BENTUK PENYAJIAN TARI RANDAI DAERAH PESISIR
SIBOLGAKABUPATEN TAPANULI TENGAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
IIN HAYATI HUTAURUK
NIM. 209342047
JURUSAN SENDRATASIK
PROGRAM PENDIDIKAN SENI TARI
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dan menjadikannya kedalam bentuk skripsi, walaupun banyak hambatan-hambatan yang ditemukan ketika proses penyelesaian skripsi ini dari awal penelitian topik, pengumpulan data, sampai pada tahap penyelesaian.
Namun demikian, penulis tetap berupaya semaksimal mungkin untuk
dapat menyelesaikan penulisan ini dengan judul “Bentuk Penyajian Tari Randai
Daerah Pesisir Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah”. Terselesaikannya penulisan
ini adalah berkat dukungan, bantuan dari semua pihak yang membantu penulis baik dari awal penulisan sampai pada akhir penulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan 2. Ibu Dr. Isda Pramuniati,M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni. 3. Ibu Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku Ketua Jurusan Sendratasik.
4. Ibu Nurwani SST.,M.Hum selaku Ketua Program Studi Sendratasik. 5. Bapak Martozet, S.Sn.,M.A selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa
memberikan arahan, waktu, dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini 6. Ibu Sitti Rahmah, S.Pd M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang
membertikan nasehat dan arahan kepada peneliti selama bimbingan
iii
8. Teristimewasaya ucapkan terimakasih kepada ayahanda Maharun Hutauruk dan Ibunda Amida Pasaribu yang telah memberikan kasih sayang, baik moral maupun materil, motivasi dan doa yang tiada hentinya demi kesuksesan ananda.
9. Teman-teman terbaik, Irma, Rika, Nurul, Sa’adah, yang selalu ada buat penulis,memberikan dukungan serta doa dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Bapak Syawal dan Bapak Radjokki selaku narasumber yang memberikan
informasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Penulis juga ucapkan terimakasih kepada kakak Lina Naipospos, abang Nige yang telah memberikan dukungan, nasehat kepada penulis.
Peneliti mengucapkan terima kasih buat segala sesuatu yang sudah diberikan kepada penulis baik dukungan secara langsung maupun tidak langsung. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua. Sebagai pedoman dalam menambah wawasan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Medan, Februari 2014 Peneliti,
Iin Hayati Hutauruk
i
ABSTRAK
IIN HAYATI HUTAURUK, NIM209342047, Bentuk Penyajian Tari Randai Daerah Pesisir Kabupaten Tapanuli Tengah. Skripsi. Medan : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2014.
Penelitian ini membahas tentang tari Randai yang ada di daerah Pesisir Kabupaten Tapanuli Tengah yang bertujuan untuk mengetahui tentang asal-usul, bentuk penyajian dan keberadaan tari Randai daerah Pesisir Kabupaten Tapanuli Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir bulan Oktober hingga akhir bulan Desember tahun 2013. Populasi dan sampelnya meliputi tokoh-tokoh budaya masyarakat yang mengetahui tari Randai yang berada di Pesisir Sibolga, seniman-seniman yang mengetahui tentang tari Randai, penari tari Randai di Pesisir Sibolga. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kerja lapangan yang meliputi beberapa aspek : observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ditemukan, sekitar rentang waktu abad 7 hingga abad ke-14. masyarakat Minangkabau melakukan migrasi ke daerah Pesisir Sibolga, tari
Randai merupakan salah satu tari yang ada di daerah Pesisir Sibolga sekitar tahun
1500 an abad ke-6, tari Randai awalnya ada di daerah Pesisir Barus, turun ke
Sorkam sampai ke daerah Pesisir Sibolga. Bentuk penyajian tari Randai
mempunyai satu pola lingkaran, tari ini dikhususkan untuk laki-laki karena gerakan berasal dari gerak silat, gerak silat pada tari ini teradopsi dari gerak silat Minangkabau. Terdapat delapan ragam gerak pada tari Randai dimulai dari
