• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INCOME SMOOTHING PADA PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INCOME SMOOTHING PADA PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE OLEH"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INCOME SMOOTHING PADA PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2015-2018

OLEH

ROBERTO STEFIANO TARIGAN 170521074

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INCOME SMOOTHING PADA PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, leverage, nilai pasar saham, dan ukuran perusahaan terhadap income smoothing pada perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan teknik analisis regresi logistik. Untuk menemukan hasilnya, peneliti melakukan uji hosmer dan lemeshow, uji wald, uji overall model fit, koefisien determinasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah 152 perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Indonesia Bursa Efek 2015-2018. Berdasarkan kriteria purposive sampling, 38 perusahaan dipilih sebagai sampel penelitian ini.. Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan masing- masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap income smoothing, sedangkan nilai pasar saham berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap income smoothing pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Secara serempak, menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage, nilai pasar saham dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap income smoothing.pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci: Profitabilitas, Leverage, Nilai pasar saham, Ukuran perusahaan dan Income Smoothing

(6)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING INCOME SMOOTHING IN BANKING IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study aims to determine the effect of profitability, leverage, stock market value, and company size on income smoothing in banking companies on the Indonesia Stock Exchange using logistic regression analysis techniques. To find the results, the researchers conducted a hosmer and lemeshow test, a Wald test, an overall model fit test, the coefficient of determination. The data used in this study are secondary data obtained from the official website of the Indonesia Stock Exchange. This research is a quantitative research. The population of this study is 152 banking sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange 2015-2018.

Based on the purposive sampling criteria, 38 companies were selected as the sample of this study. Partially, the results showed that profitability, leverage and company size each had a positive and significant effect on income smoothing, while the stock market value had a positive and not significant effect on income smoothing. at a banking company on the Indonesia Stock Exchange.

Simultaneously, it shows that profitability, leverage, market value of shares and company size have a significant effect on income smoothing. On banking companies on the Indonesia Stock Exchange.

Keywords: Profitability, Leverage, Stock market value, Company size and Income Smoothing

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugerah-Nya yang selalu menyertai Peneliti dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Income Smoothing Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia” . Penulisan

skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda Naik Tarigan dan Ibunda Emi Rosita Br Ginting yang selama ini telah mendidik, membimbing, memberikan doa dan dukungan dalam perkuliahan hingga penelitian skripsi ini selesai. Dalam kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ramli, SE, MS, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si, dan Doli Muhammad Jafar Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Beby Kendida Hasibuan, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan, arahan kepada peneliti dalam

(8)

menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Nisrul Irawati, MBA, selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MBA, AK, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama perkuliahan.

7. Kepada adikku Anindita Naemi Tarigan, dan Stevanie Aprilia Tarigan yang selalu memberikan dukungan dan mendoakan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kepada teman istimewaku Relisna Ismawati Nainggolan dan Teman terbaikku Tawuladan Simamora, Putri Amalia, Nuraisyah Nasution, Larosa Sitepu, Yosua Nababan dan Ade Gultom serta teman seperjuangan angkatan 2017 Manajemen ekstensi serta yang lainnya tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan, doa, dan semangat kepada peneliti.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini belum sempurna, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Februari 2020

Peneliti

Roberto Stefiano Tarigan

NIM. 170521074

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Landasan Teori ... 12

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 13

2.2 Pengertian Laba ... 17

2.21 Fungsi Laba ... 18

2.3 Pengertian Manajemen Laba ... 19

2.4 Pengertian Perataan Laba (Income Smoothing) ... 23

2.4.1 Alasan dilakukannya Income Smoothing ... 25

2.4.2 Dimensi Perataan Laba ... 26

2.4.3 Pengukuran Income Smoothing... 28

2.5 Profitabilitas ... 30

2.6 Leverage... 32

2.7 Nilai Pasar Saham ... 34

2.8 Ukuran Perusahaan ... 34

2.9 Penelitian Terdahulu ... 36

2.10 Kerangka Konseptual ... 38

2.10.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Income Smoothing ... 39

2.10.2 Pengaruh Leverage Terhadap Income Smoothing ... 40

2.10.3 Pengaruh Nilai Pasar Saham Terhadap Income Smoothing ... 41

2.10.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap ... Income Smoothing ... 42

2.11 Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1 Jenis Penelitian ... 44

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

3.3 Batasan Operasional ... 44

(10)

3.4 Defenisi Operasional... 44

3.5 Populasi dan Sampel ... 47

3.5.1 Populasi ... 47

3.5.2 Sampel... 47

3.6 Jenis Data ... 49

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 49

3.8 Teknik Analisis Data ... 49

3.8.1 Statistik Deskriptif ... 49

3.8.2 Analisis Regresi Logistik ... 50

3.8.3 Menilai Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow Test) ... 51

3.9 Pengujian Hipotesis ... 51

3.9.1 Pengujian Variabel secara Parsial (Uji Wald) ... 52

3.9.2 Uji Overaall Model Fit ... 52

3.9.3 Koefisien Determinan (R²) ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54

4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 54

4.3 Analisis Regresi Logistik ... 57

4.3.1 Hosmer and Lemeshow Test ... 57

4.3.2 Koefisien McFadden R-squared ... 58

4.3.3 Uji Overall Model Fit Test ... 59

4.4 Pengujian Hipotesis ... 59

4.4.1 Uji Wald ... 59

4.4.2 Uji Pengaruh Serempak (LR Test) ... 60

4.5 Pembahasan ... 61

4.5.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Income Smoothing ... 61

4.5.2 Pengaruh Leverage Terhadap Income Smoothing ... 61

4.5.3 Pengaruh Nilai Pasar Saham Terhadap Income Smoothing ... 63

4.5.4 Pengaruh Size Terhadap Income Smoothing ... 64

4.5.5 Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Nilai Pasar Saham dan Size, Terdahap Income Smoothing ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

DAFTAR LAMPIRAN. ... 71

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Profitabilitas Bank Tahun 2015-2018... 8

2.1 Peneliti Terdahulu ... 36

3.1 Operasional Variabel ... 46

3.2 Pengelompokan Sampel ... 48

4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 55

4.2 Uji Koefisien Regresi Logistik ... 57

4.3 Hasil Hosmer and lemeshow’s Goodness of Fit Test ... 58

4.4 Uji Koefisien Mc Fadden R-Squared ... 58

4.5 Uji Overall Model Fit ... 59

4.6 Uji Wald ... 60

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Jumlah Bank dan Laba Bersih

DI BEI Tahun 2015-2018 ... 4

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Tabel Judul Halaman

1 Hasil Perhitungan ROA ... 73

2 Hasil Perhitungan DAR ... 74

3 Hasil Perhitungan PBV ... 75

4 Hasil Perhitungan Size ... 76

5 Hasil Penilaian Income Smoothing ... 77

6 Hasil Data Mentah Eviews ... 78

7 Hasil Transformasi LN (Logaritma Natural Eviews) ... 82

8 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 86

9 Hasil Hosmer and Lemeshow’s Goodness Of Fit Test ... 86

10 Hasil Uji Wald ROA ... 87

11 Hasil Uji Wald DAR ... 87

12 Hasil Uji Wald PBV ... 88

13 Hasil Uji Wald size ... 88

14 Hasil Uji OverAll Fit ... 89

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbankan merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia yang memiliki peranan penting bagi kelangsungan perekonomian Indonesia.

