i
Judul Skripsi :Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Pada Materi Aritmatika Sosial Di Kelas VII MTs.Al-Jihad Medan
Nama Mahasiswa : Muhammad Rizky Mazaly
NIM : 409 111 048
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika
Menyetujui :
Dosen Pembimbing Skripsi
Prof. Dr. Mukhtar,M.Pd NIP.19590807 198303 1 033
Mengetahui:
FMIPA UNIMED Jurusan Matematika
Dekan, Ketua,
Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D Drs. Syafari, M.Pd
NIP.19590805 198601 1 001 NIP.19540929 198903 1 001
iii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN M A S A L A H M A T E M A T I K A S I S W A M E L A L U I
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATERI
ARITMETIKA SOSIAL KELAS VII MTS AL-JIHAD MEDAN
Muhammad Rizky Mazaly (NIM : 409111048) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diterapkan model Kooperatif Learning Tipe Investigasi Kelompok di kelas VII MTs. Al-Jihad Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII MTs. Al-Jihad Medan yang berjumlah 60 orang yang terdiri dari dua kelas yang masing-masing berjumlah 30 siswa. Objek penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Investigasi Kelompok.
Soal tes kemampuan pemecahan masalah berbentuk uraian, setiap siklus dilakukan satu kali tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil tes awal di kelas VII-1 diperoleh persentase ketuntasan klasikal sebesar 16,7% dengan rata-rata 49,75, dan di kelas VII-2 diperoleh persentase ketuntasan klasikal sebesar 30% dengan rata-rata 54,28, pada siklus I (kelas VII-1) terjadi peningkatan persentase ketuntasan klasikal sebesar 66,7% dengan nilai rata-rata 69,92 dan pada siklus II (kelas VII-2) terjadi peningkatan persentase ketuntasan klasikal sebesar 86,7% dengan rata-rata 80,75. Hal ini dapat juga dilihat dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dari segi aspek pemecahan masalah yakni pada siklus 1 diperoleh 29 siswa (96%) yang dapat memahami masalah, diperoleh 18 siswa (60%) yang dapat merencanakan penyelesaian masalah, diperoleh 13 siswa (43,3%) yang dapat menyelesaikan masalah, dan diperoleh 17 siswa (56,7%) yang dapat memeriksa kembali. Pada siklus II terjadi peningkatan sebanyak 30 siswa (100%) yang dapat memahami masalah, 23 siswa (76,7%) yang dapat merencanakan penyelesaian masalah, 21 siswa (70%) yang dapat menyelesaikan masalah, 23 siswa (76,7%) yang dapat memeriksa kembali. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer, diperoleh pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru pada siklus I dapat dikatakan termasuk kategori baik. Pada siklus II, tingkat kemampuan peneliti mengelola pembelajaran termasuk kategori sangat baik.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkahNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Pada Materi Aritmetika Sosial Kelas VII MTs. Al-Jihad Medan”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
v
seperjuangan lainnya yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu yang selalu membangkitkan semangat bagi penulis.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Juli 2013 Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 6
1.3. Batasan Masalah 6
1.4. Rumusan Masalah 7
1.5. Tujuan Penelitian 6
1.6. Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1. Kerangka Teoritis 9
2.1.1. Pengertian Belajar Matematika 9
2.1.2. Pengertian Pembelajaran Matematika 10
2.1.3. Pengertian Hasil Belajar 11
2.2. Pengertian Pemecahan Masalah Matematika 12
2.2.1. Kemampuan Pemecahan Masalah 14
2.3. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Investigasi Kelompok 15
2.3.1. Model Pembelajaran Kooperatif 15
vii
2.3.3. Langkah-langkah Pembelajaran Model
Investigasi Kelompok 22
2.3.4. Prinsip Pengelolaan 23
2.3.5. Sistem Sosial 24
2.3.6. Sistem Pendukung 24
2.3.7. Dampak Langsung dan Tak Langsung 24
2.3.8. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Investigasi
Kelompok 24
2.4. Aritmetika Sosial 25
2.5. Teori Belajar Yang Mendukung 33
2.6. Kerangka Konseptual 36
2.7. Hipotesis 37
BAB III METODE PENELITIAN 38
