BPR NBP 22 2018 PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 mengembangkan Sistem Pengendalian Internal, sebagai bagian Inheren dari Internal Control Framework, yang antara lain memiliki fungsi penting dalam rangka :

a) Pencegahan

Sebagai salah satu pilar terpenting dalam strategi anti fraud, langkah- langkah dalam upaya pencegahan atau prevention dilakukan dengan:

 Memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada seluruh unit kerja tentang berbagai modus kejahatan perbankan dan tindak pencegahannya;

 Memperbanyak frekuensi "surprise audit" untuk "membunuh niat" dari pihak-pihak tertentu di internal BPR yang karena tugas, wewenang, dan jabatannya, mempunyai kesempatan untuk melakukan penyimpangan dan/atau fraud;

b) Deteksi Dini

Sebagai pilar penting lainnya dalam strategi anti fraud, deteksi dini merupakan metoda yang sangat efektif dalam pencegahan fraud. Untuk itu, BPR akan mengembangkan whistle blowing system, yaitu dengan memberikan kesempatan/akses seluas-luasnya kepada seluruh pegawai pada seluruh jenjang jabatan untuk berperan aktif sebagai whistle blower agents, antara lain dengan menyampaikan informasi tentang indikasi penyimpangan/fraud melalui telpon, email, sms, dan sarana/media komunikasi lainnya.

c) Identifikasi dan Investigasi

Menindak lanjuti setiap informasi yang dianggap relevan dan signifikan terkait dengan potensi penyimpangan/fraud di bidang operasional dan perkreditan dengan cara:

 Mengikuti aliran dana dari nasabah kepada pegawai BPR yang di indikasikan terlibat dalam penggelapan dana nasabah, atau di indikasikan meminta fee untuk pencairan kredit kepada debitur yang bersangkutan;

 Melakukan analisis dan identifikasi terhadap lonjakan NPL di sebuah Kantor Cabang yang sebelumnya memiliki kinerja baik. Langkah ini untuk memastikan apakah telah terjadi penyimpangan/fraud, atau kurangnya kehati-hatian dalam proses pemberian kredit yang berpotensi menimbulkan Kredit Macet (NPL).

 Melakukan kunjungan lapangan atau on-site visit dalam rangka verifikasi informasi yang secara psikologis dapat "membangun efek jera" kepada seluruh pegawai BPR agar tidak melakukan penyimpangan/fraud.

d) Tindak Lanjut dan Pelaporan

17

(21)

Manajemen BPR ” akan “ melakukan tindak lanjut atas seluruh kasus internal fraud, baik yang proses penyelesaiannya dilakukan secara internal maupun yang dilakukan melalui proses litigasi (secara hukum) karena kasusnya dianggap telah memenuhi unsur-unsur Tindak Pidana Perbankan yang menimbulkan kerugian bagi Bank secara finansiil dan reputasi.

Kasus-kasus internal fraud yang tindak lanjut penyelesaiannya ditempuh melalui secara yudiris melalui proses litigasi, telah dilaporkan tersendiri pada bagian lain dari Laporan Penerapan Tata Kelola BPR ini.

Secara keseluruhan, jumlah kasus internal fraud di PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 pada tahun 2018 adalah sebagai berikut:

Proses Penyelesaian

Jumlah & Pelaku Kasus Internal Fraud

Pengurus BPR Pegawai Tetap Pegawai tidak Tetap

2017 2018 2017 2018 2016 2017 Telah diselesaikan secara

internal - - 1 - - -

Dalam proses

penyelesaian secara internal

- - - - - -

Telah ditindaklanjuti melalui Proses Hukum

- - - - - -

Total - - 1 - - -

I. JUMLAH PERMASALAHAN HUKUM DAN UPAYA PENYELESAIAN OLEH BPR

Permasalahan hukum yang sedang dihadapi oleh PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 beserta status penyelesaiannya hingga posisi tanggal 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut:

Permasalahan Hukum Jumlah Perkara Perdata Pidana

Perkara Selesai (Inkracht) Nihil Nihil

Perkara Gugur dan/atau Damai Nihil Nihil

Dalam Proses Penyelasaian Nihil Nihil

Total Nihil Nihil

(22)

Laporan Penerapan Tata Kelola Tahun 2017 PT. BPR NBP 22 2018 Berdasarkan permasalahan hukum tersebut diatas, berikut ini secara ringkas dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:

a) Perkara Perdata:

 Jumlah Perkara yang dapat diselesaikan secara Litigasi mulai dari tingkat pengadilan pertama hingga Mahkamah Agung adalah sebanyak Nihil Perkara.