bejalan bakuliling, alang bakaja, sipekok kabalakkang, balik puyu, batapuke, kipe puccuk kanan kipe puccuk kiri, batapuke, sipekok kipe puccuk, dan menggunakan Bungo Limou sebagai properti. Busana menggunakan baju gunting cino, celana sarawa batali, kain salempang, deta kapalo. Tari ini disajikan pada acara adat
iv
BAB II. LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL.. ...8
A. LandasanTeoritis ...8
1. Pengertian Tari ...8
2. Pengertian Randai. ...9
3. Pengertian Tari Randai.. ...10
4. Pengertian Asal-usul.. ...10
5. Teori Bentuk Penyajian.. ...12
6. Pengertian Keberadaan Tari ...12
B. KerangkaKonseptual ...13
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...15
A. Metode Penelitian ...15
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...16
1. LokasiPenelitian ...16
2. WaktuPenelitian ...16
v
1. Populasi ...16
2. Sampel ...17
D. TeknikPengumpulan Data ...17
1. Observasi ...18
A. Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Tengah...23
1. Wilayah Demografis.. ...23
a. Keadaan dan Luas Wilayah... ...23
b. Masyarakat Tapanuli Tengah. ...25
c. Letak dan Geografis Kecamatan Pandan. ...28
B. Hasil Penelitian ...29
1. Asal-Usul Tari Randai ...29
2. Bentuk Penyajian Tari Randai ...31
a. Tata Tempat/ Pola Lantai Tari Randai ...32
b. Ragam Gerak Tari Randai ...32
c. Busana Tari Randai ...40
d. Properti Pada Tari Randai ...42
e. Musik Pengiring Pada Tari Randai ...43
f. Tata Rias Tari Randai ...44
3. Keberadaan Tari Randai ...44
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...47
A. Metode Penelitian ...47
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...48
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Deskripsi Gerak Tari Randai ...39
Gambar 4.2 Baju Gunting Cino .. ...40
Gambar 4.3 Celana Panjang. ...41
Gambar 4.4 Kain Salempang... ...41
Gambar 4.5 Deta Kapalo. ...42
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah
Kabupaten Tapanuli Tengah adalah salah satu Kabupaten yang berada di provinsi Sumatera Utara, dimana suku-suku yang berada di daerah tersebut terdiri dari berbagai macam suku, seperti suku Melayu, suku Batak Toba, suku Nias dan suku pendatangseperti suku Minangkabau, Aceh dan Cina. Suku Minangkabau merupakan suku pendatangyang kemudian tinggal menetap di daerah Pesisir Sibolga.Dengan kehidupan manusia yang mengadakan migrasi dan secara demografi wilayah Pesisir Sibolga berdekatan dengan wilayah Sumatera Barat, maka secara umum kebudayaan Minangkabau juga dibawa ke daerah Pesisir Sibolga. Kesenian daerah Pesisir Sibolga mirip dengan kesenian Sumatera Barat (Minangkabau), maka sebahagian masyarakat yang tinggal di daerah Pesisir Sibolga adalah masyarakat yang berasal dari suku Minangkabau.
Beberapa pendapat seperti, Radjoki Nainggolan (2012:25) sekitar Tahun 1014 abad ke-10 sebahagian masyarakat Minangkabaumelakukan migrasi ke daerah Pesisir Tapanuli Tengah (Sibolga). Dalam http://id.wikipedia.org/Minang menyatakan padaabad ke-14sekitar tahun 700 an, dimanabanyakkeluargaMinangkabau
yangberpindahke Barus,Sibolga,Natal,Bengkulu,hingga Lampung.Juga pendapat Usman Pelly (1985: 162-166) pada abad ke-7 sekitar tahun 1314 masyarakat Minangkabau berpindah/bermingrasih ke berbagai daerah, termasuk Barus, Sibolga. Dari beberapa pendapat di atas,
2
dapat disimpulkan bahwa masyarakat Minangkabau bermigrasi ke daerah pesisir Sibolga rentang waktu sekitar tahun 700 an abad ke-14 hingga tahun 1314 an abad ke- 7.
Tapanuli Tengah adalah kota perdagangan yang cukup maju pada masa itu, hal ini merupakan sebuah faktor daya tarik orang Minangkabau untuk melakukan perpindahan/migrasi dan tinggal menetap di daerah Pesisir Sibolga, maka tidak heran kalau kesenian Minangkabau juga dibawa dan dilestarikan di daerah Pesisir Sibolga, seperti halnya tari Randai, namun tarinya tidak mirip dan tidak sama tetapi beradap tasi, terakulturasi seiring perjalanan waktu.
