• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI ILMU SOSIAL TEORI ILMU SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TEORI ILMU SOSIAL TEORI ILMU SOSIAL"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI ILMU SOSIAL TEORI ILMU SOSIAL

Oleh:

TRISNAWATI

(2)

PARADIGMA ILMU SOSIAL PARADIGMA ILMU SOSIAL

 Paradigma adalah suatu Paradigma adalah suatu world view world view yang yang dipergunakan oleh suatu komunitas dipergunakan oleh suatu komunitas ilmuwan tertentu untuk mempelajari ilmuwan tertentu untuk mempelajari

obyek keilmuwan mereka.

obyek keilmuwan mereka.

 Koinloch (1977) mengidentifikasi ada Koinloch (1977) mengidentifikasi ada enam paradigma atau perspektif teoritik, enam paradigma atau perspektif teoritik,

yakni :

yakni : organic organic paradigm, paradigm, conflict conflict paradigm, social behaviorism, structure paradigm, social behaviorism, structure functionalism, modern conflict theory, functionalism, modern conflict theory,

and social-psychological paradigm.

and social-psychological paradigm.

(3)

Burrel dan Morgan (1979) membaginya Burrel dan Morgan (1979) membaginya ke dalam empat paradigma, yakni : ke dalam empat paradigma, yakni : radical humanist paradigm, radical radical humanist paradigm, radical structuralist paradigm, intepretative structuralist paradigm, intepretative

paradigm, and functionalist paradigm.

paradigm, and functionalist paradigm.

 Crotty (1994) membagi menjadi lima Crotty (1994) membagi menjadi lima paradigma dalam teori ilmu sosial, paradigma dalam teori ilmu sosial,

yakni:

yakni: positivism, interpretivism, critical positivism, interpretivism, critical inquiry, fenism, and postmodernism.

inquiry, fenism, and postmodernism.

Lanjutan Paradigma Ilmu Sosial ……..

(4)

 Sementara Sementara Guba Guba dan dan Lincoln Lincoln (1994) membuat tipologi menjadi (1994) membuat tipologi menjadi

empat, yakni :

empat, yakni : positivism, positivism, postpositivism, critical theories, postpositivism, critical theories,

and constructivism.

and constructivism. Tipologi Tipologi pertama dan kedua, oleh peneliti pertama dan kedua, oleh peneliti sering disatukan menjadi satu sering disatukan menjadi satu

kreteria, yakni menjadi

kreteria, yakni menjadi classical classical paradigm

paradigm . .

Lanjutan Paradigma Ilmu Sosial ……..

(5)

Perbedaan Paradigma Ilmu Sosial Perbedaan Paradigma Ilmu Sosial

1. Pradigma Klasik:

1. Pradigma Klasik:

Menganalogikan ilmu sosial seperti ilmu Menganalogikan ilmu sosial seperti ilmu alam.

alam.

Mempergunakan Mempergunakan deductive logic deductive logic dan dan pengamatan empiris, guna secara

pengamatan empiris, guna secara probabilistik menemukan atau

probabilistik menemukan atau

memperoleh konfirmasi tentang hukum memperoleh konfirmasi tentang hukum

sebab akibat yang bisa dipergunakan sebab akibat yang bisa dipergunakan

untuk memprediksi pola-pola umum gejala untuk memprediksi pola-pola umum gejala

sosial tertentu.

sosial tertentu.

(6)

2. Paradigma Konstruktivis:

2. Paradigma Konstruktivis:

Memandang ilmu sosial sbg analisis Memandang ilmu sosial sbg analisis sistematis terhadap tindakan yang secara sistematis terhadap tindakan yang secara

sosial penuh makna

sosial penuh makna (socially meaningful (socially meaningful action).

action).

Mempergunakan pengamatan langsung Mempergunakan pengamatan langsung dan rinci terhadap pelaku sosial dalam dan rinci terhadap pelaku sosial dalam

setting

setting keseharian secara alamiah, agar keseharian secara alamiah, agar mampu memahami dan menafsirkan mampu memahami dan menafsirkan bagaimana para pelaku sosial menciptakan bagaimana para pelaku sosial menciptakan

dan memelihara dunia sosial mereka.

dan memelihara dunia sosial mereka.

Lanjutan Perbedaan Paradigma Ilmu Sosial ……..

(7)

3. Paradigma Kritis:

3. Paradigma Kritis:

Mendefinisikan ilmu sosial sebagai suatu Mendefinisikan ilmu sosial sebagai suatu proses yang secara kritis berusaha proses yang secara kritis berusaha

mengungkap

mengungkap the real structures. the real structures.

Mengkritisi struktur nyata yang nampak, Mengkritisi struktur nyata yang nampak, yang dianggapnya semu, dengan tujuan yang dianggapnya semu, dengan tujuan membantu membentuk suatu kesadaran membantu membentuk suatu kesadaran sosial untuk memperbaiki dan merubah sosial untuk memperbaiki dan merubah

kondisi kehidupan manusia.

kondisi kehidupan manusia.

Lanjutan Perbedaan Paradigma Ilmu Sosial ……..

(8)

Elemen-Elemen Paradigma Elemen-Elemen Paradigma

(Guba, 1990) (Guba, 1990)

 Ontologi: Asumsi tentang “realitas”. Ontologi: Asumsi tentang “realitas”.   What What is the nature of ‘ reality’ ? 

is the nature of ‘ reality’ ? 

Epistemologi: Asumsi tentang hubungan Epistemologi: Asumsi tentang hubungan antara peneliti dan yang diteliti.

antara peneliti dan yang diteliti.   What is What is the nature of the relationship between the the nature of the relationship between the

inquirer and the knowable?

inquirer and the knowable?

Metodologi/Axiologi: Asumsi tentang Metodologi/Axiologi: Asumsi tentang bagaimana peneliti memperoleh

bagaimana peneliti memperoleh pengetahuan.

pengetahuan.   How should the inquirer go How should the inquirer go about finding out knowledge?

about finding out knowledge?

