37
Penelitian dilakukan di SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan di kelas V SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan di kelas V karena siswa di kelas V ini hasil belajarnya tehadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam masih rendah.
Dari data ulangan Ilmu Pengetahuan Alam pada tes jeda semester tahun 2013 tercatat masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya nilai hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. KKM untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD tersebut adalah 65, tetapi pada kenyataannya rata-rata nilai siswa adalah 60,15 dan sangat jauh dari nilai KKM yang ditetapkan oleh guru. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut penulis menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SDN Tlogo semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Siswa kelas V SDN Tlogo berumur antara 9 tahun sampai 11 tahun dengan jumlah 33 siswa yang terdiri atas 14 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki.
Karakteristik siswa kelas V ini adalah mempunyai tingkat kemampuan yang bervariasi, ada yang mempunyai kemampuan kurang, sedang, dan ada pula beberapa orang yang di atas rata-rata. Seluruh siswa berasal dari penduduk di sekitar SDN tlogo, yaitu para penduduk dusun Tlogo, Kecamatan tuntang Kabupaten Semarang. Sebagian besar mata pencaharian orang tua siswa adalah petani, pedagang, dan buruh pabrik. Kemampuan berpikir siswa tergolong masih rendah, selain itu kesadaran diri untuk belajar pun tergolong relatif rendah. Hal ini dikarenakan kondisi masyarakat dengan latar belakang sosial dan ekonomi yang berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Banyak orang tua yang tidak memiliki banyak waktu untuk memperhatikan dan menemani anak belajar.
Mereka juga beranggapan bahwa belajar merupakan tanggung jawab pihak
sekolah. Anggapan yang seperti ini menyebabkan anak kurang perhatian dari orang tua sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa menjadi rendah.
Siswa cenderung memanfaatkan waktu dengan bermain, sehingga hal ini juga menjadi pencerminan kebiasaan siswa di kelas.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda. Dengan demikian, variabel itu merupakan sesuatu yang bervariasi (Sugiyono, 2008: 60).Variabel penelitian tindakan kelas ini di kelas V SDN Tlogo adalah sebagai berikut:
a. Variabel bebas (X) adalah unsur yang mengikat munculnya unsure lain, jadi variabel bebas merupakan gejala yang sengaja mengikat terhadap variabel terikat (Y). Dalam penelitian ini, variabel bebasnya adalah penggunaan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
b. Variabel terikat (Y) adalah unsur yang diikat oleh variabel yang lain, jadi variabel terikat merupakan gejala sebagai akibat dari variabel bebas.
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Tlogo pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam semester II tahun pelajaran 2013/2014.
3.3.1 Definsi Operasional
3.3.1.1 Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan suatu metode pembelajaran yang kooperatif yang mempunyai ciri khas penomoran kepala yang bertujuan memudahkan guru untuk menunjuk seorang siswa dalam masing-masing kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam mempresentasikan hasil diskusi. Dalam pelaksanaannya Numbered Heads Together (NHT) mempunyai sintak yaitu penomoran (numbering) melalui kegiatan pemberian nomor berbeda
dalam satu kelompok, pengajuan pertanyaan (questioning) melalui soal- soal yang diberikan oleh guru, berpikir bersama (heads together) melalui kegiatan diskusi, dan pemberian jawaban (answering) melalui presentasi hasil diskusi kelompok.
3.3.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu perubahan yang tampak dalam perbuatan yang dapat diukur dengan kemampuan atau keterampilan hasil akhir yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti dan menerima pelajaran untuk mencapai hasil belajar yang ditunjukkan melalui angka atau nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas-tugas yang diberikan.
Selain itu, hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang mengalami perubahan tingkah laku, dan untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut, maka diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.
3.4 Rencana dan Prosedur Penelitian 3.4.1 Rencana Tindakan
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang merupakan perbaikan proses pembelajaran secara terus menerus yang dilaksanakan secara berkesinambungan dimana setiap siklus mencerminkan peningkatan atau perbaikan. Siklus sebelumnya merupakan patokan untuk siklus selanjutnya sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan model penelitan maka pelaksanaanya yang dilakukan setiap siklus, untuk siklus II dan selanjutnya dilihat dari hasil refleksi siklus sebelumnya.
Tahapan tersebut antara lain: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan dan Pengamatan, dan (3) Refleksi. Berikut ini gambaran pelaksaan penelitian ini dapat dilihat sekemanya pada gambar 1.
Gambar 1 Model Spiral dari Kemmis dan Mc Taggart
Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas V SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014 dan direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus yang akan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan pada siklus I, sedangkan siklus II akan dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dan dengan alokasi waktu setiap pertemuan adalah 70 menit. Penelitian ini berisi tahapan-tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Rincian prosedur tindakan adalah sebagai berikut:
3.4.2 Tindakan Siklus I 3.4.2.1 Perencanaan (planning)
Tahap perencanaan ini meliputi:
a. Mengadakan persiapan dengan meminta ijin kepada kepala sekolah dan guru kelas V SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang untuk melakukan observasi dan penelitian.
b. Mengidentifikasi permasalahan yang timbul di kelas selama proses pembelajaran berlangsung.
c. Merencanakan tindakan untuk mengatasi masalah yang muncul di kelas.
d. Bersama dengan guru menentukan SK dan KD pembelajran sesuai dengan program semester (promes) dan silabus kelas V SD Negeri Tlogo. SK dan KD yang telah ditentukan oleh guru adalah SK 6
tentang Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model. Sedangkan KD tang telah ditentukan yaitu KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
e. Mengembangkan materi ajar dengan pedoman buku pegangan guru serta buku pegangan siswa serta membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan materi pembelajaran yang telah ditentukan menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
f. Merencanakan membagi siswa ke dalam 6 kelompok heterogen.
Masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa tanpa adanya pembeda-bedaan dari segi gender, kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
g. Mempersiapkan perlengkapan belajar yang diperlukan seperti menyiapkan sumber belajar, media pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran dan fasilitas yang diperlukan.
h. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa yang sesuai dengan aspek yang telah ditentukan sebagai pedoman pengamatan sikap guru dan respon siswa selama proses pembelajaran IPA berlangsung dan disesuaikan dengan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Observasi dilakukan oleh observer dari teman sejawat yang bertugas mengobservasi proses pembelajaran IPA dari awal sampai akhir pembelajaran.
i. Menyiapkan alat evaluasi untuk mengukur kompetensi siswa yang berkaitan dengan materi yang disampaikan dengan penerapam metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
3.4.2.2 Pelaksanaan Tindakan (acting) dan Pengamatan (observing) Pertemuan Pertama (2x35 menit)
Tahap pelaksanakan tindakan (acting), meliputi:
a. Kegiatan Awal
1. Guru menyampaikan salam.
2. Guru mengajak siswa berdoa sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing untuk mengawali pelajaran.
3. Guru menyiapkan fisik dan mental siswa untuk siap mengikuti pelajaran.
4. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran.
5. Guru menjelaskan teknik pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
6. Guru menjelaskan materi dengan menggali berbagai informasi.
7. Guru membahas pembagian kelompok-kelompok siswa yang beranggotakan 5-6 siswa secara heterogen.
b. Kegiatan Inti a) Eksplorasi
1. Guru menjelaskan secara singkat tentang pengertian cahaya.
2. Guru memberi contoh penggunaan cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang penggunaan cahaya.
4. Guru menunjukkan peta konsep tentang sifat-sifat cahaya.
b) Elaborasi
1. Guru meminta siswa untuk berkelompok sesuai dengan anggotanya, kemudian memberikan nomor kepala kepada masing-masing kelompok yang terdiri dari angka 1-5 atau 1-6 sesuai jumlah masing-masing kelompok.
2. Guru memberikan lembar kerja kelompok (LKK) berupa panduan tentang langkah-langkah pembuktian sifat-sifat cahaya merambat lurus dan cahaya menembus benda bening kepada siswa melalui percobaan.
3. Guru membimbing siswa dalam kelompok pada saat melakukan percobaan tentang sifat cahaya merambat lurus dan cahaya menembus benda bening.
4. Guru meminta siswa membuat laporan diskusi berupa tabel pengamatan tentang sifat cahaya merambat lurus dan cahaya menembus benda bening.
c) Konfirmasi
1. Guru memanggil salah satu nomor kepala dari masing-masing kelompok untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil diskusi yang telah dikerjakan bersama teman satu kelompok.
2. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi yang telah dibacakan kelompok lain agar pembelajaran lebih hidup dan siswa dapat lebih berpikir kritis.
3. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
4. Guru dan siswa memikirkan kembali dan mendalami informasi yang sudah didapat dengan penguatan yang bermakna.
5. Guru menjelaskan jawaban yang telah didiskusikan.
6. Guru dan siswa bersama-sama mengkonfirmasi materi yang telah dipelajari.
7. Guru memberikan reward kepada kelompok yang aktif dan mempresentasikan hasil dengan baik, serta memotivasi kelompok lain yang kurang aktif dalam pembelajaran.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2. Guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman atau ringkasan tentang materi yang telah dipelajari.
3. Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan Kedua (2x35 menit)
Tahap pelaksanakan tindakan (acting), meliputi:
a. Kegiatan Awal
1. Guru menyampaikan salam.
2. Guru mengajak siswa berdoa sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing untuk mengawali pelajaran.
3. Guru menyiapkan fisik dan mental siswa untuk siap mengikuti pelajaran.
4. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran.
5. Guru menjelaskan materi dengan menggali berbagai informasi.
6. Guru membahas pembagian kelompok-kelompok siswa yang beranggotakan 5-6 siswa secara heterogen.
b. Kegiatan Inti a) Eksplorasi
1. Guru menjelaskan secara singkat tentang pengertian pemantulan dan pembiasan cahaya.
2. Guru memberi contoh pemantulan dan pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang sifat pemantulan dan pembiasan cahaya.
b) Elaborasi
1. Guru meminta siswa untuk berkelompok sesuai dengan anggotanya, kemudian memberikan nomor kepala kepada masing-masing kelompok yang terdiri dari angka 1-5 atau 1-6 sesuai jumlah masing-masing kelompok.
2. Guru memberikan lembar kerja kelompok (LKK) berupa panduan tentang langkah-langkah pembuktian sifat pemantulan dan pembiasan cahaya kepada siswa melalui percobaan.
3. Guru membimbing siswa dalam kelompok pada saat melakukan percobaan tentang sifat cahaya merambat lurus dan cahaya menembus benda bening.
4. Guru meminta siswa membuat laporan diskusi berupa pengamatan tentang sifat pemantulan dan pembiasan cahaya.
c) Konfirmasi
1. Guru memanggil salah satu nomor kepala dari masing-masing kelompok untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil diskusi yang telah dikerjakan bersama teman satu kelompok.
2. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi yang telah dibacakan kelompok lain agar pembelajaran lebih hidup dan siswa dapat lebih berpikir kritis.
3. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
4. Guru dan siswa memikirkan kembali dan mendalami informasi yang sudah didapat dengan penguatan yang bermakna.
5. Guru menjelaskan jawaban yang telah didiskusikan.
6. Guru dan siswa bersama-sama mengkonfirmasi materi yang telah dipelajari.
7. Guru memberikan reward kepada kelompok yang aktif dan mempresentasikan hasil dengan baik, serta memotivasi kelompok lain yang kurang aktif dalam pembelajaran.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2. Guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman atau ringkasan tentang materi yang telah dipelajari.
3. Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan Ketiga (2x35 menit)
Tahap pelaksanakan tindakan (acting), meliputi:
a. Kegiatan Awal
1. Guru menyampaikan salam.
2. Guru mengajak siswa berdoa sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing untuk mengawali pelajaran.
3. Guru menyiapkan fisik dan mental siswa untuk siap mengikuti pelajaran.
b. Kegiatan Inti a) Eksplorasi
1. Siswa mengingat kembali pembelajaran yang lalu mengenai sifat-sifat cahaya.
b) Elaborasi
1. Siswa mengerjakan soal tertulis berupa pilihan ganda yang diberikan oleh guru dan dikerjakan secara individu.
c) Konfirmasi
1. Guru dan siswa memikirkan kembali dan mendalami informasi yang sudah didapat dengan penguatan yang bermakna.
2. Guru dan siswa bersama-sama mengkonfirmasi materi yang telah dipelajari.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari selama pembelajaran.
2. Guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman atau ringkasan tentang materi yang telah dipelajari.
Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran guru lain yang bertindak sebagai obsever melakukan observasi pelaksanaan siklus II yang dilakukan oleh guru kelas mengenai aktivitas guru dalam pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
3.4.2.3 Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini penulis dan pengamat segera menganalisa pelaksanaan PTK setelah kegiatan belajar mengajar berakhir, sebagai bahan refleksi. Kegiatan refleksi yang dilakukan pada akhir pertemuan kedua ini mengacu pada hasil kegiatan pengamatan yang sudah selesai dilakukan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan diskusi dengan teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat proses kegiatan pembelajaran IPA menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
Selanjutnya penulis mengadakan refleksi dalam pelaksanaan pembelajaran dan kekurangan serta hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran, dan bila melalui pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dalam tingkat pemahaman dalam pelajaran IPA di SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2013/2014, yang dapat dilihat dari kriteria pencapaian indikator kinerjanya, maka sebagai tindakan kelas. Apabila tindakan yang dilakukan dalam siklus I belum menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar, maka perlu diadakan tindakan yang lebih baik pada siklus ke II dengan memperhatikan segala komponen serta kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada kegiatan siklus I.
3.4.3 Tindakan Siklus II
3.4.3.1 Perencanaan Tindakan (planning)
Proses tindakan siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I. Proses tindakan siklus II dilaksanakan dengan memperhatikan hasil refleksi siklus I. Berdasarkan refleksi siklus I telah dijabarkan kekurangan-kekurangan yang memerlukan perbaikan delam pembelajaran, untuk itu dilaksanakan siklus II. Pelaksanaan siklus II melalui tahap yang sama dengan siklus I meliputi: (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, (2) menyiapkan media pembelajaran berupa alat peraga percobaaan, (3) membuat dan
merancang lembar observasi, (4) membuat soal-soal evaluasi untuk siklus II.
3.4.3.2 Pelaksanaan Tindakan (acting) dan Pengamatan (observing) Pertemuan Pertama (2x35 menit)
Tahap pelaksanakan tindakan (acting), meliputi:
a. Kegiatan Awal
1. Guru menyampaikan salam.
2. Guru mengajak siswa berdoa sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing untuk mengawali pelajaran.
3. Guru menyiapkan fisik dan mental siswa untuk siap mengikuti pelajaran.
4. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran.
5. Guru menjelaskan teknik pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
6. Guru menjelaskan materi dengan menggali berbagai informasi.
7. Guru membahas pembagian kelompok-kelompok siswa yang beranggotakan 5-6 siswa secara heterogen.
b. Kegiatan Inti a) Eksplorasi
1. Guru menjelaskan secara singkat tentang pengertian cahaya.
2. Siswa mengingat kembali pembelajaran yang lalu mengenai sifat-sifat cahaya.
b) Elaborasi
5. Guru meminta siswa untuk berkelompok sesuai dengan anggotanya, kemudian memberikan nomor kepala kepada masing-masing kelompok yang terdiri dari angka 1-5 atau 1-6 sesuai jumlah masing-masing kelompok.
6. Guru memberikan lembar kerja kelompok (LKK) berupa panduan tentang langkah-langkah membuat cakram warna.
7. Guru membimbing siswa dalam kelompok pada saat membuat cakram warna.
8. Siswa diminta untuk mengemukakan pendapatnya mengenai cahaya dapat diuraikan.
9. Siswa mendengarkan guru menjelaskan mengenai alat optic.
10. Guru memriksa kegiatan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar. Jika masih ada siswa yang belum dapat melakukan kegiatan dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
11. Guru memanggil salah satu nomor kepala dari masing-masing kelompok untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil diskusi yang telah dikerjakan bersama teman satu kelompok.
12. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi yang telah dibacakan kelompok lain agar pembelajaran lebih hidup dan siswa dapat lebih berpikir kritis.
c) Konfirmasi
1. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
2. Guru dan siswa memikirkan kembali dan mendalami informasi yang sudah didapat dengan penguatan yang bermakna.
3. Guru menjelaskan jawaban yang telah didiskusikan.
4. Guru dan siswa bersama-sama mengkonfirmasi materi yang telah dipelajari.
5. Guru memberikan reward kepada kelompok yang aktif dan mempresentasikan hasil dengan baik, serta memotivasi kelompok lain yang kurang aktif dalam pembelajaran.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2. Guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman atau ringkasan tentang materi yang telah dipelajari.
3. Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan Kedua (2x35 menit)
Tahap pelaksanakan tindakan (acting), meliputi:
a. Kegiatan Awal
1. Guru menyampaikan salam.
2. Guru mengajak siswa berdoa sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing untuk mengawali pelajaran.
3. Guru menyiapkan fisik dan mental siswa untuk siap mengikuti pelajaran.
b. Kegiatan Inti d) Eksplorasi
1. Siswa mengingat kembali pembelajaran yang lalu mengenai sifat-sifat cahaya.
e) Elaborasi
1. Siswa mengerjakan soal tertulis berupa pilihan ganda yang diberikan oleh guru dan dikerjakan secara individu.
f) Konfirmasi
1. Guru dan siswa memikirkan kembali dan mendalami informasi yang sudah didapat dengan penguatan yang bermakna.
2. Guru dan siswa bersama-sama mengkonfirmasi materi yang telah dipelajari.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari selama pembelajaran.
2. Guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman atau ringkasan tentang materi yang telah dipelajari.
Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran guru lain yang bertindak sebagai obsever melakukan observasi pelaksanaan siklus II yang dilakukan oleh guru kelas mengenai
aktifitas guru dalam pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
3.4.3.3 Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini merupakan analisis hasil observasi dan hasil tes.
Refleksi pada siklus II dilaksanakan segera setelah tahap implementasi/tindakan dan observer selesai. Semua data yang diperoleh akan dipaparkan, baik data hasil evaluasi siswa, maupun hasil observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil refleksi dari siklus II diharapkan dapat memenuhi indikator penelitian yang telah ditetapkan, yaitu ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SDN Tlogo dapat meningkat.
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V dalam mata pelajaran IPA di SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang setelah menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut:
3.5.1.1 Teknik Pengumpulan Data Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) sebagai variabel bebas dalam penelitian tindakan kelas ini akan dikumpulkan datanya dengan teknik observasi.
Observasi adalah aktivitas yang dilakukan terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah kejadian berdasarkan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya. Sugiyono (2008: 203) menyatakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Observasi merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Observasi digunakan untuk mendapat tentang
pengajaran guru menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dan aktifitas siswa didalam kelas. Sehingga dapat dilihat pelaksanaan pembelajaran benar-benar sesuai dengan kondisi dan proses yang diharapkan. Pada tahap ini, observer melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan lembar instrumen observasi yang telah dibuat sebelumnya.
3.5.1.2 Teknik Pengumpulan Data Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa sebagai variabel terikat dalam penelitian tindakan kelas ini akan dikumpulkan datanya dengan teknik tes.
Tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai prestasi siswa yang dapat dibandingkan dengan siswa lain atau dari nilai standar yang ditetapkan (Nurgiyantoro, 201: 58). Menurut Sudjiono (2005:
66) tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian.
Dari pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian tes adalah cara yang digunakan untuk pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan dalam bentuk serentetan pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, intelegensi, pengetahuan, dan kemampuan individu atau kelompok.
Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan berbagai informasi seperti hasil pencapaian hasil belajar siswa setelah melakukan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Tes disini berbentuk tes tertulis dengan jenis pilihan ganda, yang mana setelah melakukan kegiatan tes, dapat diketahui jumlah siswa yang sudah mencapai KKM. Tes juga dapat menghasilkan informasi apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Tes dilakukan dengan cara
memberikan soal evaluasi kepada siswa yang berguna mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
3.5.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui tingkat hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada kelas V SDN Tlogo dengan menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif untuk data observasi, sedangkan teknik kuantitatif untuk data hasil belajar.
3.5.2.1 Teknik Analisis Data Observasi
Data kualitatif berupa data hasil observasi guru selama proses pembelajaran dengan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT ) dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Untuk menjamin validitas dan pertanggungjawaban yang dapat dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan, maka yang digunakan untuk memeriksa validitas data yaitu dengan trianggulasi.
Validitas isi mencakup sejauh mana bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini sudah sesuaikah dengan silabus mata pelajaran ilmu Pengetahuan Alam yang dikonsultasikan dengan observer.
Sedangkan teknik trianggulasi yang digunakan sebagai validasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran adalah trianggulasi metode, yaitu dengan cara data aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan observasi lalu dicek menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan guru.
Apabila dengan teknik pengujian tersebut dihasilkan data yang sama, maka data tersebut dinyatakan valid.
3.5.2.2 Teknik Analisis Data Hasil Belajar
Data untuk mengumpulkan hasil belajar siswa yang dilakukan analisis adalah pada butir-butir soal tes yang diberikan kepada siswa sebagai soal evaluasi pada setiap siklus yang telah dilakukan. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan siswa setelah kegiatan pembelajaran setiap siklus dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes pilihan ganda pada setiap akhir siklus.
