• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Malang, 26 Maret 2016

1139

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN

LOWOKWARU 3 MALANG

Effect Of Cooperative Learning Model Type Two Stay Two Stray (TSTS) Students Science Activity Class Iv Sdn Lowokwaru 3 Malang

Firda Azizah1), Atok Miftachul Hudha2), Dyah Worowirastri E.3)

1)Mahasiswa Prodi PGSD, 2)Dosen Prodi Pendidikan Biologi, 3)Dosen Prodi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Malang firdaazizah1@ymail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) terhadap aktivitas belajar IPA siswa kelas IV SDN Lowokwaru 3 Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian true experimental. Desain penelitian menggunakan posttest-only control group design. Sampel penelitian ini terdiri dari siswa kelas IVB dengan jumlah 31 siswa dan siswa kelas IVC yang berjumlah 31 siswa. Pengambilan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Instrumen penelitian berupa lembar observasi dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Analisis data penelitian menggunakan analisis statistika deskriptif dan inferensial. Hasil analisis statistika deskriptif penelitian menunjukkan rata-rata skor aktivitas belajar siswa kelas eksperimen sebesar 81,13 lebih tinggi dibanding rata-rata skor aktivitas belajar siswa kelas kontrol yaitu sebesar 57,87. Aktivitas belajar IPA siswa di kelas eksperimen pada kategori tinggi sebesar 32,26% dan pada kategori sedang sebesar 67,74%. Aktivitas belajar IPA siswa di kelas kontrol pada kategori tinggi sebesar 6,452%, kategori sedang sebesar 64,52%, dan pada kategori rendah sebesar 29,03%. Hasil analisis statistika inferensial menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) terhadap aktivitas belajar IPA siswa kelas IV SDN Lowokwaru 3 Malang. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan dengan uji t diketahui bahwa t hitung (5,483) ≥ t tabel (-1,67), dan nilai probabilitas sebesar (0,000) ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Kata Kunci: pembelajaran kooperatif, two stay two stray, aktivitas belajar IPA

Abstract

This research aimed to describe effect of cooperative learning model type two stay two stray (TSTS) students science activity class IV SDN Lowokwaru 3 Malang. This research uses a quantitative approach and the kind of true experimental research. Research instruments such as observation sheet and lesson plan (RPP). The research sample consisted of students IVB class with 31 students and students IVC class with 31 students.

Retrieving data using observation and documentation. The research data analysis are using descriptive and inferential statistical analysis. Descriptive statistical analysis showed that the average score of student learning activities in experimental class at 81,13 is higher than the average score of student activity in control class that is equal to 57,87. Science learning activities of students in the experimental class in the high category amounted to 32,26%

and in the category of 67,74%. Science learning activities of students in the control class in the high category amounted to 6,452%, in the category of 64,52%, and in the low category of 29,03%. Inferential statistical analysis result showed that there were significant effect of

(2)

Malang, 26 Maret 2016

1140

cooperative learning model type two stay two stray (TSTS) student science learning activity class IV SDN Lowokwaru 3 Malang. On the results of the data analysis was performed by t test known t count (5,483) ≥ t table (-1,67), and a probability value of (0,000) ≤ 0,05 then Ho is rejected and Ha accepted.

Key words: cooperative learning, two stay two stray, science learning activit

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU R.I. No. 20 Th. 2003 tentang Sisdiknas, BAB I Pasal 1 Ayat 1). Pada dasarnya pendidikan merupakan proses interaksi antara pendidik dan anak didik dalam upaya membantu anak didik mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Inti dari pendidikan adalah interaksi yang baik didasari oleh kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan para siswanya, baik secara lisan, tertulis, menggunakan media pendidikan, maupun aktivitas kelompok. Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Th. 2003 tentang Sisdiknas, BAB II Pasal 3).

Dalam setiap aktivitas pendidikan, belajar dan pembelajaran merupakan istilah yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2009: 68), sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan atau merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran (Majid, 2013: 5), termasuk melalui pembelajaran tematik.

Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran (Majid, 2014: 80). Mata pelajaran yang saling dikaitkan antara lain IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, SBdP, dan PJOK.

Salah satu muatan mata pelajaran yang penting dan membutuhkan hafalan serta pembuktian secara kongkrit dalam kehidupan nyata di sekolah dasar adalah IPA (Tykha, 2015: 6).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah (Wahyana, dalam Trianto, 2007: 18). Pada pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung dan melalui pengembang sejumlah keterampilan dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar.

Pada studi pendahuluan, peneliti melakukan wawancara dan observasi pada tanggal 12 November 2015 di SDN Lowokwaru 3 Malang. Adapun hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru kelas IV SDN Lowokwaru 3 Malang diperoleh informasi, bahwa nilai rata-rata siswa lebih banyak diatas KKM (Kriteria Kelulusan Minimal) yang

(3)

Malang, 26 Maret 2016

1141

telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Guru belum mengerti dengan model pembelajaran yang digunakan, sehingga guru hanya menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan sebagai berikut: 1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa, 2) guru menyiapkan peserta didik untuk belajar dengan membentuk kelompok, 3) guru memberikan materi kepada peserta didik, 4) guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan dengan dibimbing, 4) guru melakukan tanya jawab kepada siswa berdasarkan latihan yang telah dikerjakan, 6) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dirumah.

Hasil observasi yang dilakukan peneliti pada pengamatan pelaksanaan proses belajar mengajar tematik yang memuat materi IPA di kelas IV SDN Lowokwaru 3 Malang diketahui, bahwa 1) siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan, 2) respon siswa kurang terhadap pembelajaran, 3) ada siswa yang melamun ketika guru menerangkan, 4) siswa mengobrol diluar materi, 5) siswa asyik bercanda dengan teman sebangku, 6) pembelajaran banyak didominasi oleh guru dan siswa yang pandai saja, siswa yang kemampuannya rendah cenderung bersifat pasif, 7) kegiatan kelompok belum menunjukkan pembelajaran kooperatif, tujuan dari kerja kelompok hanya menyelesaikan tugas, 8) siswa belum dilatih untuk bekerjasama, berkomunikasi, menghargai pendapat, dan 9) interaksi pembelajaran hanya satu arah, yaitu antara guru dengan siswa, sedangkan interaksi antar siswa belum terlihat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV dan observasi diketahui bahwa kemampuan kognitif siswa kelas IV di SDN Lowokwaru 3 Malang dapat dikatakan baik, namun dari sisi aktivitas belajar siswa masih tergolong rendah yang dapat dilihat dari kurangnya perhatian siswa terhadap penyampaian materi, siswa mengobrol diluar materi, pembelajaran banyak didominasi oleh guru dan siswa yang pandai saja, siswa yang kemampuannya kurang cenderung bersifat pasif, serta kegiatan kelompok yang dilaksanakan belum menunjukkan pembelajaran kooperatif.

Melihat fenomena kurangnya aktivitas belajar siswa saat pembelajaran, maka perlu ditetapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran peserta didik secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS), dalam bahasa Indonesia yang berarti dua tinggal dua tamu. Struktur pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray yaitu dalam satu kelompok terdiri dari empat siswa yang nantinya dua siswa bertugas sebagai pemberi informasi bagi tamunya dan dua siswa lagi bertamu kekelompok lain secara terpisah.

Pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray sesuai digunakan pada pembelajaran IPA, karena dengan menggunakan model pembelajaran ini menempatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Sehingga siswa dapat saling bekerjasama, saling berdiskusi, selain itu siswa juga dilatih untuk berkomunikasi dan menghargai pendapat orang lain, siswa akan terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam belajar. Kondisi demikian merupakan kondisi ideal dalam pembelajaran IPA khususnya di sekolah dasar.

