• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII MTS NEGERI 2 MEDAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII MTS NEGERI 2 MEDAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII MTs

NEGERI 2 MEDAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

T E S I S

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

O l e h :

MARDIANA NIM : 8126171019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN M E D A N

(2)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII MTs

NEGERI 2 MEDAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

T E S I S

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

O l e h :

MARDIANA NIM : 8126171019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN M E D A N

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Pertama dan utama sekali penulis memanjatkan rasa puji dan syukur

kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya jualah penulis dapat

menyelesaikan tesis ini. Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi

Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

(UNIMED). Selama menyelesaikan penulisan tesis ini, penulis menemukan

banyak hambatan dan tantangan ,tetapi kesulitan ini dapat ditanggulangi dengan

adanya bantuan berbagai pihak, baik moral maupun material, penulis

mendapatkan semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak.

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku direktur program

pascasarjana UNIMED

2. Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I Program

Pascasarjana UNIMED.

3. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, sebagai Pembimbing I yang telah

menuangkan ilmu sehingga peneliti hakikat penelitian itu sebenarnya.

4. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd sebagai Pembimbing II yang telah

mengarahkan peneliti dalam penyempurnaan penelitian ini.

5. Bapak Prof.Dr.Edi Syahputra, M.Pd Ketua Prodi Pendidikan Matematika

(8)

memberikan suport kepada penulis sejak awal perkuliahan sampai

penyelesaian studi.

6. Bapak Dr Edy Surya, M.Si., dan Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd sebagai

penguji/narasumber yang telah banyak memberikan masukan dan arahan

sejak proposal sampai penyempurnaan tesis ini.

7. Bapak Dapot Tua Manullang, SE, M.Si selaku Staf Prodi Pendidikan

Matematika Pascasarjana UNIMED

8. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Prodi Pendidikan Matematika

Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu

pengetahuan yang bermakna dan membantu penulis selama menjalani

pendidikan.

9. Bunda Anda S.Ag. M.Pd dan Suryani S.Pd. sebagai observer yang telah

membantu dan meberikan masukan penulis sejak awal sampai akhir

pelaksanaan penelitian.

10. Kepala MTs Negeri 2 Medan dan seluruh dewan guru MTs Negeri 2

Medan yang memberikan dukungan moril maupun matreril untuk

penyelesaian pendidikan.

11.Ayahanda tercinta dan tersayang Syabrin Gani Nasution (Alm), ibunda

tercinta dan tersayang Parni Lubis, serta Kakanda Siti Rohani Nasution

S.Pd serta suami, Kakanda Suryani Nasution S.Pd,kakanda Zahara

Nasution S.Pd serta suami, kakanda Masturi Nasution S.Pd serta suami,

(9)

12.Tantangah Ilannur Lubis yang telah memberikan semangat dan motivasi

berjuang menempuh kehidupan dan dalam menyelesaikan pendidikan.

13.Semua pihak, sahabat, keluarga yang telah memberikan dorongan,

semangat serta bantuan lainnya kepada penulis.

14.Serta teman-teman mahasiswa angkatan XXI kelas A1 reguler dan semua

pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan

menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

15.Seluruh siswa MTS Negeri 2 Medan, yang telah memberikan perhatian

yang sangat besar untuk penyelesaian penulisan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab

itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan dalam

penulisan-penulisan selanjutnya. Akhir kata, semoga tesis ini bermanfaat.

Medan,11 September 2014

Penulis

(10)

ABSTRAK

Mardiana. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa kelas VII MTs Negeri 2 Medan Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Tesis. Program Pascasarjana. Universiatas Negeri Medan. 2014.

Penelitian ini bertitik tolak dari rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa. Hal ini disebabkan oleh kurang relevannya model pembelajaran yang diterapkan guru selama ini. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa kelas VII MTs Negeri 2 Medan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research) yang dilaksanakan di MTs Negeri 2 Medan dengan subjek penelitian

adalah siswa kelas VII dan objek penelitian adalah peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa.Dalam pelaksanaan penelitian ini telah dikembangkan perangkat dan instrumemen penelitian. Perangkat yang telah dikembangkan adalah (1) Rencana pelaksanaan penelitian, (2) Lembar aktivitas siswa. Instrument yang dikembangkan adalah (1) Tes kemampuan pemecahan masalah, (2) Tes kemampuan komunikasi matematis, (3) Lembar observasi aktivitas belajar siswa. seluruh perangkat dan instrumen yang digunakan telah divalidasikan. Hasil analisis data siklus II diperoleh gambaran sebagai berikut: (1) rerata nilai tes kemampuan pemecahan masalah 85,11 atau terdapat 96% dari 46 siswa memiliki tingkat pencapaian dengan kategori minimal “baik”, (2) rerata nilai tes kemampuan komunikasi matematis 86,43 atau terdapat terdapat 97% dari 46 siswa memiliki tingkat pencapaian dengan kategori minimal “baik”, (3) Pembelajaran dengan menggunakan kooperatif Tipe STAD dapat membuat aktivitas siswa berkategori lebih baik dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa serta dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Peningkatan tersebut terjadi dengan berbagai revisi-revisi tindakan berdasarkan hasil-hasil refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran.

(11)

ABSTRACT

Mardiana. Developing Student’s Problem Solving Skiil and Mathematics Communication Class VII MTs Negeri 2 Medan through Cooperative Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD). Thesis. Graduate Program, State University of Medan, 2014.

