DIVERSITAS DAN KELIMPAHAN KEPITING PASIR DI PANTAI CIJERUK SANCANG JAWA BARAT
Oleh
Abdul Rouf, Hudiana Hernawan, Sriwahyuningsih
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Terapan Dan Sains Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Garut
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui spesies kepiting pasir apa saja yang berada di perairan pantai Cijeruk Sancang Jawa Barat dan mengetahui Diversitas dan kelimpahan kepiting pasir di pantai Cijaruk Sancang Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif dengan metode pengambilan sampel menggunakan teknik sampling tipe purposive sampling, metode tersebut dibantu dengan bantuan transek garis (Line transect) dan transek kuadrat (Quadrat transect) untuk membantu menganalis penyebaran dan ekologi kepiting pasir.
Pencuplikan dilakukan dengan membagi wilayah penelitian ke dalam tiga stasiun pengamatan.
Setiap stasiun satu line dan setiap line disebarkan sebelas kuadrat pencuplikan. Stasiun ke I,II dank e III masing-masing diletakan kuadrat pencuplikan dengan ukuran 1 x 1 meter sebanyak 33 pencuplikan diambil dari 10 persen panjang pantai . Berdasarkan data hasil pengamatan di lapangan, spesies kepiting pasir yang berada di perairan pantai Cijeruk Sancang jawa barat sebanyak 2 spesies dengan jumlah total sebanyak 75 individu. Adapun spesies kepiting yang ditemukan antara lain: Hippa adactyla sebanyak 71 individu dan Albunia symmista sebanyak 4 individu.Berdasarkan hasil analisis perhitungan, diversitas dan kelimpahankepiting pasir di perairan pantai Cijeruk Sancang Jawa Barat adalah sebagai berikut : Indeks keanekaragaman atau diversitas yaitu 0,089 yang menunjukan bahwa keanekaragaman rendah, Indeks kelimpahan berkisar antara 5,3-94,7 % yang menunjukan bahwa kelimpahan kepiting pasirsangat melimpah.
Kata kunci: diversitas, kepiting pasir, sancang.
ABSTRACT
The study aims to determine what species of sand crabs in the waters of the Cijeruk Sancang beach in West Java and to know the diversity and abundance of sand crabs on the Cijaruk Sancang beach in West Java. The method used in this research is descriptive method with sampling method using purposive sampling type sampling technique, the method is assisted with the help of line transect and quadrate transect to help analyze the spread and ecology of sand crabs. Sampling is done by dividing the study area into three observation stations. Each station is one line and each line is distributed by eleven sampling squares. The first, second and third stations were placed in the squares of 1 x 1 meter with 33 samples. Based on data from observations in the field, sand crab species in the waters of Cijeruk Sancang beach in West Java were 2 species with a total of 75 individuals. The crab species found include: Hippa adactyla as many as 71 individuals and Albunia symmista as many as 4 individuals. The abundance index ranges from 5.3 to 94.7% which indicates that the abundance of sand crabs is very abundant.
Keywords: diversity, sand crabs, sancang .
Pendahuluan
Kepiting pasir adalah salah satu jenis hewan krustacea dari superfamili Hippoidea yang hidup di swash zone di wilayah intertidal. Swash zone adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi naiknya air laut dan batas terendah turunnya posisi muka air laut di pantai, Kepiting pasir ditemukan pada daerah atau zona gelombang pecah di pantai (swash zone) yang lebarnya dapat mencapai 8–30 meter tergantung kondisi gelombang (Wardiatno 2014).
Kepiting pasir atau undur-undur laut merupakan biota bentik yang hidup di pantai berpasir Haley(dalam Ali Mashar dkk 2014). Pantai berpasir Indonesia merupakan salah satu daerah sebaran kepiting tersebut, diantaranya pesisir barat Sumatera, pantai selatan Jawa, dan Maluku (Boyko, 2002). Undur-undur laut berperan sebagai konsumen tingkat pertama dalam rantai makanan di ekosistem intertidal pantai berpasir serta mampu untuk mengakumulasi logam berat, sehingga Undur-undur juga dapat dikatakan sebagai bioindikator pencemaran pestisida atau DDT, tumpahan merkuri, dan indikasi kandungan asam domoik di perairan pantai berpasir (Lafferty 2013). Kepiting pasir juga mengandung protein dan omega-3 serta omega-6 cukup tinggi, yaitu kandungan protein 32,32%, omega- 3 12,49% (Hartono dkk, 2011), sehingga cukup baik untuk dikonsumsi, terutama untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan.