Harsono (2009:10) dalam buku Antropologi Budaya, menjelaskan bahwa
“Akulturasi adalah fenomena yang muncul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu
kelompok atau keduanya” yang kemudian membuat identitas baru yang berbeda dari sebelumnya.
Radjoki Nainggolan (2012:19) menjelaskan bahwa “Dalam konteks ini
masyarakat suku Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga telah membentuk budayanya sendiri sesuai dengan kehidupannya dikawasan pantai, dimana penghidupannya sebahagian besar adalah sebagai nelayan yang mempunyai perbedaan dalam kegiatan sehari-hari, seperti pemikiran perasaan yang meliputi adat resam, seni, bahasa maupun makanan, baik secara individu maupun secara bersama-sama
3
masyarakat pesisir memiliki identitas budayanya sendiri sebagai masyasrakat pesisir di Kabupaten Tapanuli Tengah dan sebahagian besar mata pencaharian sebagai nelayan.
Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki kebudayaan yang menghasilkan banyak kesenian daerah dan upacara adat yang disebut adat Sumando.
Sumandoadalah nama adat dari ke delapan adat istiadat seperti adat perkawinan,
kehamilan, upa-upa, dan lain-lain yang terdapat pada suku Pesisir. Radjoki
Nainggolan (2012:19) menjelaskan “Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat etnik Pesisir mempunyai beberapa tahapan dan bahagian yang termasuk dalam adat istiadat yang dipergunakan sebagai alat komunikasi dan informasi kekeluargaan ditengah-tengah masyarakat antara lain adalah1. Adat pernikahan/perkawinan, 2. Adat kehamilan (manuju bulan), 3. Adat turun karai
(turun tanah), 4. Adat sunat rasul/khitanan, 5. Adat membangun/menempati
rumah baru, 6. Adat upa-upa sumangek/syukuran, 7. Adat penyambutan/penghormatan menerima tamu dan 8. Adat
pengkebumian/kematian”, yang dilaksanakan sebagai upaya masyarakat pesisir
dalam mensyukuri anugerah alam yang di berikan Tuhan.
4
pesisir mengekspresikan aktivitas keseharian masyarakat pesisir. Hal ini sejalan dengan pendapat Soedarsono (1979:37) yang menyebutkan bahwa “tari adalah
ekspresi jiwa manusia yang di ekspresikan melalui gerak yang indah dan ritmis”.
Tari Randaiadalah tari yang ditarikan oleh sekelompok penari untuk mengiringipengantin laki-laki menuju rumah pengantin perempuan, tarian ini ditarikan di halaman rumah pengantin perempuan, tepatnya di dekat pintu rumah pengantin perempuan. Tari Randai ini ditarikan oleh penari laki-laki dikarenakan gerakan berasal dari gerak silat dan gerak silat padatari Randai teradopsi dari gerak silattari dari Minangkabau, dimana pada zaman dahulu Minangkabau adalah masyarakat yang terbanyak sebagai pendatang di daerah Pesisir kabupaten Tapanuli Tengah stelah suku Batak Toba.
Tari ini sangat indah dilihat dari bentuk penyajiannya, seperti keunikan dari pola lantainya yang hanya berbentuk lingkaranmengelilingi Bungo
Limoudengan diiringi pantun-pantun. Peneliti melihat masih ada masyarakat yang
mengadakan pesta perkawinan dengan menggunakan tari Randai. Walaupun tari
Randai masih ada pada masyarakat Sibolga, bukan berarti tari Randai ini dikenal
5
B. Identifikasi Masalah
Dalam latar belakang penelitian ini, penulis perlu membuat identifikasi masalah, hal ini dilakukan agar penulis menjadi lebih terarah dan setiap masalah yang muncul tidak menjadi terlalu luas. M. Hariwijaya dalam Narbuko(2005:30) :
“Berikutnya adalah mencari titik masalah yang akan dikaji dalam
penelitian skripsi anda, sikap kritois dalam menemukan masalah merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap peneliti dan suatu penelitian selalu diawali dengan
mengidentifikasi masalah”.
Sesuai pendapat tersebut, dapat diperoleh gambaran agar dapat mengetahui hal yang akan diteliti. Adapun beberapa masalah yang muncul dan yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana asal usul tari Randai di daerah Pesisir Sibolga?
