REPRESENTASI CITRA ORANG INDONESIA DALAM PUISI MBELING KARYA REMY SYLADO
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra
oleh Ilham Mahendra
1002660
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
REPRESENTASI CITRA ORANG
INDONESIA DALAM PUISI MBELING
KARYA REMY SYLADO
oleh
Ilham Mahendra
sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Ilham Mahendra 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR SINGKATAN ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ... 11
1.2.1 Batasan Masalah ... 11
1.3 Rumusan Masalah Penelitian ... 12
1.4 Tujuan Penelitian ... 12
1.5Manfaat Penelitian ... 13
1.5.1 Manfaat Teoretis ... 13
1.5.2 Manfaat Praktis ... 13
1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 13
BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 15
2.1 Puisi Mbeling ... 15
2.2 Struktur Puisi ... 18
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.2.1.1 Diksi ... 19
2.2.1.2 Pengimajian ... 21
2.2.1.3 Kata Konkret ... 22
2.2.1.4 Bahasa Figuratif ... 22
2.2.1.5 Versifikasi ... 24
2.2.1.6 Tata Wajah (Tipografi) ... 26
2.2.2 Struktur Batin ... 26
2.2.2.1 Tema ... 27
2.2.2.2 Perasaan ... 27
2.2.2.3 Nada dan Suasana ... 28
2.2.2.4 Amanat ... 28
2.3 Representasi ... 29
2.4 Sosiologi Sastra ... 32
2.5 Citra Orang Indonesia ... 36
2.6 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 42
2.7 Kerangka Pemikiran ... 44
BAB III METODE PENELITIAN ... 45
3.1 Metode Penelitian ... 45
3.2 Sumber Data ... 45
3.3 Definisi Operasional ... 46
3.4 Teknik Penelitian ... 47
3.4.1 Teknik Pengolahan Data ... 47
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 49
3.4.2.1 Observasi ... 49
3.4.2.2 Wawancara ... 50
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.4.2.4 Studi Pustaka ... 52
3.5 Alat dan Instrumen Penelitian ... 53
3.5.1 Alat ... 53
3.5.2 Instumen Penelitian ... 54
3.5.2.1 Lembar Pertanyaan 1 ... 54
3.5.2.2 Lembar Pertanyaan 2 ... 54
3.5.2.3 Angket Tentang Citra Orang Indonesia ... 55
3.5.2.4 Pedoman Analisis ... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57
4.1 Puisi Meyingkat Kata Karya Remy Sylado ... 59
4.1.1 Struktur Puisi Menyingkat Kata ... 58
4.1.1.1 Struktur Fisik Puisi Menyingkat Kata ... 58
4.1.1.1.1 Diksi ... 58
4.1.1.1.2 Pengimajian ... 64
4.1.1.1.3 Kata Konkret ... 65
4.1.1.1.4 Bahasa Figuratif ... 66
4.1.1.1.5 Versifikasi ... 67
4.1.1.1.6 Tipografi ... 69
4.1.1.2 Struktur Batin Puisi Menyingkat Kata ... 70
4.1.1.2.1 Tema ... 70
4.1.1.2.2 Perasaan ... 75
4.1.1.2.3 Nada dan Suasana ... 77
4.1.1.2.4 Amanat ... 78
4.1.2 Representasi Citra Orang Indonesia dalam Puisi Menyingkat Kata ... 78
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.2 Puisi Teks Atas Descartes Karya Remy Sylado ... 85
4.2.1 Struktur Puisi Teks Atas Descartes ... 85
4.2.1.1 Struktur Fisik Puisi Teks Atas Descartes ... 86
4.2.1.1.1 Diksi ... 86
4.2.1.1.2 Pengimajian ... 90
4.2.1.1.3 Kata Konkret ... 91
4.2.1.1.4 Bahasa Figuratif ... 92
4.2.1.1.5 Versifikasi ... 93
4.2.1.1.6 Tipografi ... 95
4.2.1.2 Struktur Batin Puisi Teks Atas Descartes ... 96
4.2.1.2.1 Tema ... 96
4.2.1.2.2 Perasaan ... 99
4.2.1.2.3 Nada dan Suasana ... 100
4.2.1.2.4 Amanat ... 101
4.2.2 Representasi Citra Orang Indonesia dalam Puisi Teks Atas Descartes ... 101
4.2.3 Model Representasi Citra Orang Indonesia dalam Puisi Teks Atas Descartes ... 106
4.3 Puisi Mental Spiritual Orang Indonesia karya Remy Sylado ... 107
4.3.1 Struktur Puisi Mental Spiritual Orang Indonesia ... 107
4.3.1.1 Struktur Fisik Puisi Mental Spiritual Orang Indonesia ... 107
4.3.1.1.1 Diksi ... 107
4.3.1.1.2 Pengimajian ... 111
4.3.1.1.3 Kata Konkret ... 112
4.3.1.1.4 Bahasa Figuratif ... 113
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.3.1.1.6 Tipografi ... 114
4.3.1.2 Stuktur Batin Puisi Mental Spiritual Orang Indonesia ... 115
4.3.1.2.1 Tema ... 115
4.3.1.2.2 Perasaan ... 119
4.3.1.2.3 Nada dan Suasana ... 120
4.3.1.2.4 Amanat ... 122
4.3.2 Representasi Citra Orang Indonesia dalam Puisi Mental Spiritual Orang Indonesia ... 122
4.3.3 Model Representasi Citra Orang Indonesia dalam Puisi Mental Spiritual Orang Indonesia ... 129
4.4 Puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia karya Remy Sylado ... 130
4.4.1 Struktur Puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia ... 130
4.4.1.1 Struktur Fisik Puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia ... 130
4.4.1.1.1 Diksi ... 130
4.4.1.1.2 Pengimajian ... 140
4.4.1.1.3 Kata Konkret ... 142
4.4.1.1.4 Bahasa Figuratif ... 145
4.4.1.1.5 Versifikasi ... 148
4.4.1.1.6 Tipografi ... 151
4.4.1.2 Struktur Batin Puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia ... 153
4.4.1.2.1 Tema ... 153
4.4.1.2.2 Perasaan ... 160
4.4.1.2.3 Nada dan Suasana ... 163
4.4.1.2.4 Amanat ... 164
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.4.3 Model Representasi Citra Orang Indonesia
dalam Puisi Ciri-Ciri Orang Indonesia ... 178
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 180
5.1 Simpulan ... 180
5.2 Saran ... 184
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Analisis Struktur Fisik Puisi ... 55
Tabel 3.2 Pedoman Analisis Struktur Batin Puisi ... 56
Tabel 3.3Pedoman Analisis Representasi Citra Orang Indonesia ... 56
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Diagram Presentase Jawaban Responden
Tentang Citra Orang Indonesia Suka Menyingkat Salam ... 81
Gambar 4.2 Undangan Pernikahan ... 82
Gambar 4.3 Surat ... 82
Gambar 4.4 Diagram Presentase Jawaban Responden Tentang
Citra Orang Indonesia Tidak Pernah Menggunakan
Otaknya atau Tidak Berpikir ... 104
Gambar 4.5 Orang Indonesia Berdoa Kalau Ada Maunya ... 124
Gambar 4.6 Diagram Presentase Jawaban Responden
Tentang Citra Orang Indonesia Suka Tobat Sambal ... 126
Gambar 4.7 Istilah Daging Sapi Orang Barat ... 157
Gambar 4.8 Istilah Daging Sapi Orang Indonesia ... 157
Gambar 4.9 Diagram Presentase Jawaban Responden
Tentang Citra Orang Indonesia Berpikir Praktis ... 168
Gambar. 4.10 Diagram Presentase Jawaban Responden
Tentang Citra Orang Indonesia Norak ... 171
Gambar. 4.11 Diagram Presentase Jawaban Responden
Tentang Citra Orang Indonesia Suka Pamer ... 174
Gambar. 4.12 Diagram Presentase Jawaban Responden Tentang
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR SINGKATAN
1. PM = Puisi Mbeling
2. MK = Menyingkat Kata
3. TAD = Teks Atas Descartes
4. MSOI = Mental Spiritual Orang Indonesia
5. CCOI = Ciri-Ciri Orang Indonesia
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu REPRESENTASI CITRA ORANG INDONESIA DALAM PUISI MBELING KARYA REMY SYLADO
Ilham Mahendra NIM 1002660
ABSTRAK
Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah eksistensi puisi mbeling yang tenggelam pada saat ini dan pandangan masyarakat, khususnya masyarakat sastra yang menstereotipkan puisi mbeling sebagai puisi yang tidak berbobot, tidak berpesan, dan tidak memiliki estetik, serta tidak memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding puisi konvensional. Dalam kumpulan puisi berjudul Puisi Mbeling (selanjutnya disingkat PM) karya Remy Sylado ditemukan empat puisi yang merepresentasikan citra orang Indonesia, yakni Menyingkat Kata (MK), Teks Atas Descartes (TAD), Mental Spiritual Orang Indonesia (MSOI), dan Ciri-Ciri Orang Indonesia (CCOI). Penelitian terhadap kumpulan puisi PM menjawab beberapa persoalan. Pertama, bagaimana struktur puisi-puisi mbeling
dalam kumpulan puisi PM karya Remy Sylado? Kedua, bagaimana representasi citra orang Indonesia dalam kumpulan puisi PM? Ketiga, bagaimana model representasi yang dilakukan dalam kumpulan puisi PM. Untuk menjawab persoalan tersebut digunakan teori struktural dan pendekatan sosiologi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desktiptif analisis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan (1) dalam mengungkapkan gagasannya mengenai orang Indonesia, penyair mengemas dengan struktur yang sederhana. Dengan maksud agar puisi ini terkesan lugas, terus terang, dan apa adanya, sehingga pembaca dapat dengan mudah untuk memahaminya; (2) citra orang Indonesia yang direpresentasikan adalah orang Indonesia suka menyingkat salam pada puisi MK, orang Indonesia tidak pernah menggunakan otaknya pada puisi TAD, orang Indonesia suka tobat sambal pada puisi MSOI, orang Indonesia berpikir praktis, berperilaku norak, sombong, dan hanya memikirkan urusan perut pada puisi CCOI; (3) model representasi yang dilakukan pada umumnya adalah model representasi aktif. Dalam penelitian ini peneliti hanya memfokuskan pada representasi citra orang Indonesia. Sementara banyak hal menarik untuk dilakukan bagi penelitian selanjutnya. Dan penelitian terhadap puisi
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
REPRESENTATION ON THE IMAGE OF INDONESIAN PEOPLE IN PUISI MBELING BY REMY SYLADO
Ilham Mahendra NIM 1002660
ABSTRACT
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Di dalam sejarah kesusastraan Indonesia, setiap periode memiliki ciri
khasnya sendiri, salah satunya adalah periode 70-an. Periode tersebut merupakan
periode yang banyak menciptakan pembaharuan, baik dari segi stilistik maupun
dari segi tematik. Sapardi Djoko Damono (dalam Soedjarwo, 2000: 6)
menjelaskan, pembaharuan itu tercipta karena tidak diberlakukan lagi aturan yang
mengharuskan sastra untuk mengikuti garis golongan tertentu—politik—sejak
tahun 1966, sehingga menimbulkan kebebasan bagi para sastrawan dalam proses
penciptaannya.
Rosidi (1977: 6) pun mengungkapkan, kekhasan yang menandai
kesusastraan Indonesia setelah gagalnya coup d’etat gestapu—usaha
menggulingkan pemerintahan oleh PKI—tahun 1966 adalah lahirnya momentum
bagi para sastrawan untuk melakukan eksperimen tanpa batas. Eksperimen atau
pembaharuan dari segi stilistik maupun tematik dilakukan oleh para sastrawan,
khususnya para penyair dari periode 50-an antara lain, Subagio Sastrowardojo,
Goenawan Mohamad ataupun para penyair baru seperti, Abdul Hadi W. M,
Sutardji Calzoum Bachri, Darmanto J T, dsb. (Damono, 1978: 2).
Di sisi lain, kebebasan dan ekperimen itu bukan hanya menciptakan
keragaman warna dalam kesusastraan Indonesia, melainkan juga memberikan
semacam penindasan bagi para kaum muda yang baru menulis puisi dan ingin
masuk ke ranah kesusastraan Indonesia. Penindasan yang dirasakan adalah makin
mapan dan kokohnya para penyair yang namanya telah disebutkan di atas. Hal
tersebut yang membuat puisi-puisi para kaum muda tidak dapat segera tampil,
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penindasan itu pun bertambah karena terbatasnya majalah sastra pada saat
3
ditentukan oleh puisi yang dapat dimuat dalam majalah tersebut. Dampak terbesar
yang muncul setelah itu adalah lambannya regenerasi di kalangan para sastrawan,
sebab sulitnya para anak muda untuk segera masuk dan muncul dalam ranah
kesusastraan Indonesia.
Melihat fenomena yang terjadi Remy Sylado, salah seorang pengasuh
majalah Aktuil—majalah musik ternama di Bandung—pada saat itu menciptakan sebuah media tandingan dengan membuka ruang rubrik puisi pada bulan Agustus
1972. Rubrik itu dinamai Puisi Mbeling. Landasan yang mendasari dihadirkan rubrik Puisi Mbeling adalah untuk menggugat hakikat dan estetik puisi yang dikurung oleh teori-teori yang bersifat kaku dan baku, sekaligus memberikan
kesempatan bagi para kaum muda untuk memunculkan karyanya (Soedjarwo,
2000: 6). Hal-hal tersebutlah yang menjadi momentum kelahiran puisi mbeling. Puisi-puisi yang dimuat dalam majalah Aktuil—puisi mbeling—rata-rata mengusung satire yang ditujukan kepada para penyair “tua” yang mereka sebut
munafik dan sudah tidak jujur (Soedjarwo, 2001: vii.). Pernyataan itu muncul
karena para penyair tersebut terlalu mendewakan kriteria puisi yang baik, pesan,
dan bobot, serta bersifat sublime—ditutup-tutupi. Namun seiring berjalannya waktu, tidak ada persoalan yang luput untuk dibicarakan dalam puisi mbeling, baik persoalan keseharian maupun persoalan yang tabu atau “jorok” sekalipun.
Hal ini didasari atas pandangan para penyair mbeling bahwa di dunia ini tidak ada yang harus dijunjung tinggi, serius, dan sakral (Soedjawro, 2001: 82).
Di awal kemunculannya puisi mbeling yang juga dianggap sebagai puisi kontemporer pada periode 70-an, mampu menjadi topik pembicaraan utama di
tengah publik. Puisi mbeling telah menjadi model utama dalam perpuisian Indonesia yang menawarkan perubahan, sekaligus tandingan bagi puisi yang
bersifat konvensional (Soedjarwo, 2001: vi). Hal tersebut dikuatkan dengan
pengakuan Sylado (1974 no. 164) bahwa puisi mbeling pada saat itu mampu menarik antusias publik, sehingga dalam kuantitasnya telah melahirkan hampir
10.000 penyair. Sapardi Djoko Damono (dalam Soedjarwo, 2001: vii) juga
4
Begitu besarnya pengaruh gerakan puisi mbeling pada saat itu, seharusnya puisi mbeling pantas untuk selalu dikenang hingga saat ini. Sebab puisi mbeling
telah menghadirkan pembaharuan dan warna baru dalam catatan sejarah
kesusastraan di Indonesia, khususnya puisi kontemporer di Indonesia. Namun
nyatanya, eksistensi puisi mbeling pada saat ini telah tenggelam. Hal itu disebabkan oleh pandangan yang menganggap puisi mbeling sebagai puisi lugu atau awam, main-main, dan hanya berkelakar tanpa melibatkan unsur-unsur murni
puisi pada umumnya. Dengan kalimat lain, puisi mbeling distereotipkan sebagai puisi main-main yang tidak memiliki nilai estetik, tidak berbobot, dan tidak
berpesan.
