LAPORAN TATA KELOLA
PD. BPR NTB MATARAM
TAHUN BUKU 2020
PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT
NUSA TENGGARA BARAT (PD. BPR NTB)
MATARAM
2021
Nomor : 94.05.TU/BPR-NTB Mtr/2021
Lampiran : 1 (satu)
Perihal : Laporan Penerapan Tata Kelola PD. BPR NTB Mataram Tahun Buku 2020
Kepada Yth.
Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Di -
Mataram
Dengan Hormat,
Berdasarkan pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) nomor : 4/POJK.03/2015
tentang Penerapan Tata Kelola bagi Bank Perkreditan Rakyat, disebutkan dalam pasal 75
bahwa BPR wajib menyusun laporan penerapan Tata Kelola setiap akhir tahun. Sehubungan
dengan hal tersebut maka bersama ini kami menyampaikan Laporan Penerapan Tata Kelola
PD.BPR NTB Mataram Tahun Buku 2020 sebagaimana terlampir.
Demikian, agar maklum atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Mataram, 28 Mei 2021
PD. BPR NTB Mataram
Direksi,
( Ketut Sudharmana )
Direktur Utama( Zukifli Hamdani )
Direktur KepatuhanHal i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
BAB I PENDAHULUAN ... 1
BAB II RUANG LINGKUP TATA KELOLA ... 4
1. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB DEWAN PENGAWAS ... 4
2. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB DIREKSI ... 5
3. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB KOMITE-KOMITE ... 8
4. PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN ... 9
5. PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN, PENERAPAN FUNGSI AUDIT INTERNDAN PENERAPAN FUNGSI AUDIT EKSTERN ... 9
6. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO, TERMASUK PENGENDALIAN INTERN ... 12
7. BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT ... 12
8. RENCANA BISNIS BPR ... 13
9. TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN DAN NON KEUANGAN ... 14
BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ANGGOTA DIREKSI... 14
BAB IV HUBUNGAN KEUANGAN DAN/ATAU HUBUNGAN KELUARGA ANGGOTA DIREKSI DENGAN ANGGOTA DEWAN PENGAWAS, ANGGOTA DIREKSI LAIN DAN/ATAU PEMEGANG SAHAM BPR... 15
BAB V KEPEMILIKAN SAHAM ANGGOTA DEWAN PENGAWAS ... 15
BAB VI HUBUNGAN KEUANGAN DAN/ATAU HUBUNGAN KELUARGA ANGGOTA DEWAN PENGAWAS DENGAN ANGGOTA DEWAN PENGAWAS LAIN, ANGGOTA DIREKSI DAN/ATAU PEMEGANG SAHAM BPR ... 16
BAB VII PAKET/KEBIJAKAN REMUNERASI DAN FASILITAS LAIN BAGI DIREKSI DAN DEWAN PENGAWAS ... 16
BAB VIII RASIO GAJI TERTINGGI DAN GAJI TERENDAH ... 18
BAB IX FREKUENSI RAPAT DEWAN PENGAWAS ... 18
BAB X JUMLAH PENYIMPANGAN INTERN ... 19
Hal ii
BAB XII PEMBERIAN DANA UNTUK KEGIATAN SOSIAL DAN KEGIATAN POLITIK, BAIK
NOMINAL MAUPUN PENERIMA DANA ... 20 BAB XIII KERTAS KERJA PENILAIAN PENERAPAN TATA KELOLA (SELF ASSESMENT)
Hal 1 dari 21
BAB I
PENDAHULUAN
PD BPR NTB Mataram merupakan salah satu Bank Perkreditan Rakyat yang sahamnya
dimiliki oleh Pemerintah Daerah ( Pemda Provinsi NTB dan Pemerintah Kota Mataram ) yang
merupakan lembaga intermediasi yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak ( Undang-Undang Nomor : 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor : 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pasal
1 ayat 1 ). Dari definisi Bank tersebut di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa Bank dalam
menjalankan kegiatan usahanya sangat tergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat untuk
bersedia menyimpan dananya di Bank. Pada dewasa ini kompleksitas kegiatan usaha Bank semakin
meningkat seiring perkembangan teknologi informasi dan perkembangan jenis produk dan jasa.
Peningkatan kompleksitas kegiatan usaha Bank memberikan dampak yang sangat besar terhadap
risiko yang akan dihadapi oleh Bank, sehingga untuk itu diperlukan kompetensi semua organ
organisasi yang ada pada Bank dalam melakukan upaya untuk memitigasi risiko kegiatan usaha
Bank. Suatu Bank yang tidak dikelola dengan baik, sudah pasti akan memicu munculnya risiko yang
dihadapi Bank dan akan mengakibatkan kerugian pada Bank serta kepada pihak-pihak yang
berkepentingan pada Bank (stakeholders).
Dalam rangka meningkatkan kinerja PD BPR NTB Mataram, untuk melindungi kepentingan
stakeholders, dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankank hususnya Bank Perkreditan
Rakyat, Bank wajib melaksanakan kegiatan usahanya dengan berpedoman pada prinsip tata kelola
yang baik ( GCG ) yang telah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa KeuanganNomor :
4/POJK.03/2015 dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor : 5/SEOJK.03/2016 tentang
penerapan tata kelolabagi Bank Perkreditan Rakyat, yang mewajibkan semua Bank Perkreditan
Rakyat melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola ( GCG ) dalam setiap kegiatan usahanya, pada
seluruh tingkatan atau jenjang organisasi meliputi seluruh Pengurus ( Direksi dan Dewan Pengawas )
dan Karyawan Bank. Adapun yang dimaksud dengan tata kelola( GCG ) adalah suatu tata kelola
Bank Perkreditan Rakyat yang menerapkan beberapa prinsip :
Hal 2 dari 21
- Keterbukaan (transparency) yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang
material dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan
- Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggung jawaban
organ BPR sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif
- Pertanggung jawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan BPR dengan peraturan
perundang-undangan dan prinsip-prinsip pengelolaan BPR yang sehat
- Independensi (independency) yaitu pengelolaan BPR secara professional tanpa pengaruh
atau tekanan dari pihak manapun
- Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak pemangku
kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan
Penerapan tata kelola secara konsisten dilingkungan PD BPR NTB Mataram di era persaingan yang
semakin ketatakan memperkuat daya saing PD BPR NTB Mataram, memaksimalkan nilai
perusahaan, mengelola sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan efektif, yang pada ahirnya
akan memperkokoh dan meningkatkan kepercayaan Pemegang Saham dan stakeholders sehingga PD
BPR NTB Mataram dapat beroperasi dan tumbuh secara sehat, berkesinambungan dalam jangka
panjang dan berkembang secara wajar.
Pelaksanaan tata kelola dilingkungan PD BPR NTB Mataram memegang lima prinsip sebagaimana
telah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan SOP internal PD BPR NTB Mataram yang
saat ini masih dalam taraf penyusunan.
Bahwa berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor : 5/SEOJK.03/2016 tanggal
10 Maret 2016 tentang penerapan Tata Kelola Bank Perkreditan Rakyat pada poin 6 tentang
penilaian sendiri disebutkan bahwa :
BPR wajib melakukan penilaian sendiri( self assessment ) atas penerapan Tata Kelola
sebagaimana dimaksud Pasal 77 POJK Tata Kelola BPR paling sedikit 1(satu) kali dalam setahun.
Hasil penilaian sendiri ( self assessment ) atas penerapan Tata Kelola merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Laporan Penerapan Tata Kelola.
Penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip Tata Kelola, paling sedikit diwujudkan dan
difokuskan dalam 11 ( sebelas) faktor antara lain :
Hal 3 dari 21
a. Ruang Lingkup Tata Kelola
1.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
2.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
3.
