ANALISA KEPADATAN ARUS LALU LINTAS PADA RUAS
JALAN RAYA MASTRIP STA 2+600 – 3+800 KOTA SURABAYA
DENGAN PENDEKATAN LINIER
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil (S1)
Diajukan oleh:
MAKRUF PRABOWO 0653010074
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN“
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan mengucapkan Alhamdulillahi Robbil Allamin dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan Skripsi Tugas Akhir ini dengan judul “ANALISA KEPADATAN ARUS LALU LINTAS PADA RUAS JALAN RAYA MASTRIP STA 2+600 – 3+800 KOTA SURABAYA DENGAN PENDEKATAN LINIER” Sebagai kelengkapan tugas akademik dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S-1) di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penyusun berusaha semaksimal mungkin dalam menerapkan ilmu yang didapatkan pada perkuliahan dan literatur yang sesuai untuk menunjang penyusunan Tugas Akhir ini. Selain itu, penyusun juga menerapkan semua petunjuk yang diberikan dari dosen pembimbing, walaupun penyusunan Tugas Akhir ini diusahakan sebaik mungkin, namun penyusun menyadari masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karna itu, segala kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca sangat diharapkan dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.
1. Allah SWT, yang hanya dengan rahmatnya, penyusun dapat menempuh pendidikan di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sampai dengan menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
2. Ibu Ir. Naniek Ratni Jar., M, Kes, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Ibu Ir. Wahyu Kartini, MT, selaku ketua Program Studi Teknik Sipil
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Sumaidi, MT, selaku dosen wali yang telah banyak membimbing selama kuliah di Program Studi Teknik Sipil Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, hingga selesai menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
5. Bapak Ir. Hendrata Wibisana, MT, selaku Dosen Pembimbing Utama, Program Studi Teknik Sipil Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk asistensi, hingga selesai dalam mengerjakan tugas akhir ini dengan baik.
6. Bapak Nugroho Utomo, ST, selaku Dosen Pembimbing Pendamping, Program Studi Teknik Sipil Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk asistensi, hingga selesai dalam mengerjakan tugas akhir ini dengan baik.
8. Untuk Kedua Orang Tua Saya, terima kasih yang tak terhingga atas segala kasih sayang dan doanya yang tiada terputus pada ananda. Alhamdulillah akhirnya ananda dapat menyelesaikan kuliah.
9. Almarhum bapak Febru, terima kasih telah memberi masukan serta motivasi selama ini. Semoga beliau diterima di sisi Allah SWT.
10.Untuk Annisa , terima kasih yang tak terhingga atas segala kasih sayang dan doanya serta dukungan semangatnya yang tak pernah lelah dan sabar.
11.Seluruh rekan-rekan FTSP khususnya mahasiswa Teknik Sipil 2006, teman-teman yang selalu membantu dan menyemangati dalam penyusunan tugas akhir ini dengan baik.
12.Untuk Rully dan Ganda Angkatan 2006, terima kasih atas bantuannya teman buat semuanya , akhirnya kita bisa wisuda bersama-sama.
Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semuanya dan pembaca pada khususnya.
Surabaya, 13 Juni 2011
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan... 2
1.4 Batasan Masalah ... 3
1.5 Manfaat Penelitian……….... 3
1.6 Lokasi Penelitian ……… . 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Geometrik Jalan Perkotaan ... 6
2.1.1 Tipe Jalan ... 6
2.1.2 Lebar Jalur Lalu Lintas ... ... 6
2.1.3 Kereb ... 7
2.1.4 Bahu ... 7
2.1.5 Median ... 7
2.1.6 Alinyemen Jalan ... 7
2.2 Karakteristik Arus dan Komposisi Lalu Lintas ... 8
2.3 Arus Lalu Lintas Dinamis ... 11
2.4 Tingkat Pelayanan... 12
2.4.1 Tingkat Pelayanan (Tergantung Arus)... 12
2.5 Hubungan Arus Lalu Lintas dengan Waktu Tempuh ... 15
2.6 Pendekatan Linier ... 19
2.6.1 Penurunan Pendekatan ... 19
2.6.2 Penurunan Model Greenshield ... 20
2.7 Penentuan Arus Bebas (FV) ... 23
2.7.1 Kecepatan Arus Bebas Dasar ... 24
2.7.2 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas FVw Untuk Lebar Jalan... 24
2.7.3 Faktor Koreksi Kecepatan Arus Bebas Akibat Hambatan Samping... 25 2.7.4 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas FFVcs Untuk Pengaruh Ukuran Kota ... 28
2.8 Perhitungan Kapasitas Ruas Jalan ... 29
2.8.1 Kapasitas Dasar Co... 30
2.8.2 Faktor Penyesuaian Kapasitas FCw untuk Lebar Jalur Lalu Lintas ... 30
2.8.3 Faktor Penyesuaian Kapasitas FCsp untuk Pemisah Arah ... 31
2.8.4 Faktor Penyesuaian Kapasitas FCsf untuk Hambatan Samping... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35
3.1 Tahapan Persiapan ... 35
3.2 Pengumpulan Data ... 35
3.3 Analisa Data ... 36
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN... 40
4.1 Data Jalan ... 40
4.2 Hambatan Samping ... 40
4.3 Analisa Kapasitas... 43
4.4 Analisa Tingkat Kepadatan (D) Kendaraan ... 44
4.5 Perhitungan Kecepatan Arus Bebas (FV) ... 82
4.6 Analisa Perhitungan ITP Dengan Pendekatan Linier ... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 118
5.1 Kesimpulan... 118
5.2 Saran ... 120
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1.1 Peta Lokasi Penelitian ... 5 GAMBAR 2.1 Hubungan Antara Nisbah Volume/Kapasitas dengan
Waktu Tempuh... 11 GAMBAR 2.2 Tingkat Pelayanan ... 14 GAMBAR 3.1 Alur Metodologi Penelitian... 39 GAMBAR 4.1 Grafik Hubungan Antar Kecepatan – Kepadatan Model
Greenshield Senin (Kedurus – Karangpilang). ... 75 GAMBAR 4.2 Grafik Hubungan Antar Kecepatan – Kepadatan Model
Greenshield Senin (Karangpilang – Kedurus). ... 75 GAMBAR 4.3 Grafik Hubungan Antar Kecepatan – Kepadatan Model
Greenshield Selasa (Kedurus – Karangpilang). ... 76 GAMBAR 4.4 Grafik Hubungan Antar Kecepatan – Kepadatan Model
Greenshield Selasa (Karangpilang – Kedurus) ... 76 GAMBAR 4.5 Grafik Hubungan Antar Kecepatan – Kepadatan Model
Greenshield Rabu (Kedurus – Karangpilang) ... 77 GAMBAR 4.6 Grafik Hubungan Antar Kecepatan – Kepadatan Model
Greenshield Rabu (Karangpilang – Kedurus)... 77 GAMBAR 4.7 Grafik Hubungan Antar Kecepatan – Kepadatan Model
GAMBAR 4.8 Grafik Hubungan Antar Kecepatan – Kepadatan Model Greenshield Kamis (Karangpilang – Kedurus)... 78 GAMBAR 4.9 Grafik Hubungan Antar Kecepatan – Kepadatan Model
Greenshield Jum’a(Kedurus – Karangpilang)... 79 GAMBAR 4.10 Grafik Hubungan Antar Kecepatan – Kepadatan Model
Greenshield Jum’at (Karangpilang – Kedurus)... 79 GAMBAR 4.11 Grafik Hubungan Antar Kecepatan – Kepadatan Model
Greenshield Sabtu (Kedurus – Karangpilang)... 80 GAMBAR 4.12 Grafik Hubungan Antar Kecepatan – Kepadatan Model
Greenshield Sabtu (Karangpilang – Kedurus)... 80 GAMBAR 4.13 Grafik Hubungan Antar Kecepatan – Kepadatan Model
Greenshield Minggu (Kedurus – Karangpilang)... 81 GAMBAR 4.14 Grafik Hubungan Antar Kecepatan – Kepadatan Model
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Definisi Tipe Penampang Melintang Jalan pada Bagian Panduan ... 8 TABEL 2.2 Nilai Normal untuk Komposisi Lalu Lintas ... 10 TABEL 2.3 Ekivalensi Mobil Penumpang (Emp) untuk Jalan Tak
Terbagi... 10 TABEL 2.4 Ekivalensi Mobil Penumpang (Emp) untuk Jalan Terbagi .. 10 TABEL 2.5 Kecepatan Arus Bebas Dasar (Fvo) ... 24 TABEL 2.6 Faktor Koreksi Kecepatan Arus Bebas Akibat Lebar Jalan
(FVw) ... 25 TABEL 2.7 Faktor Penyesuaian Hambatan Samping dan Lebar Bahu
(FFVsf) ... 26 TABEL 2.8 Faktor Penyesuaian (FFVsf) untuk Pengaruh Hambatan
