• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MATCH MINE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII DI MTS NEGERI 2 MEDAN T.A 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MATCH MINE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII DI MTS NEGERI 2 MEDAN T.A 2014/2015."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE  MATCH MINE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII DI MTs NEGERI 2 MEDAN T.A 2014/2015

Oleh :

Doriyani Nasution NIM 4101111013

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan 

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karunia-Nya yang dianugrahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Match Mine Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII di MTs Negeri 2 Medan T.A 2014/2015” ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada Ibu Dr. Izwita Dewi, M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penyusunan proposal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih banyak juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc, Ph.D., Bapak Drs. Zul Amry, M. Pd., dan Bapak Dr. KMS. Amin Fauzi, M.Pd., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran–saran mulai perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Sahat Sragih, M.Pd. selaku dosen Pembimbing Akademik, Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Unimed, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA Unimed, Bapak Dr. Edi Surya, M.Si selaku ketua jurusan Matematika FMIPA Unimed yang sudah membantu dan memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.

Terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Nursalimi, M.Ag selaku Kepala Sekolah, Ibu Dra.Hj Paridawatu, dan Ibu Nurhidayati Nasution, S.Pd selaku guru matematika di MTs Negeri 2 Medan yang telah membantu selama penelitian.

Untuk yang teristimewa kekasih dunia akhirat imam saya, suami saya yang tercinta Wan Fazlur Rahman, A.Md, S.Kom. saya ucapkan terimakasih atas doa, dukungan, maupun semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika. Terima kasih juga untuk adik tercinta Rizki Nuddin Nasution, Ainul Mardiyah Nst, dan M. Rasyid Ar-ridho atas doa dan semangatnya dan telah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini. Serta kepada setiap anggota keluarga yang begitu banyak memberikan doa dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studinya di Unimed.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan seperjuangan Betty, Adel, Adha, Agustina, Fathul, Damayanti, Fifa, Azizah dan semua teman-teman sekelas Pendidikan Matematika 2010 A yang telah memberikan dukungan dan semangat selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga kepada teman-teman PPLT Unimed 2013 di SMP Negeri 1 Medan yang telah memberikan dukungan dan berbagi pengalaman belajar bersama.

Penulis menyadari banyak kelemahan baik dari segi isi maupun dari segi tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pendidikan.

Medan, Januari 2015 Penulis,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MATCH MINE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII DI MTs NEGERI 2 MEDAN T.A 2014/2015

Doriyani Nasution (4101111013)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Match Mine pada pokok bahasan bilangan bulat pada kelas VII MTs Negeri 2 Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 MTs Negeri 2 Medan T.A. 2014/2015 yang berjumlah 42 siswa. Objek penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Match Mine pada pokok bahasan bilangan bulat.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi dan tes kemampuan komunikasi matematis. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan diakhir setiap siklus diberikan tes kemampuan komunikais matematis. Sebelum diberikan, tes terlebih dahulu divalidkan ke validator.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Match Mine pada materi bilangan bulat dapat meningkatkan kemampuan  komunikasi matematis siswa. Hal ini dilihat dari hasil sebelum tindakan diberikan, pada pemberian tes diagnotik dari 42 siswa hanya sebanyak 15 siswa (35,72%) yang mencapai nilai ≥ 65 dengan nilai rata-rata kelas 58,18. Setelah diberi tindakan, tes kemampuan komunikasi matematis I pada siklus I, dari 42 orang siswa sebanyak 25 siswa (59,52%) mencapai nilai ≥ 65 dengan nilai rata-rata kelas 66,95. Dari analisis data tes kemampuan komunikasi matematis II pada siklus II diperoleh bahwa dari 42 orang siswa terdapat 37 siswa (88,09%) mencapai nilai ≥ 65 dengan nilai rata-rata kelas 74,38. Berdasarkan hasil observasi, pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti pada siklus I, termasuk kategori baik dengan skor 2,87. Selanjutnya pada siklus II, kemampuan peneliti dalam mengelola pembelajaran meningkat menjadi 3,40 sehingga termasuk kategori sangat baik.