Perkembangan ekonomi harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat serta mengatasi ketimpangan ekonomi dengan kesenjangan sosial.

Menurut Pasal 1 UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit, dan melakukan jasa-jasa lain dibidang perbankan atau dengan kata lain bank sebagai lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana serta sebagai lembaga yang berfungsi untuk melancarkan aliran lalu lintas pembayaran. Oleh karena itu bank harus dapat menjaga kepercayaan masyarakat dengan menjamin tingkat likuiditas juga beroperasi secara efektif dan efisien untuk mencapai profitabilitas yang tinggi.

Sektor perbankan mempunyai peran penting sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berkaitan dengan peningkatan dan pemerataan taraf hidup rakyat banyak, menunjang berjalannya roda perekonomian Indonesia, sebagai penyelenggara transaksi pembayaran dan sebagai alat kebijakan moneter.

(15)

Disamping itu, dinegera seperti Indonesia, perbankan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat, karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan untuk kredit investasi kecil, menengah, dan besar, tetapi juga mampu mempengaruhi siklus usaha dalam perekonomian secara keseluruhan.

Perbankan merupakan perusahaan yang dalam kegiatannya berhubungan langsung dengan masyarakat. Kegiatan perbankan begitu dipengaruhi oleh kepercayaan nasabah atau masyarakat luas. Apabila dalam tubuh bank terjadi gejolak maka akan muncul reaksi keras dari masyarakat. Bank dianggap sebagai penggerak roda perekonomian suatu negara. Fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangat vital, misalnya dalam penciptaan dari peredaraan uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat menyimpan uang, melakukan pembayaran atau penagihan dan masih banyak jasa keuangan lainnya. Maka dari itu perbankan harus benar – benar menjaga kestabilan sebagai lembaga keuangan yang sangat vital. Tingkat pertumbuhan yang tinggi pada sektor perbankan Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi negara yang tinggi juga dan sebaliknya, apabila tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun maka hal tersebut akan sangat berpengaruh pada sektor perbankan Indonesia.

Penelitian ini memfokuskan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan objek penelitian ini dikarenakan Penelitian ini memilih perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian karena beberapa alasan. Pertama Perusahaan-perusahaan perbankan lebih banyak melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan- perusahaan non perbankan. Hal ini disebabkan oleh: (1) perbankan adalah jenis

(16)

perusahaan yang berisiko tinggi. (2) bank merupakan lembaga kepercayaan masyarakat. (3) bank merupakan perusahaan publik. (4) bank merupakan perusahaan yang high regulated (Agus, 2010)

Kedua bank merupakan cerminan kepercayaan investor pada stabilitas sistem keuangan dan sistem perbankan suatu negara. Ketiga, sudah banyak bank yang go public sehingga memudahkan dalam melihat posisi keuangan dan kinerja suatu bank serta meningkatnya harga saham perbankan di Indonesia menunjukkan harapan besar investor pada pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Keempat, karena sektor perbankan sering disorot oleh pemerintah dalam program rekstrukturisasi perbankan dalam rangka memperbaiki perekonomian nasional akibat dampak dari krisis moneter dan krisis keuangan global pada tahun 2008. Serta perbankan adalah sub sektor yang sangat sensitif dengan perkembangan ekonomi, gampang berubah, serta perbankan merupakan lembaga keuangan vital yang dianggap sebagai penggerak roda perekonomian suatu negara yang dapat mempengaruhi sektor yang lainnya. Dianggap sebagai pengerak roda perekonomi, itu artinya tidak terlepas dari besar nya resiko yang akan diterima perbankan tersebut, untuk itu perbankan perlu menjaga kestabilan.

Industri perbankan saat ini merupakan salah satu industri yang menunjukan persaingan yang begitu ketat. Persaingan yang ketat dapat dilihat dari banyaknya jumlah bank yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan data keuangan perusaaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) di dapat data sebagai berikut :

(17)

Sumber : www.idx.com

Gambar 1.1

Jumlah Bank dan Laba Bersih di BEI Tahun 2015-2018

Berdasarkan pada Grafik 1.1, seluruh bank terus memperkuat posisinya sebagai salah satu elemen penting sistem keuangan Indonesia dengan bertambahnya jumlah bank yang sudah terdafar di BEI. Pada tahun 2015 hingga 2017 jumlah bank ada sebanyak 43 bank, dan pada tahun 2018 mengalami penambahan bank dari 43 menjadi 44 bank yaitu : PT Bank BRI Syariah (BRIS).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bank merupakan bank yang cukup agresif dalam melakukan pengembangan jaringan usahannya. Walaupun jumlah bank tidak bertambah secara signifikan. Tetapi laba bersih dari bank yang ada di Indonesia mengalami peningkatan.

Dalam mengelola usahanya, sebuah bank juga harus menganalisis kinerja keuangannya, karena untuk mengetahui kondisi usaha saat ini dan sekaligus dapat memudahkan dalam menentukan kebijakan bisnis untuk masa yang akan datang. Dalam hal ini selain pihak manajemen yang memerlukan laporan keuangan sebagai evaluasi terhadap kinerja perusahaan selama periode tertentu,

2015 2016 2017 2018

JUMLAH BANK 43 43 43 44

LABA BERSIH 230,843 295,545 318,551 435,664 42

42.5 43 43.5 44 44.5 45

JUMLAH BANK DAN LABA BERSIH

(18)

pihak investor juga sangat memerlukan laporan keuangan.

Salah satu informasi yang sangat penting dalam pengambilan keputusan adalah laba. Informasi laba pada umumnya merupakan perhatian yang dasar dalam menaksir kinerja atau pertanggung jawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan yang akan datang.

Oleh karena itu manajemen memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi lebih baik, salah satunya adalah tindakan pengelolaan laba (earnings management). Secara garis besar pengguna laporan keuangan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu pihak internal yang meliputi manajemen dan karyawan perusahaan serta kelompok eksternal yang meliputi pemegang saham, kreditur, pemasok, pemerintah, konsumen dan masyarakat umum lainnya.