Samping dan Jarak Kereb ke Penghalang ... 27 TABEL 2.9 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas (FFVcs) untuk
Pengaruh Ukuran Kota ... 28 TABEL 2.10 Kapasitas Dasar (Co) untuk Jalan Perkotaan... 30 TABEL 2.11 Penyesuaian Kapasitas (FCw) untuk Pengaruh Lebar Jalur
Lalu Lintas untuk Jalan Perkotaan ... 31 TABEL 2.12 Penyesuaian Pemisah Arah... 32 TABEL 2.13 Faktor Penyesuaian (FCsf) untuk Pengaruh Hambatan
Samping dan Lebar Bahu ... 32 TABEL 2.14 Faktor Penyesuaian (FCsf) untuk Hambatan Samping,
TABEL 2.15 Kapasitas Dasar (CO) untuk Jalan Perkotaan... 34
TABEL 3.1 Prosedur Perhitungan dengan Pendekatan Linier ... 37
TABEL 3.2 Prosedur Pengambilan Data Hambatan Samping ... 37
TABEL 3.3 Prosedur Perhitungan Data Hambatan Samping... 38
TABEL 3.4 Prosedur Perhitungan Analisa Regresi Linier Hub Matematis Antara Kecepatan dan Kepadatan... 38
TABEL 4.1 Prosedur Perhitungan Analisa Regresi Linier Matematis Antara Kecepatan dan Kepadatan Hari Senin (Kedurus-Karangpilang) ... 47
TABEL 4.2 Prosedur Perhitungan Analisa Regresi Linier Matematis Antara Kecepatan dan Kepadatan Hari Senin (Karangpilang-Kedurus)... 49
TABEL 4.3 Prosedur Perhitungan Analisa Regresi Linier Matematis Antara Kecepatan dan Kepadatan Hari Selasa (Kedurus-Karangpilang) ... 51
TABEL 4.4 Prosedur Perhitungan Analisa Regresi Linier Matematis Antara Kecepatan dan Kepadatan Hari Selasa (Karangpilang-Kedurus)... 53
TABEL 4.5 Prosedur Perhitungan Analisa Regresi Linier Matematis Antara Kecepatan dan Kepadatan Hari Rabu (Kedurus-Karangpilang) ... 55
TABEL 4.7 Prosedur Perhitungan Analisa Regresi Linier Matematis Antara Kecepatan dan Kepadatan Hari Kamis (Kedurus-Karangpilang) ... 59 TABEL 4.8 Prosedur Perhitungan Analisa Regresi Linier Matematis
Antara Kecepatan dan Kepadatan Hari Kamis (Karangpilang-Kedurus)... 61 TABEL 4.9 Prosedur Perhitungan Analisa Regresi Linier Matematis
Antara Kecepatan dan Kepadatan Hari Jum’at (Kedurus-Karangpilang) ... 63 TABEL 4.10 Prosedur Perhitungan Analisa Regresi Linier Matematis
Antara Kecepatan dan Kepadatan Hari Jum’at (Karangpilang-Kedurus)... 65 TABEL 4.11 Prosedur Perhitungan Analisa Regresi Linier Matematis
Antara Kecepatan dan Kepadatan Hari Sabtu (Kedurus-Karangpilang) ... 67 TABEL 4.12 Prosedur Perhitungan Analisa Regresi Linier Matematis
Antara Kecepatan dan Kepadatan Hari Sabtu (Karangpilang-Kedurus)... 69 TABEL 4.13 Prosedur Perhitungan Analisa Regresi Linier Matematis
Antara Kecepatan dan Kepadatan Hari Minggu (Kedurus-Karangpilang) ... 71 TABEL 4.14 Prosedur Perhitungan Analisa Regresi Linier Matematis
TABEL 4.15 Hasil Perhitungan Tingkat Kepadatan (D) dan Tingkat
Kepadatan Jenuh ... 74 TABEL 4.16 Prosedur Perhitungan Dengan Pendekatan Linier untuk
Senin (Kedurus-Karangpilang) ... 90 TABEL 4,17 Prosedur Perhitungan Dengan Pendekatan Linier untuk
Senin (Karangpilang-Kedurus) ... 92 TABEL 4.18 Prosedur Perhitungan Dengan Pendekatan Linier untuk
Selasa (Kedurus-Karangpilang) ... 94 TABEL 4.19 Prosedur Perhitungan Dengan Pendekatan Linier untuk
Selasa (Karangpilang-Kedurus) ... 96 TABEL 4.20 Prosedur Perhitungan Dengan Pendekatan Linier untuk
Rabu (Kedurus-Karangpilang)... 98 TABEL 4.21 Prosedur Perhitungan Dengan Pendekatan Linier untuk
Rabu (Karangpilang-Kedurus)... 100 TABEL 4.22 Prosedur Perhitungan Dengan Pendekatan Linier untuk
Kamis (Kedurus-Karangpilang) ... 102 TABEL 4.23 Prosedur Perhitungan Dengan Pendekatan Linier untuk
Kamis (Karangpilang-Kedurus)... 104 TABEL 4.24 Prosedur Perhitungan Dengan Pendekatan Linier untuk
Jum’at (Kedurus-Karangpilang) ... 106 TABEL 4.25 Prosedur Perhitungan Dengan Pendekatan Linier untuk
Jum’at (Karangpilang-Kedurus) ... 108 TABEL 4.26 Prosedur Perhitungan Dengan Pendekatan Linier untuk
TABEL 4,27 Prosedur Perhitungan Dengan Pendekatan Linier untuk
Sabtu (Karangpilang-Kedurus) ... 112 TABEL 4.28 Prosedur Perhitungan Dengan Pendekatan Linier untuk
Minggu (Kedurus-Karangpilang)... 114 TABEL 4.29 Prosedur Perhitungan Dengan Pendekatan Linier untuk
Minggu (Karangpilang-Kedurus)... 116 TABEL 4.30 Hasil Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) dan Tingkat
ANALISA KEPADATAN ARUS LALU LINTAS PADA RUAS
JALAN RAYA MASTRIP STA 2+600 – 3+800 KOTA SURABAYA
DENGAN PENDEKATAN LINIER
ABSTRAK
Sebagai bagian dari ruas jalan penghubung menuju kawasan Surabaya Barat, ruas Jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800 merupakan salah satu rute penting bagi arus lalu lintas di Kota Surabaya, dimana tingkat pelayanan atau kinerja dari ruas jalan tersebut pada jam-jam sibuk relatif rendah. Rendahnya kinerja dari ruas jalan ini sebagian besar disebabkan adanya peningkatan volume kendaraan yang melintas pada ruas jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800. Berdasarkan permasalahan yang telah disebut diatas maka studi yang dilakukan untuk tugas akhir ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepadatan kendaraan (D), kecepatan arus bebas kendaraan dan tingkat pelayanan (a) pada ruas Jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800. Metode yang digunakan untuk menentukan indeks tingkat pelayanan dalam tugas akhir ini menggunakan metode pendekatan linier karena dapat untuk mempelajari hubungan linier antara kecepatan rata-rata lalu lintas dengan volume lalu lintas.
Dari hasil perhitungan tingkat kepadatan (D) didapat tingkat kepadatan rata-rata dan tingkat kepadatan jenuh rata-rata-rata-rata, pada arah Kedurus-Krangpilang (51,46 kend/km;139,69 kend/km), serta arah Karangpilang-Kedurus (51,93 kend/km; 139,66 kend/km), Sedangkan dari analisa perhitungan nilai Indeks Tingkat Pelayanan dengan menggunakan metode regresi linier didapatkan nilai T0, DS, dan tingkat pelayanan pada ruas Jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800 sebagai berikut : arah Kedurus-Karangpilang: Senin (0,00152;0,32;B), Selasa (0,0016;0,315;B), Rabu (0,00158;0,318;B), Kamis (0,0017;0,313;B), Jum’at (0,0016;0,317;B), Sabtu (0,0016;0,29;B), Minggu (0,0016;0,316;B). Sedangkan arah Karangpilang-Kedurus: Senin (0,0016;0,315;B), Selasa (0,0016;0,316;B), Rabu (0,00156;0,321;B), Kamis (0,0017;0,317;B), Jum’at (0,00164;0,302;B), Sabtu (0,0017;0,305;B), Minggu (0,00163;0,325;B).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang sedang serius melaksanakan pembangunan di segala aspek bidang, Surabaya mulai memperlihatkan gejala masalah yang mulai timbul layaknya kota-kota besar di Indonesia salah satunya kemacetan, dikarenakan aktivitas masyarakat di Kota Surabaya sangatlah kompleks. Hal ini disebabkan karena di Kota Surabaya sangatlah banyak sekali daerah atau kawasan kegiatan, antara lain : kawasan perdagangan, kawasan pemukiman, kawasan perkotaan dan lain sebagainya.
Mengacu seringnya terjadi kepadatan arus lalu lintas pada ruas Jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800, perlu dilakukan tinjauan analisa kepadatan arus lalu lintas di ruas jalan tersebut dengan cara menentukan indeks tingkat pelayanan pada ruas jalan tersebut dengan pendekatan linier. Sehingga dapat diketahui indeks tingkat pelayanan yang ada pada ruas jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800, sekaligus dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan yang ada. Pendekatan linier tersebut digunakan karena dapat untuk mempelajari hubungan antar sifat permasalahan yang sedang diselidiki yaitu suatu hubungan linier antara kecepatan rata-rata lalu lintas dengan volume lalu lintas.