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 9

1.3.Pembatasan Masalah 10

1.4.Rumusan Masalah 10

1.5.Tujuan Penelitian 10

1.6.Manfaat Penelitian 11

1.7.Defenisi Operasional 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12

2.1.Kerangka Teoritis 12

2.1.1. Belajar dan Pembelajaran Matematika 12

2.1.2. Berpikir Matematis 15

2.1.3. Komunikasi 17

2.1.4. Komunikasi Matematis 20

2.1.4.1. Kemampuan Komunikasi Matematis 23 2.1.4.2. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis 24 2.1.4.3. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis 26 2.1.4.4. Format Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis 29

2.1.5. Model Pembelajaran Kooperatif  32

2.1.7. Bilangan Bulat 43

2.2.Penelitian yang Relevan 53

2.3.Kerangka Konseptual 54

2.4.Hipotesis Tindakan 55

BAB III METODE PENELITIAN 56

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian 56

3.2.Subjek dan Objek Penelitian 56

3.2.1. Subjek Penelitian 56

3.2.2. Objek Penelitian 56

3.3.Jenis Penelitian 56

3.4.Prosedur Penelitian 57

3.4.1. Siklus I 57

3.4.1.1. Permasalahan I 57

3.4.1.2. Perencanaan Tindakan I 57

3.4.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 58

3.4.1.4. Observasi I 58

3.4.1.5. Analisis Data I 59

3.4.1.6. Refleksi I 60

3.4.2. Siklus II 60

3.5.Instrumen dan Alat Pengumpul Data 61

3.5.1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 61

3.5.2. Observasi 62

3.6.Teknik Analisis Data 62

3.6.1. Reduksi Data 62

3.6.2. Interpretasi Hasil 63

3.6.3. Kriteria dan Target Keberhasilan 66

3.6.4. Paparan Data 67

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 68

4.1.Hasil Penelitian 68

4.1.1. Siklus I 68

4.1.1.1. Permasalahan I 68

4.1.1.2. Tahap Perencanaan Tindakan I 75

4.1.1.3. Tahap Pelaksanaan Tindakan I 75

4.1.1.4. Observasi I 80

4.1.1.5. Analisis Data I 80

4.1.1.5.1. Deskripsi Hasil Tes 80

4.1.1.5.2. Hasil Non Tes 85

4.1.1.6. Refleksi I 89

4.1.2. Siklus II 95

4.1.2.1. Permasalahan II 95

4.1.2.2. Alternatif Pemecahan II (Rencana Tindakan II) 96

4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 97

4.1.2.4. Observasi II 97

4.1.2.5. Analisis Data Hasil Siklus II 98

4.1.2.5.1. Deskripsi Hasil Tes 98

4.1.2.5.2 Deskripsi Hasil Non Tes 103

4..1.2.6 Refleksi II 106

4.2.Pembahasan Hasil Penelitian 113

4.2.1 Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa 113 4.2.2 Observasi Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe

Match Mine 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 117

5.1.Kesimpulan 118

5.2.Saran 118

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Data Kesalahan Siswa Pada Tes Diagnostik 6 Tabel 2.1. Kriteria Pemberian Skor Komunikasi Matematis 30 Tabel 2.2. Rubrik Penskoran Komunikasi Matematis Siswa 25 Tabel 2.3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 36

Tabel 3.1. Tingkat Penguasaan Siswa 63

Tabel 3.2. Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran 65

Tabel 3.3. Interpretasi Komunikasi Siswa 66

Tabel 3.4. Kriteria Keberhasilan Pembelajaran 66 Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Diagnostik