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 38
3.1.1.Tempat Penelitian 38
3.1.2.Waktu Penelitian 38
3.2. Subjek Penelitian 38
3.3. Objek Penelitian 38
3.4. Jenis Penelitian 38
3.5. Prosedur Penelitian 39
3.6. Tenik Pengumpulan Data 44
3.7. Tenik Analisis Data 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50
4.1. Hasil Penelitian 50
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Tes Awal 50
4.1.1.1 Alternatif Pemecahan Siklus I ( Rencana Tindakan Siklus I ) 55
4.1.1.2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I 55
4.1.1.3. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I 59 4.1.1.4. Analisis Data Hasil TKPM I (Siklus I) 64
viii
4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 67 4.1.2.1 Alternatif Pemecahan Siklus II ( Rencana Tindakan Siklus II ) 68
4.1.2.2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II 69
4.1.2.3. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II 73 4.1.2.4. Analisis Data Hasil TKPM II (Siklus II) 76
4.1.2.5. Refleksi II 78
4.2. Temuan Penelitian 79
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 80
4.3.1. Faktor Pembelajaran 80
4.3.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 86
5.1. Kesimpulan 86
5.2. Saran 88
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif
dengan Kelompok Belajar Konvensional 17 Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 20 Tabel 2.3 Perbandingan Empat Model dalam Pembelajaran
Kooperatif 21
Tabel 3.1 Nama-nama Validator 44
Tabel 3.2 Hasil Validitas Tes Awal 44
Tabel 3.3 Hasil Validitas Tes Pemecahan Masalah I 44 Tabel 3.4 Hasil Validitas Tes Pemecahan Masalah II 44 Tabel 3.5 Konversi Skor Mentah menjadi Skor Standar 46 Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 47 Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari
Aspek Pemecahan Masalah pada Tes Awal di Kelas VII-1 50 Tabel 4.2 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari
Aspek Pemecahan Masalah pada Tes Awal 51 Tabel 4.3 Persentase TKPM Siswa Berdasarkan
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Pada
Tes Awal di Kelas VII-1 51
Tabel 4.4 Persentase TKPM Siswa Berdasarkan
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Pada
Tes Awal di Kelas VII-2 53
Tabel 4.5 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Tes Awal
di Kelas VII-1 54
Tabel 4.6 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Tes Awal
di Kelas VII-2 54
Tabel 4.7 Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pada Pembelajaran Siklus I 62
xi
Kategori Pemecahan Masalah pada TPKM I 65 Tabel 4.9 Persentase TKPM Siswa Berdasarkan
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah pada TKPM I 65 Table 4.10 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
siklus I 66
Tabel 4.11 Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pada Pembelajaran Siklus I 75
Tabel 4.12 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari
Kategori Pemecahan Masalah pada TPKM II 77 Tabel 4.13 Persentase TKPM Siswa Berdasarkan
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah pada TKPM I 77 Tabel 4.14 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada TKPM II 78 Tabel 4.15 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas 43
Gambar 3.2 Lokasi Penelitian 203
Gambar 3.3 Peneliti Sedang Menyampaiakan Tujuan Pembelajaran 203 Gambar 3.4 Siswa Sedang Berdiskusi 204 Gambar 3.5 Peneliti Sedang Membimbing Jalannya Diskusi 205 Gambar 3.6 Salah Satu Kelompok Menyajikan Hasil Diskusi Di
Depan Kelas 205
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
Lampiran 3 Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I)
Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II)
Lampiran 5 Kunci Jawaban LAS I
Lampiran 6 Kunci Jawaban LAS II
Lampiran 7 Lembar Tes Awal
Lampiran 8 Lembar Tes Pemecahan Masalah I
Lampiran 9 Lembar Tes Pemecahan Masalah II
Lampiran 10 Kunci Jawaban Tes Awal
Lampiran 11 Kunci Jawaban Tes Kemampuan I
Lampiran 12 Kunci Jawaban Tes Kemampuan II
Lampiran 13 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Lampiran 14 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Lampiran 15 Lembar Validitas Soal Tes Awal
