• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POLA DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA KOMODITAS CABAI MERAH BESAR DI PASAR TRADISIONAL DAYA KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS POLA DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA KOMODITAS CABAI MERAH BESAR DI PASAR TRADISIONAL DAYA KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POLA DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA KOMODITAS CABAI MERAH BESAR DI PASAR

TRADISIONAL DAYA KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

ADE APRILIA KHARISMAYANI 105961104818

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

ANALISIS POLA DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA KOMODITAS CABAI MERAH BESAR DI PASAR TRADISIONAL DAYA

KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

ADE APRILIA KHARISMAYANI 105961104818

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Pola Distribusi dan Stabilitas Harga Komoditas Cabai Merah Besar di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar merupakan hasil penelitian, pemikiran, pemaparan saya sendiri. Semua sumber informasi dan data yang dikutip berasal dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir skripsi.

Makassar, Agustus 2022

Ade Aprilia Kharismayani 105961104818

(6)

ABSTRAK

ADE APRILIA KHARISMAYANI. 105961104818. Analisis Pola Distribusi dan Stabilitas Harga Komoditas Cabai Merah Besar di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkaknaya Kota Makassar. Dibimbing oleh SRI MARDIYATI dan RASDIANA MUDATSIR.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola distribusi pemasaran komoditas cabai merah besar di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan dan untuk mengetahui tingkat stabilitas harga komoditas cabai merah di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.

Teknik penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel diambil secara sengaja dengan pedagang cabai merah yang terdiri dari 105 populasi pedagang yang ada di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah pedagang besar berjumlah 3 orang sedangkan untuk pedagang pengecer sebanyak 17 orang, jadi jumlah keseluruhan sampel 20 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola distribusi cabai merah besar di pasar Tradsional Daya terdiri dari 3 saluran distrbusi yaitu (1) Petani- Pedagang besar Pedagang Pengecer- Konsumen, (2) Petani- Pedagang Pengumpul - Pedagang besar - Pedagang Pengecer- Konsumen, (3) Petani- Pedagang pengecer- Konsumen.

Selanjutnya untuk stabilitas harga cabai merah di pasar Tradisional Daya dikatakan tidak stabil karena nilai Coefisien Variasi (CV) sebesar 23,42% dimana kriteria yang digunakan adalah CV < 0,5 maka usaha yang dianalisis memiliki resiko kecil dan apabila nilai CV > 0,5, maka usaha yang dianalisis memiliki resiko besar.

Semakin kecil nilai CV menunjukkan bahwa resiko yang harus ditanggung pedagang semakin kecil. Sebaliknya semakin besar nilai CV maka semakin besar pula resiko usaha yang harus didapatkan.

Kata Kunci : Cabai Merah, Distribusi, Stabilitas, Harga

(7)

ABSTRACT

ADE APRILIA KHARISMAYANI. 105961104818. Analysis of Distribution Patterns and Price Stability of Big Red Chili Commodities in Daya Traditional Market, Biringkanaya District, Makassar City. Supervised by SRI MARDIYATI and RASDIANA MUDATSIR.

This study aims to analyze the marketing distribution pattern of large red chili commodities in the Daya Traditional Market, Biringkanaya District, Makassar City and to determine the level of price stability of the large red chili commodity in the Daya Traditional Market, Biringkanaya District, Makassar City, South Sulawesi Selatan Province.

Sampling technique using Purposive Sampling technique. The sample was taken intentionally with large red chili traders consisting of 105 traders in the Daya Traditional Market, Biringkanaya District, Makassar City. The sample used for this research is 3 large traders, so the total sample is 20 people. Sampling is done intentionally (Purposive Sampling).

The results slowed that the distribution pattern of large red chilies in Daya Traditional Market, Biringkanata District, namely: (1) Farmers – Wholesalers – Retailers – Consumers, (2) Farmesrs – Retailers – Consumers. Fruthermore, for the stability of the price of large red chili at the Daya Traditional Market, Makassar City, it is said to be unstable because the Coefficient Variasi (CV) value is 23,42%

where the criteria used are CV < 0,5 then the analyzed business has a small risk and if the value CV > 0,5 then the analyzed business has a big risk. The smaller the value of the trader is getting smaller. Conversely, the greater the CV value, the greater the business risk that must be obtained.

Keywords: Red cjili pepper, Distribution, Stability, Price

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pola Distribusi dan Stabilitas Harga Komoditas Cabai Merah Besar di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar” ini dapat diselesaikan guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Agribisnis Fakultas Petanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Perjalanan panjang telah penulis lalui dalam rangka perampungan penulisan skripsi ini. Banyak hambatan yang dihadapi dalam penyusunannya, namun berkat kehendak-Nya lah sehingga penulis berhasil menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati, pada kesempatan ini patutlah kiranya penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd. selaku Dekan Fakulltas Pertanian Universitas Muuhammadiyah Makassar.

2. Nadir, S.P,. M.Si selaku ketua program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P selaku pembimbing utama dan Rasdiana Mudatsir S.P., M.Si. selaku pembimbing pendamping terimakasih atas segala bimbingan, ajaran, dan ilmu-ilmu baru yang penulis dapatkan dari selama penyusunan skripsi ini. Dengan segala kesibukan masing-masing dalam pekerjaan maupun pendidikan, masih bersedia untuk membimbing dan

(9)

menuntun penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih dan mohon maaf bila ada kesalahan yang penulis telah lakukan.

4. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyususnan skripsi ini dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

Kepada Kedua orang tua Bapak Jaka Wardaya dan Ibu Nani Anriani dan Suami tercinta Basri Made serta segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga karunia Allah senantiasa tercurah kepadanya. Aamiin.

Makassar, Agustus 2022

Ade Aprilia Kharismayani

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Peneltian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 2.1 Komoditas Cabai Merah ... 5

2.2 Pemasaran Pertanian ... 7

2.3 Distribusi Pemasaran ... 10

2.4 Teori Harga ... 12

2.5 Stabilitas Harga ... 16

2.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 19

2.7 Kerangka Pikir ... 23

III. METODOLOGI PENELITIAN... 3.1 Lokasi Penelitian ... 25

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 25

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 25

3.4 Teknik Pengumpulan data ... 26

3.5 Teknik Analisis Data ... 27

3.6 Definisi Operasional... 28

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 4.1 Keadaan Geografis ... 29

4.2 Keadaan Demografis ... 30

(11)

4.3 Sejarah Pasar Daya... 31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 5.1 Identitas Responden ... 34

5.2 Pola Distribusi Cabai Merah Besar ... 38

5.3 Stabilitas Harga Cabai Merah Besar ... 40

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 6.1 Kesimpulan ... 44

6.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46

LAMPIRAN ... 49

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Peneltian Terdahulu yang Relevan... 19 2. Jumlah Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Makassar ... 29 3. Luas Lahan Menurut Penggunaan dan Kecamatan (ha)

di Kota Makassar 2021... 31 4. Komposisi Umur Responden Pedagang di Pasar Tradisional Daya

Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar ... 33 5. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan

di Pasar Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar ... 34 6. Pengalaman Berdagang Komoditas Cabai Merah di Kecamatan

Biringkanaya Kota Makassar ... 35 7. Jumlah Tanggungan Keluarga Menurut Responden Pada Cabai Merah

di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar ... 36 8. Stabilitas Harga Komoditas Cabai Merah Besar Mulai Bulan Januari

sampai Juli 2022 di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya

Kota Makassar ... 41

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Konsep Inti Pemasaran... 9

2. Kerangka Pikir Penelitian Analisis Pola Distribusi dan Stabilitas Harga Komoditas Cabai Merah di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar ...24

3. Alur Distribusi Saluran I ... 38

4. Alur Distribusi Saluran III ... 39

5. Alur Distribusi Saluran III ...40

6. Harga Rata-rata Cabai Merah Besar Mulai Bulan Januari Sampai Juli 2022 ...42

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kuesioner penelitian Analisis Pola Distribusi dan Stabilitas Harga Komoditas Cabai Merah di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota

Makassar ...50 2. Peta Lokasi Penelitian ...53 3. Identitas Responden Pedagang Cabai Merah di Pasar Tradisional Daya

Kecamatan Biringkanayya Kota Makassar ...54 4. Stabilitas Harga Cabai Merah di tingkat pedagang besar dan pengecer di Pasar

Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar ...55 5. Dokumentasi penelitiian...