Kelengkapan dan pelaksanaan tugas atau fungsi komite
4.
Penanganan benturan kepentingan
5.
Penerapan fungsi kepatuhan, Penerapan fungsi audit intern dan Penerapan fungsi audit
ekstern
6.
Penerapan manajemen risiko, termasuk pengendalian intern
7.
Batas maksimum pemberian kredit
8.
Rencana Bisnis BPR dan
9.
Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan
b. Kepemilikan Saham Anggota Direksi
c. Hubungan Keuangan dan/atau Hubungan Keluarga Anggota Direksi Dengan Anggota Dewan
Pengawas, Anggota Direksi Lain dan/atau Pemegang Saham BPR
d. Kepemilikan Saham Anggota Dewan Pengawas
e. Hubungan Keuangan dan/atau Hubungan Keluarga Anggota Dewan Pengawas Dengan
Anggota Dewan Pengawas Lain, Anggota Direksi dan/atau Pemegang Saham BPR
f. Paket/Kebijakan Remunerasi dan Fasilitas Lain Bagi Direksi dan Dewan Pengawas
g. Rasio Gaji Tertinggi dan Gaji Terendah
h. Frekuensi Rapat Dewan Pengawas
i. Jumlah Penyimpangan Intern
j. Jumlah Permasalahan Hukum dan Upaya Penyelesaian oleh BPR
k. Pemberian Dana untuk Kegiatan Sosial dan Kegiatan Politik, Baik Nominal Maupun
Penerima Dana
Hal 4 dari 21
BAB II
RUANG LINGKUP TATA KELOLA
1. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB DEWAN PENGAWAS
Jumlah dan Komposisi Dewan Pengawas
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor :580-377 Tahun 2018
tentang Pengangkatan DR. H. IwanHarsono, M.Ec menjadi Ketua Dewan Pengawas PD BPR NTB
Mataram dan Surat Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor : 580-329 Tahun 2019 tentang
Pengangkatan Armas, SE menjadi Anggota Dewan Pengawas maka per tanggal 31 Desember 2020,
PD. BPR NTB Mataram telah memenuhi ketentuan jumlah minimal anggota Dewan Pengawas.
Seluruh anggota Dewan Pengawas PD. BPR NTB Mataram telah lulus Fit and Proper Test
dan telah memperoleh surat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan. Masa jabatan anggota Dewan
Pengawas adalah 4 (empat) tahun dan seluruh anggota Dewan Pengawas berdomisili di Mataram.
Susunan Anggota Dewan Pengawas Per 31 Desember 2020.
NO.
NAMA
JABATAN
KETERANGAN
01
DR. H. IwanHarsono, M.Ec
Ketua Dewan Pengawas
Masa Bhakti 2018-2021
02
Armas SE
Anggota
Masa Bhakti 2019-2022
Independensi Dewan Pengawas
Seluruh anggota Dewan Pengawas tidak memiliki hubungan keuangan, hubungan
kepengurusan, hubungan kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga sampai dengan derajat
kedua dengan sesama anggota Dewan Pengawas, anggota Direksi, dan/atau Pemegang Saham
Pengendali, atau hubungan dengan yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen.
Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Dewan Pengawas sebagai organ perusahaan telah bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasehat kepada Direksi serta memastikan bahwa bank telah melaksanakan tata kelola.
Hal 5 dari 21
Dalam melakukan pengawasan Dewan Pengawas telah mengarahkan, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan strategis bank.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai pengawas dan penasehat, Dewan Pengawas tidak terlibat
dalam mengambil keputusan kegiatan operasional, kecuali :
a. Penyediaan dana kepada pihak terkait sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan
b. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
c. Keterlibatan atau persetujuan Dewan Pengawas dalam pengambilan keputusan kegiatan
operasional merupakan bagian dari tugas dan pengawasan Dewan Pengawas sehingga tidak
meniadakan tanggung jawab Direksi dalam kepengurusan Bank. Tugas pengawasan oleh
Dewan Pengawas tersebut merupakan upaya pengawasan dini yang perlu dilaksanakan.
d. Dewan Pengawas telah memastikan bahwa Direksi telah menindak lanjuti temuan dan
rekomendasi auditor internal dan eksternal ( OJK dan KAP )
e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Pengawas belum memiliki
pedoman dan tata tertib kerja yang bersifat mengikat bagi setiap anggota Dewan Pengawas
yang mengatur tentang :
- Pengaturan etika kerja
- Waktu kerja dan
- Pengaturan rapat
2. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB DIREKSI
Direksi merupakan organ perusahaan yang memiliki tugas pokok melakukan pengurusan
untuk kepentingan dan tujuan perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan berdasarkan
ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bahwa sampai dengan posisi 31 Desember 2020 jumlah Direksi PD BPR NTB Mataram
sebanyak 2 orang dan telah memenuhi ketentuan yang telah diatur dalam POJK dengan total modal
inti kurang dari Rp. 50.000.000.000,-( lima puluh milyar rupiah ) minimal jumlah Direksi sebanyak
2 orang. Adapun pengangkatan Direksi PD BPR NTB Mataram tersebut tertuang dalam Keputusan
Hal 6 dari 21
Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor : 580-276 Tahun 2019 tentang pengangkatan Direktur Utama
PD. BPR NTB Mataram Masa Bhakti 2019-2023 dan Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat
Nomor : 580-278 Tahun 2019 tentang Pengangkatan Direktur PD. BPR NTB Mataram Masa Bhakti
2019-2023 dengan susunan sebagai berikut :
Adapun susunan Direksi PD BPR NTB Mataram per 31 Desember 2020 sebagai berikut :
NO.
NAMA
JABATAN
KETERANGAN
01
KetutSudharmana
Direktur Utama
Masa Bhakti 2019-2023
02
Zulkifli Hamdani
DirekturKepatuhan
Masa Bhakti 2019-2023
Jumlah, Komposisi, Kriteria dan Independensi Direksi
Persyaratan jumlah Direksi, Kriteria dan independensi Direksi sebagaimana telah diatur
dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan telah terpenuhi dengan gambaran sebagai berikut :
Anggota Direksi tidak memiliki hubungan keuangan, hubungan kepengurusan, hubungan
kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dengan anggota
Dewan Komisaris, anggota Direksi lainnya, dan/atau Pemegang Saham Pengendali, atau hubungan
dengan, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.
Seluruh
anggota
Direksi
tidak
merangkap
jabatan
sebagai
anggota
Dewan
Pengawasa/Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif pada bank lain, perusahaan, dan/atau
lembaga lain.
Dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya, Direksi tidak memberikan kuasa umum
kepada pihak lain yang dapat mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi sebagaimana telah
diatur dalam POJK Nomor : 20/POJK.03/2014 tentang Bank Perkreditan Rakyat, pasal 27 ayat (4).
Selain persyaratan jumlah, komposisi, kriteria dan independensi Direksi seperti yang
ditentukan oleh OJK, Direksi BPR memenuhi persyaratan berupa integritas, kompetensi dan reputasi
keuangan dengan gambaran sebagai berikut :
Hal 7 dari 21
- Memiliki moral dan ahklak yang baik, antara lain ditunjukkan dengan sikap mematuhi
ketentuan yang berlaku, termasuk tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan tindak
pidana tertentu dalam waktu 20 tahun terakhir sebelum dicalonkan
- Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku
- Memiliki komitmen untuk mengembangkan operasional bank
- Tidak termasuk dalam daftar tidak lulus uji kemampuan dan kepatutan ( fit and proper test )
b. Semua anggota Direksi memiliki kompetensi paling kurang mencakup
- Pengetahuan di bidang perbankan yang memadai dan relevan dengan jabatannya
- Pengalaman dan keahlian dibidang perbankan/atau bidang keuangan
- Kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis dalam rangka pengembangan Bank yang
sehat.
c. Semua anggota Direksi memiliki reputasi keuangan paling kurang mencakup :
- Tidak memiliki kredit macet.
- Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi yang dinyatakan bersalah
menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit berdasarkan ketetapan pengadilan dalam
waktu 5 tahun terakhir sebelum dicalonkan.
d. Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya Direksi telah mengacu pada ketentuan yang
berlaku, namun belum disusun SOP internal yang mengatur tentang tata cara melaksanakan
tugas (SOP masih dalam proses penyusunan), adapun SOP tersebut mengatur tentang :
- Pengaturan etika kerja
- Waktu kerja dan
- Pengaturan rapat
e. Tugas dan tanggungjawab Direksi
Direksi telah melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
sebagai berikut :
- Direksi telah mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam Rapat Umum Pemegang
Saham ( RUPS ) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku yang telah diatur dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 94 Tahun 2017 dan Peraturan Daerah Nomor : 10
Tahun 2007 tentang PD BPR NTB pada pasal 33 ayat ( 3 ) Pertanggung jawaban Direksi
Hal 8 dari 21
Tahun 2019 pada RUPS tanggal 11 Mei 2020 dan untuk tahun buku 2020 masih belum
dilakukan RUPS
- Direksi telah mengelola Bank sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawabnya
sebagaimana telah diatur dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
- Direksi senantiasa menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari audit internal dan
eksternal ( OJK dan KAP ), namun beberapa hasil temuan OJK tahun 2020 yang belum
tindaklanjuti adalah AYDA yang telah melampaui 1 Tahun dan proses pencatatan modal.
Atas temuan tersebut Direksi telah melakukan rencana tindak atas penjualan AYDA.
Pengajuan pencatatan Modal kepada OJK telah dilakukan namun masih terdapat beberapa
persyaratan yang belum dapat dipenuhi oleh pemegang saham, proses pengajuan pencatatan
terus diupayakan selama tahun 2020 dan akan berlanjut pada Tahun 2021.
- Direksi berusaha untuk senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola dalam setiap
kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi namun masih harus
dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.
- Selama tahun 2020 Direksi telah melakukan rapat sebagai berikut :
No.
Jabatan
Jumlah Rapat
Tidak hadir
% Kehadiran
01
Direksi
16
-
100
3. PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB KOMITE-KOMITE
Merujuk pada ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan terkait tata kelola BPR dan
memperhatikan modal inti PD. BPR NTB Mataram, sampai dengan tahun 2020 PD. BPR NTB
Mataram belum dapat membentuk Komite Audit, Komite Pemantau Resiko ataupun komite
Remunerasi dan Nominasi.
Untuk melaksanakan penerapan tata kelola yang baik, Direksi PD. BPR NTB Mataram
telahmenetapkan Pejabat Eksekutif untuk melaksanakan fungsi audit intern, fungsi kepatuhan dan
manajemen risiko. Pengangkatan Pejabat Eksekutif tersebut telah dilaporkan kepada Otoritas Jasa
Keuangan.
Hal 9 dari 21
Selain dua fungsi tersebut, PD. BPR NTB Mataram juga telah menunjuk dua orang Pejabat
Eksekutif yang berfungsi untuk menjalankan fungsi APU & PPT dan Pejabat Eksekutif Literasi dan
Inklusi.
Adapun data Pejabat Ekeskutif yang dimiliki oleh PD. BPR NTB Mataram :
No Nama
Jabatan
Keterangan
1.
Yoga Septiandrei
PE Auditor Intern
31 Maret 2017
2.
Moh. Zuhrol Fata
PE Kepatuhan/PE Manajemen Resiko
01Agustus 2019
3.
Baiq Endang Maharawati
PE APU & PPT
20 September 2019
4.
Burhanuddin
Pejabat Penanggung Jawab Fungsi
Literasi dan Inklusi Keuangan
20 September 2019
4. PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN
BPR NTB Mataram memiliki komitmen untuk menangani semua transaksi yang
mengandung benturan kepentingan dengan mematuhi peraturan perundang-undangan berlaku, antara
lain Peraturan Bank Indonesia dan atau Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Dalam Tahun 2020, BPR
NTB Mataram tidak memiliki transaksi yang mengandung benturan kepentingan.
5. PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN, PENERAPAN FUNGSI AUDIT INTERNDAN PENERAPAN FUNGSI AUDIT EKSTERN
PenerapanFungsiKepatuhan
Fungsi kepatuhan adalah serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang bersifat
pencegahan (reventif) untuk memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, system, dan prosedur serta
kegiatan usaha yang dilakukan PD. BPR NTB Mataram sudah sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa
Keuangan/Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta memastikan
kepatuhan Bank terhadap komitmen yang dibuat oleh Bank kepada Otoritas Jasa Keuangan dan/atau
otoritas pengawas lain yang berwenang.
Hal 10 dari 21
Fungsi kepatuhan Bank meliputi tindakan untuk :
- Mewujudkan terlaksananya Budaya Kepatuhan pada semua tingkatan organisasi dan kegiatan
usaha Bank
- Mengelola risiko kepatuhan yang dihadapi oleh Bank
- Memastikan agar kebijakan, ketentuan, system, dan prosedur serta kegiatan usaha yang
dilakukan oleh Bank telah sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan
- Memastikan kepatuhan Bank terhadap komitmen yang dibuat oleh Bank kepada Otoritas Jasa
Keuangan dan/atau otoritas pengawas lain yang berwenang
Dalam pelaksanaan fungsi kepatuhan, sepanjang tahun 2020 Bank senantiasa berupaya
semaksimal mungkin untuk dapat mematuhi berbagai kaidah perbankan yang berlaku dengan
berpedoman pada tindakan fungsi kepatuhan Bank, sehingga diharapkan potensi risiko yang akan
timbul dapat diantisipasi lebih dini. Untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dan denda yang
dikenakan oleh Otoritas Jasa Keuangan/Bank Indonesia baik akibat dari kesalahan dan atau
keterlambatan menyampaian laporan, maka pihak Direksi berupaya melakukan hal-hal sebagai
berikut:
- Direksi selalu mengingatkan kepada bagian – bagian yang terkait dengan laporan-laporan
yang belum diselesaikan
- Menyampaikan ketentuan baru yang diterbitkan oleh OJK, BI, Pajak dll untuk segera
disesuaikan dan dipedomani
- Direksi memerintahkan kepada Auditor Intern untuk melakukan pemantauan tindaklanjut
hasil pemeriksaan OJK dan KAP pada saat pemeriksaan rutin
- Bukti penerimaan laporan yang telah disampaikan ke OJK diadministrasikan oleh Bagian
Operasional.
Selama tahun 2020 Bank pernah dikenakan sanksi oleh Otoritas Jasa Keuangan atas
kesalahan pembuatan laporan bulanan BPR ke OJK, berdasarkan temuan pemeriksaan tahunan OJK
dan dikenakan denda sebesar Rp. 80.000,-
Hal 11 dari 21
Penerapanfungsi audit intern
Pelaksanaan fungsi audit intern perpedoman pada ketentuan yang berlaku yang telah diatur
dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor : 7/SE.OJK.03/2016 tentang Standar
Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Perkreditan Rakyat.
Dalam struktur Organisasi PD BPR NTB Mataram Auditor Intern berada dibawah Direktur
Utama yang bertugas membantu Direksi untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya
operasional PD BPR NTB Mataram, jumlah personil Auditor Intern sebanyak 1 orang.
