PERKEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE
(PCK) GURU PESERTA KEGIATAN MUSYAWARAH GURU
MATA PELAJARAN (MGMP) IPA DI KOTA SUMEDANG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh
NERI EGI RUSMANA 1201695
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA
PERKEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT
KNOWLEDGE (PCK) GURU PESERTA KEGIATAN
MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP)
IPA DI KOTA SUMEDANG
Oleh Neri Egi Rusmana
S.Si UPI Bandung, 2009
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Biologi
© Neri Egi Rusmana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
PERKEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK)
GURU PESERTA KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN
(MGMP) IPA DI KOTA SUMEDANG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I,
Dr. Ari Widodo, M.Ed NIP. 196705271992031001
Pembimbing II,
Dr. H. Riandi, M.Si NIP. 196305011988031002
Mengetahui,
Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Biologi
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE DEVELOPMENT OF SCIENCE MGMP MEMBERS IN SUMEDANG
ABSTRAK
MGMP is an intra-discipline teacher union which aims to improve the professionalism of teachers in a regional scale. However, MGMPs activities are limited to instructed operational activities designed from up top the education system, and not on the based on the needs or suggestions from the teacher. In Sumedang city, science MGMP employs the use of training videos to enhance member’s professionalism along with coaching programs, personal reflection encouragement, and peer group discussion. This study aims to explore the development of the members’s PCK as a result of MGMP activities. The activities were monitored during respiratory system subject. Results were measured through set of Core questions and interviews. Research subjects were 12 teachers from science JHS Sumedang MGMP. The results show that some aspects of PCK, i.e. purpose, content, and pedagogy increased categorically. Initial standing of the members enhanced to growing PCK grade, with the brighter member manage tyo achieve maturing PCK grade. The evaluating activity of the coaching was not significantly influential, as the before and after treatment shows similar result.
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERKEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU PESERTA KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA
PELAJARAN (MGMP) IPA DI KOTA SUMEDANG
ABSTRAK
Kegiatan MGMP merupakan salah satu kegiatan untuk meningkatan profesionalisme guru dalam skala regional, namun dalam pelaksanaannya, kegiatan MGMP masih terbatas pada kegiatan operasional dan bukan berdasarkan dari kebutuhan atau usulan dari guru. Khusus dalam rangkaian kegiatan MGMP IPA di kota Sumedang, peningkatan profesionalisme didukung dengan adanya kegiatan pelatihan coaching terhadap video dan belajar melalui proses refleksi personal dan diskusi dalam peer group. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimanakah perubahan PCK guru saat mengikuti kegiatan MGMP IPA SMP yang terukur melalui susunan pertanyaan dalam dokumen CoRe dan wawancara. Subjek penelitian berasal dari 12 orang guru peserta kegiatan MGMP dengan kajian materi pada sistem pernapasan. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam aspek PCK tujuan, konten, dan pegagogi telah berhasil meningkatkan kategorial guru IPA dari awalnya hanya sebagian pada tahap pra PCK namun setelah mengikuti coaching video, hampir seluruh guru berada dalam tahap growing PCK dan ada satu orang yang malah bisa mencapai pada tahap maturing PCK. Pada aspek evaluasi peran kegiatan coaching tidak terlalu dirasakan karena baik sebelum ataupun setelah coaching, guru sudah bisa melaksanakan evaluasi dengan baik.
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN.. ... ii
PENGESAHAN... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR... vi
UCAPAN TERIMA KASIH... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Batasan Masalah ... 10
BAB II PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU PESERTA KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) IPA... 11
A. Perkembangan Profesionalisme Guru ... 11
B. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) ... 13
C. Pedagogical Content Knowledge (PCK) ... 14
D. Belajar Guru ... 20
1. Belajar Melalui Lesson Study ... 22
2. Belajar Melalui Pelatihan Coaching Video ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 28
C. Prosedur Penelitian ... 29
D. Definisi Operasional... 32
E. Instrumen Penelitian ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru IPA ... 42
B. Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru IPA ... 48
1. PCK guru IPA yang mengalami peningkatan... 56
2. PCK guru yang tidak mengalami perubahan ...59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
LAMPIRAN ... 71
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Profil Subjek Penelitian.. ... 29
Tabel 3.2 Format CoRe (Content Representation)... 37
Tabel 3.3 Kategorial Perkembangan PCK guru ... 38
Tabel 4.1 Kemampuan PCK guru IPA... 42
Tabel 4.2 Penentuan Ide Besar (awal) ... 44
Tabel 4.3 Perkembangan Penentuan Ide Besar ... 51
Tabel 4.4 Perkembangan PCK Guru ... 52
Tabel 4.5 Perbedaan antara PCK awal dan PCK setelah coaching ... 53
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Irisan yang Mewakili PCK. ... 15
Gambar 2.2 Analisis Belajar Observasional ... 21
Gambar 2.3 Alur Kegiatan Lesson Study ... 24
Gambar 3.1 Alur Kegiatan Penelitian ... 36
Gambar 3.2 Tampilan Software Video Analiser ... 40
Gambar 4.1 Perbedaan Kategorial PCK Guru IPA... 45
Gambar 4.2 Perubahan PCK guru ... 58
Gambar 4.3 Refleksi Personal Guru MGMP IPA... 58
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 CoRe Awal... 71
Lampiran 2 Setelah Coaching... 99
Lampiran 3 Penugasan Refleksi Coaching... 122
Lampiran 4 Tabel Katergorial Perkembangan PCK guru... 123
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Peningkatan kualitas pendidikan tidak akan lepas kaitannya dengan
keberadaan guru sebagai tenaga pendidik. Hal ini sesuai dengan penjelasan
Ardiansyah (2013) yang menyatakan bahwa guru merupakan ujung tombak
pendidikan. Guru akan menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas pendidikan
dan mereka berada pada posisi yang strategis bagi seluruh upaya reformasi
pendidikan yang berorientasi pada pencapaian kualitas yang tinggi.
Pengembangan profesionalisme guru berkaitan erat dengan peningkatan mutu
pembelajaran. Setelah mutu pembelajaran meningkat maka mutu pendidikan
menjadi meningkat pula (Sari,2013).
Menurut Perpu RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Pasal 28, pendidik/guru adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat
jenis kompetensi yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan
sosial. Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas
dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk memangku jabatan
guru sebagai profesi. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki (Sari,
2013):
a. Kompetensi Kepribadian, yakni kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
b. Kompetensi Pedagogik, merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
c. Kompetensi Profesional, merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut,
serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.
d. Kompetensi Sosial, berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta tmasyarakat sekitar.
