• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMPELAJARI LAJU RESPIRASI BUAH NENAS IRIS DALAM KEADAAN TEROLAH MINIMAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MEMPELAJARI LAJU RESPIRASI BUAH NENAS IRIS DALAM KEADAAN TEROLAH MINIMAL"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

MEMPELAJARI LAJU RESPIRASI BUAH NENAS IRIS DALAM KEADAAN TEROLAH MINIMAL

Oleh :

ANANTA PUDJI NUGROHO F 29.0334

1997

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

Ananta Pudji Nugroho. F 29.0334. Mempelajari laju respirasi buah nenas iris dalam keadaan terolah minimal. Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Hadi K. Punvadaria.

RINGKASAN

Buah-buahan dan sayuran merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan setelah pemanenan, baik kerusakan fisik, mekanik maupun kerusakan biologis. Di lain pihak, sebagian besar konsumen lebih menyukai buah-buahan dan sayuran dalam keadaan segar Nenas merupakan salah satu buah yang melnerlukan waktu yang cukup lama untuk dihidangkan dalam bentuk segar, karena hams dilakukan pengupasan kulit, penghilangan niata buah, dan pencucian. Untuk itu sangat perlu dilakukan pengolahan minimal untuk kepraktisan bagi konsumen.

Salah satu kelemahan densan dilakukannya pengolahan minimal pada buah nenas yaitu makin pendeknya umur simpan. Dengan terbukanya jaringan pada buah yang dilakukan pengolahan minimal akan mempertinggi laju respirasi karena te jadinya proses oksidasi pada jaringan yang bersangkutan.

Tujuan penelitian ini adalah me~npelajari laju respirasi buah nenas iris dalam keadaan terolah minimal pada beberapa tingkat suhu penyimpanan

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah nenas dari Subang var.

Cayene, malam (lilin). Stoples kaca, selang plastik, Cosmotector tipe XPO-3 14, Cosmotector tipe XP-318, Chrolnanieter minolta, timbangan, aerator dan ruang pendingin.

Metode yang dilakukan yaitu dengan mengukur kandungan gas C02 yang dihasilkan dan gas O2 yang dikonsumsi nenas iris setiap hari, dimana pada hari pertama

(3)

dilakukan penykuran setiap tiga jam sekali. Nenas iris disimpan dalam stoples dengan suhu penyimpanan 5"C, IOUC, 15"C, dan suhu ruang. Perlakuan irisan terdiri dari irisan yang tegak lums terhadap sumbu nenas ( irisan melintang ) dengan ketebalan 1.5 cm dan irisan yang longitudinal melalui sumbu nenas (irisan memanjang) dengan sudut irisan 45°C dan panjang 12-13 cm. Berat total irisan kedua irisan 400-600 gram. Setiap kali pengukuran konsentrasi gas C 0 2 dan Oz, udara dinormalkan kembali sehingga tidak tejadi akumulasi gas C 0 2 Pengamatan yang dilakukan meliputi susut bobot, pembahan warna dan uji organoleptik, di~nana parameter yang digunakan pada uji organoleptik meliputi kekerasan (tekstur), Aroma (bau) dan tingkat kebusukan.

Hasil pengukuran laju respirasi memperlihatkan bahwa semakin tinggi suhu penyimpanan laju respirasi makin tinggi. Laju produksi rata-rata CO2 pada irisan melintang nenas pada suhu 5 "C, 10 "C, 15 "C, dan suhu ruang masing-masing sebesar 6.29, 16.34, 47.73, dan 95.33 ml/kg.jam, sedangkan laju konsumsi rata-rata 0 2 masing- masing sebesar 4.89, 10.04, 20.64, dan 44.02 ml/kg.jam. Untuk irisan memanjang, laju produksi rata-rata C 0 2 pada suhu 5 "C. 10 "C, 15 "C, dan suhu ruang masing-masing sebesar 4.67, 8.67, 40.02, dan 86.76 ml/kg.jam, sedangkan laju konsumsi rata-rata 0 2 masing-masing sebesar 4.07, 6.30, 18.55. dan 45.94 d k g . j a m .

Dan hasil analisa sidik ragam, suhu penyimpanan berpengamh nyata terhadap laju respirasi, sedangkan jenis irisan tidak berpengaruh nyata terhadap laju respirasi.

Nilai Koesien respirasi kedua jenis irisan (irisan melintang dan memanjang) memiliki rata-rata lebih dari satu. Nilai rata-rata RQ pada suhu 5"

suhu ruang masing-masing sebesar 1.46, 1.44, 1.84, dan 2.25

(4)

dan sebesar 1.19, 1.36, 1.72, dan 1.88 untuk irisan memanjang. Nilai RQ yang lebih besar dari satu menunjukan bahwa substrat yang digunakan dalam respirasi adalah asam-asam organik.