(9)

Perbedaan Ontologis Perbedaan Ontologis

(Hakekat ttg Realitas Sosial) (Hakekat ttg Realitas Sosial)

 Klasik Klasik  Realitas yang ada itu diatur oleh kaidah- Realitas yang ada itu diatur oleh kaidah- kaidah tertentu yang berlaku universal, meskipun kaidah tertentu yang berlaku universal, meskipun sesungguhnya kebenaran tentang realita tersebut sesungguhnya kebenaran tentang realita tersebut hanya bisa diperoleh secara probabilistic

hanya bisa diperoleh secara probabilistic

 Konstruktivis Konstruktivis   Kebenaran suatu realitas bersifat Kebenaran suatu realitas bersifat relatif. Ia berlaku sesuai dengan konteks khusus relatif. Ia berlaku sesuai dengan konteks khusus yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Realitas yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Realitas sosial merupakan hasil konstruksi sosial yang sosial merupakan hasil konstruksi sosial yang dilakukan oleh pelaku.

dilakukan oleh pelaku.

 Kritis Kritis   Realitas sosial merupakan sesuatu yang Realitas sosial merupakan sesuatu yang semu

semu (virtual reality) (virtual reality) yang sudah terbentuk oleh yang sudah terbentuk oleh proses sejarah, kekuatan sosial, budaya dan

proses sejarah, kekuatan sosial, budaya dan ekonomi politik.

ekonomi politik.

(10)

Perbedaan Epistemologis Perbedaan Epistemologis

(Hub. Peneliti & yg diteliti) (Hub. Peneliti & yg diteliti)

Klasik Klasik   Ada realitas obyektif. Sebagai suatu realitas Ada realitas obyektif. Sebagai suatu realitas yang bersifat eksternal (berada di luar diri peneliti), yang bersifat eksternal (berada di luar diri peneliti), maka peneliti sejauh mungkin harus membuat jarak maka peneliti sejauh mungkin harus membuat jarak

dengan obyek penelitian

dengan obyek penelitian (Dualist/objectivist). (Dualist/objectivist).

Konstruktivis Konstruktivis   Pemahaman thd suatu realitas, atau Pemahaman thd suatu realitas, atau temuan penelitian merupakan produk interaksi temuan penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dan yg diteliti antara peneliti dan yg diteliti

(transactionalist/subjectivist).

(transactionalist/subjectivist).

Kritis Kritis   Hubungan peneliti dengan yang diteliti Hubungan peneliti dengan yang diteliti selalu dijembatani oleh nilai-nilai tertentu.

selalu dijembatani oleh nilai-nilai tertentu.

Pemahaman terhadap suatu realitas merupakan Pemahaman terhadap suatu realitas merupakan

value meditiated findings

value meditiated findings

(transactionalis/subjectivist).

(transactionalis/subjectivist).

(11)

Perbedaan Aksiologis Perbedaan Aksiologis (posisi

(posisi value judgement) value judgement) Klasik:

Klasik:

 Peneliti sbg observer. Peneliti sbg observer.

 Nilai, etika dan pilihan moral harus Nilai, etika dan pilihan moral harus berada di luar proses penelitian.

berada di luar proses penelitian.

 Peneliti berperan sbg Peneliti berperan sbg disinterested disinterested scientist.

scientist.

 Tujuan penelitian = eksplanasi, Tujuan penelitian = eksplanasi,

predisksi dan kontrol realitas sosial

predisksi dan kontrol realitas sosial

(12)

Perbedaan Aksiologis Perbedaan Aksiologis (posisi

(posisi value judgement) value judgement)

Konstruktivis:

Konstruktivis:

 Peneliti sbg fasilitator. Peneliti sbg fasilitator.

 Nilai, etika, dan pilihan moral merupakan Nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari penelitian.

bagian tak terpisahkan dari penelitian.

 Peneliti sbg Peneliti sbg passionate participant passionate participant , fasilitator , fasilitator yg menjembatani keragaman subyektivitas yg menjembatani keragaman subyektivitas

pelaku sosial.

pelaku sosial.

 Tujuan penelitian = rekonstruksi realitas sosial Tujuan penelitian = rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dan yg diteliti.

secara dialektis antara peneliti dan yg diteliti.

(13)

Perbedaan Aksiologis Perbedaan Aksiologis (posisi

(posisi value judgement) value judgement)

Kritis:

Kritis:

 Peneliti sbg aktivis. Peneliti sbg aktivis.

 Nilai, etika dan pilihan moral merupakan Nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari penelitian.

bagian tak terpisahkan dari penelitian.

 Peneliti menempatkan diri sbg Peneliti menempatkan diri sbg transformative transformative intellectual

intellectual , advokat, dan aktivis. , advokat, dan aktivis.

 Tujuan penelitian = kritik sosial, transformasi, Tujuan penelitian = kritik sosial, transformasi, emansipasi, dan

emansipasi, dan social empowerment. social empowerment.

(14)

BEBERAPA CONTOH TEORI BEBERAPA CONTOH TEORI

TEORI SOSIAL TEORI SOSIAL

 Berikut Akan Ditampilkan Beberapa Contoh Berikut Akan Ditampilkan Beberapa Contoh Teori Sosial Dari Masing2 Paradigma:

Teori Sosial Dari Masing2 Paradigma:

 Karl Marx, Emile Durkheim (P. Klasik) Karl Marx, Emile Durkheim (P. Klasik)

 Max Weber, Georg Simmel (P. Konstruktivis) Max Weber, Georg Simmel (P. Konstruktivis)

 Louis Althusser, Antonio Gramsci (P. Kritis) Louis Althusser, Antonio Gramsci (P. Kritis)

(15)

BEBERAPA PEMIKIRAN BEBERAPA PEMIKIRAN

KARL MARX (P KLASIK) KARL MARX (P KLASIK)

 Materialisme Materialisme Sejarah Sejarah = = Dalam Dalam Sepanjang Sejarah Perjalanan Sepanjang Sejarah Perjalanan Masyarakat, Materi (Economic Masyarakat, Materi (Economic Materials/Means Of Production) Materials/Means Of Production)

Merupakan Esensi Pokok Kehidupan.

Merupakan Esensi Pokok Kehidupan.

 Keberadaan Keberadaan (Existence) (Existence) lah lah yang yang Menentukan Kesadaran (Conciousness), Menentukan Kesadaran (Conciousness), Dan Bukan Kesadaran Yang Menentukan Dan Bukan Kesadaran Yang Menentukan

Keberadaan.

Keberadaan.

(16)

Lanjutan Beberapa Pemikiran Marx………

Lanjutan Beberapa Pemikiran Marx………

 Pemikirannya Pemikirannya Bersifat Bersifat Economic Economic Determinism.

Determinism.