1.2.Rumusan Masalah
Pada tugas akhir ini perumusan masalah yang akan dibahas, antara lain :
1. Berapa jumlah tingkat kepadatan kendaraan (D) rata-rata dan kepadatan jenuh (Dj) pada ruas Jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800?
2. Berapakah kecepatan arus bebas kendaraan yang melintas pada ruas Jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800?
3. Berapa nilai indeks tingkat pelayanan pada ruas Jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800 dengan pendekatan linier?
1.3. Tujuan
Berdasarkan dari permasalahan tersebut di atas maka tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :
2. Menghitung kecepatan arus bebas kendaraan yang melintas pada ruas Jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800.
3. Menghitung nilai indeks tingkat pelayanan pada ruas Jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800.
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam tugas akhir ini :
1. Survei dilaksanakan selama satu minggu, yang dimulai pada pukul 06.00 – 09.00 WIB dan pukul 15.00 – 18.00 WIB (jam puncak).
2. Survei volume kendaraan dan kecepatan, jenis kendaraan yang diamati hanya mencakup pada jenis kendaraan bermotor saja.
3. Masalah faktor ekonomi tidak diperhitungkan. 4. Tidak membahas persimpangan.
5. Tidak memperhitungkan analisa fungsi dan geometri lahan parkir.
1.5. Manfaat Penelitian
1.6. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di ruas Jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800 Kebraon Kota Surabaya, mulai dari arah Kedurus dan dari arah Karang Pilang.
Spesifikasi ruas Jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800 adalah sebagai berikut :
• Panjang : 1,20 km
• Lebar : 7 m
• Jumlah jalur dan arah : 2 jalur 2 arah (2/2-UD)
2.1. Geometrik Jalan Perkotaan
2.1.1. Tipe Jalan
Berbagai tipe jalan akan mempunyai kinerja berbeda pada pembebanan lalu
lintas tertentu, semisal : jalan terbagi dan tak terbagi, jalan satu arah. Tipe jalan dan penampang melintang tertentu dapat dipilih untuk analisa dengan alasan sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi dokumen standart jalan yang ada praktek rekayasa setempat.
2. Memperoleh penyelesaian yang paling ekonomis. 3. Untuk memperoleh tingkat kecelakaan yang rendah.
4. Untuk memperoleh tingkat kinerja lalu lintas yang ditentukan.
2.1.2. Lebar Jalur Lalu Lintas
2.1.3. Kereb
Kereb sebagai batas antara jalur lalu lintas dan trotoar, berpengaruh terhadap
dampak hambatan samping pada kapasitas dan kecepatan. Kapasitas jalan dengan kereb lebih kecil daripada kapasitas dengan bahu jalan, selanjutnya kapasitas berkurang jika terdapat penghalang tetap dekat jalur lalu lintas, tergantung apakah jalan mempunyai kereb/bahu.
2.1.4. Bahu
Jalan perkotaan tanpa kereb pada umumnya mempunyai bahu pada kedua
sisi jalur lalu lintasnya, lebar dan kondisi permukaannya mempengaruhi penggunaan bahu, berupa penambahan kapasitas dan kecepatan pada arus tertentu.
2.1.5. Median
Median yang direncanakan dengan baik meningkatkan kapasitas, komposisi
median pada umumnya terdiri dari jalan tepian dan pemisah tengah. Pemisah dengan lebar 5 m sebaiknya ditinggikan dengan kereb atau dilengkapi dengan pembatas phisik agar tidak dilanggar kendaraan.
2.1.6. Alinyemen Jalan
Lengkung horisontal dengan jari-jari mengurangi kecepatan arus bebas,
Tabel 2.1. Definisi tipe penampang jalan yang digunakan pada bagian panduan.
Lebar Bahu (m)
Tipe Jalan/ Kode Lebar Jalan (m) Bahu/ Kereb
Luar Dalam
Jarak Kereb – Penghalang (m)
Lebar Median (m) Bahu 1.50
2/2 UD 6.0 6.0
Kereb 2.00
Bahu 1.50 2/2 UD 7.0*) 7.0
Kereb 2.00
Bahu 1.50 2/2 UD 10.0 10.0
Kereb 2.00
Bahu 1.50 4/2 UD 12.0 12.0
Kereb 2.00
Bahu 1.50 4/2UD 14.0*) 14.0
Kereb 2.00
Bahu 1.50 0.50 2.00
4/2 D 12.0 12.0
Kereb 2.00 2.00
Bahu 1.50 0.50 2.00
4/2 D 14.0*) 14.0
Kereb 2.00 2.00
Bahu 1.50 0.50 2.00
6/2 D 18.0 18.0
Kereb 2.00 2.00
Bahu 1.50 0.50 2.00
6/2 D 21.0*) 21.0
Kereb 2.00 2.00
Sumber : MKJI 1997, hal 5-26
2.2. Karakteristik Arus Dan Komposisi Lalu Lintas
AADT (Average Annual Daily Traffic) atau Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) bila periode pengamatannya kurang dari 1 tahun.
Arus lalu lintas pada suatu lokasi tergantung pada beberapa faktor yang berhubungan dengan kondisi daerah setempat. Besaran ini sangat bervariasi pada tiap jam dalam sehari, pada tiap hari dalam seminggu dan pada tiap bulan dalam setahun.
Nilai arus lalu lintas (Q) mencerminkan komposisi lalu lintas dengan menyatakan arus dalam satuan mobil penumpang (smp). Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan menggunakan ekivalensi, satuan mobil penumpang (smp) yang diturunkan secara empiris untuk tipe kendaraan (Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997) sebagai berikut :
1. Kendaraan ringan (LV) termasuk mobil penumpang, minibus, truk, pick up dan jeep.
2. Kendaraan berat (HV) termasuk truk dan bus. 3. Sepeda motor.
Tabel 2.2. Nilai Normal untuk Komposisi Lalu Lintas. Nilai normal untuk komposisi lalu lintas :
Ukuran kota LV% HV% MC%
< 0,1 Juta penduduk 0,1-0,5 Juta penduduk 0,5-1,0 Juta penduduk 1,0-3,0 Juta penduduk > 3,0 Juta penduduk
45 45 53 60 69 10 10 9 8 7 45 45 38 32 24 Sumber : MKJI 1997, hal 5-37
Tabel 2.3. Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk jalan perkotaan tak terbagi.
emp MC
Lebar jalur lalu lintas Wc(m) Tipe jalan :
Jalan tak terbagi
Arus lalu lintas total
dua arah (kend/jam)
HV
< 6 > 6 Dua-lajur tak-terbagi (2/2 UD) 0 > 1800 1,3 1,2 0,5 0,35 0,40 0,25 Empat-lajur tak-terbagi (4/2 UD) 0 > 3700 1,3 1,2 0,40 0,25
Sumber : MKJI 1997, hal 5-38
Tabel 2.4.Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk jalan perkotaan terbagi dan satu arah.
emp Tipe jalan
Jalan satu arah dan Jalan terbagi
Arus lalu lintas per lajur
(kend/jam) HV MC
Dua-lajur satu-arah (2/1) dan
Empat lajur terbagi (4/2D)
0 > 1050 1,3 1,2 0,40 0,25 Tiga-lajur satu-arah (3/1)
dan
Enam-lajur terbagi (6/2D)
2.3. Arus Lalu Lintas Dinamis
Arus lalu lintas berhubungan dengan sistem jaringan transportasi. Arus maksimum yang dapat melewati suatu titik atau biasanya pada persimpangan dengan lampu lalu lintas biasa disebut arus jenuh. Jika arus lalu lintas meningkat pada ruas jalan tertentu, maka waktu tempuh pasti bertambah (karena kecepatan menurun).
Kapasitas ruas jalan perkotaan biasanya dinyatakan dengan kendaraan dengan kendaraan atau dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) per jam. Hubungan antara arus dengan waktu tempuh atau kecepatan tidaklah linier. Penambahan kendaraan tertentu pada saat arus rendah akan menyebabkan penambahan waktu tempuh yang kecil jika dibandingkan dengan penambahan kendaraan pada saat arus tinggi.
Hal ini menyebabkan fungsi arus mempunyai bentuk umum seperti gambar 2.1. (Black, 1981)
Gambar 2.1. Hubungan antara nilai nisbah volume/kapasitas dengan waktu tempuh W
a k k e t p
u a d
t a e t m a p n u
h
Terlihat pada gambar 2.1. mempunyai asimtot pada saat arus mencapai kapasitas atau nilai Nisbah Volume per Kapasitas (NVK) mendekati satu. Secara sederhana, kapasitas tak akan pernah tercapai dan waktu tempuh akan meningkat pesat pada saat arus lalu lintas mendekati kapasitas. Secara nyata, arus lalu lintas tidak dapat beroperasi dengan kondisi sesederhana ini.