Khusus pada poin ketiga tentang kompetensi profesionalisme guru, perlu
dikembangkan lebih lanjut. Masyarakat Indonesia membutuhkan guru yang
profesional, berkualitas, serta sebanding dengan kualitas guru negara lainnya di
dunia, kerana pengembangan profesionalisme guru berkaitan erat dengan
peningkatan mutu pembelajaran. Setelah mutu pembelajaran meningkat maka
mutu pendidikan menjadi meningkat pula (Sari,2013).
Dalam Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
mempersyaratkan guru untuk: (i) memiliki kualifikasi akademik minimum S1/D4
(ii) memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional; dan (iii) memiliki sertifikat pendidik (Standar
Pengembangan KKG dan MGMP, 2008). Dengan berlakunya Undang-undang
tersebut diharapkan dapat memberikan suatu kesempatan yang tepat bagi guru
untuk meningkatkan profesionalismenya melalui peningkatan kualitas
pembelajaran dari segi pendidik (guru). Buchori (2007) dalam Kadarohman &
Nurihsan (2012) mengemukakan bahwa ada dua persyaratan yang harus dipenuhi
untuk dapat dipandang sebagai seorang guru profesional. Pertama adalah syarat
pengabdian atau dedikasi, yaitu jabatan guru tidak hanya merupakan pekerjaan
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pekerjaan, yaitu menguasai semua metode dan teknik yang diperlukan untuk
melaksanakan dengan baik setiap langkah dalam pekerjaannya.
Loughran et al (2012) menyatakan bahwa kegiatan belajar siswa
dipengaruhi oleh kerangka pemikiran kognitif yang berkembang dari pengalaman
yang mereka alami sebelumnya dan dipengaruhi oleh ide-ide lain seperti budaya
di mana siswa tersebut tinggal. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran
yang baik adalah tempat dimana guru bisa menjadi mediator dalam pembelajaran
bukan hanya sebagai pentransfer pengetahuan. Keterampilan yang dapat
menyajikan pengetahuan dalam bentuk bahan ajar yang dapat dengan mudah
dipahami siswa, mengembangkan dan memanfaatkan kemampuan profesionalnya
untuk dapat meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
(Nurhayati, 2006). Sebuah pengajaran yang efektif tidak hanya harus melibatkan
demonstrasi guru yang terampil, tetapi juga harus mencakup kemampuan untuk
membimbing siswa dalam memahami arti dan isi dari pengetahuan (Hansen, 1995
dalam Saad, Ghani, & Rajendran, 2005).
Khususnya dalam melaksanakan pembelajaran IPA, Shulman (1986)
menyebutkan bahwa landasan berpikir untuk mengajar sains tidak cukup hanya
memahami konten materi sains (knowing science) tetapi juga tentang cara
mengajar (how to teach). Guru sains harus mempunyai pengetahuan mengenai
peserta didik sains, kurikulum, strategi instruksional, assessment sehingga dapat
melakukan tranformasi science knowledge. Guru dengan penguasaan konten yang
kuat memiliki beberapa kelebihan. Pertama mereka lebih peduli terhadap
kesulitan-kesulitan konseptual yang dihadapi siswa. Kedua, mereka mempunyai
pemahaman yang lebih baik terhadap apa yang paling penting diberikan dalam
kurikulum (Purwianingsih, 2006). Sedangkan kompetensi pedagogi berkaitan
dengan kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran,
dan pengembangan peserta didik untuk mangaktualiasasi berbagai potensi yang
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ada baiknya jika kemampuan konten dan pedagogi tersebut bisa
digabungkan untuk meminimalisis kekurangan dari tiap keterampilan dasar
tersebut. Hal inilah yang memunculkan adanya Pedagogical Content Knowledge
(PCK). PCK pertama diperkenalkan oleh Lee Shulman saat memimpin American
Educational Research Association. Shulman (1986) menyatakan bahwa PCK
merupakan bentuk pengetahuan mengajar yang mentransformasikan subjek-materi
pengetahuan dalam konteks untuk memfasilitasi pemahaman siswa. Guru
membutuhkan pengetahuan untuk membentuk konten dari pembelajaran dan
memilih cara yang paling sesuai untuk merepresentasi ide-ide materi pelajaran,
analogi yang paling cocok, ilustrasi, contoh, penjelasan, dan demonstrasi-dengan
kata lain, cara untuk mewakili dan merumuskan subjek agar dapat dipahami oleh
siswa. Lee & Luft (2008) dalam Liu (2013) menyatakan bahwa proses
pengintegrasian konsep PCK ke dalam proses mengajar guru dianggap sebagai
bagian penting dari pengembangan profesionalisme guru mata pelajaran sains.
PCK termasuk ke dalam jenis pengetahuan eksklusif yang dimiliki oleh
guru (Shulman, 1987). Kemampuan PCK tidak muncul begitu saja, tapi
memerlukan suatu proses yang panjang untuk mendapatkan kumpulan
kemampuan dan pengetahuan tersebut. Lee et al (2007) dalam Liu (2013)
menyatakan bahwa guru pemula walaupun memiliki latar belakang ilmu
pengetahuan yang kuat namun memiliki keterbatasan dalam penguasaan PCK. Ini
berarti bahwa PCK adalah pengetahuan yang tumbuh dengan pengalaman
bertahun-tahun mengajar dan dapat hampir absen di awal karir mengajar (guru
pemula). Memiliki PCK yang baik berarti bahwa guru memiliki beberapa
representasi topik yang sering diajarkan dalam mata pelajaran tertentu, semakin
banyak representasi guru yang dimiliki dan semakin guru mengalami kesulitan
mengajar, semakin efektif mereka dapat menyebarkan PCK (Van Driel et al,
1998). Meskipun demikian bukan berarti, bahwa guru yang telah memiliki
pengalaman yang tinggi, telah benar-benar memiliki profesionalisme yang tinggi
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Guru membutuhkan pelatihan profesional untuk menambah wawasan dan
meningkatkan keterampilan mereka (Musfah,2011). Peningkatan kualitas
pembelajaran yang biasanya dilakukan yaitu berupa training penyetaraan,
pelatihan, penulisan karya ilmiah, pertemuan di Kelompok Kerja Guru (KKG),
dan pertemuan di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), penataran,
seminar, lokakarya, lesson study atau kegiatan-kegiatan lain yang sejenis. Namun
kegiatan-kegiatan tersebut masih belum memberikan perubahan yang berarti bagi
pembelajaran di kelas (Rustaman,2010). Kendala yang dihadapi dalam proses
peningkatan profesionalisme guru yaitu sebagian besar dari proses peningkatan
profesionalisme guru masih berupa pelatihan masal yang kurang memperhatikan
aspek motivasi guru serta kebutuhan/permasalahan individu setiap guru (Widodo
et al, 2008). Hal ini sesuai dengan penelitian Jalmo (2008) dalam Jalmo dan
Rustaman (2010) bahwa kompetensi guru yang pernah mengikuti pelatihan tidak
berbeda secara signifikan dengan guru yang belum pernah mengikuti pelatihan
tentang evaluasi pendidikan. Goodlad dalam Mushaf (2011) menyatakan hanya
sedikit program pelatihan yang mengajarkan tentang visi belajar dan mengajar
kepada para guru, sehingga mereka menjadi guru yang diharapkan. Jika demikian
alih-alih meningkatkan kompetensi guru, pelatihan malah merupakan pemborosan
waktu, tenaga dan biaya. Karena itu, sekolah atau pelakasanaan pelatihan harus
memahami dengan baik konsep pelatihan yang efektif bagi guru. Selain
mengajarkan aspek teoritis, program pelatihan juga harus melatih aspek-aspek
praktis keterampilan pengajaran dan pendidikan.