 Menurutnya, Siapa Saja Yg Dapat Menurutnya, Siapa Saja Yg Dapat Mengontrol Means Of Production/ The Mengontrol Means Of Production/ The Material (Economic) Substructure, Material (Economic) Substructure, Maka Juga Akan Dpt Mengkontrol Maka Juga Akan Dpt Mengkontrol Negara Melalui Justifikasi Ideologi Dan Negara Melalui Justifikasi Ideologi Dan

Kekuasaan Yg Dipegangnya.

Kekuasaan Yg Dipegangnya.

(17)

 Masyarakat Berkembang Secara Linier Masyarakat Berkembang Secara Linier Dari: Primitive Communism (Hunting Dari: Primitive Communism (Hunting

And Gathering), Ancient Slave Societies, And Gathering), Ancient Slave Societies,

Feodalism, Capitalism, Socialism.

Feodalism, Capitalism, Socialism.

 Class Struggle. Class Struggle.

 Social Revolution. Social Revolution.

 False Consciousness. False Consciousness.

 Fetishism Of Commodity. Fetishism Of Commodity.

 Praxis Dan Emansipatoris, Dll. Praxis Dan Emansipatoris, Dll.

Lanjutan Beberapa Pemikiran Marx………

(18)

BEBERAPA PEMIKIRAN BEBERAPA PEMIKIRAN

EMILE DURKEHIM (P KLASIK) EMILE DURKEHIM (P KLASIK)

 Pemikirannya Emphasis On Social Pemikirannya Emphasis On Social

Order: Bahwa Tatanan Sosial Adalah Order: Bahwa Tatanan Sosial Adalah

The Driving Force In Society.

The Driving Force In Society.

 Sama-sama Bersifat Determinism Sama-sama Bersifat Determinism

Seperti Halnya Marx, Namun Durkheim Seperti Halnya Marx, Namun Durkheim

Lebih Fokus Pada Cultural Determinism, Lebih Fokus Pada Cultural Determinism,

Sedang Marx Economic Determinism.

Sedang Marx Economic Determinism.

(19)

Lanjutan Beberapa Pemikiran Durkheim…………..

Lanjutan Beberapa Pemikiran Durkheim…………..

Menurutnya Untuk Memahami Masyarakat Kita Harus Menstudi Social Facts Sebagai 'Ontological Realities' Yg Mana Semua Itu Mempengaruhi Kehidupannya Whether They Know It Or Not.

Suicide.

Social Solidarity (Mechanical And Organic Solidarity).

Division Of Labour (Traditonal -->

Rational/Market And Bureaucracy

Mechanisms.

(20)

BEBERAPA PEMIKIRAN BEBERAPA PEMIKIRAN

WEBER (P. KONSTRUKTIVIS) WEBER (P. KONSTRUKTIVIS)

 Pemikirannya Pemikirannya Terkategori Terkategori Dalam Dalam Interpretative Sociology = Kita Akan Interpretative Sociology = Kita Akan Dapat Memahami The Social World Dapat Memahami The Social World Dengan Melihatnya Melalui Makna Dengan Melihatnya Melalui Makna (Meanings) Dari Para Aktor Yg Terlibat (Meanings) Dari Para Aktor Yg Terlibat

Dalam Tindakan Sosialnya --> Verstehen.

Dalam Tindakan Sosialnya --> Verstehen.

 Theory Of The Protestant Work Ethic. Theory Of The Protestant Work Ethic.

 Iron Cage Of Rationality. Iron Cage Of Rationality.

(21)

Lanjutan Beberapa Pemikiran Weber …….

Lanjutan Beberapa Pemikiran Weber …….

 Dia Salah Satu Pioner Pemikiran Ttg Stratifikasi Sosial.

 Stratifikasi Bukan Hanya Ditentukan Oleh Faktor Ekonomi (Marx) Saja, Tetapi Juga Faktor Sosial Budaya, Dan Politik (Kedudukan Dlm Party)

 Analisanya Lebih Fokus Pada Status Daripada Klas.

 Klas = Terbangun Oleh Market Relations.

 Status = Muncul Dari Social Honour/Social

Esteem, Dan Social Privileges.

(22)

LANJUTAN BEBERAPA LANJUTAN BEBERAPA

PEMIKIRAN WEBER PEMIKIRAN WEBER

 Menurutnya Education Might Become Menurutnya Education Might Become An Autonomous Source Of Status

An Autonomous Source Of Status Distinction In Modern Society.

Distinction In Modern Society.

 Orang Yg Memiliki Pendidikan Tinggi Orang Yg Memiliki Pendidikan Tinggi Akan Memiliki The Priviledged Role, Akan Memiliki The Priviledged Role,

Serta Menjadi The Key Social Serta Menjadi The Key Social

Articulator.

Articulator.

(23)

BEBERAPA PEMIKIRAN GEORG BEBERAPA PEMIKIRAN GEORG

SIMMEL (P. KONSTRUKTIVIS) SIMMEL (P. KONSTRUKTIVIS)

 Ia ingin menjembatani kontroversi antara Ia ingin menjembatani kontroversi antara realisme (durkheim) dan nominalis (weber).

realisme (durkheim) dan nominalis (weber).

 Menurutnya, kenyataan sosial itu bersifat Menurutnya, kenyataan sosial itu bersifat antar pribadi (interpersonal). (Marx dan antar pribadi (interpersonal). (Marx dan durkheim melihat kenyataan sosial itu durkheim melihat kenyataan sosial itu berada pada struktur sosial).

berada pada struktur sosial).

 Dinamika interaksi antar pribadi merupakan Dinamika interaksi antar pribadi merupakan bahan darimana struktur sosial akan

bahan darimana struktur sosial akan dibentuk, bukan sebaliknya.

dibentuk, bukan sebaliknya.

(24)

LANJUTAN BEBERAPA LANJUTAN BEBERAPA

PEMIKIRAN SIMMEL PEMIKIRAN SIMMEL

 Social Differentiation = Perub. Masy Secara Social Differentiation = Perub. Masy Secara Bertahap Dari Struktur Yg Sederhana Dgn Bertahap Dari Struktur Yg Sederhana Dgn Diferensiasi Yg Rendah Dan Homogen,

Diferensiasi Yg Rendah Dan Homogen,

Berubah Ke Struktur Yg Lbh Kompleks Dgn Berubah Ke Struktur Yg Lbh Kompleks Dgn Diferensiasi Serta Heterogenitas Yg Tinggi.

Diferensiasi Serta Heterogenitas Yg Tinggi.

