• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMPERBAIKI BACAAN AL-QUR AN PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 ENREKANG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMPERBAIKI BACAAN AL-QUR AN PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 ENREKANG SKRIPSI"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

DI SMP NEGERI 1 ENREKANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam

Pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

TIRTA DEWI S.

NIM. 20100118085

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2022

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tirta Dewi S.

NIM : 20100118085

Tempat/ Tgl.Lahir : Enrekang, 04 Desember 1999 Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam/S1 Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Instansi : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Alamat : Jln. H. M. Yasin Limpo Samata Gowa.

Judul : Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Memperbaiki Bacaan Al-Qur’an Peserta Didik Di SMP Negeri 1 Enrekang

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang di peroleh karenanya batal demi hukum.

Samata, 30 Januari 2022

Penulis

Tirta Dewi S.

20100118085

(3)

iii

(4)

iv

ُةَلاهصلاَو ،ِنيِّدلاَو اَيْ نُّدلا ِروُمُأ ىَلَع ُْينِعَتْسَن ِهِبَو ،َينِمَلاَعْلا ِّبَر ِهِلِلَ ُدْمَْلْا ِفَرْشَأ َىلَع ُمَلاهسلاَو

ُدْعَ ب اهمَأ ،َينِع َم ْجَأ ِهِبْحَصَو ِهِلآ َىلَعَو َينِلَسْرُم لا

Segala puji dan syukur kepada Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Memperbaiki Bacaan al-Qur’an Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Enrekang”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan dan uswatuh hasanah kita, Rasulullah saw yang telah memberikan cahaya Islam dan sebagai contoh teladan yang baik.

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Strata Satu (S1) yang diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan penyususnannya. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, ayahanda Sudirman dan ibunda Nahariah yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang yang tulus dan rela mengorbankan hal apapun sehingga penulis sampai ke jengjang Strata Satu (S1).

Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D. selaku Rektor UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Rektor I Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor II Prof. Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Pd., Wakil Rektor III Prof. Dr.

H. Darussalam Syamsuddin, M.Ag., dan Wakil Rektor IV Dr. H.

(5)

v

2. Dr. H. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I. sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan beserta Wakil dekan I Dr. M. Shabir U, M. Ag., Wakil Dekan II Dr. Muhammad Rusydi, M.Ag., dan Wakil Dekan III Dr. H. Ilyas, M.Pd., M.Si., serta seluruh stafnya atas segala bimbingan dan nasehat kepada penulis.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Dr. Muhammad Rusmin B, M.Pd.I. sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam serta seluruh Stafnya, dengan segala fasilitas pelayanan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Prof. Dr. H. Syahruddin, M.Pd. sebagai Pembimbing I dan Dr. H.

Muzakkir, M.Pd.I. sebagai Pembimbing II yang senantiasa bersabar dan bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam mengarahkan penulis dari awal sampai skripsi ini selesai.

5. Prof. Dr. H. Wahyuddin Naro, M. Hum. Sebagai Penguji I dan Dr. H.

Syamsuri, S.S., M.A. sebagai Penguji II yang memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat.

6. Bapak Nasruddin, S.Pd sebagai kepala sekolah SMP Negeri 1 Enrekang, Ibu Salma, S.Pd dan Bapak Muhammad Irfan Akbar sebagai guru pendidikan agama Islam kelas VIII, serta seluruh keluarga besar SMP Negeri 1 Enrekang yang telah menerima peneliti dengan baik dan meluangkan waktunya.

7. Teman-teman dari jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2018 yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu, atas partisipasi dan solidaritasnya selama menempuh proses perkuliahan.

(6)

vi

pihak demi menyempurnakan skripsi ini. Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca.

Samata, 28 Januari 2022 Penulis

Tirta Dewi S.

20100118085

(7)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1-16 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 8

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Kajian pustaka ... 11

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 17-34 A. Kemampuan Membaca Al-Qur’an ... 17

B. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35-44 A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 35

B. Pendekatan Penelitian ... 36

C. Sumber Data ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Instrumen Pungumpulan Data ... 40

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 41

G. Pengujian Keabsahan Data ... 42

BAB IV PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMPERBAIKI BACAAN AL-QUR’AN PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 ENREKANG ... 45-57 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

B. Hasil Penelitian ... 47

C. Pembahasan ... 54 BAB V PENUTUP ... 59-61

(8)

viii

DAFTAR PUSTAKA ... 62-63 LAMPIRAN ... 64 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 70

(9)

ix

(10)

x NIM : 20100118085

Fak/Jurusan : Tarbiyah dan Keguruan/ Pendidikan Agama Islam Judul : Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Memperbaiki Bacaan Al-Qur’an Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Enrekang.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan kemampuan membaca al-Qur’an peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Enrekang, 2) untuk menemukan usaha yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik SMP Negeri 1 Enrekang dan 3) menemukan faktor pendukung dan penghambat guru pendidikan agama Islam dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Enrekang.

Jenis penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif, dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun sumber penelitian ini yaitu, guru pendidikan agama Islam dan juga beberapa peserta didik. Kemudian teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, Selanjutnya, dalam mengecek keabsahan data yaitu menggunakan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan serta trianggulasi dengan membandingkan data yang telah diperoleh dari berbagai sumber.

Hasil penelitian ini memberi gambaran bahwa kemampuan membaca al- Qur’an peserta didik di SMP Negeri 1 Enrekang dilihat dari standar yang bisa dicapai peserta didik yaitu dapat membedakan huruf hijaiyah, mengetahui panjang pendek bacaan, dan hukum tajwid. Usaha guru PAI dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an yaitu dengan kegiatan melatih, membimbing dan mengajar peserta didik dengan menentukan ayat atau surah yang ada di buku paket atau al-Qur’an, serta memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa pentingnya membaca al- Qur’an. Selanjutnya faktor pendukung yaitu sarana dan prasarana tersedia dan motivasi dari orang tua peserta didik, sedangkan faktor penghambat yaitu ada peserta didik kurang disiplin dan cepat bosan dalam belajar, keterbatasan waktu dan pengaruh pergaulan di lingkungan peserta didik.

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi diri manusia, pendidikan adalah jalan yang harus ditempuh seseorang untuk menemukan jati dirinya sendiri yang sejalan dengan kemampuan, watak, dan bakatnya. Pendidikan merupakan hal yang dibutuhkan untuk dilaksanakan dan diterapkan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menghadapi tantangan masa yang akan datang.

Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari diri manusia sebab hal itu termasuk hak semua warga negara. Pendidikan merupakan suatu usaha atau proses pengubahan sikap dan tingkah laku individu atau kelompok untuk mendewasakan diri melalui latihan dan pengajaran.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3 berbumyi:

Pendidikan Nasional berperan untuk meningkatkan kemampuan serta wujud karakter secara peradaban bangsa yang bermartabat guna mencerdaskan kehidupan bangsa, yang ditujukan memaksimalkan potensi peserta didik supaya menjadi manusia beriman serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.1

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut dipahami bahwa tujuan pendidikan nasional yaitu hendaknya membentuk manusia yang memiliki pribadi yang nasionalis dan religius, nasionalis memiliki rasa tanggung jawab sebagai anak bangsa dan religius yang berhubungan dengan akhlak yang mulia.