Kepiting pasir merupakan sumberdaya perikanan yang memiliki nilai ekonomi, yang salah satunya berada di pantai Cijeruk Sancang , yang mana pantai Sancang merupakan kawasan tempat konservasi
ataupun hutan lindung termasuk daerah pantai, tetapi meskipun daerah cagar alam tingkat pemanfaatan sumberdaya alamnya Metode penelitian
Penelitian ini dilakuka dia pantai Cijeruk Sancang Jawa Barat (gambar 1). Kepiting pasir ditemukan pada daerah atau zona gelombang pecah di pantai (swash zone) yang lebarnya dapat mencapai 8–30 meter tergantung kondisi gelombang (Mann, 2000; Wardiatno et al., 2013; 2014).
Gambar 1. Peta lokasi penilitian dan penempatan stasiun
Pengumpula sampel
Pengumpulan sampel dilakukan pada bulan april 2019, adapun alat yang digunakan untuk menangkap kepiting itu sendiri dinamakan dengan istilah sorok. Jumlah kepiting pasir yang tertangkap secara keseluruhanyang tertangkap sebanyak 75 ekor di pantai Cijeruk Sancang.
Analisis data
Analisis data yang dilakukan adalah analisis komposisi setiap jenis kepiting pasir secara deskriptif. Selain itu dilakukan analisis keragaman dan kelimpahan setiap jenis kepiting pasir dengan membandingkan jumlah kepiting pasir yang tertangkap dengan
luas daerah sapuan sorok, yang secara sederhana dapat ditulis dengan notasi matematika sebagai berikut:
Diversitas (keanekaragaman)
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (Fachrul,2007:52), dengan rumus sebagai berikut:
= − Atau −
Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon- Wienner
ni = Jumlah individu tiap spesies N = Jumlah individu seluruh jenis Pi= peluang
Kelimpahan
Untuk melihat kelimpahan data yang diperoleh, maka digunakan rumus kelimpahan Michael (1994 dalam silviani, 2017) sebagai berikut:
= %
Keterangan : K = nilai kelimpahan Kriteria
0 = tidak ada 1-0 = kurang 11-20 = cukup
>20 = sangat banyak Hasil dan pembahasan Jenis kepiting pasir
Ada dua jenis kepiting pasir yang ditemukan di pantai Cijeruk Sancang Jawa
Barat yaitu dari famili Hippidae yaitu Hippa adactyla dan famili Albuneidae yaitu Albunea symmista.
Ditemukannya kepiting pasir famili Hippidae dan Albuneidae dalam satu lokasi jarang terjadi dan tidak terjadi di semua lokasi atau habitat kepiting pasir. dikarenakan habitat kedua famili kepiting pasir tersebut memang berbeda, yaitu famili Hippidae hidup di daerah intertidal, sedangkan famili Albuneidae umumnya hidup di daerah subtidal. Kepiting pasir family Albuneidae genus Albunea masih dapat ditemukan pada kedalaman sekitar 50- 150 meter (Boyko dan Harvey, 1999; 2013).
Maka apabila di suatu pantai berpasir ditemukan kepiting pasir famili Hippidae, Kenyataan ini menunjukkan bahwa perairan Indonesia mempunyai keanekaragaman sumber daya hayati yang tinggi.
diversitas kepiting pasir
berdasarkan penelitian bahwa spesis kepiting pasir yang di temukan di pantai Cijeruk mencapai 75 (tabel.1)ekor dari tiga stasiun pencuplikan dan spesies yang paling banyak tercuplik terdapat di stasiun 3. Dari ketiga setasiun tersebut terdapat dua jenis spesies yaitu Hippa adactyla (71 ekor) dan Albunea symmysta (4 ekor).