Sepanjang tahun 2020 Auditor Intern telah melakukan fungsi serta tugas tanggungjawabnya
dengan cakupan tugas yang cukup memadai dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,
pelaksanaan dan pemantauan hasil audit. Salah satu metode yang diterapkan dalam melakukan
pemeriksaan yang dilakukan oleh Auditor Intern yaitu dari permasalahan yang ditemukan, kemudian
Auditor Intern melakukan inspeksi mendadak terhadap bukti – bukti yang ada dan melakukan kajian
Analisa permasalahan serta memberikan rekomendasi atas solusi untuk penyelesaian masalah
tersebut. Selain itu Auditor Intern terus melakukan pemantuan terhadap rencana kerja dan
pencapaian (rencana bisnis).
Hasil temuan pemeriksaan Audit Intern telah disampaikan ke Direktur Utama dan hasil temuan
pemeriksaan wajib ditindak lanjuti sesuai dengan laporan hasil pemeriksaan.
Fungsi Audit Ekstern
Pemeriksaan laporan keuangan tahun buku 2020 PD. BPR NTB Mataram kami telah
menunjuk Kantor Akuntan Publik Amachi, Arifin, Mardani & Muliadi yang berlokasi di Denpasar
dengan Akuntan Publik adalah Heri Mardani, M.Si., CA., CPA untuk melakukan audit atas laporan
keuangan PD. BPR NTB Mataram tahun buku 2020. Dalam melaksanakan audit pihak Kantor
Akuntan Publik Amachi, Arifin, Mardani & Muliadi mampu bekerja secara independen dan
professional, telah bertindak obyektif dalam melakukan audit. Cakupan hasil audit telah sesuai
dengan ruang lingkup audit sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku.
Hal 12 dari 21
6. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO, TERMASUK PENGENDALIAN INTERN
Dalam rangmka pelaksanaan fungsi Manajemen Resiko, Direksi telah memenuhi
Persyaratan penerapan manajemen resiko dan pengendalian internal, diantaranya:
1. Kelengkapan Organisasi dan Fungsi Manajemen Resiko yaitu penunjukan pejabat Eksekutif
yang bertanggung jawab terhadap Penerapan Fungsi Manjemen Resiko
2. Penyusunan ketentuan intern yang memuat kewenangan dan tanggung jawab Direksi dan
Dewan Komisaris terkait dengan penerapan Manajemen Resiko
3. Penyusunan kebijakan dan prosedur yang memuat:
a. Kebijakan Manajemen Resiko, prosedur Manajemen Resiko, dan penetapan limit Resiko.
b. Proses Identifikasi, Pengkururan, Pemantauan, dan Pengendalian Resiko.
c. Sistem Pengendalian Intern.
d. Produk dan aktivitas baru.
Namun beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk perbaikan kedepannya adalah:
- Mitigasi resiko restrukturisasi kredit terdampak covid-19 : PD. BPR NTB Mataram telah
melakukan kebijakan Restrukturisasi Kredit Terhadap 49 Orang nasabah dengan total baki
debet Rp. 3.630.468.539 Yang dapat berakibat pada melonjaknya NPL jika tidak tertangani
setelah berakhirnya kebijakan covid-19 dari OJK, sehingga BPR perlu menerapkan langkah
antisipatif dan penanganan yang lebih intens sebelum berakhirnya kebijakan tersebut.
- Mitigasi resiko penghimpunan dana: penghimpunan dana terfokus pada beberapa nasabah
besar dan antara Bank Pasiva PD. BPR NTB Mataram, sehingga perlu mengurangi tingkat
resiko tersebut dengan meningkat jumlah nasabah dan peningkatan portofolia simpanan
dalam bentuk tabungan.
7. BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT
Bahwa berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor :
49/POJK.03/2017
tanggal 12
Juli 2017 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Perkreditan Rakyat, pada posisi
Desember 2020 berdasarkan perhitungan modal Bank sebesar Rp.
8.871.734 ribu sehingga
penyediaan dana kepada pihak terkait maupun pihak tidak terkait adalah sebagai berikut :
Hal 13 dari 21
o BMPK Individu Pihak terkait maksimum 10% dari Modal Bank dengan nilai sebesar
Rp.887.173 Ribu
o BMPK Individu Pihak tidak terkait maksimum 20% dari Modal Bank dengan nilai sebesar
Rp.1.774.346 Ribu
o BMPK Kepada Kelompok Peminjam Pihak Tidak Terkait maksimum 30% dari Modal Bank
dengan nilai sebesar Rp. 2.661.520 ribu
Sepanjang tahun 2020 bank tidak pernah melanggar atau tidak pernah terjadi pelanggaran
Batas Maksimum Pemberian Kredit ( BMPK ). Jumlah penyediaan dana kepada Pihak Terkait dan
Debitur Inti per 31 Desember 2020 secara total disajikan sebagai berikut :
No.
Penyediaan
Dana
J u m l a h
Keterangan
Debitur
Nominal
(Ribuan)
01
Pihakterkait
1
Rp. 99.423
Penempatan Pada Bank Lain Tabungan.
02
Pihakterkait
6
Rp. 466.103
Pemberian Kredit kepada Pengurus dan
Pejabat Eksekutif PD. BPR NTB
Mataram
02
Debitur Inti
10
Rp. 1.972.760
10 Debitur Terbesar berdasarkan
Bakidebet Kredit yang diberikan.
8. RENCANA BISNIS BPR
Rencana kerja Bank telah disusun setiap tahun yang disusun mengacu pada POJK nomor :
37/POJK.03/2016 tentang Rencana Bisnis BPR yang meliputi :
a. ringkasan eksekutif;
b. strategi bisnis dan kebijakan;
c. proyeksi laporan keuangan;
d. target rasio-rasio dan pos-pos keuangan;
e. rencana penghimpunan dana;
Hal 14 dari 21
g. rencana permodalan;
h. rencana pengembangan organisasi, teknologi informasi dan Sumber Daya Manusia;
i. rencana pelaksanaan kegiatan usaha baru atau rencana penerbitan produk dan pelaksanaan
aktivitas baru;
j. rencana pengembangan dan/atau perubahan jaringan kantor; dan
k. informasi lainnya.
9. TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN DAN NON KEUANGAN
Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Tata Kelola Bank
Prekreditan Rakyat, salah satu prinsip tata kelola yang harus diterapkan oleh BPR adalah transparan
(keterbukaan), maka Bank telah menyajikan data laporan keuangan dan non keuangan secara
transparan dan dipublikasikan tepat pada waktunya setiap tiga bulan sekali dan khusus untuk laporan
keuangan triwulan ke empat selain disampaikan ke OJK dan Pemegang Saham juga diumumkan di
koran harian lokal yang ada di Mataram sehingga dapat dibaca dan diketahui oleh masyarakat.
Dana CSR (Coorporate Social Responsibility) sampai dengan bulan Desember 2020, Bank
belum dapat menganggarkan dana untuk CSR. Pembentukan dana CSR mulai diterapkan pada tahun
2021 melalui pembagian atas laba bersih tahun 2020 untuk dialokasikan sebagai dana CSR PD. BPR
NTB Mataram. Hal ini sesuai dengan Permendagri Nomor 94 Tahun 2017 tentang Pengelolaan BPR.
