• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Pendahuluan

Hasil penelitian ini berupa modul termokimia berbasis guided discovery unuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada tiga sekolah yaitu SMA Negeri 7 Pontianak, SMA Negeri 8 Pontianak, dan SMA Negeri 9 Pontianak.

Penelitian dan pengembangan ini menggunakan model Borg and Gall yang dilakukan dalam sembilan tahapan dari sepuluh tahap. Tahap ke sepuluh (diseminasi) tidak dilakukan karena disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan tujuan penelitian yaitu sampai pada tahap mengetahui keefektifan modul saja.

1. Studi Literatur

Studi literatur dibatasi pada permasalahan di sekolah, yang diperoleh dari hasil wawancara kepada responden yaitu guru kimia dan hasil observasi kegiatan belajar. Studi literatur ini berkaitan dengan berpikir kritis, pembelajaran guided discovery, dan penggunaan modul. Studi literatur secara rinci telah dijabarkan di Bab 2, adapun rangkuman hasil studi literatur ditampilkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Studi Literatur Permasalahan di Sekolah

Permasalahan Studi Literatur

Kemampuan berpikir kritis siswa yang masih

tergolong rendah

Berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pembelajaran guided discovery, guru membantu siswa untuk membangun pengetahuan melalui penyelidikan atau penemuan dan ikut beperan aktif dalam proses konstruksi pengetahuan siswa (Van Hong, Thi Thuy An & Viet Minh Triet, 2017).

Menurut Nwagbo guided discovery dikembangkan berdasarkan pembelajaran konstruktivis dengan cara membangun konsep pengetahuan melalui proses berpikir (Akinbobola & Afolabi, 2010).

Discovery learning merupakan salah satu pembelajaran student centered yang melatih siswa untuk mengatur dirinya sendiri dalam menemukan hasil akhir dari yang mereka pelajari melalui penyelidikan ilmiah (Suendarti, 2017).

55

commit to user commit to user

(2)

Belum terdapat bahan ajar berbasis guided discovery yang dapat dijadikan pedoman guru dan siswa saat melakukan pembelajaran guided discovery

Hasil penelitian Perdana, et al. (2017) menunjukkan modul dapat meningkatkan berpikir kritis dan kognitif siswa, setelah menggunakan modul kemampuan berpikir kritis siswa semakin meningkat dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga yaitu 81,30%, 86,72%, dan 88,80%.

Hasil yang sama yaitu lebih dari 75% siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang diberikan setelah belajar menggunakan modul (Nuswowati & Purwanti, 2018).

Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan siswa agar mudah dipahami, sehingga siswa dapat menggunakannya secara mandiri (Fajarini et al., 2016).

Modul juga berfungsi membantu guru untuk menyampaikan informasi dalam proses pembelajaran (Ariefiani, Kustono, & Pathmantara, 2016).

Secara umum, hasil studi literatur pada Tabel 4.1 memperkuat bahwa penggunaan modul dapat dijadikan solusi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan menjadi panduan dalam pembelajaran guided discovery.

Proses belajar yang didukung oleh bahan ajar yang sesuai menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Keberhasilan guided discovery dalam meningkatkan berpikir kritis siswa dan keefektifan modul sebagai bahan ajar yang dapat mendukung pembelajaran, merupakan dasar untuk dilakukannya pengembangan modul.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan diperoleh melalui observasi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, wawancara terhadap guru pelajaran kimia beserta siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas XI, penyebaran angket kebutuhan guru dan siswa, serta analisis bahan ajar yang digunakan oleh siswa. Berikut adalah penjelasan secara rinci berkaitan dengan studi lapangan:

a. Hasil Observasi

Observasi dilakukan di tiga sekolah yaitu SMA Negeri 7 Pontianak, SMA Negeri 8 Pontianak, dan SMA Negeri 9 Pontianak. Hasil observasi commit to user commit to user

(3)

menunjukkan proses pembelajaran cenderung berpusat kepada guru. Hasil observasi menunjukkan guru memberikan pertanyaan/soal berkaitan dengan materi yang akan dipelajari pada kegiatan awal pembelajaran, siswa diberikan waktu 10 menit untuk menyelesaikannya. Selanjutnya guru menjelaskan materi dan memberikan tugas individu kepada siswa yang dikerjakan secara berkelompok. Siswa yang telah selesai mengerjakan diminta maju kedepan kelas menuliskan jawaban soal di papan tulis. Guru selanjutnya membahas jawaban tersebut dan meminta setiap siswa mengoreksi jawaban mereka.

Hasil observasi di sekolah berikutnya menunjukkan guru memberikan stimulasi berupa analogi untuk memudahkan siswa menyerap materi yang disampaikan. Guru menjelaskan materi menggunakan power point, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila belum mengerti. Siswa selanjutnya diminta untuk berdiskusi mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.

Hasil observasi pada saat praktikum menunjukkan siswa diberikan buku penuntun praktikum yang memuat informasi berupa judul percobaan, tujuan percobaan, teori singkat, alat, bahan, prosedur kerja, hasil pengamatan, pertanyaan, dan kesimpulan. Komponen pada buku penuntun sudah lengkap, namun pada prosedur kerja dipaparkan secara jelas mengenai langkah- langkah percobaan, sehingga siswa dengan mudah langsung melaksanakan percobaan tanpa perlu berpikir untuk merancang sendiri langkah percobaan yang akan dilakukan. Guru mengarahkan siswa dan menjelaskan hal yang terkait dengan percobaan seperti yang terdapat di dalam buku penuntun terlebih dahulu. Praktikum dilaksanakan secara berkelompok dan terdapat beberapa kelompok mempresentasikan hasil kesimpulan dari percobaan yang mereka lakukan. Guru mengoreksi apabila siswa keliru menuliskan hasil pengamatan, menjawab pertanyaan atau menyimpulkan. Praktikum dilaksanakan setelah siswa mendapatkan penjelasan materi oleh guru, sehingga pada saat praktikum lebih kepada membuktikan teori yang telah mereka pelajari di dalam kelas. Berdasarkan hasil observasi, kelengkapan alat dan bahan praktikum di setiap sekolah sudah memadai, namun terdapat commit to user commit to user

(4)

beberapa alat dan bahan yang kondisinya sudah tidak baik. Berbeda dengan kelengkapan keamanan saat praktikum yang masih kurang memadai, seperti jumlah jas lab yang tidak sesuai dengan jumlah siswa dan tidak tersedianya sarung tangan.

b. Hasil Wawancara Guru

Hasil wawancara menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru, hasil analisis RPP disajikan pada Lampiran 30 dan keterlaksanaan RPP terdapat pada Lampiran 31. Guru lebih sering melaksanakan pembelajaran teacher centered dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan praktikum. Guru juga pernah menyampaikan materi menggunakan power point untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Materi kimia yang membutuhkan pemahaman konsep dan perhitungan menyebabkan siswa terkadang cepat lupa dengan yang telah mereka pelajari, seperti materi termokimia. Ketuntasan siswa pada materi ini masih rendah, dimana pada setiap ulangan harian hanya beberapa siswa yang tuntas. Hal tersebut dibuktikan melalui daya serap siswa pada materi termokimia berdasarkan hasil ujian nasional menggunakan aplikasi PAMER UN seperti pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Daya Serap Siswa pada Materi Termokimia Tahun 2017

Indikator Daya Serap Siswa (%)

SMA N 7 SMA N 8 SMA N 9 Diberikan beberapa (5) peristiwa

dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita, peserta didik dapat memilih 2 peristiwa yang tergolong eksoterm/endoterm

29,17 15,63 25

Peserta didik menghitung besarnya

∆H berdasarkan data energi ikat, jika persamaan reaksi dan parameter lainnya diketahui

50 25 25

commit to user commit to user

(5)

Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa kekurangan siswa tidak hanya pada soal yang berkaitan dengan konsep yaitu aplikasi termokimia, tetapi juga pada soal perhitungan. Guru pernah melakukan pembelajaran student centered yaitu discovery learning dengan menggunakan buku paket ataupun LKS untuk mengatasi hal tersebut. Buku ajar digunakan sebagai pedoman dalam belajar, namun keterbatasan buku ajar yang digunakan oleh siswa menjadikan pembelajaran discovery kurang maksimal. Buku paket yang digunakan berisi banyak pemaparan materi dan soal, dan belum bisa digunakan sebagai panduan pembelajaran discovery. Mengatasi keterbatasan buku ajar yang digunakan tersebut, guru memerlukan ada dilakukannya penyusunan buku ajar yang mampu memaksimalkan pembelajaran guided discovery, dapat memunculkan rasa ingin tahu siswa, mengajak siswa aktif, dan dilengkapi dengan kegiatan praktikum. Hasil wawancara secara detail dapat dilihat pada Lampiran 6.

c. Hasil Analisis Angket Kebutuhan Guru dan Siswa

Hasil analisis angket yang diberikan kepada guru menunjukkan bahwa guru menggunakan buku paket sebagai pedoman mengajar, terdapat pula guru yang menggunakan LKS dan modul yang disusun sendiri oleh guru, namun modul tersebut belum disesuaikan dengan model pembelajaran guided discovery. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran guru memerlukan bahan ajar untuk memudahkan penyampaian materi dan tentunya harus sesuai dengan RPP yang telah disusun oleh guru. Keterbatasan dari buku yang digunakan diantaranya ada beberapa buku yang tidak langsung tertuju pada indikatornya, sehingga guru harus menggunakan beberapa buku saat mengajar. Selain itu, buku yang digunakan lebih cenderung mengarahkan siswa berpikir kritis pada kegiatan praktikum dan latihan soal. Jika dikaitkan dengan tahap pembelajaran guided discovery, tahap yang sering muncul pada buku yaitu tahap stimulasi, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan. Tahap mengolah data dan verifikasi di dalam buku paket yang digunakan masih belum maksimal. commit to user commit to user

(6)

Guru mengatakan modul yang dilengkapi dengan tahapan guided discovery dapat melatih kemampuan berpikir siswa karena siswa harus menemukan sendiri konsep materi. Hal ini menjadikan siswa aktif dan mencari tau informasi yang dibutuhkan untuk menemukan konsep materi tersebut. Modul guided discovery yang dilengkapi dengan kegiatan praktikum menjadikan siswa lebih aktif dan membantu siswa lebih lama mengingat materi karena siswa mengamati secara langsung. Kegiatan praktikum juga dapat menunjang kekurangan pembelajaran termokimia yang dilakukan di kelas. Secara rinci hasil angket guru dapat dilihat pada Lampiran 4.

Hasil angket menunjukkan bahwa siswa menggunakan buku kimia sebagai pedoman untuk belajar dan sumber referensi. Siswa menggunakan lebih dari satu buku kimia untuk tambahan literatur karena buku kimia yang digunakan memiliki keterbatasan/kekurangan. Siswa terkadang merasa sulit belajar dengan buku kimia yang mereka gunakan, karena urutan materinya berbeda dengan yang disampaikan oleh guru. Buku ajar yang digunakan lebih banyak melatih siswa dalam mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, dan menyimpulkan pada kegiatan praktikum saja. Menurut siswa buku yang mereka gunakan belum mengarahkan untuk berpikir kritis, dan dapat diatasi dengan modul yang dilengkapi dengan kegiatan praktikum dan tahap pembelajaran guided discovery. Kegiatan praktikum dapat mengatasi kesulitan siswa pada materi temokimia, karena siswa dapat membuktikan secara langsung rasa ingin tahu dalam dirinya dan mendorong mereka berpikir untuk menemukan kesimpulan dari percobaan yang dilakukan.

Modul yang disusun secara sistematis dapat membantu siswa belajar mandiri memahami materi termokimia. Hasil angket kebutuhan siswa secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 5.

d. Hasil Analisis Bahan Ajar

Hasil analisis bahan ajar berdasarkan sintak model pembelajaran guided discovery dan indikator berpikir kritis. Hasil analisis sintak guided

commit to user commit to user

(7)

discovery pada bahan ajar materi termokimia yang digunakan di sekolah ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Analisis Sintak Guided Discovery pada Bahan Ajar

Bahan Ajar Sintak Guided Discovery yang Terpenuhi (%)

1 2 3 4 5 6

Bahan Ajar 1 33,3 33,3 66,7 33,3 0 33,3 Bahan Ajar 2 22,2 33,3 66,7 33,3 0 44,4

Bahan Ajar 3 0 0 33,3 33,3 0 33,3

Rata-rata 18,5 22,2 55,6 33,3 0 37

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui secara berturut-turut sintak guided discovery yang dianalisis pada buku ajar yaitu stimulasi, identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, verifikasi, dan kesimpulan. Hasil analisis menunjukkan pada buku ajar belum melatih siswa untuk melakukan verifikasi. Tahap yang paling sering dilatihkan adalah mengolah data, sedangkan tahap yang lain masih jarang dilatihkan kepada siswa. Secara lengkap hasil analisis ini dapat dilihat pada Lampiran 7.

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui buku ajar yang digunakan belum melatih berpikir kritis secara maksimal. Terlihat bahwa indikator yang sering dilatihkan kepada siswa adalah eksplanasi, sedangkan indikator yang lain masih kurang. Pada bahan ajar 3 belum bisa mengarahkan siswa untuk melatih indikator interpretasi dan evaluasi. Secara lengkap hasil analisis indikator berpikir kritis dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 4.4. Hasil Analisis Indikator Berpikir Kritis pada Bahan Ajar

Bahan Ajar Indikator Berpikir Kritis (%)

Interpretasi Analisis Evaluasi Inferensi Eksplanasi

Bahan Ajar 1 5,6 22,2 0 33,3 88,9

Bahan Ajar 2 20,4 22,2 33,3 44,4 66,7

Bahan Ajar 3 0 11,1 0 33,3 33,3

Rata-rata 8,7 18,5 11,1 37 63

commit to user commit to user

(8)

B. Pengembangan Produk

Produk yang akan dikembangkan disesuaikan dengan tahapan guided discovery dan indikator berpikir kritis. Penyusunan modul dilakukan berdasarkan tahap berikut:

1. Penyusunan Draf Modul

Penyusunan draf modul berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, diantaranya sebagai berikut:

a. Sub pokok bahasan yang dipilih adalah materi termokimia. Hal ini berdasarkan pertimbangan guru yang diperoleh dari hasil wawancara, dan diperkuat melalui hasil analisis daya serap siswa pada materi tersebut.

Setelah dipilih materi, maka disusunlah indikator pembelajaran yang akan disajikan pada modul yang akan dikembangkan.

b. Tujuan dari penyusunan modul untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa melalui tahap pembelajaran guided discovery. Adapun kegiatan belajar yang terdapat pada modul dilengkapi dengan kegiatan diskusi dan praktikum untuk membimbing siswa menemukan konsep dari materi yang dipelajari.

c. Format dan tampilan modul disusun sistematis dengan penyajian yang menarik. Modul dibuat berwarna dan dilengkapi dengan ilustrasi/gambar untuk memusatkan perhatian siswa. Adapun format modul terdiri dari halaman sampul, halaman francis, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, kegiatan belajar, soal evaluasi, penutup, daftar pustaka, dan glosarium.

d. Dilakukan prosedur pengembangan modul yakni pengembangan draf awal modul, melaksanakan validasi produk, dan melakukan uji coba produk.