Sebuah perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik dapat diukur melalui perolehan earning setiap tahunnya. Namun, investor sering kali hanya mempertimbangkan kuantitas laba tanpa mengetahui kualitas dari laba tersebut. Investor hanya mempertimbangkan besarnya laba tanpa memperhatikan cara laba tersebut dihasilkan (Mirza, 2007). Hal ini memberikan peluang bagi perusahaan untuk melakukan penentuan besarnya laba sesuai dengan motivasi perusahaan tersebut. Selain itu, hal ini didukung oleh penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Dasar akrual dianggap lebih rasional dan adil dalam menyampaikan kinerja perusahaan secara riil. Akuntansi berbasis akrual memiliki keunggulan bahwa informasi laba perusahaan dan pengukuran

(19)

komponen berdasarkan akuntansi akrual secara umum memberikan indikasi lebih baik tentang kinerja ekonomi perusahaan dari pada informasi yang dihasilkan dari aspek penerimaan dan pengeluaran kas terkini. Namun di sisi lain penggunaan dasar akrual ini dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 55 revisi tahun 2014. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu yang disebut manajemen laba.

Manjemen laba atau modifikasi adalah suatu tindakan yang dipilih manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan manajemen dan atau nilai perusahaan (firm value). Manajemen laba ini dilakukan untuk memenuhi kepentingan manajemen dengan cara memanfaatkan kelemahan inheren dari kebijakan akuntansi namun tetap berada dalam koridor standar.

Salah satu bentuk tindakan manajemen laba yaitu perataan laba (income smoothing). Perataan laba dapat didefinisikan sebagai sebuah praktik yang dilakukan manajemen baik secara artificial (melalui metode dan teknik-teknik akuntansi) maupun secara riil (melalui transaksi ekonomi) yang bertujuan untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan hingga mencapai tren atau level yang cenderung stabil dari suatu periode dengan periode sebelumnya (Sulistiyanto, 2008). Topik perataan laba (income smoothing) terkait erat dengan konsep manajemen laba (earnings management). Seperti halnya manajemen laba, penjelasan konsep perataan laba juga menggunakan pendekatan teori akuntansi

(20)

positif (positive theory of accounting) dan teori keagenan. Teori ini menyatakan perataan laba (income smoothing) merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan (Budiasih, 2009)

Ada dua alasan yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam melakukan perataan laba yang dilaporkan. Alasan pertama arus laba yang stabil akan mampu mendukung tingkat dividen yang lebih tinggi dari pada suatu arus laba yang lebih variatif. Hal ini memberikan efek menguntungkan nilai perusahaan serta mengurangi risiko yang ada. Alasan kedua yaitu perilaku perataan laba merupakan indikasi atas kemampuan perusahaan dalam mengatasi siklus secara alami dalam mengendalikan laba yang dilaporkan dan kemungkinan dapat mengurangi korelasi antara expected return perusahaan dengan return portofolio pasar (Belkaoui, 2000).

Perataan laba (income smoothing) menjadi fenomena umum yang dilakukan di banyak negara padahal hal ini dapat menyebabkan laba yang dilaporkan menyesatkan. Terjadinya krisis keuangan global pada tahun 2008 mempengaruhi laba yang diperoleh perusahaan. Dengan adanya krisis global ini membawa dampak pada hampir semua aktivitas perekonomian. Laba perusahaan mengalami penurunan dan kenaikan yang signifikan. Akibat krisis global ini ada kemungkinan perusahaan melakukan tindakan perataan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang tinggi sehingga sesuai dengan target yang diinginkan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa terjadinya skandal keuangan merupakan

(21)

kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan.

Industri perbankan merupakan industri yang memiliki kecenderungan melakukan tindakan perataan laba (income smoothing). Manfaat Praktik perataan laba (income smoothing) pada industri perbankan tersebut karena perusahaan dituntut untuk mampu bersaing dalam persaingan industri. Industri perbankan harus dapat tumbuh dan berkembang dalam rangka menjaga kelangsungan hidupnya dan tentunya memenangkan persaingan. Industri perbankan seringkali menjadi sorotan publik mengingat perannya sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana.

Dari contoh kasus di atas, peneliti mengambil 3 sampel untuk melihat Perkembangan Profitabilitas Perbankan dari Tahun 2015-2018.

Tabel 1.1

Perkembangan Profitabilitas Bank Tahun 2015-2018

No Nama Bank ROA (%)

2015 2016 2017 2018

1 PT Bank Bukopin, Tbk 1,39 0,54 0,09 0,22

2 PT JTrust Indonesia, Tbk -5,37 -5,02 0,73 -2,25

3 PT Bank National Nobu, Tbk 1,59 2,32 2,68 3,39

Sumber: www.idx.com

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat pada PT. Bank Bukopin, Tbk di tahun 2016 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Fenomena yang telah dibahas, faktor-faktor seperti profitabilitas, nilai pasar saham, ukuran perusahan dan leverage menjadi salah satu pertimbangan bagi investor. Perhatian dari investor dan pihak-pihak yang berkepentingan pada informasi laba, memunculkan masalah pada kegiatan manajemen untuk mengelolah laba.

Kecendurungan yang dilakukan oleh manajemen mengakibatkan terjadinya

(22)

praktek perataan laba pada perusahan yang listing di Bursa Efek Indonesia khususnya di industri yang berisiko, salah satunya perbankan.

Beberapa penilitian terdahulu juga memperlihatkan hasil yang tidak konsisten meski dilakukan pada objek yang sama. Penelitian tentang perataan laba yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah banyak dilakukan namun diperoleh hasil yang tidak konsisten. Faktor faktor yang mempengaruhi Income Smoothing yang pertama adalah ukuran perusahaan (size). Ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif dan signifikan pada penelitian Yulia (2013), Riandto (2015), Lubis (2016). Dan tidak berpengaruh pada penelitain Wijaya (2012),dan Salim (2014).

Faktor yang kedua adalah profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap income smoothing pada penelitian Yulia (2013), Riandto (2015), Lubis (2016). Dan tidak berpengaruh pada penelitian Wijaya (2012),dan Salim (2014).

Faktor selanjutnya adalah leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap income smoothing pada penelitian Yulia (2013), Riandto (2015), Lubis (2016). Dan tidak berpengaruh pada penelitian (Budiasih 2006).

Faktor berikut nya adalah nilai pasar saham berpengaruh positif dan signifikan terhadap income smoothing pada penelitian Wijaya (2012),dan Salim (2014). Dan tidak berpengaruh pada penelitian Riandto (2015).

Hasilnya yang tidak konsisten ini membuat peneliti ingin meneliti dan mengkaji ulang penelitian tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka peneliti tertarik untuk menguji faktor-faktor yang

(23)

memengaruhi income smoothing (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2015-2018).

Maka dari itu, menelusuri faktor-faktor yang mempengaruhi income smoothing merupakan topik yang menjadi sangat penting untuk diteliti dalam masalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Income Smoothing?

2. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Income Smoothing ?

3. Apakah Nilai Pasar Saham berpengaruh terhadap Income Smoothing?

4. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Income Smoothing ? 5. Apakah Profitabilitas, leverage, Nilai Pasar Saham, dan Ukuran Perusahaan

terhadap Income Smoothing?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh:

1. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap income smoothing.

2. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap income smoothing.

3. Untuk mengetahui pengaruh nilai pasar saham terhadap income smoothing.

4. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap income smoothing.

5. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, leverage, nilai perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap income smoothing.

(24)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Dapat memberikan wawasan tentang masalah yang diteliti, sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kesesuaian fakta di lapangan dengan teori yang diperoleh.

2. Bagi Investor

Sebagai bahan referensi pembanding untuk dapat dijadikan pertimbangan dalam menganalisa laporan keuangan emiten sebelum melakukan investasi strategis.

3. Bagi Emiten

Dapat dijadikan sebagai petunjuk tentang pentingnya kejelasan dan kelengkapan informasi keuangan dalam publikasi laporan keuangan bagi investor.

4. Pihak Lain

Memberikan tambahan pengetahuan dan menjadi bahan referensi khususnya mengenai topik struktur kepemilikan manajerial dan risiko keuangan terhadap praktek perataan laba (income smoothing).

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Brigham dan Houston (2010) Laporan keuangan adalah Beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan asset-aset nyata yang berada di balik angka tersebut.

Laporan keuangan merupakan Alat yang sangat penting untuk memproleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hail yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuanga tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil (Munawir, 2007).

Laporan Tahunan (annual report) adalah Sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan bagi para pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan prospek di masa depan (Brigham dan Houston, 2010).

Menurut penggunaannya, laporan keuangan bank dibedakan menjadi tiga, yaitu laporan keuangan untuk masyarakat, laporan keuangan untuk keperluan manajemen bank, dan laporan keuangan untuk keperluan pengawasan Bank Indonesia. Ketiga kelompok pengguna laporan keuangan bank tersebut mempunyai kepentingan yang berbeda-beda, sehingga bentuk dan jenis laporan keuangan yang disusun oleh bank juga harus disesuaikan dengan tujuan masing-

(26)

masing pengguna laporan dimaksud (Bastian, Indra dan Suhardjono, 2006).

Untuk kepentingan masyarakat, laporan keuangan bank harus mengikuti pedoman dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 31 Revisi 2000) tentang akuntansi perbankan. Dalam PSAK tersebut laporan keuangan bank untuk masyarakat terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.

Untuk kepentingan pengawasan Bank Indonesia, jenis dan cara penyajian laporan keuangan bank harus disajikan sesuai ketentuan tentang pelaporan bank umum yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Sedangkan untuk keperluan manajemen, laporan keuangan bank disusun sesuai dengan kepentingan internal perusahaan.

Penyajian laporan keuangan bank tersebut dimaksudkan untuk memenuhi tujuan umum laporan keuangan sebagaimana diatur dalam PAI, yaitu:

1 Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta ekuitas suatu bank.

2 Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu bank yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

3 Memberikan informasi keuangan yang membantu para pengguna laporan didalam menaksir potensi perubahan dalam menghasilkan laba.

4 Memberikan informasi penting lainnya menegenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu bank, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.

(27)

5 Memberikan informasi tentang sejauh mana pengungkapan informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pengguna laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut bank (Bastian, Indra dan Suhardjono, 2006).

Laporan keuangan bank yang disajikan tersebut akan bermanfaat bila memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Informasi keuangan harus relevan dengan maksud penggunaannya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para pengambil keputusan, informasi demikian tidak akan ada gunanya, walaupun kualitas lainnya terpenuhi.

Sehubungan dengan tujuan relevansi, dipilih metode pengukuran dan pelaporan akuntansi keuangan yang akan membantu sejauh mungkin para pengguna dalam mengambil berbagai keputusan yang memerlukan penggunaan data akuntansi keuangan. Dalam mempertimbangkan relevansi suatu informasi yang bertujuan umum (general purpose infomation), perhatian difokuskan pada kebutuhan umum pengguna, dan bukan pada kebutuhan khusus pihak tertentu dengan demikian suatu informasi mungkin mempunyai tingkat relevansi yang tinggi untuk kegunaan khusus tertentu, sementara kecil sekali relevansinya bagi kegunaan yang lain.

2. Informasi keuangan harus dapat dimengerti oleh pengguna, dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pengguna. Dalam hal ini, dari pihak pengguna juga diharapkan adanya pengertian/pengetahuan mengenai aktivitas perbankan, proses akuntansi keuangan bank, serta istilah-istilah teknis yang digunakan dalam

(28)

laporan keuangan.

3. Informasi keuangan harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen, dengan menggunakan metode pengukuran yang sama. Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari pertimbangan dan pendapat yang subjektif.

Hal ini berhubungan dengan keterlibatan manusia dalam proses pengukuran dan penyajian informasi, sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realitas objektif semata. Dengan demikian untuk meningkatkan manfaatnya, informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.

4. Informasi keuangan harus bersifat netral dan diarahkan pada kebutuhan umum pengguna, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.

5. Informasi keuangan harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar dalam membantu pengambilan keputusan ekonomi, dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.

6. Informasi keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari bank yang sama maupun dengan laporan keuangan industry perbankan lainnya pada periode yang sama.

7. Laporan keuangan yang disajikan harus lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi enam persyaratan di atas, atau dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam

(29)

pelaporan keuangan. Standar ini tidak hanya menghendaki pengungkapan seluruh fakta keuangan yang penting, melainkan juga penyajian fakta tersebut sedemikian rupa sehingga tidak akan menyesatkan pembacanya. Untuk itu maka harus terdapat klasifikasi, susunan, serta istilah yang layak dalam laporan keuangan. Demikian pula semua fakta atau informasi tambahan yang dapat memengaruhi perilaku dalam pengambilan keputusan, harus diungkapkan dengan jelas (Bastian, Indra dan Suhardjono, 2006).

Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Untuk memfasilitasi tujuan tersebut, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menetapkan suatu kriteria yang harus dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Kriteria utama adalah relevan dan reliable. Informasi akuntansi dikatakan relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan para pengambil keputusan, dan informasi tersebut adalah reliabel apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai informasi tergantung dengan informasi tersebut. Komponen penting dalam laporan keuangan yang seringkali dijadikan sebagai alat untuk menginformasikan kinerja perusahaan adalah laba dan nilai buku. Laba memiliki nilai relevansi bila secara statistik berhubungan dengan harga saham: penurunan dan peningkatan laba berhubungan dengan penurunan atau kenaikan harga saham (Ball, 1968).