Tabel .1 jumlah kepiting pasir yang didapat No Nama spesies stasiun
I II III Jlh 1 Hippa adactyla 13 24 34 71 2 Albunea
symmysta 1 3 4
3 Jumlah 13 25 37 75
NO NAMA SPESIES Indeks KN Indeks KL (%) Indeks DM Indeks KM Indeks KP
1 Hippa adactyla 0.021 94.7 0.9 0.011 23.6
2 Albunea symmysta 0.068 5.3 0.0028 0.113 1.33
Jumlah 0.089 100 0.9.28 0.124 24.93
Untuk mengetahui indeks keanekaragaman kepiting pasir dihitung dengan menggunakan rumus shannon-wiener. Besarnya indeks keanekaragaman jenis didefinisikan apabila.
1) Nilai H > 3 : menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies tinggi 2) Nilai 1 ≤ H ≤ 3 : menunjukkan
bahwa keanekaragaman spesies pada suatu spesies melimpah sedang
3) Nilai H < 1 : menunjukan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu spesies sedikit atau rendah Berdasarkan hasil perhitingan indeks keanekaragaman kepiting pasir yang tercuplik di zona neritik pantai Cijeruk Sancang berkisar 0.021-0.068 dengan jumlah keseluruhan indeks keanekaragaman (H’) adalah 0.089, indeks keanekargaman yang diperoleh adalah 0.089 < 1 yang menunjukan bahwa keanekaragaman sedikit atau rendah. Dapat dilihat pada (gambar grafik 4.3)
Gambar 2 : Grafik indeks keanekaragaman Kepiting Pasir
Hasil perhitungan indeks keanekaragaman yang rendah ini dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik, kemudian apabila hasil indeks keanekaragaman ini dikaitkkan dengan hasil perhitungan indeks dominasi yang diperoleh berkisar 0.0028 – 0.9, apabila indeks dominasi mendekati nol berarti didalam struktur komunitas biota yang diamati tidak terdapat spesies yang secara ekstrim mendominasi spesies lainnya.
Dari analisis melalui kedua indeks ini,
dapat diketahui bahwa
keanekaragaman dan dominasi di daerah penelitian tergolong rendah dan terdapat spesies yang mendominasi. Hal ini berarti keanekaragaman yang rendah akibat salah satunya mendominasi bahkan sampai sangat mendominasi.
Untuk mengetahui kelimpahan kepiting pasir dapat dihitung dengan menggunakan rumus kelimpahan menurut Michael (1994 dalam Silviani,2017) Tingginya kelimpahan menurut Michael didefinisikan apabila:
1 = tidak ada
2-0 = kurang
11-20 = cukup
>20 = sangat banyak
Data yang didapat nilai kelimpahan dapat dilihat pada (gambar grafik 4.4)
0,021
0,068
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08
Hippa adactyla Albunea symmysta
keanekaraman
keanekaraman
Gambar 3 : Grafik indeks kelimpahan kepiting pasir
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kelimpahan spesies kepiting pasir yang dicuplik diperairan pantai Cijeruk Sancang berkisar 5.33 – 94.7 spesies Hippa adactyla menempati tingkat kelimpahan tertinggi, yaitu 94.7% sesuai dengan rumus kelimpahan apabila > 20 = sangat banyak yang menunjukan bahwa Hippa adactyla terbesar dari seluruh setasiun pengamatan. Berbeda dengan spesies Albunea symmista yang menempati tingkat kelimpahan rendah atau kurang yaitu 5.55 % yang menunjukan bahwa spesies tersebut kurang dan tidak tersebar di setiap stasiun pengamatan sesuai dengan rumus kelimpahan. Hal ini disebabkan karena Undur-undur laut dapat berpindah habitatnya mencari lokasi atau sisi pantai berpasir yang aman dari tekanan dan aman dari aktivitas manusia terutama wisata pantai (A Mashar 2016). Selain itu undur undur laut juga akan memilah kondisi substrat pasir yang menyediakan atau ketersiaan makanannya banyak.