2. Pengembangan Produk Awal

Pengembangan produk awal modul disesuaikan dengan rancangan draf produk yang telah dibuat, diantaranya sebagai berikut:

commit to user commit to user

(9)

a. Halaman Sampul

Sampul depan terdiri atas: 1) Judul modul yaitu modul kimia, termokimia, guided discovery; 2) Sasaran/pengguna modul yaitu siswa SMA/MA kelas XI; 3) Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013; 4) Nama penulis modul; 5) Gambar sampul berupa peristiwa pembakaran kayu;

5) Nama instansi yaitu Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret; dan 6) Lambang instansi. Halaman sampul belakang terdiri atas: 1) Judul modul yaitu modul kimia, termokimia, guided discovery; 2) Gambaran secara umum isi modul.

b. Halaman Francis

Halaman ini terdiri atas: 1) Judul modul yaitu modul kimia, termokimia, guided discovery; 2) Sasaran/pengguna modul yaitu siswa SMA/MA kelas XI; 3) Nama penulis; 4) Nama konsultan ahli; 5) Nama validator ahli materi, ahli media, ahli pembelajaran, ahli bahasa, dan praktisi pendidikan; 6) Nama instansi yaitu Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

c. Kata Pengantar

Berkaitan dengan peran modul guided discovery dalam peningkatan berpikir kritis. Terdapat pula informasi penyusunan modul mengacu pada kurikulum 2013 dan disesuaikan dengan prosedur pengembangan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

d. Daftar Isi

Berisi bagian-bagian pendahuluan modul dan kegiatan belajar pada modul.

e. Pendahuluan

Gambaran umum mengenai kegiatan belajar yang terdapat pada modul disertai dengan penjelasan singkat mengenai fungsi dari kegiatan praktikum, fungsi latihan soal, dan fungsi disajikannya materi termokimia. Pada pendahuluan juga dituliskan: 1) Kompetensi inti dan kompetensi dasar materi

termokimia agar siswa mengetahui kompetensi yang harus dicapai;

2) Deskripsi pola keterkaitan antara guided discovery dan berpikir kritis yang commit to user commit to user

(10)

dilengkapi dengan ikon pada setiap sintaks guided discovery; 3) Waktu tatap muka dan jumlah kegiatan belajar; 4) Petunjuk penggunaan modul menjelaskan mengenai cara menggunakan modul; 5) Gambaran umum modul yang memuat cuplikan bagian pada modul yang disertai dengan keterangan; dan 6) Peta konsep yang berisi hubungan antar konsep-konsep yang terdapat pada materi termokimia.

f. Kegiatan Belajar

Pada halaman pertama di setiap kegiatan belajar ditampilkan judul materi, tujuan pembelajaran, dan gambar yang berkaitan dengan materi.

Terdapat lima kegiatan belajar dimana pada setiap kegiatan belajar disajikan pula materi, info kimia, contoh soal, dan soal latihan. Langkah pembelajaran dalam kegiatan belajar ini disusun berdasarkan sintaks guided discovery, pada setiap tahap disajikan dalam bentuk isian singkat yang mengarahkan siswa dalam memahami materi. Pemaparan setiap tahap guided discovery pada modul sebagai berikut: 1) Tahap stimulasi siswa diberikan fenomena/masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari; 2) Tahap mengidentifikasi masalah yaitu siswa merumuskan masalah dan membuat hipotesis sementara;

3) Tahap pengumpulan data, siswa diminta mengumpulkan data dengan merancang percobaan praktikum atau dengan mengamati informasi yang diberikan pada tahap stimulasi; 4) Tahap mengolah data dilakukan dengan menganalisis data yang diperoleh; 5) Tahap verifikasi yaitu siswa diminta memeriksa apakah hipotesis terbukti atau tidak; 6) Tahap menyimpulkan yaitu siswa membuat kesimpulan dari konsep yang ditemukan.

g. Soal Evaluasi

Soal evaluasi berisi soal-soal yang mencakup keseluruhan materi termokimia.

h. Penutup

Berisi harapan setelah siswa melaksanakan pembelajaran menggunakan modul.

commit to user commit to user

(11)

i. Daftar Pustaka

Memuat referensi yang digunakan sebagai rujukan dalam penyusunan modul.

j. Glosarium

Berisi daftar istilah penting yang berkaitan dengan materi termokimia.

3. Hasil Validasi Ahli terhadap Draf Produk

Validasi produk dilakukan untuk mengetahui kelayakan produk dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Validator terdiri dari guru kimia dan dosen yang dipilih sesuai dengan bidang dan keahliannya. Terdapat ahli materi, ahli media, ahli pembelajaran, ahli bahasa, dan praktisi pendidikan. Nama ahli secara rinci adalah seperti pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Daftar Nama Validator

No Nama Validator Ahli Profesi

1. Prof. Dr. Ashadi Pembelajaran Dosen

2. Lusi Eka Purnamasari, S.P., M.Pd. Pembelajaran Guru 3. Dr. Paed. Nurma Yunita

Indriyanti, M.Si

Materi Dosen

4. Dr. Rachmat Sahputra, M.Si. Materi Dosen

5. Dr. Hairida, M.Pd Media Dosen

6. Try Hariadi, M.Pd. Bahasa Dosen

7. Yanthi Chalimawati, S.Pd. Praktisi pendidikan Guru 8. Hatopik, S.Pd. Praktisi pendidikan Guru 9. Sui Kiun, S.Hut., M.M. Praktisi pendidikan Guru 10. Ummi Yuni Isnita, S.Hut. Praktisi pendidikan Guru 11. Erna Yufrina, S.Hut. Praktisi pendidikan Guru 12. Florentina Dwi Astuti, M.Pd. Teman Sejawat Guru

Dalam penelitian ini ahli materi adalah dosen kimia yang paham mengenai materi kimia, ahli media adalah dosen yang paham mengenai media pembelajaran khususnya modul, ahli pembelajaran adalah dosen yang paham mengenai model dan metode pembelajaran, ahli bahasa adalah dosen bahasa indonesia, dan praktisi pendidikan adalah guru kimia sekolah menengah atas. commit to user commit to user

(12)

Modul dan instrumen yang dikembangkan terlebih dahulu diperbaiki berdasarkan saran dari validator, dan selanjutnya dinilai oleh validator. Saran dari validator terhadap modul disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Saran Validator terhadap Modul

No Saran Validator Revisi

1. Validator ahli materi

 Besar huruf, penempatan halaman, dan kaidah bahasa perlu disempurnakan

 Ukuran font judul, pemilihan penggunaan kata, dan

penempatan halaman sudah diperbaiki

 Gambar perlu diserasikan lagi, gambar senter pada kegiatan belajar 1 tidak perlu karena kurang serasi

 Gambar senter sudah dihapus

 Tambahkan referensi pada gambar yang disajikan

 Sumber gambar sudah dicantumkan

 Dalam menyimpulkan belum terintegrasi pemahaman

 Pertanyaan yang disajikan pada tahap menyimpulkan sudah diperbaiki, dan telah dikaitkan dengan

permasalahan yang diberikan pada tahap stimulasi

 Tambahkan kunci jawaban pada modul

 Kunci jawaban sudah ditambahkan

2. Validator ahli media

 Gambar api dan sabun kurang sesuai dengan isi pertanyaan, seharusnya ada gambar orang di dekat api dan gambar orang memegang detergen

 Gambar sudah diperbaiki sesuai dengan pertanyaan

commit to user commit to user

(13)

 Sebaiknya ada contoh pada tahap hipotesis

 Hipotesis sudah diperbaiki

 Sebaiknya ada panduan untuk langkah-langkah guided discovery secara komunikatif

 Panduan langkah guided discovery sudah diperbaiki

3. Validator ahli pembelajaran

 Ukuran font judul diperbesar  Ukuran font pada judul sudah diperbaiki, dari font 12 menjadi font 14

 Gambar ilustrasi diperjelas  Gambar sudah diperbaiki

 Warna dasar cover modul dan warna judul diganti dengan yang lebih kontras (halaman depan dan halaman belakang modul)

 Warna dasar cover modul dan warna judul sudah diperbaiki Tabel 4.6 (lanjutan)

commit to user commit to user

(14)

4. Validator ahli bahasa

 Terdapat beberapa kata yang belum baku dan kalimat yang berbelit-belit, kalimat lebih disederhanakan lagi

