• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED SCIENCE PLUS READING (ISR) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA SMP PADA MATA PELAJARAN FISIKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED SCIENCE PLUS READING (ISR) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA SMP PADA MATA PELAJARAN FISIKA."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED

SCIENCE PLUS READING (ISR) UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA SMP PADA

MATA PELAJARAN FISIKA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

HARYATI DEWI

0905687

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

INQUIRY BASED SCIENCE PLUS READING

(ISR) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA SMP

PADA MATA PELAJARAN FISIKA

Oleh Haryati Dewi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Haryati Dewi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED SCIENCE

PLUS READING (ISR) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

RANAH KOGNITIF SISWA SMP PADA MATA PELAJARAN FISIKA

Oleh : Haryati Dewi NIM. 0905687

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Dr. Setiya Utari, M.Si. NIP. 19677251992032

Pembimbing II,

Dr. Lilik Hasanah, M.Si. NIP. 197706162001122

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

(4)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED SCIENCE PLUS READING (ISR) UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA SMP PADA MATA PELAJARAN FISIKA

Haryati Dewi 0905687

Pembimbing I : Dr. Setya Utari, M.Si. Pembimbing II : Dr. Lilik hasanah, M.Si.

Penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Based Science plus Reading (ISR) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa SMP pada Mata Pelajaran Fisika” dilatarbelakangi oleh hasil observasi yang menunjukkan bahwa metode pembelajaran ceramah merupakan metode yang paling dominan digunakan oleh guru. Selain itu berdasarkan kajian pada salah satu hasil ulangan harian, diperoleh data bahwa hasil belajar ranah kognitif siswa masih rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan model atau metode belajar yang solutif. Diantara model pembelajaran yang beragam, inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan pada mata pelajaran fisika. Hal ini dikarenakan model pembelajaran inkuiri dapat melatihkan kemampuan siswa untuk menemukan konsep sendiri layaknya seorang ilmuwan melalui penyelidikan ilmiah, sehingga proses belajar berpusat pada siswa. Akan tetapi, pada siswa SMP pembelajaran inkiuri ini masih sulit diterapkan karena pengetahuan awal yang masih kurang. Dengan demikian, perlu adanya pemberian pengetahuan awal sebelum belajar inkuiri, salah satunya dengan memberikan bacaan. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian mengenai model pembelajaran inquiry based science plus reading yang menekankan pada peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa. Hasil belajar tersebut dilihat dari peningkatan skor pretest dan postest yang dihitung melalui gain ternormalisasi. Desain yang digunakan pada penelitin ini menggunakan one

group pretest-posttest design. Penelitian dilakukan di salah satu SMP Negeri di

kota Bandung dengan sampel penelitian siswa kelas VII-B. Instrumen yang digunakan berupa tes kognitif yang telah dijudgment dan di uji validitas, realibilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa sebesar 0.5 (sedang) setelah diterapkan model pembelajaran inquiry based science

plus reading.

(5)

ABSTRACT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED SCIENCE PLUS READING (ISR) UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA SMP PADA MATA PELAJARAN FISIKA

Haryati Dewi 0905687

Preceptor I : Dr. Setya Utari, M.Si. Preceptor II : Dr. Lilik hasanah, M.Si.

The study entitled " Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Based Science plus Reading (ISR) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa SMP pada Mata Pelajaran Fisika " is motivated by observations indicating that the lecture method of teaching is the most dominant method used by the teacher. In addition, based on the study of one of the daily test results, data showed that students' cognitive learning outcomes is low. To overcome these problems, it is necessary to learn a model or solution-based methods. Among the various models of learning, inquiry learning is one of the great models used in physics. This is because the model can melatihkan inquiry learning ability of students to find their own concept like a scientist through scientific inquiry, so that the student-centered learning process. However, at the junior high school students still learning this inkiuri difficult to implement because of prior knowledge is still lacking. Thus, the need for provision of prior knowledge before learning of inquiry, one of them by giving readings. Based on this, do research on inquiry-based science learning model plus reading the emphasis on improving students' cognitive learning outcomes. Learning outcomes is seen from the increase in pretest and posttest scores were calculated by normalized gain. Design used in this experiment using a one-group pretest-posttest design. The study was conducted in one of the junior high school in the city with a sample of students of class VII-B. Instruments used in the form of cognitive tests that have been judgment and test validity, reliability, and power level of difficulty distinguishing. The results of this study indicate that there is an increase in students' cognitive learning outcomes of 0.5 (moderate) after application of inquiry-based science learning model plus reading.

(6)

DAFTAR ISI

BAB II MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED SCIENCE PLUS

READING (ISR) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

RANAH KOGNITIF SISWA...

A.Model Pembelajaran Inkuiri……….………. B.Pendekatan Inquiry Lesson pada Pembelajaran Berorientasi Inkuiri….…... C.Model Pembelajaran Inquiry Based Science plus Reading (ISR)…….…… D.Teknik Membaca Collaborative Strategic Reading (CSR)….

E.Hasil Belajar Ranah Kognitif……… F. Hubungan Model Pembelajaran Inquiry Based Science plus Reading

(7)

BAB III METODE PENELITIAN……….... A. Hasil Belajar Ranah Kognitif……….………….. B. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inquiry Based science plus Reading

(ISR)………

C. Pembahasan……….

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..…….

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

2.1 Hubungan Model Pembelajaran Inquiry Based Science plus

Reading dengan Hasil Belajar Ranah Kognitif…………..………… 20

3.1 Desain One Group Pretest-Posttest……….…….… 22

3.2 Interpretasi Validitas Butir……….……... 28

3.3 Interpretasi Reliabilitas……….……. 28

3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran……….... 30

3.5 Klasifikasi Daya Pembeda………. 31

3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Kognitif………. 32

3.7 Interpretasi Gain Ternormalisasi………....………... 35

3.8 Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran... 35

3.9 Rubrik Penilaian Reading Strategy Instruction... 36

3.10 Rubrik Penilaian Produk... 37

4.1 Rata-rata Pretest, Posttest, Gain dan <g> Secara Umum... 39

4.2 Rata-rata Pretest, Posttest, Gain dan <g> jenjang C1... 40

4.3 Rata-rata Pretest, Posttest, Gain dan <g> jenjang C2... 41

4.4 Rata-rata Pretest, Posttest, Gain dan <g> jenjang C3... 41

4.5 Hasil Gain Ternormalisasi <g> pada Jenjang C1, C2 dan C3... 42

4.6 Keterlaksanaan Pembelajaran... 45

4.7 Rata-rata Skor Jawaban Pertanyaan Artikel... 48

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal.

2.1 Bagan Teknik Membaca CSR... 15

3.1 Bagan Alur Penelitian ……….…... 24

4.1 Grafik Rata-rata %Pretest, %Posttest, Gain dan <g>... 39

4.2 Grafik Pretest, Posttest, Gain dan <g> jenjang C1... 40

4.3 Grafik Pretest, Posttest, Gain dan <g> jenjang C2... 41

4.4 Grafik Pretest, Posttest, Gain dan <g> jenjang C3... 42

4.5 Grafik Gain Ternormalisasi pada jenjang C1, C2, dan C3... 43

4.6 Grafik Keterlaksanaan Model Pembelajaran... 47

4.7 Grafik Rata-Rata Skor Jawaban Pertanyaan Artikel... 48

4.8 Grafik Skor Rata-rata Proyek Sains Pertama... 50

4.9 Grafik Skor Rata-rata Proyek Sains Kedua... 50

4.10 Grafik Skor Rata-rata Proyek Sains Ketiga... 51

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal.

A. Perangkat Pembelajaran... 57

B. Instrumen Penelitian... 86

C. Analisis Hasil Uji Instrumen (Tes Kognitif)... 124

D. Analisis Data Hasil Penelitian... 134

E. Hasil Studi Pendahuluan... 144

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Fisika merupakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang didalamnya terdapat pengetahuan tentang alam dan gejalanya. Belajar fisika sangat membantu manusia untuk hidup harmonis dengan alam dan teknologi yang terus berkembang. Hal ini sesuai dengan tujuan mata pelajaran fisika (Depdiknas, 2004) diantaranya :

 Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

 Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi

 Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Berdasarkan tujuan di atas, maka belajar fisika tidak dapat dilakukan dengan hanya menghafal atau mengingat rumus saja, akan tetapi perlu adanya pemahaman yang mendalam agar pembelajaran lebih bermakna. Pemahaman yang mendalam dapat tercapai salah satunya dengan pengalaman langsung siswa. Hal ini sesuai dengan definisi belajar menurut Dahar (1996:11) bahwa “ belajar ialah sebagai suatu hasil pengalaman”. Pembelajaran fisika seyogiyanya dapat dilaksanakan dengan menekankan pada proses dan pengalaman siswa, agar pembelajaran lebih bermakna. Sehingga pada akhirnya tujuan pembelajaran fisika dapat tercapai termasuk hasil belajar ranah kognitif siswa.

(12)

2

bersifat menstransfer ilmu dari guru ke siswa, sehingga siswa hanya mendengarkan dan kurang terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Adapun hasil belajar yang didapatkan siswa tidak maksimal, khususnya hasil belajar ranah kognitif siswa. Hal ini ditunjukkan oleh hasil belajar pada salah satu ulangan harian, lebih dari 60% siswa masih berada di bawah kriteria ketuntasan minimal. Dari hasil tersebut diketahui siswa yang menjawab benar pada soal C1 hanya 54,32 %, C2 52,22 %, dan C3 46,46 %.

