• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLEH. ELMANIZAR, SE, Akt, Msi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OLEH. ELMANIZAR, SE, Akt, Msi."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

(2)

Usaha Tenun Songket merupakan seni budaya turun-temurun

menggunakan teknologi tradisional sederhana dengan alat Panta yang terbuat dari kayu & bambu, hanya Suri yang dari besi

Songket Pandai Sikek sangat indah dan

(3)

Jenis penelitian kualitatif deskriptif

Kajian lapangan (field study)

Pengumpulan data dengan kuesioner &

wawancara mendalam, menggunakan

recorder & kamera

Responden:-wanita sebgai anak tenun

-wanita pedagang songket

-pengusaha songket 54% wanita

Analisis data menggunakan SWOT

(4)
(5)

 Budaya dan seni bertenun hanya boleh

diajarkan pada putra-putri penduduk asli, hak paten Nagari sedang dalam proses

 Tanah subur, udara sejuk,penduduk taat

ibadah, santun dan ramah,rajin &kerja keras

 Perekonomian penduduk 75%

pertanian,bertenun songket,seni ukir/pahat

 Penduduk 5.650jiwa 54% wanita

 95% KK mempunyai alat tenun tradisional  92% anak tenun wanita

 55% pengusaha Tenun wanita, lain nya wanita

(6)

 Budaya seni tenun tradisional diyakini sdh

ratusan tahun (ada songket yg sdh umur >100 tahun) tetapi sempat terputus di zaman

perang s/d th 1960-an

Menggunakan alat teknologi sederhana Panta  Sebelum TH 1960-an kesulitan bahan baku

 Budaya seni bertenun &seni ukir/pahat

kembali bangkit dipelopori oleh: Bpk Ahmad Ramli Datuk Rangkayo Sati (Wali Nagari TH 1960-an) dan Istrinya Hj.Sanuar yang

bertempat di Rumah Tenun Pusako Pandai

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

 Jika tingkat upah anak tenun lebih tinggi

dibanding bertani/seni ukir, setara dengan tingkat upah sebelum reformasi

 Ada nya tanggung jawab orang tua untuk

mendidik putra-putrinya usia tamat sekolah dasar untuk punya skill bertenun,seperti

sebelum nya

 Jika ada upaya Kepala Wali Nagari/kaur

ekonomi untuk memberdayakan pengrajin dengan koperasi & menggugah kesadaran pengusaha untuk menaikan tingkat upah

(13)

Syarat untuk mempunyai skill bertenun :  Harus ada kemauan dari diri sendiri &

memiliki sifat-sfat:

 Teliti, sabar, tekun,rajin

 Ada cita rasa seni dalam hal membuat motif

& kombinasi warna benang.

 Jika dihubungkan dengan pembagian kerja

sosial / Gender, anak wanita lebih berpotensi mempunyai skill bertenun, 92% anak tenun wanita

(14)

 Wanita sebagai anak tenun sebagian besar adalah ibu

rumah tangga

Wanita pedagang songket semuanya ibu rumah tangga  Pengusaha songket 55% dipimpin oleh hanya wanita,

yang lain nya dipimpin oleh suami& istri atau ibu &anak laki-laki

 Semua penghasilan mereka diakui sebagai

penghasilan keluarga, bahkan sebagian mereka adalah menjadi tulang punggung keluarga, secara otomatis penghasilan prioritas digunakan untuk kebutuhan keluarga (konsumsi, pendidikan &kesehatan), bikin rumah, pengembangan usaha, &biaya ongkos naik haji (ONH) bagi pengusaha.

(15)

 Kualitas produk yang bagus, bervariasi & inovatif

dikenal sebagai barang “antik”

 Peminat/yang menyukai produk banyak, bahkan

ada pelanggan dari dalam & luar negri,harga jual tinggi

 Promosi bagus, dan dikaitkan dengan sovenir

pariwisata SUMBAR, dapat dukungan dari

berbagai instansi, pariwisata, koperasi, BUMN (PT.Semen Padang),departemen perdagangan & industri, pemda Kabupaten &propinsi

 Tidak ada masalah dalam penyediaan bahan baku

& peralatan produksi/alat tenun/factory overhead

 Jumlah produksi sangat terbatas, terkait dengan

lama nya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan 1 pasang produk(sarung & selendang) 45 hari kerja

(16)

 Lesu/kurang nya minat masyarakat untuk

produksi, terkait dengan rendah nya tingkat upah, lebih kecil dari: tingkat upah petani, tingkat upah seni ukir/pahat, bahkan juga lebih kecil dari tingkat UMR Sumatera Barat

 Jumlah jam belajar siswa SMP/SMA di sekolah

yang semakin banyak, dan di rumah juga harus mengerjakan tugas/ PR, berakibat

relatif mereka tidak bertenun, tidak seperti generasi sebelum reformasi

 Tidak ada persatuan pengrajin

tenun/organisasinya, dan pengusaha tidak punya tenaga kerja tetap seperti buruh

(17)
(18)
(19)

 Sudah ada inovasi senter untuk modifikasi

alat tenun agar waktu produksi bisa

dipercepat, bantuan pemda kabupaten Tanah Datar

 Alat ini dapat memproduksi 3x lebih cepat,

tetapi kualitas tidak bagus, tidak ada

pengrajin yang tertarik menggunakan alat ini

 Fasilitas di inovasi senter direncanakan Wali

Nagari untuk tempat mendirikan Koperasi Tenun yang berbadan hukum

(20)

 Akan membuat koperasi Tenun untuk

memperkuat posisi anak tenun/pengrajin tenun

 Sudah ada komitment dari deputi koperasi untuk

memberikan bantuan PNPM

(Prog.Nas.Pemberdayaan Masyarakat) Rp.100.000.000,-

 Pasar Seni Pandai Sikek untuk sarana menjual

produk dari anggota koperasi

 Lebih memfungsikan kaur ekonomi ktr Wali

Nagari untuk koordinir pengusaha songket

 Berupaya agar usaha Tenun menjadi primadona

perekonomian Masyarakat

(21)

 95% KK memiliki alat Tenun/skill bertenun

 Kualitas produk bagus,bernilai seni & “antik”  Ada berbagai variasi produk yang

meningkatkan minat masyarakat untuk membeli produk utama (songket)

 Harga jual tinggi karena kualitas & kreatif  Sudah dapat dukungan berbagai instansi

terkait:pemda,dep.koperasi,dep.pariwisata, deparindag & BUMN & Perbankan

Skill Masyarakat bertenun merupakan

“kekuatan” untuk meningkatkan kesejahteraan

(22)

 Anak tenun bukan pegawai tetap/ bukan

buruh yang terikat dengan peraturan pengusaha, hanya informal & rasa

persaudaraan, sulit untuk memastikan kenaikan produksi bagi pengusaha

 Tidak ada organisasi pengrajin

tenun/persatuan sehingga posisinya lemah untuk minta kenaikan tingkat upah

 Tidak ada organisasi pengusaha

songket/pedagang, sehingga sulit untuk koordinasi &kerja sama

(23)

Tingginya demand masyarakat dalam & luar

negri terhadap produk songket

 Ada peluang bagi anak tenun/pengrajin

songket untuk membentuk Koperasi Tenun

Ada nya berbagai pelatihan/ education atau

pembinaan dari berbagai instansi terkait pada pengusaha, seperti di fasillitasi untuk ikut pameran di dalam &luar negeri, diberi pelatihan tentang pembukuan, manajemen dll

(24)

 Jika tidak ada perubahan tingkat upah, minat

pengrajin bertenun akan menurun, akibatnya jumlah produksi akan sedikit, rencana

penjualan pengusaha/pedagang tidak tercapai

 Semakin banyak jam belajar siswa SMP/SMA

disekolah & dirumah, akan terputus generasi yang memiliki skill bertenun

Over supplay jika tidak terpenuhi, maka

excess ini akan diisi oleh produk songket dari

daerah lain,seperti songket Alaban Payakumbuh atau daerah lain nya

(25)

Jika segenap lapisan masyarakat (pengrajin, anak tenun, pedagang &pengusaha songket) ikut merasakan manfaat penggunaan teknologi tenun tradisional, yaitu Tingkat upah harus lebih tinggi dari tingkat upah petani atau upah pekerja seni ukir/pahat, hal ini akan menyemangati pengrajin sekaligus akan memotivasi orang tua untuk mengajarkan skill bertenun pada putra-putri nya sejak usia tamat sekolah dasar, seperti zaman sebelum era reformasi

(26)

 Potensi anak laki-laki dan Wanita sama untuk

punya skill bertenun

Jika dikaitkan dengan peran gender atau

pembagian kerja secara sosial, maka anak perempuan lebih berpotensi, bertenun

dikerjakan di rumah sambil menjalankan tugas dalam rumah lain nya

Streotype wanita dianggap lebih memenuhi

syarat untuk mempunyai skill bertenun : selain kemauan harus teliti, sabar, tekun,rajin & punya cita rasa seni dalam hal membuat motif &

kombinasi warna benang.

(27)

Usaha Tenun didominasi oleh wanita,sebagai anak tenun, pedagang tenun bahkan pengusaha songket, walau mereka bukan pencari nafkah utama dalam keluarga,bahkan masyarakat matriarkat wanita sangat dilindungi secara ekonomi. Kenyataan nya kerana wanita dominan dalam usaha bertenun, bahkan sebagian mereka adalah menjadi tulang punggung keluarga, secara otomatis penghasilan

prioritas digunakan untuk kebutuhan keluarga

(konsumsi, pendidikan &kesehatan), bikin rumah, pengembangan usaha, &biaya ongkos naik haji (ONH) bagi pengusaha.

(28)

 Pada waktu-waktu tertentu seperti musim

liburan, sesudah idul fitri,atau musim wisuda PTN/PTS Penjualan meningkat, sebelumnya kebutuhan produksi juga meningkat

 Belum ada insentif pada anak

tenun/pengrajin dalam menaikan jumlah produksi

 Tingkat upah masih rendah, kenaikan

permintaan pasar hanya dinikmati oleh pengusaha, belum dinikmati oleh segenap anggota masyarakatyang berpartisipasi dalam usaha tenun songket

(29)

 Akan membuat koperasi Tenun untuk

memperkuat posisi anak tenun/pengrajin tenun

 Sudah ada komitment dari deputi koperasi untuk

memberikan bantuan PNPM

(Prog.Nas.Pemberdayaan Masyarakat) Rp.100.000.000,-

 Pasar Seni Pandai Sikek untuk sarana menjual

produk dari anggota koperasi

 Lebih memfungsikan kaur ekonomi ktr Wali

Nagari untuk koordinir pengusaha songket

 Berupaya agar usaha Tenun menjadi primadona

(30)

 Pengusaha harus menyadari penting nya

menaikan upah anak tenun, kalo bisa bagi hasil yang proposional dengan anak tenun

 Orang tua berkewajiban mesosialisasikan skill

bertenun pada putra-putri nya sejak usia tamat SD sebagaimana dulu nya pendidikan ini sudah berjalan dengan baik

 Guru SD harus memesukan dalam

ekstrakurikulum skill bertenun dengan membuat prakarya yang dinilai kls 6 SD

 Wali Nagari agar selektif dalam memilih

pengurus koperasi agar mengakomodasi

kebutuhan pengrajin tenun, dan sebaiknya bisa mengkoordinir pengusaha untuk menaikan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 12 diatas dapat diketahui bahwa kondisi ekonomi di Kecamatan Cerme lebih baik dari pada Kecamatan Benjeng, hal ini ditunjukkan dengan penjumlahan

Pembelajaran ( learning ) adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara integrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa

Unsur menguasai secara melawan hukum (bermaksud memiliki), maksud unsur ini adalah penguasaan secara sepihak oleh pemegang sebuah benda, seolah-olah ia merupakan

Memberitahukan posisi menyusui yang benar yaitu pastikan ibu dalam posisi yang nyaman, wajah bayi menghadap payudara, hidung bayi menghadap puting, sebagian besar

Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari hakim tidak melaksanakan ketentuan dimaksud, penetapan sementara Pengadilan Niaga tersebut tidak mempunyai kekuatan

Berdasarkan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) terhadap motivasi belajar matematika

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasi dengan metode survei yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti hubungan

Penulis berpendapat penggunaan diskresi yang dilakukan oleh Kemenkumham tidak sesuai dengan kriteria dari diskresi yang terdapat dalam UU Nomor 30 Tahun 2014