 Jumlah Perkara yang masih dalam proses penyelesaian adalah sebanyak “ NIHIL “ Perkara, dengan rincian:

 Perselisihan terkait jumlah pelunasan hutang = Nihil perkara

 Perselisihan terkait barang jaminan (kepailitan) = Nihil Perkara

 Perselisihan terkait pihak ketiga (derden verzet) = Nihil Perkara

 Perselisihan Hubungan Industrial = Nihil Perkara

 Perselisihan Tata Usaha Negara = Nihil Perkara

J. TRANSAKSI YANG MENGANDUNG BENTURAN KEPENTINGAN

Selama Tahun 2018 tidak terdapat transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang berakibat merugikan Bank. Bank mampu menghindari transaksi yang mengandung potensi benturan kepentingan.

K. PEMBERIAN DANA UNTUK KEGIATAN SOSIAL DAN KEPENTINGAN POLITIK , BAIK NOMINAL MAUPUN PENERIMA DANA

Pemberian dana kepada pihak-pihak tertentu dilakukan oleh PT. BPR Nusantara Bona Pasogit 22 selama tahun 2018 adalah untuk kepentingan sosial dan tidak terdapat pemberian untuk kepentingan politik yang dilakukan oleh pihak PT. BPR Nusantara Bona Pasogit 22.

Pemberian dana untuk kegiatan sosial pada Tahun 2018 adalah sebagai berikut :

Bantuan /Sumbangan Penerima Sumbangan

Nilai

Sumbangan Pemberian Sumbangan Masyarakat/Nasabah/Gereja Rp. 1.150.000,-.

Pemberian Sumbangan Pegawai/Keluarga Pegawai Rp. 1.600.000,-

Total Sumbangan Rp. 2.750.000,

19

(23)

L. KESIMPULAN UMUM HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN TATA KELOLA

Berdasarkan hasil Penilaian Sendiri Penerapan Tata Kelola di PT. BPR NBP 22 pada Tahun 2018, disampaikan hal-hal sebagai berikut :

a. Nilai Komposit Penerapan Tata Kelola sebesar 2.60 dengan predikat Baik b. Peringkat masing-masing per Faktor adalah :

No Aspek yang Dinilai Bobot Nilai

1 Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Dewan komisaris 10.00% 0.48 2 Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Direksi 20.00% 0.36 3 Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite 10.00% 0

4 Penanganan Benturan Kepentingan 10.00% 0.39

5 Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank 5.00% 0.32

6 Penerapan Fungsi Audit Intern 5.00% 0.29

7 Penerapan Fungsi Audit Ekstern 5.00% 0.05

8

Penerapan Fungsi Manajemen Risiko dan Pengendalian Intern

7.50% 0

9

Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait (Related Party) dan Debitur Besar (Large Eksposure)

7.50% 0.30

10

Transparansi KondisiKeuangan dan Non Keuangan Bank, Laporan GCG dan Laporan Internal

15.00% 0.18

11 Rencana Strategis Bank 5.00% 0.22

Nilai Komposit

100.00

%

2.60

Prediksi Komposit Baik

Terlampir disampaikan Perhitungan Hasil Self Assesstment Penerapan Good Corporate Governance (GCG) PT BPR NBP 22.

(24)

Laporan Penerapan Tata Kelola Tahun 2017 PT. BPR NBP 22 2018 Penutup

Disadari bahwa Laporan Penerapan Tata Kelola (GCG) pada PT BPR Nusantara Bona Pasogit 22 ini masih terdapat banyak kekurangan yang sewaktu-waktu perlu disempurnakan, lebih-lebih pada era perubahan lingkungan bisnis yang cepat dan semakin kompleks, seringkali membutuhkan penyempurnaan terhadap Regulasi, Ketentuan dan Perundang-undangan. Dengan adanya penerapan GCG PT. BPR NBP 22, maka Tata Kelola Bank akan berjalan lebih baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku dimana adanya pedoman bagi Dewan Komisaris dan Direksi, dan Direksi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif. Fungsi Kepatuhan Bank, Fungsi Audit Intern, Fungsi Audit Ekstern akan berjalan sesuai dengan Ketentuan GCG.

Demikian Laporan ini disampaikan, atas arahan dan bimbingan dari Otoritas Jasa Keuangan kami mengucapkan terimakasih

PT. BPR NBP 22

Martaida Panjaitan Armudin Purba Komisaris Utama Direktur

21

(25)

1.

a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;

b. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;

c. kelengkapan dan pelaksanaan tugas atau fungsi komite;

d. penanganan benturan kepentingan;

e. penerapan fungsi kepatuhan;

f. penerapan fungsi audit intern;

g. penerapan fungsi audit ekstern;

h. penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern;

i. batas maksimum pemberian kredit;

j. rencana strategis BPR; dan

k. transparansi kondisi keuangan dan non keuangan.

