ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PAKAIAN BUSANA
MUSLIM ANAK LAKI-LAKI DENGAN MENGGUNAKAN
METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC)
PADA CV. CENTRAL MAESTRO MANDIRI
SURABAYA
S
S
K
K
R
R
I
I
P
P
S
S
I
I
O
O
l
l
e
e
h
h
:
:
V
V
o
o
n
n
n
n
y
y
A
A
d
d
r
r
i
i
W
W
i
i
l
l
i
i
y
y
a
a
s
s
a
a
r
r
i
i
0
0
8
8
3
3
2
2
0
0
1
1
0
0
0
0
2
2
4
4
J
J
UR
U
R
US
U
SA
AN
N
T
T
E
EK
KN
NI
I
K
K
I
I
ND
N
DU
US
ST
T
R
R
I
I
F
F
AK
A
K
UL
U
L
T
T
A
AS
S
T
TE
EK
K
NO
N
O
L
L
O
O
G
GI
I
I
I
N
ND
DU
US
ST
TR
R
I
I
U
UN
NI
I
VE
V
E
R
RS
SI
I
T
T
AS
A
S
P
PE
EM
M
BA
B
AN
NG
G
UN
U
NA
AN
N
N
NA
AS
SI
I
O
O
N
NA
AL
L
“
“
V
VE
E
T
T
E
E
R
R
AN
A
N”
”
J
J
A
AW
WA
A
T
T
I
I
M
MU
UR
R
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PAKAIAN BUSANA MUSLIM ANAK
LAKI-LAKI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
ACTIVITY BASED COSTING (ABC)
PADA CV. CENTRAL MAESTRO MANDIRI
SURABAYA
Oleh :
VONNY ADRI W ILIYASARI 0832010024
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Negar a Lisan
Gelombang IV Tahun Ajar an 2011/2012
Mengetahui
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ir . Har i Pur woadi, MM Ir . Endang Pudji W, MMT
NIP. 19480828 198403 1 001 NIP. 19591228 198803 2 001
Mengetahui
Ketua J urusan Teknik Industri
UPN “ Veteran” J awa Timur
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulisan Tugas Akhir ini dengan
judul “Analisis Harga Pokok Produksi Pakaian Busana Muslim Anak Laki-laki
Dengan Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC) Pada CV. Central
Maestro Mandiri Surabaya” bisa terselesaikan.
Skripsi ini disusun guna mengikuti syarat kurikulum tingkat sarjana ( S1 )
bagi setiap mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
UPN “Veteran” Jawa Timur. Kami menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih
kurang sempurna, penulis menerima adanya saran dan kritik untuk
membenahinya.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan banyak sekali
bimbingan dan juga bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM selaku Ketua Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional
4. Bapak Ir. Sunardi, MT selaku Dosen Wali.
5. Bapak Ir. Hari Purwoadi, MM selaku dosen pembimbing I dan
Ibu Ir. Endang Pudji W, MMT selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing kami.
6. Ibu Ir. Yustina Ngatilah, MT dan Bapak Ir. M. Anang Fahrodji, MT
selaku penguji atas kesediannya dalam membimbing dan memberikan ide
gagasan dalam hal perbaikan tugas akhir ini.
7. Semua dosen yang pernah mengajar dan membimbing saya dan juga staff
UPN yang membantu saya dalam proses pencapaian Tugas Akhir ini.
8. Kedua orang tua saya Mama dan Papa, Adik-adik saya Donny Adri
Wicaksono dan Velysia Adri Wulandari terima kasih sebesar-besarnya
atas doa dan supportnya, tanpa kalian saya tidak akan bisa menyelesaian
tugas akhir ini. Untuk (Mas’ku) Wempi Fernando terima kasih atas
dukungan, bantuan, dan doanya sehingga kita bisa lulus bersama-sama,
semoga apa yang kita cita-citakan dapat tercapai dengan lancar,
Amien…beserta keluarga besar saya yang selalu membantu dan
menyemangati saya agar Tugas Akhir ini bisa cepat selesai.
9. Ibu Ir. Erlina P, MT selaku Kepala Laboratorium dan juga Teman-teman
dari Laboratorium Statistik dan Optimasi Industri yang mendukung
dalam pembuatan Tugas Akhir ini.
10.Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan Tugas Akhir ini
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang
dapat membantu penulis dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat sekaligus dapat menambah wawasan serta berguna bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Surabaya, 1 Februari 2012
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ………..i
Daftar Isi……..………..iv
Daftar Tabel……….vii
Daftar Gambar ………xii
Daftar Lampir an……….xiii
Abstr aksi………..xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……….1
1.2. Perumusan Masalah………. 2
1.3. Batasan Masalah……….. 2
1.4. Asumsi-asumsi……….3
1.5. Tujuan Penelitian………... 3
1.6. Manfaat Penelitian……….. 3
1.7. Sistematika Penulisan……….. 4
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Biaya………. 6
2.1.1. Akuntansi Untuk Perusahaan Industri………. 7
2.1.2. Siklus Akuntansi Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur………….8
2.2. Konsep Biaya………...9
2.2.1. Pengertian Biaya………..9
2.2.3. Harga Pokok Produksi……….. 12
2.3. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional………..14
2.3.1. Keterbatasan Cara Konvensional……….. 15
2.3.2. Dampak Cara Konvensional……….. 17
2.4. Activity Based Costing………...18
2.4.1. Definisi Activity Based Costing……….19
2.4.2. Alasan dan Tujuan Activity Based Costing……….. 22
2.4.3. Manfaat atau Kebaikan Tentang Activity Based Costing………..23
2.5. Perbedaan Antara Activity Based Costing dan Metode Tradisional……..24
2.6. Proses Produksi………..26
2.7. Langkah-langkah Activity Based Costing………..27
2.8. Penelitian Terdahulu………..30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 37
3.2. Identifikasi Variabel………...37
3.3. Langkah-langkah Pemecahan Masalah………..39
3.4. Metode Pengumpulan Data………42
3.5. Pengolahan Data……….43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data……….44
4.2.1. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan
Metode Konvensional………49
4.2.2. Penetapan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity
Based Costing……….51
4.2.2.1. Menggolongkan Aktivitas ke dalam Empat Kategori….51
4.2.2.2. Menentukan Cost Driver Untuk masing-
masing Aktivitas………..52
4.2.2.3. Menentukan Cost Pool Homogen………...65
4.2.2.4. Menentukan Pool Rate untuk masing-masing
Cost Pool……….70
4.2.2.5. Perhitungan Harga Pokok Produksi
Dengan Menggunakan Metode ABC……….97
4.3. Pembahasan………...100
4.3.1. Perbandingan BOP Antara Metode Konvensional Dengan
Metode ABC………100
4.3.2. Perbandingan HPP Antara Metode Konvensional Dengan
Metode ABC………105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan………..113
5.2. Saran………113
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAKSI
Dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, semua perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa, berusaha untuk meningkatkan kemampuannya agar dapat bertahan dalam persaingan. Suatu perusahaan yang ingin bertahan dan tumbuh dalam lingkungannya harus menganalisa terhadap segala kebijakan atau keputusan yang selama ini sudah digunakan di dalam perusahaan tersebut. Terutama terhadap nilai harga jual produk di pasaran yang diterima oleh konsumen (customer value) agar lebih terjangkau.
CV. Central Maestro Mandiri adalah suatu perusahaan manufaktur yang memproduksi pakaian jadi (garment) dengan produk pakaian anak-anak seperti busana muslim anak laki-laki, busana muslim anak perempuan, mukenah, kerudung,dll. CV. Central Maestro Mandiri Surabaya saat ini sedang dilema karena para konsumen menilai bahwa harga jual dipasaran untuk produk CV. Central Maestro Mandiri sedikit terlalu mahal. Seperti pakaian busana muslim terutama busana muslim laki-laki, mereka berharap setidaknya harga jual pakaian busana muslim anak-anak bisa bersaing dari harga yang sudah ada di pasaran.