Pada penelitian ini analisis data yang dilakukan menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif siswa pada siklus I dan siklus-siklus berikutnya, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan Metode Penilaian Acuan Patokan (PAP). Disini PAP yang akan digunakan melalui system penilaian skala – 100. Skala 100 berangkat dari persentase yang mengartikan skor prestasi sebagai proporsi penguasaan peserta didik pada suatu perangkat tes dengan batas minimal angka 0 sampai 100 persen (%). Hasil penghitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar siswa yang dikelompokkan ke dalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 5
Kriteria Ketuntasan Minimal Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V SD Negeri Tlogo
Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk persentase. Formula presentase ketuntasan hasil belajar klasikal adalah sebagai berikut:
3.5.3 Instrumen Pengumpulan Data
3.5.3.1 Instrumen Pengumpulan Data Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Berdasarkan teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas, bahwa instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengamati proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan menggunakan lembar observasi.
Melalui lembar observasi diharapkan dapat memberikan informasi secara rinci mengenai proses selama pembelajaran yang telah dilaksanakan. Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas
Kriteria ketuntasan Kualifikasi
≥ 65 Tuntas
< 65 Tidak Tuntas
siswa dan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) selama kegiatan penelitian kelas dilaksanakan. Kisi-kisi observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Kisi-kisi Observasi Aktivitas Guru dalam Pelaksanaan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
N
o. Kegiatan Kriteria/
Indikator Aktivitas Guru dalam pembelajaran NHT No.
Ite m 1.
Awal
Membuka pelajaran
Kesiapan ruang dan media pembelajaran 1 Mengkondisikan kesiapan siswa 2,3 Membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam, berdoa, dan mengabsensi siswa.
4 Memberi apersepsi di awal pembelajaran 5 Menyampaikan tujuan pembelajaran 6 Memotivasi siswa di awal pembelajaran 7 Menjelaskan langkah-langkah metode
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
8 2.
I n t i
Eksplorasi
Memberikan contoh sesuai dengan materi 9
Menunjukkan peta konsep 10
Menjelaskan materi secara singkat 11 Melakukan kegiatan tanya jawab 12
Elaborasi
Numbering
Membagi kelompok dan memberi nomor
untuk tiap kelompok 13
Mengarahkan siswa untuk duduk sesuai
dengan kelompoknya masing-masing 14 Questioning
Memberikan latihan soal untuk dikerjakan siswa secara bersama-sama dalam
kelompok
15
Heads Together
Menjadi fasilitator saat anggota kelompok bekerja dalam kelompok masing-masing 16 Membimbing siswa untuk berperan aktif
dalam kerja kelompok 17
Mengarahkan jalannya diskusi kelompok 18 Memotivasi siswa untuk berperan aktif
dalam kerja kelompok 19
Answering
Menyebutkan salah satu nomor dari tiap kelompok untuk mempresentasikan di depan kelas
20 Memberi kesempatan pada siswa untuk
memberikan tanggapan 21
Memberikan jawaban hasil diskusi 22 Konfirmasi
Memberi penghargaan kepada kelompok yang paling berprestasi
23
Memberi soal evaluasi 24
3.
Akhir Mengakhiri pelajaran
Mengulang sekilas materi yang penting 25 Membuat rangkuman pembelajaran 26 Menyampaikan rencana pembelajaran
berikutnya 27
Tabel 7
Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa dalam Pelaksanaan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
No. Kegiatan Kriteria/
Indikator Aktivitas Siswa dalam pembelajaran NHT No.
Item 1.
Awal
Kesiapan siswa dalam
mengikuti pelajaran
Memperhatikan tujuan pembelajaran yang
disampaikan guru 1
Menyimak apersepsi dari guru 2
Memperhatikan motivasi yang disampaikan oleh
guru 3
Menjawab pertanyaan dari guru 4
Mendengarkan penjelasan dari guru tentang langkah-langkah metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
5
2.
I n t i
Eks- plorasi
Memperhatikan contoh yang diberikan oleh guru 6 Memperhatikan peta konsep yang ditunjukkan oleh
guru 7
Memperhatikan penjelasan singkat dari guru 8
Melakukan kegiatan tanya jawab 9
Ela- borasi
Numbering
Menggunakan nomor kepala dengan tertib 10 Duduk dengan masing-masing kelompok 11 Menerima siswa lain sebagai rekan dalam
kelompoknya 12
Questioning
Mengerjakan soal yang diberikan oleh guru secara
bersama-sama dalam kelompok 13
Berani mengajukan pertanyaan apabila tidak
mengerti 14
Heads Together
Mencatat materi yang penting 15
Bekerja sama dalam memahami soal yang
diberikan guru 16
Melakukan percobaan sederhana dengan baik 17 Bertukar pikiran dengan diskusi bersama teman
satu kelompok 18
Berani menjelaskan materi yang dikuasai kepada
semua anggotanya 19
Menerima pendapat teman dengan baik 20 Mencatat hasil diskusi dengan baik 21
Answering
Mempresentasikan hasil diskusi dengan baik 22 Memberi kesempatan pada kelompok lain untuk
memberikan tanggapan 23
Menanggapi hasil kerja kelompok lain 24 Mengerjakan soal evaluasi dengan tertib 25 Konfir-
masi
Aktif mencari informasi tentang konfirmasi yang disampaikan guru
26, 27 Memiliki motivasi untuk lebih aktif dalam belajar 28
3. Akhir Mencatat bagian yang penting 29
Membuat rangkuman pembelajaran 30
Data hasil observasi pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003) :
Petunjuk penilaian:
Skor 1 jika guru melakukan dalam kategori kurang.
Skor 2 jika guru melakukan dalam kategori cukup.
Skor 3 jika guru melakukan dalam kategori baik.