Karena itu, modifikasi terhadap teori dasar harus dilakukan. Kemacetan semakin meningkat apabila arus begitu besar sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak sangat lambat.
2.4. Tingkat Pelayanan
Terdapat dua buah definisi tentang tingkat pelayanan suatu ruas jalan yang perlu dipahami.
2.4.1. Tingkat Pelayanan (Tergantung Arus)
Tabel 2.5. Tingkat Pelayanan.
No Tingkat
Pelayanan Karakteristik
Batas Lingkup DS
1 A
Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi dan volume lalu lintas rendah. Pengemudi dapat memilih kecepatan yang diinginkan tanpa hambatan.
0.00 – 0.19
2 B Dalam zona arus stabil, pengemudi memiliki kebebasan yang cukup dalam memilih kecepatan.
0.20 – 0.44
3 C Dalam zona arus stabil, pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan.
0.45 – 0.74
4 D
Mendekati arus yang tidak stabil dimana hampir seluruh pengemudi akan dibatasi (terganggu). Volume pelayanan berkaitan dengan kapasitas yang akan sering berhenti.
0.75 – 0.84
5 E Volume lalu lintas mendekati atau berada pada kapasitasnya. Arus tidak stabil dengan kondisi yang sering berhenti.
0.85 – 1.00
6 F Arus yang dipaksakan atau macet pada kecepatan yang rendah. Antrian yang panjang dan terjadi hambatan – hambatan yang besar.
> 1.00
Blunden (1971) menghasilkan tabel 2.6 untuk beberapa jenis jalan. Hubungan antara waktu tempuh pada ruas jalan tergantung dari arus lalu lintas, kapasitas, waktu tempuh pada kondisi arus jenuh dan indeks tingkat pelayanan ( ).
Tabel 2.6. Parameter untuk beberapa jenis jalan.
Kondisi
TQ
(menit/mil) a
Arus
jenuh(kendaraan/hari) Jalan bebas hambatan 0,8-1,0 0-0,2 2.000/lajur
Jalan perkotaan
(banyak lajur) 1,5-2,0 0,4-0,6 1.800/lajur Jalan kolektor dan
pengumpan 2,0-3,0 1,0-1,5 1.800/lajur Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi.
2.4.2. Tingkat Pelayanan (Tergantung Fasilitas)
Hal ini sangat tergantung pada jenis fasilitas, bukan arusnya. Jalan bebas hambatan mempunyai tingkat pelayanan yang tinggi, sedangkan jalan yang sempit mempunyai tingkat pelayanan yang rendah.
TINGKAT PELAYANAN
PEMBANDINGAN VOLUME DENGAN KAPASITAS
K
E
C
E
P
A
T
A
N
A B
C
D E
F 0
Konsep ini dikembangkan oleh Blunden (1971), Wardrop (1952) dan Davidson (1996). Blunden (1971) menunjukkan bahwa hasil eksperimen menghasilkan karakteristik tertentu sebagai berikut :
- Pada saat arus mendekati nol (0), titik potong pada sumbu y terlihat dengan jelas (T0)
- Kurva mempunyai asimtot pada saat arus mendekati kapasitas - Kurva meningkat secara menonton
2.5. Hubungan Arus Lalu Lintas dengan Waktu Tempuh
Besarnya waktu tempuh pada suatu ruas jalan sangat tergantung dari besarnya arus dan kapasitas ruas jalan tersebut. Hubungan antara arus dengan waktu tempuh dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi dimana jika arus bertambah maka waktu tempuh juga akan bertambah. Menurut Davidson (1966), hal ini sebenarnya merupakan konsep dasar dalam teori antrian yang menyatakan bahwa tundaan yang terjadi pada tingkat kedatangan dan tingkat pelayanan yang terbesar secara acak dapat dinyatakan sebagai persamaan 2.1. berikut :
)] 1 ( [
2
ρ
λ −
= P
WQ ……... (2.1)
WQ = Tundaan per kendaraan
λ = Tingkat kedatangan
ρ =
µ λ
Berdasarkan teori antrian stokastik untuk satu tempat pelayanan dengan sebaran pelayanan acak, besarnya waktu tunggu yang dialami oleh setiap kendaraan dengan sebaran kedatangan acak dapat dinyatakan dengan persamaan 2.2. berikut :
) 1 ( [µ ρ ρ − = W
E ... (2.2)
W
E = Waktu pelayanan
Karena
ρ λ
µ = maka sebenarnya persamaan 2.2. sama dengan
persamaan 2.1.
Konsep antrian dalam waktu pelayanan merujuk pada waktu minimum yang dibutuhkan kendaraan untuk melalui suatu ruas jalan sesuai dengan tingkat pelayanan jalan yang ada. Waktu pelayanan adalah waktu tempuh yang dibutuhkan ketika tidak ada kendaraan lain pada jalan tersebut (kondisi arus bebas), sehingga tundaan antrian dapat dipertimbangkan sebagai pertambahan waktu tempuh akibat adanya kendaraan lain yang dapat dinyatakan sebagai berikut.
Waktu tempuh = waktu pelayanan + tundaan ... (2.3)
Nilai nisbah tundaan antrian dengan waktu pelayanan dapat diturunkan dengan urutan persamaan 2.4. – 2.5. sebagai berikut :
)] 1 ( [ / 1 2
ρ
λ
µ
ρ
µ
= − Q W ……… (2.4) )] 1 [( / 1 ρ ρ µ = − Q W ………...(2.5)Jika waktu pelayanan adalah waktu tempuh pada kondisi arus bebas (T0)
maka persamaan 2.5. dapat dinyatakan dengan bentuk lain seperti persamaan
2.6. – 2.7. berikut :
)] 1 [( ρ ρ − = O Q T W ……… (2.6) )] 1 [( 0 ρ ρ − =T
WQ ………(2.7)
Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi.
Tundaan yang terjadi disebabkan oleh satu rangkaian antrian sehingga
variasi pada waktu tempuh tergantung pada tundaan antrian. Oleh karena itu,
persamaan 2.7. harus dimodifikasi dengan memasukkan suatu faktor ‘a’ (indeks
tingkat pelayanan) besarnya tergantung dari karakteristik ruas jalan dan tundaan
akibat adanya kendaraan lain pada ruas jalan tersebut sehingga dihasilkan
persamaan 2.8. berikut :
)] 1 [( . . 0 ρ ρ − =T a
WQ ……….. (2.8)
Selanjutnya, dengan memasukkan persamaan 2.8. ke persamaan 2.3.,
maka dihasilkan urutan persamaan 2.9. – 2.12. berikut ini :
Q
Q T W
T = 0 + ……… (2.9)
)] 1 [( . . 0 0 ρ ρ − +
=T T a
TQ ……… (2.10)
− + = ) 1 ( 1 0 ρ ρ a T
− − − = ρ ρ 1 ) 1 ( 1 0 a T
TQ ……… (2.12)
Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi.
Dengan mengasumsikan C Q
=
ρ maka persamaan 2.12. dapat ditulis
kembali sebagai persamaan 2.13. berikut yang biasa disebut persamaan
Davidson. Secara matematis, ciri tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
− − = C Q C Q a T TQ 1 ) 1 ( 1
0 ……… (2.13)
Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi.
dengan : TQ = waktu tempuh pada saat arus = Q
T0 = waktu tempuh pada saat arus = 0 (kondisi arus bebas) Q = arus lalu lintas
C = kapasitas
2.6. Pendekatan Linier
2.6.1. Penurunan Pendekatan
Persamaan 2.13. dapat disederhanakan dengan penyederhanaan seperti tertulis pada persamaan 2.14. sampai dengan 2.16.
− + = C Q C Q a T TQ 1 1 0 ………. (2.14) Q C Q a T TQ − + =1 0 ………. (2.15) ) ( 0 0 Q C Q aT T TQ − + = ……….(2.16)
Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi.
Dengan melakukan transformasi linier, persamaan 2.16. dapat disederhanakan dan ditulis kembali sebagai persamaan linier Yi = A + BXi
dengan mengasumsikan TQ = Yi dan Xi Qi C
Qi
=
− )
( . Dengan mengetahui
beberapa set data TQi =Qi yang bisa didapat dari survei waktu tempuh dan
volume arus lalu lintas, maka dengan menggunakan analisa regresi linier
(persamaan 2.17. dan 2.18.), parameter A dan B dapat dihitung dan
dihasilkan beberapa nilai berikut : A = T0 dan B = aT0 sehingga nilai
indeks tingkat pelayanan (ITP) adalah a = B/A.
2
1 1
2
1 1 1
Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi
A = Y – BX ……… (2.18) Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi.
Y dan X adalah nilai rata-rata Yi dan Xi .
Sehingga untuk mendapatkan tingkat kepadatan (D) dengan regresi linier dari model Greenshields dapat menggunakan rumus :
D = V/S...(2.19) Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi.
D = Kepadatan (Density) V = Arus lalu lintas (Volume) S = Kecepatan (Speed)
2.6.2. Penurunan Model Greenshield.
Greenshield (Wohl and Martin, 1967 ; Pignataro, 1973; Salter, 1978; dan Hobbs; 1979) merumuskan bahwa hubungan matematis antara kecepatan dan kepadatan di asumsikan linier, seperti yang dinyatakan dengan persamaan 2.20.