(15)

3

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komoditas tanaman hortikultura merupakan komoditas unggulan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mempunyai potensi untuk terus dikembangkan, dalam perkembangannya komoditas hortikultura, terutama sayur- sayuran, baik sayuran daun maupun sayuran buah, cukup memberikan keuntungan yang besar karena didukung oleh potensi sumberdaya alam, sumberdaa manusia, ketersediaan teknologi, dan potensi serapan pasar internasional yang terus meningkat. Salah satu jenis tanaman yang banyak dikunsumsi dan dibudidayakan oleh masyarakat adalah cabai (Fidilia, 2017).

Cabai merah Besar(Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial. Hal ini disebabkan selain cabai memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap juga memiliki nilai ekonomis tinggi banyak digunakan baik untuk dikonsumsi rumah tangga maupun untuk keperluan industri makanan.

Berdasarkan data Kementrian Pertanian Indonesia pada tahun 2016 sebesar 1,96 juta ton dan meningkat di tahun 2017 sebesar 2,35 juta ton dan terjadi sedikit penurunan ditahun 2018 sebesar 2,30 juta ton dan produksi tahun 2019 sebesar 2,90 juta ton. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat cabai merah menjadi komoditas pangan yang memiliki tingkat margin perdagangan dan pengangkutan (MPP) tertinggi di Sulawesi Selatan. Nilainya mencapai 43,89 persen pada 2019. Menunjukkan bahwa kenaikan harga cabai merah dari tingkat

(17)

petani sampai ke konsumen akhhir sebesar 43,89% Kepala BPS Sulsel (Yos Rudiansyah, 2021).

Menurut Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan (BPS) mengenai Produksi Cabai merah di Provinsi Sulawesi selatan ditahun 2016 sebanyak 276.375 (kuintal), kemudian di tahun 2017 mengalami kenaikan sebanyak 322.891(Kuintal), pada tahun 2018 produksi cabai merah mengalami penurunanyaitu sebanyak 269.440 (kuintal), dan di tahun 2019 produksi cabai merah turun lagi menjadi 210.546 ( kuintal), dan untuk tahun 2020 produksi cabai merah turun secara signifikan di angka produksi 175.492 (kuintal).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2015) mengenai trend perkembangan Produksi Cabai Merah Besar di Sulawesi Selatan antara tahun 2011- 2014 yang cenderung meningkat. Produksi cabai tahun 2014 sebesar 28,01 ribu ton atau meningkat sebesar 6,64 ribu ton (31,10 persen) dibandingkan tahun 2011.

Sehingga rata-rata peningkatan produksi cabai merah besar selama 4 tahun terakhir adalah sekitar 7 persen. Dari tahun 2013 ke 2014 produksi cabai merah besar juga mengalami peningkatan. Dibandingkan tahun 2013, produksi cabai merah besar Sulawesi Selatan mengalami peningkatan sebesar 879 ton (3,24%).

Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan produktivitas sebesar 0,38 ton per hektar (5,24%). Sedangkan untuk luas panen mengalami penurunan relative kecil sebesar 66 hektar (1,82%).

Tren perkembangan cabai merah besar di Sulawesi Selatan selama kurun waktu empat tahun terakhir yang terlihat fluktuatif. Produksi cabai besar tahun 2014 sebesar 20,79 ribu ton atau meningkat sebesar 4,88 ribu ton (30,68%)

(18)

dibandingkan dengan tahun 2011. Sehingga rata-rata pertumbuhan produksi cabai besar selama empat tahun terakhir sekitar 7% per tahun. Dibandingkan tahun 2013, juga terjadi peningkatan produksi yang relative tinggi, yakni sebesar 1,94 ribu ton (10,27%). Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan luas panen sebesar 251 hektar (6,015%) dan juga peningkatan produktivitas sebesar 0,19 ton per hektar (4,12 persen).

Adapun permasalahan untuk cabai merah Besarmengenai pola distribusi dan stabilitas harga di Makassar. Masalah pertama adalah adanya perbedaan harga antara harga ditingkat petani dan harga dipasar. Masalah kedua adalah adanya produk sayur import (termasuk cabai merah besar) yang masuk ke pasar tradisional daya dengan harga yang lebih murah.

Adapun alasan peneliti tertarik untuk mengangkat judul skripsi Analisis Pola Distribusi Dan Stabilitas Harga Komoditas Cabai Merah Besar Di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassarkarena Komoditas Cabai merah Besar sangat menjanjikan dalam nilai ekonomi, sebab, potensi pasar yang semakin cerah dan juga ingin mengetahui pola distribusi cabai dan harga komoditas cabai merah di pasar tradisional Daya Makassar, apakah stabil atau tidak.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola distribusi pemasaran komoditas cabai merah besar di pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanayya Kota Makassar?

(19)

2. Bagaimana tingkat stabilitas harga komoditas cabai merah besar di pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pola distribusi pemasaran komoditas cabai merah besar di pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

2. Untuk menganalisis tingkat stabilitas harga komoditas cabai merah besar di pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanayya Kota Makassar.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian sebagai berikut:

1. Menjadi bahan masukan bagi pemerintahan dalam merumuskan kebijakan pengelolaan.

2. Menjadi referensi bagi peneliti dan mahasiswa khususnya dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

3. Memberikan pengetahuan baru bagi penulis mengenai perkembangan Pola Distribusi dan Stabilitas Harga Komoditas Cabai Merah Besar di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditas Cabai Merah Besar

Cabai Merah Besar (Capsicum annum L), merupakan salah satu sayuran penting yang dikonsumsi dan diusahakan secara luas di Indonesia. Kebtuhan konsumsi produk segar cabai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perbaikan pendapatan per kapita. Produksi Cabai Merah mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2016. Produksi cabai merah besar tahun 2013 sebesar 1.012.879 ton, 2014 sebesar 1.074.611 ton, 2015 sebesar 1.045.200 ton, dan tahun 2016 sebesar 1.045.601 ton (Badan Pusat Statistik, 2017).

Kebutuhan cabai merah perkapita pada kisaran 3 kg/kapita/tahun sehingga jika jumlah penduduk Indonesia sebanyak 250 juta maka pertahunnya dibutuhkan sebanyak 250 juta maka pertahunnya dibutuhkan sebanyak 750.000 ton dan jumlah sebanyak itu diprediksikan belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri sehingga pemerintah sebagian melakukan impor (Siahaan et al, 2016).

Berdasarkan Direktorat Jenderal Hortikultura (2015), tanaman cabai merah yang dibudidayakan sesuai dengan kondisi di Indonesia dapat memiliki produktivitas yang optimal hingga mencapai 200 kw/ha.

Tingkat konsumsi Cabai di Indonesia terbilang cukup tinggi dan cenderung meningkat setiap tahun. Pada tahun 2010, permintaan cabai nasional mencapai 1.220.088 ton dengan rata-rata konsumsi cabai per kapita per tahun berkisar antara 4-5 kg. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan jenis sayuran

(21)

lainnya, seperti tomat dan kentang yang memiliki rata-rata konsumsi perkapita per tahun sebanyak 3,13 kg dan 3,69 Kg (Rostini, 2012).