Skor 4 jika guru melakukan dalam kategori sangat baik
Berikut ini disajikan tabel panduan penilaian skor observasi berdasarkan rambu-rambu penilaian yang telah ditetapkan.
Tabel 8
Panduan Penilaian Skor Observasi Berdasarkan Rambu-Rambu Penilaian
No.
Skenario Pembelaja
ran
Aspek yang diamati
Rambu-rambu Penilaian
1 2 3 4
Sangat kurang Cukup Baik Sangat baik 1. Kegiatan
awal
Kemampuan guru menyiap- kan mental siswa a. Ketetapan cara
- Salam - Absen - Menyiapkan
alat tulis siswa - Berdoa b. Kesesuaian isi
Guru mengucap salam
Guru mengucap salam dan absen
Guru mengucap salam, absen menyiapk an alat tulis siswa
Guru mengucap salam,absen dan menyiapkan alat tulis siswa, berdoa
Kemampuan guru membangun apersepsi a. Ketetapan cara b. Kesesuaian isi
Guru sangat kurang memberikan ilustrasi
Guru cukup memberika n ilustrasi
Guru memberik an ilustrasi tidak sesuai dengan materi
Guru memberikan ilustrasi sesuai materi
Kemampuan guru memotivasi siswa
- Menyadarkan siswa - Penyampaian
tujuan pembelajaran Pemberian pengantar kepada siswa mengenai metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Guru hanya menyadarkan siswa
Guru hanya menyampai kan tujuan pembelajar an
Guru hanya menyadar kan siswa,han ya menyamp aikan tujuan pembelaja ran
Guru hanya menyadarkan siswa, guru hanya men yampaikan tujuan pembelajaran menjelaskan proses pembelajaran dengan metode Numbered Heads Together (NHT)
2. Kegiatan inti
Kemampuan guru melaksanakan eksplorasi a. Ketepatan cara b. Kesesuaian isi
Guru sedikit bertanya jawab tentang pengalaman siswa,tidak menunjukkan gambar.
guru hanya menunjukk an peta konsep.
Guru hanya bertanya jawab tentang pengalam an siswa.
Guru bertanya jawab tentang pengalaman siswa, menunjukka n peta konsep.
Kemampuan guru melaksanakan elaborasi - Materi - Metode - Media
Materi Penguasaan Materi sangat kurang, tujuan sangat kurang tercapai
Penguasaan Materi cukup, tujuan cukup tercapai.
Penguasaa n Materi cukup tujuan cukup tercapai.
Penguasaan Materi baik, tujuan keseluruhan tercapai.
Metode Guru sangat kurang dalam penggunaan metode
Guru hanya melakukan sebagian langkah- langkah dalam metode
Guru baik dalam melak sanakan metode
Guru sangat baik dalam melaksanaka n metode
Media Guru sangat kurang dalam menggunakan media
Guru cukup dalam menggunak an media
Guru sudah baik dalam mengguna kan media
Guru sangat baik dalam menggunaka n media
Kemampuan guru melaksanakan kegiatan elaborasi sesuai dengan sintaks metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Numbering Membagi dalam kelompok saja
Membagi kelompok secara acak dengan arahan
Membagi kelompok dan memberi nomor kepala pada siswa
Membagi kelompok dan memberi nomor kepala pada siswa dengan penjelasan dan kontrol yang baik
Questioning Tidak memberikan latihan soal
Memberika n latihan soal
Memberik an latihan soal dengan arahan
Memberikan latihan soal dengan arahan dan menjadi fasilitator
Heads Together
Tidak membimbing siswa dalam kerja kelompok
Membimbi ng siswa dalam kerja kelompok tanpa memberi arahan
Membimb ing siswa dalam kerja kelompok dengan memberi arahan jalannya diskusi kelompok
Membimbin g siswa dalam kerja kelompok dengan memberi arahan dan memotivasi siswa
Answering Tidak membimbing siswa dalam kerja kelompok
Hanya menyebutk an nomor kepala siswa tanpa member arahan dan petunjuk
Menyebut kan salah satu nomor dari tiap kelompok untuk memprese ntasikan di depan kelas
Menyebutka n salah satu nomor dari tiap kelompok untuk mempresenta sikan di depan kelas dan member kesempatan siswa memberikan tanggapan
Kemampuan guru melaksanakan konfirmasi
a. Ketepatan cara b. Kesesuaian isi
Guru sangat kurang melaksanakan konfirmasi
Guru bertanya jawab tentang kesulitan siswa menjawab
Guru bertanya jawab tentang kesulitan siswa mejawab soal, guru
Guru bertanya jawab tentang kesulitan siswa mejawab soal, guru
soal. bertanya jawab tentang keberhasil an pembelaja ran
bertanya jawab tentang keberhasilan dan ketercapaian pembelajaran
3 Kegiatan akhir
Kemampuan guru melaksanakan kegiatan akhir
Ketepatan cara dan isi
- simpulan - refleksi - tindak lanjut
Simpulan Guru sangat kurang dalam memberikan simpulan
Guru cukup dalam memberika n simpulan
Guru sudah baik dalam memberik an simpulan.
Guru sangat baik dalam memberikan simpulan.
refleksi Guru sangat kurang dalam memberikan refleksi
Guru cukup dalam memberika n refleksi
Guru sudah baik dalam memberik an refleksi
Guru sangat baik dalam memberikan refleksi
Tindak lanjut Guru sangat kurang dalam memberikan tindak lanjut
Guru cukup dalam memberika n tindak lanjut
Guru sudah baik dalam memberik an tindak lanjut
Guru sangat baik dalam memberikan tindak lanjut
3.5.3.2 Instrumen Pengumpulan Data Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas, bahwa instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui data hasil belajar adalah dengan memberikan butir soal sebagai evaluasi belajar pada setiap siklusnya dengan menggunakan butir soal tes.