S = Sff - Dj Sff
. D ………(2.20)
Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan
Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi
Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi
Selanjutnya, hubungan matematis antara arus dan kecepatan dapat diturunkan dengan menggunakan persamaan dasar . dan selanjutnya dengan memasukkan persamaan 2.21. ke persamaan 2.20. maka bisa diturunkan menjadi persamaan 2.22. – 2.23.
S = D V
……….(2.21)
D V
. Sff - Dj Sff
. D ……….(2.22)
V = D . Sff - Dj Sff
. D2………..(2.23)
Persamaan 2.23. adalah persamaan yang menyatakan hubungan matematis antara arus dan kepadatan. Kondisi arus maksimum (VM) bisa
didapat pada saat arus D = DM. Nilai D = DM, bisa didapat melalui
persamaan 2.24. – 2.25.
D V
∂ ∂
= Sff - Dj
Sff . 2
. D = 0……….(2.24)
DM =
2 Dj
………(2.25)
Dengan memasukkan persamaan 2.25. ke persamaan 2.23. maka nilai VM bisa didapat seperti terlihat dalam persamaan 2.26.
VM =
4 .Sff Dj
Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi.
Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi
Selanjutnya, hubungan matematis antara arus dan kecepatan dapat diturunkan dengan menggunakan persamaan dasar , dan dengan memasukkan persamaan 2.27, maka bisa diturunkan melalui persamaan 2.28. – 2.30.
D = S V
………(2.27)
S = Sff - Dj Sff
. S V
………(2.28)
Dj Sff
- S V
= Sff – S………(2.29)
V = Dj . S - Sff
Dj
. S2………..…(2.30)
dimana :
Dj = Kapadatan jenuh.
Persamaan 2.30. adalah persamaan yang menyatakan hubungan matematis antara arus dan kecepatan. Kondisi arus maksimum VM bisa
didapat pada saat arus S = SM. Nilai S = SM bisa didapat melalui persamaan
2.31. – 2.32.
D V
∂ ∂
= Dj - Sff
Dj . 2
. SM = 0………(2.31)
SM =
2 Sff
……….(2.32)
Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi.
sff Dj A
B
VM =
4 .Sjj Dj
………(2.33)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa VM dapat dicapai pada kondisi S =
SM dan D = DM.
Parameter A dan B dapat dihitung dan dihasilkan beberapa nilai berikut: A= sff dan B = - , Sehingga akhirnya didapat nilai sff= A dan nilai Dj = - .
2.7. Penentuan Arus Bebas (FV)
Nilai To (waktu tempuh pada kondisi arus bebas) untuk suatu ruas jalan dapat dihitung dengan membagi panjang ruas jalan tersebut dengan kecepatan arus bebas (FV). Menurut MKJI (1997), kecepatan arus bebas dapat dihitung dengan persamaan 2.34. berikut ini :
FV = (FV0 + FVW) + FFVSF + FFVCS (km/jam) ... (2.34)
Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi.
Di mana :
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan untuk kondisi sesungguhnya (km/jam)
2.7.1. Kecepatan Arus Bebas Dasar
Kecepatan arus bebas dasar (FV0) ditentukan berdasarkan tipe jalan dan jenis kendaraan seperti telihat pada tabel 2.7. berikut ini:
Tabel 2.7. Kecepatan Arus Bebas Dasar FV0
Kecepatan arus bebas dasar FV0 (km/jam) Tipe Kendaraan
Ringan LV
Kendaraan Berat
HV
Sepeda Motor
MC
Semua Kendaraan (Rata-rata) Enam lajur terbagi
(6/21) atau tiga Lajur satu arah (3/1)
61 52 48 57
Empat lajur terbagi (4/2) atau dua lajur Satu arah (2/1)
57 50 47 55
Empat lajur tak
Terbagi (4/2 UD) 53 46 43 51
Dua lajur tak
terbagi 44 40 40 42
Sumber MKJI th 1997 hal 5-44
Secara umum kendaraan ringan memiliki kecepatan arus bebas dasar lebih tinggi daripada kendaraan berat dan sepeda motor. Jalan berpembatas median memiliki kecepatan arus bebas dasar lebih tinggi daripada jalan tanpa pembatas median. Untuk jalan berlajur lebih dari 8, kecepatan arus bebas dasarnya sama dengan berlajur 6.
2.7.2. Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas FVW Untuk Lebar Jalan
Tabel 2.8. Faktor Koreksi Kecepatan arus bebas akibat lebar jalan (FVW)
Tipe Jalan Lebar jalan lalu lintas
efektif (Wc) (m) FVW (km / jam)
Empat lajur terbagi Atau jalan satu arah
Per lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 -4 -2 0 2 4
Empat lajur tak terbagi
Per lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 -4 -2 0 2 4
Dua lajur tak terbagi
Total 5 6 7 8 9 10 11 -9,5 -3 0 3 4 6 7 Sumber MKJI 1997 hal : 5 – 45
2.7.3. Faktor Koreksi Kecepatan Arus Bebas Akibat Hambatan Samping
[image:40.612.164.511.109.478.2]Tabel 2.9. Faktor penyesuaian FFVSF untuk pengaruh hambatan samping dan lebar bahu.
Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu Lebar bahu efektif rata-rata Ws (m) Tipe jalan
Kelas Hambatan Samping (SFC)
≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2 m
Empat lajur terbagi 4/2 D Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 1,02 0,98 0,94 0,89 0,84 1,03 1,00 0,97 0,93 0,88 1,03 1,02 1,00 0,96 0,92 1,04 1,03 1,02 0,99 0,96 Empat lajur tak terbagi 4/2 UD Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 1,02 0,98 0,93 0,87 0,80 1,03 1,00 0,96 0,91 0,86 1,03 1,02 0,99 0,94 0,90 1,04 1,03 1,02 0,98 0,95 Dua lajur tak terbagi 2/2 UD atau jalan satu arah Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 1,00 0,96 0,90 0,82 0,73 1,00 0,98 0,93 0,86 0,79 1,01 0,99 0,96 0,90 0,85 1,01 1,00 0,99 0,95 0,91 Sumber MKJI 1997 hal : 5 – 46
[image:41.612.163.513.105.475.2]Tabel 2.10. Faktor penyesuaian FFVSF untuk pengaruh hambatan samping dan jarak kereb ke penghalang.
Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu Lebar bahu efektif rata-rata Wk (m) Tipe jalan
Kelas Hambatan Samping (SFC)
≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2 m
Empat lajur terbagi 4/2 D Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 1,00 0,97 0,93 0,87 0,81 1,01 0,98 0,95 0,90 0,85 1,01 0,99 0,97 0,93 0,88 1,02 1,00 0,99 0,96 0,92 Empat lajur tak terbagi 4/2 UD Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 1,00 0,96 0,91 0,84 0,77 1,01 0,99 0,93 0,87 0,81 1,01 0,99 0,96 0,90 0,85 1,02 1,00 0,98 0,94 0,90 Dua lajur tak terbagi 2/2 UD atau jalan satu arah Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 0,98 0,93 0,87 0,78 0,68 0,99 0,95 0,89 0,81 0,72 0,99 0,96 0,92 0,84 0,77 1,00 0,98 0,95 0,88 0,82 Sumber MKJI 1997 hal : 5 – 47
Faktor koreksi kecepatan arus bebas untuk jalan 6 lajur dapat dihitung dengan menggunakan faktor koreksi kecepatan arus bebas untuk jalan 4 lajur dengan menggunakan persamaan 2.35. sebagai berikut ini :
[image:42.612.164.513.115.458.2]2.7.4. Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas FFVCS Untuk Pengaruh
Ukuran Kota
Dalam menentukan faktor penyesuaian FFVCS (km / jam) untuk ukuran kota dimana faktor koreksi tersebut merupakan fungsi dari jumlah dari penduduk kota, dapat dilihat pada tabel 2.11. berikut :
Tabel 2.11. Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas FFVCS untuk pengaruh ukuran kota
Ukuran Kota (juta penduduk) Faktor penyesuaian untuk Ukuran Kota < 0,1
0,1 – 0,5 0,5 – 1,0 1,0 – 3,0 > 3,0
0,90 0,93 0,95 1,00 1,03 Sumber MKJI 1997 hal : 5 – 48
Kecepatan arus bebas yang didapat dari persamaan 2.34. hanya berlaku untuk kendaraan ringan. Untuk jenis kendaraan lain (misalnya kendaraan berat), kecepatan arus bebas dapat dihitung dengan prosedur berikut :
1. Menghitung total nilai koreksi kecepatan arus bebas kendaraan untuk kendaraan ringan dengan persamaan 2.36. berikut.
FFV = FV0 – FV……… (2.36) Dimana :
[image:43.612.167.509.231.505.2]2. Menghitung kecepatan arus bebas untuk kendaraan berat dengan persamaan 2.37. berikut ini :
FFHV = FVHV, O – FFV x FVHV,O / FV0 ……….(2.37) Dimana :
FVHV, O = Kecepatan arus bebas untuk kendaraan berat (km/jam) FV0 = Kecepatan arus bebas dasar untuk kendaraan berat (km/jam) Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi.