Dalam penyusunan sejarah kesusastraan Indonesia pun puisi mbeling
hanya dianggap sebagai riak-riak kecil yang biasa terjadi pada setiap perubahan
periode, padahal momentum atas kelahiran puisi mbeling perlu dan penting untuk tetap diperhitungkan serta dibicarakan pada saat ini.
Pada tahun 1978 DKJ memutuskan kumpulan puisi mbeling berjudul
Sajak Sikat Gigi karya Yudistira sebagai salah satu dari empat kumpulan puisi terbaik pilihan DKJ tahun 1976-1977. Akan tetapi ketiga nomine lainnya, yaitu
Sitor Situmorang, Abdul Hadi W. M, dan Sutardji Calzoum Bachri merasa
keberatan jika kumpulan puisinya disandingkan dengan kumpulan puisi karya
Yudistira. Mereka berargumen bahwa puisi-puisi Yudistira adalah puisi orang
awam, tidak berbobot, puisi yang belum selesai, puisi nekat, dsb. (Soedjarwo,
2001: 22-23). Pada akhirnya dewan juri menarik kembali keputusan mereka dan
membatalkan Sajak Sikat Gigi sebagai kumpulan puisi terbaik DKJ tahun 1976-1977.
Kisah di atas menunjukan bagaimana sikap para penyair yang memandang
sinis terhadap puisi mbeling. Pada dasarnya puisi mbeling tidak berbeda dengan puisi konvensional. Puisi mbeling tetap dibangun dengan unsur-unsur pembangun puisi pada umumnya dan memiliki makna atau pesan—biasanya berisikan
sindiran dan kritik—yang ingin disampaikan penyair kepada para pembacanya.
5
Dasar estetika puisi mbeling adalah mengusung sifat lugu, main-main, dan kelakar (Soedjarwo, 2000: 9). Sifat-sifat tersebut dimaksudkan agar puisi dapat
berkata dengan jujur, terus terang, apa adanya, tidak kaku dan baku, dan segala
macam persoalan tidak harus terus dipandang secara serius. Saat membaca
puisi-puisi mbeling, pembaca tidak akan dipusingkan untuk memahaminya. Pembaca akan mendapatkan kesan langsung seperti tersenyum, tertawa, terkejut, dsb. Akan
tetapi, setelah kesan langsung tersebut dirasakan, pembaca akan berpikir dan
merenung atas persoalan yang diungkapkan dalam puisi mbeling.
Hal itu terjadi karena segala macam persoalan kehidupan yang ungkap
dalam puisi mbeling dikemas dengan cara yang cerdas dan sudut pandang yang khas, yaitu dengan unsur humor atau candaan yang kuat. Dengan humor, para
penyair mbeling mencoba mengajak pembaca untuk menertawakan dan melihat persoalan-persoalan yang dibicarakan sebagai sebuah komedi. Selain itu, dengan
humor membuat sindiran dan kritik yang rata-rata disuguhkan dalam puisi
mbeling akan lebih mudah diterima dan tidak akan mengganggu perasaan orang yang disindir atau dikritik (Suhadi, 1989: 41). Dengan kalimat lain humor dalam
puisi mbeling dimaksudkan untuk menghidupkan dan menciptakan suasana yang menegangkan menjadi mengendur, yang serius menjadi santai, dan yang resmi
menjadi akrab. Cara seperti itulah yang lebih ampuh jika dibanding sindiran dan
kritik disampaikan dengan langsung dan keras.
Pemaparan di atas sesuai dengan ideologi penyair mbeling mengenai hakikat puisi yang sebenarnya, yaitu puisi seharusnya tidak berjarak dengan
masyarakat umum, puisi adalah cara manusia memandang kehidupan sebagai
sesuatu yang tidak melulu dipandang serius, dan puisi adalah ungkapan yang
jujur, apa adanya, tidak ditutup-tutupi, serta berterus terang (Soedjarwo, 2000:
12-15). Berbeda dengan puisi konvensional yang memandang kehidupan sebagai
sebuah “tragedi”, bersifat sublime, misterius, kaku dan baku, serta mengedepankan pesan dan bobot, sehingga puisi hanya dapat dipahami oleh
sebagian orang yang mengerti.
Namun, nilai esensial dan hakikat yang telah diungkapkan di atas tidak
6
sastra—sastrawan, pembaca, dan penelaah. Mereka terjebak oleh stigma dan
stereotip bahwa puisi mbeling hanya puisi kosong, tidak berbobot, main-main, lugu, dan hanya humor belaka, sehingga mereka seolah anti untuk memahami,
membaca, atau melakukan penelitian yang lebih mendalam. Jika pun membaca,
mereka hanya menganggap puisi mbeling sebagai hiburan semata. Padahal bukan hiburan saja yang disuguhkan, melainkan puisi mbeling juga memberikan penghayatan dan kesadaran bagi pembaca mengenai kehidupan, namun dari sudut
pandang yang berbeda.
Soedjarwo (2001: 20-21) memberikan pandangan bahwa masyarakat sastra
masih cenderung menilai puisi seriuslah yang memiliki nilai yang tinggi. Mereka
menganggap bahwa yang bersungguh-sungguh akan lebih berharga daripada yang
hanya main-main. Terlebih kurangnya pustaka yang membahas tentang puisi
mbeling, mengakibatkan puisi mbeling terus dianggap sebelah mata, dinilai hanya dari permukaan, dan lebih parah eksistensinya telah tenggelam pada saat ini.
Melihat fenomena mengenai puisi mbeling dengan segala polemiknya, peneliti memiliki pandangan bahwa perlu adanya pembahasan yang bersifat
objektif dan mendalam tentang puisi mbeling. Dengan harapan, masyarakat sastra ataupun masyarakat umum tidak lagi memandang puisi mbeling hanya dari kesan permukaannya saja. Pada nantinya puisi mbeling dapat dipandang lebih objektif, tidak lagi dianggap sebagai puisi kosong, tidak berbobot, dan hanya main-main.
Berdasarkan pemaparan dan alasan yang telah dikemukakan, peneliti
menetapkan bahwa fokus penelitian ini adalah mengenai puisi mbeling. Dalam dunia puisi mbeling, para penyair yang tidak asing lagi namanya adalah Remy Sylado, Cunong Nunuk Suraja, Yudhistira, Noorca Marendra, Jeihan Sukmantoro,
Adhie M. Massardi, Kurniawan Junaedi, Emha Ainun Nadjib, Gus Mustopa Bisri,
termasuk para penyair “serius” seperti Abdul Hadi W. M.,D. Zawawi Imron, dsb. Untuk korpus data atau objek dalam penelitian ini, peneliti memilih
puis-puisi mbeling karya Remy Sylado yang terhimpun dalam kumpulan puisi berjudul
7
tidak akan lepas dari nama Remy Sylado, salah seorang pelopor lahirnya puisi
mbeling.
Peneliti juga melihat Remy Sylado memiliki konsep atau rumusan yang
utuh mengenai dasar dan hakikat puisi mbeling. Hal tersebut dapat dilihat dari essai-essai dan nasihat-nasihat yang ditulinya sebagai pengantar untuk setiap edisi
dalam rubrik Puisi Mbeling, sehingga dampak positif yang muncul adalah lahirnya puluhan ribu penyair mbeling, termasuk para penyair yang telah disebutkan di atas. Alasan lain peneliti memilih kumpulan puisi PM adalah kumpulan puisi tersebut secara lengkap menghimpun puisi-puisi mbeling karya Remy Sylado dari sebelum tahun 1970-an hingga tahun 2003. Kumpulan puisi
tersebut terdiri atas 144 puisi yang dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu puisi
yang dibuat sebelum tahun 1972, sepanjang 1972, setelah 1972, dan cerita-cerita
antara 1970-2003.