 Kalimat sudah diperbaiki menjadi lebih sederhana

 Pertanyaan yang ditujukan kepada pembaca sebaiknya disusun lebih jelas

 Pertanyaan sudah diperbaiki

 Penggunaan kalimat yang bersifat ajakan ataupun arahan disusun menggunakan kalimat yang komunikatif dan interaktif

 Kalimat sudah diperbaiki menjadi lebih komunikatif dan interaktif

 Konsisten penggunaan kata anda atau kalian

 Kata kalian sudah diperbaiki menjadi anda

5. Validator praktisi pendidikan

 Tambahkan info kimia yang berkaitan dengan termokimia

 Sudah ditambahkan info kimia pada modul

commit to user commit to user

(15)

 Tambahkan kunci jawaban soal pada modul

 Kunci jawaban sudah ditambahkan

 Terdapat penulisan tujuan pembelajaran yang belum utuh pada kegiatan belajar 4

 Penulisan tujuan pembelajaran sudah diperbaiki

 Tambahkan lagi soal evaluasi pada modul

 Soal evaluasi sudah ditambah

 Untuk rumus penting pada uraian materi diperjelas dengan diberi kotak, bold, atau dengan cara lain

 Sudah diperbaiki sesuai saran

 Sebaiknya petunjuk penggunaan modul

dilengkapi dengan penjelasan guided discovery, tidak hanya penjelasan umum

 Petunjuk penggunaan modul sudah dilengkapi dengan penjelasan guided discovery

6. Validator teman sejawat

 Kesalahan pengetikan pada beberapa kata

 Kesalahan pengetikan sudah diperbaiki

 Gunakan kualitas gambar dengan piksel yang baik, agar gambar lebih jelas saat dicetak

 Kualitas gambar sudah diperbaiki

Berdasarkan Tabel 4.6, keseluruhan saran dari validator telah diperbaiki, sehingga bisa dilakukan validasi terhadap modul. Validasi modul dilakukan untuk mengetahui kelayakan modul yang telah disusun oleh peneliti. Modul dikatakan layak apabila sudah sesuai dengan standar penilaian buku teks pelajaran. Hasil perhitungan validasi modul oleh para ahli dalam bentuk indeks validasi Aiken ditampilkan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Validasi Aiken pada Modul

No Aspek Indeks Validitas Hitung

Indeks Validitas

Aiken Keterangan

1. Isi 0,69 0,87 Valid

2. Penyajian 0,69 0,88 Valid

3. Bahasa 0,69 0,85 Valid

4. Kegrafikan 0,69 0,90 Valid

Rata-rata 0,88 Valid

Tabel 4.6 (lanjutan)

commit to user commit to user

(16)

Berdasarkan perhitungan rumus Aiken diperoleh hasil perhitungan untuk setiap aspek lebih besar dari 0,69 dan modul dinyatakan valid. Selain modul, penelitian ini juga menggunakan instrumen pembelajaran, diantaranya instrumen tes kemampuan berpikir kritis, instrumen penilaian sikap dan keterampilan, serta RPP materi termokimia. Hasil validasi instrumen pembelajaran disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Indeks Validasi Aiken

No Instrumen

Indeks Validitas

Hitung

Indeks Validitas

Aiken

Keterangan

1. RPP 0,90 0,69 Valid

2. Instrumen tes 0,86 0,73 Valid

3. Instrumen sikap 0,88 0,69 Valid

4. Instrumen keterampilan 0,83 0,69 Valid

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui hasil untuk keseluruhan instrumen pembelajaran indeks validitas hitung lebih besar dari indeks validitas Aiken sehingga instrumen dinyatakan layak digunakan.

C. Pengujian Produk

Pengujian produk dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu uji skala terbatas, uji skala menengah, dan uji skala luas. Uji coba skala terbatas dan skala menengah untuk mengetahui keterbacaan modul, sedangkan uji skala luas untuk mengetahui efektifitas modul. Instrumen pengujian produk terdiri dari 12 pernyataan yang terbagi menjadi 4 aspek, yaitu aspek isi, aspek bahasa, aspek penyajian, dan aspek kegrafikan. Aspek tersebut disesuaikan dengan aspek yang terdapat dalam penilaian buku teks BSNP tahun 2014 seperti pada Lampiran 21.

1. Uji Skala Terbatas

Uji skala terbatas diperoleh melalui hasil penilaian siswa dan guru terhadap modul yang dikembangkan. Hasil perhitungan untuk uji skala terbatas oleh guru dan siswa disajikan pada Tabel 4.9. Pada uji coba skala

commit to user commit to user

(17)

terbatas terdapat saran dari siswa dan guru yang pada Tabel 4.10 dan Tabel 4.11.

Tabel 4.9. Hasil Penilaian Uji Coba Modul Skala Terbatas

Aspek Guru Siswa

Persentase (%) Keterangan Persentase (%) Keterangan

Isi 72 Baik 75 Baik

Bahasa 75 Baik 72 Baik

Penyajian 75 Baik 73 Baik

Kegrafikan 72 Baik 75 Baik

Rata-rata 74 Baik 74 Baik

Tabel 4.10. Saran Guru pada Uji Skala Terbatas

No Saran Guru Revisi

1. Tambahkan contoh soal Contoh soal sudah ditambah pada setiap kegiatan belajar 2. Munculkan kata kerja kelompok

dalam kegiatan diskusi/praktikum

Sudah ditambahkan kata kerja kelompok

3. Tambahkan informasi mengenai tata tertib saat praktikum

Tata tertib praktikum sudah ditambahkan

Tabel 4.11. Saran Siswa pada Uji Skala Terbatas

No Saran Siswa Revisi

1. Kolom jawaban diperbesar Kolom jawaban sudah diperbaiki

2. Pola keterkaitan stimulasi belum jelas

Deskripsi stimulasi sudah diperbaiki

3. Pengertian indikator berpikir kritis pada modul tidak ada penjelasannya

Deskripsi indikator berpikir kritis sudah ditambahkan 4. Kurang paham maksud pertanyaan Pertanyaan sudah diperbaiki 5. Gambar pada materi kurang besar Ukuran gambar sudah

diperbaiki

Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui hasil penilaian guru dan siswa terhadap masing-masing aspek yaitu diatas 70 persen yang menunjukkan kategori baik. Berdasarkan Tabel 4.10 dan Tabel 4.11, saran yang diberikan commit to user commit to user

(18)

guru dan siswa menandakan perlu adanya perbaikan pada setiap aspek modul.

Setelah modul diperbaiki maka dapat dilanjutkan ke tahap uji coba selanjutnya.

2. Uji Skala Menengah

Uji skala menengah secara teknis sama dengan uji skala terbatas, hanya saja jumlah guru dan siswa yang memberikan penilaian lebih banyak.

Hasil perhitungan untuk uji skala menengah oleh guru dan siswa disajikan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Hasil Penilaian Uji Coba Modul Skala Menengah

Aspek

Guru Siswa

Persentase (%)

Keterangan Persentase (%)

Keterangan

Isi 82 Sangat baik 78 Sangat baik

Bahasa 83 Sangat baik 81 Sangat baik

Penyajian 78 Sangat baik 80 Sangat baik

Kegrafikan 83 Sangat baik 82 Sangat baik

Rata-rata 82 Sangat baik 80 Sangat baik

Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui sebagian besar hasil penilaian guru dan siswa yaitu diatas 80 persen yang menunjukkan kategori sangat baik.

Pada uji coba skala menengah terdapat saran dari siswa dan guru yang disajikan pada Tabel 4.13 dan Tabel 4.14.