1Undang-Undang RI. No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (cet. 1:

Jakarta: Sinar Grafika, 2003 ), h. 5-6.

(12)

Setiap jiwa manusia membutuhkan pendidikan bahkan pendidikan tidak mengenal tempat di mana manusia berada. Pendidikan adalah hal yang sangat penting, sebab jika pendidikan tidak ada maka peradaban manusia tidak akan berkembang dengan baik. Pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia karena pendidikan menjadi faktor pendukung terciptanya potensi sumber daya manusia yang unggul dan pendidikan dihubungkan dengan pelaksanaan tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah.

Pendidikan sebagai petunjuk, penuntun bagi peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai bakat yang ada pada dirinya, sehingga mampu bersaing dengan dunia yang penuh dengan tantangan.

Minat ialah suatu hal yang penting bagi setiap penuntut ilmu, minat ialah faktor internal bagi tiap orang yang bisa mendorong belajar peserta didik, apabila bahan pelajaran tidak berdasarkan minat peserta didik, berarti peserta didik tersebut tidak nyaman dalam proses belajar. Keterlibatan peserta didik dengan aktif pada saat proses belajar mengajar berlangsung jika mempunyai minat yang tinggi untuk belajar. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa peserta didik tidak akan tenang belajar jika dia tidak berminat kepada gurunya atau bahan pelajaran.

Proses belajar akan berjalan dengan baik ada hubungannya dengan minat belajar peserta didik. Dengan minat belajar yang kuat maka prosesnya akan terlihat baik.

Hal tersebut disebabkan karena peserta didik merasa tertarik dengan sesuatu yang melingkupi proses belajar mengajar.

Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh minat, oleh sebab itu jika pelajaran tidak sesuai dengan minat yang dimiliki peserta didik, maka peserta didik tidak akan belajar dengan baik, karena tidak tertarik dengan pelajaran yang ada, atau sebaliknya.

(13)

Berdasarkan hal di atas dapat dikatakan bahwa minat sangat berpengaruh besar dalam proses belajar di sekolah, minat akan berperan sebagai Motivating Force yaitu sebagai kekuatan yang akan mendorong peserta didik untuk belajar.

Peserta didik yang berminat (sikapnya senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan peserta didik yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak ada pendorongnya.2

Guru merupakan pengganti orang tua di sekolah dengan tugas utama mengarahkan, mendidik, melatih, dan membimbing peserta didik serta memberikan upaya bimbingan perilaku keagamaan peserta didik. Guru sebagai pendidik profesional dalam memberikan arahan kepada peserta didik.

Guru adalah figur sentral dalam mengadakan pendidikan, sebab guru ialah seseorang yang dibutuhkan dalam mendorong kesuksesan peserta didiknya.

Seorang guru ialah pendidik profesional, karena secara implisit dia sudah mengikhlaskan dirinya menerima serta menanggung beberapa amanah pendidikan yang dipikul di pundak para orang tua. Mereka ini tatkala menyekolahkan anaknya, serta selaku pelimpahan sujumlah tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal ini memperlihatkan juga bahwasanya orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru di sekolah sebab tidak sembarang orang bisa menjadi guru.3

Sementara itu, guru Pendidikan Agama Islam ialah seorang pendidik yang mengajarkan ajaran Islam serta membina peserta didik ke arah pemenuhan kedewasaan dan membentuk kepribadian muslim yang berakhlak sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat.4 Guru Pendidikan Agama Islam

2M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Islam (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 85.

3Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara,2009), h. 39.

4Zuhairani, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Aksara,1994), h. 45.

(14)

memiliki peran yang sangat penting karena memiliki tanggung jawab mengarahkan peserta didiknya dalam mengajarkan peserta didik dalam melafalkan al-Qur’an secara baik serta benar. Guru PAI pun menuntun peserta didiknya dalam menumbuhkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari dan mengarahkan peserta didiknya dalam membentuk perilaku atau kepribadian yang baik sesuai ajaran Islam.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran penting yang memiliki tujuan agar peserta didik mampu menerapkan ajaran Islam untuk melaksanakan kehidupan. Mempelajari al-Qur’an penting agar tercipta pribadi muslim yang taat. Pribadi muslim ialah pribadi yang terbentuk dari pembentukan nilai-nilai al-Qur’an yang bertujuan memberikan motivasi, bimbingan dan pendalaman atas makna yang ada, jadi bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kitab suci al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an ialah kitab suci agama Islam selaku sumber ajaran utama yang semua isinya tentang akidah, ibadah, peringatan serta kisah yang dapat dijadikan pedoman hidup bagi manusia. Al-Qur’an adalah mukjizat bagi agama Islam yang abadi, kemajuan ilmu pengetahuan makin memperkuat sisi mukjizatnya, al-Qur’an menuntun manusia dari segala kegelapan menuju cahaya dan untuk memberi jalan yang lurus.5

Al-Qur’an di samping selaku pedoman hidup lewat kandungan hukum, di dalamnya pun selaku sarana untuk manusia dalam memperoleh siraman rohani serta kesejukan hati lewat membaca serta mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an.

Makanya, semua muslim diharuskan membaca al-Qur’an setiap hari, khususnya di waktu salat lima waktu. Membaca al-Qur’an sesuai dengan ilmu tajwid dalam

5Manna’ Al- Qatthan, Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an Terjemahan (Jakarta: Ummul Qura, 2016), h. 19.

(15)

Islam merupakan suatu hal yang dianjurkan. Ilmu tajwid yaitu suatu ilmu mengenai bagaimana cara membaca al-Qur’an dengan benar serta teratur berdasarkan makhrajnya, tebal tipisnya, berdengung ataukah tidak, irama serta nadanya dan titik komanya yang dianjurkan Rasulullah saw, kepada para sahabatnya yang tersebar luas dari waktu ke waktu.6

Membaca al-Qur’an dengan tartil merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang muslim. Karena membaca al-Qur’an merupakan ibadah yang bernilai pahala di sisi Allah.

Allah berfirman dalam QS Al-Qamar/54: 16,22,32,40.













 



Terjemahnya:

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.7

Kandungan ayat di atas bisa dipahami bahwasanya setiap muslim dianjurkan beriman kepada Allah dan Kitabnya. Allah menegaskan bahwa isi al- Qur’an mudah dipahami dan dapat diambil sebagai peringatan karena di dalamnya terdapat ajaran-ajaran yang paling baik, karena itu manusia seharusnya mampu mengimani dan tidak mengingkari ajaran yang terdapat dalam al-Qur’an agar dapat selamat dunia dan akhirat.

Zaman generasi muda Islam sekarang masih banyak yang belum fasih membaca dan bahkan ada yang tidak bisa membaca al-Qur’an sama sekali. Akhir- akhir ini juga yang menjadi masalah karena penurunan kecintaan membaca al- Qur’an oleh generasi sekarang. Dapat diketahui setiap muslim memiliki kewajiban mengajarkan al-Qur’an selaku pedoman serta petunjuk jalan hidup manusia. Salah satu penyebab menurunnya minat membaca al-Qur’an adalah

6Tombak Alam, IlmuTajwid (Jakarta: Amzah, 2010), h. 1

7Kementrian Agama RI, Al-Qur’anul Karim (Jakarta: Maktabah Al- Fatih, 2015), h. 529.