2.8. Perhitungan Kapasitas Ruas Jalan.
Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu, tetapi untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan tiap arah dan kapasitas ditentukan per lajur. Kapasitas untuk kondisi sesungguhnya (C) dapat ditentukan dengan mengalikan faktor-faktor yang sudah disediakan dengan tabel yang ada dari buku Manual Kapasitas jalan Indonesia tahun 1997 adalah sebagai berikut ini :
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS (smp/jam) ……… (2.38) Dimana :
C = Kapasitas (smp/jam) C0 = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan
FCSF = Faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping FCCS = Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota Sumber: Ofyar Z. Tamin Perencanaan & Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi.
2.8.1. Kapasitas Dasar C0.
[image:45.612.168.512.288.509.2]Kapasitas dasar (kapasitas ideal) yaitu kapasitas jalan dalam kondisi ideal. Kapasitas dasar (C0) dinyatakan dalam smp/jam. Kapasitas dasar (C0) ditentukan berdasarkan tipe jalan yang ada. Besarnya kapasitas dasar tersebut pada tabel 2.12. berikut ini:
Tabel 2.12. Kapasitas Dasar (C0) untuk jalan perkotaan
Tipe jalan Kapasitas jalan Catatan Empat lajur terbagi /
jalan satu arah
Empat lajur tak terbagi Dua lajur terbagi
1650
1500 2900
Per lajur
Per lajur Total dua arah Sumber MKJI 1997 hal : 5 – 50
2.8.2. Faktor penyesuaian Kapasitas FCW untuk lebar jalur lalu lintas
Tabel 2.13. Penyesuaian kapasitas FCw untuk pengaruh lebar jalur lalu lintas untuk jalan perkotaan .
Tipe jalan Lebar jalur lalu lintas
Efektif (Wc) FCW
Empat lajur terbagi Atau jalan satu arah
Per lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 0,92 0,96 1,00 1,04 1,08 Empat lajur tak terbagi Per lajur
3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 0,56 0,95 1,00 1,05 1,09 Dua lajur tak terbagi total
5 6 7 8 9 10 11 0,56 0,87 1,00 1,14 1,25 1,29 1,34 Sumber MKJI 1997 hal : 5 – 51
2.8.3. Faktor Penyesuaian Kapasitas FCSP untuk Pemisah Arah
Faktor penyesuaian kapasitas (FCSP) dengan pemisah arah dapat dilihat pada tabel 2.14. Penentuan faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisah arah didasarkan pada kondisi arus lalu lintas dari kedua arah atau untuk jalan tanpa pembatas median. Untuk jalan satu arah dan atau jalan dengan pembatas median, faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah adalah 1,0.
[image:46.612.167.511.111.474.2]Tabel 2.14. Penyesuaian Pemisah Arah Pemisah arah sp
% - % 50-50 60-40 70-30 80-20 90-10 100-0 Dua lajur 2/2 1,00 0,94 0,88 0,82 0,76 0,70 FCsp
Empat jalur 4/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88 0,85 Sumber MKJI 1997 hal : 5 – 52
2.8.4. Faktor Penyesuaian Kapasitas FCSF untuk hambatan samping
a. Jalan dengan bahu
Dalam menentukan faktor penyesuaian kapasitas FCSF untuk hambatan samping berdasarkan lebar bahu efektif (Ws) dapat dilihat pada pada tabel 2.15. berikut ini :
Tabel 2.15. Faktor penyesuaian FCSF untuk pengaruh hambatan samping dan lebar bahu.
Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu Lebar bahu efektif rata-rata Ws (M) Tipe jalan
Kelas Hambatan Samping (SFC)
≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2 m
b. Jalan dengan kereb penghalang
Dalam menentukan faktor penyesuaian kapasitas FCSF untuk hambatan samping berdasarkan jarak antara kereb dengan penghalang pada trotoar dapat dilihat pada tabel 2.16. dibawah ini :
Tabel 2.16. Faktor penyesuaian FCSF untuk pengaruh hambatan samping dengan kereb penghalang.
Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu Lebar bahu efektif rata-rata Ws (M) Tipe jalan
Kelas Hambatan Samping (SFC)
≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2 m
Empat lajur terbagi 4/2 D Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 0,95 0,94 0,91 0,86 0,81 0,97 0,96 0,93 0,89 0,85 1,99 1,98 0,95 0,92 0,88 1,03 1,02 1,00 0,98 0,96 Empat lajur tak terbagi 4/2 UD Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 0,95 0,93 0,90 0,84 0,77 0,97 0,95 0,92 0,87 0,81 0,99 0,97 0,95 0,90 0,85 1,03 1,00 0,98 0,95 0,91 Dua lajur tak terbagi 2/2 UD atau jalan satu arah Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 0,93 0,90 0,86 0,78 0,68 0,95 0,92 0,88 0,81 0,72 0,97 0,95 0,91 0,84 0,77 0,99 0,97 0,94 0,88 0,82 Sumber MKJI 1997 hal : 5 – 54
Faktor koreksi kapasitas untuk jalan 6 lajur dapat dihitung dengan menggunakan faktor koreksi kapasitas untuk jalan 4 lajur dengan menggunakan persamaan 2.39. sebagai berikut :
2.8.5. Faktor Penyesuaian FCCS untuk pengaruh ukuran kota
[image:49.612.167.511.203.530.2]Dalam menentukan Faktor Penyesuaian (FCCS) untuk ukuran kota dengan faktor koreksi tersebut merupakan fungsi dari jumlah penduduk kota (juta) dapat dilihat pada tabel 2.17. berikut ini :
Tabel 2.17. Kapasitas Dasar (CO) untuk jalan perkotaan
Ukuran Kota (Juta penduduk) Faktor penyesuaian untuk ukuran kota FCSF < 0,1
0,1 – 0,5 0,5 – 1,0 1,0 – 3,0
> 3
Metodologi penelitian adalah suatu perencanaan dan urutan kerja suatu perhitungan guna mendapatkan hasil dari penelitian yang dilakukan. Adapun tahapan penelitian yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini meliputi :
1. Tahapan Persiapan. 2. Pengumpulan Data. 3. Analisa data.
4. Kesimpulan dan saran.
3.1. Tahapan Persiapan.
Tahapan persiapan serangkaian kegiatan yang meliputi :
1. Mengurus surat-surat yang diperlukan, surat pengantar dari kampus dan sebagainya.
2. Mencari informasi kepada instansi pemerintahan terkait dengan tugas akhir ini.
3. Mencari atau mengumpulkan serta mempelajari segala bentuk kegiatan yang sekiranya dapat mendukung dalam penyusunan tugas akhir ini.
3.2. Pengumpulan Data.
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari pengamatan secara langsung pada lokasi, yaitu dengan cara melakukan survei arus lalu lintas guna mendapatkan data volume dan kecepatan lalu lintas pada ruas jalan Mastrip sta 2+600 – 3+800.
Pengamatan akan dilakukan selama 7 hari, dimulai pada jam sibuk pagi dan sore hari yang dilakukan di sepanjang ruas jalan Mastrip sta 2+600 – 3+800.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintahan yang terkait dengan apa yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Data-data yang diperlukan adalah:
- Data Jumlah Penduduk tahun 2010.
3.3 Analisa Data
menggunakan tabel 3.2 dan 3.3. Serta perhitungan hub. matematis antara kecepatan dan kepadatan (Model Greenshields) menggunakan tabel 3.4.
Tabel 3.1. Prosedur perhitungan dengan pendekatan linier. TQ¹
(menit) TQ¹ (jam)=Yi Qi (smp/jam) (C –
Qi)
(Q/C-Qi)=Xi Xi - Yi Xi² No
[1] [2]=[1]/60 [3] [4]=C-3 [5]-[3]/[4] [6]=[2]*[5] [7]=[5]^2 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10
∑
Rerata
Sumber : Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi
Tabel 3.2. Prosedur pengambilan data hambatan samping.
Data Hambatan Samping Jl. …… Segmen …. (Per 200m)
Hambatan Samping Per 200 Meter Waktu
Pejalan Kaki
Kendaraan Parkir/Berhenti
Keluar+Masuk Sisi Jalan
Kendaraan Melambat
Total
Senin
16.00-17.00 17.00-18.00
Tabel 3.3. Prosedur perhitungan data hambatan samping.
Tabel 3.4. Prosedur perhitungan analisa regresi linier hub. matematis antara kecepatan dan kepadatan (Model Greenshields)
V S=Yi
(kend/jam) (km/jam) D= V/S =Xi (Xi²)
NO PERIODE
{1} {2} (3) = (1)/(2) (4)=(3)²
1 06.00-06.15
2 06.15-06.30
3 06.30-06.45
4 06.45-07.00
5 07.00-07.15
6 07.15-07.30
7 07.30-07.45
8 07.45-08.00
9 08.00-08.15
10 08.15-08.30
11 08.30-08.45
12 08.45-09.00
13 09.00-09.15
14 09.15-09.30
15 09.30-09.45
16 09.45-10.00
17 sampai
18 ...