Kumpulan puisi PM menampilkan berbagai macam persoalan, yang sebagian besar berisikan tentang sindiran dan kritik. Misalnya tentang politik,
pemerintahan, para pemimpin, sikap, moral, gaya hidup dan perilaku masyarakat,
kehidupan sosial, nasib atau takdir diri sendiri dan orang lain, isu sosial,
ketimpangan sosial, para penyair “tua”, sex, cinta, orang tua, dsb., bahkan
persoalan agama dan Tuhan. Dan persoalan-persoalan tersebut diungkapkan
dengan gaya khas puisi mbeling, yaitu lugu, main-main, dan berkelakar serta kuat akan unsur humor.
Setelah melakukan pembacaan dan interpretasi yang mendalam terhadap
kumpulan puisi PM, peneliti menemukan beberapa puisi yang membicarakan tentang orang Indonesia. Orang Indonesia yang bicarakan atau digambarkan di
dalam kumpulan puisi PM menjadi daya tarik tersendiri bagi peneliti, sebab Remy Sylado yang merupakan orang Indonesia membicarakan tentang orang Indonesia
dan secara tidak langsung ia membicarakan dirinya sendiri. Selain itu, peneliti
melihat bahwa tujuan penyair membicarakan orang Indonesia adalah untuk
menunjukan suatu gambaran yang dapat digunakan sebagai bahan penilaian kritis
pembacanya yang notabene adalah orang Indonesia. Misalnya, dapat dilihat pada
8
Berdasarkan pembacaan awal, peneliti melihat bahwa gambaran orang
Indonesia yang digambarkan pada puisi di atas bukan berasal dari pandangan
subjektif penyair saja, melainkan dipengaruhi oleh kenyataan sosial yang diamati
penyair. Hal ini disebabkan penggunaan subjek orang Indonesia yang bersifat
referensial, dalam arti orang Indonesia yang dibicarakan dalam puisi tersebut
mengacu dan merefleksikan kenyataan mengenai orang Indonesia. Dengan
kalimat lain, puisi ini merepresentasikan gambaran orang Indonesia dalam
kenyataan sosial yang sesungguhnya.
Namun, selain merepresentasikan gambaran orang Indonesia, peneliti juga
melihat bahwa puisi Teks Atas Descartes juga merepresentasikan citra orang Indonesia. Di dalam kenyataan sosial, citra orang Indonesia dapat ditemukan
berdasarkan stereotip-stereotip masyarakat tentang orang Indonesia, misalnya
orang Indonesia ramah, orang Indonesia bodoh, atau orang Indonesia tidak pernah
menggunakan pikirannya, sesuai dengan gambaran orang Indonesia yang
direfleksikan dalam puisi Teks Atas Descartes.
Citra berarti gambaran yang dimiliki seseorang atau orang banyak
mengenai pribadi, perusahaan, kelompok/organisasi atau produk (KBBI, 2008:
694). Citra bersifat dan tercipta karena adanya stereotip, dalam arti citra
merupakan sebuah pandangan mengenai suatu golongan yang didasari atas kesan,
penilaian, dan prasangka subjektif atau meminjam istilah Walter Lippmann
(dalam Lubis, 2012; vii) picture in our head—gambaran dalam benak.
Citra orang Indonesia yang direpresentasikan dalam kumpulan puisi PM
9
sosial yang terjadi, khususnya mengenai citra orang Indonesia berdasarkan
stereotip yang beredar dalam kenyataan. Hasil pengamatan tersebut selanjutnya
direpresentasikan berdasarkan penilaian, persepsi, dan kesan atau sesuai dengan
ideologi penyair terhadap citra orang Indonesia.
Penjelasan di atas berkaitan dengan pandangan bahwa sastra merupakan
miniatur dunia. Sastra merekam peristiwa-peristiwa yang dikemas kembali dengan
unsur kreativitas dan imajinasi. Kejadian dalam karya sastra merupakan refleksi
kejadian yang terjadi dalam kenyataan (Ratna, 2011: 35). Hal tersebut dikuatkan
dengan pandangan Ian Watt (dalam Damono: 1979: 3) yang menjelaskan bahwa
karya sastra merupakan refleksi dari kenyataan sosial dan sastra merupakan
dokumen sosial yang diciptakan untuk menggugah kesadaran pembacanya.
Berdasarkan pemaparan di atas, persoalan citra orang Indonesia yang
direpresentasikan dalam kumpulan puisi PM karya Remy Sylado menjadi hal yang menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Alasannya, puisi mbeling
yang distereotipkan sebagai puisi kosong dan puisi yang main-main, akan tetapi
menyimpan persoalan krusial yang berguna untuk menggugah kesadaran
pembacanya. Alasan lain, jika berbicara mengenai puisi mbeling sebagain besar akan menyoroti gaya khas (style) puisi mbeling dan sejarah kelahiran dari gerakan puisi mbeling, sehingga hal di luar dari gaya dan sejarah kelahiran puisi mbeling
kurang disoroti atau diperhatikan.
Selain puisi berjudul Teks Atas Descartes (selanjutnya disingkat menjadi
TAD), peneliti juga menemukan tiga puisi lainnya yang juga merepresentasikan citra orang Indonesia, yakni puisi berjudul Menyingkat Kata (MK), Mental Spiritual Orang Indonesia (MSOI), dan Ciri-ciri Orang Indonesia (CCOI).
Temuan tersebut berdasarkan kejelasan atas subjek yang dibicarakan dalam
puisi-puisi tersebut, yaitu orang Indonesia. Adapun gambaran orang Indonesia yang
direfleksikan pada puisi-puisi tersebut mengenai kebiasaan, sifat, perilaku, dan
pandangan hidup orang Indonesia yang semuanya dapat dirujuk dan memiliki
keterkaitan dengan citra orang Indonesia di dalam kenyataan.
Selain merepresentasikan citra orang Indonesia, keempat puisi tersebut
10
umumnya. Pandangan mengenai puisi mbeling yang berbeda dengan puisi pada umumnya (puisi konvensial) membuat struktur pembangun puisi mbeling kurang diperhatikan.
Atas alasan-alasan yang telah peneliti paparkan, maka peneliti menetapkan
bahwa fokus penelitian ini mengenai citra orang Indonesia yang direpresentasikan
dalam kumpulan puisi PM. Beberapa penelitian mengenai puisi mbeling, khususnya penelitian tentang kumpulan puisi PM pernah dilakukan, baik dalam bentuk skripsi, laporan penelitian maupun dalam media internet. Untuk
menghindari reduplikasi penelitian, peneliti perlu menunjukan perbedaan antara
penelitian sebelumnya yang peneliti temukan dengan penelitian ini.
Penelitian tentang puisi mbeling pernah dilakukan oleh Soedjarwo, Th. Sri Rahayu Prihatmi, dan Yudiono K. S. dengan judul Puisi Mbeling: Telaah Singkat atas Sajak-sajak Populer dari jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Budaya Universitas Diponegoro tahun 1978-1979. Penelitian tersebut membahas berbagai
karya puisi mbeling dari beberapa penyair yang dimuat dalam majalah-majalah popular pada saat itu, misalnya majalah Aktuil, Top, Yunior, dsb., termasuk puisi-puisi mbeling karya Remy Sylado yang juga terhimpun dalam kumpulan puisi
PM. Hasil dari penelitian tersebut lebih mengacu kepada gaya (style) dari puisi
mbeling dan kedudukan puisi mbeling dalam kesusastraan Indonesia, meski pengkajiannya melalui kajian terhadap unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi. Namun
yang kurang dari penelitian tersebut adalah puisi-puisi yang dikaji, dibahas
dengan singkat dan tidak mendalam. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya
puisi mbeling yang dikaji dan tidak terfokus kepada satu atau hanya beberapa penyair saja.