(16)

dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih di mana teknologi lebih menekankan ilmu yang bersifat duniawi sehingga lupa tentang ilmu agama sebagai tujuan akhirat.

Selain fungsi al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman dalam melakukan perbuatan. Agar dapat memahami fungsi al-Qur’an maka kita harus mengenal, membaca dan berusaha mempelajari secara lancar serta benar yang berdasarkan aturan membaca (ilmu tajwid) makharijul huruf serta mengamalkan isi kandungan al-Qur’an dalam kehidupan sehari hari. Al-Qur-an pun selaku sarana untuk kehidupan manusia dalam memperoleh siraman rohani serta kesejukan hati lewat membaca serta mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an.

Belajar al-Qur'an perlu memiliki niat yang baik sehingga tertanam dalam jiwa setiap manusia untuk terus belajar membaca al-Qur’an. Hakikat belajar al- Qur’an agar peserta didik bisa memahami konsep-konsep membaca al-Qur’an untuk bisa memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Serta diharapkan peserta didik lancar dalam membaca al-Qur’an.

Tugas pokok guru dalam pendidikan Agama Islam yaitu mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah, menjauhkan diri dari keburukan dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya dan mengajarkan beragam ilmu serta pengalaman kepada peserta didik guna diartikan dalam tingkah laku serta kehidupan.8

Kegiatan seluruh proses pendidikan di sekolah, aktivitas belajar mengajar dan pembinaan yang teratur ialah aktivitas pokok yang penting. Hal ini berarti berhasil tidaknya pemenuhan tujuan pendidikan amat tergantung bagaimana proses belajar yang di terima oleh peserta didik dan tingkat pembinaan yang dilaksanakan guru atas hasil dari pembelajaran tersebut.

8Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 125.

(17)

Kemampuan membaca al-Qur’an ialah hal krusial bagi peserta didik. Maka guru harus terus berusaha memberikan motivasi peserta didik agar tetap semangat dalam mempelajari bacaan al-Qur’an. Guru Pendidikan Agama Islam memberikan penanaman, pelatihan, dan pembinaan bagi peserta didik yang belum lancar dalam membaca al-Qur’an.

Mata pelajaran PAI tampaknya menjadi sorotan dalam dunia pendidikan di tanah air. Perserta didik masih banyak yang menyepelekan tentang bacaan al- Qur’an, hal ini dirasakan peserta didik di SMP Negeri 1 Enrekang, masih ada peserta didik yang belum lancar dalam membaca dan membedakan huruf-huruf al- Qur’an. Kondisi ini harus ditekankan oleh guru terutama guru Pendidikan Agama Islam agar selalu berusaha memberikan inovasi-inovasi dalam membimbing peserta didik, sehingga peserta didik mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, maka peran guru yang menjadi inovasi dalam meningkatkan kemampuan membaca.

Peran guru PAI untuk memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik yaitu berusaha membina peserta didiknya saat bacaan al-Qur’annya salah. Contohnya, masih ada peserta didik yang bingung terhadap panjang pendeknya sebuah bacaan al-Qur’an, berarti tugas guru Pendidikan Agama Islam yaitu dengan membenarkan dan memberi arahan supaya peserta didik tidak keliru dalam membaca al-Qur’an. Pembelajaran membaca al-Qur’an merupakan tugas guru Pendidikan Agama Islam. Artinya, guru Pendidikan Agama Islam berperan krusial dalam aktivitas-aktivitas yang ada di sekolah diantaranya kegiatan ekstrakurikuler yaitu BTQ (Baca Tulis Al-Qur’an). Saat peserta didik kesulitan dalam membaca al-Qur’an, guru Pendidikan Agama Islam membimbing dan mengarahkan peserta didik.

(18)

Berdasarkan informasi dari guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Enrekang bahwasanya masih ada beberapa peserta didik yang belum lancar atau kurang fasih membaca al-Qur’an. Oleh karena itu, penulis tertarik mengadakan penelitian tentang Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam memperbaiki bacaan Al-Qur’an Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 1 Enrekang. Hal tersebut menjadi tugas bagi guru Pendidikan Agama Islam bagaimana usaha dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Adapun fokus penelitian dan deskripsi fokus, sebagai berikut:

1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ialah batasan masalah yang ingin ditelaah. Fokus penelitian pada riset ini ialah peran guru Pendidikan Agama Islam dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an Peserta didik Di SMP Negeri 1 Enrekang.

2. Deskripsi Fokus

Deskripsi fokus ialah menggambarkan secara rinci fokus penelitian supaya tidak ada kesalahan dalam memahami maksud penelitian ini. Maka peneliti memberikan gambaran, sebagai berikut:

a. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Guru berperan sebagai pendidik, yaitu sebagai pembimbing yang berusaha memindahkan ilmu pengetahuan yang mereka miliki kepada peserta didiknya, agar peserta didik lebih banyak memahami ilmu pengetahuan yang lebih luas. Tugas guru secara umum yaitu mengajar, mendidik, mengarahkan, membimbing, melatih, menilai dan mengevaluasi. Bagi guru Pendidikan Agama Islam bukan saja memindahkan ilmu, tetapi berusaha menanamkan nilai-nilai ajaran agama

(19)

Islam kepada peserta didik agar mereka bisa mengaitkan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan yang didapat peserta didik. Adapun tugas guru Pendidikan Agama Islam yaitu khususnya sebagai pembimbing agama untuk peserta didik. contohnya dalam memperbaiki bacaan al- Qur’an peserta didik.

Salah satu indikator pencapaian kompetensi peserta didik pada mata pelajaran PAI, yaitu peserta didik diharapkan bisa membaca al-Qur’an berdasarkan hukum tajwid, dalam hal ini tugas guru ialah membimbing dan memberi arahan kepada peserta didik agar peserta didik dapat membaca al-Qur’an sesuai dengan hukum tajwidnya.

b. Memperbaiki bacaan al-Qur’an

Memperbaiki bacaan al- Qur’an yang dimaksud adalah cara atau usaha yang dilakukan guru PAI dalam membimbing, mengarahkan serta melatih peserta didik memperbaiki bacaan al-Qur’an dengan baik. Untuk membenarkan bacaan al-Qur’an peserta didik dilatih dengan mengikuti bacaan yang dibaca oleh pendidik, serta memberikan tugas kepada peserta didik yaitu menghapal huruf-huruf hijaiyah supaya dapat membedakannya.

c. Peserta didik

Peserta didik dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 1 Enrekang, untuk diketahui kemampuan membaca al- Qur’annya.

(20)

Tabel 1.1 Deskripsi Fokus Penelitian

No Fokus Penelitian Deskripsi Fokus

Peran Guru PAI memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik.

Memperbaiki bacaan al-Qur’an yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha guru dalam mengarahkan peserta didik dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik dan mengetahui faktor penghambat serta pendukung dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik. Guru berusaha membimbing peserta didik dengan memberikan arahan cara membaca al-Qur’an yang baik dan benar sesuai hukum tajwid.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok masalah tersebut dapat dijabarkan di bawah ini:

1. Bagaimanakah kemampuan membaca al-Qur’an peserta didik di SMP Negeri 1 Enrekang?

2. Bagaimanakah usaha yang dilakukan guru PAI untuk memperbaiki bacaan al-Qur’an Peserta Didik di SMP Negeri 1 Enrekang?

3. Apa saja faktor pendukung serta penghambat guru PAI untuk memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik di SMP Negeri 1 Enrekang?