Demikian halnya dengan nilai buku, relevansi nilai buku berasal dari perannya sebagai suatu proksi untuk nilai adaptasi dan nilai penolakan (Kusuma, 2008).

Masalah akan terjadi ketika relevansi laba dan nilai buku sebagai alat pengukur

(30)

kinerja perusahaan dihadapkan dengan praktek manipulasi (earnings management) yang dilakukan manajer (Kusuma, 2008).

2.2 Pengertian Laba

Laba bisnis atau laba usaha (business profit) mengacu pada pendapatan perusahaan dikurangi biaya eksplisit atau biaya akuntansi perusahaan. Yang dimana biaya eksplisit (explicit cost) adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli atau mennyewa input yang dibutuhkan dalam produksi.

Laba ekonomi (economic profit) sama dengan pendapatan perusahaan dikurangi dengan biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya implisit (implicit cost) mengacu pada nilai input yang dimiliki perusahaan dan digunakan untuk proses produksinya sendiri. (Salvatore, 2011)

Konsep laba sebagai pengukuran yang fundamental terus-menerus menghadapi tantangan, akan tetapi dilihat dari sudut perspektif informatif konsep laba jelas menggambarkan kegiatan akuntansi (Syahriana, 2006).

Konsep laba tersebut adalah:

1. Laba sebagai pengukur efisiensi

Efisiensi mempunyai arti yang nyata, paling tidak dalam konsep. Salah satu interpretasi dari efisiensi adalah kemampuan menghasilkan output secara maksimum, relatif terhadap sejumlah resources tertentu atau suatu output yang konstan dengan pemakai resources yang minimal, atau kombinasi dari harga tertentu sehingga menghasilkan return maksimal bagi pemilik perusahaan.

2. Laba sebagai alat ramal

FASB Statement of Financial Concept No. 1 menyatakan bahwa investor,

(31)

kreditor, dan pihak lainnya ingin menilai prospek arus masuk kas bersih perusahaan, tetapi mereka sering menggunakan laba untuk membantu mereka mengevaluasi daya laba (earning power), meramal laba yang akan datang atau memberikan pinjaman kepada perusahaan.

Tujuan pelaporan laba dibagi atas:

1. Tujuan umum, yaitu laba harus merupakan hasil penerapan aturan dan prosedur yang logis serta konsisten secara internal.

2. Tujuan utama, yaitu memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang saling berkepentingan dengan laporan keuangan. Laba harus dievaluasi berdasarkan dimensi perilaku, salah satunya adalah kemampuan meramal.

3. Tujuan khusus, yaitu penggunaan laba sebagai pengukur efisiensi manajemen penggunaan angka laba historis untuk meramal keadaan saham dan distribusi dividen di masa yang akan datang dan penggunaan laba sebagai pengukur keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang.

2.2.1 Fungsi Laba

Laba memiliki fungsi penting dalam suatu perekonomian perdagangan bebas seperti yang kita miliki. Laba yang tinggi merupakan tanda bahwa konsumen menginginkan output industry yang lebih banyak, laba yang tinggi memberikan insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan output dan lebih banyak perusahaan yang akan masuk ke industri dalam jangka panjang. Untuk perusahaan yang efisiensinya di atas rata-rata, laba merupakan ganjaran dari efisiensi yang lebih besar tersebut. Sebaliknya, laba yang lebih rendah atau

(32)

kerugian merupakan tanda bahwa konsumen menginginkan komoditas lebih sedikit atau metode produksi yag tidak efisien. Jadi, keuntungan memberikan insentif bagi sebagian perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan memproduksi komoditas yang lebih sedikit, dan bagi sebagian perusahaan yang lain untuk meninggalkan industri dan masuk ke industri yang lebih menguntungkan. Oleh karena itu,laba memberikan sinyal yang penting untuk realokasi sumber daya yang dimiliki masyarakat sebagai cerminan perubahan dalam selera konsumen dan permintaan sepanjang waktu (Salvatore, 2011).

2.2 Pengertian Manajemen Laba

Definisi tentang manajemen laba antara peneliti satu dengan peneliti lain saling berbeda seiring dengan berkembangnya penelitian tentang akuntansi keuangan dan keperilakuan. Berikut adalah pengertian manajemen laba dari berbagai peneliti (Sulistiyanto, 2008).

1. Davidson, Strickney dan Weil

Manajemen laba merupakan proses untuk mengambil langkah tertentu yang disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan dari laba yang dilaporkan.

2. Schipper

Manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.

3. National Association of Cetified Fraud Examiners

Manajemen laba adalah kesalahan atau kelalaian yang disengaja dalam

(33)

membuat laporan mengenai fakta manajerial atau data akuntansi sehingga menyesatkan ketika semua informasi itu dipakai untuk membuat pertimbangan yang akhirnya akan menyebabkan orang yang membacanya akan mengganti atau mengubah pendapat atau keputusannya.

4. Fisher dan Rosent Waig

Manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan keuangan yang menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikkan (penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang.

5. Lewitt

Manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk menyetarafkan diri dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan volatilitas keuangan sesungguhnya. Itu semua untuk menutupi konsekuensi dari keputusan-keputusan manajer.

6. Helay dan Wahlen

Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnetude) laba kepada beberapa stakeholder tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

Dari berbagai definisi tentang manajemen laba di atas sebenarnya dapat ditarik sebuah benang merah atau dengan kata lain walaupun definisi mengenai

(34)

manajemen laba berbeda satu sama lain, secara garis besar intinya adalah sama.

Dapat disimpulkan bahwa manajemen laba adalah upaya yang dilakukan manajer dalam mengintervensi informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dengan cara memanfaatkan kebebasan memilih dan menggunakan metode akuntansi.

Menurut Skousen & Stice (2004), alasan yang mendorong manajer perusahaan melakukan manajemen laba adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi Target Internal

Target laba internal merupakan alat penting dalam memotivasi para manajer untuk meningkatkan usaha penjualan, pengendalian biaya, dan penggunaan sumber daya yang lebih efisien. Tetapi, seperti alat pengukuran kinerja yang lain, adalah suatu fakta. Kehidupan bahwa pihak yang dievaluasi kinerjanya akan cenderung melupakan faktor ekonomi yang mendasari pengukuran ini dan mengalihkan perhatiannya kepada angka yang teratur. Penelitian akademis yang membenarkan bahwa perhitungan bonus internal berdasarkan laba turut mendorong munculnya manajemen laba, misalnya, seorang manajer yang menjadi subjek rencana bonus atas dasar laba cenderung untuk menaikkan laba jika mereka sudah berada dalam posisi mendekati batasan bonus dan akan menurunkan laba jika laba yang akan dilaporkan berada diatas batas bonus maksimal. Kecenderungan ini pada dasarnya berarti bahwa para manajer memiliki tendensi untuk menunda pengakuan laba diperiode yang baik untuk berjaga-jaga apabila hasil operasi periode berikutnya tidak begitu memuaskan.