Pada tahun 2018 produksi cabai merah nasional mencapai 1,21 juta ton dengan tingkat konsumsi adalah sebesar 1,56 kg/kapita/tahun dan tahun 2019 produksi cabai merah turun menjadi 1,12 juta ton, namun tingkat konsumsi meningkat menjadi 1,58 kg/kapita/tahun. Siklus kebutuhan cabai biasanya meningkat pada bulan-bulan tertentu seperti pada bulan Ramadhan, sedangkan pada bulan-bulan lainnya relatif tetap (Adhiana, 2021). Konsumsi cabai merah sebelum masa pandemic adalah relative tetap yaitu antar 61.361 ton per-bulan hingga 64.930 ton per-bulan. Namun pada masa pandemic kebutuhan yang paling tinggi pada bulan Ramadan hanya 54.238 ton.

Pada masa tertentu, permintaan cabai merah yang tinggi diiringi dengan harga yang tinggi pula dan biasanya terjadi pada bulan juni yaitu saat musim kemarau dan bulan November saat musim hujan. Biasanya pada musim kemarau banyak terjadi gagal panen karena kekuranga air dan pada musim hujan gagal panen akibat serangan hama dan penyakit.

Namun tingginya kebutuhan cabai segar dan cabai untuk industri belum mampu diimbangi oleh ketersediaan produksi cabai dalam negeri oleh petani.

Pasalnya, jumlah produksi cabai nasional cenderung berfluktuatif akibat cuaca ekstrem serta tingkat serangan hama dan penyakit yang cukup tinggi. Pada beberapa kasus, petani menjadi enggan menanam cabai dan mulai beralih menanam komoditas lain sehingga sentra produksi tidak mampu memenuhi permintaan pasar. Produksi dan Produktifitas cabai pada tahun 2006 sampai

(22)

dengan 2010, untuk cabai besar sebesar 3. 705.211 dengan luas lahan sebesar 569.954, maka produktifitasnya sebesar 6,5 ton per hektar.

2.2 Pemasaran Pertanian

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan penting diseluruh aktivitas bisnis dari suatu perusahaan. Keberhasilah usahatani dalam menjalankan suatu usaha sangat tergantung kepada sejauhmana usaha mampu memasarkan produknya sampai ke tangan konsumen akhir. Kegiatan pemasaran merupakan aspek penting yang tidak dapat diabaikan. Peranan pemasaran dala pertanian meliputi penyelenggaraan kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa barang- barang dari produsen ke konsumen. Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya.

Pemasaran yang efisien adalah pemasaran pada pasar persaingan sempurna dimana keuntungan yang dimiliki oleh pelaku kegiatan ekonomi baik itu produsen maupun lembaga pemasaran adalah normal profit. Ukuran efisiensi adalah kepuasan dari konsumen, produsen maupun lembaga-lembaga yang terlibat dalam mengalirkan barang dan jasa mulai dari petani sampai ke konsumen akhir, ukuran untuk menentukan tingkat kepuasan tersebut adalah sulit dan sangat relative (Baladina, 2015).

Sistem pemasaran hasil pertanian adalah suatu kompleks sistem dalam berabagai subsistem yang berinteraksi satu sama lain dan dengan berbagai lingkungan pemasaran. Ketika pemasaran dilakukan secara keseluruhan dan adil, pemasaran secara keseluruhan dapat meningkatkan efisiensi ekonomi,

(23)

peningkatan keuntungan produsen dan meningkatkan kepuasan konsumen (Beierlein et al 2014).

Aktivitas pemasaran merupakan hal yang paling penting dalam sistem agribisnis mulai dari penyediaan sarana produksi pertanian (subsistem input), usahatani (on farm), pemasaran dan pengolahan hasil pertanian, serta subsistem penunjang (penelitian, penyuluhan, pembiayaan/kredit, intelijen pemasaran atau informasi pemasaran, kebijakan pemasaran). Didalam sebuah perusahaan, kegiatan pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting, dimana definisi dari pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yag bernilai dengan pihak lain.

Pada mulanya pasar adalah tempat berkumpulnya pembeli dan penjual untuk mempertukarkan barang-barang mereka, dimana pasar terdiri dari semua pelanggan yang potensial untuk memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan.

(24)

Produk (Barang, Jasa, dan Gagasan

Pasar

Pemasar dan Cake Pembeli Hubungan dan Jaringan Pertukaran dan transaksi Nilai, Biaya dan Kepuasan

Gambar 1. Konsep Inti Pemasaran 2.2.1 Fungsi- Fungsi Pemasaran

Dalam proses penyampaian barang dari produsen ke konsumen diperlukan berbagai kegiatan yang dapat memperlancar proses penyampaian barang tersebut.

Kegiatan-kegiatan tersebut dinamakan sebagai fungsi pemasaran. Fungsi- fungsi pemasaran dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi, yaitu:

1. Fungsi Pertukaran, yaitu kegiatan yang memperbesar perpindahan hak milik barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi Pertukaran meliputi: fungsi penjualan dan fungsi pembelian

2. Fungsi Fisik, yaitu semua tindakan yang berhubungan langsung dengan barang sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk, dan waktu. Fungsi

Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan

(25)

fisik meliputi: fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan dan fungsi pengolahan.

3. Fungsi Fasilitas, yaitu semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pemasaran. Fungsi fasilitas meliputi: fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar.

2.3 Distribusi Pemasaran

Distribusi adalah salah satu aspek dari pemasaran. Distribusi juga dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan. Distribusi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rantai pasok suatu produk. Peran distribusi sangat menentukan bagi tersampaikannya sebuah produk sampai ke tangan konsumen.

Menurut Tjiptono (2014) “saluran distribusi merupakan serangkaian partisipan organisasional yang melakukan semua fungsi yang dibutuhkan untuk menyampaikan produk/jasa dari penjual ke pembeli akhir”.

Saluran distribusi merupakan perantara yang turut serta dalam proses pemindahan barang dari produsen ke konsumen (Mursid, 2015). Banyak organisasi perusahaan menyimpan jenis-jenis distribusi lain seperti: uang, ruang fisik bukatutup, bangunan pabrik, peralatan dan tenaga kerja untuk memenuhi permintaan akan produk dan jasa (Karundeng, et all 2018).

(26)

Menurut Winata (2017) menyatakan bahwa pengertian distribusi adalah bagian dari bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi) yang memegang peranan cukup penting. Menurut Winata (2017) menyatakan bahwa dalam suatu perusahaan saluran distribusi sangat penting untuk dijaga dan dipertahankan dengan baik. Sebab saluran distribusi adalah rangkaian jalur yang membawa produk dari produsen kepada konsumen, apabila saluran distribusi itu tidak efektif dan efisien, setiap produk yang akan sampai ke tangan konsumen akan mengalami kendala yang nantinya akan merugikan produsen sendiri dan konsumen tentunya.

Dalam kegiatan distribusi banyak aspek didalamnya sehingga pendistribusian bisa berjalan dengan efektif, salah satunya adalah distributor.

Distributor merupakan subjek yang melakukan kegiatan distribusi. Tanpa adanya distributor tidak aka nada yang menjembatani produsen dan pembeli.

Menurut Kotler & Keller dalam Hernawaty dan Wijaya (2018) menyatakan bahwa indikator saluran distribusi, antara lain:

1. Ukuran Lot

Jumlah unit yang diizinkan saluran distribusi untuk dibeli oleh pelanggan umum dalam suatu peristiwa.

2. Waktu tunggu dan waktu pengiriman

Rata-rata waktu tunggu pelanggan saluran untuk menerima barang.

pelanggan semakin menyukai saluran dengan pengiriman yang cepat.

3. Keyamanan spesial

(27)

Tingkat dimana saluran pemasaran membuat konsumen lebih mudah membeli produk.

4. Keragaman Produk

Rentang pilihan yang disediakan oleh saluran pemasaran. Biasanya, pelanggan lebih menyukai pilihan yang banyak karena semakin banyak pilihan semakin besar peluang untuk menemukan apa yang mereka buthkan.