Kemudian penelitian mengenai kumpulan puisi PM karya Remy Sylado pernah dilakukan oleh Santi Titik Lestari pada tahun 2007 berupa skripsi di
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penelitan tersebut berjudul Makna Dalam 13 Puisi Mbeling Karya Remy Sylado (Kajian Semiotika). Penelitian tersebut lebih difokuskan kepada puisi-puisi mbeling karya Remy Sylado yang membicarakan mengenai politik, salah satunya adalah puisi berjudul
11
dari puisi-puisi mbeling karya Remy Sylado bukan hanya mengkritik kehidupan politik Indonesia, melainkan lebih condong menyajikan sisi kehidupan politik
sebuah bangsa berkembang dengan kondisi pemerintahan yang kurang baik.
Terakhir, penelitian tentang kumpulan puisi PM juga pernah dilakukan oleh Dra. Ro’yati Guru Bahasa Indonesia MTsN Slawi Kabupaten Tegal, Jateng
tahun 2014. Penelitian tersebut berjudul Struktur dan Unsur Satire yang Terdapat dalam Kumpulan Puisi Mbeling Karya Remy Sylado. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan intrinsik puisi, yakni analisis struktural melalui
pendekatan mimesis. Hasil dari penelitian tersebut adalah puisi mbeling karya Remy Sylado menegaskan kepada peristiwa penting yang harus diingat pada
masa-masa pemerintahan tahun 1970—2000 serta puisi-puisi mbeling karya Remy Sylado merupakan kritik sosial terhadap pemerintah terkait dengan
kebijakan-kebijakannya.
Pemaparan di atas memperlihatkan antara penelitian Santi Titik Lestari
dan Dra. Ro’yati memiliki kesamaan, yaitu melakukan analisis untuk mengetahui
makna yang dikandung dalam kumpulan puisi PM. Peneliti memandang bahwa kajian mengenai makna dan gaya puisi telah banyak dilakukan, termasuk puisi
mbeling. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, puisi mbeling rata-rata atau sebagian besar berisikan sindiran dan kritik atau satire terhadap berbagai
persoalan, termasuk politik dan pemerintahan, sehingga hasil yang didapatkan dari
kedua penelitian tersebut bukanlah hal baru untuk penelitian terhadap puisi
mbeling.
Uraian di atas menjelaskan bagaimana posisi atau kedudukan penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada penelitian ini
peneliti akan menelaah puisi mbeling secara mendalam dari satu penyair, yakni kumpulan puisi PM karya Remy Sylado. Selain itu, pada penelitian ini peneliti juga akan meneliti bagaimana citra orang Indonesia yang direpresentasikan dalam
kumpulan puisi PM dengan pendekatan yang berbeda, yaitu menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Akan tetapi, sebelum mengungkapkan citra orang
Indonesia yang direpresentasikan, peneliti akan terlebih dahulu menganalisis
12
puisi bersifat fungsional dalam kesatuannya dan dengan unsur lainnya (Waluyo,
1897: 25), sehingga struktur puisi tidak dapat dilepaskan untuk memahami sebuah
puisi. Peneliti juga memposisikan dan memandang secara objektif bahwa puisi
mbeling tidak jauh berbeda dengan puisi pada umumnya, yang berbeda hanya hakikat dan dasar estetiknya saja.
Hal-hal yang telah dipaparkan di atas merupakan latar belakang peneliti
untuk melakukan penelitian terhadap kumpulan puisi PM karya Remy Sylado. Bahan penelitian yang dipilih bukan berdasarkan alasan subjektif, tetapi peneliti
melihat persoalan yang muncul relevan dan sesuai dengan gambaran mengenai
objek penelitian dan permasalahan yang hadir di dalamnya.
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik
beberapa permasalahan yang timbul, antara lain:
1. Puisi mbeling dianggap sebagai puisi yang tidak berbobot, tidak berpesan, dan tidak memiliki nilai estetik;
2. Puisi mbeling tidak diperhitungkan dalam sejarah kesusastraan Indonesia; 3. Stereotip masyarakat sastra yang menyatakan puisi mbeling memiliki nilai
yang lebih rendah dibanding dengan puisi konvesional;
4. Eksistensi puisi mbeling yang telah tenggelam pada saat ini;
5. Berbagai persoalan yang diungkap dalam puisi mbeling disajikan dengan lugu, main-main, dan berkelakar.
1.2.1 Batasan Masalah
Karena luasnya permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini, maka
penelitian ini dibatasi hanya pada struktur puisi mbeling, representasi citra orang Indonesia, dan model representasi. Dalam menganalisis struktur puisi mbeling
digunakan teori struktural puisi yang terdiri atas struktur fisik dan struktur batin.
Analisis struktur dilakukan untuk melihat makna dan untuk melihat gambaran
13
Selanjutnya, untuk mengungkap citra orang Indonesia yang
direpresentasikan dalam kumpulan puisi PM digunakan pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk melihat keterkaitan dan
kesejajaran antara gambaran orang Indonesia yang direfleksikan dalam kumpulan
puisi PM dengan citra orang Indonesia di dalam kenyataan sosial berdasarkan stereotip yang beredar. Setelah itu, peneliti juga akan mengungkap model
representasi yang dilakukan dalam merepresentasikan citra orang Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti
mengajukan rumusan masalah penelitian yang spesifik dengan tujuan agar
permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas. Rumusan masalah tersebut
sebagai berikut.
1. Bagaimana struktur puisi mbeling dalam kumpulan puisi PM karya Remy Sylado?
2. Bagaimana representasi citra orang Indonesia dalam kumpulan puisi PM
karya Remy Sylado?
3. Bagaimana model representasi yang dilakukan dalam kumpulan puisi PM
karya Remy Sylado?
1.4 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dimunculkan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan struktur puisi mbeling dalam kumpulan puisi PM karya Remy Sylado.
2. Mendeskripsikan representasi citra orang Indonesia dalam kumpulan puisi
PM karya Remy Sylado.
3. Mendeskripsikan model representasi yang dilakukan dalam kumpulan
14
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca, baik yang
bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis. Manfaat penelitian yang dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1.5.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah sumbangan bagi
khasanah ilmu dan dapat menjadi media informasi mengenai perpuisian di
Indonesia, khususnya mengenai puisi mbeling. Selain itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai
puisi pada umumnya dan mengenai kumpulan puisi PM karya Remy Sylado pada khususnya.
1.5.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat menambah tingkat apresiasi terhadap
puisi mbeling, sehingga masyarakat umum ataupun masyarakat sastra, khususnya pembaca dapat menilai puisi mbeling lebih objektif. Penelitian ini juga merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan dan memahami citra orang Indonesia yang
direpresentasikan dalam kumpulan puisi PM. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi bahan pemikiran atau penilaian secara kritis masyarakat, dalam hal ini
pembaca atas citra orang Indonesia yang direpresentasikan dalam kumpulan puisi
PM. Terakhir bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk memperluas wawasan dalam bidang sastra Indonesia, khususnya mengenai puisi mbeling.
1.6 Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini terdiri atas lima bab, yakni bab satu pendahuluan, bab dua
landasan teoretis dan kerangka pemikiran, bab tiga metode penelitian, bab empat
hasil dan pembahasan, dan bab lima simpulan dan saran. Untuk lebih jelas,
peneliti akan memaparkan bagian-bagian pada setiap babnya sebagai berikut.
1. Bab I Pendahuluan: Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang
15
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, baik
manfaat teoretis maupun manfaat praktis;
2. Bab II Landasan Teoretis dan Kerangka Pemikiran: Bab ini berisi tentang
konsep dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Secara
keseluruhan bab ini tersusun atas enam subbab, yakni lima subbab
mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini (puisi
mbeling, struktur puisi, representasi, sosiologi sastra, dan citra orang Indonesia), satu subbab berisi tentang penelitian terdahulu yang relevan
dengan penelitian ini, dan satu subbab berisi kerangka pemikiran
penelitian.