Penelitian terdahulu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dalam mata pelajaran IPA menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan

(4)

Malang, 26 Maret 2016

1142

secara signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe two stay two stray dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Hal ini mengandung arti bahwa siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang diajar menggunakan model konvensional.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ―Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Terhadap Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Lowokwaru 3 Malang‖.

Berdasarkan permasalahan tersebut yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu ―Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) terhadap aktivitas belajar IPA siswa kelas IV SDN Lowokwaru 3 Malang?‖.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu ―Untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) terhadap aktivitas belajar IPA siswa kelas IV SDN Lowokwaru 3 Malang‖.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian true experimental (ekperimen sesungguhnya).

Penelitian ini dilakukan di SDN Lowokwaru 3 Malang pada bulan Januari 2016.

Pada penelitian ekperimen murni ini yang menjadi variabel bebas (variabel independen) yaitu model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray yang akan diterapkan pada kelompok eksperimen dan variabel terikat (variabel dependen) yaitu aktivitas belajar IPA yang akan diterapkan dalam kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

Desain penelitian ini menggunakan posttest-only control group design yang ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Desain posttest-only control group design Grup Variabel

Terikat

Postes Eksperimen

Kontrol

X

Y2 Y2 (Sumber: Sukardi, 2013: 185) Keterangan:

X = perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN Lowokwaru 3 Malang yang memiliki kelas paralel yaitu IVA, IVB, dan IVC. Sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi penelitian yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive random sampling dengan mengambil dua kelas yang memiliki kemampuan yang setara.

Kelas yang terpilih sebagai sampel yaitu kelas IVB dengan jumlah 31 siswa sebagai kelas eksperimen yang mendapat perlakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan kelas IVC dengan jumlah 31 siswa sebagai kelas kontrol yang tidak mendapat perlakuan.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi. Instrumen penelitian berupa lembar observasi dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

(5)

Malang, 26 Maret 2016

1143

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data dengan statistika deskriptif dan statistika inferensial. Analisis data aktivitas belajar IPA dengan statistika deskriptif menggunakan analisis frekuensi dan analisis data dengan statistika inferensial dilakukan pengujian hipotesis menggunakan statistik uji-t (Independent Sample T Test).

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Aktivitas Belajar IPA Siswa

Rerata dan standar deviasi aktivitas belajar IPA baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Aktivitas belajar IPA siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dikategorikan sebagaimana ditunjukkan dalam grafik pada gambar 4.1 berikut:

: Kelas eksperimen : Kelas kontrol Gambar 4.1

Pengkategorian Persentase Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan hasil deskripsi di atas dapat dilihat bahwa aktivitas belajar IPA siswa dikelas eksperimen berada pada kategori tinggi sampai sedang dan kelas kontrol berada pada kategori tinggi sampai rendah.

B. Analisis Inferensial Aktivitas Belajar IPA Siswa

Analisa data yang dilakukan adalah menguji distribusi data yaitu uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov, kemudian menggunakan uji-t tidak berpasangan (Independent Sample T-Test).

Adapun uji yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Data

Nilai signifikan hasil pengujian yang lebih besar dari alpha sebesar 5%

menunjukkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data aktivitas belajar IPA siswa dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.1 Rerata dan Standar Deviasi Aktivitas Belajar IPA Siswa Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas N Mea n

Std.

Deviati on

Std.

Err or Me an Skor

_Tot al_A ktivi tas_

Bela jar

Eksperi

men 31 81,1

3 14,665 2,6 34

Kontrol 31 57,8

7 18,514 3,3 25

(6)

Malang, 26 Maret 2016

1144 Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar IPA

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dinyatakan bahwa nilai signifikan lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa penyebaran data berdistribusi normal atau dapat dikatakan bahwa asumsi normalitas terpenuhi.

2. Uji Hipotesis

Pada uji Independent Sample T-Test ini terdapat dua tahapan analisis, yaitu levene test dan t-test.