2. Bagaimana bentuk penyajian tari Randai di daerah Pesisir Sibolga? 3. Bagaimana keberadaan tari Randai di daerah Pesisir Sibolga?
4. Bagaimana bentuk ragam gerak tari Randai di daerah Pesisir Sibolga? 5. Bagaimana peranan tari Randai di daerah Pesisir Sibolga?
6. Bagaimana busana yang terdapat pada tari Randai di daerah Pesisir Sibolga?
C. Pembatasan Masalah
6
tersebut, maka peneliti merasa perlu membatasi masalah. Untuk itu berdasarkan identifikasi masalah diatas maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana asal usul tari Randai di daerah Pesisir Sibolga?
2. Bagaimana bentuk penyajian tari Randai di daerah Pesisir Sibolga? 3. Bagaimana keberadaan tari Randai di daerah Pesisir Sibolga?
D. Rumusan Masalah
Dari uraian-uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang masalah, identifikasi masalah serta pembatasan masalah, maka penulis dituntut untuk ke arah perumusan masalah. Dalam perumusan masalah kita akan mampu untuk memperkecil batasan-batasan yang telah dibuat dan berfungsi untuk mempertajam arah penelitian.
Arikunto (1992:22) mengatakan bahwa “Perumusan masalah adalah pernyataan rinci dan lengkap mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah”.Sehubungan dengan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
“Bagaimana asal usul, bentuk penyajian dan keberadaan tari randai di daerah
Pesisir Sibolga”.
E. Tujuan Penelitian
Hendra Mahayana dalam Narbuko (2005:54) menyatakan bahwa “Tujuan penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai dalam penelitian, sesuai
dengan fokus yang telah dirumuskan”. Sesuai pendapat tersebut maka, setiap
7
kegiatan penelitian tersebut. Tanpa adanya tujuan yang jelas, maka kegiatan yang dilakukan tidak akan terarah pada apa yang ingin dicapai.Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan asal usul tari Randai di daerah Pesisir Sibolga?
2. Mendeskripsikan bentuk penyajian tari Randai di daerah Pesisir Sibolga? 3. Mendeskripsikan keberadaan tari Randai di daerah Pesisir Sibolga?
F. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka akan diharapkan dapat memberi manfaat tentang perkembangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas. Manfaat penelitian yang dapat di peroleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informasi tertulis kepada masyarakat atau lembaga yang mengembangkan visi dan misi kebudayaan, khususnya dibidang seni tradisional.
2. Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti lainnya yang hendak meneliti bentuk kesenian Randai lebih jauh.
3. Membangkitkan keinginan masyarakat dalam melestarikan kebudayaan pesisir.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Banyak cara untuk mendata dan mengenal tari, salah satunya dengan melakukan penelitian yang dimana dalam penelitian ini akan membahas suatu bentuk kesenian ataupun tarian secara mendalam sehingga hal yang tidak dimengerti dan diketahui sebelumnya dapat dipahami dan dipelajari. Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat di Bab IV, yang telah dilaksanakan di Dinas Pariwisata dan kebudayaan, maka peneliti membuat kesimpulan diantaranya sebagai berikut :
1. Sekitar rentang waktu abad ke-7 hingga abad ke-14. masyarakat Minangkabau melakukan migrasi ke daerah Pesisir Sibolga, tari
Randai merupakan salah satu tari yang ada di daerah Pesisir Sibolga
sekitar tahun 1500 an, tari Randai awalnya ada di daerahPesisirBarus,turunkeSorkamsampaikedaerahPesisirSibolga.
2. Tari Randai mempunyai satu pola lingkaran, tari ini dikhususkan untuk laki-laki karena gerakan berasal dari gerak silat, gerak silat pada tari ini teradopsi dari gerak silat Minangkabau. Terdapat delapan ragam gerak pada tari Randai dimulai dari bejalan bakuliling, alang bakaja,
sipekok kabalakkang, balik puyu, batapuke, kipe puccuk kanan kipe
puccuk kiri, batapuke, sipekok kipe puccuk, dan menggunakan Bungo
Limou sebagai properti. Busana menggunakan baju gunting cino,
celana sarawa batali, kain salempang, deta kapalo
48
3. . Tari ini disajikan pada acara adat perkawinan masyarakat pesisir yang menggunakan adat Sumando dan beragama Islam di Kabupaten Tapanuli Tengah.