2. Memenuhi Harapan Eksternal

(35)

Berbagai stakeholders eksternal memiliki kepentingan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Para pegawai dan pelanggan menginginkan perusahaan tetap berjalan dengan baik sehingga dapat bertahan dalam jangka panjang dan melaksanakan kewajiban pensiun dan garansinya. Para pemasok menginginkan jaminan atas pembayaran dan perusahaan akan tetap menjadi pembeli yang dapat diandalkan selama bertahun-tahun ke depan. Bagi pihak yang berkepentingan, adanya tanda dari kelemahan keuangan, seperti pelaporan rugi, benar-benar merupakan suatu berita buruk terutama bagi analis keuangan. Pihak analis akan merekomendasikan untuk menjual atau membeli saham perusahaan berdasarkan estimasi atas laba perusahaan. Riset yang mendalam telah menunjukkan bahwa pelaporan laba yang lebih kecil dibandingkan laba yang diestimasi oleh analis akan menyebabkan turunnya harga saham. Oleh karena itu, perusahaan memiliki intensif untuk melakukan manajemen laba guna menjamin agar angka yang dilaporkan paling sedikit sama dengan laba yang diperkirakan oleh para analis. Kemampuan perusahaan yang luar biasa untuk secara konsisten memenuhi target laba seperti yang diperkirakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan tidak mungkin terjadi jika perusahaan tidak melakukan paling tidak satu jenis manajemen laba.

Menurut Scott, (2003) mengidentifikasikan adanya empat pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan manajemen laba yaitu sebagai berikut:

1. Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru

(36)

dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.

2. Income Minimization

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

3. Income Maximization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang 19 lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.

4. Income Smoothing

Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Seringkali manajer melakukan satu atau kombinasi dari empat strategi ini pada waktu yang berbeda untuk mencapai tujuan manajemen. Dalam penelitian ini akan dibahas lebih lanjut tentang praktik perataan laba.

2.4 Pengertian Income Smoothing

Menurut Kustono (dalam Wulandari, 2013) mengungkapkan bahwa perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu teknik perekayasaan laba dengan tujuan menampilkan figur arus laba yang stabil. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa manajemen ingin informasi yang terkandung dalam laporan

(37)

keuangan merekatampak lebih stabil sehingga dilakukanlah perataan laba tersebut.

Perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu pola dari manajemen laba dimana manajemen berusaha menstabilkan (meratakan) laba perusahaan selama beberapa periode dengan tujuan tertentu. Dalam konsep perataan laba, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan cenderung bersifat risk averse, yaitu menghindari risiko yang tinggi sehingga mereka lebih meminati perusahaan dengan laba yang stabil dibandingkan laba yang fluktuatif.

Laba yang stabil mencerminkan keadaan yang lebih pasti dan tidak berisiko tinggi untuk masa depan. Praktik perataan laba oleh manajemen juga didorong oleh adanya konflik kepentingan antara principal dan agent (agency theory).

Menurut teori keagenan, prinsipal mendelegasikan wewenang untuk mengelola perusahaan kepada agen. Dalam konteks perilaku oportunis (the opportunistic behaviour), manajer diasumsikan berusaha untuk memaksimalkan kemakmuran pribadinya, yang mana kemakmuran tersebut sangat tergantung pada seberapa besar kinerja yang dicapai terkait dengan bonus tunai (the bonus plan).

Sama halnya dengan agen, prinsipal juga memiliki kepentingan yaitu : menginginkan laba perusahaan selalu stabil agar dana yang telah diinvestasikan di perusahaan tersebut tetap aman (safety) dan dapat menghasilkan tingkat return yang diharapkan. Konflik antara principal dan agent diperparah oleh adanya asymmetry information, yaitu ketika manajer sebagai agent mempunyai informasi yang lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan pihak eksternal, manajer kemudian menggunakan informasi yang diketahuinya untuk melakukan tindakan disfunctional behavior (adverse selection dan moral hazard).

(38)

2.4.1 Alasan Dilakukannya Income Smoothing (Perataan Laba)

Menurut Beidleman (dalam Masodah 2007) mempertimbangkan dua alasan bagi manajemen untuk meratakan earnings yang dilaporkan. Alasan pertama didasarkan pada asumsi bahwa arus earnings yang stabil merupakan pendukung yang relevan bagi tingkat dividen yang lebih tinggi daripada sebuah arus earnings yang lebih variatif, memiliki pengaruh menguntungkan terhadap nilai saham perusahaan karena turunnya risiko total perusahaan. Dalam alasan pertamanya dia menyatakan “tingkat variabilitas trend earnings mempengaruhi ekspektasi subjektif investor terhadap earnings dan dividen di masa depan, sehingga manajemen mempengaruhi secara menguntungkan nilai saham perusahaan dengan meratakan earnings”. Alasan kedua perataan earning adalah kemampuan untuk mengatasi sifat siklis earnings dan mengurangi korelasi return ekspektasian perusahaan dengan return portofolio pasar. Pada alasan keduanya ini Beidleman menyatakan “Sampai tingkat dimana auto-normalisasi earnings berhasil, dan bahwa dengan pengurangan kovariannya, perataan akan menambah pengaruh yang bermanfaat pada nilai saham”.

Hal tersebut terjadi sebagai akibat kebutuhan yang dirasakan manajemen untuk menetralisir ketidakpastian lingkungan dan mengurangi fluktuasi yang besar dalam kinerja operasi perusahaan karena silih bergantinya kejadian baik dan buruk.

Untuk melakukannya manajemen mungkin melakukan perilaku slack organisasional, perilaku slack peranggaran atau perilaku penghindaran risiko. Masing-masing perilaku mengharuskan keputusan yang mempengaruhi penyerapan dan/atau alokasi biaya (cost) diskresioner, yang mengakibatkan perataan income.

(39)

Manajemen juga mendapat tugas untuk menghindari terhadap kendala- kendala prinsip akuntansi berterima umum dengan berusaha untuk meratakan angka income sedemikian rupa membawa ekspektasi mereka atas arus kas masa depan, mempertinggi proses prediksi berdasarkan serial angka-angka rataan yang diobservasi dengan reliabilitas yang nyata.

Tiga kendala yang dianggap memotivasi manajer melakukan perataan Belkaoui (dalam Masodah, 2007) adalah mekanisme pasar kompetitif, yang mengurangi opsi yang tersedia bagi manajemen Skema kompensasi manajemen, yang terkait secara langsung dengan kinerja perusahaan. Ancaman penggantian manajemen.