Salah satu bentuk pelatihan yang bisa guru dapatkan yaitu coaching. Pada
umumnya coaching atau pendampingan biasanya melibatkan tatap muka antara
seorang coachee dan coach. Keberadaan coach tidak harus berupa orang, namun
juga bisa dalam bentuk sebuah program coaching (Greif, 2008 dalam Widodo et
al, 2008). Namun dalam pelaksanaannya coaching dengan coachee dan coach
secara khusus akan sangat sulit dilaksanakan untuk seluruh guru di Indonesia,
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
maksimal jika memanfaatkan ICT. Pelaksanaan berbasis ICT, merupakan
pelatihan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga akan memungkinkan
bagi guru agar melaksanakan pelatihan dimanapun dan kapanpun di luar
kesibukan yang mereka hadapi. Sayang tidak semua guru telah menguasai ICT
dengan baik, sehingga akan sulit jika hanya mengandalkan seluruh pelatihan
hanya berdasarkan ICT saja.
Media audiovisual atau sering disebut video mempunyia potensi yang
tinggi dalam penyampaian pesan. Media ini terbukti dapat menarik minat dan
perhatian peserta didik. Menurut Warsita (2008) media video telah terbukti
memiliki kemampuan yang efektif (penetrasi lebih dari 70%) untuk
menyampaikan informasi, hiburan dan pendidikan. Hal ini sejalan dengan
penelitian Bandura (1971) yang menyebutkan bahwa baik pada anak-anak
maupun orang dewasa bisa memperoleh sikap, respon emosional dan pola baru
dalam suatu kebiasaan sebagai hasil dari kegiatan menonton film, atau pemodelan
dan televisi.
Video sering digunakan dalam program persiapan guru, seperti pada
penelitian Santagata & Guarino (2011) tentang penggunaan video untuk calon
guru matematik. Video memberikan manfaat tambahan yang memungkinkan
calon guru untuk memiliki pandangan yang lebih luas tentang, siswa, pengaturan,
pedagogi, dan konten dari pengalaman lapangan guru lainnya (Star et al ,2011).
Ormrod (2003) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif
permanen sebagai akibat dari adanya pengalaman. Pengalaman dalam kegiatan
belajar dapat merupakan sesuatu yang dialami sendiri maupun pengalaman orang
lain. Kegiatan menyaksikan video akan lebih bermanfaat jika dibarengi dengan
adanya kegiatan refleksi. Dengan adanya kegiatan refleksi akan mendorong
Peningkatan efektifitas pengajaran (Pellegrino & Gerber, 2012). Kegiatan refleksi
adalah tindakan yang disengaja dengan cara berpikir untuk mencari solusi
terhadap masalah yang dihadapi dalam proses mengajar dan belajar (Loughran et
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
saat mengajar dan individu tersebut memiliki kontribusi besar untuk menentukkan
keberhasilan pembelajaran. Penelitian menunjukkan bahwa refleksi saat mengajar
bisa meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan pedagogi, managemen kelas, dan
profesionalisme (Grossman,2003 dalam Wright 2008).
Metode yang paling efektif digunakan oleh guru dalam melakukan refleksi
yaitu melalui dialog internal dan diskusi. Hal ini berkaitan dengan menggunaan
waktu, dimana guru yang telah mengajar memiliki waktu yang lebih terbatas,
dibandingkan refleksi untuk guru pemula (pre-service) yang biasanya
membutuhkan lebih banyak refleksi secara tertulis (Fox, Campbell & Hargrove,
2011). Pada penelitian Widodo et al (2008) program coaching berbasis refleksi
video telah digunakan untuk meningkatkan kompetensi mengajar guru sains. Uji
coba terhadap paket program coaching menunjukkan bahwa secara umum paket
coaching berbasis video bisa digunakan untuk keperluan coaching. Sewall (2009)
juga yang menyatakan bahwa baik guru pemula maupun guru berpengalaman
mendapatkan manfaat saat mengobservasi dan menganalisis rekaman (melakukan
refleksi) pembelajaran baik yang berasal dari dirinya ataupun guru yang lain.
Diharapkan dengan melihat bagaimana guru lain memberikan pelajaran maka
guru bisa belajar dari video yang mereka saksikan tersebut.
Di lain pihak tiap guru sendiri sudah tergabung pada suatu organisasi
pendampingan yaitu kegiatan MGMP. Kegiatan MGMP ikut memiliki peran
dalam mengembangkan profesionalisme guru. Berbagai upaya telah dilakukan
untuk meningkatkan kinerja MGMP, antara lain melalui berbagai pelatihan
instruktur dan guru inti, peningkatan sarana dan prasarana, dan peningkatan mutu
manajemen MGMP. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan kinerja MGMP yang berarti. Di beberapa daerah
menunjukkan peningkatan kinerja MGMP yang cukup menggembirakan, namun
sebagian besar lainnya masih memprihatinkan (Standar Pengembangan KKG dan
MGMP, 2008). Khusus untuk MGMP IPA kota Sumedang sendiri telah
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2006. Kegiatan Lesson study ini merupakan hasil kerjasama teknis yang
disepakati antara pihak Jepang (JICA) dengan pihak Indonesia yang diwakili oleh
Dirjen Dikti, Dirjen PMPTK, dan Dirjen Dikdasmen. Kegiatan lesson study
merupakan salah sati upaya pemerintahan untuk meningkatkan proses
pembelajaran. Kegiatan Lesson Study berbasis MGMP di kabupaten Sumedang
telah memberikan dampak pada semua komponen yang terlibat yaitu pengawas,
kepala sekolah, fasilitator MGMP, guru, siswa serta dosen. Hasil wawancara
dengan beberapa kepala sekolah, diperoleh bahwa kegiatan lesson study
berdampak positif pada kinerja guru dan kualitas pembelajaran (Siahaan, 2010).