2. Penilaian terhadap penerapan Tata Kelola bagi BPR dilakukan untuk mengukur:

a.

b.

c. hasil penerapan tata kelola (governance outcome) BPR.

3. Hasil penilaian penerapan tata kelola mencakup aspek kualitatif dan aspek kuantitatif, antara lain:

a. kecukupan transparansi laporan;

b. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;

c.

Penjelasan Umum Pedoman Penilaian Sendiri (Self Assessment) Penerapan Tata Kelola

Pedoman penilaian terbagi atas penilaian terhadap struktur, proses dan hasil Tata Kelola BPR yang mencakup 11 (sebelas) Faktor Penilaian Penerapan Tata Kelola yaitu:

kecukupan struktur dan infrastruktur Tata Kelola (governance structure) BPR agar penerapan Tata Kelola mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan stakeholders BPR. Termasuk dalam struktur Tata Kelola BPR adalah Direksi, Dewan Komisaris,Komite, dan satuan kerja/unit kerja/pegawai terkait pada BPR. Adapun yang termasuk infrastruktur Tata Kelola BPR antara lain adalah kebijakan dan prosedur, sistem informasi manajemen serta tugas pokok dan fungsi masing-masing struktur organisasi;

efektivitas proses penerapan tata kelola (governance process) BPR sesuai dengan kecukupan struktur dan infrastruktur tata kelola yang dipersyaratkan untuk masing-masing BPR; dan

peningkatan/penurunan kepatuhan terhadap ketentuan dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi BPR seperti penyimpangan/penyalahgunaan/fraud, pelanggaran BMPK, pelanggaran ketentuan terkait laporan BPR kepada Otoritas Jasa Keuangan.

(26)

Home

(27)

1.

2.

a.

b. Nilai 4 untuk tanda centang (√) pada kolom KB (Kurang Baik) apabila kriteria/indikator sebagian besar belum diterapkan/dipenuhi.

c. Nilai 3 untuk tanda centang (√) pada kolom CB (Cukup Baik) apabila kriteria/indikator sebagian telah diterapkan/dipenuhi.

d. Nilai 2 untuk tanda centang (√) pada kolom B (Baik) apabila kriteria/indikator sebagian besar telah diterapkan/dipenuhi.

e. Nilai 1 untuk tanda centang (√) pada kolom SB (Sangat Baik) apabila kriteria/indikator telah sepenuhnya diterapkan/dipenuhi.

3.

4.

5. Hasil perkalian sebagaimana dimaksud pada angka 4 dijumlahkan untuk mendapatkan nilai masing-masing faktor.

6. Nilai masing-masing faktor sebagaimana dimaksud pada angka 5 dikalikan dengan bobot faktor sesuai Tabel 1.

No Faktor Bobot A

(%)

Bobot B (%)

Bobot C (%)

Bobot D (%) 1 Pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Direksi 20.00 20.00 20.00 20.00

2

Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris

15.00 15.00 15.00 12.50 Tabel 1. Bobot Faktor Penerapan Tata Kelola

Tata Cara Pengisian Pedoman Penilaian Sendiri

Setiap BPR melakukan pengisian Kertas Kerja Penilaian Penerapan Tata Kelola yang terdiri dari 11 (sebelas) Faktor Penilaian Penerapan Tata Kelola dan pada masing-masing faktor dibagi berdasarkan struktur dan infrastruktur Tata Kelola, proses penerapan Tata Kelola, dan hasil penerapan Tata Kelola.

Penilaian penerapan Tata Kelola dilakukan dengan menggunakan Skala Penerapan, dimana rentang skor yang digunakan sebagai Skala Penerapan penilaian setiap kriteria/indikator adalah sebesar 1 sampai dengan 5 dengan kententuan sebagai berikut:

Nilai 5 untuk tanda centang (√) pada kolom TB (Tidak Baik) apabila kriteria/indikator sepenuhnya tidak diterapkan/dipenuhi.

Setelah melakukan pengisian dengan menggunakan nilai sebagaimana dimaksud pada angka 2, nilai pada setiap kriteria/indikator dijumlahkan dan dirata-ratakan berdasarkan struktur dan infrastruktur Tata Kelola, proses penerapan Tata Kelola, dan hasil penerapan Tata Kelola pada masing-masing faktor.