Untuk itulah digunakan metode Activity Based Costing (ABC) pada penelitian ini untuk mengetahui apakah Harga Pokok Produksi yang sudah di tetapkan perusahaan sudah sesuai, sehingga harga jual produk yang ditentukan perusahaan bisa bersaing dan lebih menguntungkan bagi konsumen, sehingga untuk kedepannya bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk mengambil keputusan dalam penentuan Harga Pokok Produksi.
Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Harga Pokok produksi produk TA PK 1139 dari Rp 70.442,37 menjadi Rp 64.338,56 (overcosting), produk TA PL 1117 dari Rp 71.442,37 menjadi Rp 71.338,56 (overcosting), produk TA PK 1234 dari Rp 69.442,37 menjadi Rp 69.372,32 (overcosting), produk TA PK 1293 dari Rp 69.442,37 menjadi Rp 69.376,02 (overcosting), produk TA PL 0106 dari Rp 69.442,37 menjadi Rp 69.372,12 (overcosting).
ABSTRACT
In the era of globalization and free trade, all companies, both manufacturing and services company, seeks to improve its ability to survive in the competition. A company that wants to survive and grow in the environment must be analyzed for any policies or decisions that have been used in the company. Especially against the value of the product on the market price received by the consumer (customer value) to make it more affordable.
CV. Central Independent Maestro is a manufacturing company producing apparel (garment) with products such as children's clothing Moslem boys, Moslem girls, mukenah, hoods, etc.. CV. Maestro Independent Central Surabaya is currently a dilemma because the consumers felt that the market prices for the product CV. Central Independent Maestro bit too expensive. As the Muslim fashion clothing is mainly Moslem men, they hope at least the selling price of the Muslim fashion clothing kids can compete from a price already on the market. For that use Activity Based Costing (ABC) in this study was to determine whether the Cost of Production company that has been in charge was appropriate, so that the selling price is determined companies can compete and be more profitable for the consumer, so for the future could be considered for companies to take a decision in determination of Cost of Production.
Based on the obtained results the following conclusion: Cost of production of TAPK 1139 of Rp 70.442,37 to Rp 64.338.56 (overcosting), a product of the TAPL 1117 of Rp 71.442,37 to Rp 71.338,56 (overcosting), TAPK 1234 products of Rp 69.442,37 to Rp 69.372,32 (overcosting), TAPK 1293 products of Rp 69.442,37 to Rp 69.376,02 (overcosting), TAPL 0106 products of Rp 69.442,37 to Rp 69.372,12 (overcosting).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belaka ng
Dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, semua
perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa, berusaha untuk
meningkatkan kemampuannya agar dapat bertahan dalam persaingan. Suatu
perusahaan yang ingin bertahan dan tumbuh dalam lingkungannya harus
menganalisa terhadap segala kebijakan atau keputusan yang selama ini sudah
digunakan di dalam perusahaan tersebut. Terutama terhadap nilai harga jual
produk di pasaran yang diterima oleh konsumen (customer value) agar lebih
terjangkau.
CV. Central Maestro Mandiri adalah suatu perusahaan manufaktur yang
memproduksi pakaian jadi (garment) dengan produk pakaian anak-anak seperti
busana muslim anak laki-laki, busana muslim anak perempuan, mukenah,
kerudung,dll untuk dikonsumsi oleh masyarakat kita karena produknya sudah
mencapai skala nasional. Sebagai perusahaan pembuat pakaian jadi CV. Central
Maestro Mandiri perlu memperhatikan kualitas dan harga produknya agar tetap
bertahan dalam persaingan nasional.
CV. Central Maestro Mandiri Surabaya saat ini sedang dilema karena para
konsumen menilai bahwa harga jual dipasaran untuk produk CV. Central Maestro
Mandiri sedikit terlalu mahal. Seperti pakaian busana muslim terutama busana
muslim anak laki-laki, mereka berharap setidaknya harga jual pakaian busana
Untuk itulah digunakan metode Activity Based Costing (ABC) pada
penelitian ini untuk mengetahui apakah Harga Pokok Produksi yang sudah di
tetapkan perusahaan sudah sesuai, sehingga harga jual produk yang ditentukan
perusahaan bisa bersaing dan lebih menguntungkan bagi konsumen, sehingga
untuk kedepannya bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk
mengambil keputusan dalam penentuan Harga Pokok Produksi.
1.2. Per umusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, penelitian merumuskan permasalahan sebagai
berikut :
“Seberapa besar harga pokok produksi pakaian busana muslim anak
laki-laki dengan menggunakan Activity Based Costing di CV. Central Maestro
Mandiri ”?.
1.3. Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang lebih luas, maka penulis membatasi
masalah sebagai berikut :
1. Produk yang diteliti adalah produk yang diproduksi oleh CV Central Maestro
Mandiri yaitu produk busana muslim anak laki-laki model TA PK 1139,
TA PL 1117, TA PK 1234, TA PK 1293 dan TA PL 0106.
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data historis perusahaan dari
3. Analisa harga pokok produksi dengan membandingkan antara sistem
akuntansi biaya konvensional dan Activity Based Costing (ABC).
4. Data penelitian yang digunakan adalah pada saat proses produksi berlangsung.
1.4. Asumsi - Asumsi
Dalam penelitian ini asumsi yang digunakan adalah :
1. Produksi berjalan dengan lancar.
2. Persediaan bahan baku tersedia dengan baik.
3. Mesin dan Peralatan atau fasilitas produksi dalam keadaan normal.
4. Harga bahan baku utama dan bahan baku pembantu dianggap konstan.
5. Tarif tenaga kerja yang digunakan selama penelitian adalah konstan.
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Mengetahui harga pokok produksi busana muslim anak laki-laki dengan
metode Activity Based Costing (ABC).
1.6. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
sebagai masukan tentang bagaimana cara menentukan harga pokok produksi
dengan metode yang lebih akurat (metode ABC) agar tidak terjadi distorsi
harga, sehingga perusahaan memperoleh laba yang sesuai seperti yang telah
2. Bagi Mahasiswa
Mengetahuui secara lebih teliti tentang penetapan harga pokok produksi
dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC).
3. Bagi Universitas
Menambah literatur yang berguna bagi dunia pendidikan, khususnya pada
perguruan tinggi.
1.7. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, asumsi, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori dan konsep yang dijadikan dasar atau landasan
didalam pemecahan masalah dan hipotesa.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi langkah – langkah pemecahan yang diperlukan dalam
penelitian ini, yang meliputi tempat dan waktu penelitian, identifikasi
dan definisi variabel, langkah – langkah pemecahan masalah, metode
pengambilan data dan analisis data.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi pengumpulan data, pengolahan data dan pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi uraian mengenai kesimpulan dari pembahasan serta
beberapa saran untuk perbaikan.
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dikemukakan beberapa teori yang berhubungan
langsung dengan masalah, sehingga dengan adanya dasar teori diharapkan dapat
lebih mudah dalam melakukan pembahasan serta dapat digunakan sebagai
pedoman untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh perusahaan yang
menjadi obyek penelitian.
2.1. Akuntansi Biaya
Istilah akuntansi memang telah dikenal sebagai ilmu yang menangani
masalah keuangan. Sedangkan definisi akuntansi adalah suatu proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan sehingga
dengan mudah dapat disajikan data yang dapat digunakan yang berkepentingan
untuk membuat data.
Ilmu akuntansi terbagi menjadi beberapa bagian, Diantaranya adalah
akuntansi yang khusus menangani masalah biaya atau disebut juga dengan
akuntansi biaya. Akuntansi biaya adalah akuntansi yang bertujuan untuk
menyediakan informasi bagi manajemen, merupakan proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya-biaya pembuatan, penjualan
produk, atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu serta penyajian terhadap
2.1.1. Akuntansi Untuk Per usahaan Industr i
Perbedaan utama antara dagang dengan perusahaan industri bahwa dalam
perusahaan dagang, barang yang akan dijual kembali melalui proses produksi,
sedangkan perusahaan industri tidak membeli barang dalam keadaan siap dijual
tetapi mengolah bahan baku untuk diproses menjadi barang jadi untuk kemudian
dijual sebagai barang dagangan.
Perusahaan industri membeli bahan baku untuk diubah menjadi barang
jadi. Sebagai contoh misalnya bahan baku yang dibeli oleh suatu perusahaan
industri kecil adalah barang tenun yang kemudian diproses sedemikian rupa
sehingga menjadi barang jadi yang berupa tekstil. Istilah bahan baku dan barang
jadi yang digunakan dalam akuntansi adalah ditinjau dari segi masing-masing
perusahaan industri. Sebagai contoh barang tenun adalah bahan baku pada
perusahaan tekstil dan merupakan barang jadi pada industri permintaan sedangkan
tekstil merupakan bahan baku untuk industri konveksi.
Didalam proses perubahan bahan baku menjadi barang jadi,
perusahaan-perusahaan industri menggunakan tenaga kerja, mesin-mesin, dan membutuhkan
pula berbagai keperluan utilitas air, listrik, gas, dan sebagainya yang
menimbulkan biaya.
Karena adanya masalah-masalah khusus ini maka sistem akuntansi untuk
perusahaan industri harus diperluas untuk menampung berbagai jenis biaya-biaya
produksi, begitu pula laporan-laporan keuangan perlu disesuaikan agar bisa
menggambarkan biaya produksi dan berbagai jenis persediaan yang biasanya
terdapat pada perusahaan-perusahaan industri. Mengalokasikan biaya-biaya
Untuk dapat mengimplementasikan ABC System, manajemen harus
berdasarkan pada hirarki yang ada dalam ABC System Hirarki tersebut
memberikan suatu cara pemikiran yang terstruktur bagi manajemen mengenai
hubungan antara aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsi dengan demikian
manajemen membedakan upah langsung, bahan langsung dan biaya listrik yang
dikonsumsi pada tingkat unit dari biaya sumber daya yang digunakan untuk
memproses atau mendukung suatu produk atau fasilitas.
2.1.2. Sik lus Akuntansi Biaya Dalam Per usahaan Manufaktur
Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan sangat dipengaruhi oleh siklus
kegiatan usaha perusahaan tersebut. Siklus kegiatan perusahaan dagang dimulai
dengan pembelian barang dagangan dan tanpa melalui pengolahan lebih lanjut,
diakhiri dengan penjualan kembali barang dagangan tersebut. Dalam perusahaan
tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok barang
dagangan yang dibeli dan berakhir dengan penyajian harga pokok barang
dagangan yang dijual. Tujuan akuntansi biaya dalam perusahaan dagang adalah
untuk menyajikan harga pokok barang dagangan yang dijual, biaya administrasi
dan umum, serta biaya pemasaran.
Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur digunakan untuk
mengikuti proses pengolahan produk, sejak dari dimasukkannya bahan baku
Gambar 2.1. Siklus Pembuatan produk dan Siklus akuntansi biaya
2.2. Konsep Biaya
2.2.1. Penger tian Biaya
Konsep biaya mendefinisikan biaya dalam arti luas adalah pengorbanan
sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Dari definisi diatas ada empat unsur pokok yang dapat disimpulkan, yaitu :
a. Hanya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
b. Diukur dalam satuan uang
c. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
Dari definisi diatas dapat dijelaskan bahwa biaya merupakan segala
sesuatu yang harus dikorbankan atau dikeluarkan untuk mencapai hasil tertentu
pada saat sekarang atau dimasa yang akan datang. Segala sesuatu disini dapat
berupa benda, waktu, tenaga maupun kesempatan. (Mulyadi, 2007 : 8)
Berikut definisi biaya menurut beberapa sumber antara lain :
1. Menurut (Hansen & Mowen, 2004 : 40), biaya didefinisikan sebagai kas atau
nilai kuivalen kas yangdikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang
diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi
organisasi.
2. Sedangkan menurut (Supriyono, 2000 : 185), biaya adalah pengorbanan
ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa.
3. Menurut (Henry Simamora, 2002 : 36), Biaya adalah kas atau nilai setara kas
yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat
pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi.
4. Menurut (Mulyadi, 2001 : 8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis
yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
5. Menurut (Mulyadi, 2007 : 24), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi
yang diukurdalam sauan uang, yang telah terjadi atau yang kemudian akan
terjadi tujuan tertentu (didalam arti luas). Sedangkan dalam arti yang lebih
sempit, biaya diartikan sebangai pengorbanan sumber ekonomi untuk
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya sebagai suatu
pengorbanan atas suber-sumber (ekonomi) untuk mendapatkan sesuatu yaitu
pendapatan.
2.2.2. Klasifikasi Biaya
Dengan menggunakan sistem tradisional, biaya variabel adalah biaya yang
berubah sesuai dengan volume produksi. Contohnya termasuk : material langsung,
biaya tenaga listrik (Power Costs) dan sebagainya.
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah sesuai dengan volume
produksi. Biaya tetap termasuk mayoritas dari biya overhead.
Biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Biaya bahan
2. Biaya tenaga kerja
3. Biaya overhead pabrik
Biaya bahan adalah nilai uang dari penggunaan bahan yang diolah
menjadi produk selesai. Biaya bahan dapat dipisahkan menjadi dua biaya bahan
baku dan biaya bahan pembantu.
Biaya bahan baku adalah nilai uang yang digunakan dalam proses
produksi, sedangkan biaya bahan pembantu adalah nilai uang dari bahan
pembantu yang digunakan dalam proses produksi.
Biaya tenaga ker ja adalah upah dari tenaga yang mengerjakan proses
produksi. Biaya ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya tenaga kerja
Biaya tenaga k er ja langsung adalah upah tenaga kerja yang mengolah
bahan baku secara langsung. Sedangkan biaya tenaga ker ja tidak langsung.
Biaya over head pabr ik adalah semua komponen biaya produksi selain biaya
bahan baku dn biaya tenaga kerja langsung.
2.2.3. Har ga Pokok Pr oduksi
Biaya produksi menurut (Mulyadi, 2007 : 65) yang dimaksud biaya
produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penggolongan bahan baku
menjadi produk.
Harga pokok produksi ini memegang peranan sangat penting dalam suatu
perusahaan. Jika penetapan harga pokok produksi tidak tepat maka akan
mempunyai dampak untuk jangka panjang, yaitu yang berkaitan dengan strategi
perusahaan dan posisi perusahaan dalam persaingan bisnis. Untuk itu perhitungan
harga pokok produksi harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati dengan
memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan harga produk.
Tanpa memperhatikan jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan yaitu
produk massa, atau pesanan maka sebelum barang-barang tersebut dijual, para
manajer harus terlebih dahulu menghitung harga pokok produknya. Harga pokok
produksi ini mendalam suatu perusahaan, jika penetapan harga pokok produksi
tidak tepat maka akan mempunyai dampak untuk jangka panjang, yaitu yang
berkaitan dengan strategi perusahaan atau posisi perusahaan dalam persaingan
bisnis. Untuk itu perhitungan harga pokok produksi harus dilakukan dengan teliti
dan hati-hati dengan memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan
Sedangkan unsur-unsur dalam harga pokok produksi adalah :
1. Bahan baku langsung
Adalah bahan baku yang secara fisik menjadi bagian dari produk dan dapat
secara langsung ditelusuri pada produk-produk yang dihasilkan, misalnya
kayu untuk meja, baju untuk bahan mobil, kain untuk membuat baju.
2. Tenaga kerja langsung
Adalah tenaga kerja yang secara khusus diidentifikasikan dengan produksi
suatu produk tertentu dan manyumbang secara langsung untuk penyelesaian
produk. Misalnya, para pekerja yang memasang onderdil dari televisi.
3. Overhead pabrik
Kelompok ini terdiri dari semua biaya pabrik lainnya yang penting tetapi di
luar biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya
overhead pabrik ini berisi semua biaya tidak langsung dalam proses
manufaktur, seperti biaya bahan baku tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak
langsung, dan biaya bersama yang digunakan secara bersama-sama dalam
perusahaan. Biaya-biaya pabrik ini dapat secara langsung diidentifikasikan
dengan produk.
Menurut (Amin Widjaja Tunggal, 1993 : 76) (Dikutip dari skripsi EErrlliinn KoKoeess
D
Deewwii YY,, ((00223232010100119944)),, UUPPN N ““VVeetteerraann JJaattiimm,, 20200077) )
Keterangan :
• HPP : Harga Pokok Produksi
• BBB : Biaya Bahan Baku
• BOP : Biaya Overhead Pabrik
2.3. Sistem Ak untansi Biaya Tradisional
Agar mampu bersaing dalam era globalisasi dan perusahaan tidak rugi,
maka dalam menetapkan biaya perusahaan selalu menggunakan sistem tradisional,
sistem ini berasumsi bahwa produk yang menimbulkan biaya sehingga
biaya-biaya yang terjadi harus dilakukan ke produk yang bersangkutan, sehingga jika
volume produk semakin besar maka biayanya akan semakin tinggi.
Perhitungan harga pokok produk tradisional hanya membebankan biaya
produksi ke produk. Pembebanan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung pada produk, tidak memiliki tantangan khusus. Biaya-biaya ini
dibebankan pada produk dengan menggunakan penelusuran pendorong yang
sangat akurat, dan sebagian besar sistem biaya tradisional di desain untuk
memastikan bahwa penelusuran ini dilakukan. Di sisi lain, biaya overhead
memiliki masalah lain, Hubungan antara pemasukan dan pengeluaran yang secara
fisik dapat diamati yang terdapat antara biaya tenaga kerja langsung, bahan baku
langsung, dan produk tidak tersedia bagi biaya overhead. Karenanya pembebanan
biaya overhead harus bergantung pada penelusuran pendorong (dan mungkin
alokasi). Pada sistem biaya tradisional, hanya pendorong kegiatan berdasarkan
unit yang digunakan untuk membebankan biaya pada produk.
Dalam sistem biaya tradisional, untuk membebankan biaya ke produk di
gunakan penggerak aktifitas tingkat unit (unit level drivers), karena ini merupakan
diproduksi. Contoh penggerak tingkat unit yang secara umum digunakan untuk
membebankan overhead meliputi :
1. Unit yang diproduksi
2. Jam tenaga kerja langsung
3. Tenaga keja langsung
4. Jam mesin
5. Bahan baku langsung
Akuntansi biaya tradisioanal didesain untuk perusahaan manufaktur
perusahaan yang kegiatan pokoknya mengolah bahan baku menjadi produk jadi
dan menjual produk jadi tersebut kepada customer.
Menurut (Hansen dan Mowen, 2006 : 142), Perhitungan biaya produk
dalam sistem biaya tradisional menggunakan penggerak aktivitas tingkat unit (unit
activity cost drivers). “Penggerak aktivitas tingkat unit adalah faktor yang
menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang
diproduksi, Contoh penggerak aktivitas tingkat unit yang pada umumnya
digunakan untuk membebankan overhead meliputi: unit yang diproduksi, jam
tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, dan biaya bahan
baku langsung.
2.3.1.
Keter batasan Car a KonvensionalSistem biaya konvensional dirancang berdasarkan kondisi teknologi
manufaktur pada masa lalu. Sistem biaya ini dianggap sudah usang, tidak dapat
kebutuhan pengambilan keputusan strategi perusahaan dan memberi pemecahan
yang baik.
Dalam sistem biaya konvensional, biaya yang timbul sebagai pemakaian
sumber daya yang dialokasikan pada produk berdasarkan tenaga kerja langsung,
pemakaian bahan baku. Dengan demikian akuntansi biaya tradisional yang hanya
menitik beratkan pada biaya produksi pada fase produksi tidak lagi mampu
menghasilkan biaya yang relevan dengan kebutuhan perusahaan yang bersaing
secara global. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi penggunaan sumber
daya dan aktivitas dalam proses produksi tidak lagi tergantung pada volume
produksi. Akibatnya pengalokasian biaya dengan sistem biaya konvensional
mengalami distorsi, sehingga dalam menetapkan harga pokok produk kurang tepat
bagi masing-masing produk.
Dalam menghitung biaya produksi berdasarkan biaya konvensional,
pembebanan biaya bahan langsung dan tenaga kerja langsung dapat langsung
ditelusuri sampai ke suatu produk. Sistem biaya konvensional (tradisional) yang
banyak digunakan perusahaan tidak dapat memperhitungkan biaya- biaya tidak
langsung ke produk menggunakan dasar alokasi seperti jam tenaga kerja langsung
atau jam mesin”.
Sedangkan menurut (Bastian Bustami. N 2009), “sistem akuntansi
konvensional mengklasifikasikan biaya atas biaya langsung dan biaya tidak
langsung, untuk pembebanan biaya menggunakan ukuran volume produksi, jam
kerja langsung atau jam mesin”.
Kelemahan dan Kelebihan Sistem Biaya Konvensional (tradisional)
1. Hanya menggunakan jam kerja untuk mengalokasikan biaya overhead dari
pusat biaya ( cost pool ) ke produk atau jasa.
2. Hanya menggunakan dasar alokasi yang volume related untuk
mengalokasikan biaya overhead dari cost pool pada produk atau jasa.
Sedangkan kelebihan dari sistem biaya konvensional (tradisional) adalah :
1. Mudah diterapkan dan cenderung simpel.
2. Memudahkan manager untuk melakukan perhitungan karena tidak banyak
menggunakan cost driver dalam pengalokasian biaya overhead.
3. Mudah diaudit karena cost driver yang digunakan sedikit, biaya overhead
dialokasikan berdasarkan aktivitas-aktivitas.
(http://crpinky.blogspot.com/2010/05/jurnal-sendiri.html).
2.3.2.
Dampak Car a KonvensionalKarena keterbatasan dalam melakukan overhead pabrik maka perhitungan
dengan cara konvensional mengakibatkan harga pokok produksi kurang tepat.
Kekurang tepatan itu antara lain :
1. Distorsi terhadap biaya produksi, distorsi ini berarti biaya produksi tidak
dilaporkan secara semestinya (Amin Widjaja Tunggal, 2000 : 147)
menjelaskan bahwa volume yang rendah dari produk dan biaya terlalu rendah
(undercosted). Sedangkan komuditas yang terlalu (overcosted) biaya produk
yang bervolume tinggi maka akan mengakibatkan kekalahan dalam masalah
penawaran harga dengan pesaing. Sedang penawaran oleh pesaing yang
harganya lebih rendah, maka akan mengurangi kemampuan untuk
2. Karena cara konvensional menekankan pada dasar alokasi yang berbasis unit
yang biasanya menggunakan driver jam kerja langsung dan jam mesin yang
akan mengakibatkan penekanan pada efisiensi upah dan meningkatkan volume
produksi. Efisiensi terhadap upah cenderung memperkecil jam pekerja yang
digunakan untuk produksi, sebaliknya volume produksi ditingkatkan.
2.4. Activity Based Costing
Activity based Costing (ABC) adalah sistem informasi biaya berbasis
aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan
biaya dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas. Activity based costing
didesain dengan keyakinan dasar bahwa biaya hanya dapat dikurangi secara
signifikan melalui pengelolaan terhadap penyebab timbulnya biaya, yaitu
aktivitas. Pengelolaan aktivitas ditujukan untuk mengarahkan seluruh aktivitas
organisasi ke penyediaan produk atau jasa bagi kepentingan pemuasan kebutuhan
customers. Pada tahap awal perkembangannya, ABC hanya dimanfaatkan untuk
menghasilkan kos produk yang akurat, dengan fokus pada biaya overhead pabrik,
yang dibebankan kepada produk berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi oleh
produk. (Mulyadi, 2003 : 53)
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa obyek biaya seperti produk
atau jasa mengkonsumsi sejumlah aktivitas tertentu, sehingga dapat diketahui
aktivitas apa saja yang mendukung suatu produk. Sedangkan
aktivitas-aktivitas tersebut juga mengkonsumsi sejumlah sumber daya yang tertentu pula,
sehingga dapat diketahui sumber daya apa saja yang menyusun suatu aktivitas.
Gambar 2.2 : Model Activity Based Costing secara logika-logika
(Mulyadi, 2007 : 53), “Activity Based Costing adalah metode penentuan
harga pokok produk yang ditujukkan untuk menyajikan informasi harga pokok
produk secara cermat (accurate) bagi kepentingan manajemen, dengan mengukur
secara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk
menghasilkan produk”.
2.4.1. Definisi Activity Based Costing
Para ahli manajemen biaya memberikan definisi ABC menurut (Amin
Widjaja Tunggal, 2003 : 20) sebagai berikut :
1. L. Gayle Raybur n
Dalam buku Cost Accounting-Using Cost Management Approach, (Gayle,
1993 : 117), Gayle mendefinisikan ABC sebagai berikut :
ABC mengakui bahwa pelaksanaan aktivitas menimbulkan konsumsi sumber
daya yang dicatat sebagai biaya. “Kalkulasi biaya berbasis transaksi” adalah
nama lain untuk ABC. Tujuan ABC adalah mengalokasi biaya ke transaksi
dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian
mengalokasi biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian
aktivitas setiap produk).
2. Wayne J . Mor se, James R. Davis dan Al. L. Har tgr aves.
Dalam buku Management Accounting (Wayne, 1991 : 605), mendefinisikan
ABC sebagai berikut :
Pengalokasian dan pengalokasian kembali ke biaya obyek biaya dengan dasar
aktivitas yang menyebabkan biaya ABC, bahwa aktivitas menyebabkan biaya
dan biaya aktivitas harus dialokasikan ke obyek biaya dengan dasar aktivitas
biaya tersebut konsumsikan. ABC menelusuri biaya ke produk dengan dasar
aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut.
3. Les Heitger , Pekin Ogan dan Ser ge Matulich
Dalam buku Cost Accounting (Les Heitger, 1992 : 18), mendefinisikan ABC
sebagai :
Proses mengidentifikasi sumber atau penyebab biaya dalam manufakturing
atau aktivitas usaha lain. Sumber biaya ini, dinamakan
pemacu/pemandu/penyebab biaya, digunakan sebagai dasar untuk
mengidentifikasi dan mengalokasikan biaya ke aktivitas dan akhirnya ke
produk yang mengkonsumsi aktivitas ini.
Sehubungan dengan pembahasan Activity Based Costing ada beberapa
istilah yang perlu diketahui menurut (Mulyadi, 2003 : 14) antara lain :
1. Aktivitas (Activity)
Suatu aktivitas adalah suatu proses atau prosedur yang menghasilkan
pekerjaan, dan dengan demikian mengkonsumsi sumber daya. Sebagai contoh,
suatu aktivitas adalah memasukkan rincian pesanan pelanggan pada suatu
2. Unit-Level Activity
Suatu Unit-Level Activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh
produk/jasa berdasarkan unit yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut. Sebagai
contoh adalah aktivitas produksi dikonsumsi oleh produk berdasarkan jumlah
unit produk yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut. Basis pembebanan biaya
aktivitas ke produk yang menggunakan jumlah unit produk, jam mesin, atau
jam tenaga kerja langsung.
3. Batch-Level Activity
Suatu Batch-Level Activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh
produk/jasa berdasarkan jumlah batch produk yang diproduksi. Batch adalah
sekelompok produk/jasa yang diproduksi dalam satu kali proses.
4. Product-Level Activity
Suatu Product-Level Activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh
produk/jasa berdasrkan jenis produk yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut.
Sebagai contoh adalah aktivitas desain dan pengembangan produk di
konsumsi oleh produk berdasarkan jenis produk yang dihasilkan oleh aktivitas
tersebut. Oleh karena itu, biaya aktivitas desain dan pengembangan
dibebankan kepada produk berbasis lamanya waktu yang diperlukan untuk
mendesain dan mengembangkan produk.
5. Facility-Level Activity
Suatu Facility-Level Activity adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh
produk/jasa berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh produk yang diproduksi.
proses pembuatan produk atau penyerahan jasa. Contoh Facility-Level Activity
adalah biaya depresiasi, biaya asuransi.
6. Cost Driver
Suatu Cost Driver suatu tolak ukur dari frekuensi dari intensitas dari
permintaan yang ditempatkan pada aktivitas oleh obyek biaya. Contohnya
adalah jumlah angka komponen, jumlah jam penguji, dan lain-lain.
2.4.2. Alasan dan Tujuan Activity Based Costing
Penggunaan teknologi maju dalam proses manufaktur menyebabkan
kenaikan yang signifikan prosentase biaya overhead pabrik dalam struktur biaya
produk. Besarnya proporsi biaya overhead pabrik dalam keseluruhan biaya produk
tersebut memaksa manajemen untuk tidak sekedar mengalokasikan biaya tersebut
kepada produk, namun mendorong manajemen untuk mencari cara agar mereka
mampu mengelola biaya tersebut. Biaya overhead pabrik bukan terjadi untuk
sekedar dialokasikan kepada produk yang menikmati terjadinya biaya tersebut,
tetapi biaya overhead pabrik mencerminkan konsumsi sumber daya dalam
pelaksanaan kegiatan tertentu. Biaya overhead yang besar memerlukan teknologi
pengelolaan biaya yang dirancang untuk memungkinkan manajemen memantau
konsumsi sumber daya dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan untuk
menghasilkan suatu produk.
Tujuan ABC system antara lain:
• Berfokus ke pengurangan biaya, pada pengendalian biaya dalam akuntansi
biaya tradisional. Pengendalian biaya difokuskan hanya terhadap biaya
berkurang jika personel melakukan tindakan terhadap sesuatu yang menjadi
penyebab timbulnya biaya yaitu aktivitas. ABC system menyediakan
informasi tentang aktivitas, yang memampukan personel organisasi
melakukan pengelolaan terhadap aktivitas, sehingga pengurangan biaya
menjadi dapat terwujud.
• ABC system mengubah cara melaksanakan bisnis, sistem informasi biaya yang
mengubah cara yang digunakan oleh manajemen dalam pengelolaan bisnis.
Jika dalam manajemen tradisional, pengelolaan bisnis diubah menjadi
pengelolaan aktivitas. (Mulyadi, 2003 : 51)
2.4.3 Manfaat atau Kebaikan Tentang Activity Based Costing
Cara menghitung dengan menggunakan Activity Based Costing diharapkan
akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi manajemen dan bagi perusahaan.
Adapun manfaat menurut (Amin Widjaja Tunggal, 2003 : 23) antara lain sebagai
berikut :
1. Suatu kajian Activity Based Costing dapat menyakinkan manajemen bahwa
mereka harus mengambil suatu langkah untuk lebih competitive. Sebagai
hasilnya, mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu secara simultan
sambil memfokuskan pada pengurangan biaya. Analisis biaya dapat menyoroti
secara benar-benar bagaimana mahalnya proses manufacturing. Pada
gilirannya dapat memacu aktifitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki
mutu dan pengurangan biaya.
2. Dalam ukuran performa (Performince Measures), Activity Based Costing
(Value Added Cost) dan biaya tidak bernilai tambah (Non Value Added Cost)
Selanjutnya biaya yang tidak bernilai tambah dapat dikurangi dengan cara :
•Menghilangkan suatu aktivitas (activity elimination)
•Menyeleksi suatu aktivitas (activity selection)
•Mengurangi suatu aktivitas (activity reduction)
•Membagi suatu aktivitas (activity sharing)
Dengan dikembangkan metode activity based costing ini tentunya disertai
harapan bahwa activity based costing mampu mengurangi metode yang ada.
Kelebihan dari Activity Based Costing yaitu :
1. Activity based costing dapat mengatasi distorsi volume dan produk serta
melaporkan biaya produk lebih akurat dari pada sistem akuntansi biaya
konvensional.
2. Activity based costing mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang
menimbulkan biaya tersebut, sehingga hubungan aktivitas dengan biaya
overhead lebih dapat dipahami.
3. Activity Based Costing System membantu manajer untuk melakukan koreksi
atas aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan sehingga akan menghemat
waktu produksinya.
2.5. Per bedaan antar a Activity Based Costing dan Metode Tradisional
Menurut (Amin Widjaja Tunggal, 2003 : 26) perbedaan Activity Based
Costing dibanding metode tradisional adalah :
1. Activity Based Costing (ABC) menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai
setiap produk mengkonsumsikan. Sistem tradisional mengalokasi overhead
berdasarkan satu atau dua basis alokasi.
2. Activity Based Costing (ABC) membagi konsumsi overhead kedalam empat
kategori : unit, batch, produk, dan penopang fasilitas. Sistem tradisional
membagi biaya overhead kedalam unit dan yang lain. Activity Based Costing
(ABC) memfokus pada sumber biaya, tidak hanya dimana sumber biaya
terjadi. Ini mengakibatkan lebih berguna untuk pengambilan keputusan.
Manajemen dapat mengikuti bagaimana biaya timbul dan menemukan
cara-cara untuk mengurangi biaya.
3. Fokus Activity Based Costing (ABC) adalah pada biaya, mutu, dan faktor
waktu. Sistem tradisional terutama memfokus pada kinerja keuangan jangka
pendek, seperti laba, dengan cukup akurat. Apabila sistem tradisional
digunakan untuk penetapan harga dan untuk mengidentifikasi produk yang
menguntungkan, angka-angkanya tidak dapat diandalkan/dipercaya.
4. Activity Based Costing (ABC) mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil
untuk analisis daripada sistem tradisional, karena kelompok biaya (cost
pools) dan pemacu (drivers) jauh lebih akurat dan jelas.
Sistem biaya tradisional tidak memisahkan overhead kedalam biaya yang
berhubungan dengan batch produksi dari produk yang biayanya merupakan
penopang produk (product sustaining), seperti aktivitas penyiapan mesin dan
peralatan dengan penanganan material.
Keuntungan utama menggunakan Activity Based Costing (ABC) adalah
kemampuannya untuk mengukur konsumsi overhead berdasarkan aktivitas dan
tepat dengan Activity Based Costing (ABC), karena overhead penopang
aktivitas tidak mencakup banyak aktivitas yang dapat dikaitkan secara langsung
ke produk.
2.6. Pr oses Pr oduksi
CV. Central Maestro Mandiri adalah sebuah garment yang memproduksi
pakaian jadi anak-anak antara lain : busana muslim perempuan, busana muslim
laki-laki, mukenah, kerudung,dll. Adapun data yang diambil adalah data
pembuatan busana muslim anak laki-laki TA PK 1139, TA PL 1117, TA PK
1234, TA PK 1293 dan TA PL 0106. Proses produksinya secara umum dapat
diilustrasikan sebagai berikut :
1. Pihak CV. Central Maestro Mandiri memotong kain secara manual sesuai
dengan ukuran yang dibutuhkan.
2. Setelah kain dipotong, dijahit sesuai dengan pola yang diinginkan.
3. Kemudian kain tersebut akan diproses untuk melewati beberapa tahap, seperti:
mesin bordir, mesin obras, mesin jahit, mesin lubang, mesin kancing.
4. Proses tersebut sudah termasuk pemberian aksesoris, seperti : kancing,
resleting, dll.
5. Setelah selesai melewati beberapa proses tersebut, lalu akan melewati bagian
Quality Control, Jika sudah sesuai dengan yang dipesan maka akan langsung
Gambar 2.3. Flow Sistem Produksi
Data yang diambil berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dan juga
data-data yang dimiliki oleh perusahaan.
2.7. Langkah-langkah Activity Based Costing
Tahap-tahap dalam mengimpletasikan Activity Based Costing System
adalah sebagai berikut menurut (Mulyadi, 2003 : 14).
1. Tahap Per tama
Pada tahap pertama penentuan harga pokok produksi berdasarkan aktivitas
meliputi empat langkah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas dan
biaya-biaya yang terkait. Pada tahap ini biaya-biaya dari masing-masing aktivitas
dikelompokkan ke dalam suatu cost pool (kelompok biaya). Identifikasi
aktivitas-aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam empat kategori
aktivitas yaitu :
Merupakan aktivitas yang dilakukan setiap satu unit produksi, besar
kecilnya aktivita ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang diproduksi.
Termasuk didalamnya : Biaya bahan pembantu, biaya listrik, biaya
penyusutan mesin dan biaya konsumsi.
b. Batch Level Activity
Merupakan aktivitas yang dilakukan setiap satu batch produk yang
diproduksi. Termasuk didalamnya : Biaya Pemeliharaan Mesin dan biaya
transportasi.
c. Product Level Activity
Merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produksi produk
yang berbeda. Termasuk didalamnya : Biaya pemeliharaan kendaraan.
d. Fasility Level Activity
Merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produksi produk
secara umum. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah : biaya peralatan
dan instalasi mesin, biaya pemeliharaan gedung.
2. Menentukan cost driver untuk masing-masing aktivitas
Pemicu biaya (cost driver) adalah setiap faktor yang menyebabkan
perubahan dalam biaya suatu aktivitas. Beberapa contoh cost driver adalah
jumlah jam mesin, jumlah unit produksi dan sebagainya.
3. Menentukan cost pool homogen
Setelah menentukan untuk setiap biaya dari aktivitas overhead, kemudian
akan diperiksa apakah cost pool pada setiap kategori aktivitas ada yang
homogen atau tidak. Jadi agar dapat dimasukkan ke dalam suatu kelompok
secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua
produk. Rasio konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang
dikonsumsi untuk setiap produk. Rasio tersebut dihitung dengan cara
membagi jumlah suatu aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan
jumlah seluruh aktivitas.
• Menentukan pool rate untuk masing-masing cost pool
Tarif kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver
yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas (cost pool).
2. Tahap Kedua
Tahap kedua ini menelusuri dan membebankan biaya tiap cost pool ke produk.
Jadi biaya untuk setiap kelompok biaya overhead dilacak keberbagai jenis
produk. Hal ini dilaksanakan dengan menggunakan dengan menggunakan tarif
kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk. Ukuran ini merupakan
penyederhanaan kuantitas cost driver yang digunakan oleh setiap produk.
Sumber : (Amin Widjaja Tunggal, 1993 : 76) (Dikutip dari skripsi AArrggoo WWiiddoododo, ,
(
(0000332200110037371)1),, UUPPNN ““VVeetteerraann JJaattiimm,, 22000055))
Keterangan : Tarif kelompok adalah tarif biaya overhead per unit cost driver
2.8. Penelitian Terdahulu
Adapun Penelitian Terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam
penelitian ini yaitu:
1.Masyhudi AM
Judul : Analisis Biaya Dengan Metode Acvitity Based Costing Kepaniteraan
Klinik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unissula Di Rumah Sakit Pendidikan
(Studi Kasus Di Rumah Sakit Sultan Agung).
Abstraksi
Pendidikan dokter merupakan pendidikan Akademik-Profesional. Artinya
harus ada pengalaman belajar klinik dalam bentuk Kepaniteraan Klinik dan
perlu sarana belajar dalam bentuk Rumah Sakit Pendidikan. Rumah Islam
Sultan Agung adalah Rumah Sakit Pendidikan Utama dari Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung (Unissula). Selama ini unit cost Kepaniteraan
Klinik di RSI Sultan Agung belum pernah dihitung, penetapan biaya
Kepaniteraan Klinik lebih berdasar pada perkiraan, kepantasan dan
perbandingan dengan biaya Kepaniteraan Klinik dari Fakultas Kedokteran
Swasta lainnya. Penetapan biaya ini kadang kala menimbulkan masalah. Untuk
itu perlu dilakukan analisis biaya Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Fakultas
Kedokteran sebagai dasar penetapan biaya kepaniteraan Klinik di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung. Permasalahan yang ada adalah berapa unit cost dan berapa
biaya yang tepat berdasarkan unit cost serta pertimbangan-pertimbangan lain
Kedokteran Unisula di Rumah Sakit Islam Sultan Agung. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui besarnya biaya satuan (unit cost) dan menetapkan besarnya
biaya pendidikan kepaniteraan klinik yang akan diusulkan berlaku di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung sebagai Rumah Sakit Pendidikan Fakultas
Kedokteran Unissula. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional
diskriptif dengan melakukan studi kasus di Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
Perhitungan unit cost dilakukan dengan metode Activity Based Costing (ABC),
penetapan biaya lebih lanjut dilakukan content analysis setelah dilakukan
Focus Group Discussion, serta pertimbangan-pertimbangan lainnya. Hasil
perhitungan dengan metode ABC didapatkan bahwa unit cost biaya
kepaniteraan klinik per bagian tanpa membedakan bagian besar dan bagian
kecil adalah Rp. 1.335.690.-. Unit cost biaya kepaniteraan klinik per bagian
pada Bagian Besar adalah Rp. 1.874.694,-. Hasil ini lebih tinggi dari biaya
Kepaniteraan Klinik yang ditetapkan saat ini yaitu sebesar Rp. 1.450.000,-.
Terdapat kenaikan sebesar Rp. 424.694,- atau sebesar 29,3 %. Unit cost biaya
Kepaniteraan Klinik per bagian untuk Bagian Kecil adalah Rp. 1.004.766,-
Hasil ini lebih tinggi dari biaya yang saat ini ditetapkan yaitu sebesar Rp
950.000,-. Terdapat kenaikan Rp. 54.766,- atau sebesar 5,7 %.
2. Dhania Anggarani Putri
Judul: Analisis Penggunaan Metode Activity Based Costing Sebagai Alternatif
Dalam Menentukan Tarif SPP SMP-SMA Pada Ypi Nasima Semarang Tahun
2010.
Pembangunan ekonomi di Indonesia tak lepas dari peran
pendidikandidalamnya. Pendidikan yang utama adalah mengedepankan
kualitas pelayanan yang memadai bagi konsumen. Untuk terciptanya pelayanan
yang memuaskan, manajemen perlu mengambil langkah-langkah agar
menciptakan sebuah kebijakan dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini
dilakukan untuk memberikan ilustrasi kepada manajemen sekolah tentang
pembebanan biaya operasional yang berkaitan dengan penentuan tarif SPP
menggunakan metode Activity Based Costing (ABC) untuk mengetahui
perbedaan, kelemahan, serta kelebihan masingmasing metode. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tarif SPP dengan perhitungan menggunakan metode
Activity Based Costing (ABC) yang diberlakukan untuk murid baru unit SMP
kelas VII sebesar Rp 564.820,00 dan pada unit SMA kelas X sebesar Rp
572.397,00. Sedangkan tarif yang berlaku tahun 2010 untuk unit SMP dan
SMA sebesar Rp 566.667,00. Berdasarkan hasil tersebut, harga tidak terpaut
jauh dengan metode yang telah diterapkan Sekolah Nasima yang berarti bahwa
walaupun selama ini Sekolah Nasima menggunakan metodenya sendiri dalam
menentukan tarif SPP, namun hal tersebut mencakup keseluruhan kebutuhan
biaya pendidikan. Hanya saja, dengan menggunakan metode ABC, Sekolah
Nasima dapat merencanakan anggaran secara tepat, terperinci, dan terprogram
sehingga memudahkan manajemen dalam menyetarakan pendapatan dan
pengeluaran.
3. Kuncoro Ady Nugroho
Judul: Penerapan Metode Activity-Based Costing System Dalam Menentukan
Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSJD Surakarta).
Abstraksi
Tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui perbandingan besarnya
tarif rawat inap dengan metode akuntansi biaya tradisional dan Activity-Based
Costing Sistem pada RSJD Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan
dapat memberikan masukan informasi tentang kemungkinan penerapan
Activity-Based Costing Sistem dalam memperhitungkan biaya dan penentuan
harga pokok, khususnya di unit rawat inap. Penelitian dilakukan di RSJD
Surakarta yang merupahkan salah satu Rumah Sakit Jiwa dikota Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian dengan cara studi
pustaka dan lapangan, sedangkan data dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Penulis mengumpulkan data dengan wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui terjadi selisih
antara perhitungan dengan menggunakan metode activity-based costing system
dan perhitungan dengan metode tradisional. Dapat diketahui bahwa hasil
perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activity-Based
Costing untuk kelas VIP Rp 297.649,57 Kelas I Rp 162.634,96 Kelas II Rp
100.696,71 Kelas IIIA Rp 73.778,97 Kelas IIIB Rp 67.610,48. Dari hasil
tersebut, jika dibandingkan dengan tarif RSJD Surakarta untuk kelas VIP Rp
300.000,00 kelas I Rp 175.000,00 kelas II Rp 100.000,00 kelas IIIA Rp
50.000,00 dan kelas IIIB Rp 40.000,00 maka metode ABC memberikan hasil
kelas VIP Rp 2.350,43, kelas I Rp 12.365,04, kelas II Rp 696,71,kelas IIIB Rp
23.778,97, dan kelas IIIB Rp 27.610,48. Dengan demikian metode
activity-based costing sistem sangat mungkun diterapkan untuk mrnghitung tarif jasa
rawat inap di RSJD Surakarta.
Kata Kunci : Metode Biaya Tradisional, Activity-Based Costing Sistem, Harga
Pokok Produk.
3. Riki Martusa
Judul: Peranan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Cost Of
Goods Manufactured.
Abstraksi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses produksi sebuah
perusahaan tekstil di Bandung dan untuk menganalisis perbandingan antara
biaya pokok produksi metode perhitungan, yang diterapkan di perusahaan
(metode biaya tradisional) dan Activity Based Costing (ABC) metode. Data
obatained dilakukan bulanan selama tahun 2009. Berdasarkan hasil analisis,
Biaya Pokok Produksi perhitungan untuk bahan unpattern menggunakan
metode ABC menghasilkan Biaya Barang Diproduksi yang lebih rendah
daripada metode biaya tradisional, dan Biaya Pokok Produksi perhitungan
untuk bahan pola menggunakan metode ABC menghasilkan Biaya Barang
yang Diproduksi lebih tinggi dibandingkan metode biaya tradisional. Metode
ABC dapat menggambarkan konsumsi sumber daya nyata yang dibutuhkan
Keywords: Biaya Pokok Produksi, Activity Based Costing Metode, Metode
Costing Tradisional, dan Biaya Supir.
4. I Nyoman Normal
Judul: Peranan Activity Based Costing Untuk Menghitung Harga Pokok
Produksi Relief Dewa Siwa Dalam Media Keramik, dan Implikasinya
Terhadap Harga Jual dan Nilai Persediaan, pada UPT PSTKP Bali-BPPT.
Abstraksi
Kegiatan berbasis biaya (ABC) adalah metode yang digunakan untuk
menentukan biaya produk yang menaruhkan untuk melaporkan informasi
keuangan secara akurat untuk kepentingan manajemen, dengan ukuran
konsumsi resorces informasi secara akurat setiap kegiatan yang digunakan
untuk produk menghasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk
menghitung biaya dewa Siwa lega baik diproduksi, (2) Untuk menentukan
harga biaya Dewa Shiva lega, dan (3) harus diakui persediaan akhir dilaporkan
pada neraca . Hasil studi ini menunjukkan bahwa: (1) Dewa Shiva adalah
Dewa Shiva merasa lega bahwa beton dituang dalam bentuk hiasan dinding
pada media keramik, seperti yang menghormati hinduism fungsinya sebagai
pencipta alam. Biaya diproduksi baik bantuan dewa Siwa menurut UPT
PSTKP Bali sebesar Rp 232.890,00 setiap unit, yang diikuti dengan biaya Rp
baku, tenaga kerja langsung materal 55.450,00 biaya Rp 77.630,00, biaya
overhead variabel sebesar Rp 55.450,00, dan tetap biaya overhead sebesar Rp
44.360,00, tetapi menurut aktivitas berbasis biaya (ABC) sistem adalah Rp
biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 229.951,71, biaya overhead variabel
sebesar Rp 9.771,43, dan overhead biaya tetap sebesar Rp 24.7223,58; (2)
harga biaya lega Siwa dewa menurut UPT PSTKP Bali 279.475,00 setiap unit.
Bahwa harga yang dibentuk oleh biaya Rp diproduksi, baik 232.890,00 Rp
11.644,50 biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum sebesar Rp
11.644,50, dan diharapkan marjin Rp 23.296,00 tetapi menurut metode biaya
harga penuh, biaya harga dewa Siwa lega adalah Rp 383.876,04 setiap unit.
Bahwa harga yang dibentuk oleh biaya Rp diproduksi, baik 319.896,72 Rp
15.994,89 biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum Ro 15.994,89, dan
diharapkan marjin sebesar Rp 31.989,67, dan (3) persediaan akhir lega dewa
Siwa menurut UPT PSTKP Bali adalah Rp 4.657.800,00, tetapi menurut
standar akuntansi keuangan persediaan akhir adalah Rp 6.397.920,20. UPT
PSTKP Bali diakui dan melaporkan persediaan akhir Rp 1.740.120,20 kecil.
Laporan keuangan yang dilaporkan oleh UPT PSTKP Bali bersahaja.
Kata kunci: aktivitas berbasis biaya, biaya yang baik diproduksi lega, dewa
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada metode penelitian ini akan menjelaskan metode yang akan digunakan
dan langkah-langkah pemecahan masalah dari pengumpulan data hingga
pengolahan data.
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Data yang kami perlukan dalam penelitian ini dilaksanakan di :
CV. Central Maestro Mandiri yang mempunyai lokasi di Jl. Kalibokor I No. 32,
Surabaya. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada November 2011.
3.2. Identifikasi Var iabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Dependent (variabel terikat/tak bebas), yang termasuk dalam variabel
tak bebas dalam penelitian ini adalah :
• Harga Pokok Produksi
Yaitu semua biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi, mulai
dari bahan baku sampai menjadi barang jadi (biaya bahan baku langsung,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead).
2. Variabel Independent (variabel bebas), yang termasuk dalam variabel bebas
bebas dalam penelitian ini adalah :
a. Biaya bahan baku langsung, yaitu biaya untuk pengadaan bahan baku
b. Biaya tenaga kerja langsung, yaitu semua biaya yang dibayarkan untuk
pengadaan tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan proses
produksi mulai dari bahan baku sampai barang jadi.
c. Biaya Overhead pabrik, yaitu biaya proses produksi selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja, yang meliputi biaya bahan baku penolong,
biaya reparasi dan pemeliharaan, biaya tenaga kerja tidak langsung.
Pada metode konvensional (metode tarif pabrik menyeluruh) yang
digunakan perusahaan dalam mengalokasikan biaya overhead pabrikasi,
digunakan jam tenaga kerja langsung sebagai pemicu biaya tunggal, jam tenaga
kerja langsung pada setiap produk yang diperoleh berdasarkan jumlah tenaga
kerja yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah produk dalam satu periode.
Sedangkan penentuan biaya menggunakan metode ABC, dilakukan setelah
melalui tahap identifikasi dan klasifikasi aktivitas-aktivitas pabrikasi yang
menghasilkan pusat-pusat biaya homogen. Identifikasi aktivitas meliputi seluruh
kegiatan yang berkaitan dengan proses untuk menghasilkan produk, yang berawal
dari proses persiapan bahan baku sampai proses pengemasan produk jadi.
3.3. Langkah-langkah Pemecahan Masa lah
Pada bagian ini akan diuraikan langkah-langkah pemecahan yang akan
digunakan untuk memecahkan masalah yang ada. Adapun langkah-langkah
Gambar 3.1. Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Keterangan :
1. Studi Lapangan (Orientasi Pabrik)
Studi Lapangan bertujuan untuk melihat dan mendapatkan informasi tentang
perusahaan.
2. Studi Pustaka
Mencari Literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang ada pada
perusahaan sebagai acuan untuk menyelesaikan masalah.
3. Rumusan Masalah
Merumuskan masalah yang akan diteliti agar penelitian lebih menuju pada
permasalahan yang ada.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian inilah yang nantinya akan menjadi arah dan pegangan bagi
5. Identifikasi Variabel
Mengidentifikasikan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu
biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik.
6. Pengumpulan Data
Mengumpulkan informasi yang diperlukan agar dapat menyelesaikan
permasalahan yang terjadi dalam perusahaan.
7. Pengolahan Data
Setelah mendapatkan informasi yang diperlukan kemudian dilakukan
pengolahan terhadap data-data tersebut dengan menggunakan metode-metode
yang tepat. Perhitungan yang digunakan dalam menentukan harga pokok
produksi adalah dengan menggunakan metode konvensional dan metode
Activity Based Costing.
8. Perbandingan Metode Konvensional dengan Metode ABC
Kemudian dari perhitungan tersebut akan dibandingkan hasil perhitungan
harga pokok produksi menggunakan metode konvensional dengan hasil
perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode Activity Based
Costing dari perbandingan tersebut akan terdapat kemungkinan yang terjadi
yang masuk dalam langkah pembahasan ini, yaitu :
• Apabila HPP Konvensional > HPP ABC, maka terjadi kelebihan dalam
mengkalkulasi biaya (overcosting).
• Apabila HPP Konvensional < HPP ABC, maka terjadi kekurangan dalam
• Apabila HPP Konvensional = HPP ABC, maka menunjukkan bahwa
antara metode Konvensional dengan metode Activity Based Costing
(ABC) sama-sama tepat dan akurat untuk diterapkan di CV. Central
Maestro Mandiri Surabaya.
9. Hasil dan Pembahasan
Untuk memecahkan masalah yang terjadi dilakukan pembahasan terhadap
hasil yang didapat dari perhitungan.
10.Kesimpulan dan Saran
Setelah dilakukan pembahasan maka akan dapat ditarik kesimpulan dan
memberikan saran yang diperlukan.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan suatu data yang berguna untuk diolah dan
menghasilkan suatu kesimpulan. Data dapat diperoleh dengan beberapa metode
pengumpulan data, yaitu :
1. Interview atau Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara secara
langsung dengan para karyawan yang ada hubungannya dengan penelitian
yang diambil.
2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan cara membaca dokumen-dokumen yang ada
3. Studi Kepustakaan
Yaitu mempelajari literatur dan sumber data lainnya yang berhubungan
dengan permasalahan yang akan dipecahkan.
3.5. Pengolahan Data
Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan maka akan dilakukan
pengolahan data. Pengolahan data ini terdiri dari perhitungan HPP menurut
metode konvensional dan juga perhitungan HPP denga