19 18.00
Σ
Rata-rata
Sumber : Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi. Kelas hambatan samping segmen .. hari … (16.00-17.00)
Bila data rinci tersedia gunakan tabel pertama untuk menentukan frekuensi berbobot kejadian, dan selanjutnya gunakan tabel kedua
1. Penentuan frekuensi kejadian
Tipe kejadian hambatan
samping Symbol Faktor bobot
Frekuensi kejadian
Frekuensi berbobot
(20) (21) (22) (23) (24)
Pejalan kaki PED 0,5
Parkir, kendaraan berhenti PSV 1,0 Kendaraan keluar + masuk EEV 0,7
Kendaraan lambat SMV 0,4
Perhitungan frekuensi berbobot kejadian perjam
per 200 m dari segmen jalan yang diamati, pada
kedua sisi jalan
Total
2. Penentuan kelas hambatan samping
Frekuensi berbobot kejadian Kondisi khusus Kelas hambatan samping
(30) (31) (32) (33)
< 100 Pemukiman hampir tidak ada kegiatan Sangat rendah VL
100 - 299 Pemukiman beberapa angkutan umum, dll Rendah L
300 - 499 Daerah industri dengan toko di sisi jalan Sedang M
500 - 899 Daerah niaga dengan aktifitas jalan yang tinggi Tinggi H > 900 Daerah niaga dengan aktifitas pasar jalan yang sangat tinggi Sangat tinggi VH
Gambar 3.1. Alur Metode Penelitian Tahapan Persiapan
Pengumpulan Data
Data Sekunder - Jumlah penduduk
Data Primer - Volume kendaraan - Kecepatan rata-rata - Tingkat hambatan
samping.
Kesimpulan
SELESAI MULAI
Analisa Data
Perhitungan tingkat kepadatan ruas jalan Perhitungan kecepatan arus bebas
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Jalan
1. Nama jalan : Mastrip Sta 2+600 – 3+800 2. Kota : Surabaya
3. Propinsi : Jawa Timur
4. Ukuran kota : 2.765.908 jiwa (Tahun 2010) 5. Panjang jalan : 1,20 km
6. Lebar jalan : 7 m
7. Tipe jalan : Dua Jalur tak terbagi (2/2-UD) 8. Lebar per Jalur : 3,5 m
4.2. Hambatan Samping
-Contoh perhitungan segmen III pada hari Senin pukul 16.00-17.00 WIB terdapat pada lampiran 5.
Pejalan kaki = 48
Parkir, kendaraan berhenti = 74 Kendaraan keluar + masuk = 136 Kendaraan lambat = 144
-Frekuensi berbobot frekuensi kejadian x faktor bobot, terdapat pada tabel 3.3. Pejalan kaki = 48 x 0,5
= 24
Parkir, kendaraan berhenti = 74 x 1,0
= 74
Kendaraan keluar + masuk = 136 x 0,7
= 95,2
Kendaraan lambat = 144 x 0,4
= 57,6
Jumlah frekuensi berbobot = 24 + 74 + 95,2 + 57,6
-Contoh perhitungan segmen V pada hari Minggu pukul 16.00-17.00 WIB terdapat pada lampiran 10.
Pejalan kaki = 17
Parkir, kendaraan berhenti = 47 Kendaraan keluar + masuk = 52 Kendaraan lambat = 113
-Frekuensi berbobot frekuensi kejadian x faktor bobot, terdapat pada tabel 3.3. Pejalan kaki = 17 x 0,5
= 8,5
Parkir, kendaraan berhenti = 47 x 1,0
= 47
Kendaraan keluar + masuk = 52 x 0,7
= 36,4
Kendaraan lambat = 113 x 0,4
= 45,2
Jumlah frekuensi berbobot = 8,5 + 47 + 36,4 + 45,2
= 137,1
4.3. Analisa Kapasitas
Kapasitas Jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800. a. Kapasitas Dasar.
Dari tabel 2.12. (MKJI tahun 1997) didapat nilai Co untuk arus lalu lintas dua lajur tak terbagi sebesar 2900 smp/jam.
b. Faktor penyesuaian kapasitas FCW untuk lebar jalur lalu lintas.7 m Dari tabel 2.13. (MKJI tahun 1997) didapat nilai FCW sebesar 1,00. c. Faktor penyesuaian kapasitas FCSP untuk pemisah arah 50%-50%
Untuk jalan dua jalur dua arah, dan tabel 2.14. (MKJI tahun 1997) didapat nilai FCSP sebesar 1,00.
d. Faktor penyesuaian kapasitas FCSF untuk hambatan samping.
Penentuan faktor penyesuaian kapasitas FCSF untuk tingkat hambatan samping rendah dari tabel 2.15. (MKJI tahun 1997) berdasarkan lebar bahu 1 m, untuk Jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800 maka didapat nilai FCSF sebesar 0,94.
e. Faktor penyesuaian kapasitas FCCS untuk ukuran kota.
f. Penentuan kapasitas untuk kondisi sesungguhnya.
Menentukan kapasitas segmen jalan untuk kondisi sesungguhnya dengan menggunakan data-data di atas, maka didapat nilai kapasitas sebesar :
C = CO x FCW x FCSP x FCSFx FCCS = 2900 x 1,00 x 1,00 x 0,94 x 1,00 = 2726 smp/jam.
4.4. Analisa Tingkat Kepadatan (D) Kendaraan
Dalam analisa tingkat kepadatan (D) kendaraan, digunakan data hasil survei lalu lintas yang dilakukan selama 7 hari (satu minggu) dengan arus lalu lintas dua arah. Pada perhitungan tersebut digunakan formulasi hubungan antar kecepatan dan kepadatan dengan model Greenshields guna mendapatkan arus maksimum (kapasitas) pada Jalan Mastrip Sta 2+600 – 3+800.
Karena arus adalah perkalian antara kecepatan dan kepadatan maka arus maksimum menurut Greenshields adalah:
4 . max sff Dj
V =
sff = Kecepatan arus bebas.
N Σ(XiYi) - Σ(Xi) Σ(Yi) N
i=1
N
i=1 N
i=1
N ΣN (Xi)2 - Σ(Xi) 2 i=1
N
i=1
24x(28.094) – (1170,246) x (633,059) 24x(66949,102) - (1170,246) 2
sff Dj
A B
40,078 -0,281
sff Dj A B - Perhitungan Tingkat Kepadatan (D).
Perhitungan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.17) dan (2.18). Parameter A dan B dapat dihitung dan dihasilkan
beberapa nilai berikut: A= sff dan B = - , Sehingga akhirnya didapat nilai sff = A dan nilai Dj = - .
- Perhitungan data hasil survei :
1. Hari Senin / 28 Februari 2011 (arah Kedurus ke Karangpilang)
Regresi linier digunakan antara D (sebagai x) dan S (sebagai y), dan dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :
B =
B =
= -0,281 A = Y – BX
= 26,377– (-0,281x 48,760) A = 40,078.
- Kecepatan arus bebas :
A = (sff) = 40,078 km/jam dan B = -
Sehingga :
40,078x142,626 4
Besarnya kapasitas maksimum menurut Model Greenshields adalah:
4
.
max
sff
Dj
V
=
= = 1429,04 kend/jam.Tabel 4.1. Prosedur perhitungan analisa regresi linier hubungan matematis antara kecepatan dan kepadatan untuk hari Senin (arah Kedurus ke Karangpilang).
V S=Yi
(kend/jam) (km/jam) D= V/S =Xi (Xi²)
NO PERIODE
{1} {2} (3) = (1)/(2) (4)=(3)²
1 06.00-06.15 844 31,95266272 26,41407407 697,7033092
2 06.15-06.30 988 28,42105263 34,76296296 1208,463594
3 06.30-06.45 1105 23,21582115 47,59685185 2265,460306
4 06.45-07.00 1163 19,7080292 59,01148148 3482,354947
5 07.00-07.15 1394 20,07434944 69,44185185 4822,170789
6 07.15-07.30 1426 23,40702211 60,92188889 3711,476546
7 07.30-07.45 1325 25,51984877 51,92037037 2695,724859
8 07.45-08.00 1219 25,83732057 47,17981481 2225,934926
9 08.00-08.15 1033 28,48101266 36,26977778 1315,49678
10 08.15-08.30 1022 28,43601896 35,94033333 1291,70756
11 08.30-08.45 991 34,9062702 28,39031481 806,0099753
12 08.45-09.00 913 37,65690377 24,24522222 587,8308006
13 15.00-15.15 716 39,07380608 18,3242963 335,7798348
14 15.15-15.30 789 31,76470588 24,83888889 616,9704012
15 15.30-15.45 856 32,70745003 26,17140741 684,9425657
16 15.45-16.00 977 30,87478559 31,64394444 1001,33922
17 16.00-16.15 1160 27,57916241 42,06074074 1769,105912
18 16.15-16.30 1219 24,5677889 49,61781481 2461,927547
19 16.30-16.45 1458 22,94942626 63,531 4036,187961
20 16.45-17.00 1502 20,02224694 75,01655556 5627,483607
21 17.00-17.15 1540 19,83106869 77,65592587 6030,442823
22 17.15-17.30 1533 17,8807947 85,73444444 7350,394964
23 17.30-17.45 1564 18,40490798 84,97733333 7221,14718
24 17.45-18.00 1357 19,78746794 68,57875926 4703,046222
Total 28094 633,0599236 1170,246055 66949,10263
Rata-rata 26,37749682 48,76025231
Sumber : Hasil perhitungan data lapangan.