Sedimen yang berukuran lebih kecil memiliki kemampuan untuk menjebak bahan organic lebih tinggi
dibandingkan dengan partikel sedimen yang berukuran lebih besar (Arisa 2014).
Keberadaan substrat pasir merupakan karakteristik utama bagi kehadiran Undur-undur laut untuk bersarang di tempat tersebut (Sarong dan Wardiatno 2013). Selain itu, warna pasir juga dapat mempengaruhi warna karapas dari Undur-undur laut.
Warna karapas Undur-undur laut ini dapat dipengaruhi oleh warna pasir di habitat tertentu. Undur-undur laut biasanya menghuni pantai berpasir yang memiliki butiran sedimen 0,5-1 mm dan juga dimana Undur-undur laut lebih melimpah pada ukuran diameter sedimen 0,025- 1mm (Darusman 2015).
Untuk menghitung indeks dominasi kepiting pasir dapat dihitung dengan menggunakan rumus indeks dominasi simpson (Handayani 2006) adapun kategori indeks dominasi yaitu:
1) 0.00 < C ≤ 0.50 = Indeks Dominasi Rendah
2) 0.50 < C ≤ 0.75 = indeks dominasi sedang
3) 0.75 < C ≤ 1.00 = Indeks Dominasi Tinggi
94,7
5,33 0
20 40 60 80 100
Hippa adactyla
Albunea symmysta
kelimpahan
kelimpahan
0,9
0,0028 0
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
Hippa adactyla Albunea symmysta
dominasi
dominasi
Gambar 4 : Grafik indeks dominasi kepiting pasir
Berdasarkan hasil perhitungan indeks dominasi spesies kepiting pasir yang tercuplik diperairan pantai Cijeruk Sancang antara 0.0028 – 0.9 sesuai dengan rumus indeks dominasi yakni 0.75<C<1.00 = indeks dominasi tinggi. Disebabkan diantara kepiting pasir terjadi persaingan yang ketat dalam menguasai atau mendominasi lingkungan maupun sumber makanan.
Hal ini menunjukan bahwa kondisi struktur komunitas dalam keadaan tidak stabil.
Untuk mengetahui indeks kemerataan (equibilitas) kepiting pasir dapat dihitung dengan menggunakan rumus indeks equibilitas menurut (Pielau 1996) berdasarkan indeks kemerataan didefinisikan :
a. 0.00 < C ≤ 0.50 = kemerataan berada pada kondisi tertekan b. 0.50 < C ≤ 0.75 = kemerataan
berada pada kondisi labil
c. 0.75 < C ≤ 1.00 = kemerataan berada pada kondisi stabil
Gambar 5 : Grafik indeks kemerataan kepiting pasir
Berdasarkan indeks kemerataan spesies kepiting pasir yang tercuplik diperairan pesisir pantai Cijeruk Sancang yakni 0.011 & 0.113 yang berarti tidak merata. Sesuai dengan rumus indeks kemerataan yakni apabila 0.00 < C ≤ 0.50 = kemerataan berada pada kondisi tertekan. Hal ini terjasi karena ketidak seimbangan ekosistem, seperti adanya persaingan dengan biota lainnya stabilitas lingkungan yang menyebabkan habitatnya terganggu dan berpindah lokasi yang menurutnya aman, dan dapat disimpulkan, semakin merata penyebaran individu antara spesies maka keseimbangan ekosistem akan semakin meningkat.
Untuk menghitung indeks kepadatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus indeks kepadatan menurut Odum (1993 dalam handayani, 2006). Adapun ini dek kategori kepadatan yaitu :
a. 0 < ≤ 30 = kepadatan rendah b. 30 < ≤ 60 = kepadatan sedang c. 60 < ≤ 100 = kepadatan tinggi
Hasil indeks kepadatan diperoleh dengan membandingkan jumlah individu spesies dengan jumlah plot atau sama yang digunakan dalam penelitian. Kepadatan individu didefinisikan sebagai jumlah individu dibagi luas daerah pengamatan di setiap stasiun. Kepadatan populasi spesies kepiting pasir yang tercuplik di perairan pantai Cijeruk Sancang yaitu 0.36 & 6.5 individu/m2 sesuai dengan kepadatan Odum yakni apabila 0 < ≤ 30 = kepadatan rendah.