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan produk yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mendapatkan laba. Melihat arti pentingnya pemasaran, banyak ahli ekonomi mendefiniskan pemasaran secara berbeda-beda. Menurut Kotler dan Amstrong (2014), pemasaran adalah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalan. Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran bukan hanya tentang menjual barang atau jasa yang memuaskan baik kepada konsumen aktual maupun potensial.

2.4 Teori Harga

Definisi harga yaitu ukuran terhadap besar kecilnya nilai kepuasan seseorang terhadap produk yang dibelinya (Indriyo, 2014). Harga merupakan biaya atau sesuatu yang harus dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan nilai dari barang atau jasa yang dibelinya untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan,

(28)

Menurut Kotler dan Amstrong yang diterjemahkan oleh Sabran (2016), menjelaskan ada empat ukuran yang mencirikan harga yaitu keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas produk, kesesuaian harga dengan manfaat, dan harga sesuai dengan kemampuan atau daya saing harga. Empat ukuran harga yaitu sebagai berikut:

1. Keterjangkauan Harga Konsumen bisa menjangkau harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Produk biasanya ada beberapa jenis dalam satu merek harganya juga berbeda dari yang termurah sampai termahal. Dengan harga yang ditetapkan para konsumen yang membeli produk.

2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk. Harga sering dijadikan sebagai indikator kualitas bagi konsumen orang sering memilih harga yang lebih tinggi diantara dua barang karena mereka melihat adanya perbedaan kualitas. Apabila harga lebih tinggi orang cenderung beranggapan bahwa kualitasnya juga lebih baik.

3. Kesesuaian harga dengan manfaat konsumen memutuskan membeli suatu produk jika manfaat yang dirasakan lebih besar atau sama dengan yang telah dikeluarkan untuk mendapatkannya. Jika konsumen merasakan manfaat produk lebih kecil dari uang yang dikeluarkan maka konsumen akan beranggapan bahwa produk tersebut mahal dan konsumen akan berpikir dua kali untuk melakukan pembelian ulang.

4. Harga sesuai kemampuan atau daya saing harga konsumen sering membandingkan harga suatu produk dengan lainnya, dalam hal ini mahal

(29)

murahnya suatu produk sangat dipertimbangkan oleh konsumen pada saat akan membeli produk tersebut.

Harga berhubungan dengan jumlah uang yang dikeluarkan untuk suatu barang atau jasa yang digunakan. Dalam setiap masyarakat terdapat perbedaan startifikasi social yang membedakan mekanisme dalam menentukan harga. Setiap mekanisme yang ada mempunyai derajat pengaruh yang berbeda pada setiap masyarakat dan pada setiap konteks jaringan sosial (Damsar at.,all 2018).

Indeks Harga Produsen (IHP) merupakan angka indeks yang menggambarkan tingkat perubahan harga pada tingkat produsen. Penentuan harga sangat dipengaruhi harga sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya faktor musiman, karena terdapat dimana musim pertanian melimpah dan musim produk pertanian akan langka yang dipengaruhi terhadap tinggi rendahnya harga.

2.4.1 Tujuan Penetapan Harga

Setiap perusahaan selalu berorientasi pada seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk dan jasa yang dimilikinya, sehingga tujuan penetapan harganya hanya berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehan yang akan diterimanya. Namun didalam perkembangannya, tujuan pendapatan harga bukan hanya berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan pertimbangan non ekonomis lainnya.

Menurut Tjiptono (2008) tujuan penetapan harga adalah:

1. Berorientasi laba yaitu bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba yang paling tinggi.

(30)

2. Berorientasi pada volume yaitu penetapan harga berorientasi pada volume tertentu.

3. Berorientasi pada citra (image) yaitu bahwa image perusahaan dengan harga pemimpin pasar (market leader).

4. Stabilisasi harga yaitu penetapan harya yang bertujuan untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga perusahaan dengan harga pemimpin pasar (market leader).

5. Tujuan lainnya yaitu menetapkan harga dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas konsumen, mendukung penjualan ulang atau menghindari campur tangan pemerintah.

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga

Menurut Tjiptono (2008), ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi harga yaitu:

1. Faktor- Faktor internal:

a) Tujuan Pemasaran Perusahaan b) Strategi Bauran Pemasaran c) Biaya

d) Organisasi

2. Faktor- fakktor Eksternal a) Sifat Pasar dan Permnitaan b) Persaingan

c) Unsur- unsur lingkungan eksternal lainnya.

(31)

Perusahaan dalam menentukan harga menurut Abdullah dan Tantri (2013) dapat dilakukan dengan berbagai cara diantranya:

1. Harga geografis, pendapatan harga geografis melibatkan perusahaan dalam memutuskan dan menetapkan harga produknya kepada pelanggan dalam lokasi yang berbeda.

2. Potongan harga, kebanyakan perusahaan akan memodifikasikan harga dasar mereka untuk memberi hadiah kepada pelanggan atas pembayaran awal, volume pembelian dan pembelian diluar musim.

3. Harga Promosional, pada keadaan tertentu perusahaan kadang menetapkan harga produk mereka dibawah harga resmi dan mungkin dibawah biaya produksi.

4. Harga diskriminasi, perusahaan sering melakukan modufukasi harga untuk menyesuaikan dengan perbedaan-perbedaan yang ada pada pelanggan, produk, dan lokasi.

5. Harga bauran produk, logika penentuan harga harus dimoditikasikan apabila produk tersebut merupakan bagian dari suatu bauran produk.

2.5 Stabilitas Harga

Stabilisasi merupakan tindakan mempertahankan suatu harga atau jasa pada tingkat petani tertentu yang dilakukan oleh pemerintah pada saat tingkat laju inflasi yang tinggi sebagai upaya di dalam menstabilkan harga barang dan jasa tersebut selama periode tertentu. Konsep stabilitas harga didasarkan pada situasi dimana harga selalu berfluktuasi sepanjang waktu. Istilah instabilitas berasal dari

(32)

keseimbangan/equilibrium. Instabilitas harga merupakan refleksi dari ketidak seimbangan antara permintaan dan penawaran. Ketidak seimbangan tersebut dapat disebabkan karena memang terjadi ketidak seimbangan atau disebabkan oleh adanya harapan ketidak seimbangan yang salah atau benar dari pelaku ekonomi.

Apapun yang menyebabkannya, instabilitas harga selalu berarti adanya ketidak seimbangan dalam jangka pendek. Pergerakan harga dalam jangka panjang yang biasanya terjadi karena disebabkan perubahan teknologi atau perubahan permintaan tidak dapat diartikan sebagai instabilitas harga.

Menurut (Kementrian Perdagangan, 2015). Mengatakan bahwa stabilitas harga pangan adalah kepentingan bersama antara produsen pangan dan konsumen.

Kepentingan produsen pangan adalah menginginkan adanya kepastian usaha karena harga yang stabil dapat meningkatkan perencanaan produksi dan tentu saja adalah output yang lebih baik. Dari sisi konsumen, instabilitas harga pangan berpotensi mengganggu program ketahanan pangan (ketersediaan, aksesbilitas, keterjangkauan, dan gizi pangan). .

Tujuan stabilitas harga dalam suatu pangsa pasar dimana para konsumennya sangat sensitif terhadap harga, apabila perusahaan menurunkan harga dapat dipastikan bahwa pesaing juga ikut menurunkan harga pula. Dalam kondisi yang seperti ini, yang mendasari adanya tuuan stabilitas harga dalam industri tertentu yang produknya telah terstandarisasi. Pendekatan ini dilakukan dengan jalan menetapkan suatu harga agar dapat mempertahankan hubungan yang stabil antara harga perusahaan dan juga harga pemimpin industri (industry leader) Qomariah (2016). Tujuan lainnya agar mencegah masuknya pesaing,

(33)

mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah.