2.4.2 Dimensi Income Smoothing (Perataan Laba)

Dimensi perataan pada dasarnya adalah alat yang digunakan untuk menyelesaikan perataan angka pendapatan. Menurut Dasher dan Malcom (dalam Balkaoui, 2007) membedakan antara perataan riil dan perataan artifisial sebagai berikut : ”perataan riil mengacu pada transaksi aktual yang terjadi maupun yang tidak terjadi dalam hal pengaruh pertanyaannya terhadap pendapatan, di mana pendapatan artifisial mengacu pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan terhadap pergeseran biaya dan/atau pendapatan dari satu periode ke periode yang lain.’’ Kedua jenis perataan mungkin tidak dapat dibedakan. Sebagai contoh, jumlah laporan biaya mungkin lebih rendah atau lebih tinggi dibandingkan periode-periode sebelumnya akibat tindakan disengaja atas tingkat biaya (perataan riil) maupun pada metode pelaporan (perataan artifisial).

Perataan artifisial juga diamati oleh Copeland (1968) dan mendefinisikannya

(40)

sebagai berikut : ’’perataan laba mencakup seleksi pengukuran akuntansi dan pelaporan secara berulang-ulang pada suatu pola tertentu, pengaruhnya adalah untuk melaporkan aliran pendapatan dengan variasi yang lebih kecil dari trend dibanding terhadap kejadian yang sebaliknya.’’

Dimensi perataan yang lainnya juga menyebutkan suatu klasifikasi yang populer menambahkan dimensi perataan ketiga, yang dinamakan perataan klasifikasi. Barne et al (dalam Balkaoui, 2007) membedakan antara ketiga dimensi perataan tersebut sebagai berikut :

1 Perataan melalui adanya kejadian dan/atau pengakuan

Manajemen dapat menentukan waktu transaksi aktual terjadi sehingga pengaruhnya terhadap pelaporan pendapatan akan cenderung mengurangi variasinya dari waktu ke waktu. Seringkali, waktu yang direncanakan dari terjadinya peristiwa (contoh penelitian dan pengembangan) akan menjadi fungsi dari aturan akuntansi yang mengatur pengakuan akuntansi atas peristiwa.

2. Perataan melalui alokasi terhadap waktu

Melalui kejadian dan pengakuan atas suatu peristiwa, manajemen memiliki kendali yang lebih bebas terhadap determinasi atas periode-periode yang dipengaruhi oleh kuantifikasi dari peristiwa.

3. Perataan melalui klasifikasi (melalui perataan secara pengklasifikasian) Ketika angka statistik laporan laba rugi selain laba bersih (bersih dari seluruh pendapatan dan beban) menjadi objek perataan, manajemen dapat mengklasifikasikan pos-pos laporan intra laba untuk menurunkan variasi

(41)

yang terjadi dari waktu ke waktu dalam statistik. Perataan riil pada dasarnya berkaitan dengan perataan melalui terjadinya peritiwa dan/atau pengakuan, sementara perataan artifisial berkaitan dengan perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu. Sedangkan perataan klasifikasi yaitu perataan yang dibedakan dalam tiga klasifikasi yang menjelaskan bagaimana cara perataan tersebut dilakukan. Tetapi di sini tidak akan membahas lebih lanjut tentang bagaimana dimensi perataan laba secara detail. Tetapi akan membahas mengenai indikasi telah dilakukannya perataan laba pada suatu laporan keuangan pada perusahaan perbankan. Dari penjelasan tipe perataan laba tersebut, konsep perataan laba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perataan laba yang disengaja, tanpa membedakan perataan laba riil atau perataan laba artifisial, karena peneliti hanya meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba tanpa menguji lebih lanjut bagaimana manajemen melakukan perataan laba tersebut.

2.4.3 Pengukuran Income Smoothing (Perataan Laba)

Dalam menentukan apakah suatu perusahaan melakukan praktik perataan laba atau tidak dalam penelitian ini dapat diketahui dengan menggunakan indeks eckel (Nominal).

Menurut Imam (2014) indeks eckel mempunyai kelebihan sebagai berikut :

1. “Objek dan berdasarkan statistik dengan pemisahan (cut off) yang jelas antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan yang tidak.

2. Mengukur terjadinya praktik perataan laba tanpa melaksanakan prediksi pendapatan, pembuatan model dari laba yang diharapkan,pengujian biaya

(42)

atau pertimbangan objektif.

3. Mengukur terjadinya praktik perataan laba yang menjumlahkan pengaruh dari beberapa variabel praktik perataan laba yang potensial dan menyelidiki pola dari perilaku praktik perataan laba selama periode waktu tertentu”.

Untuk mengidentifikasi perusahaan yang melakukan perataan laba yaitu dengan menggunakan Indeks Eckel (1981). Menurut Eckel (1981) dalam Iskandar dan Suardana (2016), digunakan Indeks Eckel dengan rumusan sebagai berikut :

Dimana CV ΔI = √ Keterangan:

: Perubahan Laba dalam satu periode (income) : Perubahan Penjualan dalam satu periode (sales)

ΔI : Rata-rata perubahan laba dalam suatu periode (income) : Rata-rata perubahan penjualan dalam suatu periode (sales) n : Banyaknya tahun yang diamati

CV : Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi ΔI atau dibagi dengan rata- rata atau dibagi dengan rata-rata ΔI atau

Apabila CV > CV , maka perusahaan tidak digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba.

CV ΔI : Koefisien variasi untuk perubahan laba : Koefisien variasi untuk perubahan penjualan Sedangkan dan dihitung dengan menggunakan rumus:

(43)

X X

Keterangan:

: Perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n,tahun n-1

X : Rata-rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n, tahun n-1

n : Banyaknya tahun yang diamati Apabila :

erarti perusahaan termasuk yang melakukan perataan laba (diberi nilai 1)

laba ≥ 1, berarti perusahaan tidak termasuk yang melakukan perataan laba (diberi nilai 0)

2.5 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan dalam memperoleh laba. Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva, dan pengelolaan utang terhadap hasil-hasil operasi. Rasio profitabilitas meliputi (Brigham dan Houston, 2010) :

1. Margin Laba atas Penjualan

Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan penjualan, memberikan persentase laba dari setiap rupiah atau dollar penjualan.

(44)

2. Kemampuan Dasar Menghasilkan Laba

Rasio kemampuan dasar menghasilkan laba dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan dasar perusahaan untuk menghasilkan laba, sebelum dipengaruhi oleh pajak dan leverage, sehingga sangat berguna untuk membandingkan perusahaan yang satu dengan yang lain meskipun kondisi perpajakan dan tingkat leverage keungannya berbeda

3. Pengembalian atas Total Aset (Return on Asset)

Rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak.

4. Tingkat Pengembalian atas Ekuitas Saham Biasa (Return on Common Equity) Rasio laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas saham biasa mengukur tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa (ROE), atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa.