 Ia Percaya Ada Perbedaan Antara Persepsi Ia Percaya Ada Perbedaan Antara Persepsi Manusia Mengenai Suatu Gejala, Dan

Manusia Mengenai Suatu Gejala, Dan

Hakikat Dasar Mengenai Gejala Tsb (Ada Hakikat Dasar Mengenai Gejala Tsb (Ada Beda Antara Bentuk (Bersifat Apriori) Dan Beda Antara Bentuk (Bersifat Apriori) Dan Isi Bersifat Empiris).

Isi Bersifat Empiris).

(25)

BEBERAPA PEMIKIRAN LOUIS BEBERAPA PEMIKIRAN LOUIS

ALTHUSSER (P. KRITIS) ALTHUSSER (P. KRITIS)

 Menurutnya, Ada Dua Mekanisme Untuk Menurutnya, Ada Dua Mekanisme Untuk Menjadikan Warga Dalam Suatu Negara Menjadikan Warga Dalam Suatu Negara

Berperilaku Sesuai Dgn

Berperilaku Sesuai Dgn Aturan Negara Negara Yakni: Repressive State Apparatuses

Yakni: Repressive State Apparatuses (Rsa), Dan Ideological State

(Rsa), Dan Ideological State Apparatuses (Isa).

Apparatuses (Isa).

 Menurutnya, Ideology Merupakan Menurutnya, Ideology Merupakan

Representasi Dari Hubungan Imajiner Representasi Dari Hubungan Imajiner

Individu Thd Kondisi Keberadaannya Yg Individu Thd Kondisi Keberadaannya Yg

Nyata.

Nyata.

(26)

LANJUTAN BEBERAPA LANJUTAN BEBERAPA PEMIKIRAN ALTHUSSER PEMIKIRAN ALTHUSSER

 Menurutnya, Ideology Itu Menurutnya, Ideology Itu

Sesungguhnya Bukan Merupakan Sesungguhnya Bukan Merupakan

Representasi Dari Dunia Nyata, Namun Representasi Dari Dunia Nyata, Namun

Oranglah Yg Menghubung-2kannya Oranglah Yg Menghubung-2kannya

Dgn Dunia Nyata Sbgmana Persepsi Dgn Dunia Nyata Sbgmana Persepsi

Dirinya Mengenai Dunia Nyata.

Dirinya Mengenai Dunia Nyata.

 Dunia Nyata Itu “Mengada”, Bukan Dunia Nyata Itu “Mengada”, Bukan Sebagai Sesuatu Yg Obyektif Tetapi Sebagai Sesuatu Yg Obyektif Tetapi

Merupakan Suatu Produk Relasi Kita.

Merupakan Suatu Produk Relasi Kita.

(27)

BEBERAPA PEMIKIRAN ANTONIO BEBERAPA PEMIKIRAN ANTONIO

GRAMSCI (P. KRITIS) GRAMSCI (P. KRITIS)

 Gramsci Dan Althusser Memiliki Gramsci Dan Althusser Memiliki

Kesamaan Teori Yg Berupa Ideological Kesamaan Teori Yg Berupa Ideological

Hegemony.

Hegemony.

 Jika Althusser Hegemony Oleh Negara Jika Althusser Hegemony Oleh Negara Dilakukan Melalui Rsa Dan Isa, Maka Dilakukan Melalui Rsa Dan Isa, Maka

Menurut Gramsci Hegemony Itu Menurut Gramsci Hegemony Itu

Dilakukan Dengan Lebih Soft Yakni Dilakukan Dengan Lebih Soft Yakni

Melalui Cultural Leadership.

Melalui Cultural Leadership.

(28)

LANJUTAN BEBERAPA LANJUTAN BEBERAPA

PEMIKIRAN GRAMSCI PEMIKIRAN GRAMSCI

 Menurutnya The Rulling Social Class Itu Menurutnya The Rulling Social Class Itu Bersifat Hegemonic.

Bersifat Hegemonic.

 The Rulling Class Itu Bukan Hanya The Rulling Class Itu Bukan Hanya

Mengkontrol Property Dan Kekuasaan, Mengkontrol Property Dan Kekuasaan,

Tetapi Juga Mengkontrol Ideology Melalui Tetapi Juga Mengkontrol Ideology Melalui Kekuasaan Dan Kemakmuran Yg Dimiliki.

Kekuasaan Dan Kemakmuran Yg Dimiliki.

 Menurutnya, Melalui Cultural Leadership, Menurutnya, Melalui Cultural Leadership, Negara Dpt Menjadi Propagator Budaya Negara Dpt Menjadi Propagator Budaya Dan Pendidikan Sipil, Serta Mengkontrol Dan Pendidikan Sipil, Serta Mengkontrol Sistem Institusional.

Sistem Institusional.

(29)

STRUKTURAL FUNGSIONAL STRUKTURAL FUNGSIONAL

Asumsi Dasar:

Asumsi Dasar:

MASYARAKAT TERINTEGRASI ATAS MASYARAKAT TERINTEGRASI ATAS

DASAR KATA SEPAKAT PARA DASAR KATA SEPAKAT PARA ANGGOTANYA TERHADAP NILAI ANGGOTANYA TERHADAP NILAI DASAR KEMASYARAKATAN YANG DASAR KEMASYARAKATAN YANG

MENJADI PANUTANNYA

MENJADI PANUTANNYA

(30)

Perspektif mengatasi Dilema Perspektif mengatasi Dilema

Dilema dalam ilmu-ilmu sosial (khususnya Ilmu Sosial) adalah tidak Dilema dalam ilmu-ilmu sosial (khususnya Ilmu Sosial) adalah tidak adanya konsensus baku untuk memahami berbagai fenomena

adanya konsensus baku untuk memahami berbagai fenomena

sosial. Setiap ilmuwan sosial akan dipengaruhi oleh perspektif yang sosial. Setiap ilmuwan sosial akan dipengaruhi oleh perspektif yang berbeda dalam menyusun kerangka analisis untuk memahami

berbeda dalam menyusun kerangka analisis untuk memahami berbagai fenomena sosial.

berbagai fenomena sosial.

Maka kita akan menemukan suatu kesimpulan yang berbeda Maka kita akan menemukan suatu kesimpulan yang berbeda

terhadap suatu fenomena yang sama, karena adanya perbedaan terhadap suatu fenomena yang sama, karena adanya perbedaan perspektif.

perspektif.

