AS3112 Fisika Gelombang
Interferensi
Taufiq Hidayat1 Lucky Puspitarini1
1Kelompok Keahlian Astronomi FMIPA ITB
2019
Outline
1 Pendahuluan
2 Interferensi
3 Pembagian amplitudo
4 Pembagian Wavefront
5 Percobaan Young
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali menjumpai fenomena terkait superposisi gelombang yaitu interferensi dan difraksi.
Interferensi merupakan interaksi dua atau lebih gelombang (superposisi).
Sedangkan, difraksi terjadi ketika gelombang melewati celah sempit. Menurut Prinsip Huygens, setiap titik pada muka gelombang merupakan sumber gelombang baru (wavelet sekunder) sehingga terjadi superposisi dari wavelet-wavelet tersebut.
Perbedaan interferensi dan difraksi yaitu pada skala-nya.
Prinsip Huygens
Prinsip Huygens
Perbedaan interferensi dan difraksi yaitu pada skala-nya:
dalam difraksi optik dari suatu celah sempit (slit) (atau sumber), apertur terkait dalam orde panjang gelombang yang terdifraksi.
Menurut Prinsip Huygens, setiap titik di muka gelombang pada bidang slit, dapat ditinjau sebagai sumber dari wavelet kedua dan pembentukan lebih lanjut dari sistem gelombang yang terdifraksi diperoleh dari superposisi dari wavelet-wavelet tersebut.
Interferensi
Pada interferensi, faktor yang sangat penting adalah beda fase antar kedua gelombang. Bila kedua gelombang sefase, maka diperoleh amplitudo resultan maksimum (interferensi konstruktif). Sebaliknya, jika berlawanan fase, maka interferensinya bersifat destruktif.
Perbedaan fase dapat diakibatkan oleh beda jalan optik (optical path) yang dilalui gelombang.
Untuk menghasilkan pola interferensi, sumber-sumber gelombang harus koheren atau memiliki frekuensi sama
Interferensi
Interferensi
Efek interferensi dapat diklasifikasikan dalam dua cara:
Pembagian amplitudo (division of amplitude) Pembagian muka gelombang (division of wavefront) Berikut ini akan ditunjukkan contoh interferensi akibat pembagian amplitudo dan pembagian muka gelombang.
Interferensi
Pembagian amplitudo:
Berkas cahaya (gelombang) yang melewati batas antara dua medium berbeda dapat mengalami pantulan dan transmisi. Komponen gelombang datang, pantul, dan transmisi membentuk gelombang-gelombang terpisah dan memiliki jalan optik yang berbeda. Saat
digabungkan(recombine), komponen gelombang-gelombang ini berinterferensi.
Pembagian muka gelombang:
Jika sebuah sumber tunggal menghasilkan muka gelombang yang melewati dua celah atau lebih yang berkontribusi pada titik superposisi.
Pembagian amplitudo
Contoh pembagian amplitudo:
Cahaya monokromatik melewati medium dengan indeks refraksi berbeda (n) dengan tebal medium t.
Pembagian amplitudo
Maka, beda jalan optiknya :
n(AB + BD) − AC = 2nAB − AC
= 2n
cos θ − 2t tan θ sin i
= 2n
cos θ(1 − sin2θ) =2nt cos θ
(1)
Ingat bahwa: sin i = n sin θ
Perbedaan lintasan ini mengakibatkan perbedaan fase δ = 2π
λ (2nt cos θ) (2)
Interferensi- Pembagian amplitudo
Perbedaan fase dari dua berkas y1=a(sin ωt + δ/2) dan y2=a(sin ωt − δ/2) menghasilkan resultan amplitudo:
R = a(sin ωt + δ/2) + a(sin ωt − δ/2) = 2a sin ωt cos δ/2 (3) Intensitasnya:
I = R2=4a2sin2ωt cos2δ/2 (4)
Interferensi- Pembagian amplitudo
Pembagian amplitudo - Cincin Newton
Contoh lain kasus pembagian amplitudo yaitu Cincin Newton. Cincin Newton merupakan fenomena pola interferensi akibat refleksi berkas cahaya di antara 2 permukaan: permukaan sferis dan permukaan datar
Pembagian amplitudo - Cincin Newton
Pola interferensi Cincin Newton dapat digunakan untuk menentukan kualitas permukaan sferis, menentukan jari-jari permukaan sferis, tebal benda, dan mengukur panjang gelombang.