4. Keberadaan tariRandaiinihanyadigunakanoleh orangyang berkemampuandalammateriatauperekonomian,
dikarenakantariRandaiinimembutuhkanbiaya yang cukuptinggi,
masyarakat yang
menggunakantariRandaiharusmempersiapkansekelompokpenaridanhar usmemotongKerbau, dikarenakan iniadalahbagiandariAdatPesisir.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan di atas, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran, antara lain sebagai berikut :
1. Disarankan kepada para seniman-seniman Pesisir Kabupaten Tapanuli Tengah yang lebih mengenal lagi tari Randai untuk menurunkan keahliannya kepada penata-penata tari muda agar keutuhan tari ini terpelihara.
2. Instansi terkait maupun badan-badan yang memiliki kewenangan memelihara kesenian daerah perlu mengambil pembinaan pengembangan tari ini, agar kecerdasan tidak luntur oleh tari-tarian baru yang dapat merubah bentuk gerak tarian aslinya.
49
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhamad. 1965. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakartra : Pustaka Amani Arikunto, Suharsimi, 1984. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta :
Rineka Cipta
1992. ProsedurPenelitian: SuatuPendekatanPraktik. Jakarta: PT RinekaCipta Ester, 1991. Muzik Nelayu Tradisi. Kuala Lumpur. Dewan Bahasa dan Pustaka.
Harsono, 2009. “Antropologi Budaya”. Jakarta
Hadari Nawawi, dan M. Martini. 1994. Metode Penelitian Sosial,Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Harun, Khairul, 1979. Muzik dan Nyanyian Tradisi Melayu. Kuala Lumpur. Penerbit Fajar Bakti.
Hidayat, Azis Alimun, 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Surabaya : Salemba Media.
Jazuli, M, 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Press. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3 (KBBI, 2005:15). Pengertian
Keberadaan
Khaldun, Ibnu. 1999. Tari Identitas dan Resistensi. Terjemahan Nugrahaningsih. 2012. Medan: Universitas Negeri Medan
Langer, Suzanne,K, 1988,Problems of Art, terjemahan F.X Widaryanto, Bandung : Akademi Seni Tari Indonesia.
Nasution, M.A. 1992. Metode Research. Yogyakarta: Rake Sarasin Narbuko. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta :Bumi Aksara.
Pelly, Usman, 1985, Urbanisasi dan Adaptasi Peranan Misi Budaya
Minangkabau dan Mandahiling, LP3ES, Jakarta.
Poerwadarminta, WJS. 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pengertian Sejarah.
50
Radjoki Nainggolan, 2012. Kesenian Pesisir Sikambang. Medan : Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara.
, 2006. Adat Perkawinan Masyarakat Etnik Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah
Pantai Barat Sumatera Utara. Sumatera Utara : Majelis Budaya Pesisir
dan Pariwisata Sibolga Tapanuli Tengah.
Sedyawati, Edy. 1981, Pertumbuhan Seni Pertunjukan, Sinar Harapan, Jakarta. Soedarsono. 1979. Pengantar Pengetahuan Tari. Yogyakarta. ASTI.
. 1978. Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari . Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
. 1977. Tari-tari Indonesia I. Jakarta : Proyek Perkembangan Media Kebudayaan. Sugiono. 2008. Tari Identitas dan Resistensi. Terjemahan Nugrahaningsih. 2012.
Medan: Universitas Negeri Medan
Sugiono. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta : Rineka Cipta Surakhmad, Winano, 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito Wayuni, Nila Lubis, 2011. Tari Perak-perak Pada Masyarakat Tapanuli Tengah
di Kecamatan Medan Johor Kota Medan : dalam Skripsi, Sendratasik,
Universitas Negeri Medan
Yuda, Indra. 2002. MaknaSimbolisTari Balance Madam PadaMasyarakatNias Di
SebrangPalinggam. Dalam Tesis: PPs UniversitasNegeri Padang.
http://www.penataanruang-sumut.net/sites/default/files/Microsoft%20Word%20-%20KABUPATEN%20TAPANULI%20TENGAH_0.pdf
http://indriwriting.blogspot.com/2012/08/laporan.html