This study starts from the low students ability of problem solving and the student”s mathematics communication skill. There are happen because of less relevancy learning models which applied for this time. The aims of this study are to develop student’s problem solving and mathematical communication students of class VII MTs Negeri 2 Medan Through Cooperative Learning Type STAD. This research was based on the classroom action research at MTs Negeri 2 Medan with the student’s as subjects of research taken from class (VII-5) and the object of research was the application of Cooperative Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD) to develop problem solving and communication skills.The tools of research consist of (1) Lesson Plan, (2) Student’s worksheet. The instruments for data collection consist of: (1) Problem Solving test, (2) Mathematics communication test, (3) Student’s observation sheet. All of tools and instrument have been validated and considered applicable.The results of the analysis in cycle II werw : 1) the average problem solving test score was 85,11 or 96% of 46 students had minimal “good” level, 2) the average mathematics communication test was 86,43 or 97% of 46 students had minimal “good” level, 3) learning by using type STAD cooperative learning activities students can make a well in the learning category. Based on the results of the first cycle and second cycle can be concluded that the application of learning kooperatip STAD model can improve the ability of problem solving and mathematical communication students and to improve student learning activities . the impronenet achieve occuret with various changers of plans based on the over the reflection over the process and results of learning.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah……… 1

1.2 Identifikasi masalah………. 14

1.3 Batasan masalah……… 14

1.4 Rumusan Masalah……….. 15

1.5 Tujuan pe elitia ……….. 16

1.6 Manfaat pe elitia ……… 16

1.7 Defenisi operasio al………. 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan pemecahan masalah mate atis…….……….. 20

2.2 Kemampuan komunikasi matematik…...………..……….. 29

2.3 Pengertian belajar ………..………..……… 39

2.4. Aktivitas belajar sis a……….………..……….. 43

2.5 Proses penyelesaian jawaban siswa dalam memecahkan masalah matematika 45 2.6. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengomunikasikan matematika. 47 2.7. Pembelajaran kooperatif Tipe STAD……… 49

2.8. Keunggulan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD……….. 59

2.9. Teori belajar pe duku g……….……… 60

2.10.Penelitian yang rele a ………….……… 65

2.11.Sajian materi 66

2.12. Kerangka ko septual……….. 69

2.13. Hipotesis tindakan 78 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian 79 3.2 Lokasi penelitian dan waktu penelitian 80 3.3 Subjek penelitian dan objek penelitian………. 81

3.4 Perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian 81 3.5. Mekanisme dan rancangan Pe elitia ……….. 85

3.6 Instrumen dan pengumpulan data 89 3.7.Teknik analisis data………. 94

3.8. Kriteria keberhasila ……….. 101

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Deskripsi hasil penelitian tindakan kelas siklus I 103

4.2 observasi dan evalasi 115

4.2.1 Hasil observasi terhadap aktivitas guru. 115

4.2.2 Hasil observasi terhadap aktivitas siswa 116

4.2.3 Hasil tes kemampuan pemecahan masalah 121

(13)

4.3 Refleksi terhadap kinerja siswa dalam menyelesaikan LAS 128

4.4 Refleksi terhadap aktivitas belajar siswa 129

4.5 Refleksi terhadap kemampuan gurumengelola pembelajaran 130

4.6 Refleksi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis 130

4.7 Refleksi terhadap kemampuan komunikasi matematis 132

4.8. Hasil revisi perangkat pembelajaran berdasarkan siklus I 134

4.9 Deskripsi hasil penelitian tindakan kelas siklus II 136

4.9.1 Perencanaan tindakan 136

4.9.2 Pelaksanaan tindakan 136

4.10 Observasi dan evaluasi 147

4.10.1.Hasil observasi terhadap aktivitas guru 148

4.10.2 Hasil observasi terhadap aktivitas siswa 149

4.10.3 Hasil tes kemampuan pemecahan masalah 151

4.10.4 Proses penyelesaian jawaban tes kemampuan pemecahan masalah 153

4.10.5 Hasil tes komunikasi matematis 156

4.10.6 Proses penyelesaian jawaban tes kemampuan komunikasi matematis 158

4.11.Hasil refleksi siklus II 161

4.12. Temuan penelitian 168

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

Gambar 1.1 Pola jawaban pemecahan masalah siwa……… 6

Gambar 1.2 Pola jawaban komunikasi mate atik Siwa……… 9

Gambar 2.1 Skema pemecahan masalah………. 27

Gambar 2.2 Skema kemampuan komunikasi matematik………... 33

Gambar 4.1 Aktivitas guru membimbing siswa pertemuan 1 siklus I………. 106

Gambar 4.2 Aktivitas siswa mempresentasikan hasil diskusi……….. 107

Gambar 4.3 Proses penyelesaian jawaban siswa masalah LAS 1……… 108

Gambar 4.4 Aktivitas guru membimbing siswa pertemuan 2 siklus II……….. 110

Gambar 4.5 Proses penyelesaian jawaban siswa masalah LAS 2………. 111

Gambar 4.6 Proses penyelesaian jawaban siswa masalah LAS 3……….. 113

Gambar 4.7 Rerata hasil observasi aktivitas guru siklus I……… 115

Gambar 4.8 Hasil tes kemampuan pemecahan masalah siklus I……….. 120

Gambar 4.9 Proses penyelesaian jawaban TKPM butir I……… 122

Gambar 4.10 Hasil TKKM siklus I ……… 124

Gambar 4.11 Proses penyelesaian jawaban TKKM butir 2 ………. 126

Gambar 4.12 Gambar 4.13 Proses penyelesaian jawaban TKKM butir 3 ………. Guru menjelaskan materi pertemuan I siklus II……… 127 139 Gambar 4.14 Aktivitas guru membimbing siswa pada siklus II………. 140

Gambar 4.15 Proses jawaban siswa pada LAS 4………. 141

Gambar 4.16 Proses jawaban siswa pada LAS 5 masalah 1……….. 143

Gambar 4.17 Proses penyelesaian jawaban siswa LAS 6……… 146

Gambar 4.18 Rerata hasil observasi aktivitas guru siklus II……… 148

Gambar 4.19 Rerata hasil observasi aktivitas siswa siklus II………. 150

Gambar 4.20 Hasil tes kemampuan pemecahan masalah siklus II ……… 152

Gambar 4.21 Proses pe yelesaia jawaba TKPM butir I………... 155

Gambar 4.22 Proses penyelesaian jawaban TKPM butir 2……… 156

Gambar 4.23 Hasil tes kemampuan komunikasi matematis siklus II ……… 158

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Tabel 2.1 Pembelajaran kooperatif tipe STAD……….. 52

Tabel 2.2 Nilai perkembangan individu……….. 55

Tabel 2.3 Penghargaan kelompok……….. 56

Tabel 3.1 Alur penelitian tindakan kelas……….. 88

Tabel 3.2 Pedoman Penilaian kemampuan pemecahan masalah……… 91

Tabel 3.3 Pedoman Penilaian kemampuan komunikasi matematis………….. 92

Tabel 3.4 Interprestasi aktivitas guru dan siswa……….. 98

Tabel 4.1 Kinerja siswa dalam menyelesaikan LAS siklus I……… 114

Tabel 4.2 Hasil observasi aktivitas siswa siklus I……….. 117

Tabel 4.3 Hasil tes kemampuan pemecahan masalah (TKPM) siklus I ………… 119

Tabel 4.4 Hasil Proses Penyelesaian Jawaban TKPM Siklus I………. 121

Tabel 4.5 Hasil proses penyelesaian jawaban TKKM Siklus I…. 125 Tabel 4.6 Revisi instrumen tes dan perangkat pembelajaran siklus I ………… 130

Tabel 4.7 Hasil revisi perangkat pembelajaran siklus I………. 134

Tabel 4.8 Hasil observasi aktivitas siswa siklus II……….. 150

Tabel 4.9 Hasil tes kemampuan pemecahan masalah (TKPM) siklus II ……….. 151

Tabel 4.10 Hasil proses penyelesaian jawaban TKPM siklus II……….. 153

Tabel 4.11 Hasil tes kemampuan komunikasi matematis (TKKM) siklus II…….. 157

Tabel 4.12 Hasil proses penyelesaian jawaban TKKM siklus II……….. 163

Tabel 4.13 Refleksi siklus II………. 161

Tabel 4.14 Perbandingan antara siklus I dan siklus II ……… 164

Tabel 4.15 Tabel 4.16

Peningkatan TKPM tiap aspek dari siklus I ke siklus II……… Peningkatan TKKM tiap aspek dari siklus I ke siklus II…..

166

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana yang tepat dalam membentuk masyarakat dan

bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan dapat

menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai

dengan isi Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (Sanjaya 2012:2) tentang sistem

pendidikan nasional yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai

dengan pendidikan dan pembelajaran, baik formal maupun nonformal yang efektif

dan efisien. Salah satu pendidikan yang dapat dilakukan adalah pendidikan di sekolah

mulai Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah

Menengah Atas (SMA) dengan segala aspeknya. Kurikulum, pendekatan, metode,

strategi dan model yang sesuai, fasilitas yang memadai dan sumber daya manusia

yang kreatif adalah aspek yang sangat berpengaruh untuk mencapai tujuan yang

direncanakan.

Proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah harus mempunyai tujuan,

(17)

ingin dicapai, suasana belajar dan pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan

potensi anak didik, harapannya proses pendidikan haruslah berorientasi kepada siswa

dan akhir dari proses pendidikan itu adalah berujung kepada peningkatan sikap

positif, pengembangan kecerdasan intelektual serta pengembangan ketrampilan anak

sesuai dengan kebutuhan, sehingga diharapkan mampu mempersiapkan Sumber Daya

Manusia (SDM) berkualitas sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di

Indonesia.

Menurut Garis-garis besar program pengajaran (Tim MKPBM:2001) secara

rinci tujuan khusus pengajaran matematika di SLTP adalah (1) Siswa memiliki

kemampuan yang dapat dialih gunakan melalui kegiatan matematika, (2) Siswa

memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan

menengah, (3) Siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan

perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan

sehari-hari, (4) Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis,

kritis, cermat, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika

Menghadapi dan menyikapi tujuan pembelajaran kurikulum yang berbasis

kompetensi dan telah disempurnakan pada penerapan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) di setiap sekolah setingkat SD, SMP dan SMA, akan membuat

guru semakin pintar, karena mereka dituntut harus mampu merencanakan sendiri

materi pelajarannya untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Hanya saja,

sebagian besar guru belum terbiasa untuk mengembangkan model-model

pembelajaran.Implementasi KTSP sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim

(18)

setiap guru, mulai dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini berkaitan

dengan adanya pergeseran peran guru yang semula lebih sebagai instruktur dan kini

menjadi fasilitator pembelajaran.

Namun kenyataan menunjukkan prestasi belajar matematika masih saja

rendah. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa dikarenakan

banyak siswa yang menganggap matematika sulit dipelajari dan karekteristik

matematika yang bersifat abstrak sehingga siswa menganggap matematika

merupakan momok yang menakutkan, diperkuat oleh Sriyanto (2007) yang

menyatakan bahwa matematika sering kali dianggap sebagai momok menakutkan dan

cenderung dianggap pelajaran yang sulit oleh sebahagian besar siswa. Russefendi

(1991) juga menambahkan matematika bagi anak-anak pada umumnya merupakan

mata pelajaran yang tidak disenangi, dianggap sebagai ilmu yang sukar dan ruwet.

Kondisi seperti ini juga terjadi di MTs N 2 Medan khususnya di kelas VII tahun

ajaran 2013-2014, ini terlihat dari ujian semester genap yang menunjukkan hasil

kurang memuaskan.Dari 46 siswa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75

tercatat hanya 6 0rang yang tuntas, 15 orang berada pada kriteria kurang dan 24 siswa

berada pada kriteria sangat kurang. Problem ini tentu harus dengan segera dicari

solusinya agar pendidikan matematika khususnya di MTs N 2 Medan semakin baik.

Rendahnya hasil belajar matematika tersebut dikarenakan siswa lemah dalam

kemampuan matematik antara lain: pemahaman konsep, prosedur, penalaran,

komunikasi, dan pemecahan masalah yang mengakibatkan siswa sulit untuk

(19)

masalah. Jika siswa dapat memahami masalah akan dengan mudah

mengkomunikasikan ide-idenya dalam mengubah sebuah informasi dalam bentuk

yang lebih bermakna dan mampu menyelesaikan sebuah permasalahan.

Upaya yang dilakukan dapat diawali dengan menetapkan tujuan pendidikan

matematika. Menurut Soejadi dalam Saragih (2007) mengungkapkan bahwa

pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yang meliputi pertama tujuan yang

bersifat formal, yang memberi tekanan pada penataan nalar anak serta pembentukan

pribadi anak kedua tujuan yang bersifat material yang memberi tekanan pada

penerapan matematika serta kemampuan memecahkan masalah matematika. Hal ini di

perkuat oleh NCTM (2006: 67) yang merekomendasikan lima kompetensi standar

matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah (Problem Solving), Komunikasi

(Communication), Koneksi (Connection),Penalaran (Reasoning), dan Representasi

(Representation). Kelima standar kompetensi yang dikenal sebagai keterampilan

matematika (Doing Math ) ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik

pada masa kini dan masa datang melalui tugas matematika yang dapat mendukung

tujuan di atas.

Dalam pembelajaran matematika kemampuan pemecahan masalah menjadi

semakin penting.ini dikarenakan matematika merupakan pengetahuan yang logis,

sistematis, berpola, abstrak, dan yang tak kalah penting menghendaki justifikasi atau

(20)

kemampuan-kemampuan dasar dalam pemecahan masalah seperti berfikir logis,

berfikir strategik.Selain itu, secara timbal balik dengan mempelajari matematika,

siswa terasah kemampuan dalam memecahkan masalah.Karena itu, pembelajaran

pemecahan masalah sejak dini diperlukan agar siswa dapat menyelesaikan

problematika kehidupannya dalam arti yang luas maupun sempit. Suriyadi,dkk(1999)

dalam surveinya menemukan bahwa pemecahan masalah matematika merupakan

salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh guru maupun siswa

di semua tingkatan mulai dari SD sampai SMA. Gagne seperti dikutip Yusfiatini

(2013) menyatakan bahwa ketrampilan intelektual yang paling tinggi dapat

dikembangkan melalui pemecahan masalah.

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang

sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya siswa

dimungkinkan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang sudah dimiliki

untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Namun, bagi

murid yang mempelajarinya maupun guru yang mengajarkannya hal ini tidaklah

mudah.Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah

siswa masih rendah. Penelitian Sutrisno (2002) menyimpulkan bahwa secara klasikal

kemampuan pemecahan masalah matematika belum tercapai taraf ketuntasan

belajar.Hal tersebut diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti di

MTsN 2 Medan. Sebagai berikut:

Keliling sebuah persegi panjang 44 cm dan lebarnya 3

8 kali panjangnya.Berapakah Luas persegi panjang tersebut?

(21)

b. Tuliskan langkah-langkah dan rumus yang akan kamu gunakan! c. Selesaikan masalah sesuai strategi!

d. Cek dan simpulkan jawabanmu!

Gambar 1.1.Model Penyelesaian yang Dibuat Oleh Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Kemampuan pemecahan masalah tidak nampak pada diri siswa. soal tersebut

diujikan kepada 40 orang siswa, 16 siswa belum mampu menuliskan apa yang

diketahui dan ditanyakan, 24 siswa belum mampu merencanakan penyelesaian

masalah dan siswa belum mampu melakukan perhitungan dengan benar. Salah satu

jawaaban siswa yang menjawab dengan salah terlihat pada gambar diatas.Siswa juga

belum mampu menguraikan langkah-langkah dalam menggunakan strategi

pemecahan masalah serta belum bisa memberikan argumentasi yang baik dalam

pembuktian kebenaran pilihan jawaban yang dsajikan. Dengan pemecahan masalah

diharapkan siswa mampu memahami apa yang menjadi akar persoalan dan mencari

(22)

memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Oleh karenanya penelitian ini diharapkan

akan mampu memperbaiki proses pembelajaran.

Selain kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi matematik

juga perlu dikuasi oleh siswa dimana kemampuan komunikasi matematik adalah

kecakapan untuk menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan, demonstrasi,

dan melukiskan secara visual dalam tipe yang berbeda, memahami, menafsirkan, dan

menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan atau dalam bentuk visual,

mengkontruksikan dan menghubungkan bermacam-macam representasi ide dan

hubungannya. Karena dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari peran komunikasi

menurut Sullivan (Ansari,2009:4) mengatakan peran dan tugas seorang guru adalah

memberi kebebasan kepada siswa berkomunikasi untuk menjelaskan idenya dan

mendengar ide temannya dan membantu siswa memahami ide matematika karena itu

kemampuan komunikasi siswa penting. Menurut National Council of Teachers of

Mathematics NCTM 2000 (dalam Mahmudi,2009:3) disebutkan bahwa standar

kemampuan yang seharusnya dikuasai oleh siswa adalah (1).Mengorganisasi dan

mengkonsolidasi pemikiran matematika dan mengkomunikasikan kepada siswa

lain,(2). Mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren dan jelas kepada siswa

lain, guru, dan lainnya, (3). Meningkatkan atau memperluas pengetahuan matematika

siswa dengan cara memikirkan pemikiran dan strategi siswa lain,(4). Menggunakan

bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi matematika..Dari penjelasan

dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa memegang peran

(23)

(Ansari,2009:4)menyatakan bahwa ada dua alasan mengapa komunikasi dalam

matematika siswa peranan penting dan perlu ditingkatkan di dalam pembelajaran

matematika. pertama mathematics as languange, artinya matematika tidak hanya

sebagai alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil

kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai alat yang berharga untuk

mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics

learningas social activity, artinya matematika sebagai aktivitas sosial dalam

pembelajaran, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga

komunikasi antara guru dan siswa.Menurut Atun (2009:6) komunikasi adalah salah

satu faktor yang penting dalam proses pembelajaran metematika di dalam atau di luar

kelas.Sudah sewajarnya mendapatkan perhatian yang khusus dari seorang guru

terhadap para siswa untuk meningkatkan hasil belajar. Apabila siswa mempunyai

kemampuan komunikasi tentunya akan membawa siswa kepada pemahaman

matematika kepada konsep matematika yang dipelajari.

Namun, fakta di lapangan menyatakan bahwa guru di dalam pembelajaran

tidak mampu menciptakan suasana yang dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematik, sehingga kemampuan komunikasi matematik siswa sangat

terbatas hanya pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai pertanyaan yang

diajukan oleh guru. Untuk mengungkapkan lebih jelas lagi tentang kesulitan siswa

dalam menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematik maka ketika di minta

untuk menyelesaikan soal sebagai berikut.

(24)

Hitung dan selesaikanlah soal di atas!

Gambar 1.2. Model Penyelesaian yang Dibuat oleh Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

Soal tersebut diujikan kepada 40 orang siswa, 18 siswa tidak menjawab dan

22 siswa menjawab dengan salah dan tidak mampu menyatakan ide–ide matematika

ke dalam model matematika sehingga dalam penyelesaian masalah banyak siswa

yang tidak mampu menyelesaiankan masalah. Hal ini menunjukkan rendahnya

kemampuan komunikasi matematik siswa karena siswa masih selalu terpaku dengan

angka-angka, sehingga permasalahan matematika yang disajikan berupa masalah

berbentuk simbol atau analisis yang mendalam maka siswa tidak mampu dalam

menyelesaikannya.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa

tidak terlepas bagaimana cara guru menyampaikan materi pelajaran di kelas. Guru

tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan

matematika yang akan menjadi milik siswa. Dengan kondisi yang demikian,

(25)

berkembang, sehingga proses penyelesaian jawaban siswa terhadap permasalahan

yang diajukan oleh gurupun tidak bervariasi. Beberapa permasalahan tentang

komunikasi matematik siswa ini menjadi sebuah permasalahan serius yang harus

segera ditangani.Kemampuan komunikasi matematis sangat perlu dikembangkan

karena melalui komunikasi matematis siswa dapat melakukan organisasi berpikir

matematisnya. Untuk itu guru harus memahami kemampuan siswa dalam

menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses

matematika yang mereka lakukan sehingga tujuan pembelajaran matematika dapat

tercapai.

Kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis sangat penting

dikuasai oleh siswa, sementara fakta di lapangan kedua kemampuan tersebut masih

rendah dan kebanyakan siswa terbiasa melakukan kegiatan belajar dengan metode

menghafal tanpa dibarengi pengembangan memecahkan masalah dan komunikasi

matematis. Pembelajaran selama ini yang digunakan oleh guru belum mampu

membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah, mengaktifkan

siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat

mereka, dan bahkan para siswa masih enggan untuk bertanya pada guru jika mereka

belum paham terhadap materi yang disajikan guru. Di samping itu juga, guru

senantiasa dikejar oleh target waktu untuk menyelesaikan setiap pokok bahasan tanpa

memperhatikan kompetensi yang dimiliki siswanya.Yusfiatini (2013:9) menjelaskan

bahwa siswa kurang termotivasi untuk belajar, pembelajaran selama ini cenderung

didominasikan oleh kegiatan guru, sedangkan siswa bersifat pasif yang hanya

(26)

siswa disebabkan karena materi pelajaran yang diajarkan, sedikit atau kurang sekali

penekanan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari, guru mengajarkan

matematika dengan materi pelajran dan metode yang tidak menarik, dimana guru

menerangkan, siswa mencatat materi pelajaran, pada saat mengajar matematika guru

guru langsung menjelaskan materi yang akan dipelajari dilanjutkan dengan contoh

soal dan latihan. Guru tidak lain hanya meyampaikan informasi dimana guru lebih

aktif sementara siswa pasif mendengarkan dan menyalin, sesekali guru bertanya dan

sesekali siswa menjawab, guru memberikan contoh soal dilanjutkan dengan

memberikan latihan yang sifatnya rutin sehingga kurang melatih daya nalar siswa,

kemudian guru memberi penilaian. Akibatnya proses penyelesaian jawaban siswa

tidak bervariasi karena hanya mengikuti aturan-aturan dan cara yang sering

diselesaikan oleh gurunya sehingga pembelajaran menjadi monoton.

Guru sebagai salah satu komponen penentu keberhasilan proses pembelajaran

dituntut untuk menciptakan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis serta aktivitas siswa.

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru matematika sekolah menengah

adalah mampu mendemonstrasikan dalam penerapan macam-macam metode dan

teknik mengajar dalam bidang studi yang diajarkan. Untuk mendukung proses

pembelajaran yang mengaktifkan siswa diperlukan suatu pengembangan materi

pelajaran matematika yang difokuskan kepada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari

(konstektual) dan disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa, serta penggunaan

(27)

pada akhir pembelajaran saja.Untuk menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan

masalah dan komunikasi dalam pembelajaran matematika, guru harus mengupayakan

pembelajaran dengan menggunakan model-model belajar yang dapat memberi

peluang dan mendorong siswa untuk melatih kemampuan pemecahan masalah dan

komunikasi matematik siswa.

Salah satu pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran matematika

adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (Cooperative

Learning) merupakan suatu pembelajaran dengan kelompok kecil siswa yang bekerja

sebagai tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau

mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama menurut Saragih (2013:4).

Siswa bekerja dalam secara berkelompok untuk menyelesaikan materi belajar

merupakan salah satu ciri-ciri dari model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif dapat membantu para siswa meningkatkan sikap

positif dalam matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri

terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika. Hal ini

akan dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika

(mathematics anxiety) yang banyak dialami para siswa. Pentingnya hubungan antara

teman sebaya di dalam ruang kelas tidaklah dapat dipandang remeh. Pengaruh teman

sebaya pada pembelajaran kooperatif yang ada di dalam kelas dapat digunakan untuk

tujuan-tujuan positif dalam pembelajaran matematika. Para siswa menginginkan

(28)

untuk mencapai prestasi akademik yang baik adalah salah satu faktor penting dari

pembelajaran tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas,dapat dikemukakan beberapa

permasalahan yakni:

1. Hasil belajar matematika siswa MTsN 2 Medan masih rendah.

2. Kemampuan pemecahan masalahmatematik siswaMTsN 2 Medan mengenai

konsep-konsep matematika masih rendah.

3. Kemampuan komunikasi matematika siswaMTsN 2 Medan masih rendah.

4. Kurang melibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika.

5. Pemilihan strategi pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan

pemecahan masalah siswa kurang efektif.

6. Pemilihan strategi pembelajaran terhadap komunikasi pembelajaran

matematika siswa kurang efektif.

(29)

1.3.Pembatasan Masalah

Beberapa permasalahan yang telah teridentifikasi dapat dikatakan suatu

permasalahan yang cukup luas dan kompleks. Agar penelitian ini menjadi fokus maka

diperlukan pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Belum diterapkan pendekatan pembelajaran yang mengarah kepada

peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik.

2. Belum diterapkan pendekatan pembelajaran yang mengarah kepada

peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.

3. Tidak nampaknya proses penyelesaian jawaban siswa dalam memecahkan

masalah matematika

4. Tidak nampaknya proses penyelesaian jawaban siswa dalam

mengomunikasikan matematika

1.4Rumusan Masalah

Sesuai pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VII MTsN 2

Medan kelas VII pada pokok bahasan segiempat melalui pembelajaran

kooperatif tipe STAD?

2. Bagaimana pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII MTsN 2 Medan pada

(30)

3. Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa dalam memecahkan

masalah matematika pada pokok bahasan segiempat?

4. Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengomunikasikan

matematika pada pokok bahasan segiempat?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah :

1. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII MTs Negeri 2 Medan pada materi segiempat melalui pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

2. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII MTs Negeri 2 Medan pada materi segiempat melalui pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

3. Mendeskripsikan proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam memecahkan masalah matematika.

4. Mendeskripsikan proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam mengomunikasikan matematika.

1.6. Manfaat Penelitian .

Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan

(31)

1. Bagi Siswa, mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan

komunikasi matematik untuk meningkatkan prestasi belajarnya dalam

matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Bagi guru, pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menjadi alternatif model

pembelajaran untuk memberikan variasi dalam pembelajaran matematika.

3. Manfaat bagi peneliti sendiri adalah agar peneliti siap menjadi guru yang

profesional dan inovatif dalam mengajarkan matematika untuk kemudian hari.

4. Praktisi pendidikan, sebagai bahan masukan atau informasi dalam upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya matematika sekolah sehingga

dapat meningkatkan kemampuan matematis lainnya pada siswa.

1.7Defenisi Operasional

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan

dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa istilah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematik adalah kecakapan siswa dalam

menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi

baru yang belum dikenal dalam menyelesaikan soal-soal tes yang memuat

indikator kemampuan pemecahan masalah yaitu: siswa mampu memahami

masalah, merencanakan pemecahan, menyelesaikan masalah sesuai rencana,

memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian.

2. Kemampuan komunikasi matematik adalah keahlian siswa menggunakan

(32)

akan dilihat dari aspek: (a) Menyatakan gambar ke dalam model

matematika,(b) Menyatakan ide-ide matematika dalam bentuk gambar, (c)

Menyatakan ide matematika ke dalam model matematika

3. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu pola pembelajaran yang meliputi

suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk

menyelesaikan suatu tugas, sebuah masalah, atau mengerjakan sesuatu untuk

mencapai tujuan bersama.

4. Pembelajaran kooperatif Tipe STAD adalah model pembelajaran yang

berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

5. Aktivitas belajar siswa yaitu segala kegiatan yang dilakukan siswa secara aktif

maupun pasif selama proses pembelajaran berlangsung, yang meliputi

kegiatan: (1) keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran (2)

keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual

dalam proses pembelajaran, (3) keterlibatan siswa dalam mencari dan

memanfaatkan setiap sumber belajar, (4) keterlibatan siswa dalam melakukan

prakarsa, (5) keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil

pembelajaran yang telah dilakukan ,dan (6) keterlibatan siswa secara mandiri

untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus

dikerjakan.

6. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam memecahkan masalah matematika

(33)

rinci dan benar berdasarkan indikator pemecahan masalah yaitu: 1)

menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan serta kecukupan data dengan

benar, 2) menuliskan rencana strategi penyelesaian dengan benar, 3)

melakukan operasi perhitungan dengan benar, serta mampu 4) memeriksa

hasil yang diperoleh dengan cara mengujicobakan hasil perhitungan dengan

benar.

7. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengomunikasikan matematika

adalah suatu rangkaian tahapan penyelesaian yang dibuat siswa secara lebih

rinci dan benar berdasarkan indikator komunikasi matematika. ini ditunjukkan

dengan kemampuan siswa: 1) menyatakan gagasan ke dalam bentuk

gambar/tabel yang dituliskan dengan benar, 2) menerjemahkan gagasan

(34)

102

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukan dapat diambil kesimpulan

yang berkaitan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika siswa

pada pokok bahasan segiempat sebagai berikut:

1) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII MTs Negeri

2 Medan. Hal ini diketahui dari persentase siswa yang telah mampu

memecahkan masalah matematika pada siklus I adalah 62.04%, Hal ini

disebabkan karena siswa belum terbiasa menuliskan rencana strategi

penyelesaian dan belum terbiasa memeriksa kembali hasil penyelesaian

masalah. Kondisi ini diatasi dengan cara membiasakan siswa untuk

menuliskan rencana strategi penyelesaian dan memeriksa kembali

penyelesaian dengan mengujicobakan pilihan jawaban yang tersedia pada

saat mengerjakan latihan individu.Bedasarkan hasil refleksi sikus I

disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa belum

memenuhi kriteria keberhasilan. Oleh karenanya pemberian tindakan

dilanjutkan ke siklus II. Selanjutnya di siklus II meningkat menjadi

85,11%. Artinya, hasil belajar siswa memenuhi standar ketuntasan klasikal

(35)

103

berkategori baik. Dengan demikian pelaksanaan tindakan berhasil dan

siklus dihentikan.

2) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematik siswa VII MTs Negeri 2 Medan. Hal

ini diketahui dari persentase siswa yang telah mampu berkomunikasi

secara matematik pada siklus I adalah 69.39% , Hal ini disebabkan karena

siswa belum mampu membuat model matematika yang sesuai dengan

masalah dan belum mampu menjelaskan konsep matematika dengan

kalimat sendiri. Kondisi ini diatasi dengan cara melatih siswa untuk dapat

membuat model matematika dan menjelaskan konsep matematika dengan

kalimat sendiri melalui pengerjaan latihan individu. Bedasarkan hasil

refleksi kemampuan komunikasi matematis siswa sikus I disimpulkan

belum memenuhi kriteria keberhasilan. Oleh karenanya pemberian

tindakan dilanjutkan ke siklus II. Selanjutnya pada siklus II meningkat

menjadi 86.43%. Artinya, hasil belajar siswa siswa memenuhi standar

ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 85%, dan peningkatan

komunikasi matematis berkategori baik. Dengan demikian pelaksanaan

tindakan berhasil dan siklus dihentikan.

3) Berdasarkan hasil analisis terhadap proses penyelesaian jawaban siswa

dalam memecahkan masalah pada siklus I terdapat rerata aspek memahami

masalalah 47,8% jawaban benar dan 39% jawaban benar lengkap. Aspek

merencanakan penyelesaian terdapat 30,4% jawaban benar dan 8,6%

jawaban benar dan lengkap. Aspek melaksanakan rencana terdapat 37%

(36)

104

kembali hasil 30,4% jawaban benar dan 8,7% jawaban benar dan lengkap.

Hal ini disebabkan kerena siswa belum terbiasa memeriksa kembali hasil

penyelesaian masalah. Kondisi ini diatasi dengan cara membiasakan siswa

untuk menuliskan rencana strategi penyelesaian dan memeriksa kembali

penyelesaian dengan mengujicobakan pilihan jawaban yang tersedia pada

saat mengerjakan latihan individu. Selanjutnya di siklus II terdapat rerata

aspek memahami masalah terdapat 32,6% jawaban benar dan 65,21%

jawaban benar dan lengkap. Aspek merencanakan penyelesaian terdapat

34,7% jawaban benar dan 56,5% jawaban benar dan lengkap aspek

melaksanakan rencana terdapat 50% jawaban benar dan 45,65% jawaban

benar dan lengkap. Aspek memeriksa kembali hasil 65,21% jawaban benar

dan 28,26% jawaban benar dan lengkap. Hasil ini menunjukkan proses

penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam memecahkan masalah

matematika lebih baik pada siklus II di setiap aspek.

4) Berdasarkan hasil analisis terhadap proses penyelesaian jawaban siswa

dalam mengomunikasikan matematis siklus I terdapat rerata untuk aspek

menyatakan situasi kedalam bentuk gambar terdapat 67,3% jawaban dan

15,2% jawaban benar dan lengkap. Aspek menerjemahkan gagasan

kedalam simbol matematika terdapat 60,8% jawaban benar dan 13%

jawaban benar dan lengkap. Aspek menerjemahkan konsep matematika

52,1%. Hal ini disebabkan karena siswa belum mampu membuat model

matematika yang sesuai dengan masalah dan belum mampu menjelaskan

konsep matematika yang sesuai dengan masalah dan belum mampu

(37)

105

diatasi dengan cara melatih siswa untuk dapat membuat model

matematika dan menjelaskan konsep matematika dengan kalimat sendiri

melalui pengerjaan latihan individu. Selanjunya pada siklu II terdapat

rerata untuk setiap aspek menyatakan situasi ke dalam bentuk gambar

terdapat 50% jawaban benar dan 45,65% jawaban benar dan lengkap.

Aspek menerjemahkan gagasan kedalam simbol matematika terdapat

28,26% jawaban benar dan 65,21% jawaban benar dan lengkap. Aspek

menerjemahkan konsep matematika 43,3% jawaban benar dan 43,4%

jawaban benar dan lengkap. Hal ini menunjukkan proses penyelesaian

jawaban yang dibuat siswa dalam mengomunikasikan matematika lebih

(38)

106

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikemukan

beberapa saran sebagai berikut:

5.2.1 Bagi guru

 Pada siklus I siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe

STAD, oleh karena itu disarankan agar sebelum melaksanakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa diperkenalkan dahulu dengan

pembelajaran tersebut dengan cara menginformasikan tahapan-tahapan

pelaksanaan pembelajaran dimaksud.

 Dalam menyusun instrument disarankan agar menggunakan kalimat

sederhana yang mudah dipahami siswa, bila perlu sisipkan gambar-gambar

ilustrasi agar siswa lebih mudah memahami soal tersebut.

 Pada saat pembelajaran berlangsung terutama pada tahap ke empat

membimbing kelompok belajar yaitu membimbing penyelidikan individu

dan kelompok disarankan kepada guru agar lebih memperhatikan

kelompok yang mengalami kesulitan namun jangan terfokus pada satu

kelompok saja.

 Pada setiap akhir pembelajara diberikan latihan mandiri sebagai sarana

untuk memantapkan pemahaman konsep yang baru dipelajari sekaligus

melatih kemampuan siswa.

 Pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan kemampuan

(39)

107

pemanfaatan waktu yang tepat. Oleh karena itu disarankan agar guru

benar-benar merancang dan menggunakan alokasi waktu dengan tepat.

5.2.2. Bagi Siswa

 Pembelajaran kooperatif tipe STAD bertujuan untuk membimbing siswa

yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu tugas, sebuah

masalah, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama, oleh

sebab itu, ketika proses belajar berlangsung jangan ragu untuk

memberikan ide penyelesaian, berdiskusi, berargumentasi dan

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas

 Dengan menerapkan karakteristik kooperatif pada proses pembelajaran

akan mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi

matematika siswa akan lebih baik. Karena pada pembelajaran kooperatif

tipe STAD menuntut siswa mengemukakan ide-idenya dalam kelompok

kecil terlebih dahulu kemudian mereka merumuskan jawaban berdasarkan

hasil kesepakatan bersama baik berupa lisan atau tulisan diawali dengan

fenomena atau masalah kontekstual yang kemudian akan dikonstruksi

sendiri oleh siswa dan mencari keterkaitannya. Dengan kemampuan siswa

yang heterogen dalam kelompok dapat membuat pembelajaran yang

disampaikan guru lebih bermakna. Dari pada siswa yang hanya setelah

diberi pembelajaran yang diakhiri dengan latihan tanpa melihat bagaimana

siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri yang pada akhirnya proses

pemecahan masalah sesuai dengan apa yang diharapkan guru.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum

2013.Jakarta : Prestasi Pustakaraya.

Ansari,Bunsu,I.2009.KomunikasiMatematikaKonsepdanAplikasi. Banda Aceh :Yayasan Pena.

Arikunto.S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Atun, Isrok. 2009. Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Kooperatif Tipe

Student Teams Achievement Divisions Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa .Jurnal Pendidikan Dasar, Nomor 12, Oktober 2009,

(Online).diakses 4 Desember 2013).

Dahar.R .W. 2011.Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran.Bandung: Erlangga

Depdikbud (1995). “Garis-garis besar program pengajaran (GPPP) mata

pelajaran matematika”. Jakarta: Depdikbud.

Dhoruri, A. 2010. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR). (Online). diakses 10 April 2013).

Hamalik, Oemar. 2005.Kurikulum Dan PembelajaranJakarta :BumiAksara

Hidayati. 2008. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Menerapkan

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial di Kelas 7C SMPN I Pringsurat Tahun Pelajaran 2008/2009. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008,

(Online),

(eprints.uny.ac.id/6924/1/P-15%20Pendidikan(Hidayati).pdf,diakses pada 22 Pebruari 2013).

Goetz, Jane. Top Ten Thoughts about Communication in Mathematics.

http://www.kent.k12.wa.us/KSD/15/Communication_in_math.htm. 2004.

Hidayat.I. 2012. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa MTS

Melalui Model Problem Based Learning. (Online), (http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2013/01/Irpan-Hidayat.pdf, diakses 7 April 2013).

(41)

Irmayanti.2013. PeningkatanKemampuanPemecahan Masalah danSelf-Efficacy

Matematis Siswa SD dalam Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Medan: Tesis (tidakditerbitkan).

LACOE (Los Angeles County Office of Education).Communication. http://teams.lacoe.edu. 2004.

Lie, A. 2010.Cooperative Learning Jakarta :Grasindo

Mahmud, A., Atmojo, T., dan Usodo, B. 2012. Eksperimentasi Model Pembelajaran kooperatifTipe STAD dan Jigsaw pada Pokok Bahasan BentukAljabar Ditinjau dari Perhatian Orang Tua SiswaKelas VII SMP Negeri di Kabupaten Cilacap TahunPelajaran 2010/2011. Prosiding,

ISBN:978-979-16353-8-7, P. 22, (Online),

Mahmudi. A.2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Makalah

Termuat pada Jurnal MIPA UNHALU (Volume 8, Nomor 1, Pebruari 2009, ISSN 1412-2318).(Online),diakses 22 Pebruari 2013)

Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics : a Possible “ Hidden Variabel” in Diagnostic Pretes Scores. Ames, Iowa : Department of Physics and

Astronomy. [Online] Tersedia : http://www.physics.iastate.edu/per/ docs/Addendum_on_ normalized_gain.pdf [4 Maret 2013]

Nasution, S.2010. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara.

National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Standards

for School Mathematics. Reston, VA: National Council ofTeachers of

Mathematics.

NCTM.2003. Program for Initial Preperation of Mathematics Specialists. Tersedia:http://www.ncate.org/ProgramStandars/NCTM/NCTMELEMSta ndars.pdf.[28April 2013].

Nurlela.2011. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

SMA Pada Penmbelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Kalkulator.

(42)

Risdianto,dkk. 2013.The Difference of Enhancemen Mathematical Poblem

Solving Ability and Self –efficiency SMA With Ma Student IPS Program Through Guided Inquiry Learnig Model Asisted Autograph Softwer in Langsa. Jurnal, Edisi Khusus No. 1, Juni2031, ISSN 1978-8002

Sanjaya, W. 2012.PenelitianTindakanKelas, Jakarta: Kencana.

--- 2010.StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Saragih. S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi

Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak dipublikasikan. Bandung : Program

Pascasarjana UPI Bandung.

Saragih.S. 2013. Aplicationof Generatif Learning in Cooperative Settings TPS

Type on Learning Areas and Space Analitic Geometry. Jurnal, Edisi

Khusus No. 1, Juni2031, ISSN 1978-8002.

Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Penerbit Raja Grafindo Persada.

Setiawati,D. 2013. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

dan Komunikasi matematik Siswa Antara Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Bireuen.Jurnal, Edisi Khusus No. 1, Juni2031,

ISSN 1978-8002.

Slavin, RE. 2009. Cooperatif learning. Bandung: Nusa Media.

Sofyan, D. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama.Tesis tidak dipublikasi. Bandung: Program

Pascasarjana UPI Bandung.

Sudijono, A. (1997). “Pengantar Evaluasi Pendidikan”. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sulistiyah, E., Imamah, N., dan Sumilih, G. 2011. Meningkatkan Keaktifan dan

Keterampilan Siswa dalam Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Model Student Teams Achievement Division (STAD).DBE3: Jurnal PTK Vol Khusus, Pebruari 2011, P. 22,

(43)

Suparno.P. 2007.TeoriPerkembanganKognitif Jean Piaget.Yogyakarta :Kanisius

Suparyadi. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Matematika

melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Division) pada SiswaKelas VIII A SMP Negeri 4 Samigaluh Tahun Pelajaran 2011/2012.(online), diakses 5 Desember 2013.

Tim MKPMB Jurusan Pendidikan Matematika. 2001. Strategi Pembelajaran

Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Tim Pascasarjana Unimed. (2010). Pedoman Administrasi dam Penulisan Tesis &

Disertasi.PPs UNIMED. Medan.

Tim PGSM. 1999.PenelitianTindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud.

Trianto.2011. Mendesainaa Model PembelajaranInovatif- Progresif.Jakarta: KencanaPrenadaMedia .

Wihatma, U. 2012. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

SLTP Melalui Cooperative Learning Time Student Teams-Achievement Division (STAD): Suatu Penelitian Tindakan Kelas pada Sebuah SLTP

Negeri di Kota Bandung. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=278, diakses 5 Desember 2013).

Yusfiatini.2013.Upaya Meningkatkan Pemecahan Masalah dan Komunikasi

Matematis Siswa Kelas X-1 SMA Negeri Salapian Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.Medan :Tesis ( tidak diterbitkan )

Gambar

Gambar 1.1.Model Penyelesaian yang Dibuat Oleh Siswa Pada Tes  Kemampuan Pemecahan  Masalah Matematik
Gambar 1.2.  Model Penyelesaian yang Dibuat oleh Siswa Pada Tes  Kemampuan Komunikasi  Matematik
gambar/tabel yang dituliskan dengan benar, 2) menerjemahkan gagasan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan evaluasi teknis yang kami lakukan pada proses Seleksi Sederhana untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dan Sertifikasi ISO 9001:2008

Hal ini senada dengan Dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan minat baca siswa Madrasah Aliyah Negeri Mangempang Barru salah satunya dilakukan dengan menambah

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga untuk penaw aran paket pekerjaan tersebut diatas, dengan ini kami sampaikan bahw

Dari data yang diperoleh dari lapangan dengan teori yang ada terdapat kesinambungan bahwa dalam proses pembinaan dan bimbingan akhlak terpuji pada anak asuh di Panti Asuhan

Apakah faktor Store Contact, Store Image, Store Atmospherics dan Store Theatrics mempengaruhi minat konsumen untuk melakukan pembelian di Toko Buku Gramedia Yogyakarta?...

Berdasarkan hasil penelitian diketahui temperatur maksimum sebesar 58,4 o C, nilai maksimum dari rata–rata efisiensi kolektor sebesar 0,825 %, dan efisiensi sistem sebesar 35,907

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan

1) Penelitian yang dilakukan oleh Sucitrawati (2007) mendapatkan hasil bahwa investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran dan inflasi tidak mempunyai