BAB III
KEPEMILIKAN SAHAM ANGGOTA DIREKSI
Anggota Direksi PD BPR NTB Mataram baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama tidak
memiliki saham pada Bank dan/atau pada suatu perusahaan lain, mengingat dalam Peraturan Daerah
nomor : 10 Tahun 2007 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Nusa Tenggara Barat
disebutkan bahwa kepemilikan saham PD BPR NTB Mataram adalah Pemerintah Provinsi NTB
sebesar 51 % dan Pemerintah Kota Mataram sebesar 49 % artinya tidak diperkenankan bagi
Hal 15 dari 21
perorangan untuk memiliki saham pada PD BPR NTB Mataram termasuk Direksi. sebagaimana
dalam bentuk tabel di bawah ini :
Nama Anggota Direksi
Kepemilikan Saham
PD. BPR NTB MATARAM
Perusahaan Lain
Ketut Sudharmana
Nihil
Nihil
Zulkifli Hamdani
Nihil
Nihil
BAB IV
HUBUNGAN KEUANGAN DAN/ATAU HUBUNGAN KELUARGA ANGGOTA DIREKSI
DENGAN ANGGOTA DEWAN PENGAWAS, ANGGOTA DIREKSI LAIN DAN/ATAU
PEMEGANG SAHAM BPR
Direktur Utama dan Direktur berasal dari pihak yang independen terhadap Pemegang Saham
yakni tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan
keluarga dengan anggota Dewan Pengawas, Direksi dan/atau Pemegang Saham Pengendali atau
hubungan dengan Bank sehingga tidak mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.
BAB V
KEPEMILIKAN SAHAM ANGGOTA DEWAN PENGAWAS
Anggota Dewan Pengawas PD BPR NTB Mataram baik secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama tidak memiliki saham pada Bank dan/atau pada suatu perusahaan lain, mengingat dalam
Peraturan Daerah nomor : 10 Tahun 2007 tentang Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Nusa
Tenggara Barat disebutkan bahwa kepemilikan saham PD BPR NTB Mataram adalah Pemerintah
Provinsi NTB sebesar 51 % dan Pemerintah Kota Mataram sebesar 49 % artinya tidak
Hal 16 dari 21
diperkenankan bagi perorangan untuk memiliki saham pada PD BPR NTB Mataram termasuk
Dewan Pengawas. sebagaimana dalam bentuk tabel di bawah ini :
Nama Anggota Dewan
Pengawas
Kepemilikan Saham
PD. BPR NTB MATARAM
Perusahaan Lain
DR. H. IwanHarsono, M.Ec
Nihil
Nihil
Armas, SE
Nihil
Nihil
BAB VI
HUBUNGAN KEUANGAN DAN/ATAU HUBUNGAN KELUARGA ANGGOTA DEWAN
PENGAWAS DENGAN ANGGOTA DEWAN PENGAWAS LAIN, ANGGOTA DIREKSI
DAN/ATAU PEMEGANG SAHAM BPR
Anggota Dewan Pengawas tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan atau hubungan
keluarga dengan anggota Direksi atau hubungan dengan Pemegang Saham Pengendali maupun
Pemegang Saham Minoritas sehingga tidak mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen. Keberadaan Anggota Dewan Pengawas dapat menciptakan check and balance,
menghindari benturan kepentingan ( conflict of interest ) dalam pelaksanaan tugasnya serta
melindungi kepentingan stakeholders.
BAB VII
PAKET/KEBIJAKAN REMUNERASI DAN FASILITAS LAIN BAGI DIREKSI DAN
DEWAN PENGAWAS
Berikut adalah informasi mengenai jumlah remunerasi dan fasilitas lain yang diterima oleh
anggota Dewan Pengawas dan Direksi selama tahun 2020.
Hal 17 dari 21
Jenis Remunerasi dan Fasilitas Lain
JumlahDiterimadalam 1 Tahun
Dewan Pengawas
(2 orang)
Januari – Desember 2020
Direksi (2 orang)
Januari – Desember 2020
Gaji Pokok
Rp. 131.936.560
Rp. 160.440.300
Tunjangan
- THR : 10.286.000
- THR : 25.269.700
- Tunj Jabatan :96.917.238
- Tunj. Kesra :13.475.630
- Tunj. Istri :8.743.185
- Tunj. Anak :3.975.895
Tantiem
- Jasprod: 6.573.414
- Jasprod : 38.611.280
Kompensasi berbasis saham
-
-
Remunerasi
berdasarkan
RUPS
dengan
memperhatikan
tugas,
wewenang, tanggung jawab dan
risiko
-
-
Fasilitas lain yang diterima tidak
dalam bentuk uang, antara lain
perumahan, transportasi, dan asuransi
kesehatan
- Direktur Utama
mendapatkan fasilitas
Mobil dengan jenis
MP/Minibus tahun
pembuatan 2020
- Direktur Kepatuhan
mendapatkan fasilitas
Mobil dengan jenis
MP/Minibus tahun
pembuatan 2016
- Direktur Utama dan
Direktur operasional
mendapatkan BPJS
Kesehatan.
Hal 18 dari 21
BAB VIII
RASIO GAJI TERTINGGI DAN GAJI TERENDAH
Yang dimaksud dengan gaji adalah hak pegawai yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari BPR kepada pegawai yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan lainnya bagi
pegawai dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah dilakukannya
Berikut
adalah rasio gaji tertinggi dan terendah:
a) Rasio Gaji pegawai yang tertinggi dan terendah adalah 2,63 kali
b) Rasio Gaji Direksi yang tertinggi dan terendah adalah 1,30 kali
c) Rasio Gaji Dewan Pengawas yang tertinggi dan terendah adalah 1,25 kali
d) Rasio Gaji Direksi tertinggi dan Dewan Pengawas tertinggi adalah 2,5 kali
e) Rasio Gaji Direksi tertinggi dan Pegawai tertinggi adalah 2,64 kali
BAB IX
FREKUENSI RAPAT DEWAN PENGAWAS
Sejak bulan januari sampai denganbulandesember 2020 telah dilakukan beberapa kali Rapat
Dewan Pengawas dengan hasil rapat telah dituangkan dalam Notulen Rapat. Adapun data kehadiran
sebagai berikut:
Nama Anggota Dewan Pengawas
JumlahRapat
JumlahKehadiran PersentaseKehadiran
DR. H. IwanHarsono, M.Ec
4
4
100%
Armas, SE
4
4
100%
Hal 19 dari 21
BAB X
JUMLAH PENYIMPANGAN INTERN
Selama tahun 2020 tidak terdapat kasus penyimpangan intern yang terjadi.
Internal Fraud
Jumlah kasus yang dilakukan oleh
dalam 1 tahun
Direksi
Dewan
Pengawas
Pegawai Tetap
Pegawai
Tidak
Tetap
2019
2020
2019
2020
2019
2020
2019
2020
Total Fraud
nihil
nihil
nihil
nihil
1 (satu)
nihil
nihil
nihil
Telah
Diselesaikan
nihil
nihil
nihil
nihil
1 (satu)
nihil
nihil
nihil
Dalam
proses
penyelesaian
internal BPR
nihil
nihil
nihil
nihil
Nihil
Nihil
nihil
nihil
Belum
diupayakan
penyelesaiannya
nihil
nihil
nihil
nihil
Nihil
Nihil
nihil
nihil
Telah
ditindak
lanjuti
melalui
proses hukum
nihil
nihil
nihil
nihil
Nihil
Nihil
nihil
nihil
BAB XI
JUMLAH PERMASALAHAN HUKUM DAN UPAYA PENYELESAIAN OLEH BPR
Sepanjang tahun 2020 tidak terdapat kasus / permasalahan hukum yang dihadapi oleh PD.
BPR NTB Mataram baik perdata maupun pidana, sesuai dengan table sebagai berikut :
Hal 20 dari 21
Perdata
Pidana
Telah selesai (telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap)
-
-
Dalam proses penyelesaian
-
-
Total
NIHIL
NIHIL
BAB XII
PEMBERIAN DANA UNTUK KEGIATAN SOSIAL DAN KEGIATAN POLITIK, BAIK
NOMINAL MAUPUN PENERIMA DANA
PD. BPR NTB Mataram mengeluarkan kebijakan untuk tidak mendanai/pemberian dana
untuk kegiatan politik, dan untuk kegiatan sosial PD. BPR NTB Mataram memberikan dana dengan
rincian sebagai berikut :
No Nama Penerima
Jumlah (Juta Rp)
Tanggal
1.