Butir soal tes berupa soal-soal multiple choice (pilihan ganda) yang digunakan untuk mengukur ketercapaian hasil belajar siswa dengan cara mengadakan tes untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan diterapkannya metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas V semester II SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
Penilaian evaluasi belajar akan dilaksanakan pada setiap hasil ketuntasan hasil belajar sesuai dengan KKM yang telah ditentukan.
Tabel 9
Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda dalam Pelaksanaan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Item Soal
Jumlah Item 1. Menerapka
n sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat karya atau model
6.1
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
1.Menjelaskan pengertian cahaya (sumber cahaya, berkas cahaya)
1, 2, 4,5,7,8
6
2. Menyebutkan benda yang dapat tembus cahaya dan benda yang tidak tembus cahaya
3,6,11, 13
4
3. Menjelaskan sifat cahaya dapat
dipantulkan
16,17,1 8,19,21 ,24,25, 26,27,2 8,29,30
12
4. Menjelaskan sifat cahaya dapat
dibiaskan
9,10,12 ,14, 15,20,2 2,23
8
Jumlah 30
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen dalam Penerapan Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
3.6.1 Uji Validitas Instrumen
Validitas yaitu ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item untuk mengukur apa yang seharusnya (Sudjiono, 2001: 36). Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau valid, jika skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian arah dengan skor totalnya. Skor total disini berkedudukan sebagai variabel terikat, sedangkan skor item berkedudukan sebagai variabel bebasnya.
Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukir (Sugiyono, 2008: 121). Instrumen yang valid merupakan instrument yang dapat digunakan untuk memperoleh data. Uji validitas dilakukan
berbabtuan SPSS 20,0. Tingkat validitas suatu instrument dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan setiap skor pada butir instrumen.
Koefisien validitas hanya punya makna apabila mempunyai harga yang positif. Walaupun semakin tinggi mendekati angka 1,00 berarti suatu tes semakin valid hasil ukurnya, namun pada kenyataannya suatu koefisien validitas tidak pernah mencapai angka 1,00. Pada akhirnya sebagai panduan jika jumlah siswa 30 orang atau lebih, penafsiran validitas yang mendasarkan koefisien korelasi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 10 Kriteria Uji Validitas
No Indeks Interpretasi
1. 0,81 – 1,00 Sangat tinggi
2. 0,61 – 0,80 Tinggi
3. 0,41 – 0,60 Cukup
4. 0,21 – 0,40 Rendah
5. 0,00 - 0,20 Sangat rendah
Penulis menggunakan kriteria uji validitas dengan indeks 0,21-0,40 dengan interpretasi rendah. Jadi, setelah instrumen diujikatn nilai yang tidak memenuhi 0,21 dianggap tidak valid dan harus diseleksi.
3.6.2 Hasil Uji Validitas Tes
Soal evaluasi yang akan diberikan kepada siswa, hendaknya diuji coba terlebih dahulu sehingga diperoleh butir soal yang valid. Sebelum soal tes diberikan kepada siswa kelas V SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, penulis terlebih dulu melakukan uji validitas di kelas VI SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dengan jenis soal pilihan ganda sebanyak 30 soal yang berkaitan dengan materi tentang sifat-sifat cahaya untuk dikerjakan secara individu. Pengerjaan soal dikerjakan oleh 36 siswa kelas VI yang kemudian dioalah menggunakan SPSS versi 20,0. Berikut adalah hasil uji validitas yang telah dilaksanakan.
Tabel 11
Hasil Validitas Instrumen Tes Siklus I
Bentuk
Instrumen Item Soal Valid Tidak valid
Pilihan Ganda
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 20, 21, 22, 23 24, 25, 26, 28
1, 2, 13, 15, 17, 18, 19, 27, 29, 30
Total 30 soal pilihan
ganda 20 valid 10 tidak valid
Berdasarkan hasil uji valididtas instrument yang telah diujikan pada kelas VI SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, diperoleh beberapa butir soal yang tidak valid dan berada dikriteria sangat rendah yaitu < 0,21. Soal yang tidak valid dan berada pada kriteria sangat rendah berjumlah 10 soal (1, 2, 13, 15, 17, 18, 19, 27, 29, 30). Sedangkan soal valid berjumlah 20 soal, karena memiliki corrected item-total correlation lebih dari 0,21.
Tabel 12
Hasil Validitas Instrumen Tes Siklus II
Bentuk
Instrumen Item Soal Valid Tidak valid
Pilihan Ganda
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 29
13, 15, 17, 18, 19, 23, 28, 30
Total 30 soal pilihan
ganda 22 valid 8 tidak valid
Dari tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa dari 30 soal pilihan ganda yang dapat diujikan 22 soal yang valid, karena memiliki nilai corrected item-total correlation lebih dari 0,21. Soal yang tidak valid bernomor 13, 15, 17, 18, 19, 23, 28, 30.
3.6.3 Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas (ajeg) tes adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg. Tujuan utama menghitung reliabilitas skor tes adalah untuk mengetahui tingkat ketepatan dan keajegan skor tes.
Pengertian yang paling sederhana dari reliabilitas adalah kemantapan alat ukur, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut dapat diandalkan atau memiliki keajegan hasil.