Berdasarkan sisi konsumen, instabilisasi harga pangan berpotensi mengganggu program ketahanan pangan (ketersediaan, aksesbilitas, keterjangakauan, dan gizi pangan). Sudah barang tentu selain masalah instabilisasi, persoalan yang sangat penting adalah tingkat harga bagi produsen, tingkat harga yang menguntungkan adalah sangat penting utnuk kesinambungan usaha, sedangkan bagi konsumen harga yang terjangkau sangat penting untuk memastikan hak-hak dasarnya terpenuhi.

Banyak indikator yang digunakan untuk mengukur instabilisasi harga, namun yang paling sering digunakan adalah koefisien keragaman (Coefficient of variation) yang dihitung dari rasio standard deviation dan mean (rata-rata).

Indikator ini dianggap tepat karena dipercaya bahwa tingkat fluktuasi yang rendah disekitar harga rata-rata dianggap tidak penting.

Harga suatu komoditi merupakan hasil dari keseimbangan permintaan dan penawaran. Tingkat harga yang dicapai pada keseimbangan untuk komoditi- komoditi tertentu teritama pangan pokok terkadang menimbulkan ketidakpuasan.

Pada beberapa kasus, kemudian diharapkan dapat menjaga harga pada tingkat tertentu agar tidak meningkat terlalu tinggi atau jatuh terlalu rendah melalui kebijakan harga.

(34)

2.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan

No Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

1. Pola Ditribusi dan Stabilitas Harga

Komoditas Cabai Merah Besar dan Bawang Merah di Pasar Wonomulyo Kabupaten polewali Mandar (Yusral, 2017).

Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode secara

sengaja atau

purposive sampling.

Dari hasil penelitian Pola Distribusi dan Stablititas Harga Komoditas Cabai Merah Besar dan Bawang Merah mulai bulan November 2017,

dapat diambil

kesimpulan bahwa dari komoditas cabai merah besar dan bawang merah dalam penelitian ini tidak pernah stabil dikarenakan harganya yang selalu berubah-ubah dan tidak ada ketepatan harga dari setiap komoditas yang diperjual belikan.

2. Analisis Stabilita Harga Pada Tingkat Petani Menurut Harga Pembelian Pemerintah di Kecamatan Sinjai Utara Kabupaten Sinjai (Surindah, 2021).

Teknik penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Jenis data dan sumber data yang digunakan adalah data primer dengan teknik pengumpulan berupa dokumentasi,

observasi, angket dan wawancara serta dianalisa secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga GKP untuk MTI sebesar Rp.3.950,00 – Rp.4.500,00 dan MT2 sebesar Rp.4.000.000 – Rp. 4.500,00 dengan

GKG pada MTI

Rp.4.141,00 dan MT2 Rp. 5000,00-Rp.5.600,00 dengan rata-rata MTI Rp.5.174,00 dan MT2 Rp.5.231,00.

3. Pola Distibusi dan Stabilitas Harga Pangan (Cabai Merah, Daging Sapi, Daging ayam, Telur, dan Beras) di Kota Medan (Ryan, 2011).

Penentuan daerah enelitian dilakukan secara purposive sampling (sengaja).

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random

Hasil dari penelitian ini adalah pola distribusi komoditi pangan memiliki pola yang sama dan nilai sudah cukup bagus daerah pemasok, jumlah dan share pasokan cabai merah

(35)

sampling dan snow ball. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif.

kota medan adalah Takengon 13 ton/bulan (2,25%), Tanah Karo 371 ton/bulan (64,85%) dan Idrapura 195 ton/bulan (33,68%). Daerah pemasok Jumlah dan share pasokan daging sapi kota medan adalah Jakarta 6.670 ton/bulan (0,2%). New Zealand 28 ton/bulan (0,4%) dan Rumah potong Hewan 247,4 ton/ bulan (3,56%).

4. Perdagangan Antar Pulau Komoditas Cabai di Indonesia:

Dinamika Produksi Dan Stabilitas Harga

(Herman dan

Wahyuning, 2018).

Data yang digali terdiri dari data primer dandata sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif terkait dengan pola distribusi dan peta perdagangan

antarpulau/wilayah.

Analisis aspek-aspek yang terkait dengan jaringan pemasara, margin pemasaran, dan elastisitas transmisi.

Produksi Cabai

meningkat secara tajam dijawa Barat sedangkan di Jawa Tengah, Sumatera Barat, Lampung, dan Provinsi lainnya relative lambat karena masalah penyakit dan keterbatasan lahan.

Produksi cabai di Sumatera Barat masih

belum memenuhi

permintaan dimana arus distribusi cabai dari Yogyakarta dan Jawa Tengah ke Provinsi Sumatera Barat cenderung meningkat lebih banyak dari pada yang keluar provinsi.

5. Evaluasi Sistem Distribusi Pupuk Dalam mendukung Ketersediaan dan Stabilitas Harga di Tingkat Petani (Nila Wijayanti, Ieke Wulan Ayu, Sri

metode penelitian yang digunakan menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif dan kauntitatif. Metode analisis data yang digunakan dalam

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mekanisme

pendistribusian pupuk bersubsidi di Kecamatan Utan dan Plampang sudah sesuai dengan aturan dari permentan &

(36)

analisis SEM (Structural Equation Modeling) dengan menggunakan

software WarlpPLS 3.0.

implementasi

pendistribusian pupuk bersubsidi ditinjau dari segi ketepatan tempat, ketepatan jumlah, pelaksanaan penyaluran secara keseluruhan didapatkan nilai R Square 0,06, yang yang artinya masih lemah, perlu dirtingkatlan lagi kinerjanya.

6. Fluktuasi dan Disaritas Harga Cabai di Indonesia

Penelitian ini menggunakan data seekunder. Metode analalisis data yang digunakan adalah Coefficient of Variation atau koefisien keragaman (KK)

Hasil penelitian menunjukkan terjadi fluktuasi harga pada periode tersebut.

Kenaikan harga tertinggi terjadi pada bulan Juli- Agustus 2011. Fluktuasi tersebut disebabkan waktu tanam cabai yang sangat dipengaruji cuaca.

Harga cabai merah besar dan cabai merah keriting relatif lebih stabil.

7. Analisis Distribusi Komoditas Beras di Kota Probolinggo (studi kasus di desa kabupaten

probolinggo)

Metode yang

digunakan adalah analisis deskriptif, analisis margin, analisis SWOT dan analisis persepsi masyarakat. Data yang digunakan data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kota probolinggo memiliki tiga pola distribusi dan dari distribusi nilai rantai diketahui bahwa petani rata-rata

mendistribusikan hasil pertaniannya kepada pedagang tengkulak besar 88% dan 12%

kepada penggiling.

8. Struktur Pasar, Distribusi dan Pembentukan Harga Beras

Metode yang

dilakukan adalah statistik deskriptif dan pendekatan model Houck.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa strukturpasar besar di Yogyakarta pada tingkat pengepul adalah oligopoli, semakin ke hilir semakin kompetitif.

(37)

Pola ditribusi beras di Yogyakarta mengikuti jalur panjang yaitu dari produsen dikumpulkan pengepul dibeli pedagang besar di distribusikan ke pengecer baru dijual ke konsumen.

9. Dampak Penerapan

Harga Acuan

Pembelian (HAP) Gula di Tingkat Eceran Terhadap Harga Gula Petani dan Stabilitas Harga Gula.

Metode Penelitian yang digunakan adalah menggunakan pendekatan analisis ekonometrik melalui Error Corrrection Model (ECM).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ebijakan HET

berpengaruh terhadap harga lelang gula petani dalam jangka panjang, harga lelang gula petani lebih ditentukan oleh harga gula impor, stok gula nasional, dan harga lelang gula yaitu penerapan PPN gula.