Partisipasi dalam acara kompetisi edukasi
dan Seni SMAN 1 Mataram
Rp. 300.000
17 Januari 2020
2.
Partisipasi dalam acara Lombok shria
Festival
Rp. 500.000
04 Maret2020
3.
Pembelian Kambing dalam rangka Idul
Qurban dan disampaikan kepada pengurus
masjid Nurul Jannah Ampenan dan
Panitia Qurban Bagian Kesra Setda Kota
Mataram.
Rp. 7.600.000,-
29 Juli 2020
4.
Bakti Sosial dalam rangka meringankan
masyarakat akibat dampak Covid-19
dalam bentuk sembako
Hal 21 dari 21
BAB XIII
KERTAS KERJA PENILAIAN PENERAPAN TATA KELOLA (SELF ASSESMENT) DAN
KESIMPULAN UMUMPD BPR NTB MATARAM POSISI 31 DESEMBER 2020
Secara rinci penilaian sendiri atas pelaksanaan tata kelola dilingkungan PD BPR NTB
Mataram untuk masing-masing faktor yang terdiri dari penilaian terhadap struktur dan infrastruktur
Tata Kelola, Proses Penerapan Tata Kelola dan hasil Penerapan Tata Kelola untuk masing-masing
faktor penerapan Tata Kelola antara lain :
1. Tugas dan tanggungjawab Direksi
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas dan fungsi komite
4. Penanganan benturan kepentingan
5. Penerapan fungsi kepatuhan
6. Penerapan fungsi audit intern
7. Penerapan fungsi audit eksteren
8. Penerapan manajemen resiko, termasuk pengendalian intern
9. Batas Maksimum Pemberian Kredit ( BMPK )
10. Rencana Bisnis BPR dan
11. Transparansi Kondisi Laporan Keuangan dan Non Keuangan
PD BPR NTB Mataram telah melakukan penilaian sendiri (self assessment) terhadap pelaksanaan
penerapan Tata Kelola posisi 31 Desember 2020 sebagai berikut :
(1) B (2) (3) (4) (5) Keterangan 1
BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah): Jumlah anggota Direksi paling sedikit 3 (tiga) orang, dan salah satu anggota Direksi bertindak sebagai Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan. BPR dengan modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah):Jumlah anggota Direksi paling sedikit 2 (dua) orang, dan salah satu anggota Direksi bertindak sebagai Direktur yang membawahkan fungsi kepatuhan.
v
2) Seluruh anggota Direksi bertempat tinggal di kota/kabupaten yang sama, atau kota/kabupaten yang berbeda pada provinsi yang sama, atau kota/kabupaten di provinsi lain yang berbatasan langsung dengan kota/kabupaten pada provinsi lokasi Kantor Pusat BPR.
v
3) Anggota Direksi tidak merangkap jabatan pada Bank, Perusahaan Non Bank dan/atau lembaga lain (partai politik atau organisasi kemasyarakatan).
v 4) Mayoritas anggota Direksi tidak memiliki hubungan
keluarga atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan sesama anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris.
v
5) Direksi tidak menggunakan penasihat perorangan dan/atau penyedia jasa profesional sebagai konsultan kecuali memenuhi persyaratan yaitu untuk proyek yang bersifat khusus yang dari sisi karakteristik proyeknya membutuhkan adanya konsultan; telah didasari oleh kontrak yang jelas meliputi lingkup pekerjaan, tanggung jawab, produk yang dihasilkan, dan jangka waktu pekerjaan, serta biaya; dan perorangan dan/atau penyedia jasa profesional adalah pihak independen yang memiliki kualifikasi untuk proyek yang bersifat khusus dimaksud.
v
6) Seluruh anggota Direksi telah lulus Uji Kemampuan dan Kepatutan dan telah diangkat melalui RUPS termasuk perpanjangan masa jabatan Direksi telah ditetapkan oleh RUPS sebelum berakhir masa jabatannya.
v 1)
Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S)
Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 6 0 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (S): 6
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastuktur Tata Kelola (S): 50%
7) Direksi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara independen dan tidak memberikan kuasa umum yang dapat mengakibatkan pengalihan tugas dan wewenang tanpa batas.
v
8) Direksi menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari Pejabat Eksekutif yang ditunjuk sebagai auditor intern, auditor ekstern, dan hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan dan/atau hasil pengawasan otoritas lain.
v
9) Direksi menyediakan data dan informasi yang lengkap, akurat, terkini, dan tepat waktu kepada Dewan Komisaris.
v 10) Pengambilan keputusan rapat Direksi yang bersifat
strategis dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat, suara terbanyak dalam hal tidak tercapai musyawarah mufakat, atau sesuai ketentuan yang berlaku dengan mencantumkan dissenting opinion jika terdapat perbedaan pendapat.
v
11) Direksi tidak menggunakan BPR untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR, serta tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BPR, selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan RUPS.
v
12) Anggota Direksi membudayakan pembelajaran secara berkelanjutan dalam rangka peningkatan pengetahuan tentang perbankan dan perkembangan terkini terkait bidang keuangan/lainnya yang mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi antara lain dengan peningkatan keikutsertaan pegawai BPR dalam pendidikan/pelatihan dalam rangka pengembangan kualitas individu.
v
13) Anggota Direksi mampu mengimplementasikan kompetensi yang dimilikinya dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, antara lain pemahaman atas ketentuan mengenai prinsip kehati-hatian.
v
14) Direksi memiliki dan melaksanakan pedoman dan tata tertib kerja anggota Direksi yang paling sedikit mencantumkan etika kerja, waktu kerja, dan peraturan rapat.
v B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)
6 1 0,5
Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 2 10 3 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (P): 8
Dikali dengan bobot Proses Penerapan Tata Kelola (P): 40%
15) Direksi mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui RUPS. v 16) Direksi mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai
mengenai kebijakan strategis BPR di bidang kepegawaian.
v 17) Hasil rapat Direksi dituangkan dalam risalah rapat
dan didokumentasikan dengan baik, termasuk pengungkapan secara jelas dissenting opinions yang terjadi dalam rapat Direksi, serta dibagikan kepada seluruh Direksi.
v
18) Terdapat peningkatan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan anggota Direksi dan seluruh pegawai dalam pengelolaan BPR yang ditunjukkan antara lain dengan peningkatan kinerja BPR, penyelesaian permasalahan yang dihadapi BPR, dan pencapaian hasil sesuai ekspektasi stakeholders.
v
19) Direksi menyampaikan laporan penerapan Tata Kelola pada Otoritas Jasa Keuangan, Asosiasi BPR di Indonesia, dan 1 (satu) kantor media atau majalah ekonomi dan keuangan sesuai ketentuan.
v
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan 2 3 0 0 0 Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 2 6 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (H): 5
Dikali dengan bobot Hasil Penerapan Tata Kelola (H): 10%
Penjumlahan S + P + H
Total Penilaian Faktor 1 Dikalikan dengan bobot Faktor 1: 20%
2
BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah):Jumlah anggota Dewan Komisaris paling sedikit 3 (tiga) orang.