Kemampuan Komunikasi Matematis Tertulis Siswa 68 Tabel 4.2. Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Diagnostik 69 Tabel 4.3. Data Kesalahan Siswa Pada Tes Diagnostik 72 Tabel 4.4. Kemampuan Menggambar Matematika Pada TKKM I 80 Tabel 4.5. Kemampuan Membaca Gambar Matematika Pada TKKM I 81 Tabel 4.6. Kemampuan Menjelaskan Matematika Pada TKKM I 81 Tabel 4.7. Kemampuan Representasi Matematika Pada TKKM I 82 Tabel 4.8. Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus I 85 Tabel 4.9. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I 63

Tabel 4.10. Hasil Refleksi Pada Siklus I 89

Tabel 4.11. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan TKKM I 92 Tabel 4.12. Kemampuan Menggambar Matematika Pada TKKM II 97 Tabel 4.13. Kemampuan Membaca Gambar Matematika Pada TKKM II 98 Tabel 4.14. Kemampuan Menjelaskan Matematika Pada TKKM II 99 Tabel 4.15. Kemampuan Representasi Matematika Pada TKKM II 99 Tabel 4.16. Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus II 102 Tabel 4.17. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II 103 Tabel 4.18. Perbedaan Tindakan Pada Siklus I dan Siklus II 106

Tabel 4.19. Perbandingan Hasil Penelitian 109

Tabel 4.21. Peningkatan Nilai Rata-rata Siswa Pada Ke 4 Aaspek dari

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Skema PTK 61

Gambar 4.1. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Diagnostik Kemampuan Komunikasi Matematis

Tertulis Siswa 68

Gambar 4.2. Grafik Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa I

Pada Tiap Aspek 83

Gambar 4.3. Grafik Jumlah Siswa Yang Tuntas Pada Tiap Aspek

Komunikasi Matematis 84

Gambar 4.4. Grafik Tingkat Penguasaan Siswa Pada TKKM I 84 Gambar 4.5. Grafik Pengelolaan Pembelajaran Siklus I 86 Gambar 4.6. Grafik Rata-rata Nilai Kegiatan Komunikasi Siswa Pada

Siklus I 87

Gambar 4.7. Grafik Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis

Sisswa II Pada Tiap Aspek 100

Gambar 4.8. Grafik Banyak Siswa Yang Tuntas Pada Tiap Aspek

Komunikasi Matematis 101

Gambar 4.9. Grafik Tingkat Penguasaan Siswa Pada TKKM I 101 Gambar 4.10. Grafik Pengelolaan Pembelajaran Siklus II 103 Gambar 4.11. Grafik Rata-rata Nilai Berdasarkan Indikator Komunikasi

Siswa Siklus II 104

Gambar 4.12. Grafik Peningkatan Jumlah Siswa Yang Tuntas Belajar

Pada Siklus I dan II 110

Gambar 4.13. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Aspek Komunikasi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 122 Lampiran 2.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 141

Lampiran 3.LKS Pertemuan I 171

Lampiran 4.Alternatif Penyelesaian LKS Pertemuan I 175

Lampiran 5.LKS Pertemuan II 179

Lampiran 6.Alternatif Penyelesaian LKS Pertemuan II 182

Lampiran 7.LKS Pertemuan III 187

Lampiran 8.Alternatif Penyelesaian LKS Pertemuan III 189

Lampiran 9.LKS Pertemuan IV 192

Lampiran 10.Alternatif Penyelesaian LKS Pertemuan IV 195

Lampiran 11.LKS Pertemuan V 199

Lampiran 12.Alternatif Penyelesaian LKS Pertemuan IV 202

Lampiran 13.LKS Pertemuan VI 206

Lampiran 14.Alternatif Penyelesaian LKS Pertemuan VI 209 Lampiran 15.Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Diagnotik 216 Lampiran 16.Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Diagnotik 218

Lampiran 17.Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Diagnotik 221

Lampiran 18.Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Diagnotik 222

Lampiran 19.Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Diagnostik 227

Lampiran 20.Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus I 230 Lampiran 21.Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Siklus I 233

Lampiran 22.Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus

Lampiran 23.Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Siklus I 239

Lampiran 24.Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Siklus I 244

Lampiran 25.Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus II 247 Lampiran 26.Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Siklus II 250

