OLEH
Usaha Tenun Songket merupakan seni budaya turun-temurun
menggunakan teknologi tradisional sederhana dengan alat Panta yang terbuat dari kayu & bambu, hanya Suri yang dari besi
Songket Pandai Sikek sangat indah dan
Jenis penelitian kualitatif deskriptif
Kajian lapangan (field study)
Pengumpulan data dengan kuesioner &
wawancara mendalam, menggunakan
recorder & kamera
Responden:-wanita sebgai anak tenun
-wanita pedagang songket
-pengusaha songket 54% wanita
Analisis data menggunakan SWOT
Budaya dan seni bertenun hanya boleh
diajarkan pada putra-putri penduduk asli, hak paten Nagari sedang dalam proses
Tanah subur, udara sejuk,penduduk taat
ibadah, santun dan ramah,rajin &kerja keras
Perekonomian penduduk 75%
pertanian,bertenun songket,seni ukir/pahat
Penduduk 5.650jiwa 54% wanita
95% KK mempunyai alat tenun tradisional 92% anak tenun wanita
55% pengusaha Tenun wanita, lain nya wanita
Budaya seni tenun tradisional diyakini sdh
ratusan tahun (ada songket yg sdh umur >100 tahun) tetapi sempat terputus di zaman
perang s/d th 1960-an
Menggunakan alat teknologi sederhana Panta Sebelum TH 1960-an kesulitan bahan baku
Budaya seni bertenun &seni ukir/pahat
kembali bangkit dipelopori oleh: Bpk Ahmad Ramli Datuk Rangkayo Sati (Wali Nagari TH 1960-an) dan Istrinya Hj.Sanuar yang
bertempat di Rumah Tenun Pusako Pandai
Jika tingkat upah anak tenun lebih tinggi
dibanding bertani/seni ukir, setara dengan tingkat upah sebelum reformasi
Ada nya tanggung jawab orang tua untuk
mendidik putra-putrinya usia tamat sekolah dasar untuk punya skill bertenun,seperti
sebelum nya
Jika ada upaya Kepala Wali Nagari/kaur
ekonomi untuk memberdayakan pengrajin dengan koperasi & menggugah kesadaran pengusaha untuk menaikan tingkat upah
Syarat untuk mempunyai skill bertenun : Harus ada kemauan dari diri sendiri &
memiliki sifat-sfat:
Teliti, sabar, tekun,rajin
Ada cita rasa seni dalam hal membuat motif
& kombinasi warna benang.
Jika dihubungkan dengan pembagian kerja
sosial / Gender, anak wanita lebih berpotensi mempunyai skill bertenun, 92% anak tenun wanita
Wanita sebagai anak tenun sebagian besar adalah ibu
rumah tangga
Wanita pedagang songket semuanya ibu rumah tangga Pengusaha songket 55% dipimpin oleh hanya wanita,
yang lain nya dipimpin oleh suami& istri atau ibu &anak laki-laki
Semua penghasilan mereka diakui sebagai
penghasilan keluarga, bahkan sebagian mereka adalah menjadi tulang punggung keluarga, secara otomatis penghasilan prioritas digunakan untuk kebutuhan keluarga (konsumsi, pendidikan &kesehatan), bikin rumah, pengembangan usaha, &biaya ongkos naik haji (ONH) bagi pengusaha.
Kualitas produk yang bagus, bervariasi & inovatif
dikenal sebagai barang “antik”
Peminat/yang menyukai produk banyak, bahkan
ada pelanggan dari dalam & luar negri,harga jual tinggi
Promosi bagus, dan dikaitkan dengan sovenir
pariwisata SUMBAR, dapat dukungan dari
berbagai instansi, pariwisata, koperasi, BUMN (PT.Semen Padang),departemen perdagangan & industri, pemda Kabupaten &propinsi
Tidak ada masalah dalam penyediaan bahan baku
& peralatan produksi/alat tenun/factory overhead
Jumlah produksi sangat terbatas, terkait dengan
lama nya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan 1 pasang produk(sarung & selendang) 45 hari kerja
Lesu/kurang nya minat masyarakat untuk
produksi, terkait dengan rendah nya tingkat upah, lebih kecil dari: tingkat upah petani, tingkat upah seni ukir/pahat, bahkan juga lebih kecil dari tingkat UMR Sumatera Barat
Jumlah jam belajar siswa SMP/SMA di sekolah
yang semakin banyak, dan di rumah juga harus mengerjakan tugas/ PR, berakibat
relatif mereka tidak bertenun, tidak seperti generasi sebelum reformasi
Tidak ada persatuan pengrajin
tenun/organisasinya, dan pengusaha tidak punya tenaga kerja tetap seperti buruh
Sudah ada inovasi senter untuk modifikasi
alat tenun agar waktu produksi bisa
dipercepat, bantuan pemda kabupaten Tanah Datar
Alat ini dapat memproduksi 3x lebih cepat,
tetapi kualitas tidak bagus, tidak ada
pengrajin yang tertarik menggunakan alat ini
Fasilitas di inovasi senter direncanakan Wali
Nagari untuk tempat mendirikan Koperasi Tenun yang berbadan hukum
Akan membuat koperasi Tenun untuk
memperkuat posisi anak tenun/pengrajin tenun
Sudah ada komitment dari deputi koperasi untuk
memberikan bantuan PNPM
(Prog.Nas.Pemberdayaan Masyarakat) Rp.100.000.000,-
Pasar Seni Pandai Sikek untuk sarana menjual
produk dari anggota koperasi
Lebih memfungsikan kaur ekonomi ktr Wali
Nagari untuk koordinir pengusaha songket
Berupaya agar usaha Tenun menjadi primadona
perekonomian Masyarakat
95% KK memiliki alat Tenun/skill bertenun
Kualitas produk bagus,bernilai seni & “antik” Ada berbagai variasi produk yang
meningkatkan minat masyarakat untuk membeli produk utama (songket)
Harga jual tinggi karena kualitas & kreatif Sudah dapat dukungan berbagai instansi
terkait:pemda,dep.koperasi,dep.pariwisata, deparindag & BUMN & Perbankan
Skill Masyarakat bertenun merupakan
“kekuatan” untuk meningkatkan kesejahteraan
Anak tenun bukan pegawai tetap/ bukan
buruh yang terikat dengan peraturan pengusaha, hanya informal & rasa
persaudaraan, sulit untuk memastikan kenaikan produksi bagi pengusaha
Tidak ada organisasi pengrajin
tenun/persatuan sehingga posisinya lemah untuk minta kenaikan tingkat upah
Tidak ada organisasi pengusaha
songket/pedagang, sehingga sulit untuk koordinasi &kerja sama
Tingginya demand masyarakat dalam & luar
negri terhadap produk songket
Ada peluang bagi anak tenun/pengrajin
songket untuk membentuk Koperasi Tenun
Ada nya berbagai pelatihan/ education atau
pembinaan dari berbagai instansi terkait pada pengusaha, seperti di fasillitasi untuk ikut pameran di dalam &luar negeri, diberi pelatihan tentang pembukuan, manajemen dll
Jika tidak ada perubahan tingkat upah, minat
pengrajin bertenun akan menurun, akibatnya jumlah produksi akan sedikit, rencana
penjualan pengusaha/pedagang tidak tercapai
Semakin banyak jam belajar siswa SMP/SMA
disekolah & dirumah, akan terputus generasi yang memiliki skill bertenun
Over supplay jika tidak terpenuhi, maka
excess ini akan diisi oleh produk songket dari
daerah lain,seperti songket Alaban Payakumbuh atau daerah lain nya
Jika segenap lapisan masyarakat (pengrajin, anak tenun, pedagang &pengusaha songket) ikut merasakan manfaat penggunaan teknologi tenun tradisional, yaitu Tingkat upah harus lebih tinggi dari tingkat upah petani atau upah pekerja seni ukir/pahat, hal ini akan menyemangati pengrajin sekaligus akan memotivasi orang tua untuk mengajarkan skill bertenun pada putra-putri nya sejak usia tamat sekolah dasar, seperti zaman sebelum era reformasi
Potensi anak laki-laki dan Wanita sama untuk
punya skill bertenun
Jika dikaitkan dengan peran gender atau
pembagian kerja secara sosial, maka anak perempuan lebih berpotensi, bertenun
dikerjakan di rumah sambil menjalankan tugas dalam rumah lain nya
Streotype wanita dianggap lebih memenuhi
syarat untuk mempunyai skill bertenun : selain kemauan harus teliti, sabar, tekun,rajin & punya cita rasa seni dalam hal membuat motif &
kombinasi warna benang.
Usaha Tenun didominasi oleh wanita,sebagai anak tenun, pedagang tenun bahkan pengusaha songket, walau mereka bukan pencari nafkah utama dalam keluarga,bahkan masyarakat matriarkat wanita sangat dilindungi secara ekonomi. Kenyataan nya kerana wanita dominan dalam usaha bertenun, bahkan sebagian mereka adalah menjadi tulang punggung keluarga, secara otomatis penghasilan
prioritas digunakan untuk kebutuhan keluarga
(konsumsi, pendidikan &kesehatan), bikin rumah, pengembangan usaha, &biaya ongkos naik haji (ONH) bagi pengusaha.
Pada waktu-waktu tertentu seperti musim
liburan, sesudah idul fitri,atau musim wisuda PTN/PTS Penjualan meningkat, sebelumnya kebutuhan produksi juga meningkat
Belum ada insentif pada anak
tenun/pengrajin dalam menaikan jumlah produksi
Tingkat upah masih rendah, kenaikan
permintaan pasar hanya dinikmati oleh pengusaha, belum dinikmati oleh segenap anggota masyarakatyang berpartisipasi dalam usaha tenun songket
Akan membuat koperasi Tenun untuk
memperkuat posisi anak tenun/pengrajin tenun
Sudah ada komitment dari deputi koperasi untuk
memberikan bantuan PNPM
(Prog.Nas.Pemberdayaan Masyarakat) Rp.100.000.000,-
Pasar Seni Pandai Sikek untuk sarana menjual
produk dari anggota koperasi
Lebih memfungsikan kaur ekonomi ktr Wali
Nagari untuk koordinir pengusaha songket
Berupaya agar usaha Tenun menjadi primadona
Pengusaha harus menyadari penting nya
menaikan upah anak tenun, kalo bisa bagi hasil yang proposional dengan anak tenun
Orang tua berkewajiban mesosialisasikan skill
bertenun pada putra-putri nya sejak usia tamat SD sebagaimana dulu nya pendidikan ini sudah berjalan dengan baik
Guru SD harus memesukan dalam
ekstrakurikulum skill bertenun dengan membuat prakarya yang dinilai kls 6 SD
Wali Nagari agar selektif dalam memilih
pengurus koperasi agar mengakomodasi
kebutuhan pengrajin tenun, dan sebaiknya bisa mengkoordinir pengusaha untuk menaikan