Pembagian amplitudo - Cincin Newton
2
Pembagian amplitudo - Interferometer Michelson
Contoh lain pembagian amplitudo yaitu pada interferometer Michelson.
Interferensi- Pembagian amplitudo - Interferometer
Spektral Michelson
Pembagian amplitudo - Fabry Perot Interferometer
Contoh lain pembagian amplitudo yaitu pada
interferometer Fabry-Perot. Namun pada interferometer ini refleksi terjadi berkali-kali (multiple reflection).
Pembagian amplitudo - Fabry Perot Interferometer
Pada interferometer Fabry Perot, jika berkas monokromatik dengan frekuensi ω dan panjang gelombang λ melewati permukaan S1, maka fraksi gelombang t akan mengalami transmisi dari medium kaca ke udara. Pada permukaan S2, fraksi gelombang t0 akan mengalami transmisi dari medium udara kaca. Sehingga amplitudo yang muncul dari S2 yaitu tt0 =T .
Setiap amplitudo yang muncul akan memiliki keterlambatan fase sebesar
Pembagian amplitudo - Fabry Perot Interferometer
Jika seluruh amplitudo transmisi dijumlahkan, maka diperoleh
A = Teiωt+TRei(ωt−δ)+TR2ei(ωt−2δ)...
=Teiωt[1 + Re−iδ+R2e−i2δ...
=Teiωt/(1 − Re−iδ)
(6)
dengan R = r2di mana r adalah koefisien refleksi.
kompleks konjugatnya: A∗ =Teiωt/(1 − Re−iδ)
Pembagian amplitudo - Fabry Perot Interferometer
Jika berkas gelombang yang datang memiliki intensitas I0, maka berkas yang ditransmisikan It adalah
It
I0 = AA∗
I0 = T2
(1 − Re−iδ)(1 − Reiδ) = T2
1 + R2− 2R cos δ (7) Karena cos δ = 1 − 2 sin2δ/2, maka
It
I0 = AA∗
I0 = T2
(1 − R2) +4R sin2δ/2
= T2 1
=C 1
Pembagian amplitudo - Fabry Perot Interferometer
Pembagian Wavefront
Contoh interferensi akibat pembagian muka gelombang yaitu interferensi dua celah atau sumber.
Interferensi- Pembagian Wavefront
Misalkan S1 dan S2 adalah sumber serupa yang terpisah oleh jarak f . Masing-masing menghasilkan gelombang dengan frekuensi sudut ω dan amplitudo a.
Jika untuk sumber S1: y1=a sin(ωt − kx1) Jika untuk sumber S2: y2=a sin(ωt − kx2) Maka resultannya pada titik P:
R = y1+y2=a sin(ωt − kx1) +a sin(ωt − kx2).
Perbedaan fase antara kedua gelombang dari S1 dan S2 di titik P: δ = k (x2− x1) = 2πλ (x1− x2)
Interferensi- Pembagian Wavefront
Jika X = x1+x2 2 adalah jarak rata-rata titik P dari kedua sumber, maka
kx1=kX − δ/2 dan kx2=kX + δ/2
Sehingga resultan pada titik P:
R = a[sin(ωt − kX + δ/2) + sin(ωt − kX − δ/2) = 2a sin(ωt − kX ) cos δ/2.
Sehingga intensitasnya:
2 2 2 2
Interferensi- Pembagian Wavefront
Jika cos δ/2 = ±1, maka intensitas spasialnya maksimum, I = 4a2sehingga terbentuk interferensi konstruktif.