Tabel 4.13. Saran Guru pada Uji Skala Menengah

No Saran Guru Revisi

1. Ikon tahap menyimpulkan diganti

Ikon sudah diganti 2. Tambahkan alokasi waktu pada

setiap tahapan guided discovery

Alokasi waktu sudah ditambahkan

3. Perbanyak kombinasi warna Kombinasi warna sudah ditambah pada setiap tahap guided discovery dan rumus atau kalimat penting 4. Gambar ilustrasi ditambah commit to user commit to user Gambar ilustrasi sudah ditambah

(19)

Tabel 4.14. Saran Siswa pada Uji Skala Menengah

No Saran Siswa Revisi

1. Urutan nomor ada yang salah Sudah diperbaiki 2. Kotak diagram untuk menulis

reaksi terlalu kecil

Diagram sudah diperbaiki

3. Keterangan gambar

kalorimeter kurang jelas

Keterangan sudah diperbaiki 4. Tidak ada kolom untuk

menuliskan nama dan kelas

Kolom nama dan kelas sudah ditambah

Berdasarkan saran yang diberikan guru dan siswa menunjukkan bahwa masih perlu dilakukan perbaikan pada aspek penyajian dan aspek kegrafikan. Setelah modul diperbaiki maka dapat dilanjutkan ke tahap uji coba selanjutnya. Pada uji coba menengah juga dilakukan uji coba soal kepada siswa untuk mengetahui tingkat reliabilitas dan tingkat kesukaran dari soal.

a. Reliabilitas Soal

Hasil uji coba soal diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,85. Hasil tersebut menunjukkan reliabilitas soal sangat tinggi.

b. Validitas soal

Hasil validitas menunjukkan bahwa terdapat 3 butir soal yang tidak signifikan sehingga soal tersebut tidak digunakan. Hasil validitas soal disajikan pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Hasil Uji Validitas Soal

Kategori Nomor butir soal Jumlah soal

Tidak signifikan 10, 11, 13 3

Signifikan 1, 2, 7 3

Sangat signifikan 3, 4, 5, 6, 8, 9, 12 7

c. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal menunjukkan terdapat 3 soal yang termasuk soal sukar dan tidak digunakan dalam penelitian. Hasil uji tingkat kesukaran commit to user commit to user

(20)

soal disajikan pada Tabel 4.16. Secara keseluruhan dari hasil uji coba soal diketahui tingkat kesukaran yang sedang. Pertimbangan dari guru dan peneliti, apabila digunakan soal yang sukar dikhawatirkan siswa tidak bisa mengerjakan soal tersebut dan menyebabkan indikator berpikir kritis tidak dapat terukur. Berdasarkan hasil uji coba maka soal yang digunakan adalah nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.

Tabel 4.16. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal

Kategori Nomor butir soal Jumlah soal

Mudah - -

Sedang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 13 10

Sukar 10, 11, 12 3

3. Uji Skala Luas

Uji skala luas merupakan uji dimana diterapkan modul dalam pembelajaran di kelas. Modul diujicobakan pada tiga sekolah dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Pada setiap sekolah digunakan dua kelas, kelas pertama sebagai kelas eksperimen dimana pada proses pembelajaran menggunakan modul. Kelas satu lagi bertindak sebagai kelas kontrol dimana proses pembelajaran berlangsung seperti yang biasanya dilakukan guru, yakni tanpa menggunakan modul yang dikembangkan. Pemilihan kelas dilakukan dengan teknik random sampling, namun terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui sebaran data setiap kelas pada masing-masing sekolah. Hasil uji normalitas dan homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Kelas

Sekolah Kelas Normalitas Homogenitas

Signifikansi Keterangan Box’s M Keterangan SMA N 7 XI IPA 1 0,069 Normal

3,203 Homogen XI IPA 2 0,137 Normal

XI IPA 3 0,750 commit to user commit to user Normal

(21)

SMA N 8 XI IPA 1 0,075 Normal 1,012 Homogen XI IPA 2 0,074 Normal

XI IPA 3 0,101 Normal XI IPA 4 0,294 Normal SMA N 9 XI IPA 1 0,054 Normal

0,346 Homogen XI IPA 2 0,256 Normal

XI IPA 3 0,451 Normal

Berdasarkan Tabel 4.17 diketahui bahwa semua kelas pada setiap sekolah normal dan homogen, sehingga setiap kelas bisa digunakan sebagai sampel.

Kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMA Negeri 7 Pontianak secara berturut-turut yaitu XI IPA 1 dan XI IPA 2. Kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol di SMA Negeri 8 Pontianak, sedangkan di SMA Negeri 9 Pontianak kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol.

a. Hasil Uji Efektifitas Modul

Hasil ketercapaian indikator berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di tiga sekolah disajikan pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18 Hasil Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Sekolah Kelas Tes

Aspek Berpikir Kritis Ekspla

nasi Inferensi Analisis Interp retasi

Evalu asi SMA

Negeri 7

Eksperi men

Pretes 0,012 0,062 0,084 0,06 0,022 Posttes 0,73 0,60 0,69 0,68 0,670 Kontrol Pretes 0,012 0,087 0,071 0,050 0,041 Posttes 0,67 0,59 0,67 0,67 0,60 SMA

Negeri 8

Eksperi men

Pretes 0,018 0,05 0,034 0,068 0,014 Posttes 0,75 0,53 0,68 0,66 0,67 Kontrol Pretes 0,0030 0,046 0,062 0,065 0,015

Posttes 0,71 0,50 0,58 0,64 0,60 SMA

Negeri 9

Eksperi men

Pretes 0,0090 0,089 0,073 0,076 0,040 Posttes 0,75 0,60 0,75 0,71 0,72 Kontrol Pretes 0,0060 0,072 0,11 0,12 0,021

Posttes 0,70 0,55 0,67 0,68 0,64

Berdasarkan Tabel 4.18 terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol pada semua indikator.

Tabel 4.17 (lanjutan)

commit to user commit to user

(22)

Terdapat perbedaan antara skor pretest dan skor posttest. Indikator eksplanasi memiliki skor posttest tertinggi daripada indikator yang lainnya, sedangkan indikator dengan nilai posttest yang paling rendah adalah indikator inferensi.

Selanjutnya dilakukan perhitungan n-gain skor berdasarkan hasil pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan di kelas ekperimen dan kelas kontrol.

Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMA Negeri 7 Pontianak disajikan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Hasil n-gain Skor Masing-masing Indikator Berpikir Kritis dari Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMA Negeri 7 Pontianak

Berdasarkan Gambar 4.1 diketahui selisih yang paling besar terdapat pada indikator evaluasi, hal ini menunjukkan terdapat peningkatan yang tinggi.

Indikator analisis dan indikator interpretasi tidak menunjukkan adanya perbedaan skor yang besar, hal ini menunjukkan tidak terdapat peningkatan yang cukup baik. Berdasarkan kriteria Hake, maka disimpulkan bahwa n-gain untuk indikator eksplanasi di kelas eksperimen termasuk kategori tinggi, sedangkan indikator lain termasuk kategori sedang. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMA Negeri 8 Pontianak disajikan pada Gambar 4.2.

0,72

0,54

0,61 0,62

0,66 0,68

0,51

0,6 0,62

0,56

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

Eksplanasi Inferensi Analisis Interpretasi Evaluasi n-gain skor indikator berpikir kritis

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

commit to user commit to user

(23)

Gambar 4.2 Hasil n-gain Skor Masing-masing Indikator Berpikir Kritis dari Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMA Negeri 8 Pontianak

Berdasarkan Gambar 4.2 diketahui selisih yang paling besar terdapat pada indikator analisis, hal ini menunjukkan terdapat peningkatan yang tinggi.

Indikator eksplanasi, inferensi, interpretasi tidak menunjukkan adanya perbedaan skor yang besar, hal ini menunjukkan tidak terdapat peningkatan yang cukup baik. Berdasarkan kriteria Hake, maka disimpulkan bahwa n-gain untuk indikator eksplanasi di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol termasuk kategori tinggi, sedangkan indikator lain termasuk kategori sedang.

Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMA Negeri 9 Pontianak disajikan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Hasil n-gain Skor Masing-masing Indikator Berpikir Kritis dari Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMA Negeri 9 Pontianak

0,73

0,48

0,65

0,59 0,71 0,66

0,45

0,52 0,57 0,58

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

Eksplanasi Inferensi Analisis Interpretasi Evaluasi n-gain skor indikator berpikir kritis

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

0,74

0,51

0,67 0,63 0,68

0,69

0,47

0,56 0,56 0,62

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

Eksplanasi Inferensi Analisis Interpretasi Evaluasi n-gain skor indikator berpikir kritis

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

commit to user commit to user

(24)

Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui selisih yang paling besar terdapat pada indikator analisis, hal ini menunjukkan terdapat peningkatan yang tinggi.