10. Analisis Fluktuasi Harga Beras Kualitas

Medium dan

Premium di Pasar Tradisional Kota

Kupang dan

Maumere. Studi kasus:Pasar Inpres Naikoten 1 Kupang dan Pasar Alok Maumere

Data yang digunakan dalam penelitian ini beruoa data sekunder. Metode pengumpulan data tersebut yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh melalui lembaga terkait seperti Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis Coefisien of Variation

(CV)(tujuan pertama sedagkan yang kedua menggunakan

analisis grafis.

Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat fluktuasi harga beras yang terjadi di Pasar Inpres Naikoten 1 Kupang dan Pasar Alok Maumere tersebut pada periode waktu bulan January 2018- Desember 2020 bisa disimpulkan

bahwa CV yang

diperoleh pada harga beras kualitas medium dan premium di Pasar Inpres Naikoten 1 Kupang dan Pasar Alok Maumere pada periode januari 2018 – Desember 2021 berkisara 2,45% - 0,23%(Medium 1, Pasar Inpres Naikoten 1 Kupang), 2,38% - 0,44%

(Premium 1, Pasar Inpres Nikoten 1Kupang) 4,25%

(38)

Pasar Alok Maumere ), 4,69% - 0,13% (Premium 1, Pasar Alok maumere).

2.7 Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran merupakan rancangan atau garis besar yang telah digagas oleh peneliti dalam merancang proses penelitian. Kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan. Kerangka ini disusun dengan berdasarkan pada tinjauan pustaka hasil penelitian yang relevan atau terikat. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan adalah alur-alur pemikiran yang logis dalam membangun suatu berpikir yang membuahkan kesimpulan berupa hipotesis.

Masalah-masalah yang telah diidentifikasi dihubungkan dengan teori sehingga ditemukan pula pemecahan atas permasalahan yang telah diidentifikasi tersebut.

Hal ini ditunjukkan agar dapat menjawab atau menerangkan masalah yang telah diidentifikasi itu.

Uma Sekaran dalam Sugiyono (2016) mengemukakan bahwa, kerangka piker merupakan model konsep tua tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masa;ah yang penting.

Sedangkan menurut Suriasumantri dalam Sugiyono (2016) yang mengemukakan bahwa, kerangka pemikiran ii merupakan penjelasan sementara terhadap gejala- gejala yang menjadi objek permasalahan.

(39)

Stabilitas Harga

Konsumen

Pedagang Pengecer Pedagang

Besar

Harga Tingkat Pedagang Komoditas Cabai Merah

Maka dapat disimpulkan bahwa kerangka pemikiran merupakan rancangan atau pola piker yang menjelaskan hubungan antara variabel atau permasalahan yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan untuk dianalisis dan dipecahkan. Sebagaimana dirumuskan dalam bagan berikut:

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian Analisis Pola Distribusi dan Stabilitas Harga Komoditas Cabai Merah Besar di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tradisional Daya Jln. Perintis Kemerdekaan Jln Kapasa Raya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Sulawesi-Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2022.

3.1 Teknik Penentuan Sampel

Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2018) purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel diambil secara sengaja dengan pedagang cabai merah yang terdiri dari 105populasi pedagang yang ada di pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kabupaten Makassar. Dengan berpatokan pada pendapat (Arikunto, 2002) bahwa jika populasi keseluruhan lebih dari 100, maka dapat diambil 10% - 15% dari jumlah populasi. Jadi jumlah sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah pedagang besar sebanyak 3 orang, sedangkan untuk pedagang pengecer sebanyak 17 orang. Jadi jumlah keseluruhan sampel yaitu 20 oranng. Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling).

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(41)

1. Data Primeryang didapatkan melalui kegiatan wawancara dengan subjek penelitian dan dengan observasi atau pengamatan langsung dilapangan.

2. Data sekunder yangdiperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kota Makassar, Kementrian Pertanian serta studi literature yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti buku bacaan, jurnal ilmiah dan internet yang sesuai dengan topic penelitian yang dilakukan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, meliputi beberapa cara sebagai berikut.

1. Dokumentasi berupa pengumpulan data-data yang dianggap relevan dengan penelitian terkait pola distirbusi dan harga komoditas cabai merah besar pada tingkat pedagang besar dan pedagang pengecer maupun berupa data pasar atau laporan tahun yaitu angka maupun tertulis.

2. Observasi merupakan pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya.

3. Angket (kuesioner) adalah pengumpulan data dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Kusioner merupakan metode pengumpulan data yang efsien bila peneliti telah mengetahui dengan pasti vvariabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan responden.

4. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

(42)

CV = �� � 100%

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam Penelitian ini, ada dua (2) metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriiptif kualitatif dan analisis data kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi (Sugiono, 2012).

Sedangkan metode kuantitatif dengan menggunakan koefisien variasi (CV). Koefisien variasi adalah perbandingan antara simpangan standard an harga nilai rata-rata yang dinyatakan dengan persentase (Subana, 2000). Koefisien variasi (CV) diperoleh dengan membai simpangan baku atau standar deviasi dengan nilai yang diharapkan.

Menurut Pappas dan Hirschey (1995) bahwa koefisien variasi (CV) yang merupakan ukuran resiko relative secara simetris dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

CV : Koefisien Variasi SD : Simpang Deviasi x : Nilai rata-rata

Kriteria yang digunakan adalah jika CV < 0,5 maka usaha yang dianalisis memiliki resiko kecil dan apabila nilai CV > 0,5 maka usaha yang dianalisis memiliki resiko besar. Semakin kecil nilai CV menunjukkan bahwa resiko yang

(43)

harus ditanggung pedagang semakin kecil. Sebaliknya semakin besar nilai CV maka semakin besar pula resiko usaha yang harus didapatkan (Ginanjar, 2019)

3.5 Definisi Operasional

1. Cabai Merah Besar memiliki pangsa pasar yang cerah, karena volume permintaan konsumen yang tinggi. Cabai merah merupakan tanaman hortikultura yang diteliti di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kabupaten Makassar.

2. Pedagang besar merupakan pedagang yang membeli barang dalam jumlah besar langsung dari produsennya untuk dijual lagi kepada para pengecer atau kepada perusahaan-perusahaan industri.

3. Pedagang pengecer yang disebut jua pengecer, menjual produk komoditas langsung ke konsumen secara sedikit demi sedikit atau satuan.

4. Pola Distribusi sebagai pola penjarakan antara individu dalam perbatasan

populasi. Penyebaran populasi yang merupakan penyebaran individu memiliki tiga pola dasar yaitu acak (random), seragam (uniform), dan meggerombol (clumped).

5. Stabilitas Harga dimana mempertahankan suatu harga barang pada tingkat tertentu yang dilakukan oleh pemerintah pada saat tingkat laju inflasi yang tinggi.

(44)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

Pasar Tradisional Daya merupakan salah satu pasar yang ada di Kota Makassar. Pasar Tradisional Daya mulai digunakan tahun 1959, diakhir tahun 1990-an dan sepanjang tahun 2000-an di Kota Makassar berbagai proyek revitalisasi beberapa dasar “tradisional” berlangsung.

Pasar Tradisional Daya terletak di Kalurahan Daya Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar. Kelurahan Daya salah satu keluarahan yang terdapat di Kecamatan Biringkanaya yang merupakan daerah bukan pantai dengan topografi ketinggian antara permukaan laut. Kecamatan Biringkanaya juga merupakan salah satu dari 14 kecamatan di Kota Makassar dengan luas wilayah 48,22 km², kecamatan ini berbatasan dengan ujung tanah disebelah Utara, kecamatan tallo di sebelah Timur, kecamatan Makassar di sebelah Selatan Barat berbatasan dengan kecamatan Ujung Pandang (Muliati, 2017).