Semakin tinggi koefisien reliabilitas suatu tes, makin tinggi pula keajegannya/ketepatannya. Tes yang memiliki konsistensi reliabilitas tinggi adalah akurat terhadap kesempatan testing dan instrument tes lainnya. Sebagai panduan koefisien reliabilitas berdasarkan nilai alfa dapatlah diinterpretasikan seperti berikut:
Tabel 13
Kriteria Uji Reliabilitas
No Indeks Interpretasi
1. 0,80 – 1,00 Sangat Reliabel 2. < 0,80 – 0,60 Reliabel 3. < 0,60 – 0,40 Cukup Reliabel 4. < 0,40 – 0,20 Agak Reliabel 5. < 0,20 Kurang Reliabel
3.6.4 Hasil Uji Reliabilitas Tes
Soal evaluasi yang akan diberikan kepada siswa, selain harus valid juga harus melihat pada reliabelnya atau kejegannya. Tes yang sudah reliabel apabila diujikan berkali-kali, hasilnya akan relative sama. Artinya, setelah hasil tes yang pertama dengan tes yang berikutnya dikorelasikan terdapat hasil korelasi yang signifikan.
Hasil uji reliabilitas pada uji validitas siklus I menunjukkan Cronbach's Alpha pada angka 0,818 yang berarti instrument yang diujikan pada kriteria sangat reliabel, begitu pula hasil uji reliabilitas pada siklus II juga menunjukkan criteria yang sama dengan angka 0,899. Hal ini juga dapat merujuk pada suatu pengertian
bahwa instrumen tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena sangat reliabel. Kerena sangat reliabel artinya dapat dipercaya dan diandalkan.
Berikut hasil uji reliabilitas setelah penghapusan butir soal yang tidak valid.
3.6.5 Uji Tingkat Kesukaran
Fungsi tingkat kesukaran butir soal, biasanya dikaitkan dengan tujuan tes.
Misalnya untuk kegiatan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang. Dalam konstruksi tes, tingkat kesukaran butir soal sangat penting, karena dapat digunakan untuk memprediksi soal dan kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarka oleh guru. Untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal dapat menggunakan tabel tingkat kesukaran berikut ini.
Tabel 14
Rentang Nilai Tingkat Kesukaran
No Indeks Interpretasi
1. 0,80 – 0,25 Sukar 2. 0,26 – 0,75 Sedang
3. 0,76 – 1,00 Mudah
3.6.6 Hasil Uji Tingkat Kesukaran
Satu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap informasi ini adalah sebagian besar peserta didik menjawab benar soal itu, artinya bahwa sebagian besar siswa telah memahami materi yang ditanyakan.Berikut ini hasil uji tingkat kesukaran soal yang diolah dari soal yang telah dilaksanakan
JS P B Tabel 15
Kriteria Tingkat Kesukaran Siklus I
Jumlah soal Kriteria Keterangan
2 0,00 - 0,25 Sukar
12 0,26 - 0,75 Sedang
6 0,76 - 1,00 Mudah
Tabel 16
Kriteria Tingkat Kesukaran Siklus II
Jumlah soal Kriteria Keterangan
3 0,00 - 0,25 Sukar
15 0,26 - 0,75 Sedang
4 0,76 - 1,00 Mudah
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 2 butir soal termasuk dalam kategori sukar, 12 butir soal termasuk kategori sedang dan 6 butir soal termasuk dalam kategori mudah pada siklus I dan terdapat 3 butir soal termasuk dalam kategori sukar, 15 butir soal termasuk kategori sedang dan 4 butir soal termasuk dalam kategori mudah pada siklus II. Penentuan kriteria kesukaran sesuai Menentukan taraf kesukaran (TK) digunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
3.7 Indikator Kinerja
Dengan melihat latar belakang permasalahan dan untuk meningkatkan hal yang sudah ada, peningkatan pemahaman belajar siswa maka menggunakan indikator sebagai berikut:
3.7.1 Indikator Proses
Penelitian tindakan kelas dilakukan penulis dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V di SD Negeri Tlogo, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, semester II tahun ajaran 2013/2014 dengan mengunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
Penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil jika kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan kategori baik. Kategori baik dinyatakan apabila guru telah melaksanakan semua langkah-langkah yang telah ditetapkan.
3.7.2 Indikator Hasil
1. Hasil belajar menjadi variabel yang hendak dipengaruhi dengan memberikan perlakuan pembelajaran siswa dengan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Dari 33 siswa kelas V SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang menjadi berhasil jika pencapaian nilai hasil belajar siswa dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menerapkan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) mencapai nilai KKM sebanyak 80%. Jadi, penelitian tindakan kelas akan berhasil jika sebanyak 27 siswa mencapai nilai KKM. Adapun nilai KKM mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V SD Negeri Tlogo adalah 65. Selain itu, ≥ 80% dari jumlah keseluruhan kegiatan menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), sebagai strategi pembelajaran telah diterapkan oleh guru minimal dengan kategori baik.
2. Pembacaan kesimpulan kondisi motivasi siswa dengan kriteria yang diadaptasi dari pedoman penilaian (Arikunto, 1998: 246) seperti pada tabel berikut
Tabel 17
Klasifikasi Presentasi Skor Hasil
Presentasi Kategori
75% ≤ x ≤ 100% Baik
55% ≤ x ≤ 74,99% Cukup
41% ≤ x ≤ 54,99% Kurang Baik
x ≤ 40,99% Tidak Baik
Rumus :
Keterangan : = persen total yang dicapai
A = jumlah skor yang diperoleh siswa B = jumlah skor total maksimal