Indikator inferensi tidak menunjukkan adanya perbedaan skor yang besar, hal ini menunjukkan tidak terdapat peningkatan yang cukup baik.

Berdasarkan kriteria Hake, disimpulkan bahwa n-gain untuk indikator eksplanasi di kelas eksperimen termasuk kategori tinggi, sedangkan indikator lain termasuk kategori sedang.

Pada uji skala luas diperoleh hasil efektifitas modul dan penilaian terhadap modul oleh guru dan siswa. Modul dikatakan efektif meningkatkan kemampuan berpikir kritis apabila terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data diperoleh berdasarkan selisih (gain) antara hasil pretest dan posttest. Nilai gain tersebut dinormalkan sehingga diperoleh nilai n-gain, yang selanjutnya nilai n-gain ini dianalisis menggunakan aplikasi SPSS. Uji yang digunakan dalam SPSS adalah uji-t karena untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji prasyarat dilakukan dengan menguji normalitas dan homogenitas data n-gain. Hasil uji prasyarat disajikan pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas n-gain Skor

Sekolah Kelas Normalitas Homogenitas

Signifikansi Keterangan Signifikansi Keterangan SMA N

7

Eksperi men

0,706 Normal

0,573 Homogen Kontrol 0,155 Normal

SMA N 8

Eksperi men

0,159 Normal

0,177 Homogen Kontrol 0,086 Normal

SMA N 9

Eksperi men

0,089 Normal

0,138 Homogen Kontrol 0,058 Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas seperti yang telah ditampilkan pada Tabel 4.19, diketahui bahwa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol commit to user commit to user

(25)

di masing-masing sekolah diperoleh nilai signifikansi n-gain > 0,05, sehingga Ho diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel di ketiga sekolah berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas juga menunjukkan hasil yang sama, bahwa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di masing-masing sekolah diperoleh nilai signifikansi n-gain > 0,05 sehingga Ho diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel di ketiga sekolah memiliki varian antar kelompok yang homogen (sama).

Setelah melakukan uji prasyarat yakni uji normalitas dan uji homogenitas, dilakukan uji lanjut yaitu uji-t menggunakan uji Independent Sample t-test.

Hasil uji-t disajikan pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20. Hasil Uji-t n-gain Skor

Sekolah Signifikansi thitung ttabel

SMA N 7 Pontianak 0,038 2,116 1,991

SMA N 8 Pontianak 0,041 2,078 1,991

SMA N 9 Pontianak 0,044 2,053 1,992

Berdasarkan hasil uji-t seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.20 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Hasil uji-t n-gain pada siswa SMA Negeri 7 Pontianak diketahui nilai signifikasi sebesar 0,038 dan thitung sebesar 2,116 dimana nilai signifikansi n-gain < 0,05, dan nilai thitung > ttabel, sehingga Ho ditolak atau H1 terima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata n-gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan modul kimia berbasis guided discovery pada materi termokimia efektif digunakan di sekolah dengan kategori sedang.

2) Hasil uji-t n-gain pada siswa SMA Negeri 8 Pontianak diketahui nilai signifikasi sebesar 0,041 dan thitung sebesar 2,078 dimana nilai signifikansi n-gain < 0,05, dan nilai thitung > ttabel, sehingga Ho ditolak atau H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata- rata n-gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, commit to user commit to user

(26)

sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan modul kimia berbasis guided discovery pada materi termokimia efektif digunakan di sekolah dengan kategori rendah.

3) Hasil uji-t n-gain pada siswa SMA Negeri 9 Pontianak diketahui nilai signifikasi sebesar 0,044 dan thitung sebesar 2,053 dimana nilai signifikansi n-gain < 0,05, dan nilai thitung > ttabel, sehingga Ho ditolak atau H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata- rata n-gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan modul kimia berbasis berbasis guided discovery pada materi termokimia efektif digunakan di sekolah dengan kategori tinggi.

Hasil analisis uji-t bermakna bahwa modul yang dikembangkan efektif digunakan sebagai bahan ajar yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Setelah diketahui modul yang dikembangkan efektif diterapkan di masing-masing sekolah, maka dilakukan uji lanjut untuk mengetahui efektifitas modul terhadap peningkatan setiap indikator berpikir kritis. Hasil uji prasyarat pada setiap indikator disajikan pada Tabel 4.21.

Tabel 4.21. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas n-gain Skor Indikator Berpikir Kritis

Sekolah Indika

tor Kelas

Normalitas Homogenitas Signif

ikansi

Ketera ngan

Signif ikansi

Ketera ngan

SMA N 8 Pontianak

Ekspl anasi

Eksperimen 0,002 Tidak Normal

0,010 Tidak Homogen Kontrol 0,014

Infere nsi

Eksperimen 0,004 Tidak Normal

0,253 Homogen Kontrol 0,003

Analis is

Eksperimen 0,065

Normal 0,523 Homogen Kontrol 0,203

Interp retasi

Eksperimen 0,000 Tidak Normal

0,485 Homogen Kontrol 0,010

Evalu asi

Eksperimen 0,280

Normal 0,548 Homogen Kontrol 0,162

commit to user commit to user

(27)

SMA N 7 Pontianak

Ekspl anasi

Eksperimen 0,002 Tidak Normal

0,318 Homogen Kontrol 0,048

Infere nsi

Eksperimen 0,000 Tidak Normal

0,608 Homogen Kontrol 0,018

Analis is

Eksperimen 0,018 Tidak Normal

0,566 Homogen Kontrol 0,029

Interp retasi

Eksperimen 0,001 Tidak Normal

0,880 Homogen Kontrol 0,000

Evalu asi

Eksperimen 0,219

Normal 0,200 Homogen Kontrol 0,220

SMA N 9 Pontianak

Ekspl anasi

Eksperimen 0,001 Tidak Normal

0,798 Homogen Kontrol 0,020

Infere nsi

Eksperimen 0,002 Tidak Normal

0,275 Homogen Kontrol 0,001

Analis is

Eksperimen 0,007 Tidak Normal

0,594 Homogen Kontrol 0,238

Interp retasi

Eksperimen 0,001 Tidak Normal

0,365 Homogen Kontrol 0,000

Evalu asi

Eksperimen 0,041 Tidak Normal

0,961 Homogen Kontrol 0,305

Berdasarkan Tabel 4.21 terlihat bahwa hampir keseluruhan data untuk setiap indikator memiliki taraf signifikansi <0,05 yang menunjukkan data tidak normal. Hasil uji homogenitas pada setiap indikator menunjukkan bahwa taraf signifikansi > 0,05 sehingga data tersebut homogen.

Berdasarkan hasil tersebut maka dilakukan uji-t untuk data yang berdistribusi normal dan homogen, sedangkan uji U-Mann Whitney untuk data tidak normal namun homogen. Hasil uji efektifitas untuk setiap indikator tersebut disajikan pada Tabel 4.22.

Tabel 4.22 Hasil Uji Efektifitas n-gain Skor Indikator Berpikir Kritis

Sekolah Indikator

Uji-t Uji U Mann-Whitney

thitung ttabel Asymp. Sig.