BPR dengan modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah):Jumlah anggota Dewan Komisaris paling sedikit 2 (dua) orang.
v
15 1,88 0,75 C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)
Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S)
1) 8 1,6 0,16 1,41 0,28 3 dari 19
jumlah anggota Direksi sesuai ketentuan. v 3) Seluruh anggota Dewan Komisaris telah lulus Uji
Kemampuan dan Kepatutan dan telah diangkat melalui RUPS. Dalam hal BPR memperpanjang masa jabatan anggota Dewan Komisaris, RUPS yang menetapkan perpanjangan masa jabatan anggota Dewan Komisaris dilakukan sebelum berakhirnya masa jabatan.
v
4) Paling sedikit 1 (satu) anggota Dewan Komisaris bertempat tinggal di provinsi yang sama atau di kota/kabupaten pada provinsi lain yang berbatasan langsung dengan provinsi lokasi Kantor Pusat BPR.
v 5) BPR memiliki Komisaris Independen:
a. Untuk BPR dengan modal inti paling sedikit Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh milyar rupiah) paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota Dewan Komisaris adalah Komisaris Independen.
b. Untuk BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) dan kurang dari Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh milyar rupiah), paling sedikit satu anggota Dewan Komisaris merupakan Komisaris Independen.
v
6) Dewan Komisaris memiliki pedoman dan tata tertib kerja termasuk pengaturan etika kerja, waktu kerja, dan rapat.
v 7) Dewan Komisaris tidak merangkap jabatan sebagai
anggota Dewan Komisaris pada lebih dari 2 (dua) BPR atau BPRS lainnya, atau sebagai Direksi atau pejabat eksekutif pada BPR, BPRS dan/atau Bank Umum.
v
8) Mayoritas anggota Dewan Komisaris tidak memiliki hubungan keluarga atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan sesama anggota Dewan Komisaris atau Direksi.
v 9) Seluruh Komisaris Independen tidak ada yang
memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lain, Direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.
v
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan 6 3 0 0 0 Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 6 6 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (S): 9
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastuktur Tata Kelola (S): 50%
12 1,33 0,67
10) Dewan Komisaris telah melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab serta memberikan nasihat kepada Direksi, antara lain pemberian rekomendasi atau nasihat tertulis terkait dengan pemenuhan ketentuan BPR termasuk prinsip kehati-hatian.
v
11) Dalam rangka melakukan tugas pengawasan, Komisaris mengarahkan, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis BPR. v 12) Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan
keputusan kegiatan operasional BPR, kecuali dalam hal penyediaan dana kepada pihak terkait sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai batas maksimum pemberian kredit BPR dan hal-hal lain yang ditetapkan dalam peraturan perundangan dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan.
v
13) Dewan Komisaris memastikan bahwa Direksi menindaklanjuti temuan audit intern, audit ekstern, hasil pengawasan Otoritas Jasa Keuangan, dan/atau hasil pengawasan otoritas lainnya antara lain dengan meminta Direksi untuk menyampaikan dokumen hasil tindak lanjut temuan
v
14) Dewan Komisaris menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal dan menyelenggarakan Rapat Dewan Komisaris paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 bulan yang dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Komisaris.
v
15) Pengambilan keputusan rapat Dewan Komisaris yang bersifat strategis telah dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat atau suara terbanyak dalam hal tidak tercapai musyawarah mufakat, atau sesuai ketentuan yang berlaku dengan mencantumkan dissenting opinion jika terdapat perbedaan pendapat.
v
16) Anggota Dewan Komisaris tidak memanfaatkan BPR untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain yang merugikan atau mengurangi keuntungan BPR, serta tidak mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BPR, selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan RUPS.
v
17) Anggota Dewan Komisaris melakukan pemantauan terhadap laporan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan yang memerlukan tindak lanjut Direksi
v
Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 1 14 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (P): 8
Dikali dengan bobot Proses Penerapan Tata Kelola (P): 40%
18) Hasil rapat Dewan Komisaris dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik dan jelas, termasuk dissenting opinions yang terjadi jika terdapat perbedaan pendapat, serta dibagikan kepada seluruh anggota Dewan Komisaris.
v
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan 0 1 0 0 0 Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 0 2 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (H): 1
Dikali dengan bobot Hasil Penerapan Tata Kelola (H): 10%
Penjumlahan S + P + H
Total Penilaian Faktor 2 Dikalikan dengan bobot Faktor 2 BPR dengan Bobot A, B, & C: 15% BPR dengan Bobot D: 12,5%
3
1) BPR telah memiliki Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko dengan anggota Komite sesuai ketentuan.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan 0 0 0 0 0 Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 0 0 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (S): 1
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastuktur Tata Kelola (S): 50%
2) Komite Audit melakukan evaluasi terhadap penerapan fungsi audit intern.
3) Komite Pemantau Risiko melakukan evaluasi terhadap penerapan fungsi manajemen risiko. 4) Dewan Komisaris memastikan bahwa Komite yang
dibentuk menjalankan tugasnya secara efektif antara lain telah sesuai dengan pedoman dan tata tertib kerja. 15 1,88 0,75 0 0 0 B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)
C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)
Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas atau Fungsi Komite (bagi BPR yang memiliki modal inti paling sedikit
Rp80.000.000,00 (delapan puluh milyar rupiah) A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S)
2 2 0,2 1,62 0,24 6 dari 19
Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 0 0 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (P): 3
Dikali dengan bobot Proses Penerapan Tata Kelola (P): 40%
5) Komite memberikan rekomendasi terkait penerapan audit intern dan fungsi manajemen risiko kepada Dewan Komisaris untuk tindak lanjut kepada Direksi BPR.
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan 0 0 0 0 0 Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 0 0 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (H): 1
Dikali dengan bobot Hasil Penerapan Tata Kelola (H): 10%
Penjumlahan S + P + H
Total Penilaian Faktor 3 Dikalikan dengan bobot Faktor 3 BPR dengan Bobot A, B, & C: 0% BPR dengan Bobot D: 2,5%
4
1) BPR memiliki kebijakan, sistem dan prosedur penyelesaian mengenai benturan kepentingan yang mengikat setiap pengurus dan pegawai BPR termasuk administrasi, dokumentasi dan pengungkapan benturan kepentingan dimaksud dalam Risalah Rapat.
v
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan 0 1 0 0 0 Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 0 2 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (S): 1
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastuktur Tata Kelola (S): 50%
2) Dalam hal terjadi benturan kepentingan, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Pejabat Eksekutif tidak mengambil tindakan yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR, atau tidak mengeksekusi transaksi yang memiliki benturan kepentingan tersebut.
v C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)
0 0 0 0 0
Penanganan Benturan Kepentingan
0 0 0
A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S)
2 2 1 B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)
Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 0 2 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (P): 1
Dikali dengan bobot Proses Penerapan Tata Kelola (P): 40%
3) Benturan kepentingan yang dapat merugikan BPR atau mengurangi keuntungan BPR diungkapkan dalam setiap keputusan dan telah terdokumentasi dengan baik.
v
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan 0 1 0 0 0 Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 0 2 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (H): 1
Dikali dengan bobot Hasil Penerapan Tata Kelola (H): 10%
Penjumlahan S + P + H
Total Penilaian Faktor 4 Dikalikan dengan bobot Faktor 4: 10%
5
1) BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah): Anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan memenuhi persyaratan paling sedikit untuk:
a. tidak merangkap sebagai Direktur Utama;
b. tidak membawahkan bidang operasional penghimpunan dan penyaluran dana; dan
c. mampu bekerja secara independen. 2) BPR dengan modal inti kurang dari
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah): Anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan tidak menangani penyaluran dana.
v
2) Anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan memahami peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan perbankan.
v BPR dengan modal inti paling sedikit
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah): Pelaksanaan fungsi kepatuhan dilakukan dengan membentuk satuan kerja kepatuhan yang independen terhadap satuan kerja atau fungsi operasional. 2 2 0,8 3) 2 2 0,2 2 0,2
Penerapan Fungsi Kepatuhan C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)
A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S)
SB (1) B (2) CB (3) KB (4) TB (5) Keterangan No Skala Penerapan Kriteria/Indikator
BPR dengan modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah): Pelaksanaan fungsi kepatuhan dilakukan dengan menunjuk Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi kepatuhan independen terhadap satuan kerja atau fungsi operasional.