Pasar Tradisional Daya yang berada di Kota Makassar yang Kondisi geografisnya terletak ditengah-tengah wilayah Kepulauan Nusantara, menjadikan kota ini sebagai pusat perlintasan dari Wilayah Barat ke Wilayah Timur maupun dari Wilayah Utara ke Wilayah Selatan Indonesia. Posisi ini menyebabkan kota Makassar mempunyai daya Tarik yang cukup kuat bagi para migran sebagai cikal bakal pelaku sektor informal pedagang kaki lima, baik dari wilayah Sulawesi Selatan sendiri maupun dari proponsi-propinsi lain di kawasan timur Indonesia dan di luar Sulawesi, untuk datang dan mencari pulang kerja dikota ini.

(45)

4.2 Keadaan Demografis

Demografi atau ilmu kependudukan adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, dan bagaimana jumlah penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan.

Secara demografis jumlah penduduk masing-masing kecamatan di Kota Makassar di tahun 2020 sebanyak 740.960 laki-laki dan 743.952 perempuan jadi jumlah keseluruhan penduduk di Kota Makassar sebanyak 1.484.912 jiwa.

Makassar merupakan kota yang multi etnis penduduk Makassar kebanyakan dari Suku Makassar dan Suku Bugis, sisanya berasal dari toraja, Mandar, Buton, Tionghoa, Jawa dan sebagainya. Secara demografis dari aspek agama, yaitu Islam 82,36%, Kristen 15,19%, Protestan 9, 61%, Katolik 5,58%, Buddha 1,42%, Hindu 0,76%, Konghucu 0,27%.

(46)

Tabel 4.2 jumlah Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Makassar No. Kecamatan Laki-laki

(Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Penduduk (Jiwa)

1. Mariso 30.087 30. 155 60.242

2. Mamajang 29.453 30. 490 59.943

3. Makassar 42.693 43.499 86. 192

4. Ujung Pandang 12.566 13.300 25.866

5. Wajo 15.845 15.754 31.599

6. Bontoala 28.751 29.064 57.815

7. Tallo 76.873 75.414 152.287

8. Ujung tanah 19.092 18.915 38.007

9. Panakkukang 73.266 73.494 146.760

10. Tamalate 94.718 94.117 188.835

11. Biringkanaya 105.929 105.566 211.495

12. Manggala 76.803 76.749 153.552

13. Rappocini 75.322 77.947 153.269

14. Tamalanrea 52.290 52.151 104.441

15. Kep. Sangkarrang 7.272 7.337 14.609

Total 740.960 743.952 1. 484.912 Sumber: Disdukcapil Kota Makassar

1.3 Sejarah Pasar Daya

Sejarah pasar Tradisional daya Makassar mempunyai sejarah yang cukup berdinamika dikarenakan beberapa peristiwa yang penting dalam sejarah perjalanan pasar ini.

Pada tahun 1992 pennyerahan asset ke PD Pasar Raya Makassar dalam hall pengelolaan seluruh pasar di Kota Makassar (Khususnya pasar daya). Selain itu, pada tahun 1992 terjadi kebakaran di pasar lama Daya yang terletak di jalan

(47)

poros Perintis Kemerdekaan dengan posisi persimpangan jalan Paccerakkang yang mengakibatkan puluhan lapak pedagang pasar lama hangus terbakar, kemudian para pedagang kembali membuat lapak-lapak kecil untuk dipakai berjualan tetapi dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Kemudian pada tahun 1996 pada masa kepemimpinan walokota Malik B. Masri mencari solusi untuk pasar ini yang kemudian mengeluarkan kebijakan untuk membangun ulang pasar Daya Makassar dengan membebaskan tanah warga Biringkanaya seluas 7,4 hektar dalam jangka waktu 2 tahun masa pembangunan. Dengan asumsi bahwa:

1. Pasca terjadinya kebakaran di pasar lama, Pemerintah Kota Makassar harus membangun pasar baru.

2. Pemerintah melihat lapak yang digunakan pedagang sangat tidak layak.

3. Untuk mengurangi kemacetan yang terjadi di Jl. Perintis Kemerdekaan sehingga kemacetan sulit dihindari. Hal ini membuat Walikota Makassar memberikan solusi membebaskan lahan sekitar jalan Kapasa Raya.

Kemudian 4 tahun kemudian di tahun 1996 lahan dibebaskan, dipaketkan dengan terminal dan Pasar Daya dengan luas 16,2 hektar. Khusus untuk pasar Tradisional Daya ini oleh Bapak Malik B.Masri sebagai walikota Makassar pada waktu itu.

Pada tahun 1996 pemerintah mulai membangun pasar Daya Baru yang diberi nama Niaga Baru yang pihak ketigakan oleh PT Kalla Inti Karsa (KIK) dengan kontrak kerjasama selama 25 tahun. Dimana PT KIK hanya memberikan kios-kios dan front toko selama kontrak tersebut. Sedangkan Bank BNI, Niaga,

(48)

PT Kalla Inti Karsa (KIK) dengan melakukan perjanjian dengan Pemerintah Kota segala perjanjian sudah selesai disepakati termasuk izin-izin yang diberikan, penjualan toko los dan front toko. Sampai saat ini perjanjian tersebut sudah berjalan 11 tahun. Pt Kalla Inti Karsa dalam hal ini izin-izin yang diberikan langsung dia bangun, tidak ada lagi masalah yang dibicarakan (dibahas).

Kalau ada rapat pertemuan kepala pasar dengan KIK biasa dibahas adalah adipura, kebersihan dan kesehatan.

(49)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Identitas responden adalah profil terkait objek penelitian yang dapat memberikan hasil penelitian dimana responden dalam penelitian ini adalah pedagang besar dan pedagang pengecer yang ada di pasar tradisional daya kecamatan biringkanaya kota Makassar . jumlah responden sebanyak 20 orang yang terdiri dari 3 orang pedagang besar dan 17 orang pedagang pengecer.

5.1.1 Umur Responden

Umur responden merupakan salah satu yang mempengaruhi kemampuan kerja dan produktifitas dalam menjalankan suatu usaha. Umur berhubungan dengan cara berfikir pedagang dan bekerja mengelola usahanya atau dagangannya dengan baik. Tingkat umur terbagi dalam dua golongan diantaranya profuktif dan tidak produktif.

Kelompok umur 1-14 tahun dianggap senagai kelompok yang belum produktif, kelompok umur 15-65 tahun sebagai kelompok umur yang produktif dan kelompok umur 64 tahun keatas sebagai kelompok yang tidak produktif (Yuri dan Nasri, 2014). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data jumlah responden pedagang berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 5.1.

(50)

Tabel 5.1 Komposisi Umur Responden Pedagang Cabai Merah Besar di

PasarTradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar, 2022 No Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 28–33 4 20,00

2 34–39 6 30,00

3 40–44 6 30,00

4 45–49 3 15,00

5 50–53 1 5,00

Jumlah 20 100,00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa rata-rata responden paling banyak yang berumur 34-39 dan 40-44 tahun dengan jumlah masing-masing 6 orag (30,00%) dan responden yang paling sedikit berumur 50-53 tahun dengan jumlah 1 orang (5,00%) dari keseluruhan sampel. Berdasarkan teori Yuri dan Nasri (2014) maka dapat diketahui bahwa kelompok usia yang paling berpengaruh dan ideal berada pada rentang usia 34-39 dan 40-44 tahun sebanyak 6 orang (30,00%) yang merupakan umur ideal yang pahan dan berpengalaman terkait harga cabai merah.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan pada umumnya mempengaruhi cara berpikir dan bertindak dalam pengambilan keputusan dalam usaha. Secara umum, pendidikan yang lebih tinggi ditunjang oleh berbagai pengalaman akan mempengaruhi produktifitas kemampuan kerja yang lebih baik. Tingkat pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang untuk mendapatkan informasi dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam menjalankan suatau usaha. Tingkat pendidikan ini

(51)

merupakan bentuk nilai bagi seseorang terutama dalam menerima hal baru (Suhardjo, 2007).