Bobot kedua jenis irisan nenas mengalami penurunan selama penyimpanan, dimana susut bobot terbesar terjadi pada suhu ruang dan terendah pada suhu 5 "C.

Penurunan bobot rata-rata pada suh~l 5 "C, 10 "C, 15 "C dan suhu ruang masing-masing sebesar 0.080, 0.174, 0.521, dan 0.801 % untuk irisan memanjang dan 0.15 1, 0.177.

0.465, dan 0.806 % untuk irisan melintang.

Selama penyimpanan pada suhu 5 "C, 10 "C, 15 "C, dan suhu ruang pada kedua jenis irisan nenas, suhu berpengaruh nyata terhadap perubahan tingkat kecerahan ( L ), nilai b (tingkat kekuningan). nilai h (metric hue), nilai C (metric chroma), dan nilai dE*ab (beda warna), tetapi tidak berpengamh nyata terhadap nilai a (tingkat kehijauan).

Dari hasil uji sidik ragam juga diperoleh pengamh jenis irisan tidak berbeda nyata terhadap perubahan warna yang disimpan pada suhu yang sama.

Pada uji organoleptik terhadap tingkat kekerasan (tekstur) nenas, skor rata-rata dari panelis cendemng meningkat pada ke-4 suhu penyimpanan ( semakin lunak ). Pada keadaan awal, skor rata-rata yang diberikan panelis sebesar 3.25. Setelah penyimpanan, skor rata-rata berubah menjadi 3.09 untuk irisan melintang dan 3.14 untuk irisan memanjang pada hari ke-12 suhu 5 "C; 3.31 untuk irisan melintang dan 3.37 untuk irisan memanjang pada hari ke-I0 suhu 10 "C; 3.15 untuk irisan melintang dan 2.85 untuk irisan memanjang pada hari ke-4 suhu 15

"C

.dan 3.91 untuk

3.58 untuk irisan memanjang pada hari ke-2 suhu ruang.

(5)

Pada uji organoleptik terhadap aroma (bau) menunjukan aroma nenas semakin hilang selama penyimpanan dan hilangnya aroma tercepat terjadi pada suhu ruang. Dari hasil uji yang dilakukan, aroma kedua irisan nenas tidak disukai panelis setelah penyim- panan selama 12 pada suhu 5 "C, 6 hari pada suhu 15 "C, 2 hari pada suhu 15 "C dan I hari pada suhu ruang. Sedangkan hasil uji terhadap tingkat kebusukan irisan, penyimpanan suhu tinggi mempercepat busuknya irisan. Skor rata-rata yang didapat pada suhu 5 "C sebesar 1.95 untuk irisan melintang dan 2.04 untuk irisan memanjang selama penyimpanan 12 hari. pada s u l i ~ ~ 10 "C sebesar 1.36 untuk irisan melintang dan 2 untuk irisan memanjang selama penyinlpanan 8 hari, pada suhu 15 "C sebesar 1.57 untuk irisan melintang dan 1 85 untuk irisan memanjang selalna penyimpanan 4 hari, dan pada suhu ruang sebesar 1.41 untuk irisan Inelintang dan 1.91 untuk irisan memanjang selama penyimpanan I hari.

Dari hasil yang didapat, peningkatan suhu berpengaruh nyata terhadap Laju respirasi, susut bobot, perubahan wama, dan tingkat kebusukan nenas iris; sedangkan jenis irisan tidak berpengaruh nyata. Berdasarkan uji organoleptik, terjadi penurunan tingkat kekerasan (tekstur), aroma (bau) selalna penyimpanan . Sebagai kelanjutan dari hasil yang didapat, disarankan adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jenis kemasan yang sesuai untuk nenas iris.

(6)

MEMPELAJARI LAJU RESPIRASl BUAH NENAS IRIS DALAM KEADAAN TEROLAH MINIMAL

Skripsi

Sebagai salah satu untuk memperoleh gelar SARTANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada JURUSAN MEKANISASI PERTANIAN

Oleh

Ananta Pudji Nugroho P 29.0334

1997

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

SKRIPSI

MEMPELAJARI LAJU RESPIRASI BUAH NENAS IRIS DALAM KEADAAN TEROLAH MINIMAL

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada JURUSAN MEKANISASI PERT,ANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh :

Ananta Pudji Nugroho F 29.0334

Dilahirkan di Surakarta, 9 Januari 1973 Tanggal lulus : 3 Febmari 1997

r, Februari 1997

(8)

KATA PENCANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan. karena dengan Penyertaan dan berkatNya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Sknpsi yang berjudul Mempclajari laju respirasi buah nenas iris dalam keadaan terolah minimal ini. disusun berdasarkan hasil penelitian pada bulan September - November 1996

Dalam kesempatan ini, penulis rnengueapkan terima kasih kepada :

I . Prof. Dr. Ir. Hadi K Purwadaria selaku dosen pembimbins atas bimbingannya kepada penulis selama shidi di Fatcta dan sclama pcnclitian.