3. Bab III Metode Penelitian: Pada bab ini dipaparkan tentang metode yang
digunakan dalam penelitian, sumber data, definisi operasional, teknik
penelitian yang di dalamnya meliputi pengolahan data data dan teknik
pengumpulan data, serta instrumen penelitian;
4. Bab IV Hasil dan Pembahasan: Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian
dan pembahasan yang terdiri atas struktur puisi, representasi citra orang
Indonesia, serta model representasi yang dilakukan dalam kumpulan puisi
PM karya Remy Sylado;
5. Bab V Simpulan dan Saran: Bab ini merupakan jawaban dari rumusan
masalah yang telah ditetapkan. Bab ini juga berisi saran atau rekomendasi
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Ratna (2011: 34) menjelaskan, metode berasal dari kata methodos—bahasa Latin—yang terdiri atas dua kata, yakni meta berarti menuju dan hodos berarti cara. Ratna (2011: 34) juga menjelaskan, metode merupakan alat untuk
menyederhanakan masalah, sehingga dapat lebih mudah untuk dipecahkan dan
dipahami. Lebih khusus metode dapat diartikan sebagai cara, langkah, atau
strategi untuk memecahkan permasalahan dalam kegiatan ilmiah
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang melakukan fokus kajian
terhadap kumpulan puisi PM karya Remy Sylado. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Ratna (2011: 53) menjelaskan,
metode desktiptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta
yang dikandung di dalam objek penelitian, kemudian disusul dengan analisis
terhadap fakta-fakta tersebut.
Melalui metode deksriptif analisis peneliti bermaksud untuk
mendeskripsikan dan menganalisis masalah yang hadir dalam kumpulan puisi PM
karya Remy Sylado. Metode ini digunakan untuk menjawab dan memecahkan
masalah dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasi, dan
kemudian diinterpretasikan, sehingga mendapatkan pemahaman yang utuh
mengenai kejadian atau peristiwa empirik, baik dari dalam maupun dari luar objek
penelitian yang menjadi sumber data.
3.2 Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti membagi sumber data menjadi dua, yakni
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer dalam
Ilham Mahendra, 2014
Representasi citra orang indonesia D alam puisi mbeling karya remy sylado
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Jakarta pada
46
1972, dan cerita-cerita antara 1970-2003. Dari 144 puisi yang terdapat dalam
kumpulan puisi PM, peneliti hanya memfokuskan pada empat puisi yang dijadikan sebagai sumber data primer dalam penelitian ini. Puisi-puisi tersebut
adalah Menyingkat Kata, Teks Atas Descartes, Mental Spiritual Orang Indonesia,
dan Ciri-ciri Orang Indonesia.
Alasan peneliti memilih keempat puisi di atas sebagai sumber data primer,
karena keempat puisi tersebut secara jelas membicarakan atau menggambarkan
tentang orang Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat penggunaan subjek pada setiap
puisi, yakni orang Indonesia. Subjek tersebut bersifat referensial, dalam arti mengacu kepada orang Indonesia di dalam kenyataan. Alasan lain, keempat puisi
tersebut memiliki aspek sosiologis yang kuat. Selain menggambarkan tentang
orang Indonesia, puisi-puisi tersebut memiliki keterkaitan dan kesejajaran dengan
citra orang Indonesia berdasarkan stereotip dalam kenyataan sosial—dalam hal ini
masyarakat—mengenai orang Indonesia. Dengan kalimat lain, keempat puisi
tersebut merepresentasikan citra orang Indonesia di dalam kenyataan.
Selanjutnya, sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen
dan responden. Kedua sumber data sekunder tersebut digunakan sebagai
pendukung untuk memahami masalah dan untuk memperjelas masalah dalam
penelitian ini. Adapun dokumen yang dimaksud adalah buku-buku pengkajian dan
penelitian sastra, hasil penelitian sastra, khususnya penelitian mengenai sosiologi
sastra, puisi, penelitian sebelumnya mengenai kumpulan puisi PM, artikel, jurnal ilmiah, serta surat kabar dan media lainnya atau internet. Sementara responden
yang dimaksud adalah informan yang peneliti tanya perihal masalah dalam
penelitian ini, baik secara lisan—wawancara—maupun secara tertulis—kuisioner.
3.3 Definisi Operasional
Untuk memadukan pemahaman dalam penelitian ini, ada beberapa hal
yang perlu peneliti jelaskan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kekeliruan konsep
dan tafsiran, di antaranya sebagai berikut:
47
seorang penggagas lahirnya puisi mbeling adalah Remy Sylado. Ciri-ciri dari puisi mbeling adalah gaya pengungkapan yang lugu, main-main, dan berkelakar serta kuat akan unsur humor.
2. Citra orang Indonesia adalah gambaran yang dimiliki seseorang/orang
banyak berdasarkan pandangan subjektif tentang orang Indonesia. Orang
Indonesia adalah manusia yang berasal dari penghuni asli (pribumi) dan
tinggal serta memiliki status administrasi yang sah sebagai warga negara
Indonesia. Citra orang Indonesia berasal dari stereotip yang muncul karena
adanya penilaian, persepsi, dan kesan mengenai gambaran atau ciri-ciri
khas yang dimiliki orang Indonesia, misalnya sikap, sifat, mental, gaya
hidup, pemikiran, kelakuan, dsb. yang diamati dan dipahami.
3. Representasi adalah gambaran yang mewakili kenyataan yang
diungkapkan pengarang/penyair akibat adanya hasil interaksi dengan
kenyataan yang diamati dan dipahaminya berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya.
4. Sosiologi sastra adalah sebuah pendekatan sastra yang menaruh
penelaahan kepada aspek dokumentasi sastra yang dilandaskan pandangan
bahwa karya sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial dan
mencerminkan kenyataan yang bersifat eksternal.
3.4 Teknik Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini dan agar
tidak keluar dari konsep pemahaman, maka peneliti perlu menguraikan teknik
penelitian yang digunakan dalam mengkaji kumpulan puisi PM karya Remy Sylado. Adapun teknik penelitian yang digunakan dan lakukan sebagai berikut.
3.4.1 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
sosiologis, yakni pendekatan sosiologi sastra. Untuk menjawab rumusan masalah
dan permasalahan dalam penelitian ini, pendekatan sosiologi sastra yang
48
dokumen sosial dan refleksi masyarakatnya. Akan tetapi, refleksi kenyataan
tersebut tidak saja mengacu ketika karya tersebut ditulis, melainkan refleksi
tersebut bersifat dinamis, dalam artian kenyataan sosial yang direfleksikan dalam
karya sastra bukan hanya merepresentasikan kenyataan pada saat karya itu ditulis,
melainkan dapat juga merepresentasikan kenyataan sebelum ataupun sesudah
karya tersebut ditulis.
Penelitian ini juga memfokuskan kepada perspektif teks sastra yang
merefleksi kehidupan masyarakat dan kenyataan sosial. Selanjutnya, teknik
penelitian yang digunakan mengacu kepada konsep representasi yang memandang
bahwa seni merupakan tiruan dari kenyataan yang bersifat eksternal.
Karena penelitian ini bersifat ilmiah, maka penelitian ini dilakukan secara
bertahap. Prosedur atau langkah kerja dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Merencanakan penelitian sebagai tahap pra observasi;
2. Melakukan observasi guna mendapatkan puisi-puisi mbeling yang akan dijadikan sebagai objek penelitian;
3. Menentukan objek penelitian;
4. Mencari referensi yang relevan dengan penelitian;
5. Membaca secara intensif teks puisi-puisi mbeling dalam kumpulan puisi
PM yang telah ditetapkan sebagai objek penelitian;
6. Mencari data serta mengklasifikasikan data yang sesuai dengan hal-hal
yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti melalui sumber
pustaka, observasi, wawancara, dan penyebaran angket guna memperkuat
data.