v
4) Satuan kerja kepatuhan atau Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi kepatuhan menyusun dan/atau mengkinikan pedoman kerja, sistem, dan prosedur kepatuhan.
v 5) BPR memiliki ketentuan intern mengenai tugas,
wewenang, dan tanggung jawab bagi satuan kerja kepatuhan atau Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi kepatuhan.
v
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan 1 3 1 0 0 Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 1 6 3 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (S): 5
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastuktur Tata Kelola (S): 50%
6) Anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan BPR telah memenuhi seluruh peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan lain termasuk penyampaian laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan dan otoritas lainnya.
v
7) Anggota Direksi yang membawahkan Fungsi Kepatuhan melakukan upaya untuk mendorong terciptanya budaya kepatuhan BPR antara lain melalui sosialisasi dan pelatihan ketentuan terkini.
v 8) Anggota Direksi yang membawahkan fungsi
kepatuhan memantau dan menjaga kepatuhan BPR terhadap seluruh komitmen yang dibuat oleh BPR kepada Otoritas Jasa Keuangan termasuk melakukan tindakan pencegahan apabila terdapat kebijakan dan/atau keputusan Direksi BPR yang menyimpang dari ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan.
v
9) Satuan kerja kepatuhan atau Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi kepatuhan memastikan bahwa seluruh kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta kegiatan usaha yang dilakukan BPR telah sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan.
v
10 2 1 B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)
menangani fungsi kepatuhan melakukan reviu dan/atau merekomendasikan pengkinian dan penyempurnaan kebijakan, ketentuan, sistem maupun prosedur yang dimiliki oleh BPR agar sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan.
v
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan 0 2 3 0 0 Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 0 4 9 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (P): 5
Dikali dengan bobot Proses Penerapan Tata Kelola (P): 40%
11) BPR berhasil menurunkan tingkat pelanggaran
terhadap ketentuan. v 12) Anggota Direksi yang membawahkan fungsi
kepatuhan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab secara berkala kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Dewan Komisaris. Dalam hal anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan adalah Direktur Utama, laporan disampaikan kepada Dewan Komisaris.
v
13) Anggota Direksi yang membawahkan Fungsi Kepatuhan menyampaikan laporan khusus kepada Otoritas Jasa Keuangan apabila terdapat kebijakan atau keputusan Direksi yang menyimpang dari peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan/atau peraturan perundang-undangan lain, sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan.
v
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan 0 3 0 0 0 Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 0 6 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (H): 3
Dikali dengan bobot Hasil Penerapan Tata Kelola (H): 10%
Penjumlahan S + P + H Total Penilaian Faktor 5
Dikalikan dengan bobot Faktor 5 : 10% 6
1) BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah): BPR memiliki Satuan Kerja Audit Intern (SKAI).
0,22
Penerapan Fungsi Audit Intern
A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S) C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)
6 2 0,2 2,24 13 2,6 1,04 10 dari 19
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah): BPR memiliki Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern.
v
2) SKAI atau Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi audit intern telah memiliki dan mengkinikan pedoman kerja serta sistem dan prosedur untuk melaksanakan tugas bagi auditor intern sesuai peraturan perundang-undangan dan telah disetujui oleh Direktur Utama dan Dewan Komisaris.
v
3) SKAI atau Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi audit intern independen terhadap satuan kerja operasional (satuan kerja terkait dengan penghimpunan dan penyaluran dana).
v 4) SKAI atau Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi
audit intern bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
v 5) BPR memiliki program rekrutmen dan
pengembangan sumber daya manusia yang melaksanakan fungsi audit intern.
v
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan 3 1 1 0 0 Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 3 2 3 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (S): 5
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastuktur Tata Kelola (S): 50%
6) BPR menerapkan fungsi audit intern sesuai dengan ketentuan pedoman audit intern yang telah disusun oleh BPR pada seluruh aspek dan unsur kegiatan yang secara langsung diperkirakan dapat mempengaruhi kepentingan BPR dan masyarakat.
v
7) BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah): BPR menugaskan pihak ekstern untuk melakukan kaji ulang paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun atas kepatuhan terhadap standar pelaksanaan fungsi audit intern, dan kelemahan SOP audit serta perbaikan yang mungkin dilakukan.
V
8) Pelaksanaan fungsi audit intern (kegiatan audit) dilaksanakan secara memadai dan independen yang mencakup persiapan audit, penyusunan program audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut hasil audit.
v
9) BPR melaksanakan peningkatan mutu keterampilan sumber daya manusia secara berkala dan berkelanjutan terkait dengan penerapan fungsi audit intern.
v
8 1,6 0,8 B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)
Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 0 8 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (P): 4
Dikali dengan bobot Proses Penerapan Tata Kelola (P): 40%
10) SKAI atau Pejabat Eksekutif yang menangani fungsi audit intern telah menyampaikan laporan pelaksanaan audit intern kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris dengan tembusan kepada anggota Direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan.
v
11) BPR telah menyampaikan laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit intern dan laporan khusus (apabila ada penyimpangan) kepada Otoritas Jasa Keuangan sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan.
v
12) BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah): BPR menyampaikan laporan hasil kaji ulang oleh pihak ekstern kepada Otoritas Jasa Keuangan sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan.
V
BPR dengan modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah): BPR menyampaikan laporan pengangkatan atau pemberhentian Kepala SKAI kepada Otoritas Jasa Keuangan sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan.
BPR dengan modal inti kurang dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah): BPR menyampaikan laporan pengangkatan atau pemberhentian Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi audit intern kepada Otoritas Jasa Keuangan sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan.
v
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan 1 3 0 0 0 Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 1 6 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (H): 4
Dikali dengan bobot Hasil Penerapan Tata Kelola (H): 10%
Penjumlahan S + P + H Total Penilaian Faktor 6
Dikalikan dengan bobot Faktor 6: 10%
1,75 0,18 1,78 0,18 13) 8 2 0,8 C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)
7
7
1) Penugasan audit kepada Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik (KAP) memenuhi aspek-aspek legalitas perjanjian kerja, ruang lingkup audit, standar profesional akuntan publik, dan komunikasi antara Otoritas Jasa Keuangan dengan KAP dimaksud.
v
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan 1 0 0 0 0 Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 1 0 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (S): 1
Dikali dengan bobot Struktur dan Infrastuktur Tata Kelola (S): 50%
2) Dalam pelaksanaan audit laporan keuangan BPR, BPR menunjuk Akuntan Publik dan KAP yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan serta memperoleh persetujuan RUPS berdasarkan usulan Dewan Komisaris.
v
3) BPR telah melaporkan hasil audit KAP dan Management Letter kepada Otoritas Jasa Keuangan. v
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan 2 0 0 0 0 Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 2 0 0 0 0 Total nilai untuk seluruh Skala Penerapan
Perhitungan rata-rata dengan dibagi jumlah pertanyaan (P): 2
Dikali dengan bobot Proses Penerapan Tata Kelola (P): 40%
4) Hasil audit dan Management letter telah menggambarkan permasalahan BPR dan disampaikan secara tepat waktu kepada BPR oleh KAP yang ditunjuk.
v 5) Cakupan hasil audit paling sedikit sesuai dengan
ruang lingkup audit sebagaimana diatur dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan.
v
Jumlah jawaban pada Skala Penerapan 1 1 0 0 0 Hasil perkalian untuk masing- masing Skala
Penerapan 1 2 0 0 0 B. Proses Penerapan Tata Kelola (P)
2 1 0,4 C. Hasil Penerapan Tata Kelola (H)
Penerapan Fungsi Audit Ekstern (bagi BPR dengan total aset paling sedikit Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) A. Struktur dan Infrastruktur Tata Kelola (S)
1 1 0,5