Walaupun kegiatan lesson study telah selesai dilakukan di tahun 2009 namun pola
pembelajaran bersama dalam bentuk lesson study masih aktif dilaksanakan sampai
saat ini. Adanya salah satu tahapan berupa kegiatan refleksi dalam lesson study
menjadi bekal bagi guru MGMP IPA Sumedang dalam mengikuti kegiatan
refleksi terhadap kegiatan coaching video yang diberikan.
Adanya kegiatan coaching video pada kumpulan guru peserta kegiatan
MGMP IPA Sumedang sungguh menarik untuk di teliti. Dimana dalam
pelaksanaannya guru diajak untuk belajar dalam kegiatan lesson study dan juga
melakukan refleksi dengan dibantu oleh perangkat video yang berisi tentang
berbagai macam cara, dan proses mengajar siswa yang dilakukan oleh guru model
dan software analiser video untuk memudahkan memberikan komentar terhadap
video. Kegiatan ini diharapkan dapat menfasilitasi guru untuk mendapatkan
contoh nyata proses pembelajaran di lapangan, agar bisa dipelajari dan diterapkan
dalam pembelajaran sehari-hari. Pengembangan profesionalisme guru yang
efektif harusnya tidak hanya melibatkan kegiatan kelompok berskala besar
namun juga diskusi bersama teman sebaya (peer group) agar guru bisa berlatih,
berfikir, belajar dari pengalaman rekan satu profesi untuk bisa terus meningkatkan
kemampuannya.
Dalam menyampaikan pembelajaran di dalam kelas, guru harus mampu
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan sengaja (seperti metode, sarana dan prasarana, materi, media dan
sebagainya) agar peserta didik terfasilitasi (dipermudah) dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan. Mengingat tidak satu pun jenis strategi
pembelajaran yang cocok untuk segala macam kegiatan pembelajaran dan dapat
mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran (Atwi Suparman, 2004 dalam Warsita
2008). Suatu konsep akan cocok untuk disampaikan dengan metode dan media
tertentu saja.
Pada mata pelajaran biologi ada konsep-konsep yang memerlukan bantuan
sebuah peralatan atau kegiatan praktikum karena dalam proses kehidupan yang
terjadi dalam tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan tidak dapat dilihat oleh mata.
Pada materi sistem pernapasan pada manusia tidak biasa disampaikan dengan
abstrak saja kepada anak didik (Wulandari et al,2013). Menurut Tekkaya (2003)
dalam Anwar (2014) miskonsepsi yang sering terjadi pada konsep biologi
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: pengetahuan awal siswa, strategi mengajar
guru, buku ajar, dan konsep biologi yng terinetegrasi dengan konsep lain seperti
konsep fisika dan kimia. Berdasarkan beberapa alasan tersebut maka dirasa perlu
untuk melakukan penelitian perkembangan Pedagogical Content Knowledge
(PCK) guru peserta MGMP dalam mengajar materi sistem pernapasan.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Perubahan
Pedagogical Content Knowledge (PCK) Guru peserta Kegiatan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPA di Kota Sumedang “
Agar rumusan masalah tersebut bisa terjawab diperlukan uraian beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut
1. Bagaimanakah Pedagogical Content Knowledge (PCK) guru IPA dalam
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimanakah perkembangan Pedagogical Content Knowledge (PCK)
guru IPA selama mengikuti kegiatan MGMP IPA di kota Sumedang ?
C.Tujuan Penelitian
Ada beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai melalui penelitian ini, dan
tujuan tersebut dirumuskan sebagai berikut
1. Mendeskripsikan bagaimana PCK guru IPA
2. Mengidentifikasi tingkat/level kategorial PCK guru IPA setelah mengikuti
kegiatan coaching video
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat untuk berbagai pihak. Manfaat yang diperoleh
tersebut adalah sebagai berikut
1. Bagi pendidik, dapat memberikan gambaran serta masukan untuk
pengembangan profesionalisme guru IPA
2. Bagi pengembangan kurikulum, penelitian ini dapat meningkatkan mutu
pendidikan IPA
E.Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki beberapa batasan dalam melaksanakan
kegiatannya, seperti
1. Kegiatan MGMP yang diikuti oleh penulis, merupakan kegiatan rutin bagi
guru IPA SMP di rayon kota Sumedang. Pelaksanaan MGMP dilakukan pada
hari sabtu di tiap minggunya. Kegiatan yang rutin, biasa dilakukan saat
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
maupun melibatkan institusi pendidikan lain seperti kampus terdekat yakni
Universitas Pendidikan Indonesia.
2. Elemen PCK yang diteliti terbatas pada bagian penulisan dokumen CoRe
(Content Representation) tidak menganalisis kegiatan observasi di kelas
dalam bentuk PaP-eR (Pedagogical and Profesional Experience Repertoire).
3. Pelatihan coaching merupakan kegiatan MGMP yang telah direncakan secara
khusus oleh tim MGMP. Dimana MGMP tersebut rutin mengundang
pemateri dari luar untuk memberikan masukan atau informasi terbaru yang
akan memperkaya ilmu pengetahuan tentang pengajaran. Sehingga paket
program coaching video yang digunakan merupakan sebuah paket program
yang disiapkan langsung secara khusus sebagai salah satu bentuk pelatihan
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam melaksanakan sebuah kegiatan penelitian dibutuhkan suatu metode
yang jelas (Rahmat, 2009). Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian
deskriptif kualitatif. penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata atau bahasa, pada suatau konteks khusus yang
alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007 dalam
Muharohmah,2013). Penelitian yang dilakukan berupa pengumpulan informasi
kemampuan PCK guru dalam merumuskan data CoRe pada awal kegiatan MGMP
dan setelah guru mengikuti alur kegiatan MGMP, dimana dalam pelaksanaannya
guru mendapatkan pelatihan berupa coaching video.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilakasanakan pada guru peserta kegiatan MGMP IPA SMP di
rayon kota Sumedang. Jumlah Subjek penelitian yang mengikuti kegiatan penelitian
sebanyak 12 orang. Guru yang terlibat dalam penelitian memiliki latar belakang
yang berbeda dalam hal latar belakang pendidikan, masa kerja maupun pengalaman
mengajarkan materi pelajaran sistem pernapasan. Tidak semua guru pernah
mengajar materi sistem pernapasan, hal ini disebabkan ada sebagian guru yang
terfokus mengajar pada tingkat tertentu di sekolah, seperti khusus mengajar kelas
VII atau di tingkat akhir di kelas VIII. Sebagian lagi karena guru yang berlatar
belakang non-biologi yang belum melaksanakan pembelajaran terintergrasi dalam
IPA, sehingga baru pertama kali menyusun pembelajaran untuk materi biologi.