0,011
0,113
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12
Hippa adactyla Albunea symmysta
kemerataan
kemerataan
Gambar 6 : Grafik indeks kepadatan kepiting pasir Ketika dalam suatu habitat alami yang ditempati suatu spesies, kerapatannya dapat berubah-ubah sejalan dengan waktu, namun dalam batas-batas tertentu. Tinggi rendahnya kepadatan populasi diduga disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang menyebabkan adanya peningkatan populasi adalah natalitas dan imigrasi, kalaupun ada mortalitas dan emigrasi tentu jumlahnya lebih kecil dari natalitas dan imigrasi.
Kesimpulan
Spesies yang ditemukan dipantai Cijeruk Sancang Jawa Barat berjumlah sebanyak dua spesies yaitu Hippa adactyla dan Albunea Symmista.
Berdasarkan analisis perhitungan, indeks keanekaragaman (H’) di pantai Cijeruk Sancang Jawa Barat yaitu 0.089 menunjukkan tingkat keanekaragaman rendah atau kurang.
Untuk Indeks kelimpahannya mencapai 94.7 % menunjukkan kelimpahan sangat banyak.
Sedangkan Indeks dominasi berada padea kategori tinggi. Indeks kemerataannya tidak merata atau tertekan. Indeks kepadatan berada pada kategori rendah.
Daftar pustaka
A Mashar, “Biologi Populasi Undur- Undur Laut (Crustacea: Hippidae) di Pantai Selatan Jawa Tengah,”
Disertasi, Institut Pertanian Bogor, 2016
Affandi R & Tang U. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru : Unri Press.
Bakir K, Aydin L, Soykan O, & Aydin C.
2009. Fecundity and egg development of four decapoda spesies (decapoda, crustacea) in the Aegean Sea, Ege Universitesi, Faculty of Fisheries, 35100, Bornova, Izmir, Turkey. 77-80 p Boere V, Cansi ER, Alvarenga ABB, &
Silva IO. 2011. The burying behavior of the mole crab before and after an accident with urban sewage effluents in Bombinhas Beach, Santa Catarina, Brazil.
Ambi-Agua, Taubaté. 6 (3) : 70-76.
Boyko, C.B. & A.W. Harvey. 1999.
Crustacea Decapoda: Albuneidae and Hippidae of the tropical Indo- West Pacific region, in Crosnier A.
(ed.), Résultats des Campagnes
MUSORSTOM. Volume 20.
Mémoires du Muséum national d’Histoire naturelle. 180: 379-406.
Boyko, C.B. 2002. A worldwide revision of the recent and fossil sand crabs of the Albuneidae Stimpson and Blepharipodidae, new family (crustacea: decapoda: anomura:
hippoidea). Bull. American Mus.
Nat. History. 272–396.
Chan yham. 2010. Crustacean Fauna Of Taiwan: Crab-Like Anomurans (Hippoidea, Lithodoidea And Porcellanidae). Institute of Marine Biology, National Taiwan Ocean University,
Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan
23,6
1,33 0
5 10 15 20 25
Hippa adactyla Albunea symmysta
kepadatan
kepadatan
Keberlanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Efriyeldi. 1999. Sebaran spasial sedimen
dan kualitas air muara sungai Bantan Tengah, Bengkalis kaitannya dengan budidaya KJA keramba jaring apung). Natur Indonesia II (1); 85-92
Hanson AJ. 1965. Life history of the sand c rab Hippa cubensis saussure living on a small island. University of Bri tish Columbia. 80 p.
Hartono, E., E.S. Rejeki & A.A. Puspitasari.
2011. Pengaruh asupan makanan undur-undur laut terhadap kandungan omega 3 pada telur itik.
J. Biomedika. 4:60-65.
Hasyim B, Sulma S, & Hartuti M. 2010.
Kajian dinamika suhu permukaan laut global menggunakan data penginderaan jauh microwave.