7. Melakukan analisis struktur teks puisi yang meliputi, struktur fisik puisi
dan struktur batin puisi;
8. Mendeskripsikan dan menganalisis citra orang Indonesia yang
direpresentasikan dalam kumpulan puisi PM melalui pendekatan sosiologi sastra dan mengacu kepada hasil analisis struktur;
9. Mengaitkan gambaran orang Indonesia yang direfleksikan dalam
49
berdasarkan stereotip yang beredar mengenai orang Indonesia di dalam
kenyataan—sumber data sekunder;
10.Menganalisis model representasi yang dilakukan dalam merepresentasikan
citra orang Indonesia;
11.Merumuskan simpulan dari keseluruhan analisis yang telah dilakukan.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data, yakni observasi, wawancara, penyebaran angket atau kuisioner, dan studi
pustaka. Pemilihan teknik tersebut berdasarkan pandangan dari Ratna (2011: 39)
bahwa ada dua macam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
sastra, yakni studi lapangan dan studi sastra. Teknik pengumpulan data dengan
studi lapangan dalam penelitian ini mencakup observasi, wawancara, dan
penyebaran angket.
Selain itu, pemilihan teknik pengumpulan data dengan studi lapangan dan
studi pustaka berdasarkan objek formal dalam penelitian ini, yakni representasi
citra orang Indonesia. Oleh karena itu, kedua teknik pengumpulan data tersebut
peneliti pilih untuk melihat keterkaitan dan kesejajaran antara gambaran orang
Indonesia yang direfleksikan dalam kumpulan puisi PM dengan citra orang Indonesia dalam kenyataan sosial.
3.4.2.1 Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati secara
langsung perilaku dan lingkungan atau peninjauan secara cermat di lapangan.
(Sutoyo, 2012:85-86). Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperoleh citra orang
Indonesia berdasarkan stereotip-stereotip yang terdapat atau beredar dalam
kenyataan sosial—dalam hal ini masyarakat.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipasi. Menurut Sutoyo (2012: 87), observasi partisipasi adalah teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
50
peneliti menggunakan teknik ini adalah seperti yang telah disinggung pada bagian
sebelumnya, citra orang Indonesia berasal dari stereotip masyarakat mengenai
orang Indonesia. Oleh karena itu, peneliti harus turut mengamati dan
memperhatikan secara langsung demi menemukan data konkret perihal citra orang
Indonesia berdasarkan stereotip yang beredar atau yang terdapat di dalam
kenyataan sosial.
3.4.2.2 Wawancara
Pengumpulan data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan wawancara.
Teknik ini dimaksudkan untuk mencari data dan mencari keterangan secara
langsung mengenai citra orang Indonesia kepada beberapa narasumber atau
informan yang paham atau mengerti dengan hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan memanfaatkan
instrumen penelitian berupa kerangka atau pokok-pokok pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada informan.
Adapun kriteria informan yang peneliti butuhkan dalam penelitian ini
adalah informan yang paham dengan persoalan yang peneliti tanyakan, berpikir
kritis, peka terhadap lingkungan, terlibat langsung dengan permasalahan yang
hadir dalam objek atau penelitian ini. Dari kriteria tersebut peneliti lebih
memfokuskan bahwa informan adalah mahasiswa.
Alasan peneliti menetapkan informan adalah mahasiswa, karena
mahasiswa memiliki sifat yang lebih kritis dalam memandang persoalan, sebab
pola pikir mereka telah dibentuk oleh lingkungan kampus dan organisasi
kemahasiswaan, sehingga mereka lebih peka untuk mengamati keadaan sekeliling.
Alasan lain adalah karena ketebatasan peneliti, khususnya keterbatasan waktu,
sehingga peneliti memilih informan yang dekat atau dapat dengan mudah
dijangkau oleh peneliti.
3.4.2.3 Angket
Penyebaran angket dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian
51
melainkan digunakan hanya untuk menguatkan data mengenai citra orang
Indonesia di dalam kenyataan berdasarkan stereotip masyarakat yang peneliti
peroleh. Hal ini disebabkan oleh citra orang Indonesia yang distereotipkan
masyarakat tidak dapat dinilai benar atau salah. Untuk itu, peneliti ingin melihat
apakah masyarakat yang lainnya mengetahui atau mengenal citra tersebut atau
tidak, sehingga data yang peneliti peroleh lebih meyakinkan.
Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki atau tahu
mengenai citra orang Indonesia. Populasi dalam penelitian ini tidak jelas, dalam
arti tidak semua masyarakat memiliki atau mengetahui mengenai citra orang
Indonesia. Oleh sebab itu, dalam penentuan sampel dilakukan dengan subjektifitas
peneliti. Adapun pendekatan yang peneliti pilih dalam penyebaran angket adalah
sampel purposif. Sampel purposif atau purposive sampling menurut Endraswara (2006: 115) adalah penyampelan dilakukan dengan menyesuaikan gagasan,
asumsi, tujuan, dan manfaat yang hendak dicapai oleh peneliti.
Endraswara dalam buku yang sama juga menjelaskan bahwa jumlah
sampel dalam sampel purposif ditentukan oleh peneliti, dalam artian jumlah
sampel secara khusus tidak ada—tidak dihitung secara statistik. Namun dalam
penentuan jumlah angket dalam penelitian ini didasari oleh saran dari Frankel dan
Wallen (1993: 92) bahwa besar sampel minimum untuk penelitian deskriptif
sebanyak 100 sampel. Berdasarkan saran tersebut, maka jumlah sampel yang
peneliti tetapkan adalah 110 sampel.
Karena pendekatan dalam penyebaran angket menggunakan pendekatan
sampel purposif atau purposive sampling maka penentuan jumlah 110 sampel tersebut didasari atas tujuan, asumsi, dan manfaat yang ingin peneliti capai.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, tujuan penyebaran angket ini bukan untuk
mengeneralisasikan—seperti dalam penelitian kuantitatif—, melainkan untuk
menguatkan data mengenai citra orang Indonesia yang peneliti peroleh
berdasarkan stereotip masyarakat di dalam kenyataan.
Selanjutnya, karena jumlah populasi yang tidak tidak jelas, maka peneliti
berasumsi bahwa dari 110 sampel tersebut memiliki data yang peneliti inginkan.
52
dapat dibuktikan, yakni apakah orang atau masyarakat lain juga mengetahui citra
yang peneliti peroleh. Hal ini yang pada nantinya menguatkan data tentang citra
tersebut, sehingga dalam penyajian data apa yang direpresentasikan dalam
kumpulan puisi PM karya Remy Sylado lebih memiliki nilai kepastian atau data tidak bersifat asal dan kosong.
Adapun responden yang peneliti tetapkan adalah berpikiran kritis, selalu
berhadapan atau berinteraksi dengan orang banyak—orang Indonesia—, bergaul,
dan dapat dijangkau dengan mudah. Atas acuan kriteria tersebut, dari 110 sampel
70% sampel adalah mahasiswa dan agar data yang diperoleh tidak bersifat
homogen 30% sampel lagi adalah masyarakat dari berbagai macam profesi yang
mengacu kepada kriteria selalu berinteraksi dengan orang banyak.
Alasan peneliti memilih 70% sampel adalah mahasiswa—khususnya
mahasiswa UPI—dapat dijangkau dengan mudah oleh peneliti, sehingga lebih
efisien dan efektif. Selain itu, mahasiswa memiliki latar belakang kultur dan asal
yang beragam, memiliki pemikiran yang kritis, akrab dengan buku atau bacaan,
pergaulan yang beragam, dan lebih peka terhadap lingkungan, sehingga besar
kemungkinan memiliki apa yang menjadi tujuan dan harapan peneliti dalam
melakukan penyebaran angket.