(2-tailed)

Taraf Signifikansi

SMA Negeri 8

Eksplanasi 0,573 0,05

Inferensi 0,669 0,05

Analisis 2,143 1,991

Interpretasi 0,514 0,05

Evaluasi 1,786 1,991 Tabel 4.21 (lanjutan)

commit to user commit to user

(28)

SMA Negeri 7

Eksplanasi 0,111 0,05

Inferensi 0,934 0,05

Analisis 0,985 0,05

Interpretasi 0,772 0,05

Evaluasi 2,289 1,991

SMA Negeri 9

Eksplanasi 0,268 0,05

Inferensi 0,473 0,05

Analisis 0,033 0,05

Interpretasi 0,747 0,05

Evaluasi 0,262 0,05

Berdasarkan Tabel 4.22 hasil uji-t untuk indikator analisis di SMA Negeri 8 Pontianak menunjukkan nilai thitung > ttabel sehingga terdapat perbedaan signifikan kemampuan berpikir kritis untuk indikator analisis. Hasil uji-t indikator evaluasi pada SMA Negeri 7 Pontianak menunjukkan nilai thitung >

ttabel sehingga terdapat perbedaan signifikan kemampuan berpikir kritis untuk indikator evaluasi. Hasil uji U Mann-Whitney indikator analisis pada SMA Negeri 9 menunjukkan nilai hitung > 0,05 sehingga terdapat perbedaan signifikan kemampuan berpikir kritis untuk indikator analisis.

Hasil uji tersebut menunjukkan peningkatan yang siginifikan pada indikator analisis dan evaluasi setelah siswa menggunakan modul.

b. Hasil Penilaian Modul

Hasil perhitungan untuk penilaian modul pada uji skala luas oleh guru dan siswa disajikan pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23 Hasil Penilaian Uji Coba Modul Skala Luas

Aspek

Guru Siswa

Persentase (%)

Keterangan Persentase (%)

Keterangan

Isi 88 Sangat baik 83 Sangat baik

Bahasa 89 Sangat baik 86 Sangat baik

Penyajian 87 Sangat baik 85 Sangat baik

Kegrafikan 90 Sangat baik 89 Sangat baik

Rata-rata 89 Sangat baik 86 Sangat baik

commit to user commit to user

(29)

Berdasarkan Tabel 4.23 diketahui rata-rata hasil penilaian guru dan siswa pada masing-masing aspek di atas 80 persen yang menunjukkan kategori sangat baik. Pada uji coba skala luas terdapat saran dari siswa yaitu memperbaiki kualitas cetakan modul karena terdapat beberapa halaman yang tidak urut.

D. Pembahasan 1. Analisis Pengembangan Produk

Data hasil pengembangan produk berupa data kualitatif dan kuantitatif. Hasil ini digunakan sebagai acuan dalam proses pengembangan produk dari awal hingga akhir. Penyusunan modul guided discovery mengacu kepada sintak dari guided discovery itu sendiri yang dikemas secara sistematis dan dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan singkat. Pertanyaan ini bertujuan untuk mendorong munculnya kemauan siswa berpikir, pertanyaan yang diberikan disesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari.

Selain itu, pertanyaan ini juga berfungsi untuk memusatkan perhatian siswa dan mengarahkan siswa dalam menemukan konsep dari materi yang sedang dipelajari. Van Hong, et al. (2017) mengatakan bahwa dengan memberikan pertanyaan kepada siswa menyebabkan siswa akan fokus dengan materi yang sedang dipelajari. Kelengkapan materi pada modul mengacu silabus kimia kurikulum 2013, materi juga disesuaikan dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Materi termokimia dalam modul disusun menjadi 5 bagian, sehingga dalam penerapannya dilakukan sebanyak lima kali kegiatan belajar. Sub materi tersebut yaitu entalpi dan persamaan termokimia, macam- macam perubahan entalpi, penentuan entalpi secara langsung, penentuan entalpi secara tidak langsung, dan entalpi pembakaran bahan bakar.

Validasi modul mengacu pada standar penilaian Buku Teks Pelajaran Tahun 2014 oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang terbagi menjadi empat aspek. Pertama, kelayakan isi dengan penjabaran berikut ini. Kelayakan isi berkaitan dengan penilaian dimensi sikap, dimensi pengetahuan, dimensi keterampilan, tahap pembelajaran guided discovery, commit to user commit to user

(30)

dan indikator berpikir kritis yang terdapat pada modul. Dimensi sikap yang lebih ditonjolkan dalam modul adalah sikap sosial seperti jujur, tanggung jawab, dan kerjasama. Dimensi pengetahuan berkaitan dengan kelengkapan materi, kesesuaian materi dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.

Kesesuaian materi dengan perkembangan ilmu ditunjukkan melalui fenomena termokimia yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan akan mudah memahami termokimia, karena siswa pernah mengalami atau bahkan mengamati secara langsung fenomena tersebut.

Kedua, kelayakan penyajian yang berkaitan dengan teknik penyajian modul, penyajian pendukung materi, dan penyajian proses pembelajaran. Ketiga, kelayakan bahasa untuk mengetahui apakah kalimat yang terdapat pada modul mudah dipahami oleh siswa. Hal ini untuk menjadikan siswa lebih mandiri dan mengurangi bimbingan intensif dari guru (Sumarti, Supartono &

Diniy, 2014). Keempat, kelayakan grafik untuk mengetahui kesesuaian ukuran tulisan, posisi tulisan, dan pemilihan warna pada modul. Hasil data secara kualitatif menunjukkan masih terdapat beberapa kekurangan pada masing-masing aspek modul sehingga perlu dilakukan perbaikan. Setelah dilakukan perbaikan maka modul dinyatakan valid dan bisa diterapkan dalam pembelajaran.

2. Analisis Hasil Uji Coba Produk

a. Uji Coba Skala Terbatas dan Skala Menengah

Uji coba produk awal dilakukan untuk mengetahui keterbacaan modul berdasarkan penilaian guru dan siswa. Terdapat 4 aspek yang dinilai oleh guru dan siswa terhadap modul, menunjukkan pada setiap aspek masih perlu dilakukan perbaikan-perbaikan. Penilaian aspek isi secara umum berkaitan dengan kejelasan dari keseluruhan materi yang terdapat pada modul. Penilaian aspek bahasa berkaitan dengan kejelasan penggunaan bahasa dan tulisan. Aspek penyajian untuk megetahui kejelasan tahap guided discovery dan kemampuan modul sebagai bahan ajar yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Aspek yang terakhir adalah aspek commit to user commit to user

(31)

kegrafikan, dimana guru dan siswa menilai tampilan dan desain modul yang dilengkapi dengan kombinasi warna dan disertai gambar. Penilaian pada skala terbatas secara umum mengkategorikan setiap aspek pada modul sudah baik, namun perlu dilakukan perbaikan pada keseluruhan aspek modul.

Selanjutnya, pada uji skala menengah penilaian modul mengalami peningkatan dimana modul dikategorikan sangat baik meskipun masih terdapat beberapa saran pada aspek penyajian dan aspek kegrafikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa modul dapat digunakan untuk uji coba selanjutnya yaitu pembelajaran di dalam kelas.

b. Uji Coba Skala Luas

Penilaian siswa dan guru pada uji skala luas mengalami peningkatan dibandingkan uji coba skala terbatas dan uji coba skala menengah. Pada uji coba skala ini hanya terdapat saran berkaitan dengan kualitas cetakan modul, sehingga tidak terdapat perbaikan yang perlu dilakukan baik pada aspek isi, penyajian, bahasa, maupun grafik. Selain itu, pada uji coba luas juga diperoleh hasil kemampuan berpikir kritis siswa seperti pada Tabel 4.18.

Terlihat bahwa terdapat skor tertinggi terdapat pada indikator eksplanasi.

Indikator ini muncul pada semua sintak pembelajaran guided discovery dengan melibatkan siswa secara langsung untuk memberikan argumen/pendapatnya terhadap masalah yang disajikan dalam modul (Widura, et al., 2015). Keaktifan siswa memberikan argument/pendapat saat proses pembelajaran dapat melatih mereka untuk berpikir dan mengemukaan alasan secara konseptual (Facione, 2013). Perbedaan indikator eksplanasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol paling tinggi terdapat di SMA Negeri 9 Pontianak seperti yang terlihat pada Gambar 4.3.