Lampiran 27.Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus

II 255

Lampiran 28.Lembar Validasi Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis Siklus II 261

Lampiran 29.Lembar Observasi Proses Pembelajaran 1 264 Lampiran 30.Lembar Observasi Siswa Siklus I 276 Lampiran 31.Lembar Observasi Proses Pembelajaran II 282 Lampiran 32.Lembar Observasi Siswa Siklus II 294

Lampiran 33.Kode Nama Siswa 300

Lampiran 34.Hasil Tes Diagnostik Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa 303

Lampiran 35.Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus I 306 Lampiran 36.Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus II 309

Lampiran 37.Pembagian Kelompok Siswa 312

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu acuan dasar sebuah ilmu pengetahuan dikatakan berkembang dengan pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memudahkan kita untuk berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai belahan dunia (Ansari, 2009:1). Perkembangan tersebut memberikan wahana yang memungkinkan matematika berkembang dengan pesat pula.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan penting dalam berbagai disiplin ilmu serta mampu mengembangkan daya pikir manusia. Bagi dunia keilmuan, matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat. Dapat dikatakan bahwa perkembangan pesat di bidang teknologi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika. Penguasaan matematika yang kuat sejak dini diperlukan siswa untuk menguasai dan menciptakan teknologi masa depan. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diajarkan di setiap jenjang pendidikan untuk membekali siswa dengan mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa matematika dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan matematika untuk memperjelas suatu keadaan atau masalah.

Pentingnya kemampuan komunikasi dan pemahaman matematika perlu dilatihkan kepada siswa, didukung oleh visi pendidikan matematika yang mempunyai dua arah perkembangan yaitu memenuhi kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang (Sumarmo, dalam Tandiling, 2012).

Tandiling (2012) mengatakan bahwa:

“Visi pertama untuk kebutuhan masa kini, pembelajaran matematika mengarah pada pemahaman konsep-konsep yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematik dan ilmu pengetahuan lainnya. Visi kedua untuk kebutuhan masa yang akan datang atau mengarah ke masa depan, mempunyai arti lebih luas yaitu pembelajaran matematika memberikan kemampuan nalar yang logis, sistematis, kritis, dan cermat serta berpikir objektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari serta untuk menghadapi masa depan yang selalu berubah.”

Kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication) dalam pembelajaran matematika sangat perlu untuk dikembangkan. Hal ini karena melalui komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan disamping itu, siswa juga dapat memberikan respon yang tepat antar siswa dan media dalam proses pembelajaran. Bahkan dalam pergaulan masyarakat, seseorang yang mempunyai kemampuan komunikasi yang baik akan cenderung lebih mudah beradaptasi dengan siapa pun dimana dia berada dalam suatu komunitas, yang pada gilirannya akan menjadi seseorang yang berhasil dalam hidupnya (Umar, 2012).

Hal senada juga diungkapkan oleh Lindquist (2010):

“Jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasa terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan mengakses matematika. Komunikasi merupakan cara berbagi ide dan memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi ide dapat dicerminkan, diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan. Proses komunikasi juga membantu membangun makna dan mempermanenkan ide.”

metode yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran. Umumnya guru masih menggunakan cara konvensional dalam pembelajaran dimana guru lebih berperan aktif sebagai pemberi pengetahuan dan siswa hanya mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru sehingga siswa jarang berkomunikasi dalam pembelajaran. Kebanyakan guru matematika hanya menekankan pada penguasaan materi semata dan lebih banyak menjalin komunikasi satu arah dengan siswanya (teacher center).

Turmudi (2009:7) mengungkapan bahwa:

“Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan idenya, menyampaikan gagasannya, bahkan untuk mengomentari kesalahan penyajian sekalipun. Siswa yang terlalu banyak ‘omong’ bahkan ‘diancam’ oleh gurunya, nanti kamu nilainya jelek, kamu nanti tidak naik kelas. Kondisi seperti ini akan menghasilkan siswa yang tertutup, siswa yang pasif dan siswa yang penakut.”