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
secara umum yang berada di lingkungan sebenarnya, dimana saat ini guru IPA
dengan latar belakang apapun wajib bisa menyampaikan materi IPA.
Tabel 3.1 Profil Subjek Penelitian
Nama
AR Perempuan 18 Pend Biologi pernah mengajar materi EG Laki-laki 14 Pend Biologi pernah mengajar materi
AI perempuan 8 Pend Kimia pernah mengajar materi
AS perempuan 20 Pend Biologi belum pernah mengajar pada kurikulum KTSP
IR perempuan 10 Pend Fisika pernah mengajar materi LN perempuan 7 Pend Biologi sedang mengajar materi
HR perempuan 30 PKK sedang mengajar materi
RN perempuan 4 Pend
Matematika
belum pernah mengajar
PH perempuan 8 Pend Biologi sedang mengajar materi YU perempuan 11 Pend biologi pernah mengajar materi
YN Laki-laki >20 D3 IPA
S1 PKn
Sedang mengajar materi
HN perempuan 6 Pend kimia Belum pernah mengajar pada
kurikulum KTSP
Penentuan subjek penelitian dengan menggunakan tehnik purposive
sampling. Pemilihan subjek penelitian dilakukan di kota Sumedang berdasarkan
pertimbangan guru di kota tersebut pernah terlibat dalam kegiatan lesson study
melalui kerjasama pemerintah Indonesia dan Universitas Pendidikan Indonesia
dengan dukungan Japan International Cooperation Agency (JICA) , yang telah
berakhir di tahun 2009 (Widodo&Riandi,2013). Guru yang pernah atau sering
mengikuti kegiatan lesson study diharapkan akan mudah menerima pembaharuan
sehingga kemampuan PCK nya akan selalu meningkat dari waktu ke waktu.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui penelusuran aktivitas/kegiatan para
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Maret sampai Juni 2014. Kegiatan MGMP tersebut normalnya dilaksanakan tiap
satu minggu pada hari Sabtu. Jumlah seluruh peserta kegiatan MGMP yang
terdaftar sebanyak 22 peserta, namun tidak semua peserta aktif mengikuti kegiatan
MGMP di tiap minggunya. Sehingga hanya 12 orang guru MGMP saja yang
digunakan sebagai subjek penelitian, satu diantara nya berasal dari salah satu
sekolah swasta di kota Sumedang.
Secara umum kegiatan penelitian ini diawali dengan memberikan isian
dokumen CoRe awal untuk masing-masing guru, kemudian dilaksanakan
wawancara atas apa yang telah guru tulis dalam dokumen CoRe. Setelah itu guru
mengikuti rangkaian kegiatan MGMP yang telah di rencanakan oleh tim MGMP
sendiri yaitu, lesson study dan mengikuti kegiatan coaching dengan. Setelah guru
diberikan pemahaman awal tentang PCK. Guru di berikan penugasan untuk
melakukan refleksi terhadap video coaching yang telah disediakan dengan bantuan
aplikasi video analiser. Pada pertemuan berikutnya dilakukan pengumpulan
komentar refleksi video. Guru yang telah mengkaji video coaching kemudian
berdiskusi tentang hasil refleksi mereka masing-masing dalam sebuah peer group.
Terakhir guru diberikan kembali dokumen CoRe yang kedua, dengan harapan
kemampuan guru akan mengalami perubahan setelah menyaksikan video coaching
dan melakukan refleksi bersama peer groupnya.
Agar pelaksanaanya terarah dan sistematis maka disusun tahapan-tahapan
penelitian. Ada empat tahap dalam melaksanakan penelitian yaitu sebagai
berikut:
1. Tahap persiapan
Peneliti mengumpulkan informasi dan bahan-bahan penelitian yang terkait
melalui penelusuran literatur buku, kunjungan atau observasi langsung kepada tim
MGMP di kota Sumedang dan membuat referensi pendukung.
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pelaksanaan penelitian di lakukan melewati 3 fase kegiatan
a. Pengumpulan dokumen CoRes pertama
Pada tahap pengumpulan dokumen awal CoRes, peneliti masuk ke dalam
satu pertemuan kegiatan MGMP, menjelaskan maksud tiap pertanyaan
yang diinginkan untuk dijawab kemudian, meminta guru untuk menuliskan
jawaban CoRes secara tertulis pada kertas yang telah disediakan disertai
tambahan data berupa data pribadi guru dalam bentuk curriculum vitae.
Kemudian bersama-sama membuat kesepakatan untuk pengumpulan
dokumen CoRe awal di hari berikutnya.
b. Melakukan pengamatan kegiatan MGMP
Kegiatan MGMP untuk guru IPA yang biasanya dilakukan yaitu berupa
kegiatan lesson study, yang merupakan kelanjutan dari program kerjasama
dengan JICA. Khusus untuk kegiatan MGMP di tahun ini ada sedikit
perubahan yaitu dilaksanakannya kegiatan coaching untuk guru dengan
materi sistem pernapasan. Masing-masing guru (peserta coaching)
mendapatkan satu paket coaching video dalam flasdisk, untuk dikaji dan di
komentari (di-refleksi) secara individual. Untuk memudahkan dalam
mengkomentari tiap video guru dibekali tambahan aplikasi software video
analizer, dimana dalam penggunaannya telah diinformasikan terlebih
dahulu dan guru telah dibekali manual penggunaannya.
Pada pertemuan/kegiatan berikutnya, masing-masing guru mengumpulkan
hasil refleksi terhadap video coaching yang telah diberikan. Setelah proses
pengumpulan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu coaching berupa
kegiatan diskusi bersama membahas video yang telah mereka tonton di
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan pengulangan tiap bagian video coaching, sesi komentar tiap
peserta, dan diskusi peer group peserta MGMP.
c. Pengumpulan dokumen CoRes kedua
Setelah kegiatan coaching selesai, guru dibekali dengan lembar dokumen
CoRes kedua, yang masih dengan format yang sama, kemudian dilakukan
kegitan wawancara terhadap apa yang guru telah isi dalam dokumen
CoRes.