Selanjutnya, masyarakat yang peneliti maksud adalah memilki profesi
yang selalu berinteraksi dengan orang banyak dan berada dekat dengan peneliti,
misalnya pedangan warung makan, supir angkot, satpam, polisi, kondektur bus,
dishub terminal, dsb. Pemilihan sampel tersebut juga didasari atas pengamatan
dan pemahaman peneliti bahwa citra orang Indonesia dapat ditemukan dalam
ungkapan, ejekan, candaan, dsb. yang biasanya akrab dikalangan para mahasiswa
dan masyarakat yang telah peneliti sebutkan.
3.4.1.4 Studi Pustaka
Teknik ini mencoba untuk menemukan dan mencari sumber-sumber data
yang relevan dengan fokus penelitian yang telah direncanakan. Teknik studi
pustaka dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan pencarian buku-buku,
53
Selain itu, peneliti juga melakukan pengumpulan data melalui surat kabar, media
elektronik atau media lainnya—internet—, khusunya stereotip yang merefleksikan
citra orang Indonesia.
Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti hanya menetapkan dan
mengambil beberapa sampel bukti sosial pada saat ini yang benar-benar sesuai
dengan data yang dibutuhkan. Alasan peneliti adalah refleksi kenyataan dalam
karya sastra bersifat dinamis dan yang utama adalah keterbatasan peneliti jika
harus melihat dan mengaitkannya dengan citra orang Indonesia yang beredar dan
bukti sosial dari seluruh masyarakat.
Pengumpulan data dengan teknik studi pustaka dimaksudkan untuk
mencari bukti-bukti sosial tertulis mengenai stereotip yang merefleksikan citra
orang Indonesia. Teknik ini juga peneliti gunakan untuk mencari bukti-bukti
sosial mengenai orang Indonesia yang mencerminkan citra tersebut, dengan
maksud untuk memperkuat citra orang Indonesia yang direpresentasikan dalam
puisi ini.
3.5Alat dan Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, pemerolehan data dilakukan dengan mewawancarai
informan dan menyebar angket kepada beberapa responden. Oleh sebab itu,
proses wawancara dan penyebaran angket memanfaatkan beberapa alat dan
instrumen penelitian. Untuk lebih jelas berikut penjabarannya.
3.5.1 Alat
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan beberapa alat, di antaranya
sebagai berikut.
1) telepon genggam yang digunakan untuk merekam percakapan antara peneliti
dengan informan ketika dalam proses wawancara;
2) alat tulis yang terdiri atas buku catatan dan pulpen yang digunakan dalam
mencatat informasi-informasi pada saat melakukan wawancara dan observasi,
54
3.5.2 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar pertanyaan yang digunakan
saat mewawancarai informan dan berupa angket yang terdiri atas beberapa
pertanyaan dengan tujuan untuk mendukung data yang peneliti temukan mengenai
citra orang Indonesia. Selain itu, instrumen yang juga peneliti gunakan berupa
pedoman dalam melakukan analisis kumpulan puisi PM karya Remy Sylado.
3.5.2.1 Lembar Pertanyaan 1
1. Bagaimana biasanya anda menuliskan salam, assalammualaikum warohmatullahi wabarokatu di dalam tulisan, apakah secara utuh atau disingkat?
2. Jika menulisnya dengan cara menyingkat, mengapa lebih memilih
menyingkat salam?
3. Apakah anda tahu jika menyingkat salam tidak diperbolehkan?
4. Apakah anda tahu atau pernah mendengar citra orang Indonesia itu suka
menyingkat salam?
5. Apakah anda setuju atau sepakat kalau citra orang Indonesia itu suka
menyingkat salam?
6. Mengapa anda setuju bahwa citra orang Indonesia itu suka menyingkat
salam?
7. Apakah anda mengetahui mengapa orang Indonesia suka menyingkat
salam?
3.5.2.2Lembar Pertanyaan 2
1. Menurut anda bagaimana gambaran orang Indonesia, khususnya dalam hal
beribadah kepada Tuhan?
2. Apa benar orang Indonesia pada umumnya tidak bersungguh-sungguh
dalam beribadah kepada Tuhan?
3. Bisakah anda memberikan contoh konkret mengenai orang Indonesia yang
tidak bersungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan?
55
5. Apa anda tahu atau pernah mendengar citra orang Indonesia, yaitu orang
Indonesia suka tobat sambal?
6. Apakah anda setuju atau sepakat kalau citra orang Indonesia itu suka
menyingkat salam?
3.5.2.3Angket Tentang Citra Orang Indonesia
3.5.2.4 Pedoman Analisis
Untuk memudahkan proses pengolahan data, peneliti membuat pedoman
analisis kumpulan puisi PM karya Remy Sylado dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 3.1 Pedoman Analisis Struktur Fisik Puisi
No. Pokok-pokok Analisis Penjelasan
1. Diksi
Menjelaskan dan mendeskripsikan kata yang dipilih penyair dengan memerhatikan atas tiga faktor yaitu:
a. Pembendaharaan kata: Melihat tingkat perasaan dan faktor sosial budaya penyair.
b. Urutan kata: Melihat penempatan dan urutan kata yang dipilih penyair.
c. Daya sugesti kata: Melihat pertimbangan penyair dalam
pemilihan kata untuk menimbulkan daya sugesti kepada pembaca.
2. Pengimajian
Mendeskripsikan pengimajian yang hadir di dalam puisi-puisi
mbeling karya Remy Sylado.
Apakah imaji tersebut merupakan imaji penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan gerak?
56
4. Bahasa Figuratif
Mendeskripsikan bahasa figuratif yang hadir dalam puisi-puisi tersebut.
Apakah bahasa figuratif yang hadir merupakan bahasa figuratif metafora, simile, personifikasi, hiperbola, sinekdote, dan ironi?
5. Versifikasi
1. Menjelaskan dan mendeskripsikan dominasi bunyi serta efek yang ditimbulkan dari pola bunyi dari puisi-puisi tersebut.
Apakah efek yang ditimbulkan termasuk kedalam bunyi euphony
atau cacophony?
2. Mendeskripsikan bagaimana rima dan ritma puisi tersebut.
6. Tata Wajah (Tipografi) Mendeskripsikan tersebut dan menjelaskan makna apa yang ditimbulkan dari tipografi yang digunakan pada puisi-puisi tipografi tersebut.
Tabel 3.2 Pedoman Analisis Struktur Batin Puisi
No. Pokok-pokok Analisis Penjelasan
1. Tema
1. Menjelaskan makna atau gagasan yang diungkap dalam puisi-puisi tersebut dengan mengacu kepada hasil analisis struktur fisik puisi.
2. Mendeskripsikan gambaran orang Indonesia yang direfleksikan dalam puisi-puisi tersebut.
2. Perasaan Mendeskripsikan perasaan penyair yang muncul dan terasa di dalam puisi-puisi tersebut.
3. Nada dan Suasana Menjelaskan dan mendeskripsikan nada (sikap penyair kepada pembaca) dan suasana yang mucul dari sikap penyair di dalam puisi-puisi tersebut.
4. Amanat Mendeskripsikan amanat yang dikandung di dalam puisi-puisi tersebut.
Tabel 3.3Pedoman Analisis Representasi Citra Orang Indonesia
No. Pokok-pokok Analisis Penjelasan
1 Representasi Citra Orang Indonesia
Menganalisis dan mendeskripsikan apakah puisi-puisi mbeling
tersebut merepresentasikan citra orang Indonesia di dalam kenyataan sosial. Acuan yang digunakan adalah makna dari puisi atas hasil analisis struktural.
Analisis ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra, yakni melihat keterkaitan dan kesejajaran antara gambaran orang Indonesia yang direfleksikan di dalam puisi-puisi tersebut dengan citra orang Indonesia berdasarkan stereotip yang beredar dalam kenyataan sosial.
2 Model Representasi