2. Dr. Ir. Lilik Pudjantoro Eko Nugroho, MAgr dan Ir. Ernn~y Darrnawati, MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji bagi penulis.

3. Bapak, Ibu, lyok, Nita, rnbah Putri, dan mbah Andong yang telah memberikan perhatian dan doanya kepada penulis

4. Bapak Tasih yang telah menyediakan bahan penelitian.

5 . Ira, Bimo, Maria, Victor, Elsa, Nani, Ester, Ana, Esti, Binson, Jules,

Yoseph, Hani, Charles, Septo, Hendra, Hendri, Dodi, Heru, dan Ari yang telah memberikan bantuan. doa, semangat, dan kebersamaannya selama ini.

6 . Wenthung, Nancy, Ferry, Kokos, teman-teman P H C dan DPC PMKRI yang

telah membantu dan rnemberikan pengertiannya kepada penulis selarna penelitian.

7. Sonny, Wawan, Wina, Nina, Yudha, Fitri, Adi, tante dan bibi di Regina, teman-teman di kost, GCS 23 Computer, Bapak Hasan dan keluarganya yang telah bersedia membantu penulis selama penelitian.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan semangat, doa, dan bantuannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis sangat berterima kasih jika ada kritik dan saran yang membangun, akhimya sernoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Bogor, Februari 1997 Penulis

(9)

DAFTAR IS1

Halaman

KATA PENGANTAR

...

i

DAFTAR IS1

...

. . 11

DAFTAR GAMBAR

...

iv

DAFTAR TABEL

...

V I I

. .

DAFTAR LAMPIRAN

...

V I I I ...

...

1

.

PENDAHULUAN 1

...

A

.

Latar belakang 1 B . Tujuan p e n e l ~ t ~ a n . . ... 3

I1

.

TINJAUAN PUSTAKA

...

4

A

.

Keadaan buah nenas

...

4

B

.

Fisiologi pasca panen

...

6

C

Pengolahan minimal buah-buahan

...

7

...

D

.

Fisiologi pengolahan minimal buali dan sayuran 10

.

. E

.

Pola resplrasl

...

12

. . F

.

Pengukuran proses resplrasr

...

15

I11

.

METODA PENELITIAN

...

18

A

.

Bahan dan alat

...

18

B

.

Tempat dan waktu

...

19

.

.

C

.

Metode penelitran

...

19

D

.

Perlakuan

...

19

...

E

.

Pengamatan 21

...

F

.

Rancangan percobaan 2 2 V

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

2 3

...

A

.

Pengaruh suhu terhadap laju respirasi 2 3

...

B

.

Pengaruh jenis irisan nenas terhadap laju respirasi 2 6

. .

C

.

Kuosien resp~rasl nenas iris

...

34

(10)

...

D

.

Pengaruh suhu dan jenis irisan terhadap susut bobot 37

...

E

.

Pengaruh suhu dan jenis irisan terhadap perubahan warna 39

.

.

F

.

UJI organoleptik

...

47

VI

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

55

A

.

Kesirnpulan

...

55

B

.

Saran

...

56

LAMPIRAN

...

57

DAFTAR PUSTAKA

...

79

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)

Referensi

Dokumen terkait

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa sectio caesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi perabdominal dengan melalui insisi pada dinding abdomen dan

Ekstrak, Fraksi N-Heksan, Fraksi Etil Asetat dan Fraksi Methanol dari Daun Kenikir memiliki pengaruh Sitotoksik, Apoptosis dan Antiproliferasi pada Sel T47D Kanker

2. Terpaku pada Hasil Keuangan. Bukan hanya manajer senior yang terlatih dan terbiasa dengan ukuran keuangan, tetapi mereka juga mendapatkan tekanan tentang kinerja keuangan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Serbuk simplisia daun pacing, air suling, kloralhidrat, gliserin, asam klorida, asam sulfat, serbuk magnesium, amil

Penggunaan teknik analisis berganda (multiple regression) pada penelitian ini yang berjudul analisis perilaku pengguna e-learning Schoology menggunakan model UTAUT

Deskripsi kecenderungan perilaku agresif anggota kelompok eksperimen setelah mendapatakan konseling kelompok dengan penerapan psikodrama, dua orang anggota atau

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dirasakan terhadap kinerja (atau hasil) yang

3000 metric ton pupuk Phosphate kepada pihak ketiga tanpa B/L. Memerhatikan secara cermat analisis Derry Firmansyah terhadap Putusan 1887, menurut hemat Penulis, hakim dalam