3. Tahap analisis data
Tahapan yang ketiga yaitu analisis data. Peneliti dalam tahap ini melakukan
serangkaian analisis data kualitatif sampai pada interaksi data-data yang diperoleh
CoRe sebelum, setelah hasil wawancara maupun data curriculum vitae. Selain itu
peneliti juga menempuh proses triangulasi data yang dibandingkan dengan teori
kepustakaan.
4. Tahap pelaporan
Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan konsultasi dan bimbingan dengan
dosen pembimbing yang telah ditentukan.
Sedangkan alur penelitian adalah sebagai berikut:
Studi Pe ndahuluan
Analisis kemampuan PCK awal CoRe pertama
Kegiatan MGMP
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Definisi Operasional
Pada penelitian ini digunakan beberapa istilah khusus, untuk memudahkan
dalam memahami dan maksud penelitian. Untuk menghindari adanya kekeliruan
interpretasi terhadap istilah yang dimaksudkan, maka istilah khusus tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut.
1. Pedagogical Content Knowledge (PCK)
PCK merupakan bentuk pengetahuan mengajar tentang bagaimana
mentransformasikan subjek-materi pengetahuan agar bisa lebih
menfasilitasi pemahaman dari siswa. Instrumen untuk mengukur PCK
guru dengan menggunakan CoRe (Content Representation). CoRe
merupakan suatu representasi PCK yang dikembangkan oleh Loughran et
al (2001) yang berisi tentang uraian konten sains tertentu. Dalam CoRe
terdiri atas 8 pertanyaan yang wajib diisi, dengan menjawab tiap
pertanyaan dalam CoRe tersebut, sudah bisa dikatehui tingkatan kategorial
kemampuan PCK yang dimililki oleh seorang guru.
2. Coaching video
Kegiatan coaching video dilakukan sebagai salah satu kegiatan guru yang
tergabung dalam MGMP IPA Kota Sumedang. Coach dalam kegiatan
coaching ini diwaliki dengan sebuat paket video coaching kemudian guru
ditugaskan untuk menonton video tersebut dan melakukan refleksi
terhadapnya. Refleksi guru dalam penelitian ini yaitu kegiatan guru dalam Analisis kemampuan PCK akhir
CoRe kedua
Pola Perkembangan PCK guru dibandingkan
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merefleksikan informasi mengenai apa yang guru tonton tersebut. Setelah
itu untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan refleksi, guru
kemudian berdiskusi dalam sebuah peer group untuk mendapatkan
masukan dari rekan-rekan satu profesi.
3. Video Coaching
Video coaching merupakan sekumpulan video yang berisi paket rekaman
tentang point-point yang tercantum dalam dokumen CoRe seperti strategi
mengajar, hasil wawancara, dan kegiatan pembelajaran di dalam kelas dari
beberapa guru yang telah dikondisikan dan disiapkan secara khusu oleh
peneliti, sehingga calon guru bisa membandingkan dan dapat belajar dari
video tersebut. Paket video coaching terdiri dari 8 paket sub video sesuai
dengan tiap pertanyaan point CoRe.
Berikut merupakan rincian dari paket video tersebut
1) Penentuan konsep penting
Penentuan konsep penting dalam pembelajaran diwakili dengan
bagaimana cara guru menentukkan tujuan pembelajaran dengan
berbagai cara yang berbeda. Ada guru model yang menyampaikan
secara tertulis tujuan pembelajaran ada yang tersirat dalam ucapan
ataupun tidak membahas sama sekali soal tujuan. Maka tugas dari guru
itu sendirilah yang harus melihat perbedaan tersebut lewat refleksi
untuk bisa menentukkan bagaimana sebenarnya derajat kepentingan
penyampaian tujuan pembelajaran dan bagaimana cara
penyampaiannya.
2) Video pertimbangan penting tidaknya suatu konsep
Untuk alasan pertimbangan pentingnya konsep untuk disampaikan
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyebutkan untuk dasar mengetahui konsep pada materi selanjutnya,
dikaitkannya dengan kehidupan sehari-hari dan tentunya hasrus
berdasarkan tuntutan kurikulum dan seringnya maeri tersebut muncul
dalam soal ujian nasional
3) Ide atau konsep yang belum saatnya diketahui (batasan materi)
Penyampaian batasan materi sama seperti video pertimbangan penting
tidaknya konsep pembelajaran yaitu dengan video testimoni guru, ada
guru yang menyatakan dibatasi pada tahapan sistem pernapasan
manusia saja, terbatas pada pertukaran zat di alveolus secara umum
karena hal tersebut akan siswa pelajari nanti lebih lengkap di tingkat
SMA
4) Kesulitan atau keterbatasan dalam menyampaikan konsep
Untuk keterbatasan dalam menyampaikan konsep diwakili dengan
kegiatan diskusi beberapa orang guru model yang sedang dalam
membahas kesulitan-kesulitan dalam mengajarkan materi sistem
pernapasan. Pada kegiatan diskusi tersebut akan salah satu guru model
akan menyampaikan kesulitannya kemudian guru yang lain
memberikan masukan cara mengatasi kesulitan yang guru model
pertama sampaikan.
5) Kondisi siswa (pengetahuan awal/cara berfikir/minat) yang menjadi
pertimbangan dalam mengajar
Kondisi siswa digambarkan dengan testimoni atau pendapat guru,
seperti guru membuka pelajaran diawali dengan minat atau cita-ciat
siswa, ada yang menggap siswa telah memiliki pengetahuan awal
namun ada juga yang menggap siswa walaupun telah mendapatkan
materi secara umum di sekolah dasar namun siswa tetap saja masih
belum mengetahui apapun (bagaikan kertas kosong)
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ada berbagai faktor yang menjadi pertimbangan seorang guru dalam
mengajarkan suatu materi. Pada video coaching faktor tersebut di
wakili dalam bentuk pendapat atau testimoni guru model, yang
menyampaikan pendapatnya seperti sarana dan prasarana di sekolah,
alokasi jam pelajaran yang diberikan, sering tercantumnya dalam soal
Ujian nasional.
7) Prosedur kegiatan mengajar
Materi sistem pernapasan terdiri dari berbagai ide besar atau konsep
penting. Setiap ide besar atau konsep penting tersebut bisa diajarkan
dengan berbagai metode dan media yang berbeda. Namun hanya satu
atau beberapa cara saja yang bisa menyampaikan materi menjadi lebih
efektif. Dalam hal ini prosedur mengajar digambarkan dengan
mengambil salah satu ide besar yaitu pengenalan organ pernapasan
beserta fungsinya yang bisa menggunakan media torso, menonton
video maupun mengajak siswa mengenal alat atau organ pernapasan
miliknya sendiri dengan dibantu oleh cermin dan lain-lain.