Hasil rata-rata nilai sebagaimana dimaksud pada angka 3 dikalikan dengan 50% untuk bobot struktur dan infrastruktur Tata Kelola; 40% untuk bobot proses penerapan Tata Kelola; dan 10% untuk bobot hasil penerapan Tata Kelola.

(28)

3

Kelengkapan dan pelaksanaan

tugas atau fungsi Komite 0.00 0.00 0.00 2.50

4 Penanganan benturan

kepentingan 10.00 10.00 10.00 10.00

5 Penerapan fungsi kepatuhan

BPR 10.00 10.00 10.00 10.00

6 Penerapan fungsi audit intern 10.00 10.00 10.00 10.00 7 Penerapan fungsi audit ekstern

0.00 2.50 2.50 2.50

8

Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern*)

10.00 10.00 10.00 10.00

9 Batas maksimum pemberian

kredit 7.50 7.50 7.50 7.50

10 Rencana bisnis BPR 7.50 7.50 7.50 7.50

11

Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, serta

pelaporan internal 10.00 7.50 7.50 7.50

*) diperhitungkan sesuai pentahapan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai manajemen risiko BPR.

Dengan demikian, total penyebut sebelum pentahapan penerapan manajemen risiko adalah 90.

Keterangan:

Bobot A:

Bobot B:

Bobot C:

Bobot D: BPR yang memiliki modal inti paling sedikit Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh milyar rupiah).

7.

8. Setelah diperoleh Nilai Komposit sebagaimana dimaksud pada angka 7, BPR menetapkan Peringkat Komposit, sebagaimana Tabel 2.

BPR yang memiliki modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) dengan total aset kurang dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).

BPR yang memiliki modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) dengan total aset paling sedikit Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).

BPR yang memiliki modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) dan kurang dari Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh milyar rupiah).

Nilai masing-masing faktor setelah dikalikan dengan bobot sebagaimana dimaksud pada angka 6 dijumlahkan seluruhnya sehingga mendapatkan Nilai Komposit.

(29)

Tabel 2. Predikat Komposit

Nilai Komposit Predikat Komposit 1.0  Nilai Komposit < 1.8 Sangat

Baik 1.8  Nilai komposit < 2.6 Baik 2.6  Nilai Komposit < 3.4 Cukup

Baik 3.4  Nilai Komposit < 4.2 Kurang

Baik 4.2  Nilai Komposit < 5 Tidak Baik

9.

10.

11. Kolom keterangan diisi dengan alasan, dasar penerapan, atau keterangan lainnya.

12.

13.

14.

15.

16.

Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan atau pemeriksaan pengawas terdapat faktor yang dinilai sangat mempengaruhi Tata Kelola BPR dan berpotensi memiliki dampak pada kondisi dan/atau kelangsungan usaha BPR, pengawas dapat melakukan penyesuaian Peringkat Komposit Tata Kelola BPR.

Untuk faktor 8, penilaian manajemen risiko ini baru dilakukan setelah ketentuan manajemen risiko diberlakukan secara efektif sesuai pentahapan sebagaimana Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai penerapan manajemen risiko bagi BPR.

Bagi BPR dengan total aset kurang dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) namun laporan keuangannya telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik, tetap melakukan penilaian untuk faktor 7 dan dikenakan bobot faktor 7 sebesar 2,5% (dua koma lima persen) sehingga bobot faktor 11 menjadi 7,5% (tujuh koma lima persen) mengacu pada Bobot B pada angka 6 di atas.

Bagi BPR dengan modal inti kurang dari Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh milyar rupiah) namun membentuk komite audit dan/atau komite pemantau risiko, tidak melakukan penilaian terhadap faktor 3 sehingga penilaian penerapan Tata Kelola mengacu pada Bobot C pada angka 6 di atas.

Bagi BPR dengan modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar) yang tidak wajib memiliki Komisaris Independen, pertanyaan untuk faktor 2 nomor 5 diberikan Skala Penerapan Baik (nilai 2).

Bagi BPR dengan modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar) yang tidak wajib melakukan kaji ulang dan menyampaikan laporan kaji ulang kepada OJK, pertanyaan untuk faktor 6 nomor 7 dan 12 diberikan Skala Penerapan Baik (nilai 2).

Apabila terdapat salah satu faktor yang seluruh kriteria/indikatornya mendapatkan nilai Tidak Baik (5) sebagaimana dimaksud pada angka 2, Peringkat Komposit tertinggi yang dapat dicapai BPR adalah Cukup Baik sebagaimana dimaksud pada angka 8.