D. Kajian Pustaka

(21)

Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian berupa skripsi maupun jurnal yang membahas mengenai peran guru pendidikan agama Islam memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik, sebagai berikut:.

1. Skripsi yang disusun oleh Tuti Meisyaroh dengan judul “Peranan guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kemampuan membaca Al- Qur’an siswa SMP Negeri 2 kotagajah lampung tengah “. Hasilnya ialah peranan guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an telah berjalan cukup baik lewat mengaplikasikan sejumlah metode yaitu: 1. Apreding ialah membedakan siswa yang telah mampu membaca al-Qur’an, yang belum sama sekali mampu membaca al- Qur’an, serta belum bisa sama sekali membaca al-Qur’an. 2. Guru pendidikan agama Islam selaku pembimbing perlu senantiasa memeonitor peserta didiknya saat BTQ berlangsung. 3. Menyiapkan materi dari yang paling gampang ke yang paling susah. Faktor pendukung peranan guru pendidikan agama Islam untuk meningkatkan kemampuan membaca al- Qur’an ialah orang tua dan guru pendidikan agama Islam. Persamaan dari skripsi ini ialah variabel tentang membaca al-Qur’an dan sama-sama penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaannya adalah skripsi ini mengkaji mengenai bagaimana meningkatkan kemampuan belajar al-Qur’an sementara calon peneliti membahas bagaimana memperbaiki bacaan al- Qur’an peserta didik.9

2. Penelitian yang dilakukan oleh Habibi Nur yang berjudul “Peranan Guru BTQ meningkatkan kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Siswa kelas VII

9Tuti Meisyaroh, Peranan Guru PAI Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al- Qur’an Siswa SMP Negeri Kotagajah Lampung Tengah, Skripsi (Lampung: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, 2020).

(22)

MTs Attaqwa 10 Rawa Silam Kota Bekasi”. Hasilnya ialah upaya guru BTQ dalam meningkatkan kemampuan baca Tulis Al-Qur’an pada siswa MTs Attaqwa 10 Rawa Silam Kota Bekasi berkategori baik yang diketahui dari peranan huru dalam prosese belajar mengajar yang mencakup, penguasaan materi, cara menyampaikan materi berdasarkan mata pelajaran yang ingin diajarkan, membimbing para peserta didik yang belum bisa dalam baca tulis al-Qur’an, memotivasi kepada siswa yang kurang minat dalam mempelajari baca tulis al-Qur’an, menjadikan suasana belajar yang kondusif supaya para peserta didik semangat mempelajari baca tulis al- Qur’an seperti memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik agar para siswa aktif dalam mempelajari baca tulis al-Qur’an. Kemampuan baca tulis al-Qur’an siswa MTs Attaqwa 10 Rawa Silam Kota Bekasi sudah cukup baik, pada waktu penulis memberikan soal tes membaca al- Qur’an kepada peserta didik, ada 80% siswa sudah mampu membaca al- Qur’an dengan baik, dan ada 20% siswa yang belum mampu membaca al- Qur’an dengan baik. Hal ini menunjukkan hanya sebagian kecil saja peserta didik yang kurang mampu membaca dan tidak mampu membaca, menulis dan memahami tajwid dalam al-Qur’an, berarti kemampuan baca tulis al-Qur’an pada peserta didik sudah ada peningkatan setelah belajar di sekolah. Kemungkinan besar atas usaha-usaha atau peran seorang guru.

Persamaan dari skripsi ini adalah sama-sama membahas tentang bacaan al- Qur’an dan merupakan penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaannya yaitu skripsi ini membahas tentang meningkatkan kemampuan membaca tulis al-Qur’an sedangkan peneliti membahas tentang memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik.10

10Habibi Nur, Peranan Guru BTQ meningkatkan kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Siswa kelas VII MTs Attaqwa 10 Rawa Silam Kota Bekasi, Skripsi (Bekasi: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

(23)

3. Skripsi yang disusun oleh Evilia Lingga Arvani “Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta”. Hasilnya ialah usaha untuk menghilangkan kesulitan membaca al-Qur’an tidak terlepas dari peranan guru pendidikan agama Islam yaitu sebagai demonstrator, manajer/pengelola kelas, mediator/fasilitator, evaluator dalam mencapai tujuan pembelajaran al-Qur’an yang dilakukan secara bertahap, tahap 1 Iqra kelas VII, tahap 2 Qur’an kelas VIII dan tahap 3 Tafhimul Qur’an IX.

Hambatan-hambatannya ialah setiap kemampuan peserta didik tidak sama, tidak adanya dukungan keluarga, minimnya kesadaran peserta didik serta keterbatasan jam pelajaran dan usaha menanggulanginya ialah lewati tujuan serta materi pembelajaran, peserta didik, guru-guru Pendidikan Agama Islam, metode serta media pembelajaran, serta evaluasi. Persamaan dari skripsi ini adalah sama-sama membahas tentang membaca al-Qur’an dan merupakan penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaannya, skripsi ini membahas tentang mengatasi kesulitan membaca al-Qur’an peserta didik sedangkan peneliti membahas tentang memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik.11

4. Dalam jurnal yang ditulis oleh Rama Joni, Abdul Rahman, dan Eka Yanuarti, dengan judul “Strategi guru agama dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an warga Desa”. Hasilnya ialah terdapat sejumlah langkah yang diimplementasikan oleh Guru Agama Desa Turan Baru dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an, yakni:

pengadaan pengajian secara rutin, strategi menyimak serta membenarkan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, 2017).

11Evilia Lingga Arvani, Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa di SMP Muhammadiyah 7 Surakarta, Skripsi (Surakarta:Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017)

(24)

bacaan santri saat pengajian, mengulang-ulang bacaan santri, menyemangati santri dalam belajar membaca al-Qur’an. Strategi yang dipakai oleh guru agama desa masih cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an jama’ah yang berada di atas usia 40 tahun ke atas, sebab saat ada kekeliruan, guru bisa langsung membenarkan kesalahan para jama’ahnya. Simpulan, metode serta strategi menyimak dalam membaca al-Qur’an di Desa Turan Baru ialah sebagian metode untuk meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an yang mana juga menaikkan minant belajar para jama’ah, yang nantinya akan mengantarkan jama’ah makin bagus dalam membaca al-Qur’an dengan kaidah bacaan yang benar. Persamaan dari skripsi ini adalah sama-sama merupakan penelitian kualitatif dan sama-sama membahas tentang al-Qur’an.

Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini membahas tentang meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an warga desa, sedangkan peneliti membahas tentang memperbaiki baacn al-Qur’an peserta didik.12 5. Skripsi yang ditulis oleh Hotlina “Strategi guru al-Qur’an hadis dalam

memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik di madrasah tsanawiyah nurul huda, kecamatan jambi luar kota, kabupaten muaro jambi”. Hasilnya ialah:

A. Kondisi baca tulis al-Qur’an berdasarkan ilmu dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik di madrasah sanawiyah nurul huda kecamatan muaro jambi kecamatan jambi, dapat diukur dengan cara 1) guru melakukan tes membaca dan menulis al-Qur’an kepada siswa, 2) kondisi baca tulis al-Qur’an peserta didik. B. Kendala yang dialami guru al-Qur’an hadis diantaranya: 1) perubahan kurikulum 2) tingkat intelegensi peserta didik, dan 3) jam belajar siang. C. Strategi dan hasil yang dicapai

12Rama Joni, Abdul Rahman, dan Eka Yanuarti, Strategi guru agama dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an warga Desa, Jurnal (Desa Turan Baru, 2020)

(25)

oleh guru al-Qur’an hadis dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik di madrasah tsanawiyah nurul huda kecamatan muaro jambi kecamatan jambi luar kota kabupaten muaro jambi, diantaranya: 1) menyelipkan pemahaman tentang tajwid pada materi-materi yang lain 2) memberi keringanan pada peserta didik yang intelegensinya rendah 3) menerapkan media pembelajaran yang menarik dan memberikan pujian atau hadiah. Persamaan dari skripsi ini adalah sama-sama penelitian kualitatif dan mengkaji mengenai kemampuan al-Qur’an. Sementara perbedaannya adalah skripsi yang ditemukan membahas tentang strategi guru al-Qur’an hadis memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik, sedangkan peneliti mengkaji mengenai peran guru Pendidikan Agama Islam dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik.13

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Adapun Tujuan penelitian ini adalah uuntuk:

a. Mendeskripsikan kemampuan membaca al-Qur’an peserta didik di SMPN 1 Enrekang.

b. Menemukan usaha yang dilaksanakan guru PAI dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an Peserta Didik di SMPN 1 Enrekang.

c. Menemukan faktor pendukung serta penghambat guru PAI dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik di SMPN 1 Enrekang.

13Hotlina, Strategi Guru Al-Qur’an Hadis Dalam Memperbaiki Bacaan Al-Qur’an Peserta Didik di Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Kec Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, Skripsi (Muara Jambi: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Sulthan Thaha Saifuddin, 2020).

(26)

2. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Kegunaan Teoretis

Secara teoretis, diharapkan penelitian ini bisa dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam yang memberikan pemahaman mengenai peran guru PAI dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an peserta didik.

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dalam riset ini diinginkan untuk dijadikan selaku informasi krusial dalam mengerti peran guru pendidikan agama Islam dan juga memahami bahwa pentingnya untuk membenarkan bacaan al-Qur’an, serta berguna meningkatkan semangat untuk belajar bagi peserta didik.

(27)

17 BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Kemampuan merupakan sifat bawaan sejak dari lahir ataupun dipelajari yang menjadikan seseorang bisa melaksanakan tugasnya, baik secara mental maupun fisik. Kemampuan serta keterampilan berperan pokok dalam perilaku serta kinerja seseorang. Keterampilan berkaitan dengan tugas yang dimiliki serta dimanfaatkan oleh seseorang di keadaan tertentu.

Hasil belajar merupakan kemahiran peserta didik dalam proses belajar sesuai penilaian guru. Dengan istilah lain kemampuan membaca al-Qur’an merupakan perwujudan dari hasil belajar yang didapat peserta didik selaku wujud akibat dari penilaian pada proses aktivitas belajar.

Kemampuan merupakan bagian krusial dalam belajar. Begitupun penilaian yang ada dalam kemampuan siswa membaca al-Qur’an ialah selaku landasan dalam memberikan penilaian pendidikan bagi peserta didik yang bisa didefinisikan luas dalam perjalanan hidup peserta didik.

Kemampuan membaca al Qur’an merupakan kemahiran seseorang secara individualisme dalam mengerti beragam huruf hijaiyah, bisa melafalkan al-Qur’an berdasarkan kaidah tajwid, serta bisa melafalkan surah yang terdapat dalam al- Qur’an.

1. Definisi Al-Qur’an

Al-Qur’an ialah kitab suci yang diwahyukan oleh Allah kepada Rasulullah dengan perantara malaikat Jibril. Al- Qur’an merupakan sumber utama dan pertama ajaran Islam, yang disamping berfungsi sebagai petunjuk juga sebagai pemisah antara yang hak dan yang batil, antara benar dan yang salah, serta

(28)

menjadi tolak ukur dan pembeda antara kebenaran dan kebatilan.1Ketika membacanya berarti terhitung pahala meskipun tidak mengerti makna ayat yang dibaca. Hal ini menunjukkan bahwasanya membaca al-Qur’an tidak hanya ditujukan untuk mengerti hukum yang ada didalamnya, namun juga menjalin hubungan rohani dengan Allah lewat ayat-ayat yang dibaca.

Al-Qur’anul Karim merupakan kalam Allah sebagai petunjuk yang benar kepada umat muslim, al-Qur’an selaku petunjuk serta jalan hidup manusia yang diwahyukan kepada Rasulullah saw dan termasuk ibadah bagi orang yang membacanya, dibatasi oleh sejumlah surah, orang yang mentransfer bacaannya kepada kita ialah pemindahan bacaan mutawatir (bersambung sanadnya sampai Rasulullah).2

Al-Qur’an pun selaku alat untuk manusia dalam mendapatkan siraman rohani serta kesejukan hati dengan membaca serta mendengarkan ayat-ayat al- Qur’an. Makanya, semua muslim diharuskan membaca al-Qur’an setiap hari, utamanya saat salat lima waktu. Al-Qur’an ialah kalam Allah yang dimanahkan kepada Rasulullah saw dengan lafalnya, serta juga orang arab ditantang namun mereka tidak bisa membuat seperti al-Qur’an itu, bahkan satu surah sekalipun.3

2. Pengertian Membaca Al-Qur’an

Membaca secara umum ialah sebuah tindakan yang memiliki tujuan agar dapat memperkaya sebuah informasi yang lebih luas. Sedangkan dalam membaca al-Qur’an merupakan aktivitas seseorang melaksanakan ibadah dan merupakan kitab suci umat Islam yang harus senantiasa dibaca dan diresapi untuk

1Mardan, Al-Qur’an Sebuah Pengantar (Jakarta: Mazhab Ciputat, 2010), h. 31.

2Harun Maidir, dkk. Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Siswa SD (Jakarta: DEPAG Badan Litbang dan Puslitbang, 2007), h. 25.

3Manna’ Al-Qatthan, Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 1994), h. 10.

(29)

menumbuhkan beberapa pengertian baru dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya yang erat kaitannya dengan tanda-tanda kekuasaan Allah, sekaligus bernilai ibadah bacaan bagi yang membacanya.

Membaca dari kata qara’a yang terdapat pada surah al-alaq ayat yang pertama secara harfiah kata qara’a tersebut berarti menghimpun huruf-huruf dan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya kemudian membentuk suatu bacaan.4

Membaca al-Qur’an merupakan suatu ibadah yang bernilai pahala di sisi allah, dilakukan bagi orang muslim sehingga dengan membaca al Qur’an bisa mengerti serta mengajarkannya secara benar serta baik, sementara membaca secara umum ialah sebuah tindakan dalam memperoleh informasi yang terpercaya serta akurat.5

Kemudian memperbaiki bacaan al-Qur’an yang dimaksud penulis pada riset ini ialah bagaimana mengatasi kesulitan ataupun hambatan yang dialami oleh peserta didik.