8) Evaluasi terhadap pemahaman siswa
Cara mengetahui siswa telah memahami suatu materi yang diberikan
bisa dengan berbagai cara ada yang dengan penugasan membuat
rangkuman atau review baik tertulis maupun lisan, ataupun yang paling
sering yaitu dengan memberikan test tertulis.
4. Video analiser
Video analiser merupakan sebuah software yang digunakan untuk
memudahkan guru dalam mengomentari atau melakukan refleksi terhadap
paketan video coaching yang telah disediakan. Dengan tampilan yang
sederhana dan adanya tombol-tombol instruksi yang jelas, diharapkan
akan lebih memudahkan guru untuk menuliskan refleksi, begitupun bagi
peneliti, dimana hasil dari video analiser akan ada dalam bentuk file
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2 Tampilan software video analiser
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan adalah alat yaitu peneliti sendiri atau
fasilitas yang digunakan dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga
akan mudah diolah (Subandi,2011). Instrumen yang tepat akan menentukkan
keberhasilan suatu penelitian. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan instrumen lembar pertanyaan CoRe dan tanggapan
mengenai isi video coaching. Adapun penjelasan secara umum, instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Content Representation (CoRe)
Instrumen untuk mengukur kemampuan PCK yang digunakan berupa data
CoRe (Content Representation) yang telah sukses dilaksanakan oleh peneliti
di Australia dalam pembelajaran kimia (Lougran et al. 2001). CoRe dapat
membantu mengetahui permasalahan konten, pendekatan pengajaran dan
memprovokasi pemikiran tentang apa yang penting dalam mengajarkan
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
guru untuk mengidentifikasi apa yang mereka perlu tahu dan berfikir ketika
akan mengajarkan topik baru. CoRe yang dikembangkan oleh Loughran et al
(2004) menawarkan suatu teknik yang paing sesuai untuk menangkap atau
merekam langsung PCK guru. Instrumen CoRes terdiri dari 8 pertanyaan
utama sebagai berikut
Tabel 3.2 Format CoRe (Content Representation) (Loughran et al,2012)
No Pertanyaan Ide/ Konsep Sains yang
penting
siswa tentang ide/konsep ini? 2. Mengapa konsep tersebut penting
dipelajari oleh siswa
3. Ide/konsep terkait apa sajakah yang menurut Anda belum saatnya diketahui oleh siswa?
4. Kesulitan/keterbatasan apa sajakah yang mungkin Anda alami untuk mengajarkan konsep tersebut?
5. Kondisi siswa (pengetahuan awal/cara berfikir/minat) apa saja/seperti apa yang menjadi pertimbangan dalam mengajarkan konsep ini?
6. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pertimbangan Anda dalam mengajarkan konsep tersebut?
7. Bagaimanakah urutan/alur yang Anda pilih untuk mengajarkan konsep tersebut
8. Bagaimanakah cara Anda mengetahui bahwa siswa telah paham atau belum?
Dari format pertanyaan CoRe tersebut kemudian data diolah dengan
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Anwar (2014)(Tabel 3.3) yang terdiri dari tahap pra PCK, growing PCK, dan
maturing PCK. Istilah pra PCK menggambarkan tahap awal interaksi antara
pedagogi dan pengetahuan konten sehingga belum ada irisan/integrasi antara
keduanya. Pada tahap growing PCK, guru mulai dapat mengintegrasikan
konten dan pedagoginya sehingga sudah mulai terbentuk irisan antara konten
dan pedagogi sedangkan maturing PCK, guru sudah semakin matang dan
guru mampu mengintegrasikan konten dan pedagogi secara fleksibel dan
rasional
Tabel 3.3 Kategorial perkembangan PCK guru menurut Anwar (2014)
No Aspek Tipe PCK
Pra PCK Growing PCK Maturing PCK
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Catatan Refleksi terhadap materi video coaching
Video coaching terdiri dari 8 sub video, yang tiap sub video tersebut berisi
materi sesuai urutan pertanyaan CoRe. Dalam tiap sub video guru ditugaskan
untuk memberikan komentar atau tanggapan terhadap kegiatan ataupun
pendapat yang dikemukakan oleh guru model. Untuk mempermudah subjek
penelitian dalam memberikan komentar (refleksi) terhadap video coaching
guru diberikan software video analiser untuk berkomentar bersamaan
dengan menonton video tersebut (Widodo et al, 2008). Komentar yang harus
diberikan oleh guru tidak dibatasi atas aspek tertentu. Hasil tanggapan
maupun komentar guru akan dimuat dalam bentuk berkas notepad. Dari
berkas notepad inilah dilakukan analisis terhadap pemahaman PCK guru.
Selain untuk mendapatan data refleksi guru terhadap video coaching,
penulisan komentar (refleksi) ini sekaligus dimaksudkan agar lebih
menyakinkan peneliti bahwa subjek penelitian telah benar-benar mengikuti
kegiatan program coaching berbasis refleksi video. Namun karena tidak
seluruh guru memberikan laporan catata refleksi atas video coaching secara
pribadi maka, tanggapan refleksi ditambahkan dari kegiatan diskusi peer
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang perkembangan PCK guru MGMP
IPA di kota Sumedang, tidak semua guru IPA pernah dan berpengalaman dalam
mengajarkan materi IPA. Hal ini berkaitan dengan aturan kurikulum baru
(kurikulum 2013) tentang pengajaran IPA terintegrasi yang belum teraplikasikan
di semua sekolah di kota Sumedang. Sebagian guru saja yang pernah mengajarkan
materi tentang sistem pernapasan dan sebagian lagi masih mengajar berdasarkan
latar belakang keilmuan seperti fisika, kimia, atau matematika. Secara khusus
dalam penelitian kali ini dapat disimpulkan sebagai berikut
Pertama kemampuan guru IPA sebagian besar telah berada dalam tahap
growing PCK. Dalam menentukkan konsep penting guru tidak hanya
mempertimbangkan kurikulum namun juga telah melihat aspek kebutuhan
maupun pesan moril terkait tanggung jawab siswa terhadap kesehatan tubuhnya.