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara 5(4): 130-143.
Lafferty, K.D., J.P. McLaughlin & J.E.
Dugan. 2013. Novel foraging in the swash zone on pacific sand crabs (Emerita analoga, Hippidae) by Mallards. The Wilson J.
Ornithology. 125(2): 423-426.
doi:http://dx.doi.org/10.1676/12-14 1.1.
Ludwiq, J.A., and J. F. Reynolds, 1988, Statistical Ecoloqy a Primer on Methods and Computing, John Wiley & Sons, New York.
M. A. Sarong dan Y. Wardiatno,
“Karakteristik Habitat dan Morfologi Sarang Undur- undur Laut (Albunea) di Zona Littoral Pesisir Laupung Kabupaten Aceh Besar,” vol. 1, no. 1 pp. 34–37, 2013.
Mashar, ali. Dkk (2014) Diversitas dan Kelimpahan Kepiting Pasir di Pantai Selatan Jawa BaratTengah.
19(4), hal. 226-232
Mashar, ali. Dkk (2016) Biomassa sesaat sumber daya perikanan undur-undur laut (crustacea: decapoda:
hippidae) di pantai berpasir cilacap Dan kebumen, Jawa Barattengah.
7(2), hal. 211-218
Megawati, eni. (2012)
studi beberapa aspek biologi kepitin g pasir di kecamatan buluspesantren Kabupaten kebumen. (skripsi).
Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Nybakken JW. 1988. Biologi Laut : Suatu
Pendekatan Ekologis.
Diterjemahkan oleh Eidman HM, Koesoebiono, Bengen DG , Hutomo M, dan Sukardjo S. PT Gramedia.
Jakarta. 443 p
Poore, G.C.B. 2004. Marine decapods crustacea of southern Australia: a guide to identification. CSIRO Publishing
R. R. P. Arisa, E. W. Kushartono, dan W.
Atmodjo, “Sebaran Sedimen dan Kandungan bahan Organik pada Sedimen Dasar Perairan Pantai Slamaran Pekalongan,” J. Mar.
Res., vol. 3, no. 3, pp. 342–350, 2014.
Utari-ardiak, puji. Dkk (2015) First Record of Hippa adactyla (Fabricius, 1787;
Crustacea, Anomura, Hippidae) from Indonesian Waters. 26(2), hal.
105-110
V. Darusman dan R. Max Rudolf Muskananfola, “Kelimpahan UndurUndur Laut (Hippidae) dan Sebaran Sedimen Di Pantai Pagak Kecamatan Ngombol, Purworejo, Jawa Tengah,” Diponegoro J.
Maquares, vol. 4, no. 1, pp. 9–18, 2015.
Violante-Gonzalez, juan. Dkk (2016) Life on the beach for a sand crab
(Emerita rathbunae) (Decapoda, Hippidae): parasite-induced mortality of females in populations of the Pacific sand crab caused by
Microphallus nicolli
(Microphallidae). 92(2), hal. 153- 261
Wardiatno, Y., I.W. Nurjaya & A. Mashar.
2014. Karkateristik habitat undur- undur laut (Famili Hippidae) di pantai berpasir, Kabupaten Cilacap.
J. Biol. Tropis. 14(1):1-8.
Wardiatno, yusli. Dkk (2015) Biodiversity of Indonesian sand crabs (Crustacea, Anomura, Hippidae) and assessment of their phylogenetic relationships. 8(2), hal. 224-235 Wenner AM. 1977. Food supply, feeding
habits, and egg production in pacific mole crabs (Hippa pacifica Dana).
Pacific Science 31 (1) : 39-47
Riwayat Hidup Penulis Abdul Rouf, S.Pd.
lahir di Garut 19 juli 1997.
Riwayat pendidikan SDN Sinarjaya 1lulus tahun 2009, MTs sa Nurul Falah dan llulus pada tahun 2012, SMAN 16 garut lulus pada tahun 2015 dan S1 Pendidikan Biologi Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Garut lulus pada tahun 2019.
Dr. Hudiana Hernawan M.S.
Sriwahjuningsih S. Si, M. Si.