Lampiran 16 Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah I
Lampiran 17 Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah II
Lampiran 18 Lembar Validitas Soal Tes Awal
Lampiran 19 Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah I
Lampiran 20 Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah II
Lampiran 21 Lembar Validitas Soal Tes Awal
Lampiran 22 Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah I
Lampiran 23 Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah II
Lampiran 24 Lembar Observasi Siklus I (Pertemuan I)
Lampiran 25 Lembar Observasi Siklus I (Pertemuan II)
Lampiran 26 Lembar Observasi Siklus II (Pertemuan I)
Lampiran 27 Lembar Observasi Siklus II (Pertemuan II)
Lampiran 28 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I (Pertemuan I)
xiii
Lampiran 30 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II (Pertemuan I)
Lampiran 31 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II (Pertemuan II)
Lampiran 32 Lembar Wawancara
Lampiran 33 Hasil Wawancara
Lampiran 34 Tabel Penentuan Persentase Kemampuan Siswa
Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori I,II,III, dan
IV Pada Tes Awal di Kelas VII-1
Lampiran 35 Tabel Penentuan Persentase Kemampuan Siswa
Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori I,II,III, dan
IV Pada Tes Awal di Kelas VII-2
Lampiran 36 Tabel Penentuan Persentase Kemampuan Siswa
Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori I,II,III, dan
IV Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I (TKPM I)
Lampiran 37 Tabel Penentuan Persentase Kemampuan Siswa
Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori I,II,III, dan
IV Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II (TKPM
II)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu pendidikan harus dirancang dan dilaksanakan dalam kaitan yang
harmonis dan selaras dengan aspirasi dan kebutuhan yang dirasakan oleh
masyarakat. Peranan Pendidikan di dalam menjamin keberlangsungan
pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh suatu bangsa sangat penting
sekali, karena hanya lewat pendidikan itulah dapat dihasilkan manusia yang
berkualitas, intelek dan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk melaksanakan
pembangunan bangsa.
Pemerintah selalu melakukan penyempurnaan kurikulum untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Berdasarkan sumber (http : // www. prayudi
.wordpress .com) menyatakan :
“Di antara hasil terbaru penyempurnaan tersebut adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu kelebihan dari kurikulum tersebut ini adalah dinyatakan pemecahan masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communicaation), dan menghargai kegunaan matematika sebagai tujuan pembelajaran matematika SD, SMP, SMA, dan SMK disamping tujuan yang berkaitan dengan pemahaman konsep yang sudah dikenal guru”.
Menganalisis kurikulum merupakan salah satu kegiatan yang perlu
dilakukan oleh seorang guru/calon guru, karena kurikulum merupakan acuan
pokok yang harus dikaji oleh para guru yang merencanakan, melaksanakan, dan
menindaklanjuti pembelajaran mata pelajaran yang dibinanya. Dengan
menganalisis kurikulum, kita akan mendapatkan informasi mengenai tujuan
diajarkannya materi pelajaran yang kita ajarkan, kedalaman serta keluasan dari
setiap pokok/sub pokok bahasan, dan cara bagaimana kita mengajarkannya.
2
Terkait dengan hal diatas dalam Erman, dkk (2003:57) mengatakan
bahwa: “Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk
memperoleh pemahaman melaui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan
yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi)”. Dengan pengamatan
terhadap contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan siswa mampu menangkap
pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk
membuat pikiran, terkaan, atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman
atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus
(generalisasi).
Dalam menyelesaikan soal diperlukan kemampuan dalam memecahkan
masalah. Kemampuan ini diperoleh dengan memberikan banyak latihan
mengerjakan soal, seperti yang dikemukakan oleh Hudojo (2005:127) bahwa:
“Suatu pertanyaan akan merupakan masalah hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut, pertanyaan itu juga dapat terselinap dalam suatu situasi sedemikian sehingga situasi itu sendiri perlu mendapatkan penyelesaian.”
Nampak di sini bahwa memecahkan masalah itu merupakan aktivitas
mental yang tinggi. Perlu diketahui bahwa suatu pertanyaan merupakan masalah
bergantung kepada individu dan waktu.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin.
Pemecahan masalah didefinisikan oleh Polya (dalam Hudojo, 2005:76)
sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan
yang tidak dengan segera dapat dicapai. Karena itu pemecahan masalah
3
Suryadi, dkk (dalam Suherman , Erman, dkk UPI 2003:89) dalam
surveinya tentang current situation on mathematics and science education in
Bandung yang disponsori oleh JICA, menyatakan penemuan bahwa :
“Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh para guru maupun siswa di semua tingkatan mulai dari SD sampai SMU. Namun hal tersebut dianggap bagian yang paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya”.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir.
Hasil Penelitian yang dilakukan The National Assesment of Educational Progress (NAEP) (dalam Suherman,dkk,2003 : 90) menunjukkan bahwa siswa kelas tiga memperoleh prestasi baik dalam soal settingyang dikenal siswa. Sekitar 90% siswa berhasil dengan baik menyelesaikan soal pemecahan masalah yang memuat penjumlahan bilangan bulat dengan satu penyelesaian, dan 70% dari mereka berhasil dengan baik menyelesaikan soal yang memuat pengurangan dengan satu langkah penyelesaian. Dalam soal pemecahan masalah dengan dua langkah penyelesaian, prestasi mereka kurang begitu baik. Sekitar 30% siswa kelas tiga berhasil dengan baik meyelesaikan soal pemecahan masalah yang memuat penjumlahan/pengurangan dengan dua langkah penyelesaian, sedangkan 77% siswa kelas tujuh dapat menyelesaikan dengan baik jenis soal yang sama.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa pemecahan masalah harus
didasarkan atas adanya struktur kognitif yang dimiliki siswa dan tingkat
keberhasilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah menurun
drastis manakalasetting(konteks) permasalahannya diganti dengan hal yang tidak dikenal mereka. Padahal permasalahan matematikanya tetap sama.
Tingkat kesulitan soal pemecahan masalah harus disesuaikan dengan
tingkat kemampuan anak. Berdasarkan hasil penelitian Driscoll (dalam Erman,
dkk 2003:91), pada anak usia sekolah dasar kemampuan pemecahan masalah erat
4
anak yang lebih dewasa, misalkan siswa SLTA, kaitan antar dua hal tersebut
sangat kecil.
Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang
untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus
dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang
anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan
benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah.
Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk memperoleh
kemampuan pemecahan masalah, seorang harus memiliki banyak pengalaman
dalam memecahkan berbagai masalah.
Menurut Bruner (dalam Dahar 2011:81), mengatakan belajar dan
pemecahan masalah bergantung pada penyelidikan alternative. Oleh karena itu,
pengajaran atau instruksi harus memperlancar dan mengatur
penyelidikan-penyelidikan altenatif ditinjau dari segi siswa.
Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi siswa
untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolok ukur bahwa siswa telah belajar
dengan baik ialah jika siswa itu dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari,
sehingga indicator hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh siswa.
Sedangkan menurut Trianto (2009), pembelajaran merupakan aspek
kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Dalam
makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari
seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa
dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan untuk mengatasi
segala masalah dalam pendidikan yang terjadi di lapangan masih kurang tepat
penggunaannya terhadap materi yang sedang atau yang akan dielajari. Untuk
5
belajar yang berbeda, lebih terbuka dan tertantang untuk berperan serta aktif
dengan memberikan gagasan sebanyak mungkin.
Salah satu model pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan daya
matematis siswa adalah model pembelajaran investigasi kelompok. Menurut
Rusman (2012:222), model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok
dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara
perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk
membantu terjadinya pembagian tanggungjawab ketika siswa mengikuti
pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial. Menurut
Trianto (2009):
Dalam implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen.
Kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban
persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya
siswa memilih topik untuk di selidiki, dan melakukan penyelidikan yang
mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 12 Februari 2013
dengan bapak Abdurrahman, S.Pd sebagai guru kelas VII Mts.Al-Jihad Medan,
yang juga menjadi alasan Saya memilih lokasi sekolah tersebut untuk dijadikan
tempat penelitian Saya adalah karena Saya memiliki keakraban dan sering
berdiskusi tentang proses pembelajaran matematika kepada guru tersebut. Beliau
mengatakan bahwa kemampuan dalam memecahkan masalah matematika masih
rendah, serta nilai yang diperoleh sebagian siswa dalam beberapa ulangan harian
masih dibawah nilai KKM (Kriteria Nilai Minimum). Hal ini terjadi karena minat
belajar siswa masih kurang terhadap pembelajaran matematika.
Berdasarkan kenyataan diatas, bahwa tingkat kemampuan pemecahan
6
masalah dalam kehidupan, dengan demikian perlu untuk memberikan sebuah
lingkungan belajar yang dapat merangsang dan mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Pada Materi Aritmetika Sosial Kelas VII Mts. Al-Jihad Medan Tahun Ajaran 2012/2013”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat
diidentifikasi beberapa masalah yaitu:
1. Rendahnya kemampuan siswa menyelesaikan soal pemecahan masalah
matematika.
2. Banyaknya siswa yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran
yang sulit.
3. Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru dan penggunaan
model pembelajaran yang kurang bervariasi.
4. Siswa masih sulit menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah
5. Model pembelajaran yang digunakan masih kurang tepat dengan materi
yang diajarkan.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah dan keterbatasan peneliti, maka
masalah yang disebutkan dalam identifikasi masalah diatas dibatasi pada upaya
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok pada materic Aritmetika
7
1.4 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa pada materi aritmetika sosial di kelas VII
Mts.Al-Jihad Medan tahun ajaran 2012/2013?
2. Apakah aktivitas belajar siswa meningkat ketika diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok pada materi
aritmetika sosial di kelas VII Mts.Al-Jihad Medan tahun ajaran
2012/2013?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok pada materi aritmetika sosial di kelas VII
Mts.Al-Jihad Medan tahun ajaran 2012/2013?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah strategi penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe investigasi kelompok dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada materi aritmetika sosial di
kelas VII Mts.Al-Jihad Medan tahun ajaran 2012/2013
2. Untuk mengetahui apakah aktivitas belajar siswa meningkat ketika
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe investigasi
kelompok pada materi aritmetika sosial di kelas VII Mts.Al-Jihad
Medan tahun ajaran 2012/2013
3. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe investigasi kelompok pada materi aritmetika sosial di
8
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah:
1. Bagi guru, sebagai informasi mengenai kemampuan pemecahan masalah
siswa yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe investigasi kelompok pada materi aritmetika sosial.
2. Bagi siswa, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada
materi aritmetika sosial.
3. Bagi peneliti, hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan untuk menerapkan model pembelajaran investigasi
kelompok pada materi aritmetika sosial maupun materi lain dan dapat
dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi sekolah, sebagai salah satu alternatif dalam mengambil keputusan
yang tepat pada peningkatan kualitas pengajaran, serta menjadi bahan
pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa
khususnya mata pelajaran matematika.
5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin
86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :
1. Berdasarkan dari hasil penelitian, diperoleh bahwa ada peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam menyelesaikan
soal-soal aritnetika sosial dengan mengacu pada indikator pemecahan
masalah dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe
investigasi kelompok yang digabung dengan metode tanya jawab, diskusi
serta melibatkan siswa dalam membahas soal dan latihan misalnya siswa
menulis hasil diskusi didepan kelas.
2. Dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh observer,
diperoleh bahwa aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung terjadi
peningkatan. Pada siklus I keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan
masih sedikit tentang materi aritmetika sosial. Hanya beberapa siswa yang
mengajukan pertanyaan, sedangkan sebagian besar yang lain lebih
memilih pasif, dalam proses diskusi masih ditemukan siswa yang kurang
berpartisifasi aktif. Tetapi pada siklus II, aktivitas siswa semakin baik dan
aktif dimana kekompakkan antar anggota kelompok sudah mengalami
peningkatan dari siklus I.
3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah antara siswa kelas VII-1 dan
VII-2 MTs. Al-Jihad Medan dapat dilihat berdasarkan langkah-langkah
pemecahan masalah dari siklus I (kelas VII-1) ke siklus II (kelas VII-2).
Pada langkah memahami masalah meningkat dari 96% menjadi 100%
berkategori sangat baik. Pada langkah merencanakan penyelesaian
masalah meningkat dari 60% menjadi 76,7% berkategori baik. Pada
langkah menyelesaikan masalah sesuai rencana meningkat dari 43,3%
berkategori kurang baik menjdai 70% berkategori baik. Pada langkah
memeriksa kembali prosedur hasil penyelesaian meningkat dari 56,7%
87
5.2. Saran
Dengan melihat hasil penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Kepada guru, khusunya guru matematika pembelajaran Kooperatif
Learning tipe investigasi kelompok dapat menjadi salah satu alternatif
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa,
khususnya pada materi aritmetika sosial dan perlu diuji coba untuk
materi yang lain.
2. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini
hanya dilakukan di kelas VII-1 dan VII-2 MTs. Al-Jihad Medan Tahun
89
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi., (2009),Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Dahar, Wills., (2011),Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, Erlangga, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.,
(2011),Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED, FMIPA UNIMED.
Firmansyah, Darma., (2005),Matematika untuk SMP dan Mts Kelas VII, PT
Sarana Panca Karya Nusa, Bandung.
Istarani., (2012),58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Kunandar, S.Pd, M.Si., (2008),Penelitian Tindakan Kelas, Rajawali Pers, Jakarta.
Kusaeri, Suprananto., (2012),Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, Graha Ilmu
Yogyakarta.
Rusman., (2012),Model-Model Pembelajaran, Rajawali Press. Jakarta.
Sabri, Ahmad., (2010),Strategi Belajar Mengajar, Quantum Teaching, Ciputat.
Sanjaya, Wina., (2008),Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana
Prenada Group, Jakarta.
Santyasa, I Wayan.,Model-Model Pembelajaran Inovatif, Makalah Juni 2007 :
13-14.
89
Suherman, Erman, dkk., (2003), Strategi Pembelajaran Kontemporer, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Trianto, (2009).,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Prenada
Media Group, Jakarta.
http://www.prayudi.wordpress.com(diakses Maret 2012)
ii
RIWAYAT HDUP
Muhammad Rizky Mazaly dilahirkan di Medan, pada tanggal 2 Desember 1991.
Ayah bernama Alimuddin dan Ibu bernama Mazdalifah Nasution dan merupakan
anak pertama dari satu bersaudara. Pada tahun 1997, penulis masuk SD Negeri
060877 Medan, dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003, penulis melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 12 Medan, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006,
penulis melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, dan lulus pada
tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima di Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Medan, kegiatan intrakurikuler di Universitas Negeri
Medan yang pernah diikuti adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun
2010 dan Ukhuwah Mahasiswa Muslim Matematika (UMMAT) pada tahun