[image:62.612.152.512.118.605.2]N Σ(XiYi) - Σ(Xi) Σ(Yi) N
i=1
N
i=1 N
i=1
N Σ(Xi)2 - Σ(Xi) 2 N
i=1
N
i=1
24x(27.815) – (1202,346) x (619,643) 24x(71847,010) - (1202,346) 2
sff Dj
A B
39,75 -0,278
39,75x142,985 4
2. Hari Senin / 28 Februari 2011 (arah Karangpilang ke Kedurus)
Regresi linier digunakan antara D (sebagai x) dan S (sebagai y), dan dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :
B =
B =
= -0,278 A = Y – BX
= 25,818– (-0,278x 50,097) A = 39,75
- Kecepatan arus bebas :
A = (sff) = 39,75 km/jam dan B = -
Sehingga :
Dj = - = - =142,985 kend/km
Besarnya kapasitas maksimum menurut Model Greenshields adalah:
4
.
max
sff
Dj
V
=
== 1420,91 kendaraan/jam
Tabel 4.2. Prosedur perhitungan analisa regresi linier hubungan matematis antara kecepatan dan kepadatan untuk hari Senin (arah Karangpilang ke Kedurus).
V S=Yi
(kend/jam) (km/jam) D= V/S =Xi (Xi²)
NO PERIODE
{1} {2} (3) = (1)/(2) (4)=(3)²
1 06.00-06.15 745 32,0855615 23,21916667 539,1297007
2 06.15-06.30 990 26,95956066 36,72166667 1348,480803
3 06.30-06.45 1104 20,89783282 52,82844444 2790,844542
4 06.45-07.00 1270 18,63997239 68,13314815 4642,125877
5 07.00-07.15 1334 18,18181818 73,37 5383,1569
6 07.15-07.30 1442 20,50892518 70,31085185 4943,615888
7 07.30-07.45 1341 21,39461173 62,67933333 3928,698827
8 07.45-08.00 1136 25,37593985 44,76681481 2004,067709
9 08.00-08.15 948 30,54298643 31,03822222 963,3712387
10 08.15-08.30 918 33,25123153 27,608 762,201664
11 08.30-08.45 882 31,48688047 28,01166667 784,6534694
12 08.45-09.00 888 35,57312253 24,96266667 623,1347271
13 15.00-15.15 664 36,93570451 17,97718519 323,1791872
14 15.15-15.30 789 36,80981595 21,4345 459,4377903
15 15.30-15.45 767 31,97158082 23,99005556 575,5227656
16 15.45-16.00 1075 30,05008347 35,77361111 1279,751252
17 16.00-16.15 1255 26,23906706 47,82944444 2287,655756
18 16.15-16.30 1323 24,72527473 53,508 2863,106064
19 16.30-16.45 1405 22,3973455 62,73064815 3935,134217
20 16.45-17.00 1502 19,81651376 75,79537037 5744,93817
21 17.00-17.15 1544 19,83106869 77,85762957 6061,810483
22 17.15-17.30 1535 17,578125 87,32444444 7625,558598
23 17.30-17.45 1513 18,44262295 82,03822222 6730,269905
24 17.45-18.00 1445 19,94828223 72,43731481 5247,164578
Total 27815 619,6439279 1202,346407 71847,01011
Rata-rata 25,818497 50,09776697
Sumber : Hasil perhitungan data lapangan.
N Σ(XiYi) - Σ(Xi) Σ(Yi) N
i=1
N
i=1 N
i=1
N Σ(Xi)2 - Σ(Xi) 2 N
i=1
N
i=1
24x(28.795) – (1278,486) x (600,613) 24x(79417,578) - (1278,486) 2
sff Dj
A B
40,1 -0,283
40,1x141,696 4
3. Hari Selasa / 01 Maret 2011 (arah Kedurus ke Karangpilang)
Regresi linier digunakan antara D (sebagai x) dan S (sebagai y), dan dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :
B =
B =
= -0,283 A = Y – BX
= 25,025– (-0,283x 53,270) = 40,1
- Kecepatan arus bebas : A = (sff) = 40,1 km/jam dan B = -
Sehingga :
Dj = - = - = 141,696 kend/km
Besarnya kapasitas maksimum menurut Model Greenshields adalah:
4
.
max
sff
Dj
V
=
== 1420,50 kendaraan/jam
Tabel 4.3. Prosedur perhitungan analisa regresi linier hubungan matematis antara kecepatan dan kepadatan untuk hari Selasa (arah Kedurus ke Karangpilang).
V S=Yi
(kend/jam) (km/jam) D= V/S =Xi (Xi²)
NO PERIODE
{1} {2} (3) = (1)/(2) (4)=(3)²
1 06.00-06.15 900 31,30434783 28,75 826,5625
2 06.15-06.30 1006 26,8790443 37,42692593 1400,774784
3 06.30-06.45 1159 23,54993458 49,21457407 2422,074301
4 06.45-07.00 1270 19,68647466 64,5112963 4161,70735
5 07.00-07.15 1413 17,5210902 80,64566667 6503,723552
6 07.15-07.30 1367 18,70453758 73,08387037 5341,252108
7 07.30-07.45 1412 21,26821583 66,39014815 4407,651771
8 07.45-08.00 1313 22,03182375 59,59561111 3551,636864
9 08.00-08.15 1203 23,96804261 50,19183333 2519,220133
10 08.15-08.30 1126 26,70623145 42,16244444 1777,671722
11 08.30-08.45 1093 28,84615385 37,89066667 1435,70262
12 08.45-09.00 790 36,68478261 21,53481481 463,7482491
13 15.00-15.15 738 39,04555315 18,901 357,247801
14 15.15-15.30 774 36,93570451 20,95533333 439,1259951
15 15.30-15.45 974 32,21957041 30,23007407 913,8573785
16 15.45-16.00 1031 28,95442359 35,60768519 1267,907244
17 16.00-16.15 1190 26,39296188 45,08777778 2032,907705
18 16.15-16.30 1252 24,87333026 50,33503704 2533,615954
19 16.30-16.45 1395 22,98850575 60,6825 3682,365806
20 16.45-17.00 1478 20,23988006 73,02414815 5332,526213
21 17.00-17.15 1467 19,83106869 73,97483328 5472,275959
22 17.15-17.30 1603 16,34382567 98,07985185 9619,657339
23 17.30-17.45 1488 16,9332079 87,87466667 7721,957042
24 17.45-18.00 1353 18,70453758 72,33538889 5232,408486
Total 28795 600,6132487 1278,486148 79417,57888
Rata-rata 25,02555203 53,27025617
Sumber : Hasil perhitungan data lapangan.
N Σ(XiYi) - Σ(Xi) Σ(Yi) N
i=1
N
i=1 N
i=1
N Σ(Xi)2 - Σ(Xi) 2 N
i=1
N
i=1
24x(28.314) – (1212,130) x (623,200) 24x(71648,295) - (1212,130) 2
sff Dj
A B
41,11 -0,303
41,11x135,676 4
4. Hari Selasa / 01 Maret 2011 (arah Karangpilang ke Kedurus)
Regresi linier digunakan antara D (sebagai x) dan S (sebagai y), dan dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :
B =
B =
= -0,303 A = Y – BX
= 25,966– (-0,303x 50,505) A = 41,11
- Kecepatan arus bebas :
A = (sff) = 41,11 km/jam
dan B = - Sehingga :
Dj = - = - = 135,676 kend/km
Besarnya kapasitas maksimum menurut Model Greenshields adalah:
4
.
max
sff
Dj
V
=
== 1394,41 kendaraan/jam
Tabel 4.4. Prosedur perhitungan analisa regresi linier hubungan matematis antara kecepatan dan kepadatan untuk hari Selasa (arah Karangpilang ke Kedurus).
V S=Yi
(kend/jam) (km/jam) D= V/S =Xi (Xi²)
NO PERIODE
{1} {2} (3) = (1)/(2) (4)=(3)²
1 06.00-06.15 765 33,60298693 22,76583333 518,2831674
2 06.15-06.30 917 29,33188485 31,26290741 977,3693796
3 06.30-06.45 1158 22,85230639 50,67322222 2567,77545
4 06.45-07.00 1138 18,35486064 61,99992593 3843,990815
5 07.00-07.15 1297 18,92744479 68,52483333 4695,652783
6 07.15-07.30 1391 17,91044776 77,66416667 6031,722784
7 07.30-07.45 1433 21,94229988 65,30764815 42