Profitabilitas suatu perusahaan dapat di ukur dengan rasio return on asset (ROA). ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan atas sumber-sumber dana yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin efisien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba.

ROA diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

2.6 Leverage

Menurut Fahmi (2013) menyatakan “Rasio leverage adalah mengukur

(45)

seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang”. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang.

Fahmi (2013) menyatakan beberapa rasio leverage secara umum yaitu sebagai berikut:

1. Debt to Total Asset Ratio disebut juga sebagai rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu diperoleh dari perbandingan total utang dibagi dengan total asset.

2. Debt to Equity Ratio, merupakan ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor.

3. Times Interest Earned, semakin tinggi rasio kelipatan pembayaran bunga makin baik, namun jika sebuah perusahaan menghasilkan laba yang tinggi tetapi tidak ada arus kasdari operasi maka arus kas ini menyesatkan.

(46)

4. Cash Flow Coverage, Penyusutan adalah penurunan nilai secara berangsurangsur. Penurunan nilai ini terjadi pada berbagai jenis barang, seperti gedung,kendaraan,peralatan kantor, dan berbagai inventaris lainnya.

Bagi suatu perusahaan penurunan nilai barang dapat di perlambat dengan cara melakukan perawatan secara berkala atau service setiap waktinya.

5. Long-Term Debt to Total Capitalization disebut juga dengan utang jangka panjang/total kapitalisasi. Long term debt merupakan sumber dana pinjaman yang bersumber dari utang jangka panjang, seperti obligasi dan sejenisnya.

6. Fixed Charge Coverage disebut juga dengan rasio menutup beban tetap.

Rasio menutup beban tetap adalah ukuran yang lebih luas dari kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetap dibandingkan dengan rasio kelipatan pembayaran bunga karena termasuk pembayaran beban bunga tetap yang berkenaan dengan sewa guna usaha.

7. Cash Flow Adequancy disebut juga dengan rasio kecukupan arus kas.

Kecukupan arus kas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menutup pengeluaran modal, utang jangka panjang, dan pembayaran dividen setiap tahunnya.

(47)

2.7 Nilai Pasar Saham

Widjaja dan Maghviroh (2011) menyatakan bahwa price per book value merupakan indikasi dari nilai perusahaan, karena price to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan kedepan. Hal itu juga menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi

Menurut Herawaty (dalam Aji, 2010) apabila suatu perusahaan dapat mempertahankan perbandingan nilai rasio antara nilai pasar dengan nilai buku ekuitas perusahaan lebih besar dari satu, maka perusahaan dapat menarik arus sumber daya ke dalam perusahaan. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Suranta dan Merdiastuti (dalam Aji, 2010) bahwa perusahaan yang memiliki nilai pasar yang tinggi akan cenderung untuk melakukan perataan laba (income smoothing), karena perusahaan akan cenderung menjaga konsistensi labanya agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi sehingga dapat menarik arus sumber daya ke dalam perusahaannya.

2.8 Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan diukur dengan menggunakan nilai logaritma dari total aktiva. Perusahaan tergolong besar biasanya dilihat dari aktivanya. Jika aktiva besar maka termasuk kedalam perusahaan berukuran besar. Perusahaan besar biasanya memberikan insentif kepada karyawan cukup besar pula. Hal inilah yang mengindikasikan adanya Praktik Income Smoothing. Karena seorang manajer pasti akan membuat citra yang baik dimata perusahaan untuk mendapatkan insentif demi kemakmurannya, Jadi untuk menghindari fluktuasi laba mungkin

(48)

cenderung melakukan Income Smoothing (Apitasari, 2018)

Menurut Sawir (2004) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi dan untuk sejumlah alasan berbeda. Ada beberapa alasannya yaitu : Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal.

Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka mempunyai akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat.

Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor memperoleh hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan. Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk utang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang terlibat, semakin besar kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti penggunaan kontrak standar utang. Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba.

Akhirnya, ukuran diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan, yaitu perusahaan kecil sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi menjadi suatu sistem informasi manajemen. Ukuran perusahaan dapat ditentukan

(49)

berdasarkan laba, aktiva, tenaga kerja, dan lain-lain, yang semuanya berkorelasi tinggi. Dalam kaitannya dengan perbedaan antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil, perusahaan manakah yang mendapatkan lebih banyak keringanan dan kewajiban pelaporan keuangan yang ada.

Menurut Agus (2010) yang menjelaskan ukuran perusahaan sebagai berikut:

“Bahwa penilaian ukuran perusahaan dapat menggunakan tolak ukur total aktiva, karena total aktiva perusahaan bernilai milyaran rupiah maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikannya ke dalam logaritma natural, sehingga ukuran perusahaan dapat dihitung dengan ukuran perusahaan ditentukan dari jumlah total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan ( ∑Total Aktiva).

Ukuran Perusahaan = Ln Total Aktiva

2.9 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu

No

Nama peneliti/

Tahun

Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

1. Igan Budiasih (2009)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba

Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, DPR

1. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif 2. Profitabilitas

berpengaruh positif 3. Leverage tidak

berpengaruh secara signifikan

4. DPR berpengaruh positif

2. Ni Luh Putu Arik Prabayanti dan Gerianta Wirawan Yasa (2009)

Perataan Laba (Income Smoothing) Dan Analisis Faktor- Faktor Yang

Mempengaruhinya (Studi Pada Perusahaan Manufaktur)

Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, Kepemilikan Institusional, Reputasi Auditor.

1. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba 2. Profitabilitas

berpengaruh positif terhadap praktik perataan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Informasi keuangan di atas diambil dari Laporan Keuangan PT Bank BNI Syariah tanggal 31 Desember 2016 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, yang disusun oleh

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-2, 2014 ISPRS Technical Commission II Symposium, 6 – 8 October

BIDANG DATA, INFORMASI PELAYANAN UMUM, & PENGADUAN DAN BIDANG PENGOLAHAN & PENERBITAN PERIZINAN & NON PERIZINAN NAMA SOP : Pelayanan Surat Izin Praktek Dokter

Pembuatan Aplikasi Permainan AeroFighter ini menggunakan Java 2 Micro Edition (J2ME) yang merupakan bagian dari Java 2, dan baru dicobakan hanya pada emulator yang disediakan oleh

Sehubungan dengan pelaksanaan pelelangan PENGA DA A N PERA LATA N PRA KTEK DA N PERA GA SISWA SD pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Bima Tahun

(7) analisis data : menggunakan rumus Two Way ANOVA untuk mengetahui Pengaruh Pembelajaran Metode E-Learning dan Kebiasaan Belajar Terhadap prestasi Belajar

Hospital/health post (Tools: secondary data review, transect walk) Infrastructure types Types of Health Centre Numbe rs of Health Center s Numb er of Health worke rs

kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak