ANALISA KEPADATAN ARUS LALU LINTAS
DI RUAS JALAN HR. MUHAMMAD DENGAN METODE
PENDEKATAN NON LINEAR
Disusun oleh :
HADI PRASETIYO WIBOWO
0253 010 056
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
DAFTAR ISI
ABSTRAK...i
DAFTAR ISI...ii
DAFTAR TABEL...v
DAFTAR GAMBAR ...vii
LAMPIRAN LAMPIRAN...viii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1
1.2. Perumusan Masalah...2
1.3. Batasan Masalah...3
1.4. Tujuan Penelitian...3
1.5. Manfaat Penelitian...3
1.6. Lokasi Penelitian ...4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Arus Lalu Lintas ...6
2.2. Karakteristik Jalan ...6
2.2.1. Geometrik 7 2.2.2. Arus dan Komposisi Lalu Lintas 7 2.2.3. Pengaturan Lalu Lintas 7 2.2.4. Fungsi dan Guna Lahan 7 2.2.5. Perilaku Pengemudi dan Populasi Kendaraan 9 2.3. Arus Lalu Lintas Dinamis ...9
2.4. Tingkat Pelayanan ...11
2.4.1. Tingkat Pelayanan ( tergantung arus) 11
2.4.2. Tingkat Pelayanan ( tergantung fasilitas ) 12
2.5. Hubungan Arus Lalu Lintas Dengan Waktu Tempuh...13
2.6. Pendekatan Linear ...17
2.6.1. Penurunan Pendekatan 17
2.7. Pendekatan Non Linear ...18
2.7.1. Penurunan Pendekatan 18
2.8. Penentuan Nilai T0...21
2.8.1. Kecepatan Arus Bebas Dasar 22
2.8.2. Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas FVW Untuk
Lebar Jalan 22
2.8.3. Faktor Koreksi Kecepatan Arus Bebas Akibat Hambatan
Samping 23
2.8.4. Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas FFVCS Untuk
Pengaruh Ukuran Kota 26
2.9. Perhitungan Kapasitas Ruas Jalan ...27
2.9.1. Kapasitas Dasar C0 28
2.9.2. Faktor Penyesuaian Kapasitas FCW Untuk Lebar Jalur
Lalu Lintas 28
2.9.3. Faktor Penyesuaian Kapasitas FCSPUntuk Pemisah Arah 29
2.9.4. Faktor Penyesuaian Kapasitas FCSF Untuk Hambatan
Samping 30
2.9.5. Faktor Penyesuaian Kapasitas FCCS Untuk Pengaruh
Ukuran Kota 32
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tahapan Persiapan 35
3.2 Pengumpulan Data 35
3.2.1. Prosedur penelitian survey 36
3.3 Analisa Data 36
BAB IV. ANALISA DATA
4.1 Data operasional Jalan HR. Muhammad 40
4.1.1. Data Masukan 40
4.2 Hambatan Samping 41
4.3 Penentuan Nilai T 0 42
4.4 Analisa Kapasitas 42
4.5 Analisa Perhitungan ITP Dengan Pendekatan Non Linear 46
4.6 Pentabelan Analisa Perhitungan dengan Pendekatan Non Linear 47
4.7 Analisa waktu tempuh rata – rata 50
4.8 Analisa pertumbuhan lalu lintas...54
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 61
5.2 Saran 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Parameter untuk beberapa jenis jalan 17
Tabel 2.2. Kecepatan arus bebas dasar FV0 22
Tabel 2.3. Faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat lebar jalan (FVW) 23
Tabel 2.4. Faktor penyesuaian FFVSF untuk pengaruh hambatan samping
dan lebar bahu 24
Tabel 2.5. Faktor penyesuaian FFVSF untuk pengaruh hambatan samping
dan jarak kerb ke penghalang 25
Tabel 2.6. Faktor penyesuian kecepatan arus bebas FFVCS untuk pengaruh
ukuran kota 26
Tabel 2.7. Kapasitas dasar (Co) untuk jalan perkotaan 28
Tabel 2.8. Penyesuaian kapasitas FCW untuk pengaruh lebar jalur lalu lintas
untuk jalan perkotaan 29
Tabel 2.9. Penyesuaian pemisah arah FCsp 30
Tabel 2.10. Faktor penyesuaian FCSF untuk pengaruh hambatan samping dan
lebar bahu 30
Tabel 2.11. Faktor penyesuaian FCSF untuk hambatan samping dengan jarak
kerb ke penghalang 31
Tabel 2.12. Faktor penyesuaian FCcs untuk pengaruh ukuran kota 32
Tabel 4.1. Parameter untuk beberapa jenis jalan 40
Tabel 4.2. Kapasitas dasar (Co)untuk jalan perkotaan 41
Tabel 4.3. Penyesuaian kapasitas FCW untuk pengaruh lebar jalur lalu lintas
untuk jalan perkotaan 41
Tabel 4.4. Penyesuaian pemisah arah FCsp 42
Tabel 4.5. Faktor penyesuaian FCSF untuk pengaruh hambatan samping dan
lebar bahu 43
Tabel 4.6. Faktor penyesuaian FCcs untuk pengaruh ukuran kota 43
Tabel 4.7. Prosedur perhitungan kapasitas 44
Tabel 4.8. Prosedur perhitungan dengan pendekatan non linear untuk hari
senin arah Timur 46
Tabel 4.9. Hasil perhitungan nilai To dengan pendekatan non linear 48
Tabel 4.10. Waktu tempuh arah Timur 50
Tabel 4.11. Waktu tempuh arah Barat 51
Tabel 4.12. Pentabelan waktu tempuh arah Timur dan Barat 51
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lay out jalan HR. Muhammad 5
Gambar 2. Hubungan antara nilai nisbah volume perkapasitas dan waktu
tempuh 11
Gambar 3. Tingkat Pelayananan 12
Gambar 4. Alur Metodologi Penelitian 37
Gambar 5. Kondisi tingkat pelayanan untuk arah timur 51
Gambar 6. Kondisi tingkat pelayanan untuk arah barat 51
viii DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Prosedur tabel survey
LAMPIRAN B Data survey lalu lintas
LAMPIRAN C Pendekatan non linear
ANALISA KEPADATAN ARUS LALU LINTAS DI RUAS JALAN HR. MUHAMMAD DENGAN PENDEKATAN NON LINEAR
HADI PRASETIYO WIBOWO 0253 010 056
ABSTRAK
Ruas jalan HR. Muhammad merupakan jalan penghubung menuju Surabaya barat,
sebagai salah satu akses penting jalan tersebut mempunyai tingkat kinerja yang cukup memadai.
Dari permasalahan yang telah disebut maka penyusunan tugas akhir ini dimaksudkan
untuk mengetahui kapasitas volume kendaraan dan indeks tingkat pelayanan pada ruas jalan HR.
Muhammad. Metode yang digunakan untuk menentukan indeks tingkat pelayanan dalam tugas
akhir ini menggunakan metode pendekatan non linear.
Hasil analisa perhitungan diketahui nilai kapasitas dari jalan HR. Muhammad sebesar
6700 smp/jam. Sedangkan untuk nilai indeks tingkat pelayanan dengan metode non linear, untuk
arah Timur dengan T = 0,041 diperoleh nilai ”a” sebesar 0,644 Sedangkan untuk arah Barat
dengan T0= 0,040 diperoleh nilai ”a” sebesar 0,624. 0
Kata kunci : volume arus lalu lintas, indeks tingkat pelayanan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan kota Surabaya menuju kota
metropolitan dimana bersamaan dengannya terjadi suatu perubahan terhadap
pola perkembangan wilayah disekitarnya. Perkembangan wilayah disekitarnya
tersebut ditandai dengan terbentuknya suatu kawasan permukiman dan
industri. Kenyataan itu saat ini dapat kita lihat dengan tumbuhnya kawasan
permukiman dan industri di kawasan Surabaya Barat yang meliputi Tandes,
Benowo dan Lakarsantri. Kawasan tersebut merupakan kawasan pinggiran
yang telah menjadi wilayah alternatif permukiman dan industri bagi penduduk
kota Surabaya. Dalam hal in ijuga menimbulkan dua arus perpindahan dengan
asal dan tujuan yang sebaliknya antara bagian kawasan Surabaya barat dengan
kawasan pusat kota atau bagian kota Surabaya lainnya. Salah satu ruas jalan
yang melayani arus perpindahan tersebut adalah ruas jalan HR.Muhammmad.
Ruas jalan ini akhir-akhir ini telah berkembang pesat dan semakin penting
peranannya sebagai jalur arteri sekunder yang menghubungkan berbagai
kawasan permukiman dan industri disekitarnya. Namun seiring dengan
meningkatnya peranan jalan tersebut saat ini, maka meningkat pula tingkat
kepadatan arus lalu lintas yang menyebabkan menurunnya tingkat pelayanan
ruas jalan tersebut.
Kondisi ruas jalan HR.Muhammad bila dilihat sudah dalam kondisi
yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari data LHR (lalu lintas harian
rata-rata) Dinas Perhubungan Kota Surabaya, dimana ruas jalan HR.Muhammad
telah didesain 2 jalur dengan 2 arah, dimana tiap jalurnya memiliki 2 lajur,
dengan total kapasitas 4736 smp/jam ( data kapasitas jalan DISHUB 2008 ),
tetapi pada kenyataannya setelah dilakukan survey awal, ternyata banyak
faktor-faktor yang dapat mengganggu kelancaran arus lalu lintasnya, salah
satu diantaranya adalah peningkatan arus dan volume yang besar pada
jam-jam sibuk sehingga mengakibatkan terjadi penumpukan jumlah kendaraan
yang cukup besar pula, sehingga waktu tempuh perjalanan menjadi lebih lama.
Berpijak dari pola pikir seringnya terjadi kepadatan arus lalu lintas di
ruas jalan HR.Muhammad, maka perlu dilakukan analisa kepadatan arus lalu
lintas di ruas jalan tersebut. Dengan pendekatan non linear sehingga dapat
diketahui indeks tingkat pelayanan yang ada di ruas jalan HR.Muhammad dan
sekaligus dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan yang terjadi.
1.2Perumusan Masalah
Pada tugas akhir ini perumusan masalah yang akan dibahas, antara lain :
1. Berapakah waktu tempuh pada saat arus bebas di ruas jalan
HR.Muhammad ?
2. Berapakah kapasitas jalan pada ruas jalan HR.Muhammad untuk kondisi 5
tahun mendatang?
3. Berapa nilai indeks tingkat pelayanan pada ruas jalan HR.Muhammad
dengan pendekatan non linear ?
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup dan terbatasnya waktu yang
diberikan, maka dalam studi Tugas Akhir ini penulis memberikan beberapa
batasan :
1. Proses analisa lahan parkir tidak diperhitungkan.
2. Jenis kendaraan yang diamati hanya dibatasi pada jenis kendaraan
bermotor.
3. Tidak menghitung analisa simpang bersinyal.
4. Tidak menghitung derajat kejenuhan.
1.4 Tujuan Penelitian
Mengacu pada permasalahan tersebut di atas maka tujuan dari
penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Memperoleh nilai waktu tempuh pada saat arus bebas.
2. Mengetahui kapasitas jalan untuk kondisi 5 tahun mendatang.
3. Mendapatkan nilai indeks tingkat pelayanan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tugas akhir ini untuk memberikan informasi yang
bermanfaat dalam mengatasi permasalahan yang ada di jalan-jalan perkotaan
pada umumnya dan khususnya, agar nantinya bisa digunakan sebagai bahan
kajian oleh pihak-pihak yang berwenang dalam mengatasi permasalahan lalu
lintas yang sering terjadi, serta memberikan data terbaru mengenai kondisi
arus lalu-lintas pada ruas jalan HR.Muhammad.
1.6 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di ruas jalan HR.Muhammad kota Surabaya,
mulai dari arah jalan Mayjend Sungkono ( persimpangan bersinyal depan
Golden City Mall ) hingga persimpangan Raya Darmo Permai.
Spesifikasi dari ruas jalan HR.Muhammad adalah sebagai berikut :
- Panjang : 2541 m
- Lebar : 26,2 m ( termasuk median 5 m )
- Jumlah jalur dan arah : 2 jalur 2 arah
- Jumlah lajur tiap jalur : 2 jalur
- Memiliki median
Untuk memperjelas lokasi penelitian dapat dilihat pada sketsa lokasi
jalan HR.Muhammad sebagai berikut :
LAY OUT JALAN HR. MUHAMMAD
Gambar 1.1 Lay Out Jalan HR.MUHAMMAD
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Arus Lalu lintas
Arus lalu lintas terdiri dari beberapa unsur yaitu pengemudi, kendaraan
yang di kemudikan dan keadaan fisik jalan serta lingkungan yang ada di
sekitarnya. Masing-masing pengemudi dan kendaraannya, memiliki karakter
yang berbeda, sehingga perilaku tiap kendaraan di dalam arus lalu lintaspun
tidak sama. Selanjutnya, tidak ada dua arus lalu lintas yang berperilaku sama,
dalam keadaan yang sama sekalipun, karena kebiasaan dan sifat para
pengemudi berbeda antara pengemudi yang satu dengan yang lainnya.
Dengan karakter yang benar-benar berbeda, dapat dibuat batas yang
tetap bagi pengemudi, menyangkut sifat perilaku arus lalu lintas. Pada bab ini
berbicara mengenai definisi dan penjelasan parameter-parameter yang biasa
digunakan untuk tujuan penelitian ini, dan dalam mengamati karakter yang
ada dalam arus lalu lintas.
Parameter itu adalah yang berpengaruh terhadap ukuran yang
digunakan peneliti terhadap kondisi yang ada, dan membuatnya dalam suatu
bentuk tulisan mengenai arus lalu lintas, dijelaskan dan dapat dipahami.
2.2 Karakteristik Jalan
Karakteristik utama jalan akan mempengaruhi kapasitas dan kinerjanya
apabila dibebani lalu lintas, yaitu :
2.2.1 Geometrik
- Tipe jalan : berbagai tipe jalan akan mempunyai kinerja yang
berbeda pada pembebanan lalu lintas tertentu, misalnya ; jalan
terbagi, dan jalan satu arah.
- Lebar jalur lalu lintas : kecepatan arus bebas dan kapasitas
meningkat dengan pertambahan lebar jalur lalu lintas.
2.2.2 Arus, Komposisi dan Pemisahan Arah
Komposisi lalu lintas mempengaruhi hubungan kecepatan arus
jika arus dan kapasitas dinyatakan dalam kend/jam, yaitu tergantung
rasio kendaraan bermotor dalam arus lalu lintas. Jika arus dan kapasitas
dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp), maka kecepatan
kendaraan ringan dan kapasitas (smp/jam) dipengaruhi oleh komposisi
lalu lintas.
2.2.3 Pengaturan Lalu Lintas
Batas kecepatan jarang diberlakukan di daerah perkotaan di
Indonesia, karena hanya sedikit berpengaruh pada kecepatan arus bebas.
Aturan lalu lintas lainnya yang berpengaruh pada kinerja lain adalah :
pembatasan parkir dan berhenti sepanjang sisi jalan, pembatasan akses
tipe kendaraan tertentu.
2.2.4 Fungsi dan Guna Lahan
Sistem transportasi perkotaan terdiri dari berbagai aktivitas
seperti bekerja, sekolah, belanja dan bertamu yang berlangsung diatas
sebidang tanah (kantor, pabrik, pertokoan, rumah dan lain-lain ).
Potongan lahan ini biasa disebut tata guna lahan. Untuk memenuhi
kebutuhannya manusia melakukan perjalanan diantara tata guna lahan
tersebut dengan menggunakan sistem transportasi (misalnya berjalan
kaki atau naik kendaraan baik bermotor maupun tidak ). Hal ini
menimbulkan pergerakan arus manusia, kendaraan, dan barang yang
mengakibatkan berbagai macam interaksi. Akan tetapi, hampir semua
interaksi memerlukan perjalanan, dan oleh sebab itu menghasilkan
pergerakan arus lalu lintas.
Sasaran umum perencanaan transportasi adalah membuat
interaksi tersebut semudah dan seefisien mungkin. Cara perencanaan
transportasi untuk mencapai sasaran umum itu antara lain dengan
menetapkan kebijakan tentang hal berikut ini ;
a. Sistem kegiatan : Rencana tata guna lahan yang baik (lokasi toko,
sekolah, perumahan, pekerjaan, dan lain – lain yang benar ) dapat
mengurangi kebutuhan akan perjalanan yang panjang sehingga
membuat interaksi menjadi lebih mudah. Perencanaan tata guna
lahan biasanya memerlukan waktu cukup lama dan tergantung
pada badan pengelola yang berwenang untuk melakukan rencana
tata guna lahan tersebut.
b. Sistem jaringan : Hal yang dapat dilakukan misalnya
meningkatkan kapasitas pelayanan prasarana yang ada :
melebarkan jalan, menambah jaringan jalan baru, dan lain – lain.
c. Sistem pergerakan : Hal yang dapat dilakukan antara lain
mengatur teknik dan manajemen lalu lintas (jangka pendek),
fasilitas angkutan umum yang baik(jangka pendek dan menengah),
atau pembangunan jalan (jangka panjang).
Sebaran geografis antara tata guna lahan (sistem kegiatan) serta
kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi (sistem jaringan)
digabungkan untuk mendapatkan arus dan pola pergerakan lalu
lintas di daerah perkotaan (sistem pergerakan). Besarnya arus dan
pola pergerakan lalu lintas di perkotaan dapat memberikan umpan
balik untuk menetapkan tata guna lahan yang tentu membutuhkan
prasarana baru pula.
2.2.5. Perilaku Pengemudi dan Populasi Kendaraan
Ukuran Indonesia serta keanekaragaman tingkat perkembangan
daerah perkotaan menunjukkan bahwa perilaku pengemudi dan populasi
kendaraan (umur, tenaga, kondisi kendaraan, dan komposisi kendaraan)
adalah keanekaragaman.
2.3 Arus Lalu Lintas Dinamis
Arus lalulintas berinteraksi dengan sistem jaringan transportasi. Jika
arus lalu lintas meningkat pada ruas jalan tertentu, waktu tempuh pasti
bertambah (karena kecepatan menurun). Arus maksimum yang dapat melewati
suatu ruas jalan biasa disebut kapasitas ruas jalan tersebut. Arus maksimum
yang dapat melewati suatu titik (biasanya pada persimpangan dengan lampu
lalu lintas) biasa disebut arus jenuh.
Kapasitas ruas jalan perkotaan biasanya dinyatakan dengan kendaraan
(atau dalam Satuan Mobil Penumpang/SMP) per jam. Hubungan antara arus
dengan waktu tempuh (atau kecepatan) tidaklah linear. Penambahan
kendaraan tertentu pada saat arus rendah akan menyebabkan penambahan
waktu tempuh yang kecil jika dibandingkan dengan penambahan kendaraan
pada saat arus tinggi. Hal ini menyebabkan fungsi arus mempunyai bentuk
umum seperti gambar 2.1 (Black, 1981)
Gambar 2.1 Hubungan antara nilai nisbah volume per kapasitas dengan waktu tempuh
Terlihat pada kurva mempunyai asimtot pada saat arus mencapai
kapasitas (atau nilai Nisbah Volume per Kapasitas/NVK mendekati satu).
Secara sederhana, kapasitas tak akan pernah tercapai dan waktu tempuh akan
meningkat pesat pada saat arus lalu lintas mendekati kapasitas. Secara realita,
arus tidak akan beroperasi dengan kondisi sesederhana ini.
Oleh sebab itu, modifikasi terhadap teori dasar harus dilakukan. Jika
arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan
semakin meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat
berdekatan satu sama lain. Kemacetan total terjadi apabila kendaraan harus
berhenti atau bergerak sangat lambat.
2.4Tingkat Pelayanan
Terdapat dua buah definisi tentang tingkat pelayanan suatu ruas jalan
yang perlu dipahami.
2.4.1 Tingkat Pelayanan (Tergantung-Arus)
Hal ini berkaitan dengan kecepatan operasi atau fasilitas jalan,
yang tergantung pada perbandingan antara arus terhadap kapasitas. Oleh
karena itu, tingkat pelayanaan pada suatu jalan tergantung pada arus lalu
lintas. Definisi ini digunakan oleh Highway Capacity Manual,
diilutrasikan dengan gambar 2.2 yang mempunyai enam buah tingkat
pelayanan, yaitu:
Tingkat pelayanan A - arus bebas
Tingkat pelayanan B - arus stabil (untuk merancang jalan antarkota)
Tingkat pelayanan C – arus stabil (untuk merancang jalan perkotaan) Tingkat pelayanan D – arus mulai tidak stabil
Tingkat pelayanan E – arus tidak stabil (tersendat-sendat)
Tingkat pelayanan F – arus terhambat (berhenti, antrian, macet)
Konsep Amerika sudah sangat umum digunakan untuk menyatakan
tingkat pelayanan.
Gambar 2.2 Tingkat Pelayanan
2.4.2 Tingkat Pelayanan (Tergantung-Fasilitas)
Hal ini sangat tergantung pada jenis fasilitas, bukan arusnya.
Jalan bebas hambatan mempunyai tingkat pelayanan yang tinggi,
sedangkan jalan yang sempit mempunyai tingkat pelayanan yang rendah.
Hal ini dilustrasikan pada gambar 2.3 (Black, 1981).
Gambar 2.3 Hubungan antara nisbah waktu perjalanan dengan nisbah volume/kapasitas
Konsep ini dikembangkan oleh Blunden (1971), Wardrop
(1952), dan Davidson (1966). Blunden (1971) menunjukkan bahwa hasil
eksperimen menghasilkan karakteristik tertentu sebagai berikut:
Pada saat arus mendekati nol (0), titik potong pada sumbu y terlihat dengan jelas (T0).
Kurva mempunyai asimtot pada saat arus mendekati kapasitas.
Kurva meningkat secara monoton.
2.5Hubungan Arus Lalu Lintas dengan Waktu Tempuh
Besarnya waktu tempuh pada suatu ruas jalan sangat tergantung dari
besarnya arus dan kapasitas ruas jalan tersebut. Hubungan antara arus dengan
waktu tempuh dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi dimana jika arus
bertambah maka waktu tempuh juga akan bertambah. Menurut Davidson
(1966), hal ini sebenarnya merupakan konsep dsar dalam teori antrian yang
menyatakan bahwa tundaan yang terjadi pada tingkat kedatangan dan tingkat
pelayanan yang tersebar secara acak dapat dinyatakan sebagai persamaan (2.1)
berikut :
1
2 Q
W (2.1)
WQ = Tundaan per kendaraan
= Tingkat kedatangan
ρ =
= tingkat pelayanan
Berdasarkan teori antrian stokastik untuk satu tempat pelayanan
dengan sebaran pelayanan acak, besarnya waktu tunggu yang dialami oleh
setiap kendaraan dengan sebaran kedatangan acak dapat dinyatakan dengan
persamaan (2.2) berikut:
1
EW (2.2)
Karena
maka sebenarnya persamaan (2.2) sama dengan
persamaan (2.1)
Konsep antrian dalam waktu pelayanan merujuk pada waktu minimum
yang dibutuhkan kendaraan untuk melalui suatu ruas jalan sesuai dengan
tingkat pelayanan jalan yang ada. Waktu pelayanan adalah waktu tempuh yang
dibutuhkan ketika tidak ada kendaraan lain pada jalan tersebut (kondisi arus
bebas), sehingga tundaan antrian dapat dipertimbangkan sebagai pertambahan
waktu tempuh akibat adanya kendaraan lain yang dapat dinyatakan sebagai
berikut.
Waktu tempuh = waktu pelayanan + tundaan (2.3)
Nilai nisbah tundaan antrian dengan waktu pelayanan dapat diturunkan
dengan urutan persamaan (2.4)-(2.5) sebagai berikut:
1
/ 1
2 Q
W
(2.4)
1
/ 1
Q
W
(2.5)
Jika waktu pelayanan adalah waktu tempuh pada kondisi arus bebas
(T0) maka persamaan (2.5) dapat dinyatakan dengan bentuk lain seperti
persamaan (2.6)-(2.7) berikut.
1 0 T WQ (2.6)
1 . 0 TWQ (2.7)
Tundaan yang terjadi disebabkan oleh satu rangkaian antrian sehingga
variasi pada waktu tempuh tergantung pada tundaan antrian. Oleh karena itu,
persamaan (2.7) harus dimodifikasi dengan memasukkan suatu faktor ‘a’
(indeks tingkat pelayanan) yang besarnya tergantung dari karakteristik ruas
jalan dan tundaan akibat adanya kendaraan lain pada ruas jalan tersebut
sehingga dihasilkan persamaan (2.8) berikut.
1 . . 0 a TWQ (2.8)
Selanjutnya, dengan memasukkan persamaan (2.8) ke persamaan (2.3),
maka dihasilkan urutan persamaan (2.9)-(2.12) berikut ini.
Q
Q T W
T 0 (2.9)
1 . . 0 0 T aT
TQ (2.10)
1 1 0 a TTQ (2.11)
1 1 1 0 a TTQ (2.12)
Dengan mengasumsikan =
C Q
maka persamaan (2.12) dapat ditulis
kembali sebagai persamaan (2.13) berikut yang biasa disebut persamaan
Davidson. Secara matematis, ciri tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
C Q
C Q a T
TQ
1 1 1
0 (2.13)
dengan: TQ = waktu tempuh pada saat arus = Q
T0 = waktu tempuh pada saat arus = 0 (kondisi arus bebas)
Q = arus lalu lintas
a = indeks tingkat pelayanan/ITP (fungsi dari faktor-faktor yang
menyebabkan kergaman dalam arus, seperti: parkir,
penyeberang jalan, gangguan samping, lebar jalan, jumlah
lajur, tipe perkerasan, tanjakan, turunan, dan lain-lain)
Nilai ‘a’ (indeks tingkat pelayanan) untuk suatu ruas jalan dapat
dihitung dengan beberapa pendekatan sederhana.
Pada tabel 2.1 menunjukkan bahwa istilah arus jenuh dinyatakan
sebagai kapasitas. T didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk
melewati suatu ruas jalan jika tidak ada hambatan pada ruas jalan tersebut
(atau kecepatan arus bebas). Waktu tempuh pada suatu ruas jalan tergantung
dari arus lalu lintas, kapasitas, waktu tempuh pada kondisi arus bebas, dan
indeks tingkat pelayanan (a).
0
Tabel 2.1 Parameter untuk beberapa jenis jalan.
Kondisi T0
(menit/mil)
Indeks Tingkat Pelayanan (a)
Arus jenuh (kendaraan/hari)
Jalan bebas hambatan
Jalan perkotaan (banyak lajur)
Jalan kolektor dan pengumpan
0,8 – 1,0
1,5 -2,0
2,0 – 3,0
0 – 0,2
0,4 – 0,6
1,0 – 1,5
2000 / lajur
1800 / lajur
1800 / total lebar
Sumber : Blunden (1971)
2.6Pendekatan Linear
2.6.1 Penurunan Pendekatan
Persamaan (2.13) dapat disederhanakan dengan urutan
penyederhanaan seperti tertulis pada persamaan (2.14)-(2.16).
C Q C Q a T TQ 1 1 0 (2.14) Q C Q a T TQ 1 0 (2.15)
C Q
Q aT T TQ
0 0 (2.16)
Dengan melakukan transformasi linear, persamaan (2.16) dapat
disederhanakan dan ditulis kembali sebagai persamaan linear Yi = A +
BXi dengan mengasumsikan i dan
i Q Y
T Xi
Qi C
Qi
)
( . Dengan
mengetahui beberapa set data TQi dan Qi yang bisa didapat dari survei
waktu tempuh dan volume arus lalu lintas, maka dengan menggunakan
analisa regresi linear (persamaan 2.17 dan 2.18), parameter A dan B
dapat dihitung dan dihasilkan beberapa nilai berikut: A = T0 dan B = aT0
sehingga nilai indeks tingkat pelayanan (ITP) adalah a = B/A.
2 1 2 1 1 1 1 i N i i N i i N i i N i i i N i X X N Y X Y X NB (2.17)
AYBX (2.18)
Y dan X adalah nilai rata-rata Yi dan Xi
2.7Pendekatan Non Linear
2.7.1 Penurunan Pendekatan
Persamaan (2..13) dapat disederhanakan dan ditulis kembali
sebagai persamaan (2.19).
C Q C Q a T TQ 1 1 0 (2.19)
Dengan mengasumsikan i
i Q Y T T 0
dan i i
X C Q
maka persamaan
(2.19) dapat ditulis kembali sebagai persamaan (2.20) yang merupakan
persamaan non linear.
i i i X aX Y 1
1 (2.20)
Dengan mengetahui beberapa set data dan yang bisa
didapat dari survei waktu tempuh dan volume arus lalu lintas, akan
didapat beberapa set pasangan data Y
i Q
T Qi
i dan Xi.
Nilai ‘a’ dapat ditentukan dengan menggunakan metode
penaksiran kuadrat terkecil yang mencoba meminimumkan jumlah
perbedaan kuadrat antara nilai Yi hasil penaksiran dan nilai Yi hasil
pengamatan seperti pada persamaan (2.21) berikut.
2 ^ 1 i i N i Y Y
S (2.21)
Dengan memasukkan persamaan (2.20) ke persamaan (2.21),
fungsi tujuan (2.21) berubah menjadi persamaan (2.22) dengan
parameter tidak diketahui adalah ‘a’.
2 ^ 1 1 1 i i i N i X aX Y
S (2.22)
Persamaan (2.22) dapat disederhanakan dengan urutan
penyederhanaan seperti tertulis pada persamaan (2.23)-(2.25).
2 ^ 2 ^ 1 1 1 1 1 2 i i i i i i N i X aX X aX Y Y
S (2.23)
2 ^ ^ 2 ^
1 1 1
2 1 1 2 2 i i i i i i i i i N i X aX X aX X aX Y Y Y
S (2.24)
2 ^ ^ 2 ^ 1 1 1 1 1 2 2 i i i i i i i N i X aX Y X aX Y Y
S (2.25)
Untuk mendapatkan nilai ‘a’ yang meminimumkan persamaan
(2.25), persamaan (2.26) berikut dibutuhkan:
0 a S (2.26)
Persamaan (2.26) dapat ditulis kembali dalam bentuk lain dengan
urutan seperti pada persamaan (2.27)-(2.29).
0 1 1 2 1 1 2 ^
1
i i i i i i i N i X X X aX Y X X a S (2.27) 0 1 2 1 1 2 ^
1
i i i i i N i X X a Y X X a S (2.28) 0 1 1 1 2 ^
1
i i i i i N i X aX Y X X a S (2.29)
Persamaan (2.29) dapat disederhanakan menjadi persamaan
(2.30) tanpa mengubah sedikitpun permasalahan pada persamaan (2.29).
0
1 1
^
1
i i i N i X aX Y a S (2.30)
Untuk mendapatkan nilai ‘a’, persamaan (2.30) dapat
disederhanakan dengan urutan penyederhanaan seperti tertulis pada
persamaan (2.31)-(2.32). Y N X aX i N i i i N
Dengan menggunakan nilai
0 ^
T T Y
i Q
i dan
C Q
Xi i maka nilai
‘a’ bisa didapat dengan menggunakan persamaan (2.33) berikut.
i i N
i i Q N
i
Q C
Q N T T a
1 0 !
(2.33)
2.8 Penentuan Nilai T0
Nilai T0 (waktu tempuh pada kondisi arus bebas) untuk suatu ruas
jalan dapat dihitung dengan membagi panjang ruas jalan tersebut dengan
kecepatan arus bebas (FV). Menurut MKJI (1997), kecepatan arus bebas dapat
dihitung dengan persamaan (2.34) berikut ini.
FV = (FV0 + FVW ) + FFVSF +FFVCS (km/jam)
(2.34)
Di
FV = kendaraan ringan untuk kondisi
FVO = arus bebas dasar untuk kendaraan ringan
FVW = Faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat lebar jalan
ebar bahu.
FVCS = Faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota.
mana :
Kecepatan arus bebas
sesungguhnya (km/jam).
Kecepatan
(km/jam).
(km/jam).
FFVSF = Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan l
F
2.8.1 Kecep
erdasarkan tipe
[image:31.595.133.494.224.454.2]ada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kecepatan a a
tan a as da (k
atan Arus Bebas Dasar.
Kecepatan arus bebas dasar (FV0) ditentukan b
jalan dan jenis kendaraan seperti terlihat p
rus bebas d sar FV0
Kecepa rus beb sar FV0 m/jam)
Tipe
Kendaraan Ringan
LV
Kendaraan Berat
HV
Sepeda Motor
MC
Kendaraan (rata-rata)
Semua
Enam lajur terbagi (6/2D) atau tiga
61 52 48 57
Lajur satu arah (3/1)
Empat lajur terbagi jur
57 50 47 55 (4/2) atau dua la
Satu arah (2/1) Empat lajur tak
(4/2 UD) Terbagi
53 46 43 51
Dua l terbagi
40 40 42
ajur tak 44
Su
ebih dari 8,
Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas FVW Untuk Lebar
Jalan.
tipe jalan dan lebar jalan efektif (We)
seperti terlihat pada tabel 2.3. mber MKJI th 1997 hal 5-44
Secara umum kendaraan ringan memiliki kecepatan arus bebas
dasar lebih tinggi daripada kendaraan berat dan sepeda motor. Jalan
berpembatas median memiliki kecepatan arus bebas dasar lebih tinggi
daripada jalan tanpa pembatas median.Untuk jalan berlajur l
kecepatan arus bebas dasarnya sama dengan jalan berlajur 6.
2.8.2 Faktor
Faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat lebar jalan
(FVW)ditentukan berdasarkan
Tabel 2.3 Faktor koreksi kecep akibat lebar jalan (FVW)
ipe jalan lur lalu lintas
efekti )
FVw (km/jam)
atan arus bebas
T Lebar ja
f (wc) (m
Empat lajur terbagi
Atau jalan satu arah
Per lajur
3,75 2
3,00 3,25 3,50
4,00
-4 -2 0
4
Empat lajur tak terbagi
Per lajur
3,75 4,00
2 3,00
3,25 3,50
-4 -2 0
4
Dua lajur tak terbagi
Total
10
-9,5
6 5
6 7 8 9
-3 0 3 4
11 7
Sum
2.8.3 oreksi Kecepatan Arus Bebas Akibat Hambatan
Sampi
efektif (Ws) atau jarak kereb ke penghalang seperti pada
tabel 2.4. ber MKJI th 1997 hal : 5-45
Faktor K
ng.
Faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat hambatan samping
ditentukan berdasarkan tipe jalan, tingkat gangguan samping, lebar
bahu jalan
Tabel 2.4 Faktor penyesuaian FFVSF untuk pengaruh hambatan samping
dan lebar bahu.
Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu
Lebar bahu efektif rata –rata Ws (m)
Tipe jalan Kelas
Hambatan
Samping (SFC) ≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2 m
Empat lajur terbagi 4/2D Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 1,02 0,98 0,94 0,89 0,84 1,03 1,00 0,97 0,93 0,88 1,03 1,02 1,00 0,96 0,92 1,04 1,03 1,02 0,99 0,96 Empat lajur tak terbagi 4/2UD Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 1,02 0,98 0,93 0,87 0,80 1,03 1,00 0,96 0,91 0,86 1,03 1,02 0,99 0,94 0,90 1,04 1,03 1,02 0,98 0,95 Dua lajur Tak terbagi 2/2 UD atau jalan satu arah Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 1,00 0,96 0,90 0,82 0,73 1,00 0,98 0,93 0,86 0,79 1,01 0,99 0,96 0,90 0,85 1,01 1,00 0,99 0,95 0,91
Sumber : MKJI th 1997 hal 5 - 46
Faktor koreksi kecepatan arus bebas akibat gangguan samping
( FFVSF )untuk ruas jalan yang mempunyai kereb didasarkan pada
jarak antara kereb dengan gangguan pada sisi jalan (WK) serta tingkat
hambatan samping seperti pada tabel 2.5.
Tabel 2.5. Faktor penyesuaian FFVSF untuk pengaruh Hambatan samping
dan jarak kereb ke penghalang.
Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu Lebar bahu efektif rata –rata Wk (m) Tipe jalan
Kelas
Hambatan
Samping(SFC) ≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2 m
Empat lajur terbagi 4/2D Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 1,00 0,97 0,93 0,87 0,81 1,01 0,98 0,95 0,90 0,85 1,01 0,99 0,97 0,93 0,88 1,02 1,00 0,99 0,96 0,92 Empat lajur tak terbagi 4/2UD Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 1,00 0,96 0,91 0,84 0,77 1,01 0,99 0,93 0,87 0,81 1,01 0,99 0,96 0,90 0,85 1,02 1,00 0,98 0,94 0,90 Dua lajur Tak terbagi 2/2 UD atau jalan satu arah Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi 0,98 0,93 0,87 0,78 0,68 0,99 0,95 0,89 0,81 0,72 0,99 0,96 0,92 0,84 0,77 1,00 0,98 0,95 0,88 0,82
Sumber : MKJI th 1997 hal 5 – 47
Faktor koreksi kecepatan arus bebas untuk jalan 6 lajur dapat
dihitung dengan menggunakan faktor koreksi kecepatan arus bebas
untuk jalan 4 lajur dengan menggunakan persamaan (2.35) sebagai
berikut :
FFV6,SF = 1-0,8 * ( 1 – FFV4,.SF )
(2.35)
FV4,.SF = Faktor koreksi kecepatan arus bebas untuk jalan 4 lajur
FFV6,SF = Faktor koreksi kecepatan arus bebas untuk jalan 6 lajur
F
2.8.4 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas FFVCS Untuk
Pengaruh Ukuran Kota
Menentukan faktor penyesuaian FFVCS (km/jam) untuk ukuran
kota dapat dilihat pada tabel 2.6 dimana faktor koreksi tersebut
merupakan fungsi dari jumlah dari penduduk kota.
Tabel 2.6 Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas FFVCS untuk pengaruh
ukuran kota
Ukuran kota ( juta penduduk) Faktor penyesuaian untuk
Ukuran kota < 0,1
0,1 – 0,5 0,5 – 1,0 1,0 – 3,0
> 3,0
0,86 0,90 0,94 1,00 1,04 Sumber : MKJI th 1997 hal 5 - 48
Kecepatan arus bebas yang didapat dari persamaan (2.34)
hanya berlaku untuk kendaraan ringan. Untuk jenis kendaraan lain
(misalnya kendaraan berat), kecepatan arus bebas dapat dihitung
dengan prosedur berikut.
1. Menghitung total nilai faktor koreksi kecepatan arus bebas
kendaraan untuk kendaraan ringandengan persamaan (2.36)
berikut.
FFV = FV0 – FV (2.36)
Dimana :
FFV = Total nilai faktor koreksi kecepatan arus bebas (km/jam).
FV0 = Kecepatan arus bebas dasar untuk kendaraan ringan
(km/jam).
FV = Kecepatan arus bebas untuk kendaraan ringan (km/jam).
2. Menghitung kecepatan arus bebas untuk kendaraan berat dengan
persamaan (2.37) berikut.
FFHV = FVHV,O – FFV ×FVHV,O/FV0
(2
:
FVHV,O = arus bebas untuk kendaraan berat
FV0 = dasar untuk kendaraan berat
(km/jam).
2.9 Perhitu
ng ada dari buku Manual Kapasitas Jalan
Indonesia a
C = C0 ×FCW × FCSP ×FCSF×FCCS (smp/jam)
(2.38) .37)
Dimana
Kecepatan
(km/jam).
Kecepatan arus bebas
ngan Kapasitas Ruas Jalan.
Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik di
jalan yang dapat dipertahankan persatuan jam pada kondisi tertentu, tetapi
untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah
(kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan
per arah dan kapasitas ditentukan per lajur. Kapasitas untuk kondisi
sesungguhnya (C) dapat ditentukan dengan mengalikan faktor – faktor yang
sudah disesuaikan dengan tabel ya
dalah sebagai berikut :
FCw = apasitas untuk lebar jalan.
ak berlaku untuk
sitas akibat gangguan samping.
FCCS = Fak
2.9.1
yang ada. Besarnya
kapasitas dasar tersebut seperti pada tabel (2.7) berikut :
Tabel 2.7. Kapasitas Dasar (Co) untuk jalan perkotaan.
Kapasitas jalan Dimana :
C = Kapasitas (smp/jam).
C0 = Kapasitas dasar (smp/jam) .
Faktor koreksi k
FCSP = Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah (tid
jalan satu arah ).
FCSF = Faktor koreksi kapa
tor koreksi kapasitas akibat ukuran kota.
Kapasitas dasar C0.
Kapasitas dasar (kapasitas ideal) yaitu kapasitas jalan dalam
kondisi ideal. Kapasitas dasar (C0) dinyatakan dalam smp/jam. Kapasitas
dasar (C0) ditentukan berdasarkan tipe jalan
Tipe jalan Catatan
Empat lajur terbagi Atau jalan s
Em
Dua lajur terbagi
1650 Per lajur
atu arah
pat lajur tak terbagi 1500 Per lajur
2900 Total dua arah
Sumber : MKJI th
2.9
enentukan penyesuaian FCW untuk lebar jalur lalu lintas dapat
dilihat d m tabel 2.8, didasarkan pada lebar jalur lalu lintas efektif (WC).
1997 hal 5 - 50
.2 Faktor penyesuaian Kapasitas FCW untuk lebar jalur lalu lintas.
M
ala
T pasita tuk pengaruh lebar jalur lalu lintas jalan perkotaan.
Tipe jalan Lebar jalur lalu lintas
Efektif (WC)
FC
abel 2.8. Penyesuaian ka s FCW un
untuk
W
Empat lajur terbagi atau Jalan satu arah
Per lajur
3,25 0,96
3,00
3,50 3,75 4,00
0,92
1,00 1,04 1,08
Empat lajur tak terbagi Per lajur
3,25 3,50 3,75 4,00
0,95
3,00 0,91
1,00 1,05 1,09
Dua lajur tak terbagi Per lajur
8 9 10
1,14 1,25 1,29 1,34 0,56 0,87 1,00 5
6 7
11 Sum
2.9.3
edian. Untuk jalan satu arah dan atau
jalan dengan pembatas median, faktor koreksi kapasitas akibat
pembagian arah adalah 1,0. ber : MKJI th 1997 hal 5 – 51
Faktor penyesuaian kapasitas FCSP untuk pemisah arah
Faktor penyesuaian kapasitas (FCSP) dengan pemisah arah dapat
dilihat pada tabel 2.9. Penentuan faktor penyesuaian kapasitas untuk
pemisah arah didasarkan pada kondisi arus lalulintas dari kedua arah
atau untuk jalan tanpa pembatas m
Tabel 2.9. mi ah
% - %
50-50 60-40 70-30 80-20 90-10 100-0
Penyesuaian pe sah ar
Pemisah arah sp
Dua lajur 2/2 1,00 0,94 0,88 0,82 0,76 0,70
FCSP
Empat lajur 4/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88 0,85
Sumb
2.9.4 Faktor pen
a.
Menentukan faktor penyesuaian kapasitas FCSF untuk
(Ws).
Tabel 2.10. Faktor penyesuaian FC ping d
Faktor penyesuaian untuk hambatan samping lebar b
er : MKJI th 1997 hal 5 – 52
yesuaian kapasitas FCSF untuk hambatan samping.
Jalan dengan bahu.
hambatan samping dari tabel 2.10 berdasarkan lebar bahu efektif
SF untuk pengaruh Hambatan sam
an lebar bahu.
dan ahu
Lebar bahu efektif rata –rata Ws (M) alan
Kelas
ng(SFC) ≤
Tipe j Hambatan
Sampi 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2 m
Empat inggi lajur terbagi 4/2D Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat t 0,96 0,94 0,93 0,88 0,84 0,98 0,97 0,95 0,92 0,88 1,01 1,00 0,98 0,95 0,92 1,03 1,02 1,00 0,98 0,96 Empat gi inggi lajur tak terba 4/2UD Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat t 0,96 0,94 0,92 0,87 0,80 0,99 0,97 0,95 0,91 0,86 1,01 1,00 0,98 0,94 0,90 1,03 1,00 0,98 0,95 0,91 Dua lajur Tak
terbagi Sedang
2/2 UD atau jalan satu arah Rendah Tinggi Sangat tinggi 0,92 0,89 0,82 0,73 0,94 0,92 0,86 0,79 0,97 0,95 0,90 0,85 1,00 0,98 0,95 0,91
Sangat rendah 0,94 0,96 0,99 1,01
Sumber : MKJI th 1997 hal 5 – 53
[image:39.595.116.510.422.728.2]b.
n kapasitas FCSF untuk
[image:40.595.117.510.300.603.2]k
Tabel 2.11. Faktor penyesuaian FC ping
d gh
atan sam lebar b
Jalan dengan kereb penghalang.
Menentukan faktor penyesuaia
hambatan samping dari tabel 2.11 dibawah berdasarkan jarak antara
ereb dengan pengahalang pada trotoar.
SF untuk pengaruh Hambatan sam
engan kereb pen alang.
Faktor penyesuaian untuk hamb ping
dan ahu
Lebar bahu efektif rata –rata Ws (M)
g(SFC) ≤
Tipe jalan
Kelas
Hambatan
Sampin 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2 m
Empat lajur terbagi 4/2D Sangat rendah nggi Rendah Sedang Tinggi ti Sangat 0,95 0,94 0,91 0,86 0,81 0,97 0,96 0,93 0,89 0,85 0,99 0,98 0,95 0,92 0,88 1,01 1,00 0,98 0,95 0,92 Empat lajur tak gi inggi terba 4/2UD Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat t 0,95 0,93 0,90 0,84 0,77 0,97 0,95 0,92 0,87 0,81 0,99 0,97 0,95 0,90 0,85 1,01 1,00 0,97 0,93 0,90 Dua lajur Tak
terbagi Sedang
2/2 UD atau jalan satu arah Tinggi Sang 0,86 0,78 0,88 0,81 0,91 0,84 0,94 0,88 0,93 0,90 0,95 0,92 0,97 0,95 0,99 0,97 Sangat rendah Rendah
at tinggi 0,68 0,72 0,77 0,82
Sumber : MK
pat dihitung
9)
C6,SF = Faktor koreksi kecepatan arus bebas untuk jalan 6 lajur
JI th 1997 hal 5 – 53
Faktor koreksi kapasitas untuk jalan 6 lajur da
dengan menggunakan faktor koreksi kapasitas untuk jalan 4 lajur
dengan menggunakan persamaan (2.39) sebagai berikut :
FC6,SF = 1-0,8 * ( 1 – FC4,.SF ) (2.3
F
FC4,.SF = Faktor koreksi kecepatan arus bebas untuk jalan 4 lajur
2.9.5
entukan FCCS untuk ukuran kota dengan menggunakan
nduduk
kota (juta).
Tabel 2.12. Faktor penyesuaian FCCS untuk pengaruh ukuran kota.
Ukuran Kota (Juta penduduk) Faktor penyesuaian untuk ukuran kota
Faktor penyesuaian FCCS untuk pengaruh ukuran kota
Men
tabel 2.12. Dan faktor koreksi tersebut sebagai fungsi jumlah pe
FCSF
<0,1
0,5-1,0 1,0-3,0
0,90 0,94 1,00 1,04 0,86 0,1-0,5
>3 Sumber MKJI th 1997 hal 5-55
2.10 Kecepatan
2.10.1 Penurunan Pendekatan
u
fraksi arus tersebut bergerak
dengan in
dinyatakan sebagai persamaan (2.1)-(2.2).
Q = + + ... + (2.40)
rerata-waktu
Andaikan suatu arus lal lintas dapat dibagi menjadi beberapa
fraksi arus q1, q2, ..., qN di mana setiap
kecepatan s1 , s2, ..., sN, seh gga total arus lalu lintas dapat
1
q q2 qN
Q =
q (2.41)
N
i i 1
Jika diasumsikan f1=
Q q1
, f2 =
Q q2
, ..., fN =
Q qN
sehing a
dapat dikatakan bah f
g
wa , ..., sebenarnya m rupakan sebaran
pergera
1
f , 2 fN e
kan kendaraan dengan kecepatan masing-masing s1 , s2, ..., s ,
sehingga dihasilkan
1 1N
f .
Apabila suatu fraksi arus q1 yang bergerak dengan kecepatan ,
maka rerata selang waktu kendaraan adalah sebesar
N
1
i
1
s
i
q dan jarak yang
1
dapat ditempuhnya selama selang waktu tersebut adalah sebesar
i i
s q .
Kepadatan fraksi arus lalu lintas tersebut dalam ruang adalah jumlah
kendaraan yang berada dalam satu satuan panjang jalan tertentu yang
dapat dinyatak n a dalam persamaan (2.42) berikut.
di =
i i
q
i = 1, 2, ..., N (2.42) s
Nilai , ..., menggambarkan kepadatan kendaraan pada
setiap fraksi arus lalu lintas dimana total kepadatan arus lalu lintas
Di mana =
1
d , d2 dN
tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan (2.43).
D =
i
d
1
1 (2.43) N
1
f D di
merupakan sebaran kecepatan dalam ruang.
34 maupun waktu masing-masing mempunyai rerata, sehingga kecepatan
_
=
Kedua jenis sebaran kecepatan tersebut baik dalam ruang
rerata-waktu
_
S dapat dinyatakan dengan persamaan (2.44).
t
t
S
N
i
N
i i i i
i
s f Q
s q
1 1
. .
(2.44)
Sedangkan, kecepatan rerata-ruang dapat dinyatakan dengan
persamaan (2.45).
_
=
s
S
_
s
S
N
i
N
i i i i
i
s f D
s d
1 1
. .
BAB III
METODE PENELITIAN
Metedologi penelitian adalah suatu perencanaan dan urutan kerja suatu
perhitungan untuk mendapatkan hasil dari penelitian yang dilakukan. Adapun
tahapan penelitian yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini meliputi :
1. Tahapan persiapan
2. Pengumpulan data
3. Analisa data
4. Kesimpulan dan saran
3.1 Tahapan Persiapan
Tahapan persiapan serangkaian kegiatan yang meliputi:
1. Mengurus surat-surat yang diperlukan, surat pengantar dari kampus dan
sebagainya.
2. Mencari atau mengumpulkan dan mempelajari segala bentuk kegiatan
yang sekiranya dapat mendukung dalam penyusunan tugas akhir.
3.2 Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam tugas akhir ini terdiri dari 2 bagian, yakni data
primer dan data sekunder. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Data Primer
Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan secara
langsung, yakni dengan melakukan survei arus lalu lintas guna
mendapatkan data volume dan kecepatan kendaraan yang melintas serta
hambatan samping yang terjadi pada ruas jalan HR. Muhammad.
Pengambilan data primer untuk survei volume kendaraan dan
kecepatan dilakukan pada tanggal 15 Pebruari 2010 sampai dengan tanggal
21 Pebruari 2010, yang dimulai pada pukul 06.00 WIB sampai dengan
pukul 18.00 WIB, yang dilakukan di depan Graha Telkomsel. Sedangkan
untuk survei hambatan samping dilakukan di sepanjang jalan HR.
Muhammad yang terbagi dalam 3 segmen yang dimulai pada pukul 10.00
WIB hingga pukul 18.00 WIB.
3.3Analisa Data
Setelah data – data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisa data yang
meliputi :
1. Analisa kapasitas jalan dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI) 1997.
2. Analisa Indeks Tingkat Pelayanan dengan menggunakan pendekatan non
linear (Bentuk tabel prosedur perhitungan dengan pendekatan non linear
dapat dilihat pada tabel 3.2).
3. Analisa kecepatan rata-rata kendaraan yang melintas pada ruas jalan HR.
Muhammad.
Tabel 3.1 : Survey data arus lalu lintas dan kecepatan di lapangan
Nama Jalan : Jumlah Arah :
Kota : Arah Lalu Lintas :
Hari : Dari :
Tanggal : Ke :
No. PERIODE LV MC HV
V (volume)
waktu
tempuh V (volume)
waktu
tempuh V (volume)
waktu tempuh kend/jam smp/jam menit kend/jam smp/jam menit kend/jam smp/jam menit 1 06.00 - 06.15
2 06.15 - 06.30 3 06.30 - 06.45 4 06.45 - 07.00 5 07.00 - 07.15 6 07.15 - 07.30 7 07.30 - 07.45 8 07.45 - 08.00 9 08.00 - 08.15 10 08.15 - 08.30 11 08.30 - 08.45 12 08.45 - 09.00
13 16.00-16.15
14 16.15-16.30
15 16.30-16.45
16 16.45-17.00
17 17.00-17.15
18 17.15-17.30
19 17.30-17.45
20 17.45-18.00
21 18.00-18.15
22 18.15-18.30
23 18.30-18.45
24 18.45-19.00
Sumber : Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi
Tabel 3.2. Prosedur perhitungan dengan pendekatan non linear
i Q
) /
(smp jam (CQi) (Qi/CQi)
i Q T
)
(jam T0 TQi
No
(1) (2) (3)=1/(2) (4) (5)=(4)/T0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Rerata
Sumber : Ofyar Z Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi
[image:47.595.154.473.124.469.2]39 Gambar 3.1 : Alur Metodologi Penelitian
Tahapan Persiapan
Pengumpulan Data
Analisa Data
Perhitungan kapasitas ruas jalan
Perhitungan ITP dengan pendekatan non linear Perhitungan analisa kecepatan rata-rata
Data Primer - Volume kendaraan - Kecepatan rata-rata - Hambatan samping
Kesimpulan MULAI
BAB IV
ANALISA DATA
4.1.Analisa Data Operasional Jalan HR. Muhammad
4.1.1. Data Masukan
- Data Umum
Untuk menganalisa data – data yang diperoleh dari ruas jalan
HR. Muhammad dibagi menjadi tiga segmen dengan jarak 200 m
antara segmen yang satu dengan yang lainnya, maka tiap – tiap segmen
di analisa secara terpisah (untuk tiap – tiap segmen jalan dapat dilihat
pada peta jalan HR. Muhammad). Data identifikasi segmen untuk
mengisi formulir UR -1 pada bagian atas:
1. Nama Jalan : HR.Muhammad
2. Kota : Surabaya
3. Propinsi : Jawa Timur
4. Ukuran Kota : 2.784.196 jiwa (Tahun 2009)
5. Panjang Jalan : 1241 m
6. Lebar Jalan : 26,2 m (termasuk median 5 meter)
7. Tipe jalan : Empat lajur dua arah terbagi
8. Lebar per lajur : 4,00 m
- Segmen 1, arah Barat terletak didepan Gedung Apartemen Beverly Park,
sedangkan untuk arah Timur terletak didepan Gedung Graha Telkomsel.
- Segmen 2, arah Barat terletak didepan Bengkel Mobil Shop & Drive,
sedangkan untuk arah Timur terletak didepan Gedung Giant.
- Segmen 3, arah Barat terletak didepan Komplek Perumahan Darmo
Permai, sedangkan arah Timur terletak didepan Komplek Perumahan
Darmo Permai Selatan.
4.2.Hambatan Samping
Data yang tersedia adalah data rinci (data hasil pengamatan mengenai
frekuensi hambatan samping per 200 m) pada kedua sisi segmen yang diamati,
masukan ke dalam kolom 23 pada formulir UR – 2.
Segmen 2, jam puncak antara (10.00 – 11.00) hari Jumat tanggal .
Kolom 23
Frekuensi kejadian pada pejalan kaki = 54 kejadian / jam 200 m
Frekuensi kejadian pada parkir / berhenti = 65 kejadian / jam 200 m
Frekuensi kejadian pada kendaraan keluar + masuk = 78 kejadian / jam 200 m
Frekuensi kejadian pada kendaraan lambat = 100 kejadian / jam 200 m
Kolom 24
Frekuensi berbobot = frekuensi kejadian / 200 m x faktor bobot
Pejalan kaki = 54 x 0,5
= 27
Parkir, kendaraan berhenti = 65 x 1,0
= 65
Kend keluar + masuk = 78 x 0,7
= 55
Kendaraan lambat = 100 x 0,4
= 40
Kemudian menghitung total frekuensi berbobot untuk hambatan samping
dan masukan hasilnya pada baris paling bawah kolom 24.
Segmen 2, jam puncak (10.00 – 11.00) hari Jumat tanggal 19 Februari 2010.
Kolom 24
Jumlah berbobot kejadian = faktor berbobot untuk pejalan kaki + parkir
kendaraan / berhenti + kendaraan keluar /masuk +
kendaraan lambat
= 27 + 65 + 55 + 40
= 187
Setelah jumlah berbobot kejadian per 200 m/jam didapat , maka dapat
ditentukan kelas hambatan samping dari tabel yang disediakan pada formulir UR
– 2 untuk menentukan kelas hambatan samping.
4.3.Analisa Penentuan Nilai To
Untuk penentuan nilai To ini ditentukan dari (Tabel 4.1) untuk jalan
perkotaan sebesar 1.5 - 2.0 menit/mil. Karena dari hasil perhitungan persamaan
regresi linear To tidak sesuai dengan parameter tersebut maka digunakan analisa
dengan metode trial error.
Tabel 4.1. Parameter untuk beberapa jenis jalan.
Kondisi T0
(menit/mil)
Indeks Tingkat Pelayanan (a)
Arus jenuh (kendaraan/hari)
Jalan bebas hambatan 0,8 – 1,0 0 – 0,2 2000 / lajur
Jalan perkotaan
(banyak lajur) 1,5 -2,0 0,4 – 0,6 1800 / lajur
Jalan kolektor dan
pengumpan 2,0 – 3,0 1,0 – 1,5 1800 / total lebar
Sumber : Blunden (1971)
4.4.Analisa Kapasitas
a. Kapasitas Dasar.
Menentukan kapasitas dasar (Co) dari (Tabel 4.2) dan masukan nilainya
[image:52.595.136.543.173.256.2]kedalam formulir UR – 3 kolom 11.
Tabel 4.2. Kapasitas Dasar (Co) untuk jalan perkotaan.
Tipe jalan Kapasitas jalan Catatan
Empat lajur terbagi Atau jalan satu arah Empat lajur tak terbagi
Dua lajur terbagi
1650
1500 2900
Per lajur Per lajur Total dua arah
Sumber : MKJI th 1997 hal 5 – 50
Dari (Tabel 4.2) maka didapat (Co) untuk jam puncak (16.00 – 17.00)
hari Senin tanggal 30 Juni 2008 adalah 1650 dikalikan 4 lajur pada kedua sisi
jalur didapat hasil 6600 smp/jam.
b. Faktor penyelesaian kapasitas FCW untuk lebar jalur lalu lintas
Dari (Tabel 4.3) berdasarkan lebar jalur lalu lintas efektif (WC)
[image:52.595.133.501.495.764.2]kemudian akan didapat hasilnya dan dimasukan kedalam formulir UR – 3
Tabel 4 aian kapas aruh leb alur lalu tuk jalan perko
jalur lalu Efektif (WC kolom 12.
.3. Penyesu lintas un
itas FCW untuk peng ar j
taan.
Tipe jalan Lebar lintas
) FCW
Empat lajur terbagi atau Jalan satu arah
Per lajur 3,00
3,25 3,50 3,75 4,00 0,92 0,96 1,00 1,04 1,08
Empat lajur tak terbagi Per lajur
3,75 4,00 3,00 3,25 3,50 0,91 0,95 1,00 1,05 1,09
Dua lajur tak terbagi Per lajur
Sumb
puncak pagi (16.00 –
17.00) hari Senin tanggal 30 Juni 2008 adalah 1.08
c. Faktor penyesuaian kapasitas FC
Untuk jalan terbagi atau jalan satu arah, faktor penyesuaian kapasitas
isah arah dapat diterapkan dan dinilai 1,00 lalu dimasukan dalam
Ta oreksi as p i
Pem sp
0 er : MKJI th 1997 hal 5 – 51
Dari (Tabel 4.3) maka didapat FCW untuk jam
SP untuk pemisah arah .
untuk pem
kolom 13.
bel 4.4. Faktor k kapasit akibat embag an arah FCSP isah arah
% - % 50-5 60-40 70-30 80-20 90-10 100-0
Dua lajur 2/2 1,00 0,94 0,88 0,82 0,76 0,70
FCSP
Empat lajur 4/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88 0,85
d. Fako
Penentuan faktor penyesuaian kapasitas FC untuk hambatan samping
mulir UR – 2 lalu masukan hasilnya kedalam UR –
[image:53.595.130.525.263.342.2]3, kolom 14.
Tabel 4.5. Fa FC untuk pengaruh Hambatan samping dan lebar bahu.
Faktor penyesu atan samping
Sumber : MKJI th 1997 hal 5 – 52
r penyesuaian kapasitas FCSF untuk hambatan samping SF
dari (Tabel 4.5) berdasarkan jarak antara bahu jalan penghalang dari kelas
hambatan samping, dari for
ktor penyesuaian SF
aian untuk hamb dan lebar bahu
Lebar bahu efektif rata –rata Ws (M) Tipe jalan
Samping(SFC) ≤ 0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥ 2 m
Kelas Hambatan Empat l terbag ajur i 4/2D ndah Sangat re Rendah Sedang Tinggi inggi Sangat t 0,96 0,94 0,93 0,88 0,84 0,98 0,97 0,95 0,92 0,88 1,01 1,00 0,98 0,95 0,92 1,03 1,02 1,00 0,98 0,96 Empat tak terbag lajur i 4/2UD ndah Sangat re Rendah Sedang Tinggi inggi Sangat t 0,96 0,94 0,92 0,87 0,80 0,99 0,97 0,95 0,91 0,86 1,01 1,00 0,98 0,94 0,90 1,03 1,00 0,98 0,95 0,91 Dua lajur Tak terbagi 2/2 UD atau jalan ndah
0,73 0,79 0, 5 0,91
[image:53.595.131.530.495.762.2]Sumb
puncak (16.00 – 17.00)
hari Jumat tanggal 19 Februari 2010 adalah 0,94
e. Faktor penyesuaian kapasitas FC
Menentukan penyesuaian kapasitas FC untuk ukuran kota dengan
UR -1 dan masukan hasilnya kedalam formulir UR – 3 kolom 15.
ia .
Ukuran Kota (Juta penduduk) Faktor penyesuaian untuk ukuran kota
er : MKJI th 1997 hal 5 – 53
Dari (Tabel 4.5) maka didapat FCSF untuk jam
CS untuk ukuran kota CS
[image:54.595.122.485.298.397.2]menggunakan (Tabel 4.6) sebagai fungsi jumlah penduduk (juta) dari formulir
Tabel 4.6. Faktor penyesua n FCC S untuk pengaruh ukuran kota
FCSF
<0,1 0,1-0,5 0,5-1,0
1,0-3,0
1,04 0,86 0,90 0,94
1,00
>3 Sumb
Dari (Tabel 4.6) maka didapat FC untuk jam puncak (16.00 – 17.00)
hari Senin tanggal 15 Februari 2010 adalah 1,00
f. Penentuan kapasitas untuk kondisi sesungguhnya
menggunakan data – data yang di isikan kedalam formulir UR – 3 kolom 11 -
17.00 ) hari Senin tanggal 15 Februari 2010.
C = C x FC x FC x FC x FC
= 6700(smp/jam) er MKJI th 1997 hal 5-55
cs
Menentukan kapasitas segmen jalan untuk kondisi sesungguhnya dengan
15 dan masukan hasilnya kedalam kolom 16, untuk jam puncak (16.00 –
o w sp sf cs
= 6600 x 1,08 x 1,00 x 0,94 x 1,00
Tabel 4.7. Prosedur perhitungan kapasitas
Kapasita o w FC cs
a
yesu u
s C = C FC sp FCsf FC
F ktor
Pen aian Faktor Penyes aian
Arah
Kapasitas dasar Co
sm Lebar Pemisa n Hambat mping Ukuran (1 2)x (13)x (15)
( p/jam Jalur
FCw
ha Arah FCsp
an Sa
FCsf Kota
FCcs
Kecepatan Sesungguhnya
C smp/jam 1) x(1
(14)x km/jam)
(10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Timur 6600 1,08 1,00 0,94 1,00 6700
Barat 6600 1,08 1,00 0,94 1,00 6700
Sumber MKJI th 1997 hal 5-85
4.5.Analisa Pe
a 0,041 dan 0,040 jam/km serta nilai
kapasitas ruas jalan sebesar 6700 smp/jam.
rhitungan ITP Dengan Pendekatan Non Linear
Dalam perhitungan pendekatan non linear ini digunakan data hasil survey
lalu lintas yang diperoleh selama satu minggu dengan menggunakan metode
trial error dengan rata – rata nilai To antar
Tabel Perhitungan dengan pendekatan non linear untuk hari Senin arah Timur
Arah Timur
Tabel 4.8 Prosedur perhitungan dengan pendekatan non linear untuk hari Senin arah Timur 15 Februari 2010.
i
Q
) /
(smp jam
)
(CQi (Qi/CQi) (Q /C)
0 T TQi i
i Q T
)
(jam
a No
1 2 (3)=1/(2) 4 5 (6)=(5)/To (7)=(((6)-1)(1-(4)))/(4)
1 340 6360 0.050 0.048 0.0363 0.912 -1.751
2 317 6383 0.047 0.044 0.0364 0.916 -1.806
3 294 6406 0.043 0.041 0.0423 1.063 1.470
4 352 6348 0.052 0.049 0.0355 0.894 -2.038
5 334 6366 0.049 0.047 0.0394 0.991 -0.178
6 320 6380 0.047 0.045 0.0386 0.970 -0.638
7 323 6377 0.047 0.045 0.0396 0.995 -0.102
8 344 6356 0.051 0.048 0.0367 0.923 -1.523
9 346 6354 0.051 0.049 0.0377 0.948 -1.018
10 351 6349 0.052 0.049 0.0412 1.037 0.716
11 351 6349 0.052 0.049 0.0389 0.979 -0.401
12 358 6349 0.053 0.050 0.0410 1.032 0.601
13 325 6342 0.048 0.046 0.0409 1.030 0.618
14 326 6375 0.048 0.046 0.0402 1.012 0.255
15 310 6374 0.045 0.043 0.0388 0.977 -0.515
16 370 6390 0.055 0.052 0.0409 1.029 0.529
17 431 6330 0.064 0.060 0.0417 1.049 0.757
18 381 6269 0.056 0.053 0.0443 1.114 2.023
19 263 6319 0.038 0.037 0.0445 1.118 3.091
20 329 6437 0.048 0.046 0.0402 1.011 0.226
21 370 6371 0.055 0.052 0.0392 0.986 -0.249
22 377 6330 0.056 0.053 0.0410 1.032 0.569
23 360 6323 0.053 0.051 0.0406 1.021 0.390
24 376 6340 0.056 0.053 0.0389 0.979 -0.383
∑= 1.216 ∑= 0.955 ∑= 24.018 ∑= 0.644
Sumber: Ofyar Z Tamin, perencaaan dan pemodelan transportasi
a. Menghitung arus total Q untuk kendaraan per jam dengan menjumlahkan
kolom 2,4 dan 6 hasilnya dimasukan ke kolom 10 (MKJI form UR-2).
Segmen 1, jam puncak (16.00 – 17.00), hari Senin arah Timur tanggal 15
Februari 2010:
Kolom 10
Arus total = LV (smp/jam) + HV (smp/jam) + MC (smp/jam)
= 1202 + 860 + 41
= 2103 (smp/jam).
b. Untuk menentukan nilai dari (C – Q) dengan mengurangkan nilai kapasitas
dikurangi arus total:
(C – Q) = 6700 – 340
= 6360
c. Mencari ( )
Qi C
Qi
nilai arus lalu lintas dibagi kapasitas dikurangi arus lalu
lintas, maka didapat hasil sebagai berikut:
)
(C Qi
Qi
6360 340
= 0,053
d. Nilai TQdidapat dari persamaan regresi linear Y = A + BX, dengan
mengasumsikan Y = TQ.
e. Menghitung nilai
0
T Ti
Q
adalah membagi waktu tempuh pada saat arus = Q
dengan waktu tempuh pada saat arus = 0 (kondisi arus bebas).
f. Dengan menggunakan nilai
0 ^
T T Y
i Q
i dan
C Q
Xi i maka nilai ‘a’ bisa
didapat dengan menggunakan persamaan (2.33) berikut.