(30)

Home

Faktor 1 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Faktor 2 Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Faktor 3 Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas atau Fungsi Komite Faktor 4 Penanganan Benturan Kepentingan

Faktor 5 Penerapan Fungsi Kepatuhan Faktor 6 Penerapan Fungsi Audit Intern Faktor 7 Penerapan Fungsi Audit Ekstern

Faktor 8 Penerapan Manajemen Risiko Termasuk Sistem Pengendalian Intern Faktor 9 Batas Maksimum Pemberian Kredit

Faktor 10 Rencana Strategis BPR

Faktor 11 Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan 11 Faktor Tata Kelola BPR

(31)

Tabulasi Pengisian Indikator pada 11 Faktor Tata Kelola BPR

Faktor Indikator Terisi Indikator Belum Terisi

1 19 0

2 18 0

3 5 0

4 3 0

5 13 0

6 13 0

7 5 0

8 12 0

9 5 0

10 6 0

11 7 0

Total 106 0

(32)

B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)

7

Direksi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara independen dan tidak memberikan

kuasa umum yang dapat mengakibatkan pengalihan tugas dan wewenang tanpa batas. 2

Direksi melaksanakan tugas dan tanggungjawab secara independen dan tidak memberikan kuasa umum

8

Direksi menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari Pejabat Eksekutif yang ditunjuk sebagai auditor intern, auditor ekstern, dan hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan dan/atau

hasil pengawasan otoritas lain. 3

Direksi telah menindaklanjuti temuan audit/rekomendasi, dan temuan

kesalahan yang sama/berulang semakin sedikit

9

Direksi menyediakan data dan informasi yang lengkap, akurat, terkini, dan tepat waktu kepada

Dewan Komisaris. 2

Direksi sudah memberikan data dan informasi cukup lengkap dan tepat

waktu

10

Pengambilan keputusan rapat Direksi yang bersifat strategis dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat, suara terbanyak dalam hal tidak tercapai musyawarah mufakat, atau sesuai ketentuan yang berlaku dengan mencantumkan dissenting opinion jika terdapat perbedaan pendapat.

3

Rapat direksi belum sepenuhnya sesuai dgn ketentuan Tata Kelola BPR, tetapi Direksi telah membuat

Pedoman Tata Cara Rapat. Untuk tahun 2018, Rapat Direksi dilaksanakan bersama P.E

11

Direksi tidak menggunakan BPR untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR, serta tidak mengambil dan/atau menerima

keuntungan pribadi dari BPR, selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan RUPS. 3 Direksi tidak melakukan tindakan yang merugikan BPR

12

Anggota Direksi membudayakan pembelajaran secara berkelanjutan dalam rangka peningkatan pengetahuan tentang perbankan dan perkembangan terkini terkait bidang keuangan/lainnya yang mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi antara lain dengan peningkatan keikutsertaan pegawai BPR dalam pendidikan/pelatihan dalam rangka pengembangan kualitas individu.

2

Budaya pembelajaran di BPR belum dijalankan secara optimal, tetapi Direksi secara rutin telah mengirim

pegawai BPR mengikuti pelatihan

13

Anggota Direksi mampu mengimplementasikan kompetensi yang dimilikinya dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, antara lain pemahaman atas ketentuan mengenai prinsip kehati-

hatian. 2

Direksi telah melakukan implementasi dalam operasional BPR,

khususnya Prinsip Kehati-hatian 14

Direksi memiliki dan melaksanakan pedoman dan tata tertib kerja anggota Direksi yang paling

sedikit mencantumkan etika kerja, waktu kerja, dan peraturan rapat. 2 Direksi telah menyusun Pedoman &

Tata Tertib Kerja dan telah diterapkan

Referensi

Dokumen terkait

9) Satuan kerja kepatuhan atau Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi kepatuhan memastikan bahwa seluruh kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta kegiatan usaha yang

Perkreditan Rakyat, BPR wajib memastikan kepatuhan terhadap peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan lainnya serta memastikan kepatuhan BPR

Melakukan identifikasi, pengukuran, monitoring, dan pengendalian terhadap risiko kepatuhan dengan mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Penerapan Manajemen

2) SKAI atau Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern telah memiliki dan mengkinikan pedoman kerja serta sistem dan prosedur untuk

PT BPR Sahabat tata berkomitmen, Penerapan Tata Kelola atau Good Corporate Governance (GCG)akan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan dalam rangka

a) Penunjukkan Direktur Utama yang melaksanakan fungsi kepatuhan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b) Direktur Utama yang melaksanakan fungsi kepatuhan telah

BPR Cahaya Bumi Artha telah memenuhi ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai minimal rapat Dewan Komisaris yang wajib diselenggarakan dalam

a. Memastikan terselenggaranya penerapan Tata Kelola pada setiap kegiatan usaha BPR di seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan