UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII MTs
NEGERI 2 MEDAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
T E S I S
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
O l e h :
MARDIANA NIM : 8126171019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN M E D A N
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII MTs
NEGERI 2 MEDAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
T E S I S
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
O l e h :
MARDIANA NIM : 8126171019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN M E D A N
KATA PENGANTAR
Pertama dan utama sekali penulis memanjatkan rasa puji dan syukur
kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya jualah penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi
Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
(UNIMED). Selama menyelesaikan penulisan tesis ini, penulis menemukan
banyak hambatan dan tantangan ,tetapi kesulitan ini dapat ditanggulangi dengan
adanya bantuan berbagai pihak, baik moral maupun material, penulis
mendapatkan semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak.
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku direktur program
pascasarjana UNIMED
2. Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd selaku Asisten Direktur I Program
Pascasarjana UNIMED.
3. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, sebagai Pembimbing I yang telah
menuangkan ilmu sehingga peneliti hakikat penelitian itu sebenarnya.
4. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd sebagai Pembimbing II yang telah
mengarahkan peneliti dalam penyempurnaan penelitian ini.
5. Bapak Prof.Dr.Edi Syahputra, M.Pd Ketua Prodi Pendidikan Matematika
memberikan suport kepada penulis sejak awal perkuliahan sampai
penyelesaian studi.
6. Bapak Dr Edy Surya, M.Si., dan Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd sebagai
penguji/narasumber yang telah banyak memberikan masukan dan arahan
sejak proposal sampai penyempurnaan tesis ini.
7. Bapak Dapot Tua Manullang, SE, M.Si selaku Staf Prodi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED
8. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Prodi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu
pengetahuan yang bermakna dan membantu penulis selama menjalani
pendidikan.
9. Bunda Anda S.Ag. M.Pd dan Suryani S.Pd. sebagai observer yang telah
membantu dan meberikan masukan penulis sejak awal sampai akhir
pelaksanaan penelitian.
10. Kepala MTs Negeri 2 Medan dan seluruh dewan guru MTs Negeri 2
Medan yang memberikan dukungan moril maupun matreril untuk
penyelesaian pendidikan.
11.Ayahanda tercinta dan tersayang Syabrin Gani Nasution (Alm), ibunda
tercinta dan tersayang Parni Lubis, serta Kakanda Siti Rohani Nasution
S.Pd serta suami, Kakanda Suryani Nasution S.Pd,kakanda Zahara
Nasution S.Pd serta suami, kakanda Masturi Nasution S.Pd serta suami,
12.Tantangah Ilannur Lubis yang telah memberikan semangat dan motivasi
berjuang menempuh kehidupan dan dalam menyelesaikan pendidikan.
13.Semua pihak, sahabat, keluarga yang telah memberikan dorongan,
semangat serta bantuan lainnya kepada penulis.
14.Serta teman-teman mahasiswa angkatan XXI kelas A1 reguler dan semua
pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan
menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
15.Seluruh siswa MTS Negeri 2 Medan, yang telah memberikan perhatian
yang sangat besar untuk penyelesaian penulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan dalam
penulisan-penulisan selanjutnya. Akhir kata, semoga tesis ini bermanfaat.
Medan,11 September 2014
Penulis
ABSTRAK
Mardiana. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa kelas VII MTs Negeri 2 Medan Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Tesis. Program Pascasarjana. Universiatas Negeri Medan. 2014.
Penelitian ini bertitik tolak dari rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa. Hal ini disebabkan oleh kurang relevannya model pembelajaran yang diterapkan guru selama ini. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa kelas VII MTs Negeri 2 Medan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) yang dilaksanakan di MTs Negeri 2 Medan dengan subjek penelitian
adalah siswa kelas VII dan objek penelitian adalah peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa.Dalam pelaksanaan penelitian ini telah dikembangkan perangkat dan instrumemen penelitian. Perangkat yang telah dikembangkan adalah (1) Rencana pelaksanaan penelitian, (2) Lembar aktivitas siswa. Instrument yang dikembangkan adalah (1) Tes kemampuan pemecahan masalah, (2) Tes kemampuan komunikasi matematis, (3) Lembar observasi aktivitas belajar siswa. seluruh perangkat dan instrumen yang digunakan telah divalidasikan. Hasil analisis data siklus II diperoleh gambaran sebagai berikut: (1) rerata nilai tes kemampuan pemecahan masalah 85,11 atau terdapat 96% dari 46 siswa memiliki tingkat pencapaian dengan kategori minimal “baik”, (2) rerata nilai tes kemampuan komunikasi matematis 86,43 atau terdapat terdapat 97% dari 46 siswa memiliki tingkat pencapaian dengan kategori minimal “baik”, (3) Pembelajaran dengan menggunakan kooperatif Tipe STAD dapat membuat aktivitas siswa berkategori lebih baik dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa serta dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Peningkatan tersebut terjadi dengan berbagai revisi-revisi tindakan berdasarkan hasil-hasil refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran.
ABSTRACT
Mardiana. Developing Student’s Problem Solving Skiil and Mathematics Communication Class VII MTs Negeri 2 Medan through Cooperative Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD). Thesis. Graduate Program, State University of Medan, 2014.
This study starts from the low students ability of problem solving and the student”s mathematics communication skill. There are happen because of less relevancy learning models which applied for this time. The aims of this study are to develop student’s problem solving and mathematical communication students of class VII MTs Negeri 2 Medan Through Cooperative Learning Type STAD. This research was based on the classroom action research at MTs Negeri 2 Medan with the student’s as subjects of research taken from class (VII-5) and the object of research was the application of Cooperative Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD) to develop problem solving and communication skills.The tools of research consist of (1) Lesson Plan, (2) Student’s worksheet. The instruments for data collection consist of: (1) Problem Solving test, (2) Mathematics communication test, (3) Student’s observation sheet. All of tools and instrument have been validated and considered applicable.The results of the analysis in cycle II werw : 1) the average problem solving test score was 85,11 or 96% of 46 students had minimal “good” level, 2) the average mathematics communication test was 86,43 or 97% of 46 students had minimal “good” level, 3) learning by using type STAD cooperative learning activities students can make a well in the learning category. Based on the results of the first cycle and second cycle can be concluded that the application of learning kooperatip STAD model can improve the ability of problem solving and mathematical communication students and to improve student learning activities . the impronenet achieve occuret with various changers of plans based on the over the reflection over the process and results of learning.
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah……… 1
1.2 Identifikasi masalah………. 14
1.3 Batasan masalah……… 14
1.4 Rumusan Masalah……….. 15
1.5 Tujuan pe elitia ……….. 16
1.6 Manfaat pe elitia ……… 16
1.7 Defenisi operasio al………. 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan pemecahan masalah mate atis…….……….. 20
2.2 Kemampuan komunikasi matematik…...………..……….. 29
2.3 Pengertian belajar ………..………..……… 39
2.4. Aktivitas belajar sis a……….………..……….. 43
2.5 Proses penyelesaian jawaban siswa dalam memecahkan masalah matematika 45 2.6. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengomunikasikan matematika. 47 2.7. Pembelajaran kooperatif Tipe STAD……… 49
2.8. Keunggulan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD……….. 59
2.9. Teori belajar pe duku g……….……… 60
2.10.Penelitian yang rele a ………….……… 65
2.11.Sajian materi 66
2.12. Kerangka ko septual……….. 69
2.13. Hipotesis tindakan 78 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian 79 3.2 Lokasi penelitian dan waktu penelitian 80 3.3 Subjek penelitian dan objek penelitian………. 81
3.4 Perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian 81 3.5. Mekanisme dan rancangan Pe elitia ……….. 85
3.6 Instrumen dan pengumpulan data 89 3.7.Teknik analisis data………. 94
3.8. Kriteria keberhasila ……….. 101
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Deskripsi hasil penelitian tindakan kelas siklus I 103
4.2 observasi dan evalasi 115
4.2.1 Hasil observasi terhadap aktivitas guru. 115
4.2.2 Hasil observasi terhadap aktivitas siswa 116
4.2.3 Hasil tes kemampuan pemecahan masalah 121
4.3 Refleksi terhadap kinerja siswa dalam menyelesaikan LAS 128
4.4 Refleksi terhadap aktivitas belajar siswa 129
4.5 Refleksi terhadap kemampuan gurumengelola pembelajaran 130
4.6 Refleksi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis 130
4.7 Refleksi terhadap kemampuan komunikasi matematis 132
4.8. Hasil revisi perangkat pembelajaran berdasarkan siklus I 134
4.9 Deskripsi hasil penelitian tindakan kelas siklus II 136
4.9.1 Perencanaan tindakan 136
4.9.2 Pelaksanaan tindakan 136
4.10 Observasi dan evaluasi 147
4.10.1.Hasil observasi terhadap aktivitas guru 148
4.10.2 Hasil observasi terhadap aktivitas siswa 149
4.10.3 Hasil tes kemampuan pemecahan masalah 151
4.10.4 Proses penyelesaian jawaban tes kemampuan pemecahan masalah 153
4.10.5 Hasil tes komunikasi matematis 156
4.10.6 Proses penyelesaian jawaban tes kemampuan komunikasi matematis 158
4.11.Hasil refleksi siklus II 161
4.12. Temuan penelitian 168
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
Gambar 1.1 Pola jawaban pemecahan masalah siwa……… 6
Gambar 1.2 Pola jawaban komunikasi mate atik Siwa……… 9
Gambar 2.1 Skema pemecahan masalah………. 27
Gambar 2.2 Skema kemampuan komunikasi matematik………... 33
Gambar 4.1 Aktivitas guru membimbing siswa pertemuan 1 siklus I………. 106
Gambar 4.2 Aktivitas siswa mempresentasikan hasil diskusi……….. 107
Gambar 4.3 Proses penyelesaian jawaban siswa masalah LAS 1……… 108
Gambar 4.4 Aktivitas guru membimbing siswa pertemuan 2 siklus II……….. 110
Gambar 4.5 Proses penyelesaian jawaban siswa masalah LAS 2………. 111
Gambar 4.6 Proses penyelesaian jawaban siswa masalah LAS 3……….. 113
Gambar 4.7 Rerata hasil observasi aktivitas guru siklus I……… 115
Gambar 4.8 Hasil tes kemampuan pemecahan masalah siklus I……….. 120
Gambar 4.9 Proses penyelesaian jawaban TKPM butir I……… 122
Gambar 4.10 Hasil TKKM siklus I ……… 124
Gambar 4.11 Proses penyelesaian jawaban TKKM butir 2 ………. 126
Gambar 4.12 Gambar 4.13 Proses penyelesaian jawaban TKKM butir 3 ………. Guru menjelaskan materi pertemuan I siklus II……… 127 139 Gambar 4.14 Aktivitas guru membimbing siswa pada siklus II………. 140
Gambar 4.15 Proses jawaban siswa pada LAS 4………. 141
Gambar 4.16 Proses jawaban siswa pada LAS 5 masalah 1……….. 143
Gambar 4.17 Proses penyelesaian jawaban siswa LAS 6……… 146
Gambar 4.18 Rerata hasil observasi aktivitas guru siklus II……… 148
Gambar 4.19 Rerata hasil observasi aktivitas siswa siklus II………. 150
Gambar 4.20 Hasil tes kemampuan pemecahan masalah siklus II ……… 152
Gambar 4.21 Proses pe yelesaia jawaba TKPM butir I………... 155
Gambar 4.22 Proses penyelesaian jawaban TKPM butir 2……… 156
Gambar 4.23 Hasil tes kemampuan komunikasi matematis siklus II ……… 158
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
Tabel 2.1 Pembelajaran kooperatif tipe STAD……….. 52
Tabel 2.2 Nilai perkembangan individu……….. 55
Tabel 2.3 Penghargaan kelompok……….. 56
Tabel 3.1 Alur penelitian tindakan kelas……….. 88
Tabel 3.2 Pedoman Penilaian kemampuan pemecahan masalah……… 91
Tabel 3.3 Pedoman Penilaian kemampuan komunikasi matematis………….. 92
Tabel 3.4 Interprestasi aktivitas guru dan siswa……….. 98
Tabel 4.1 Kinerja siswa dalam menyelesaikan LAS siklus I……… 114
Tabel 4.2 Hasil observasi aktivitas siswa siklus I……….. 117
Tabel 4.3 Hasil tes kemampuan pemecahan masalah (TKPM) siklus I ………… 119
Tabel 4.4 Hasil Proses Penyelesaian Jawaban TKPM Siklus I………. 121
Tabel 4.5 Hasil proses penyelesaian jawaban TKKM Siklus I…. 125 Tabel 4.6 Revisi instrumen tes dan perangkat pembelajaran siklus I ………… 130
Tabel 4.7 Hasil revisi perangkat pembelajaran siklus I………. 134
Tabel 4.8 Hasil observasi aktivitas siswa siklus II……….. 150
Tabel 4.9 Hasil tes kemampuan pemecahan masalah (TKPM) siklus II ……….. 151
Tabel 4.10 Hasil proses penyelesaian jawaban TKPM siklus II……….. 153
Tabel 4.11 Hasil tes kemampuan komunikasi matematis (TKKM) siklus II…….. 157
Tabel 4.12 Hasil proses penyelesaian jawaban TKKM siklus II……….. 163
Tabel 4.13 Refleksi siklus II………. 161
Tabel 4.14 Perbandingan antara siklus I dan siklus II ……… 164
Tabel 4.15 Tabel 4.16
Peningkatan TKPM tiap aspek dari siklus I ke siklus II……… Peningkatan TKKM tiap aspek dari siklus I ke siklus II…..
166
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana yang tepat dalam membentuk masyarakat dan
bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai
dengan isi Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (Sanjaya 2012:2) tentang sistem
pendidikan nasional yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan pendidikan dan pembelajaran, baik formal maupun nonformal yang efektif
dan efisien. Salah satu pendidikan yang dapat dilakukan adalah pendidikan di sekolah
mulai Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) dengan segala aspeknya. Kurikulum, pendekatan, metode,
strategi dan model yang sesuai, fasilitas yang memadai dan sumber daya manusia
yang kreatif adalah aspek yang sangat berpengaruh untuk mencapai tujuan yang
direncanakan.
Proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah harus mempunyai tujuan,
ingin dicapai, suasana belajar dan pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan
potensi anak didik, harapannya proses pendidikan haruslah berorientasi kepada siswa
dan akhir dari proses pendidikan itu adalah berujung kepada peningkatan sikap
positif, pengembangan kecerdasan intelektual serta pengembangan ketrampilan anak
sesuai dengan kebutuhan, sehingga diharapkan mampu mempersiapkan Sumber Daya
Manusia (SDM) berkualitas sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia.
Menurut Garis-garis besar program pengajaran (Tim MKPBM:2001) secara
rinci tujuan khusus pengajaran matematika di SLTP adalah (1) Siswa memiliki
kemampuan yang dapat dialih gunakan melalui kegiatan matematika, (2) Siswa
memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan
menengah, (3) Siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan
perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, (4) Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis,
kritis, cermat, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika
Menghadapi dan menyikapi tujuan pembelajaran kurikulum yang berbasis
kompetensi dan telah disempurnakan pada penerapan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) di setiap sekolah setingkat SD, SMP dan SMA, akan membuat
guru semakin pintar, karena mereka dituntut harus mampu merencanakan sendiri
materi pelajarannya untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Hanya saja,
sebagian besar guru belum terbiasa untuk mengembangkan model-model
pembelajaran.Implementasi KTSP sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim
setiap guru, mulai dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini berkaitan
dengan adanya pergeseran peran guru yang semula lebih sebagai instruktur dan kini
menjadi fasilitator pembelajaran.
Namun kenyataan menunjukkan prestasi belajar matematika masih saja
rendah. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa dikarenakan
banyak siswa yang menganggap matematika sulit dipelajari dan karekteristik
matematika yang bersifat abstrak sehingga siswa menganggap matematika
merupakan momok yang menakutkan, diperkuat oleh Sriyanto (2007) yang
menyatakan bahwa matematika sering kali dianggap sebagai momok menakutkan dan
cenderung dianggap pelajaran yang sulit oleh sebahagian besar siswa. Russefendi
(1991) juga menambahkan matematika bagi anak-anak pada umumnya merupakan
mata pelajaran yang tidak disenangi, dianggap sebagai ilmu yang sukar dan ruwet.
Kondisi seperti ini juga terjadi di MTs N 2 Medan khususnya di kelas VII tahun
ajaran 2013-2014, ini terlihat dari ujian semester genap yang menunjukkan hasil
kurang memuaskan.Dari 46 siswa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75
tercatat hanya 6 0rang yang tuntas, 15 orang berada pada kriteria kurang dan 24 siswa
berada pada kriteria sangat kurang. Problem ini tentu harus dengan segera dicari
solusinya agar pendidikan matematika khususnya di MTs N 2 Medan semakin baik.
Rendahnya hasil belajar matematika tersebut dikarenakan siswa lemah dalam
kemampuan matematik antara lain: pemahaman konsep, prosedur, penalaran,
komunikasi, dan pemecahan masalah yang mengakibatkan siswa sulit untuk
masalah. Jika siswa dapat memahami masalah akan dengan mudah
mengkomunikasikan ide-idenya dalam mengubah sebuah informasi dalam bentuk
yang lebih bermakna dan mampu menyelesaikan sebuah permasalahan.
Upaya yang dilakukan dapat diawali dengan menetapkan tujuan pendidikan
matematika. Menurut Soejadi dalam Saragih (2007) mengungkapkan bahwa
pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yang meliputi pertama tujuan yang
bersifat formal, yang memberi tekanan pada penataan nalar anak serta pembentukan
pribadi anak kedua tujuan yang bersifat material yang memberi tekanan pada
penerapan matematika serta kemampuan memecahkan masalah matematika. Hal ini di
perkuat oleh NCTM (2006: 67) yang merekomendasikan lima kompetensi standar
matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah (Problem Solving), Komunikasi
(Communication), Koneksi (Connection),Penalaran (Reasoning), dan Representasi
(Representation). Kelima standar kompetensi yang dikenal sebagai keterampilan
matematika (Doing Math ) ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik
pada masa kini dan masa datang melalui tugas matematika yang dapat mendukung
tujuan di atas.
Dalam pembelajaran matematika kemampuan pemecahan masalah menjadi
semakin penting.ini dikarenakan matematika merupakan pengetahuan yang logis,
sistematis, berpola, abstrak, dan yang tak kalah penting menghendaki justifikasi atau
kemampuan-kemampuan dasar dalam pemecahan masalah seperti berfikir logis,
berfikir strategik.Selain itu, secara timbal balik dengan mempelajari matematika,
siswa terasah kemampuan dalam memecahkan masalah.Karena itu, pembelajaran
pemecahan masalah sejak dini diperlukan agar siswa dapat menyelesaikan
problematika kehidupannya dalam arti yang luas maupun sempit. Suriyadi,dkk(1999)
dalam surveinya menemukan bahwa pemecahan masalah matematika merupakan
salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh guru maupun siswa
di semua tingkatan mulai dari SD sampai SMA. Gagne seperti dikutip Yusfiatini
(2013) menyatakan bahwa ketrampilan intelektual yang paling tinggi dapat
dikembangkan melalui pemecahan masalah.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya siswa
dimungkinkan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang sudah dimiliki
untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Namun, bagi
murid yang mempelajarinya maupun guru yang mengajarkannya hal ini tidaklah
mudah.Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
siswa masih rendah. Penelitian Sutrisno (2002) menyimpulkan bahwa secara klasikal
kemampuan pemecahan masalah matematika belum tercapai taraf ketuntasan
belajar.Hal tersebut diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti di
MTsN 2 Medan. Sebagai berikut:
Keliling sebuah persegi panjang 44 cm dan lebarnya 3
8 kali panjangnya.Berapakah Luas persegi panjang tersebut?
b. Tuliskan langkah-langkah dan rumus yang akan kamu gunakan! c. Selesaikan masalah sesuai strategi!
d. Cek dan simpulkan jawabanmu!
Gambar 1.1.Model Penyelesaian yang Dibuat Oleh Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Kemampuan pemecahan masalah tidak nampak pada diri siswa. soal tersebut
diujikan kepada 40 orang siswa, 16 siswa belum mampu menuliskan apa yang
diketahui dan ditanyakan, 24 siswa belum mampu merencanakan penyelesaian
masalah dan siswa belum mampu melakukan perhitungan dengan benar. Salah satu
jawaaban siswa yang menjawab dengan salah terlihat pada gambar diatas.Siswa juga
belum mampu menguraikan langkah-langkah dalam menggunakan strategi
pemecahan masalah serta belum bisa memberikan argumentasi yang baik dalam
pembuktian kebenaran pilihan jawaban yang dsajikan. Dengan pemecahan masalah
diharapkan siswa mampu memahami apa yang menjadi akar persoalan dan mencari
memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Oleh karenanya penelitian ini diharapkan
akan mampu memperbaiki proses pembelajaran.
Selain kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi matematik
juga perlu dikuasi oleh siswa dimana kemampuan komunikasi matematik adalah
kecakapan untuk menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan, demonstrasi,
dan melukiskan secara visual dalam tipe yang berbeda, memahami, menafsirkan, dan
menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan atau dalam bentuk visual,
mengkontruksikan dan menghubungkan bermacam-macam representasi ide dan
hubungannya. Karena dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari peran komunikasi
menurut Sullivan (Ansari,2009:4) mengatakan peran dan tugas seorang guru adalah
memberi kebebasan kepada siswa berkomunikasi untuk menjelaskan idenya dan
mendengar ide temannya dan membantu siswa memahami ide matematika karena itu
kemampuan komunikasi siswa penting. Menurut National Council of Teachers of
Mathematics NCTM 2000 (dalam Mahmudi,2009:3) disebutkan bahwa standar
kemampuan yang seharusnya dikuasai oleh siswa adalah (1).Mengorganisasi dan
mengkonsolidasi pemikiran matematika dan mengkomunikasikan kepada siswa
lain,(2). Mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren dan jelas kepada siswa
lain, guru, dan lainnya, (3). Meningkatkan atau memperluas pengetahuan matematika
siswa dengan cara memikirkan pemikiran dan strategi siswa lain,(4). Menggunakan
bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi matematika..Dari penjelasan
dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa memegang peran
(Ansari,2009:4)menyatakan bahwa ada dua alasan mengapa komunikasi dalam
matematika siswa peranan penting dan perlu ditingkatkan di dalam pembelajaran
matematika. pertama mathematics as languange, artinya matematika tidak hanya
sebagai alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil
kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai alat yang berharga untuk
mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics
learningas social activity, artinya matematika sebagai aktivitas sosial dalam
pembelajaran, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga
komunikasi antara guru dan siswa.Menurut Atun (2009:6) komunikasi adalah salah
satu faktor yang penting dalam proses pembelajaran metematika di dalam atau di luar
kelas.Sudah sewajarnya mendapatkan perhatian yang khusus dari seorang guru
terhadap para siswa untuk meningkatkan hasil belajar. Apabila siswa mempunyai
kemampuan komunikasi tentunya akan membawa siswa kepada pemahaman
matematika kepada konsep matematika yang dipelajari.
Namun, fakta di lapangan menyatakan bahwa guru di dalam pembelajaran
tidak mampu menciptakan suasana yang dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematik, sehingga kemampuan komunikasi matematik siswa sangat
terbatas hanya pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai pertanyaan yang
diajukan oleh guru. Untuk mengungkapkan lebih jelas lagi tentang kesulitan siswa
dalam menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematik maka ketika di minta
untuk menyelesaikan soal sebagai berikut.
Hitung dan selesaikanlah soal di atas!
Gambar 1.2. Model Penyelesaian yang Dibuat oleh Siswa Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
Soal tersebut diujikan kepada 40 orang siswa, 18 siswa tidak menjawab dan
22 siswa menjawab dengan salah dan tidak mampu menyatakan ide–ide matematika
ke dalam model matematika sehingga dalam penyelesaian masalah banyak siswa
yang tidak mampu menyelesaiankan masalah. Hal ini menunjukkan rendahnya
kemampuan komunikasi matematik siswa karena siswa masih selalu terpaku dengan
angka-angka, sehingga permasalahan matematika yang disajikan berupa masalah
berbentuk simbol atau analisis yang mendalam maka siswa tidak mampu dalam
menyelesaikannya.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa
tidak terlepas bagaimana cara guru menyampaikan materi pelajaran di kelas. Guru
tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan
matematika yang akan menjadi milik siswa. Dengan kondisi yang demikian,
berkembang, sehingga proses penyelesaian jawaban siswa terhadap permasalahan
yang diajukan oleh gurupun tidak bervariasi. Beberapa permasalahan tentang
komunikasi matematik siswa ini menjadi sebuah permasalahan serius yang harus
segera ditangani.Kemampuan komunikasi matematis sangat perlu dikembangkan
karena melalui komunikasi matematis siswa dapat melakukan organisasi berpikir
matematisnya. Untuk itu guru harus memahami kemampuan siswa dalam
menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses
matematika yang mereka lakukan sehingga tujuan pembelajaran matematika dapat
tercapai.
Kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis sangat penting
dikuasai oleh siswa, sementara fakta di lapangan kedua kemampuan tersebut masih
rendah dan kebanyakan siswa terbiasa melakukan kegiatan belajar dengan metode
menghafal tanpa dibarengi pengembangan memecahkan masalah dan komunikasi
matematis. Pembelajaran selama ini yang digunakan oleh guru belum mampu
membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah, mengaktifkan
siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat
mereka, dan bahkan para siswa masih enggan untuk bertanya pada guru jika mereka
belum paham terhadap materi yang disajikan guru. Di samping itu juga, guru
senantiasa dikejar oleh target waktu untuk menyelesaikan setiap pokok bahasan tanpa
memperhatikan kompetensi yang dimiliki siswanya.Yusfiatini (2013:9) menjelaskan
bahwa siswa kurang termotivasi untuk belajar, pembelajaran selama ini cenderung
didominasikan oleh kegiatan guru, sedangkan siswa bersifat pasif yang hanya
siswa disebabkan karena materi pelajaran yang diajarkan, sedikit atau kurang sekali
penekanan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari, guru mengajarkan
matematika dengan materi pelajran dan metode yang tidak menarik, dimana guru
menerangkan, siswa mencatat materi pelajaran, pada saat mengajar matematika guru
guru langsung menjelaskan materi yang akan dipelajari dilanjutkan dengan contoh
soal dan latihan. Guru tidak lain hanya meyampaikan informasi dimana guru lebih
aktif sementara siswa pasif mendengarkan dan menyalin, sesekali guru bertanya dan
sesekali siswa menjawab, guru memberikan contoh soal dilanjutkan dengan
memberikan latihan yang sifatnya rutin sehingga kurang melatih daya nalar siswa,
kemudian guru memberi penilaian. Akibatnya proses penyelesaian jawaban siswa
tidak bervariasi karena hanya mengikuti aturan-aturan dan cara yang sering
diselesaikan oleh gurunya sehingga pembelajaran menjadi monoton.
Guru sebagai salah satu komponen penentu keberhasilan proses pembelajaran
dituntut untuk menciptakan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis serta aktivitas siswa.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru matematika sekolah menengah
adalah mampu mendemonstrasikan dalam penerapan macam-macam metode dan
teknik mengajar dalam bidang studi yang diajarkan. Untuk mendukung proses
pembelajaran yang mengaktifkan siswa diperlukan suatu pengembangan materi
pelajaran matematika yang difokuskan kepada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
(konstektual) dan disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa, serta penggunaan
pada akhir pembelajaran saja.Untuk menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan
masalah dan komunikasi dalam pembelajaran matematika, guru harus mengupayakan
pembelajaran dengan menggunakan model-model belajar yang dapat memberi
peluang dan mendorong siswa untuk melatih kemampuan pemecahan masalah dan
komunikasi matematik siswa.
Salah satu pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran matematika
adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) merupakan suatu pembelajaran dengan kelompok kecil siswa yang bekerja
sebagai tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama menurut Saragih (2013:4).
Siswa bekerja dalam secara berkelompok untuk menyelesaikan materi belajar
merupakan salah satu ciri-ciri dari model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dapat membantu para siswa meningkatkan sikap
positif dalam matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri
terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika. Hal ini
akan dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika
(mathematics anxiety) yang banyak dialami para siswa. Pentingnya hubungan antara
teman sebaya di dalam ruang kelas tidaklah dapat dipandang remeh. Pengaruh teman
sebaya pada pembelajaran kooperatif yang ada di dalam kelas dapat digunakan untuk
tujuan-tujuan positif dalam pembelajaran matematika. Para siswa menginginkan
untuk mencapai prestasi akademik yang baik adalah salah satu faktor penting dari
pembelajaran tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,dapat dikemukakan beberapa
permasalahan yakni:
1. Hasil belajar matematika siswa MTsN 2 Medan masih rendah.
2. Kemampuan pemecahan masalahmatematik siswaMTsN 2 Medan mengenai
konsep-konsep matematika masih rendah.
3. Kemampuan komunikasi matematika siswaMTsN 2 Medan masih rendah.
4. Kurang melibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika.
5. Pemilihan strategi pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan
pemecahan masalah siswa kurang efektif.
6. Pemilihan strategi pembelajaran terhadap komunikasi pembelajaran
matematika siswa kurang efektif.
1.3.Pembatasan Masalah
Beberapa permasalahan yang telah teridentifikasi dapat dikatakan suatu
permasalahan yang cukup luas dan kompleks. Agar penelitian ini menjadi fokus maka
diperlukan pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Belum diterapkan pendekatan pembelajaran yang mengarah kepada
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik.
2. Belum diterapkan pendekatan pembelajaran yang mengarah kepada
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.
3. Tidak nampaknya proses penyelesaian jawaban siswa dalam memecahkan
masalah matematika
4. Tidak nampaknya proses penyelesaian jawaban siswa dalam
mengomunikasikan matematika
1.4Rumusan Masalah
Sesuai pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VII MTsN 2
Medan kelas VII pada pokok bahasan segiempat melalui pembelajaran
kooperatif tipe STAD?
2. Bagaimana pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII MTsN 2 Medan pada
3. Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa dalam memecahkan
masalah matematika pada pokok bahasan segiempat?
4. Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengomunikasikan
matematika pada pokok bahasan segiempat?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah :
1. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII MTs Negeri 2 Medan pada materi segiempat melalui pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
2. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII MTs Negeri 2 Medan pada materi segiempat melalui pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
3. Mendeskripsikan proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam memecahkan masalah matematika.
4. Mendeskripsikan proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam mengomunikasikan matematika.
1.6. Manfaat Penelitian .
Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan
1. Bagi Siswa, mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan
komunikasi matematik untuk meningkatkan prestasi belajarnya dalam
matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Bagi guru, pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menjadi alternatif model
pembelajaran untuk memberikan variasi dalam pembelajaran matematika.
3. Manfaat bagi peneliti sendiri adalah agar peneliti siap menjadi guru yang
profesional dan inovatif dalam mengajarkan matematika untuk kemudian hari.
4. Praktisi pendidikan, sebagai bahan masukan atau informasi dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya matematika sekolah sehingga
dapat meningkatkan kemampuan matematis lainnya pada siswa.
1.7Defenisi Operasional
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan
dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa istilah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematik adalah kecakapan siswa dalam
menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi
baru yang belum dikenal dalam menyelesaikan soal-soal tes yang memuat
indikator kemampuan pemecahan masalah yaitu: siswa mampu memahami
masalah, merencanakan pemecahan, menyelesaikan masalah sesuai rencana,
memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian.
2. Kemampuan komunikasi matematik adalah keahlian siswa menggunakan
akan dilihat dari aspek: (a) Menyatakan gambar ke dalam model
matematika,(b) Menyatakan ide-ide matematika dalam bentuk gambar, (c)
Menyatakan ide matematika ke dalam model matematika
3. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu pola pembelajaran yang meliputi
suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk
menyelesaikan suatu tugas, sebuah masalah, atau mengerjakan sesuatu untuk
mencapai tujuan bersama.
4. Pembelajaran kooperatif Tipe STAD adalah model pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
5. Aktivitas belajar siswa yaitu segala kegiatan yang dilakukan siswa secara aktif
maupun pasif selama proses pembelajaran berlangsung, yang meliputi
kegiatan: (1) keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran (2)
keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual
dalam proses pembelajaran, (3) keterlibatan siswa dalam mencari dan
memanfaatkan setiap sumber belajar, (4) keterlibatan siswa dalam melakukan
prakarsa, (5) keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil
pembelajaran yang telah dilakukan ,dan (6) keterlibatan siswa secara mandiri
untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus
dikerjakan.
6. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam memecahkan masalah matematika
rinci dan benar berdasarkan indikator pemecahan masalah yaitu: 1)
menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan serta kecukupan data dengan
benar, 2) menuliskan rencana strategi penyelesaian dengan benar, 3)
melakukan operasi perhitungan dengan benar, serta mampu 4) memeriksa
hasil yang diperoleh dengan cara mengujicobakan hasil perhitungan dengan
benar.
7. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengomunikasikan matematika
adalah suatu rangkaian tahapan penyelesaian yang dibuat siswa secara lebih
rinci dan benar berdasarkan indikator komunikasi matematika. ini ditunjukkan
dengan kemampuan siswa: 1) menyatakan gagasan ke dalam bentuk
gambar/tabel yang dituliskan dengan benar, 2) menerjemahkan gagasan
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukan dapat diambil kesimpulan
yang berkaitan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika siswa
pada pokok bahasan segiempat sebagai berikut:
1) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII MTs Negeri
2 Medan. Hal ini diketahui dari persentase siswa yang telah mampu
memecahkan masalah matematika pada siklus I adalah 62.04%, Hal ini
disebabkan karena siswa belum terbiasa menuliskan rencana strategi
penyelesaian dan belum terbiasa memeriksa kembali hasil penyelesaian
masalah. Kondisi ini diatasi dengan cara membiasakan siswa untuk
menuliskan rencana strategi penyelesaian dan memeriksa kembali
penyelesaian dengan mengujicobakan pilihan jawaban yang tersedia pada
saat mengerjakan latihan individu.Bedasarkan hasil refleksi sikus I
disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa belum
memenuhi kriteria keberhasilan. Oleh karenanya pemberian tindakan
dilanjutkan ke siklus II. Selanjutnya di siklus II meningkat menjadi
85,11%. Artinya, hasil belajar siswa memenuhi standar ketuntasan klasikal
103
berkategori baik. Dengan demikian pelaksanaan tindakan berhasil dan
siklus dihentikan.
2) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematik siswa VII MTs Negeri 2 Medan. Hal
ini diketahui dari persentase siswa yang telah mampu berkomunikasi
secara matematik pada siklus I adalah 69.39% , Hal ini disebabkan karena
siswa belum mampu membuat model matematika yang sesuai dengan
masalah dan belum mampu menjelaskan konsep matematika dengan
kalimat sendiri. Kondisi ini diatasi dengan cara melatih siswa untuk dapat
membuat model matematika dan menjelaskan konsep matematika dengan
kalimat sendiri melalui pengerjaan latihan individu. Bedasarkan hasil
refleksi kemampuan komunikasi matematis siswa sikus I disimpulkan
belum memenuhi kriteria keberhasilan. Oleh karenanya pemberian
tindakan dilanjutkan ke siklus II. Selanjutnya pada siklus II meningkat
menjadi 86.43%. Artinya, hasil belajar siswa siswa memenuhi standar
ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 85%, dan peningkatan
komunikasi matematis berkategori baik. Dengan demikian pelaksanaan
tindakan berhasil dan siklus dihentikan.
3) Berdasarkan hasil analisis terhadap proses penyelesaian jawaban siswa
dalam memecahkan masalah pada siklus I terdapat rerata aspek memahami
masalalah 47,8% jawaban benar dan 39% jawaban benar lengkap. Aspek
merencanakan penyelesaian terdapat 30,4% jawaban benar dan 8,6%
jawaban benar dan lengkap. Aspek melaksanakan rencana terdapat 37%
104
kembali hasil 30,4% jawaban benar dan 8,7% jawaban benar dan lengkap.
Hal ini disebabkan kerena siswa belum terbiasa memeriksa kembali hasil
penyelesaian masalah. Kondisi ini diatasi dengan cara membiasakan siswa
untuk menuliskan rencana strategi penyelesaian dan memeriksa kembali
penyelesaian dengan mengujicobakan pilihan jawaban yang tersedia pada
saat mengerjakan latihan individu. Selanjutnya di siklus II terdapat rerata
aspek memahami masalah terdapat 32,6% jawaban benar dan 65,21%
jawaban benar dan lengkap. Aspek merencanakan penyelesaian terdapat
34,7% jawaban benar dan 56,5% jawaban benar dan lengkap aspek
melaksanakan rencana terdapat 50% jawaban benar dan 45,65% jawaban
benar dan lengkap. Aspek memeriksa kembali hasil 65,21% jawaban benar
dan 28,26% jawaban benar dan lengkap. Hasil ini menunjukkan proses
penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam memecahkan masalah
matematika lebih baik pada siklus II di setiap aspek.
4) Berdasarkan hasil analisis terhadap proses penyelesaian jawaban siswa
dalam mengomunikasikan matematis siklus I terdapat rerata untuk aspek
menyatakan situasi kedalam bentuk gambar terdapat 67,3% jawaban dan
15,2% jawaban benar dan lengkap. Aspek menerjemahkan gagasan
kedalam simbol matematika terdapat 60,8% jawaban benar dan 13%
jawaban benar dan lengkap. Aspek menerjemahkan konsep matematika
52,1%. Hal ini disebabkan karena siswa belum mampu membuat model
matematika yang sesuai dengan masalah dan belum mampu menjelaskan
konsep matematika yang sesuai dengan masalah dan belum mampu
105
diatasi dengan cara melatih siswa untuk dapat membuat model
matematika dan menjelaskan konsep matematika dengan kalimat sendiri
melalui pengerjaan latihan individu. Selanjunya pada siklu II terdapat
rerata untuk setiap aspek menyatakan situasi ke dalam bentuk gambar
terdapat 50% jawaban benar dan 45,65% jawaban benar dan lengkap.
Aspek menerjemahkan gagasan kedalam simbol matematika terdapat
28,26% jawaban benar dan 65,21% jawaban benar dan lengkap. Aspek
menerjemahkan konsep matematika 43,3% jawaban benar dan 43,4%
jawaban benar dan lengkap. Hal ini menunjukkan proses penyelesaian
jawaban yang dibuat siswa dalam mengomunikasikan matematika lebih
106
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikemukan
beberapa saran sebagai berikut:
5.2.1 Bagi guru
Pada siklus I siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe
STAD, oleh karena itu disarankan agar sebelum melaksanakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa diperkenalkan dahulu dengan
pembelajaran tersebut dengan cara menginformasikan tahapan-tahapan
pelaksanaan pembelajaran dimaksud.
Dalam menyusun instrument disarankan agar menggunakan kalimat
sederhana yang mudah dipahami siswa, bila perlu sisipkan gambar-gambar
ilustrasi agar siswa lebih mudah memahami soal tersebut.
Pada saat pembelajaran berlangsung terutama pada tahap ke empat
membimbing kelompok belajar yaitu membimbing penyelidikan individu
dan kelompok disarankan kepada guru agar lebih memperhatikan
kelompok yang mengalami kesulitan namun jangan terfokus pada satu
kelompok saja.
Pada setiap akhir pembelajara diberikan latihan mandiri sebagai sarana
untuk memantapkan pemahaman konsep yang baru dipelajari sekaligus
melatih kemampuan siswa.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan kemampuan
107
pemanfaatan waktu yang tepat. Oleh karena itu disarankan agar guru
benar-benar merancang dan menggunakan alokasi waktu dengan tepat.
5.2.2. Bagi Siswa
Pembelajaran kooperatif tipe STAD bertujuan untuk membimbing siswa
yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu tugas, sebuah
masalah, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama, oleh
sebab itu, ketika proses belajar berlangsung jangan ragu untuk
memberikan ide penyelesaian, berdiskusi, berargumentasi dan
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
Dengan menerapkan karakteristik kooperatif pada proses pembelajaran
akan mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi
matematika siswa akan lebih baik. Karena pada pembelajaran kooperatif
tipe STAD menuntut siswa mengemukakan ide-idenya dalam kelompok
kecil terlebih dahulu kemudian mereka merumuskan jawaban berdasarkan
hasil kesepakatan bersama baik berupa lisan atau tulisan diawali dengan
fenomena atau masalah kontekstual yang kemudian akan dikonstruksi
sendiri oleh siswa dan mencari keterkaitannya. Dengan kemampuan siswa
yang heterogen dalam kelompok dapat membuat pembelajaran yang
disampaikan guru lebih bermakna. Dari pada siswa yang hanya setelah
diberi pembelajaran yang diakhiri dengan latihan tanpa melihat bagaimana
siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri yang pada akhirnya proses
pemecahan masalah sesuai dengan apa yang diharapkan guru.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum
2013.Jakarta : Prestasi Pustakaraya.
Ansari,Bunsu,I.2009.KomunikasiMatematikaKonsepdanAplikasi. Banda Aceh :Yayasan Pena.
Arikunto.S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Atun, Isrok. 2009. Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement Divisions Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa .Jurnal Pendidikan Dasar, Nomor 12, Oktober 2009,
(Online).diakses 4 Desember 2013).
Dahar.R .W. 2011.Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran.Bandung: Erlangga
Depdikbud (1995). “Garis-garis besar program pengajaran (GPPP) mata
pelajaran matematika”. Jakarta: Depdikbud.
Dhoruri, A. 2010. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa SMP melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR). (Online). diakses 10 April 2013).
Hamalik, Oemar. 2005.Kurikulum Dan PembelajaranJakarta :BumiAksara
Hidayati. 2008. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Menerapkan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial di Kelas 7C SMPN I Pringsurat Tahun Pelajaran 2008/2009. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008,
(Online),
(eprints.uny.ac.id/6924/1/P-15%20Pendidikan(Hidayati).pdf,diakses pada 22 Pebruari 2013).
Goetz, Jane. Top Ten Thoughts about Communication in Mathematics.
http://www.kent.k12.wa.us/KSD/15/Communication_in_math.htm. 2004.
Hidayat.I. 2012. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa MTS
Melalui Model Problem Based Learning. (Online), (http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2013/01/Irpan-Hidayat.pdf, diakses 7 April 2013).
Irmayanti.2013. PeningkatanKemampuanPemecahan Masalah danSelf-Efficacy
Matematis Siswa SD dalam Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik. Medan: Tesis (tidakditerbitkan).
LACOE (Los Angeles County Office of Education).Communication. http://teams.lacoe.edu. 2004.
Lie, A. 2010.Cooperative Learning Jakarta :Grasindo
Mahmud, A., Atmojo, T., dan Usodo, B. 2012. Eksperimentasi Model Pembelajaran kooperatifTipe STAD dan Jigsaw pada Pokok Bahasan BentukAljabar Ditinjau dari Perhatian Orang Tua SiswaKelas VII SMP Negeri di Kabupaten Cilacap TahunPelajaran 2010/2011. Prosiding,
ISBN:978-979-16353-8-7, P. 22, (Online),
Mahmudi. A.2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Makalah
Termuat pada Jurnal MIPA UNHALU (Volume 8, Nomor 1, Pebruari 2009, ISSN 1412-2318).(Online),diakses 22 Pebruari 2013)
Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics : a Possible “ Hidden Variabel” in Diagnostic Pretes Scores. Ames, Iowa : Department of Physics and
Astronomy. [Online] Tersedia : http://www.physics.iastate.edu/per/ docs/Addendum_on_ normalized_gain.pdf [4 Maret 2013]
Nasution, S.2010. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara.
National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Standards
for School Mathematics. Reston, VA: National Council ofTeachers of
Mathematics.
NCTM.2003. Program for Initial Preperation of Mathematics Specialists. Tersedia:http://www.ncate.org/ProgramStandars/NCTM/NCTMELEMSta ndars.pdf.[28April 2013].
Nurlela.2011. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
SMA Pada Penmbelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Kalkulator.
Risdianto,dkk. 2013.The Difference of Enhancemen Mathematical Poblem
Solving Ability and Self –efficiency SMA With Ma Student IPS Program Through Guided Inquiry Learnig Model Asisted Autograph Softwer in Langsa. Jurnal, Edisi Khusus No. 1, Juni2031, ISSN 1978-8002
Sanjaya, W. 2012.PenelitianTindakanKelas, Jakarta: Kencana.
--- 2010.StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Saragih. S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi
Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak dipublikasikan. Bandung : Program
Pascasarjana UPI Bandung.
Saragih.S. 2013. Aplicationof Generatif Learning in Cooperative Settings TPS
Type on Learning Areas and Space Analitic Geometry. Jurnal, Edisi
Khusus No. 1, Juni2031, ISSN 1978-8002.
Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Penerbit Raja Grafindo Persada.
Setiawati,D. 2013. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
dan Komunikasi matematik Siswa Antara Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Bireuen.Jurnal, Edisi Khusus No. 1, Juni2031,
ISSN 1978-8002.
Slavin, RE. 2009. Cooperatif learning. Bandung: Nusa Media.
Sofyan, D. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama.Tesis tidak dipublikasi. Bandung: Program
Pascasarjana UPI Bandung.
Sudijono, A. (1997). “Pengantar Evaluasi Pendidikan”. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sulistiyah, E., Imamah, N., dan Sumilih, G. 2011. Meningkatkan Keaktifan dan
Keterampilan Siswa dalam Pemecahan Masalah pada Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Model Student Teams Achievement Division (STAD).DBE3: Jurnal PTK Vol Khusus, Pebruari 2011, P. 22,
Suparno.P. 2007.TeoriPerkembanganKognitif Jean Piaget.Yogyakarta :Kanisius
Suparyadi. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Matematika
melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Division) pada SiswaKelas VIII A SMP Negeri 4 Samigaluh Tahun Pelajaran 2011/2012.(online), diakses 5 Desember 2013.
Tim MKPMB Jurusan Pendidikan Matematika. 2001. Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.
Tim Pascasarjana Unimed. (2010). Pedoman Administrasi dam Penulisan Tesis &
Disertasi.PPs UNIMED. Medan.
Tim PGSM. 1999.PenelitianTindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud.
Trianto.2011. Mendesainaa Model PembelajaranInovatif- Progresif.Jakarta: KencanaPrenadaMedia .
Wihatma, U. 2012. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
SLTP Melalui Cooperative Learning Time Student Teams-Achievement Division (STAD): Suatu Penelitian Tindakan Kelas pada Sebuah SLTP
Negeri di Kota Bandung. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia, (Online), (http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=278, diakses 5 Desember 2013).
Yusfiatini.2013.Upaya Meningkatkan Pemecahan Masalah dan Komunikasi
Matematis Siswa Kelas X-1 SMA Negeri Salapian Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.Medan :Tesis ( tidak diterbitkan )