Sunyoto dan Fitriatien (2011) juga mengungkapkan:

“Pelaksanaan pembelajaran pada umumnya guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional yang pada tahap pelaksanaan pembelajarannya dimulai dari menjelaskan materi, memberikan contoh dan dilanjutkan dengan latihan soal, sehingga pembelajaran cendrung berpusat pada guru. Keadaan demikian mengakibatkan siswa menjadi pasif karena siswa kurang diberi kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide dan pendapat yang dimilikinya. Jarang sekali guru mengelompokkan siswa dalam kelompok belajar, sehingga kurang terjadi interaksi antara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru.”

diberikan kesempatan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan ide atau gagasannya melaluli lisan sehingga siswa menjadi tidak aktif selama kegiatan pembelajaran matematika. Maka, dengan kondisi yang demikian bagaimana guru dapat mengembangkan kemampuan komunikasi siswa apabila guru tidak memberikan kesempatan dan waktu kepada siswa untuk mengkomunikasikan idenya. Karenannya pemberian kesempatan kepada siswa dan mendengarkan ide-ide siswa akan menjadi kata kunci tercapainya kemampuan komunikasi.

Dari hasil observasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

1. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga kegiatan pembelajaran di MTs Negeri 2 Medan masih terpusat pada guru yang mengakibatkan siswa menjadi pasif dan tidak leluasa dalam menyampaikan ide-idenya.

2. Guru lebih menekankan terhadap penguasaan materi, bukan pada komunikasi matematis siswa.

3. Siswa tidak aktif dalam belajar matematika selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Pada materi bilangan bulat kebanyakan siswa menganggap materi tersebut adalah materi yang sulit karena kurangnya pemahaman siswa mengenai materi bilangan bulat ketika berada di Sekolah Dasar, Padahal pokok bahasan bilangan

bulat merupakan pengetahuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa tingkat SMP

karena berhubungan dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Hal ini dapat

kita lihat berdasarkan hasil tes diagnostik kemampuan komunikasi matematis yang dilakukan oleh peneliti. Dengan soal sebagai berikut:

1. Diketahui suatu gedung berlantai 12. Dari gedung tersebut 3 diantaranya berada di bawah permukaan tanah. Tito berada di lantai terbawah, Dani berada diatas lima lantai terbawah, dan Bela berada dua lantai dibawah posisi Dani.

a. Tulislah urutan posisi Tito, Dani, dan Bela dalam bentuk angka, dengan memisalkan posisi Bela sebagai angka 0.

a. Urutkan suhu kelima ruangan tersebut dari yang terendah! b. Apakah benar suhu ruangan 3 lebih rendah dari suhu ruangan 2?

Jelaskan jawabanmu!

3. Jika hari senin minggu pada minggu ini adalah waktu yang dimisalkan dengan angka 0, tentukan bilangan bulat untuk menggantikan :

a. Hari Senin minggu lalu, hari Kamis minggu lalu, dua hari setelah hari Kamis minggu lalu, hari Rabu minggu ini.

b. Gambarkanlah bilangan bulat tersebut pada garis bilangan.

4. Dalam suatu permainan, seorang anak bermain sebanyak 6 kali dan memperoleh nilai sebagai berikut:

Permainan ke- Nilai

1 20

2 80

3 -30

4 70

5 -10

6 -5

a. Urutkanlah nilai anak tersebut dari yang tertinggi!.

b. Mengapa bilangan positif selalu lebih besar dari pada bilangan negatif? Jelaskan alasanmu!

Berikut ini adalah hasil pengerjaan beberapa siswa yang mempunyai kesalahan yang sama dengan siswa lainnya:

No. Ruangan Suhu Ruangan

1. Ruangan 1 32oC

2. Ruangan 2 27oC

3. Ruangan 3 -25oC

4. Ruangan 4 10oC

Tabel 1.1. Data kesalahan siswa pada tes diagnostik

No Soal Jawaban Siswa Kesulitan Siswa

1. a. Siswa kurang

memahami soal apa yang ditanya dalam soal, siswa kurang

mampu untuk

menyatakan ide matematika dengan menggunakan simbol berupa angka untuk menyatakan posisi bilangan bulat.

b. Siswa salah dalam

menempatkan bilangan positif dan negatif pada garis bilangan sehingga siswa tidak mampu menggambarkan posisi bilangan bulat pada garis bilangan secara benar.

2. a. Siswa kurang mampu

mengurutkan bilangan bulat.

b. Siswa belum mampu

3. a. siswa belum mampu

memahami soal dan mengubah bahasa verbal kedalam bahasa matematika dengan menggunakan simbol berupa angka.

b. Siswa belum mampu

mengubah bahasa verbal kedalam bahasa matematika dengan menggunakan simbol berupa angka sehingga siswa tidak dapat menggambarkan posisi bilangan bulat pada garis bilangan.

4. a. Siswa belum mampu

mengurutkan bilangan bulat secara benar.

b. Siswa belum mampu

menuliskan penjelasan yang sesuai dengan konsep urutan bilangan bulat.

diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa terutama pada aspek menjelaskan masih rendah sehingga perlu ditingkatkan.

Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, perlu dirancang suatu model pembelajaran yang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan yang dapat mendukung serta mengarahkan siswa pada kemampuan untuk berkomunikasi matematis. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe match mine dimana model pembelajaran ini belum pernah diterapkan di MTs Negeri 2 Medan khususnya di kelas VII-1. Hal ini diketahui penulis dengan menanyakannya secara langsung dengan guru bidang studi yang bersangkutan. Model pembelajaran kooperatif tipe match mine ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dicetuskan oleh pakar pendidikan Spencer Kagan, Ia menyatakan dalam artikelnya yang berjudul “The Structural Approach to Cooperative Learning” bahwa model pembelajaran kooperatif tipe match mine ini merupakan pembelajaran yang dapat membangun komunikasi (communication building). 

Penerapan match mine yang kedua adalah Bulid-What-I-Write, Didalam proses ini siswa memberikan ide-idenya secara tertulis. Ide-ide tersebut dapat berupa gambar, grafik, tabel, permasalahan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan sebagainya. Kemudian siswa yang kedua membangun ide yang diberikan oleh temannya lalu menjelaskan secara rinci maksud dari ide yang diberikan oleh temannya. Setelah selesai keduanya berdiskusi untuk menyamakan ide yang dimaksud tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe match mine memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi menyampaikan ide-idenya, merefleksikan gagasan yang diberikan temannya dan berdiskusi menyamakan ide dengan temannya. Pembelajaran matematika dengan metode match mine mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran yang bertumpu pada kompetensi siswa.

Dari beberapa pernyataan yang telah diuraikan diatas, menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe match mine merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk memiliki kemampuan komunikasi matematis. Oleh karena itu, penulis mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe match mine yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa yang akhirnya dapat meningkatkan pengetahuan matematika menjadi lebih bermakna.

Berkaitan dengan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Match Mine Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII di MTs Negeri 2 Medan Tahun Ajaran 2014/2015”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Siswa kurang aktif dalam belajar matematika.

3. Kegiatan pembelajaran masih terpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif dan tidak leluasa dalam menyampaikan ide-idenya.

4. Kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi bilangan bulat masih rendah.

5. Model pembelajaran kooperatif tipe match mine pada materi bilangan bulat belum pernah diterapkan.

1.3 Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang dikemukakan, maka batasan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi bilangan bulat di MTs Negeri 2 Medan masih rendah.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe match mine pada materi bilangan bulat belum pernah diterapkan di MTs Negeri 2 Medan.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang ada, peneliti merumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe match mine pada pokok bahasan bilangan bulat kelas VII MTs Negeri 2 Medan T.A 2014/2015?

2. Apa aspek yang paling dominan dan paling minimal dalam peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa?

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe match mine pada pokok  bahasan bilangan bulat kelas VII MTs Negeri 2 Medan T.A 2014/2015. 2. Mengetahui aspek yang paling dominan dan paling minimal dalam

1.6 Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti yaitu :

1. Bagi siswa : siswa diharapkan mampu melaksanakan serta menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe match mine ini guna lebih meningkatkan kemampuan komunikasi matematis sehingga siswa dapat secara aktif mengungkapkan ide-ide mereka dalam bahasa matematika. 2. Bagi Guru / calon guru : menambah wawasan terhadap salah satu model

pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe match mine dan dapat menerapkannya di kelas dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi Sekolah : meningkatkan mutu pendidikan sekolah terutama di bidang matematika serta dapat dijadikan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas guru dan siswa yang lebih aktif, terampil dan kreatif dalam pembelajaran matematika.

4. Bagi Peneliti : menambah ilmu dan pengalaman tentang pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe match mine dan mengimplementasikannya dikelas-kelas.

1.7Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap penelitian ini, maka peneliti mendefinisikan beberapa istilah berikut ini:

1. Komunikasi matematis merupakan cara siswa untuk menyampaikan ide-ide atau gagasan yang dimilikinya untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan.

2. Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan siswa untuk menyampaikan ide-ide atau gagasan yang dimilikinya untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Pada siklus I kegiatan yang dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe match mine dengan menggunakan alat peraga kartu berwarna, tetapi kemampuan komunikasi matematis siswa pada aspek menjelaskan masih dikategorikan rendah. Oleh sebab itu, dilakukan perbaikan tindakan di siklus II agar kemampuan komunikasi matematis siswa pada aspek menjelaskan meningkat. Adapun tindakan yang dilakukan peneliti adalah dengan memberikan latihan kepada siswa yang banyak meminta siswa untuk memberikan argumentasinya sehingga aspek menjelaskan pada komunikasi matematis siswa dapat meningkat.

2. Skor yang paling tinggi dari aspek komunikasi adalah aspek membaca gambar dan skor yang paling rendah dari aspek komunikasi adalah aspek menjelaskan.

5.2.Saran

Dengan melihat hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada guru, khususnya guru matematika MTs Negeri 2 Medan disarankan untuk memberikan latihan kepada siswa yang banyak meminta siswa untuk memberikan argumentasinya sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa terutama pada aspek menjelaskan dapat meningkat, memperhatikan kemampuan koneksi matematis siswa dalam mentransfer soal cerita ke dalam bentuk gambar matematika serta memberikan kesempatan kepada siswa mengungkapkan ide/gagasannya secara lisan/tulisan dalam proses belajar, dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Match Mine sebagai salah satu alternatif pembelajaran. 

berkomunikasi yang baik dengan teman maupun guru, serta dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam belajar.

3. Kepada Kepala MTs Negeri 2 Medan agar dapat mengkoordinasi guru-guru untuk menerapkan model pembelajaran yang relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan komunikais matematis siswa. 

-DAFTAR PUSTAKA

Aljupri, (2009), Analisis Kemampuan dan Representasi Matematis (suatu design research terhadap siswa di kota Bandung, Laporan Penelitian, Bandung

Ambarjaya, Beni.s., (2012), Psikologi Pendidikan dan Pengajaran Teori dan Praktik, CAPS, Jakarta

Ansari, Bansu I., (2009), Komunikasi Matematik, Yayasan Pena, Banda Aceh Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta

Aunurrahman, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Pontianak Candra, Ade, (2006), Komponen - Komponen Komunikasi,

http://aurajogja.files.wordpress.com/2006/09/pengantar-ilmu-komunikasi-a5.PDF [diakses 30 Maret 2014]

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2012), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan FMIPA Universitas Negeri Medan, FMIPA Unimed

Griffin, Gina, Kids Say-Iwanna Talk About me, http://mathforum.org/~socha [diakses 30 Maret 2014]

Hudojo, Herman, (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, UM PRESS, Malang

Husna, dkk, (2013), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematik Siswa SMP Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS), dalam Jurnal Peluang Volume 1 Nomor 2, ISSN 2302-5158

Isjoni, (2011), Cooperatif Learning, Alfabeta, Bandung

Kbbi Online, (2014), Matematis, http://kamusbesarbahasaindonesia.com [diakses 27 Mei 2014]

Kagan, Miguel, (2009), Match Mine Mathematics, Kagan Publishing

Kagan, Spencer, (1989), The Structural Approach Cooperative Learning, dalam  jurnal pdf

Latifa, (2009), Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Match Mine Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Lindquist, (2010). Komunikasi Matematika.

http://Lindquist.wordpress.com/search?q=komunikasi+matematika [diakses 23maret 2014]

Mahmudi, Ali (2009), Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal MIPA UNHALU Vol 8 No1, ISSN 1412-2318

Nizar, Achmad, (2010), Kontribusi Matematika Dalam Membangun Daya Nalar dan Komunikasi Siswa. Jurnal Pendidikan Inovatif [online] :

http://n124.wordpress.com/2007/08/17/achmadnizar/, [diakses 19 Desember 2013]

Plasma Link Web Services, Glossary Of Instructional Strategies,

http://www.beesburg.com/edtools/glossary.html [diakses 23 Februari 2014]

Sagala, Saiful, (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problemtika Belajar dan Mengajar, Alfabeta, Bandung.

Satriawati, Gusni, (2006), Pembelajaran dengan Open Ended Untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP dalam Jurnal Algoritma, CeMED Jur.Pend Matematika, Jakarta

Soekino, Bambang, (2008), Membangun Keterampilan Komunikasi Matematika Dan Nilai Moral Siswa Melalui Model Pembelajaran Bentang Pengajen, disampaikan pada Seminar Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 28 Oktober 2008, [online], http://rbryans.wordpress.com [diakses 5 April 2014]

Sukino dan Simangunsong W., (2007), Matematika Untuk SMP Kelas VII, Erlangga, Jakarta

Sunyoto dan Fitriatien R.S.,( 2011), Penerapan Strategi TTW Untuk Meningkatkan Komunikasi Matematika Dan Penalaran Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas X TITL SMKN 2 Bangkalan, dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika di Surabaya

Tandiling, edi, (2012), Pengembangan Instrumen Untuk Mengukur Kemampuan Komunikasi Matematik, Pemahaman Matematik, dan Self – Regulated Learning Siswa dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Atas, Jurnal Penelitian Pendidikan UNTAN Vol.13 No.1

Tim Dosen, (2013), Metodologi Penelitian, Universitas Negeri Medan 

Turmudi, (2009), Taktik Dan Strategi Pembelajaran Matematika (Referensi Untuk Guru SMA/Ma, Mahasiswa, dan Umum Cetakan I), Leuser Cita Pustaka, Jakarta

Turmudi, (2009), Taktik Dan Strategi Pembelajaran Matematika seri 4 (Referensi Untuk Guru Matematika, Cet II), Leuser Cita Pustaka, Jakarta

Umar, Wahid, (2012), Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika, dalam Jurnal Ilmiah PRODi STKIP Siliwangi Bandung Vol 1, No. k1

 

Gambar

Tabel 4.21. Peningkatan Nilai Rata-rata Siswa Pada Ke 4 Aaspek dari
Tabel 1.1. Data kesalahan siswa pada tes diagnostik
gambar dan skor yang paling rendah dari aspek komunikasi adalah aspek

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih efektif terhadap kemampuan komunikasi matematis jika dibandingkan

Judul Skripsi :Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Pada

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

Berangkat dari beberapa teori yang sudah dijelaskan di atas dan beberapa hasil penelitian yang relevan maka Model Pembelajaran tipe Think-Pair-Share adalah strategi pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan berfikir matematis siswa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing lebih tinggi daripada siswa yang

[r]

a. Pada awal pembelajaran, guru mendorong peserta didik untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan mereka terhadap subjek yang akan dipelajari. Guru mengatur peserta