Indikator analisis dilatihkan pada sintaks identifikasi masalah dan mengolah data (Widura, et al., 2015). Kegiatan analisis pada saat identifikasi masalah yaitu siswa terlebih dahulu menganalisis fenomena/masalah yang disajikan di dalam modul, kemudian siswa diminta untuk merumuskan masalah. Kegiatan analisis pada tahap mengolah data muncul pada saat siswa commit to user commit to user

(32)

diminta untuk memberikan dugaan sementara terhadap sesuatu yang belum diketahui kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Proses pada saat siswa melakukan pengolahan data menunjukkan siswa melakukan pembelajaran bermakna karena siswa mengkaitkan informasi baru dengan informasi yang telah dimilikinya (Dahar, 2011). Seringnya siswa melakukan kegiatan analisis saat menggunakan modul secara tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan analisis. Berdasarkan Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 perbedaan indikator analisis sangat tinggi antara kelas ekperimen dan kelas kontrol terdapat di SMA Negeri 8 Pontianak dan SMA Negeri 9 Pontianak.

Indikator interpretasi dilatihkan pada sintak identifikasi masalah dan pengumpulan data. Kegiatan interpretasi pada sintak identifikasi masalah yaitu merumuskan hipotesis, sedangkan pada tahap pengumpulan data yaitu merancang percobaan/penemuan untuk membuktikan hipotesis. Proses ini sejalan dengan teori belajar penemuan dimana memberikan kesempatan kepada siswa melakukan penemuan melalui kegiatan praktikum (Hosnan, 2014). Hal serupa juga dikemukakan oleh Nuswowati & Purwanti (2018) bahwa kelebihan modul yaitu melatih siswa menemukan solusi dari masalah dengan penelitian atau kerja ilmiah bukan dengan menghafal, siswa dilatih berpikir logis dalam membuat kesimpulan sesuai konsep yang benar, dan dilatih berpikir sistematis mengikuti pola metode ilmiah sehingga mereka lebih optimal mengingat konsep yang berkaitan dengan observasi yang dilakukan.

Perbedaan indikator interpretasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol paling tinggi terdapat di SMA Negeri 9 Pontianak seperti yang terlihat pada Gambar 4.3. Indikator inferensi dilatihkan pada sintak verifikasi melalui kegiatan meninjau ulang hipotesis berdasarkan fakta yang ditemukan.

Perbedaan indikator inferensi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol paling tinggi terdapat di SMA Negeri 9 Pontianak seperti yang terlihat pada Gambar 4.3. Indikator evaluasi dilatihkan pada sintak menyimpulkan melalui kegiatan menilai kredibilitas kesimpulan dari konsep yang ditemukan. commit to user commit to user

(33)

Perbedaan indikator evaluasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol paling tinggi terdapat di SMA Negeri 7 Pontianak seperti yang terlihat pada Gambar 4.1.

Hasil uji efektifitas berdasarkan Tabel 4.19 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dapat diartikan bahwa pembelajaran menggunakan modul guided discovery lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dibandingkan pembelajaran menggunakan buku ajar yang biasa digunakan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Situmorang & Handayani (2017) modul tidak hanya sebagai pedoman pembelajaran, namun juga digunakan sebagai solusi untuk merangsang pemikiran kritis peserta didik (Situmorang & Handayani, 2017).

Kelebihan penggunaan modul dalam pembelajaran yaitu dapat mengarahkan siswa untuk mengusai konsep seara bertahap, dimulai dari sesuatu yang sederhana hingga sesuatu yang kompleks (Nardo & Hufana, 2014). Modul yang dikembangkan juga memperhatikan hal tersebut, dimana pada tahap stimulasi siswa dirangsang dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan fenomena sehari-hari, kemudian diikuti dengan beberapa pertanyaan yang semakin kompleks pada tahap mengolah data. Pertanyaan yang terdapat pada modul merupakan karakteristik dari modul yang dikembangkan. Proses ini sesuai dengan teori belajar konstruktivis dimana siswa diberikan stimulus untuk menjawab rasa ingin tahu terhadap fenomena sekitar (Bada, 2015).

Hasil analisis uji lanjut terhadap setiap indikator diperoleh hasil bahwa tidak semua indikator mengalami peningkatan secara signifikan, seperti yang disajikan pada Tabel 4.21. Berdasarkan tabel terlihat bahwa indikator yang mengalami peningkatan signifikan di SMA Negeri 8 dan SMA Negeri 9 adalah indikator analisis, sedangkan di SMA Negeri 7 tidak mengalami peningkatan signifikan. Hal ini disebabkan karena pada saat pembelajaran, terdapat beberapa siswa di SMA Negeri 7 yang masih belum tepat merumuskan hipotesis. Peningkatan signifikan di SMA Negeri 7 yaitu pada indikator evaluasi. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa modul mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara signifikan pada indikator commit to user commit to user

(34)

evaluasi dan indikator analisis. Hal ini dikarenakan siswa dituntut untuk menyelesaikan permasalahan yang disajikan pada modul dengan melakukan analisis terhadap data dan memastikan bahwa kesimpulan penemuan tersebut sudah tepat.

Beberapa penelitian berkaitan dengan modul sudah pernah dilakukan, diantaranya penelitian Nuswowati & Purwanti (2018) diperoleh hasil lebih dari 75% siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dengan kategori sangat tinggi setelah menggunakan modul pada materi hidrolisis dan buffer. Penelitian Robi, et al. (2018) bahwa modul berbasis guided discovery dapat meningkatkan berpikir kritis pada materi aritmatika dua dimensi, khususnya dalam berpikir efektif, berpikir sesuai pola, dan penilaian terhadap masalah.

Penelitian Nugroho & Subiyantoro (2017) mengenai modul berbasis guided discovery untuk meningkatkan berpikir kritis pada materi sistematika tumbuhan tinggi. Penelitian Yerimadesi, Bayharti & Oktavirayanti (2018) mengembangkan modul pada materi reaksi redoks dan sel elektrokimia. Hasil penelitian Perwitasari & Djukri (2018) bahwa terdapat perbedaan berpikir kritis yang signifikan antara siswa setelah menggunaan modul guided discovery, dengan selisih skor posttest dan pretest 15,99 untuk kelas eksperimen dan 10 untuk kelas kontrol. Penelitian Ellizar, et al. (2018) menunjukkan modul efektif memperbaiki hasil belajar pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Penelitian Sulistiningsih & Nasrudin (2012) menjelaskan bahwa telah dikembangkan worksheet materi termokimia untuk meningkatkan berpikir kritis. Penjabaran penelitian tersebut menunjukkan bahwa pernah dilakukan pengembangan modul berbasis guided discovery untuk meningkatkan berpikir kritis tetapi untuk materi termokimia belum pernah dilakukan, adapun yang pernah dikembangkan adalah worksheet termokimia tetapi tidak berbasis guided discovery. Kondisi tersebut menjadikan penelitian ini sebagai hal baru dan perlu dilakukan. Selain untuk menjadi pedoman siswa mengatasi kesulitan pada materi termokimia, modul ini dapat dijadikan sebagai panduan belajar yang memfasilitasi siswa membangun kompetensi berdasarkan tuntutan kurikulum 2013. commit to user commit to user

Referensi

Dokumen terkait

Setiap negara pada hakekatnya akan membuat regulasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing – masing, dan karena regulasi tentang dokumentasi transfer

Tuntutan kami sederhana: Negara harus minta maaf terhadap para Korban 65 karena Negara lalai dan dengan sengaja membiarkan terjadinya pembunuhan secara massal atas Rakyat yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati BP dan pupuk NPK berpengaruh terhadap intensitas penyakit layu yang disebabkan oleh patogen Scerotium rolfsii,

- Memfasilitasi terhadap pelaksanaan pembebasan tanah Hak Milik dan Pelepasan hak yang dipergunakan untuk kepentingan pembangunan serta peralihan

Menimbang, mengenai petitum keempat yaitu : menyatakan secara hukum Para Tergugat telah melakukan perbuatan ingkar janji atau wanprestasi kepada Penggugat karena tidak

Lalu mereka pun akan ber- tanya kepada-Nya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam

Dan yang terakhir narasumber ke tujuh Sella Amalia adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

[r]