Dengan melihat defenisi di atas, memperbaiki bacaan al-Qur’an adalah usaha latihan, bimbingan, dan arahan dari guru agar peserta didik yang ditekankan pada upaya memahami informasi tentang membaca serta cara menuliskan. Dengan tujuan peserta didik bisa membaca al-Qur’an dengan benar serta baik serta dapat membedakan huruf-huruf hijaiyah. al-Qur’an merupakan hal penting untuk dipelajari.

Pentingnya umat Islam untuk mempelajari dan membaca sudah tergambar dari sikap dan perilaku Rasulullah saw atas para tawanan perang badar yaitu

4Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy),(Cet. 4, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Agustus 2010), h. 43.

5Ahmad Hasyim Fauzan, “Pola Pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Al-qur’an,” Ar-Risalah XIII, No. 1 (2015), h. 19-29.

(30)

selaku tebusan mereka untuk terhindar dari tawanan, mereka yang bisa membaca serta menulis diwajibkan mengamalkan umat Islam mengenai pelajaran-pelajaran membaca serta menulis. Dari penjelasan tersebut selaku umat manusia kita diharuskan untuk dapat membaca serta menulis dengan benar, jadi mutlak wajib belajar hingga mahir supaya tidak adanya kesalahpahaman atas apa yang dibaca.

Membaca al-Qur’an nberkaitan dengan masalah tingkatan (tempo). Berikut ini sejumlah tingkatan yang diungkapkan oleh ahli tajwid, ialah:

a. At-Tartil, hal ini membahas tentang membaca dengan tenang dan pelan, mengeluarkan setiap huruf dengan memberikan sifat-sifat yang dimiliknya dan mencermati makna (ayat).

b. Al-Hadr, ialah membaca dengan cepat namun memerhatikan hukum- hukumnya.

c. At-Tadwir, yaitu bacaan tidak terlalu cepat dan tidak terlalu pelan, namun pertengahan antara keduanya.

d. At-Tahqiq, Ialah membaca mirip tartil namun lebih tenang serta perlahan untuk dapat memahami. tempo ini hanya digunakan untuk belajar (latihan) seta mengajar, tidak bisa digunakan pada waktu shalat ataupun menjadi imam.

3. Metode Yang Dipakai dalam Membaca Al-Qur’an

Metode adalah strategi yang perlu dilakukan agar bisa memenuhi tujuan, metode berperan krusial dalam proses pendidikan. Karena, faktanya materi pendidikan mustahil berjalan dengan afektif serta efisien, apabila seorang pendidik tidak memakai metode yang bisa menjadikan peseta didik mengerti apa yang diajarkan oleh pendidik.

Seorang pendidik harus memiliki metode afektif yang dapat memotivasi peserta didik untuk mencintai, membaca, dan menjaga al-Qur’an, sehingga dari

(31)

kalangan pendidik tidak lagi mengeluh tentang anak-anak atau peserta didik yang tidak menyukai atau meremehkan kajian al-Qur’an, sehingga peserta didik tertarik dalam mempelajari bacaan al-Qur’an.

Begitupun dalam hal pengajaran pun membutuhkan metode yang memudahkan yntuk menyampaikan materi, supaya peserta didik bisa mengerti serta memahami apa yang telah disampaikan.

Berikut metode yang dipakai untuk membaca al-Qur’an:

a. Metode Baghladiyah

Merupakan metode yang tersusun (tarkibiah), yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih, biasa dikenal dengan sebutan alif, ba, ta.

b. Metode Qiro’ati

Sistem pengajaran metode ini ialah pengajaran membaca al-Qur’an dengan langsung mempraktekkan bacaan tartil sesuai kaidah ilmu tajwid.

c. Metode An-Nahdidhiyah

Merupakan suatu metode membaca al-Qur’an yang lebih ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran al-Qur’an ini lebih menekankan pada kode ketukan dalam pelaksanaannya.

d. Metode Iqro’

Metode Iqro’ ini merupakan metode membaca al-Qur’an yang lebih menekankan langsung pada latihan membaca, adapun panduan Iqro’

dimulai dari tingkat sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkat yang sempurna.6

6Wiwik Agranti, Penerapan Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, Jurnal Intelegensia (April 2016), h. 15.

(32)

4. Keutamaan Membaca al-Qur’an

Tanda kemurahan Allah kepada hambanya yaitu dengan menganugrahkan fitrah yang suci yang dapat membimbingnya kepada kebaikan, bahkan dari masa ke masa mengutus seorang Rasul yang membawa kitab sebagai pedoman hidup dari hidup dari Allah, mengajak manusia agar beribadah hanya kepada-Nya semata. Menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah datangnya para Rasul.

Belajar dan mengajar al-Qur’an itu sangat penting dan dikatakan bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an.

Barang siapa yang mau mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an maka allah akan memuliakan mereka disisi-Nya. Ayat yang pertama kali turun ialah surah al-Alaq ayat 1-5, yang ayat pertamanya berbunyi iqra’ bismirabbika artinya bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu, hal tersebut ialah perintah membaca. Untuk dapat membaca maka harus dilakukan proses belajar. Meski sekadar membaca huruf al-Qur’an saja Allah telah memberikan apresiasi bacaan seseorang meski belum lancar tetapi bernilai pahala disisi Allah.

5. Kriteria Kemampuan Membaca al-Qur’an

Membaca al-Qur’an sesuai dengan ketetapan tajwid, semua umat Islam berlomba-lomba serta berusaha dalam membaca al-Qur’an berdasarkan tajwid.

Faktanya, proses belajar mengajar akan terlaksana secara lancar dan tujuan akan kemampuan membaca al-Qur’an akan dicapai dengan kriteria/standar jika mampu, yaitu:

a. Kemampuan membedakan huruf hijaiyah

b. Kemampuan memahami panjang pendeknya suatu bacaan

c. Kemampuan dalam ketelitian membaca serta kelancaran membaca d. Kemampuan memahami hukum tajwid

(33)

Hal tersebut dapat diketahui bahwa untuk mengetahui atau mengukur kemampuan baca al-Qur’an peserta didik maka harus sesuai dengan kriteria yang ada. Oleh karena itu guru PAI berusaha melatih, mengarahkan, membimbing peserta didik dalam membaca al-Qur’an sesuai standar yang ada.

B. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas.7 Guru adalah sosok pendidik, pengarah dan sebagai contoh bagi peserta didik. Seorang guru merupakan faktor penentu keberhasilan dalam menjalankan kewajibannya sebagai pendidik.

Guru merupakan profesi yang mulia di mata manusia serta Allah swt.

Dalam UU No. 14 Pasal 1 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa:

Guru ialah pendidik profesional dengan tugas pokok mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai serta mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.8

Guru ialah sosok yang memiliki jiwa kepemimpinannya terhadap peserta didik. Ketika di dalam kelas peserta didik memiliki sikap yang santun terhadap guru karena guru serta peserta didik memiliki kekurangan saat di dalam kelas. Jika dilihat dari Ilmu Pendidikan Islam, secara umum untuk dapat dikatakan guru yang baik maka, guru harus memenuhi tanggung jawab yang di bebankan kepadanya

7Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2014), h. 15.

8Undang-Undang No. 14 Pasal 1 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, h. 2.

(34)

yaitu hendaknya bertaqwa kepada Allah, sehat jasmaninya, berilmu, akhlaknya baik serta memiliki jiwa nasional.

Menurut pandangan Syafruddin Nurdin dalam bukunya mengungkapkan bahwa guru atau pendidik merupakan seorang yang berdiri di depan kelas dalam mentransfer ilmu pengetahuan.9

Firman Allah swt dalam QS Al-Mujadilah/58:11.























 

  

 



































Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu: “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,” berdirilah kamu” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan (derajat) orang- orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.10

Ayat di atas mengandung tuntunan tentang adab dan akhlak ketika menghadiri majelis ilmu yakni memberikan kelapangan kepada orang yang hadir di majelis tersebut. Menurut M. Quraish Shihab (Tafsir Al- Misbah) yang dimaksud diberi pengetahuan adalah mereka yang mereka yang beriman dan memiliki pengetahuan. Ayat tersebut berarti membagi kaum beriman menjadi dua kelompok besar, yang pertama sekadar beriman dan beramal shaleh dan yang kedua beriman dan beramal shaleh serta mempunyai pengetahuan. Kelompok kedua memiliki derajat yang lebih tinggi bukan saja karena nilai ilmu yang

9Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, h. 6.

10Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Cet.IX, Bandung:

Diponegoro,2016), h. 543.

(35)

dimilikinya, tetapi mengamalkannya kepada pihak lain dan menjadi teladan bagi sekitarnya.11

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan akan tempat tuhan yang tepat di dalam tatahan wujud dan kepribadian.12

2. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam

Guru Pendidikan Agama Islam berperan krusial bagi peserta didik. Peran ialah suatu hal yang selaku bagian ataupun yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa).13 Sementara dalam KBBI peran ialah bagian dari tugas utama yang wajib dilaksanakan.14

Secara etimologi, peran ialah sebuah tindakan yang selaku bagian ataupun memegang pimpinan, khususnya dalam terjadinya suatu hal ataupun peristiwa.15Guru merupakan pengganti orang tua di sekolah dengan tugas utama mengarahkan, mendidik, melatih, dan membimbing peserta didik serta memberikan upaya bimbingan perilaku keagamaan peserta didik. Guru sebagai pendidik profesional dalam memberikan arahan kepada peserta didik.

Guru Pendidikan Agama Islam memiliki peran sangat penting dan memiliki pengaruh bagi peserta didiknya sehingga guru pendidikan agama Islam

11M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 77.

12Syed Muhammad An-Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam (Jakarta:

Mizan, 1984), h. 10.

13W.J.S Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976).

14Ananda Santoso dan S. Priyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya:

Kartika,1995), h. 667.

15Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II, Jakarta: Balai Pustaka, 1989) ,h.667.

(36)

mampu membimbing, mengarahkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan agama serta memberikan contoh perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam bagi peserta didik. Oleh karena itu, seorang guru pendidikan agama Islam berusaha membimbing peserta didik yang belum bisa membaca supaya peserta didik mampu mengerti pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru PAI.16

Seorang guru PAI merupakan Pembina karakter peserta didik, guru senantiasa memberikan contoh atau teladan yang baik yang bisa ditiru oleh peserta didik dalam pembentukan karakter atau kepribadia peserta didik yang baik.

3. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam

Kompetensi seorang guru perlu nampak secara menyeluruh (holistic), baik itu dari segi ilmu serta keterampilan mengajar ataupu manusiawi guru secara utuh.17 Guru perlu mampu mengendalikan kelas, bisa berinteraksi di dalam kelas serta rekan kerjanya bisa memiliki prinsip makna kehidupan di sekolah. Jejen Musfah menerangkan bahwasanya kata kompetensi berasal dari bahasa inggris

“competence”, yang berarti kecakapan serrta kemampuan.18

Dari hal di atas yang menggambarkan tentang kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif. Piet dan Ida Saherti dalam Kunandar meneragkan bahwasanya kompetensi ialah kemampuan menjalankan suatu hal

16Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 44.

17Abdul Mujib Dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), h. 80.

18Jejen Musfah, Pendidikan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktis (Cet. 1, Jakarta: Kencana, 2011), h. 27.

(37)

yang diterima lewat pendidikan serta pelatihan yang bersifat efektif, kognitif, serta performen.19

Guru profesionalisme merupakan guru yang mampu dalam dalam hal segala bidang. Dalam hal tersebut guru mampu bisa menguasai semua bidang, oleh karena itu saat proses pembelajaran berlangsung maka hal tersebut sangatlah mudah dilakukan.

Berdasarkan pengertian tersebut bisa dipahami bahwasanya calon guru perlu menyiapkan diri agar memahami sejumlah ilmu, keterampilan, dan keahlian tersendiri mengenai profesinya yakni dengan menjadi guru, agar bisa melaksanakan kewajibannya secara optimal serta dapat mencukupi apaya diinginkan peserta didiknya.

Pengajaran adalah metode dalam melaksanakan pendidikan, sementara pendidikan ialah sebuah nilai yang senantiasa berlangsung supaya bisa dicapai dalam pengajaran.20 Maka dari itu dapat diketahui bahwa guru PAI perlu memahami tentang keagamaan dalam bentuk mengadakan bimbingan al-Qur’an agar peserta didik dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Kemudian, guru PAI mengarahkan potensi peserta didik dalam kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya.

Berikut kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pendidikan agama Islam:

a. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar nasional pendidikan, kompetensi pedagogik merupakan kemampuan atau keahlian seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran

19Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru (Cet.1, Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007), h. 52.

20Ahmad Munjin Dan Lilik Nur Kholidah, Metode Dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Refika Aditama,2013), h. 1.

(38)

yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Dengan dikuasainya kompetensi pedagogik oleh guru maka guru bisa melakukan proses pembelajaran berdasarkan kebutuhan peserta didik, sehingga peserta didik dapat menerima pelajaran dengan baik dan menyenangkan.21

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang stabil, mantap, berakhlak mulia, dewasa, arif, bijaksana dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi kepribadian memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dalam membentuk kepribadian peserta didik, yang bertujuan menyiapkan sumber daya manusia (SDM), mensejahterakan masyarakat banyak serta kemajuan bangsa dan negara.

Menurut Jejen Musfah kompetensi pendagogik dapat disebut kemampuan dalam pembelajaran yang mencakup pemahaman tentang sifat, ciri peserta didik dan perkembangannya, memahami sejumlah konsep pendidikan yang bertujuan dalam membantu peserta didik, memahami sejumlah metodologi mengajar yang sejalan dengan bahan serta peningkatan peserta didik, dan memiliki keahlian memahami evaluasi yang akuran serta bagus yang pada gilirannya semakin meningkat kemampuannya.22

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran dengan luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing

21Kunandar, Guru Profesional,(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), h. 56

22Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Cet 1, Jakarta: Kencana, 2011), h. 30

(39)

peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.23

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

d. Kompetensi Sosial

Merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat dalam berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

Kompetensi sosial, mempunyai toleransi terhadap orang lain, mempunyai sikap serta kepribadian yang membawa pada hal positif, mampu bekerja sama dengan orang lain dan mempunyai sifat empati terhadap orang lain.

4. Tanggung Jawab dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Guru atau pendidik adalah unsur yang penting dalam proses pendidikan.

Di pundak pendidik terdapat tanggung jawab yang besar dalam upaya mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan.24

Tugas guru dan tanggung jawabnya sangat luas dan berat, dengan menyempurnakan jiwa peserta didik dengan menjadi jiwa yang sempurna hingga hal tersebut berlanjut menjadi kebiasaan.25

23Djam’an Satori dkk, Materi Pokok Profesi Kependidikan (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 135

24Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam. Pendidikan Historis, Teoritis dan Praktis (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 41.

25Ahmad Tajudin, Muhammad Sarbini, dan Ali Maulida. “Peran Guru Tahfizh Al- Qur’an dalam Membentuk Karakter Religius Siswa Kelas V SDIT Al-Hikmah Depok Tahun Ajaran 2019/2020. (Prosa PAI: Prosiding Al-hidayah Pendidikan Agama Islam, 2020, 2(2). h .25.

(40)

Guru memiliki tugas yaitu membimbing dan mendidik. Mendidik merupakan pekerjaan yang tidak mudah atau bukan suatu hal yang ringan tetapi memerlukan seseorang yang bisa mempunyai yang bedasarkan jabatannya.

Mendidik dan membimbing merupakan salah satu pekerjaan yang profesional dan tidak bisa diamanahkan dan dikerjakan oleh orang yang tidak kompeten.

Seorang guru tugasnya bukan saja mentransfer ilmu yang dimilikinya tetapi seorang guru harus memiliki sikap dan karakter yang baik seperti menyayangi peserta didik serta memberikan perlindungannya, kemudian guru perlu bisa bertutur kata yang baik, memiliki penampilan yang sopan jadi dapat ditiru oleh peserta didik.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama yaitu:

a. Mendidik, yaitu mengajak, mendukung serta memotivasi. hal ini erat kaitannya dengan moralitas dan kepribadian. Dari sudut pandang proses, mendidik adalah memberikan motivasi untuk belajar serta mematuhi aturan bagi peserta didik. Mendidik lebih banyak menggunakan contoh teladan atau kebiasaan yang baik bagi peserta didik.

b. Mengajar, merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu kegiatan belajar peserta didik. Proses ini dilakukan dengan memberikan contoh kepada peserta didik atau mempraktekkan suatu keterampilan atau menerapkan konsep kepada peserta didik sebagai keterampilan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Membimbing, berkaitan dengan norma dan aturan. Dapat disampaikan atau mentransfer bahan ajar dalam bentuk ilmu pengetahuan, seni, teknologi yang memberikan pembinaan yang lebih dalam dan pemberian motivasi serta pelatihan kepada peserta didik sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

(41)

d. Mengarahkan, adalah kegiatan yang dapat dilakukan pendidik kepada peserta didik agar dapat mengikuti apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai tujuannya, mengarahkan bukan berarti memaksa, tetapi menghargai kebebasan peserta didik yang bertujuan agar kreativitas dan inisiatif peserta didik tumbuh secara mandiri.

e. Melatih, dalam hal ini pendidik menjadi panutan atau contoh dalam hal moral dan keterampilan untuk ditiru peserta didik

f. Menilai, merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis data tentang proses dan hasil belajar peserta didik. Pendidik mengevaluasi keterampilan, sikap dan pengetahuan peserta didik guna mengukur kemampuan peserta didik.

g. Mengevaluasi, merupakan proses untuk mengetahui sejauh mana kemajuan atau perkembangan prestasi peserta didik. 26

Kemudian menurut para penulis muslim, tugas dan tanggung jawab guru atau pendidik, yaitu:

a. Guru perlu memahami bagaimana karakter peserta didik.

b. Guru perlu tetap berupaya memaksimalkan kemampuannya, baik dalam bidang yang diajarkannya ataupun dalam cara mengajarkannya.

c. Guru perlu mentransfer ilmunya, jangan melaksanakan yang bertentangan dengan ilmu yang diajarkannya.27

Begitu juga dengan teori pendidikan Islam, tentang tugas guru dalam persepsi Islam yang secara umum yaitu mendidik, ialah dengan mengusahakan

26Undang-undang No. 14 Pasal 1 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, h. 2

27Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 76.

(42)

peningkatan smeua potensi anak didik, yakni psikomotorik, kognitif, serta afektif.

Potensi itu perlu ditingkatkan setinggi mungkin, menurut ajaran Islam.28

Profesi sebagai guru yang memiliki tugas mengajar, melatih dan mendidik.

Mengajar merupakan hal tentang melanjutkan serta meningkatkan ilmu pengetahuan serta teknologi. Melatih adalah memaksimalkan kemampuan peserta didik. Sedangkan mendidik artinya meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.

Pendidik atau pengajar dalam hal ini tidak hanya orang-orang yang memiliki tugas di sekolah namun seluruh orang yang bersangkutan dalam proses pendidikan anak mulai dari dalam kandungan hingga peserta didik menjadi dewasa.

Dalam pendidikan Islam, secara umum agar dapat menjadi guru yang baik serta ditaksirkan bisa menjalankna amanah di berikan kepadanya harus bertakwa kepada Allah, berilmu, akhlaknya baik jasmaninya sehat, bertanggung jawab serta berjiwa nasional.29

5. Syarat Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam

Menjabat sebagai guru dikenal selaku sebuah pekerjaan profesional, yang memiliki makna bahwa memerlukan keahlian dalam profesi ini. Guru tidak dapat dilaksanakan oleh semua orang tanpa mempunyai keahlian selaku guru. Sama halnya orang menganggap bahwasanya insinyur, dokter, pilot serta lainnya memiliki profesi sendiri berart guru juga memiliki profesi sendiri. Banyak sekali orang yang diliat sekarng yang mahir berbicara tertentu, tapi belum bisa dikatakan

28Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 62.

29Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara,2012), h. 40.

Referensi

Dokumen terkait

Para penentang penggunaan nama Allah juga pemuja nama Yahweh memperlihatkan adanya spirit imperialisme Yahudi dan Islam fobia, karena mereka memaksakan tradisi

Berdasarkan analisis dan hasil pengolahan data yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai analisis kepuasan pelanggan terhadap kualitas layanan dengan metode

H UMUR 21 TAHUN G2P0A1 DARI KEHAMILAN DENGAN SUSPECT LETAK LINTANG, PERSALINAN DENGAN SUSPECT CPD, MASA NIFAS, BAYI BARU LAHIR, DAN KELUARGA BERENCANA DI

Berdasarkan hasil uji F dan t dapat diketahui bahwa konflik yang terdiri dari konflik antar individu dengan konflik antar kelompok mempunyai pengaruh yang signifikan

konfigurasi X-bar (diagram pohon); Binding Theory memberikan interpretasi terhadap pronomina dan anafora dalam kalimat bebas-konteks; ECP menjelaskan keberadaan dan status

Judul Penelitian : Pemanfaatan air limbah cucian beras untuk  memproduksi energi listrik melalui microbial fuel 

Gempa )ulkanik yaitu gempa bumi sebagai akibat letusan gunung api. Gunung api yang akan meletus selalu diiringi dengan gempa yang menggetarkan..  permukaan bumi

Mulai dari proses penerimaan zakat, infak/sedekah yang diakui sesuai dengan nominal yang disetorkan kepada BAZNAS dari muzzaki, penyaluran zakat, infak/sedekah yang diakui ketika