1) Levene Test

Berdasarkan perbandingan F hitung dengan F tabel, varians kedua populasi dikatakan sama apabila Fhitung berada diantara nilai –F tabel dan +F tabel. Hasil uji menunjukkan F hitung (0,119) ≤ F tabel (5,29), yang artinya F hitung berada diantara –F tabel dan +F tabel maka varians kedua populasi dikatakan sama (identik).

Berdasarkan nilai probabilitas (sig.), varians kedua populasi dikatakan sama apabila nilai probabilitas (sig.) ≥ 0,05. Hasil uji menunjukkan nilai probabilitas (sig.) sebesar 0,731 yang artinya nilai probabilitas (sig.) ≥ 0,05 maka varians kedua populasi dikatakan sama (identik).

2) T-test

Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel, Ha diterima jika thitung tidak berada diantara nilai –t tabel dan +t tabel. Hasil uji menunjukkan t hitung (5,483) ≥ t tabel (-1,67), yang artinya Ha diterima, maka terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray terhadap aktivitas belajar IPA siswa kelas IV SDN Lowokwaru 3 Malang.

Berdasarkan nilai probabilitas (sig.), Ha diterima jika nilai probabilitas (sig.) ≤ 0,05. Hasil uji menunjukkan nilai probabilitas (sig.) sebesar (0,000) ≤ 0,05 maka Ha diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray terhadap aktivitas belajar IPA siswa kelas IV SDN Lowokwaru 3 Malang.

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis deskriptif yang telah disajikan sebelumnya, diperoleh bahwa skor rata-rata aktivitas belajar siswa di kelas eksperimen berada pada kategori tinggi sampai sedang, sedangkan skor rata-rata aktivitas belajar siswa di kelas kontrol berada pada kategori tinggi sampai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray mampu memberikan aktivitas yang lebih tinggi dibanding pembelajaran yang tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray.

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS memberikan aktivitas yang maksimal dibanding model pembelajaran konvensional (tanpa menggunakan model pembelajaran

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig.

Skor_Total_Aktivitas_ Belajar ,091 62 ,200*

(7)

Malang, 26 Maret 2016

1145

kooperatif tipe TSTS). Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Menempatkan para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Aktivitas belajar dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai, menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, dan rasa percaya diri siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Selvianti, dkk (2015) menerangkan bahwa siswa lebih mandiri dan bertanggung jawab bersama kelompoknya masing-masing, serta keaktifan kelas yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS yng lebih tinggi dibanding kelas yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.

Analisis inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian, tetapi sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian kenormalan data. Berdasarkan uji kenormalan data, data 2 kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) berdistribusi dengan normal. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis yang memberikan hasil Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray terhadap aktivitas belajar IPA siswa kelas IV SDN Lowokwaru 3 Malang. Sehingga, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat dikatakan lebih bagus dibanding model pembelajaran konvensional dan mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Karena belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi, tetapi belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Sanjaya, 2013: 132).

Pada saat proses pembelajaran, dalam Two Stay Two Stray (TSTS) terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, mendorong siswa untuk saling bekerjasama dalam kelompok dan membagikan hasil kerja atau informasi kepada kelompok lain, serta dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran ini siswa pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa (Huda, 2014: 207).

Model pembelajaran TSTS memiliki kelebihan tidak hanya membuat siswa lebih aktif, tetapi juga membuat siswa berani mengungkapkan pendapatnya, menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa, serta menambah minat belajar siswa (Shoimin, 2014: 225). Penggunaan model pembelajaran TSTS juga memiliki kelebihan menurut Fatirul (dalam Prayitno, 2012: 22) yaitu siswa tidak hanya bekerjasama dengan anggota kelompok, tetapi bisa juga bekerjasama dengan kelompok lain sehingga terciptanya keakraban sesama teman dalam satu kelas. Menurut Lie (2004) siswa dapat bermain peran yaitu sebagai tuan rumah dan tamu yang bisa dilakukan secara bergantian disetiap kelompok, kecendrungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, serta lebih menekankan keterampilan bertanya dan menjawab.

Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) mempunyai pengaruh yang signifikan atau positif dalam proses pembelajaran yang diterapkan di kelas IVB SDN Lowokwaru 3 Malang pada Tema 6 Indahnya Negeriku Subtema 1 Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan Pembelajaran 1 yang difokuskan pada

(8)

Malang, 26 Maret 2016

1146

materi hewan langka dan tidak langka. Hal ini dapat dilihat dari uji hipotesis melalui uji Independent Sample T-Test yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas belajar siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas IVB dan IVC SDN Lowokwaru 3 Malang, diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata skor aktivitas belajar siswa kelas eksperimen sebesar 81,13 lebih tinggi dibanding rata-rata skor aktivitas belajar siswa kelas kontrol yaitu sebesar 57,87.

Aktivitas belajar IPA siswa di kelas eksperimen (IVB) SDN Lowokwaru 3 Malang berada pada kategori tinggi sampai sedang, dan aktivitas belajar IPA siswa di kelas kontrol (IVC) SDN Lowokwaru 3 Malang berada pada kategori tinggi sampai rendah. Aktivitas belajar IPA siswa di kelas eksperimen pada kategori tinggi sebesar 32,26% dan pada kategori sedang sebesar 67,74%. Aktivitas belajar IPA siswa di kelas kontrol pada kategori tinggi sebesar 6,452%, kategori sedang sebesar 64,52%, dan pada kategori rendah sebesar 29,03%.

Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) terhadap aktivitas belajar IPA siswa kelas IV SDN Lowokwaru 3 Malang. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan dengan uji t diketahui bahwa t hitung (5,483) ≥ t tabel (-1,67), dan nilai probabilitas sebesar (0,000) ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat diajukan sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Guru diharapkan agar menerapkan model pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran di kelas, agar pembelajaran yang dilakukan efektif, kondusif, dan kreatif.

Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat menjadi salah satu pilihan untuk dapat diterapkan ketika pembelajaran.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya, untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray hendaknya mempertimbangkan materi yang sesuai dengan pembelajaran ini, dan bisa dikembangkan dengan memadukan model pembelajaran yang lain sehingga bisa diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR RUJUKAN

Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(9)

Malang, 26 Maret 2016

1147

Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Prayitno, Andi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Kartu Bergambar Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Biologi pada Siswa Kelas VIII MTS Muhammadiyah 1 Malang.

Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FKIP UMM.

Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana.

Sukardi. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Selvianti, dkk. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XIIA SMAN 1 Lilirilau. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika, 11 (1): 22-33.

Sundayana, Rostina. 2015. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu: dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Tykha, Suci R. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V MIN Mergayu Bandung Tulungagung. Skripsi tidak diterbitkan. Tulungagung: FTIK IAIN Tulungagung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2012. Bandung: Citra Umbara

Referensi

Dokumen terkait

4 Pada tabel 2 di atas, terlihat bahwa hanya rasio keuangan NPM saja yang berpengaruh terhadap pendapatan bersih perusahaan PT BCA Tbk dengan nilai koefisien NPM sebesar 0.255

Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa biaya produksi footis per tube-nya adalah sebesar Rp 17.243,00 biaya produksi tersebut didapat dari jumlah total biaya

Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan selulitis. Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi

The negative sentiment derives from Gary Cohn resigning as the economic advisor of Trump’s administration due to the jitters of import tariff policy.. From domestic outlook,

Koch (2005) juga mendefinisikan SCM sebagai suatu pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan supplier, manufaktur, gudang, dan toko secara efisien, sehingga barang

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

Untuk membuat catatan dalam rangka membaca cermat, penulis menambahkan lagi lima tips penting yang dimulai dari memahami proses, memahami ilustrasi, menulis catatan di kartu