δ/2 = π
λ(x2− x1) =nπ (9) atau interferensi konstruktif terjadi ketika
x2− x1=nλ
Jika cos δ/2 = ±0, maka diperoleh interferensi destruktif.
δ/2 = (2n + 1)π 2 = π
λ(x2− x1) (10) atau interferensi destruktif terjadi jika
x − x = (n + 1/2)λ
Percobaan Young
Percobaan Young
Salah satu cara menghasilkan interferensi yaitu melalui percobaan Young.
Pada percobaan ini, dua sumber koheren dihasilkan dari gelombang monokromatik yang melewati celah (slit) identik yaitu celah S1 dan celah S2. Kedua celah terpisah dengan jarak f .
Percobaan Young
Misalkan dilakukan pengamatan pada titik P yang berada pada layar. Diketahui layar memiliki jarak l dari bidang celah. Selain itu l jauh lebih besar dibandingkan jarak separasi celah f , sehingga S1P dan S2P dapat dianggap paralel.
Jarak titik P terhadap tititik P0yaitu z.
Intensitas di titik P yaitu I = R2=4a2cos2 δ2
Percobaan Young
Maka beda lintasan:
x1− x2=f sin θ = fzl Sehingga beda fase
δ = 2πλ (x2− x1) = 2πλ f sin θ = 2πλfzl
Percobaan Young
Karena intensitas: I = 4a2cos2 δ2, maka I = I0=4a2ketika cos2 δ2 =1. Hal ini terjadi ketika beda jalan optik fzl =0,
±λ, ±2λ..., ±nλ.
Sebaliknya, intensitas minimum I = 0 ketika cos2 δ2 =0, atau fzl = ±λ2, ±3λ2, ....
Dengan demikian diperoleh pola gelap terang (fringe).
Bright fringe diperoleh ketika I = 4a2dengan z = nλl/f . Dark fringe diperoleh ketika I = 0 dengan z = (n + 12)λl/f . n disebut sebagai order of interference.
Percobaan Young
Jarak antara 2 pola terang:
zn+1− zn= [(n + 1) − n]λl
f = λl/f (11) Demikian pula untuk jarak antara 2 pola gelap.
Kurva distribusi intensitas:
Percobaan Young - Koheren Spasial
Sebelumnya kita mengasumsikan bahwa sumber
gelombang yang melewati kedua celah merupakan sumber titik (point source). Namun jika sumber memiliki ukuran tertentu misalny AB.
Untuk memenuhi persyaratan koheren spasial, harus dipenuhi AB/d << λ/f
Percobaan Young - Koheren Spasial
Interferensi N Sumber
Jika terdapat N sumber identik yang tersusun linear dengan separasi konstan sebesar f , maka akan diperoleh gelombang dengan fase yang sama atau sefase (δ0=0).
Pada titik P yang jauh dan memiliki arah θ dengan sumber akan diperoleh beda fase antargelombang
δ = 2π
λ f sin θ (12)
Resultan dititik P merupakan superposisi dari setiap sumber.
Interferensi N Sumber
Interferensi N Sumber
Sehingga intensitasnya:
I = R2=a2sin2Nδ/2 sin2δ/2 =Is
sin2(Nπf sin θ/λ)
sin2(πf sin θ/λ) (14) I = Issin2(Nβ)
sin2(β) (15)
dengan Is merupakan intensitas dari tiap sumber dan β = πf sin θ/λ
Interferensi N Sumber
Dapat kita lihat bahwa ketika β = πλsin θ =0 ± π ± 2π dll dan f sin θ = 0, ±λ, ±2λ, ..., maka interferensi konstruktif orde n terjadi
sin2Nβ
Nβ → N2β2
β2 → N2 (16)
memberikan: I = N2Is, sehingga syarat Principal Maximum: f sin θ = nλ