Sedangkan dari segi pedagogi, guru masih terbatas pada menjelaskan dengan cara
diskusi, ceramah, dan pemodelan menggunakan carta atau torso. Guru kurang
memahami tentang batasan materi yang seharusnya mereka ajarkan dan mana
yang harus disimpan untuk pembelajaran yang akan datang. Tidak semua aspek
PCK guru mengalami berkembang setelah mengikuti kegiatan coaching video.
Pada aspek tujuan, konten dan pedagogi telah berhasil meningkatkan kategorial
guru IPA sampai sebagian besar mencapai tahap growing PCK. Namun dalam
aspek evaluasi guru IPA terkesan tidak mengalami perubahan PCK. Hal ini
disebabkan karena guru MGMP IPA telah memiliki kemampuan yang cukup baik
(growing PCK). Walaupun kegiatan refleksi video coaching belum bisa
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bidang, namun sebagian besar guru dianggap mengalami perubahan jika
dibandingkan sebelum mengikuti kegiatan coaching video.
Hal yang membatasi kemampuan PCK mengalami peningkatan guru yaitu
latar belakang guru yang tidak sama, dan yang terakhir kurangnya motivasi dan
keterbukaan dari guru tersebut untuk belajar. Hal tersebut menjadikan guru
cenderung kurang maksimal dalam melakasanakan kegiatan. Walaupun sebagian
guru yang sangat sulit untuk berubah (guru YN) namun sebagian besar guru
antusias untuk terus memperbaiki diri dan mengaku belajar dari contoh
pelaksanaan pelajaran yang dilakukan oleh guru model.
B. Saran
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan refleksi personal yang
seharusnya dapat dilakukan oleh seluruh guru namun tidak bisa terlaksana dengan
baik, pada akhirnya dapat teratasi dengan adanya kegiatan diskusi peer group.
Rekomendasi untuk penelitian coaching video selanjutnya, agar proses coaching
video secara personal agar tidak ditugaskan untuk dibawa ke rumah
masing-masing guru. Ada baiknya dilakukan pada satu tempat bersama namun dengan
alat (komputer) yang bersifat personal. Hal tersebut untuk mengantisipasi guru
yang tidak dapat melaksanakan kegiatan coaching video ataupun guru yang
kesulitan menggunakan mengopersikan video analiser. Selain itu, karena
pengalaman sangat berpengaruh terhadap kemampuan PCK guru maka diperlukan
adanya proses pendampingan dan kegiatan secara khusus untuk guru berbagi
pengatahuan tentang PCK ini sehingga informasi yang guru dapatkan saat akan
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
- (2010). Teacher Networks (MGMP) in Junior Secondary Education in Indonesia. USAID Indonesia in co-operation with International Development Center of Japan.
- (2008) Standar Pengembangan Kelompok Kerja Guru (KKG) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Direktorat Profesi Pendidik. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Anwar, Yenny (2014). Perkembangan Pedagogical Content Knowledg (PCK) Calon Guru Biologi pada Peserta Pendekatan Konsekutif dan Pada Peserta Pendekatan Konkuren. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Ardiansyah, Jemmi (2013) Peningkatan Kompetensi Guru Bidang Pendidikan di Kabupaten Tana Tidung. eJournal Pemerintahan Integratif,2013,1(1):38-50,ejournal.pin.or.id
Bloomberg, et al (2011). How Pre-Service Teacher Observe Teaching On Video: Efect of Viewer’s Teaching Subject and The Subject of The Subject of The Video. TUM School of Education, Technische Universität München, Schellingstr. 33, 80799 Munich, Germany. Elsevier. Teaching and Teacher Education 27 (2011) 1131-1140
Bueno et al (2011) Pedagogical Content Knowledge of Inquiry: An Instrument to Assess IT and Its Application to High School In-Sevice Teacher. US-China Education Review. ISSN 1548-6613. May 2011, Vol.8, No.5,599-614. David Publishing
Chaniago,Syahril (2013) Profesionalisme Guru Meningkatkan Citra Dunia Pendidikan. Econo sains. Volume XI. Nomor 1, Maret 2013
Dahar,Ratna W(1989). Teori Teori Belajar. Erlangga.
Didi, Tarsidi (2010). Teori Kognitif Sosil Albert Bandura. Universitas Pendidikan Indonesia
Ferraro, Joan M (2000). Reflective Practice and Professional Development. ERIC Digest. ERIC Clearinghouse on Teaching and Teacher Education Washington DC.
Finlay, Linda (2008) Reflecting on’Reflective Practice’. PBPL paper 52
Neri Egi Rusmana, 2014
Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (Pck) Guru Peserta Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Ipa Di Kota Sumedang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gintings,Abdorrakham (2008). Essensi Praktis, Belajar & Pembelajaran. Disiapkan untuk Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru-Dosen. Penerbit Humaniora.
Gatumu, Jane Ciuwari (2009). Reflective Teaching. African Virtual University
Hamidah, Dida (2012). Pengembangan Profesional Guru Biologi SMA melalui Program Pelatihan Pedagogical Content Knowledge pada materi Genetika. Disertasi Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Harjanto (2008) Perencanaan Pengajaran: Komponen MKDK. Jakarta. Rineka Cipta
Haryati, Daroji (2007). Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Konsep dan Penerapan Sains Biologi 2 untuk kelas VIII SMP dan MTs. Solo. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Jalmo,Tri & Rustaman, Nuryani Y (2010).Pengembangan Program Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru IPA SMP. Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung dan Prodi IPA SPs Universitas Pendidikan Indonesia.
Kadafi,Umar.Lestari Umi& Suarsini E. (2014). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif pada Kompetensi Sistem Pernapasan Manusia Kelas VII di SMP 1 Gondang Tulungagung. Universitas Negeri Malang.
Kadarohman,Asep & Nurihsan, J (2012) Program Dual Modes Sebagai Alternatif Peningkatan Kualifikasi Akademik Guru dalam Jabatan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Liu,Siping.(2013). Pedagogical Content Knowledge: A Case Study of ESL Teacher Educator. English Language Teaching; Vol. 6, No. 7; 2013. ISSN 1916-4742 E-ISSN 1916-4750. Published by Canadian Center of Science and Education
Loughran, et al (2001) Documenting Science Teachers Pedagogical Content Knowledge Through PaP-eRs. Monash University. Research in Science Education 31: 289-307
Loughran, et al (2012) Understanding and Developing Science Teacher’s Pedagogical Content Knowledge. 2nd edition.Sense Publisher.
McGregor, Debra (2012) What can Reflective Practice Mean For You... And Why Should You Engage In It?. Developing Reflective Practice.
Muharohmah, Astri (2013). Analisis Pedagogis Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kota Cimahi. Universitas Pendidikan Indonesia.