Dalam proses keilmuan, perspektif atau pendekatan berfungsi Dalam proses keilmuan, perspektif atau pendekatan berfungsi sebagai kriteria utnuk memilah-milah maslah yang hendak diteliti sebagai kriteria utnuk memilah-milah maslah yang hendak diteliti dan sebagai penuntun ke arah metode penelitian yang hendak dan sebagai penuntun ke arah metode penelitian yang hendak digunakan.

digunakan.

Kita perlu memahami keragaman perspektif yang sering digunakan Kita perlu memahami keragaman perspektif yang sering digunakan oleh Sosiologi Politik, karena keragaman itu menunujukkan adanya oleh Sosiologi Politik, karena keragaman itu menunujukkan adanya pengakuan jujur bahwa fenomena sosial tidak diakibatkan oleh

pengakuan jujur bahwa fenomena sosial tidak diakibatkan oleh penyebab tunggal atau satu faktor saja, melainkan adanya

penyebab tunggal atau satu faktor saja, melainkan adanya

hubungan multi-kausal dalam hubungan antar variabel ilmu sosial.

hubungan multi-kausal dalam hubungan antar variabel ilmu sosial.

Di samping itu untuk menunjukkan bahwa kemampuan manusia Di samping itu untuk menunjukkan bahwa kemampuan manusia untuk memahami fenomena secara menyeluruh dan dari segala untuk memahami fenomena secara menyeluruh dan dari segala segi sangatlah terbatas, sehingga perlu dilakukan pengkhususan segi sangatlah terbatas, sehingga perlu dilakukan pengkhususan dan pembatasan pusat perhatian.

dan pembatasan pusat perhatian.

(31)

KESEPAKATAN MASYARAKAT KESEPAKATAN MASYARAKAT

tersebut tersebut

Menjadi GENERAL AGREEMENTS yang Menjadi GENERAL AGREEMENTS yang

memiliki kemampuan mengatasi memiliki kemampuan mengatasi PERBEDAAN-PERBEDAAN PENDAPAT PERBEDAAN-PERBEDAAN PENDAPAT

dan KEPENTINGAN dari para dan KEPENTINGAN dari para

anggotanya anggotanya

MASYARAKAT SEBAGAI SUATU

MASYARAKAT SEBAGAI SUATU SISTEM SISTEM YANG SECARA

YANG SECARA FUNGSIONAL FUNGSIONAL

TERINTEGRASI KEDALAM SUATU TERINTEGRASI KEDALAM SUATU

BENTUK EQUILIBRIUM

BENTUK EQUILIBRIUM

(32)

Istilah lain pendekatan Istilah lain pendekatan

STRUKTURAL FUNGSIONAL STRUKTURAL FUNGSIONAL

INTEGRATION APPROACH INTEGRATION APPROACH

ORDER APPROACH ORDER APPROACH

EQUILIBRIUM APPROACH EQUILIBRIUM APPROACH

STRUCTURAL FUNGTIONAL STRUCTURAL FUNGTIONAL APPROACH

APPROACH

(33)

TOKOH TOKOH

PLATO PLATO

AUGUSTE COMTE AUGUSTE COMTE

HERBERT SPENCER HERBERT SPENCER

EMILE DURKHEIM EMILE DURKHEIM

BRANISLAW BRANISLAW MALINOWSKI MALINOWSKI

REDCLIFFE BROWN REDCLIFFE BROWN

TALCOT PARSON TALCOT PARSON

(34)

ANGGAPAN DASAR THEORI ANGGAPAN DASAR THEORI

STRUKTURAL FUNGSIONAL STRUKTURAL FUNGSIONAL

 Masyarakat adalah suatu SISTEM dari BAGIAN- Masyarakat adalah suatu SISTEM dari BAGIAN- BAGIAN yang saling BERHUBUNGAN

BAGIAN yang saling BERHUBUNGAN

 Hubungan dalam masyarakat bersifat GANDA Hubungan dalam masyarakat bersifat GANDA dan TIMBAL BALIK (SALING MEMPENGARUHI) dan TIMBAL BALIK (SALING MEMPENGARUHI)

 Secara FUNDAMENTAL, SISTEM SOSIAL Secara FUNDAMENTAL, SISTEM SOSIAL

cenderung bergerak kearah EQUILIBRIUM dan cenderung bergerak kearah EQUILIBRIUM dan bersifat DINAMIS

bersifat DINAMIS

 DISFUNGSI/KETEGANGAN SOSIAL/ DISFUNGSI/KETEGANGAN SOSIAL/

PENYIMPANGAN pada akhirnya akan teratasi PENYIMPANGAN pada akhirnya akan teratasi dengan sendirinya melalui PENYESUAIAN dan dengan sendirinya melalui PENYESUAIAN dan proses INSTITUSIONALISASI

proses INSTITUSIONALISASI

(35)

ANGGAPAN DASAR THEORI ANGGAPAN DASAR THEORI

STRUKTURAL FUNGSIONAL (lanjutan) STRUKTURAL FUNGSIONAL (lanjutan)

PERUBAHAN-PERUBAHAN dalam SISTEM SOSIAL bersifat PERUBAHAN-PERUBAHAN dalam SISTEM SOSIAL bersifat GRADUAL melalui PENYESUAIAN. Bukan bersifat

GRADUAL melalui PENYESUAIAN. Bukan bersifat REVOLUSIONER

REVOLUSIONER

PERUBAHAN terjadi melalui 3 macam kemungkinan: PERUBAHAN terjadi melalui 3 macam kemungkinan:

1. 1. PENYESUAIAN SIATEM SOSIAL terhadap PERUBAHAN PENYESUAIAN SIATEM SOSIAL terhadap PERUBAHAN DARI LUAR (

DARI LUAR (extra systemic change extra systemic change ) )

2. 2. PERTUMBUHAN melalui PROSES DIFFERENSIASI PERTUMBUHAN melalui PROSES DIFFERENSIASI STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL

STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL

3. 3. PENEMUAN BARU oleh ANGGOTA MASYARAKAT PENEMUAN BARU oleh ANGGOTA MASYARAKAT

Faktor terpenting dalam INTEGRASI adalah KONSENSUS Faktor terpenting dalam INTEGRASI adalah KONSENSUS

(36)

Penilaian/kritik terhadap theori Penilaian/kritik terhadap theori

STRUKTURAL FUNGSIONAL STRUKTURAL FUNGSIONAL

Terlalu menekankan anggapan Terlalu menekankan anggapan dasarnya pada PERANAN UNSUR- dasarnya pada PERANAN UNSUR- UNSUR NORMATIF dari TINGKAH UNSUR NORMATIF dari TINGKAH LAKU SOSIAL (pengaturan secara LAKU SOSIAL (pengaturan secara

NORMATIF terhadap HASRAT NORMATIF terhadap HASRAT

seseorang untuk menjamin seseorang untuk menjamin

STABILITAS SOSIAL) STABILITAS SOSIAL)

(David Lockwood)

(David Lockwood)

(37)

Menurut

Menurut David Lockwood David Lockwood

Terdapat SUB STRATUM yang berupa Terdapat SUB STRATUM yang berupa

DISPOSISI-DISPOSISI yang mengakibatkan DISPOSISI-DISPOSISI yang mengakibatkan

timbulnya PERBEDAAN LIFE CHANCES timbulnya PERBEDAAN LIFE CHANCES (kesempatan hidup) dan KEPENTINGAN- (kesempatan hidup) dan KEPENTINGAN-

KEPENTINGAN YANG TIDAK NORMATIF KEPENTINGAN YANG TIDAK NORMATIF

DALAM SETIAP SITUASI SOSIAL terdapat DALAM SETIAP SITUASI SOSIAL terdapat

2 hal yaitu:

2 hal yaitu:

TATA TERTIB yang bersifat NORMATIF

TATA TERTIB yang bersifat NORMATIF

SUB STRATUM yang melahirkan KONFLIK

SUB STRATUM yang melahirkan KONFLIK

(38)

GAMBARAN SITUASI SOSIAL MENURUT DAVID GAMBARAN SITUASI SOSIAL MENURUT DAVID

LOCKWOD LOCKWOD

SUB STRATUM TATA TERTIB

(39)

KENYATAAN YANG DIABAIKAN DALAM KENYATAAN YANG DIABAIKAN DALAM PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL

1.

1.

Setiap STRUKTUR SOSIAL mengandung KONFLIK dan Setiap STRUKTUR SOSIAL mengandung KONFLIK dan KONTRADIKSI yang bersifat internal dan menjadi

KONTRADIKSI yang bersifat internal dan menjadi PENYEBAB PERUBAHAN

PENYEBAB PERUBAHAN

2.

2.

REAKSI suatu SISTEM SOSIAL terhadap PERUBAHAN yang REAKSI suatu SISTEM SOSIAL terhadap PERUBAHAN yang datang dari luar (extra systemic change) tidak selalu

datang dari luar (extra systemic change) tidak selalu bersifat Adjustive/tampak

bersifat Adjustive/tampak

3.3.

Suatu SISTEM SOSIAL dalam waktu yang panjang dapat Suatu SISTEM SOSIAL dalam waktu yang panjang dapat mengalami KONFLIK SOSIAL yang bersifat VISIOUS CIRCLE mengalami KONFLIK SOSIAL yang bersifat VISIOUS CIRCLE

4.

4.

Perubahan-perubahan sosial tidak selalu terjadi secara Perubahan-perubahan sosial tidak selalu terjadi secara GRADUAL melalui penyesuaian, tetapi juga dapat terjadi GRADUAL melalui penyesuaian, tetapi juga dapat terjadi secara REVOLUSIONER

secara REVOLUSIONER

(40)

Perspektif Perspektif Teoritis Teoritis IssueIssue

Struktural- Struktural- Fungsional Fungsional (termasuk teori (termasuk teori konsensus, teori konsensus, teori sistem dan teori- sistem dan teori- teori yang

teori yang dipengaruhi dipengaruhi Talcott Parson) Talcott Parson)

Konflik Konflik

(misalnya Ralf (misalnya Ralf Dahrendorf, Dahrendorf, Lewis Coser) Lewis Coser)

Kelas Kelas

(Teori-teori (Teori-teori yang

yang

dipengaruhi dipengaruhi Karl Marx) Karl Marx)

Elitis Elitis

(Gaetano Mosca, (Gaetano Mosca, Vilfredo Pareto, Vilfredo Pareto, Robert Michels, C.

Robert Michels, C.

Wright Mills, dan Wright Mills, dan Robert D. Putnam) Robert D. Putnam)

Pluralis Pluralis

(Robert Dahl, (Robert Dahl, Suzzane Keller) Suzzane Keller)

(1) (1)

Masyarakat

Masyarakat

Suatu sistem Suatu sistem sosial yang sosial yang diikat nilai-nilai, diikat nilai-nilai, kebutuhan-

kebutuhan- kebutuhan dan kebutuhan dan tujuan-tujuan tujuan-tujuan yang sama.

yang sama.

Konsensus.

Konsensus.

Arena bagi Arena bagi kepentingan kepentingan - -

kepentingan kepentingan yang saling yang saling bersaing bersaing dan arena dan arena bagi

bagi

pertikaian.

pertikaian.

Arena Arena bagi bagi

pertikaian pertikaian antar-

antar- kelas kelas sosial.

sosial.

Didominasi dan Didominasi dan dipimpin oleh dipimpin oleh kelompok kelompok

minoritas yang minoritas yang terorganisir, yaitu terorganisir, yaitu kaum elit. Diluar kaum elit. Diluar kelompok ini kelompok ini

massa yang tidak massa yang tidak memahami

memahami keadaan.

keadaan.

Terdiri dari Terdiri dari

jaringan-jaringan jaringan-jaringan interaksi antar- interaksi antar- individu dan antar- individu dan antar- kelompok, yang kelompok, yang mencerminkan mencerminkan kemajemukan kemajemukan kepentingan dan kepentingan dan nilai-nilai. Tidak nilai-nilai. Tidak satupun kelompok satupun kelompok yang mampu yang mampu

mendominasi yang mendominasi yang lain.

lain.

(2)(2) Negara

Negara Suatu subsistem Suatu subsistem yang berfungsi yang berfungsi memelihara, memelihara, mempersatukan mempersatukan dan mencapai dan mencapai tujuan-tujuan tujuan-tujuan masyarakat.

masyarakat.

Tindakan-tindakan Tindakan-tindakan negara bersifat negara bersifat mengikat.

mengikat.

Alat pemaksa Alat pemaksa yang dipakai yang dipakai oleh kelas oleh kelas penguasa penguasa untuk untuk membuat membuat rakyat tunduk rakyat tunduk pada

pada

kemauannya.

kemauannya.

Sarana Sarana kekerasan kekerasan yang

yang

terorganisir terorganisir yang

yang

didominasi didominasi oleh satu oleh satu kelas sosial kelas sosial yaitu kelas yaitu kelas kapitalis.

kapitalis.