Tabel 5.2. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kabupaten Makassar No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 SD 5 25,00

2 SMP 7 35,00

3 SMA 8 40,00

Jumlah 20 100,00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa, tingkat pendidikan responden pedagang cabai merah di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar dilihat dari tingkat pendidikan sangat bervariasi mulai dari tingkat paling dominan yaitu SMA sebanyak 8 orang (40,00%). SD sebanyak 5 orang (25,00%). SMP sebanyak 7 orang (35,00%). Beberapa pedagang yang lulusan SD, SMP, dan SMA yang mampu meresap informasi, guna untuk peningkatan kualitas dan pengetahuan alur distribusi dan stabilitas harga cabai merah.

5.1.3 Pengalaman Berwirausaha

Pengalaman berwirausaha adalah peristiwa atau kegiatan nyata pernah dialami saat berwirausaha, yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang dapat diambil dari peristiwa tersebut.

Menurut Kristanto (2009) pengalaman merupakan guru yang tebaik.

Kompetensi hanya dapat dicapai dalam jangka panjang. Kompleksitas pelaku dan

(52)

hal bisnis adalah hal yang wajar, tetapi pengalaman harus dipupuk terus-menerus.

Adakalanya, kurang pengalaman dalam hal bergaul, memahami orang, memahami antar komonitas, hukum dan aturan lain dalam kehidupan bisnis menjadi suber kegagalan bisnis. Karakteristik pengalaman berdagang dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel5.3 Pengalaman Berdagang Komoditas Cabai Merah Besar di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar

No Lama Berdagang Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 5 – 8 9 45,00

2. 9–11 5 25,00

3. 12–14 1 5,00

4. 15–17 2 10,00

5. 18–20 3 15,00

Jumlah 20 100,00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 5.3, dapat dilihat bahwa pengalaman berdagang mulai dari 5-8 tahun yang berjumlah 9 orang (45,00%), 9-11 tahun berjumlah 5 orang (25,00%), 12-14 tahun berjumlah 1 orang (5,00%), 15-17 tahun berjumlah 2 orang (10,00%), dan 18-20 berjumlah 3 orang (15,00%).

Berdasarkan data yang diperoleh pada pedagang cabai erah umumnya sudah cukup berpengalaman. Berdasarkan teori Nitisemito dan Burhan (2004) mengemkakan bahwa semakin lama seseorang dalam melakukan suatu kegiatan maka akan semakin banyak pula pengetahuan terkait harga pembelian maupun harga penjualan cabai merah.

(53)

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga adalah anggota yang harus ditanggung oleh responden. Semakin banyak anggota keluarga responden maka semakin banyak tenaga kerja yang tersedia. Tetapi di lain sisi, tanggungan keluarga juga akan bertambah dan biaya hidup juga semakin tinggi. Adapun jumlah anggota keluarga menurut responden bisa dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Jumlah Tanggungan Keluarga Menurut Responden Pedagang Cabai Merah Besar di Pasar Tradisional Daya Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar

No Jumlah Tanggungan

(Orang) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 1 – 3 9 45,00

2. 4 − 5 6 30,00

3. 6 − 7 2 10,00

4. 8 − 9 1 5,00

5. 10 –11 2 10,00

Jumlah 20 100,00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 5.4, menunjukkan bahwa tanggungan keluarga setiap pedagang berbeda-beda dan yang paling dominan terbanyak adalah 1-3 orang dengan jumlah responden sebanyak 9 orang yang memiliki persentase 45,00%, sedangkan sekitar jumlah tanggungan keluarga 4-5 orang dengan jumlah responden 6 orang dengan persentase 30,00%, 6-7 responden yang memiliki jumlah tanggungan 2 orang dengan persentase 10,00%, dan jumlah tanggungan 10-11 orang paling sedikit jumlah respondenya yaitu 1 orang dengan persentase

(54)

Petani

5,00%. Pedagang yang memiliki jumlah tanggungan yang banyak dapat membantu mengurangi penggunaan tenaga kerja.

5.2 Pola Distribusi Cabai Merah Besar

Menurut Tjiptono (2014)“Saluran distribusi merupakan serangkaian partisipan organisasional yang melakukan semua fungsi yang dibuthkan untuk menyampaikan produk atau jasa dari penjual ke pembeli akhir”

Bentuk saluran istribusi ada dua jenis saluran distribusi langsung dan saluran distribusi tidak langsung. Adapun saluran distribusi yang digunanakan di Pasar Tradisional Daya adalah saluran distribusi tidak langsung dimana para pedagang mengambil barang ke pedagang sebelumnya atau ke petani lalu di bawa ke pasar untuk menjual barang dagangannya dan berinteraksi langsung dengan pembeli dengan tujuan dapat membantu dan menyampaikan produknya ke pembeli atau konsumen dalam pasaran yang lebih luas. Adapun pola distribusi cabai merah besar di Pasar Tradisional Daya adalah sebagai berikut:

1. Saluran I

Saluran I komoditas cabai merah besar merupakan saluran distribusi tidak langsung karena jalur perantaranya yang panjang yaitu dari petani ke pedagang besar kemudian dari pedagang pengecer baru ke konsumen. Alur Distribusi pada saluran I dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.1 Alur Distribusi Saluran I

Konsumen Pedagang

Pengecer Pedagang

Besar

(55)

Petani Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar

Pedagang Pengecer

Berdasarkan Gambar 5.1 mengenai alur distribusi di Saluran I cabai merah besar berasal dari petani yang berasal dari Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Takalar yang kemudian petani menyalurkan barangnya ke pedagang besar kemudian ke pedagang pengecer dari pengecer baru ke konsumen di Pasar Tradisional Daya. jumlah pedagang cabai merah besar di Saluran I ini berjumlah 7 orang

Fungsi dari saluran distribusi ini diperlukan agar proses distribusi berjalan lancar dengan tujuan hasil produksi dapat sampai ke konsumen selain itu agar bisa lebih memudahkan konsumen dalam memperoleh barang, ini dikarenakan tidak semua konsumen bisa mendapatkan barang mereka yang butuhkan.

Semakin banyak mata rantai yang ikut beperan dalam kegiatan pemasaran maka semakin banyak pula penyebaran barang produksi secara luas.

2. Saluran II

Saluran II Komoditas cabai merah besar merupakan saluran distribusi tidak langsung karena memalui perantara yang lebih panjang yaitu dari petani ke pedagang pedagang pengumpul lalu ke pedagang besar kemudian ke pedagang pengecer dan terkahir ke konsumen. Alur distribusi pada saluran II dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.2 Alur Distribusi Saluran II

Berdasarkan Gambar 5.1 mengenail alur distribusi di saluran II yaitu Konsumen

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, pemahaman kode etik akuntan dikalangan mahasiswa akuntansi (Universitas-Universitas Di Kota Palembang) mahasiswa

Spasial BAPPEDA Peta sebaran bahaya terhadap penggunaan lahan dan rencana pola ruang Peta bahaya bencana tsunami Kawasan Perkotaan Kalianda v Analisis Spasial

Hal ini dikarenakan viabilitas probiotik pada minuman menjadi komponen penting dan memiliki nilai fungsional yang tinggi bagi kesehatan yaitu minimal 1x10 8 dengan

Rekomendasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah (1) Modul IPA berbasis Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah

Dalam penulisan ini, penulis mengunakan pendekatan Analysis Content (isi), sehingga hasil penelitiannya tidak berupa angka-angka melainkan berupa interpretasi dan

pembelajaran, tata nilai, industri kreatif, dan desain seni Kuliah&amp; Brainstorming Ceramah Diskusi Penugasan Presentasi/ produk [TM : 2 x 50”] Portofolio Kinerja Produk

Pada umumnya maklumat yang sedia ada dalam buku Teks Sejarah Tingkatan Lima mengenai proses pembentukan Malaysia adalah terhad dan tidak mencukupi bagi pelajar untuk

Opini audit tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Ukuran KAP berpengaruh positif terhadap auditor switching. Pengaruh financial distress terhadap auditor switching