Organ atau Organ atau

mekanisme yang mekanisme yang dimanipulasi oleh dimanipulasi oleh sekelompok minoritas sekelompok minoritas yang terorganisir, yang terorganisir, yaitu kaum elit, yang yaitu kaum elit, yang menjalankannya demi menjalankannya demi kepentingannya

kepentingannya sendiri atau sendiri atau kepentingan kepentingan pendukungnya.

pendukungnya.

Hanya merupakan Hanya merupakan salah satu dari salah satu dari banyak lembaga banyak lembaga politik yang ada politik yang ada dalam masyarakat.

dalam masyarakat.

Negara mewakili Negara mewakili kepentingan kepentingan

banyak kelompok.

banyak kelompok.

Karenanya ia Karenanya ia demokratis.

demokratis.

(3) (3) Tertib Sosial Tertib Sosial

dan dan Perubahan Perubahan

Sosial Sosial

Masyarakat Masyarakat

dipandang sebagai dipandang sebagai statis; selalu

statis; selalu mengutamakan mengutamakan integrasi,

integrasi, ketertiban dan ketertiban dan stabilitas. Kalau stabilitas. Kalau masyarakat masyarakat berubah, berubah, perubahan itu perubahan itu berujud

berujud penyesuaian penyesuaian terhadap terhadap

lingkungannya.

lingkungannya.

Equilibrium.

Equilibrium.

Masyarakat Masyarakat selalu dalam selalu dalam keadaan yang keadaan yang diliputi

diliputi

perubahan dan perubahan dan pertikaian.

pertikaian.

Konflik yang Konflik yang terjadi itu terjadi itu merupakan merupakan kekuatan kekuatan dinamik dinamik masyarakat.

masyarakat.

Tanpa ada Tanpa ada konflik konflik

kepentingan, kepentingan, masyarakat masyarakat tidak akan tidak akan bermakna bermakna

Sumber Sumber dinamika dinamika masyarakat masyarakat adalah adalah perubahan perubahan sosial.

sosial.

Perubahan Perubahan sosial tidak sosial tidak bisa dielakkan.

bisa dielakkan.

Ketertiban dan Ketertiban dan status-quo

status-quo sangat sangat dipentingkan.

dipentingkan.

Perubahan sosial Perubahan sosial dianggap

dianggap

membahayakan.

membahayakan.

Perubahan yang Perubahan yang terjadi haruslah terjadi haruslah dituntun oleh kaum dituntun oleh kaum elit. Wujud perubahan elit. Wujud perubahan yang terjadi sekedar yang terjadi sekedar sirkulai elit.

sirkulai elit.

Perubahan terjadi Perubahan terjadi secara bertahap.

secara bertahap.

Perubahan terjadi Perubahan terjadi akibat konflik akibat konflik antara kelompok antara kelompok yang saling yang saling bersaing tetapi bersaing tetapi masih dalam tertib masih dalam tertib kelembagaan.

kelembagaan.

Perubahan yang Perubahan yang terjadi tidak terjadi tidak sampai sampai

mengganggu mengganggu kestabilan.

kestabilan.

(41)

Perspektif Perspektif Teoritis

Teoritis Struktural-Struktural- Fungsional

Fungsional KonflikKonflik KelasKelas ElitisElitis PluralisPluralis (4)(4)

Ketimpangan Ketimpangan dan Pelapisan dan Pelapisan

Sosial Sosial

Pelapisan sosial Pelapisan sosial diperlukan sebagai diperlukan sebagai sistem integratif sistem integratif untuk memelihara untuk memelihara tertib dan

tertib dan

stabilitas sosial.

stabilitas sosial.

Pemberian Pemberian ganjaran secara ganjaran secara tidak merata tidak merata diperlukan untuk diperlukan untuk menjamin bahwa menjamin bahwa hanya orang yang hanya orang yang cakap yang

cakap yang menduduki menduduki jabatan penting.

jabatan penting.

Pelapisan sosial Pelapisan sosial merupakan merupakan penghalang penghalang

terjadinya integrasi terjadinya integrasi dan merupakan dan merupakan sumber utama sumber utama terjadinya konflik terjadinya konflik dalam masyarakat.

dalam masyarakat.

Pelapisan/ketimpang Pelapisan/ketimpang an itu terjadi karena an itu terjadi karena langkanya dan tidak langkanya dan tidak meratanya distribusi meratanya distribusi sumberdaya dalam sumberdaya dalam masyarakat.

masyarakat.

Ketimpangan Ketimpangan sosial dan sosial dan pelapisan sosial pelapisan sosial adalah penyebab adalah penyebab konflik.

konflik.

Ketimpangan dan Ketimpangan dan pelapisan sosial pelapisan sosial bisa dihilangkan.

bisa dihilangkan.

Ketimpangan Ketimpangan antara elit dan antara elit dan massa pasti massa pasti terjadi. Elit pasti terjadi. Elit pasti mendominasi mendominasi massa

massa. Elitis . Elitis klasik

klasik: :

ketimpangan itu ketimpangan itu tidak bisa

tidak bisa

dihindarkan dan dihindarkan dan memang

memang diperlukan

diperlukan. Elitis . Elitis radikal

radikal: mengkritik : mengkritik keras terjadinya keras terjadinya ketimpangan ketimpangan antara elit-masa.

antara elit-masa.

Ketimpangan Ketimpangan sosial memang sosial memang ada, tetapi ada, tetapi pengaruh dan pengaruh dan keuntungan yang keuntungan yang ada dalam

ada dalam masyarakat masyarakat didistribusikan didistribusikan secara merata.

secara merata.

(5)(5) Politik

Politik Mekanisme untuk Mekanisme untuk mencapai tujuan- mencapai tujuan- tujuan bersama.

tujuan bersama.

Memainkan peran Memainkan peran menengahi dalam menengahi dalam penyelesaian penyelesaian konflik.

konflik.

Politik berkenaan Politik berkenaan dengan kekuasaan, dengan kekuasaan, yaitu tentang siapa yaitu tentang siapa yang berkuasa, yang berkuasa, bagaimana ia bagaimana ia memperoleh memperoleh kekuasaan dan kekuasaan dan mengapa ia mengapa ia berkuasa. Politik berkuasa. Politik membantu satu membantu satu kelompok mencapai kelompok mencapai tujuannya dengan tujuannya dengan merugikan kelompok merugikan kelompok lainnya.

lainnya.

Sarana yang Sarana yang dipakai oleh kelas dipakai oleh kelas penguasa untuk penguasa untuk mempertahankan mempertahankan dominasi. Satu dominasi. Satu segi dari

segi dari suprastruktur suprastruktur yang didominasi yang didominasi oleh kelas

oleh kelas kapitalis.

kapitalis.

Sarana yang Sarana yang dipakai kaum elit dipakai kaum elit untuk menguasai untuk menguasai dan memanipulasi dan memanipulasi massa.

massa.

Mekanisme untuk Mekanisme untuk menengahi dan menengahi dan mewasiti berbagai mewasiti berbagai kepentingan yang kepentingan yang berbeda dan berbeda dan mewasiti berbagai mewasiti berbagai konflik.

konflik.

(42)

(6)(6) Partisipasi Partisipasi

Politik Politik

Sarana yang dipakai Sarana yang dipakai oleh warga-negara oleh warga-negara dan kelompok- dan kelompok- kelompok kelompok

kepentingan untuk kepentingan untuk mendukung sistem mendukung sistem politik. Sebagai politik. Sebagai imbalan terhadap imbalan terhadap dukungan warga dukungan warga negara itu, sistem negara itu, sistem politik memberikan politik memberikan kepemimpinan yang kepemimpinan yang bertanggungjawab bertanggungjawab dan memenuhi dan memenuhi tuntutan-tuntutan tuntutan-tuntutan yang diajukan.

yang diajukan.

Yang paling aktif Yang paling aktif berpartisipasi adalah berpartisipasi adalah mereka yang paling mereka yang paling beruntung dalam beruntung dalam masyarakat. Tuntutan masyarakat. Tuntutan dari masyarakat dari masyarakat

terhadap sistem politik terhadap sistem politik tidak ditanggapi secara tidak ditanggapi secara seimbang. Ada yang seimbang. Ada yang ditanggapi lebih serius, ditanggapi lebih serius, ada yang tidak.

ada yang tidak.

Bentuk-bentuk Bentuk-bentuk partisipasi partisipasi

konvensional bisa konvensional bisa tidak efektif, karena tidak efektif, karena hanya dilakukan hanya dilakukan demi kepentingan demi kepentingan kelas penguasa.

kelas penguasa.

Bentuk-bentuk non- Bentuk-bentuk non- konvensional konvensional mungkin mungkin diperlukan.

diperlukan.

Mayoritas warga Mayoritas warga bersifat pasif dan bersifat pasif dan diam. Mereka diam. Mereka sekedar sekedar

dimanipulasi oleh dimanipulasi oleh kaum elit. Para kaum elit. Para politisi yang politisi yang memerintah tidak memerintah tidak selalu tanggap selalu tanggap terhadap tuntutan terhadap tuntutan warga.

warga.

Para pemilih dan Para pemilih dan kelompok

kelompok kepentingan kepentingan mempengaruhi mempengaruhi proses pembuatan proses pembuatan keputusan melalui keputusan melalui cara-cara pemilihan, cara-cara pemilihan, menjadi anggota menjadi anggota kelompok

kelompok

kepentingan dan kepentingan dan menemui dan menemui dan berunding dengan berunding dengan pemimpin politik pemimpin politik dan pemerintahan.

dan pemerintahan.

Sistem politik selalu Sistem politik selalu tanggap terhadap tanggap terhadap tuntutan warganya.

tuntutan warganya.

(7)(7) Kekuasaan

Kekuasaan Medium yang sah Medium yang sah untuk

untuk

mempertukarkan mempertukarkan dan memobilisasi dan memobilisasi sumberdaya politik sumberdaya politik dalam sistem politik dalam sistem politik demi mencapai demi mencapai tujuan-tujuan tujuan-tujuan bersama.

bersama.

Mekanisme yang tidak Mekanisme yang tidak sah dan cenderung sah dan cenderung menguntungkan menguntungkan

sekelompok kecil orang sekelompok kecil orang yang mendominasi yang mendominasi masyarakat dengan masyarakat dengan merugikan sebagian merugikan sebagian besar anggota besar anggota

masyarakat yang tidak masyarakat yang tidak memiliki kekuasaan.

memiliki kekuasaan.

Terpusat di tangan Terpusat di tangan para pemilik alat para pemilik alat produksi, yaitu produksi, yaitu kelas penguasa.

kelas penguasa.

Terpusat di tangan Terpusat di tangan mereka yang mereka yang menduduki posisi- menduduki posisi- posisi tertinggi posisi tertinggi dalam struktur dalam struktur sosial. Kekuasaan sosial. Kekuasaan adalah

adalah

persekongkolan persekongkolan kepentingan dari kepentingan dari lembaga-lembaga lembaga-lembaga utama dalam utama dalam masyarakat itu.

masyarakat itu.

Bersifat polisentris Bersifat polisentris dan tersebar dan tersebar diantara berbagai diantara berbagai kelompok

kelompok

kepentingan. Tidak kepentingan. Tidak ada satu kelompok ada satu kelompok yang memonopoli yang memonopoli kekuasaan.

kekuasaan.

Perspektif Perspektif Teoritis

Teoritis Struktural-Struktural- Fungsional

Fungsional KonflikKonflik KelasKelas ElitisElitis PluralisPluralis

Referensi

Dokumen terkait

Ikatan Akuntan Indonesia yang berkerjasama dengan Bank Indonesia besama- sama membuat Pedoman Akuntansi Pesantren yang bertujuan untuk memberdayakan perekonomian di pondok

Speaker : kalau misalnya nanti ,miss.andry dating lagi, atau miss.dien ngajar lagi pakai monalisa. Speaker : trus kalau misalkan, e… yang ngajar

Pada tulisan ini akan membandingkan penurunan pondasi tiang hasil metode empirik (PDA Test) dan metode praktis berdasarkan teori Canonica (1991) dan Wesley (2012) yang

Hal ini dapat diketahui berdasarkan dari variabel Motivasi Kerja terhadap variabel kinerja pegawai di lingkungan Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur

Telah melakukan penelitian dengan menyebar kuesioner dalam rangka penyusunan skripsi tingkat Sarjana (S1) di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang pada Kantor

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zitty dkk tahun 2014 dengan judul “Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku

Manfaat penelitian ini dapat bersifat teoritis dan praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang didukung data empirik tentang peran

Kenyataan yang terjadi di lapangan, kampanye bukan merupakan kegiatan pendidikan politik oleh peserta pemilu kepada para pemilih karena kampanye yang dilakukan hanya