Dengan demikian, perlu adanya solusi dalam pembelajaran fisika yang berorientasi pada aktivitas siswa. Menurut Trianto (2011:111) salah satu landasan teoritis pendidikan modern termasuk CTL adalah teori pembelajaran konstuktivis. Pembelajaran tersebut menekankan pada pentingnya membangun sendiri pengetahuan dengan keterlibatan aktif siswa sehingga dalam prosesnya lebih diwarnai student centered atau berpusat pada siswa.

Salah satu model pembelajaran yang termasuk pada proses pembelajaran

student centered adalah Inquiry Based Learning (Pembelajaran Berbasis Inkuiri).

Dalam Trianto (2011:112) disebutkan bahwa Inquiry Based Learning dan

Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) yang disebut sebagai

strategi CTL (University of Washington, 2001) diwarnai student centered dan aktivitas siswa. Dalam pembelajaran inkuiri, siswa dibiasakan mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran layaknya seorang ilmuwan, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam menemukan konsep.

Kuslan Stone (Dahar : 1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai pengajaran dimana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Adapun tujuan utama pembelajaran berbasis inkuiri menurut National Research Council (2000) adalah: (1) mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari prinsip dan konsep sains; (2) mengembangkan keterampilan ilmiah siswa sehingga mampu bekerja layaknya seorang ilmuwan; (3) membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan.

(13)

3

Perguruan Tinggi, dan untuk tingkat SLTP dan tingkat SD masih sulit dilaksanakan”. Hal ini dikarenakan pengetahuan awal yang dimiliki siswa tidak cukup untuk berinkuiri. Pembelajaran inkuiri menekankan pada proses penyelidikan ilmiah secara mandiri oleh siswa, siswa juga dituntut untuk mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru yang akan didapatkannya, sehingga pengetahuan awal sangat berperan penting dalam pembelajaran inkuiri. Pengetahuan awal bisa didapatkan dengan berbagai cara, salah satunya dengan membaca informasi awal berkaitan dengan penyelidikan ilmiah yang akan dilakukan.

Maka dari itu perlu adanya modifikasi dari pembelajaran inkuiri. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran Inquiry Based Science plus Reading. Model pembelajaran tersebut diadaptasi dari hasil penelitian oleh Zhihui Fang dengan judul Improving Middle

School Students’ Science Literacy Through Reading Infusion. Adapun inquiry based science plus reading adalah model pembelajaran inkuiri yang telah

dimodifikasi dan disisipkan latihan kemampuan membaca untuk memperoleh pengetahuan awal siswa. Latihan ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan membaca siswa khususnya kemampuan memahami bacaan. Latihan kemampuan membaca dilaksanakan dengan cara membawa anak-anak ke perpustakaan dan melatihkan keterampilan membaca dengan teknik tertentu selama 15-22 menit perminggu dan diberikan akses untuk memotivasi membaca di rumah serta merefleksikan pengetahuan yang didapat melalui home reading

program. Berikut ungkapan Zhihui Fang dalam jurnalnya :

“…two components of reading infused into it : (a) explicit instruction of

reading strategies for an aveage of 15-20 min per week and (b) access to a home reading program that encouraged students to read and respond to one

quality science trade book per week.”

(14)

4

sarana dan prasarana yang menunjang, serta waktu yang memungkinkan untuk hal tersebut. Seperti halnya, perpustakaan yang belum memadai dan waktu pembelajaran yang kurang mengakibatkan adanya modifikasi pada tahap melatihkan membaca. Latihan membaca hanya dilakukan diawal yang selanjutnya siswa diberikan artikel setiap minggunya sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam setiap artikel tersebut diberikan beberapa pertanyaan yang akan memperlihatkan kemampuan membaca siswa. Sedangkan untuk akses home

reading program, siswa diberikan alamat web untuk mencari informasi lebih

banyak lagi dan diberikan tugas berupa proyek sains.

Dengan demikian, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Based Science Plus Reading (ISR) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa SMP pada Mata

Pelajaran Fisika

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

inquiry based science plus reading dan hasil belajar ranah kognitif siswa. Agar

penelitian lebih terfokus, maka peneliti membatasi variabel-variabel tersebut sebagai berikut :

Pembelajaran Inquiri yang dimaksud, dibatasi pada Inquiry Lesson menurut Wenning.

 Dikarenakan penelitian ini dilaksanakan di SMP, maka hasil belajar ranah kognitif siswa yang dimaksud dibatasi pada jenjang C1 sampai C3 menurut Anderson. Adapun pembelajaran yang akan dilaksanakan mengacu pada : SK : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya

KD: 3.3 Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuain dalam kehidupan sehari-hari

(15)

5

“Bagaimana peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa SMP setelah diterapkan model pembelajaran Inquiry Based Science Plus Reading (ISR)?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, maka tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa SMP setelah diterapkan model pembelajaran Inquiry Based Science Plus

Reading (ISR).

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain :

1. Memberikan informasi mengenai pelaksanaan model pembelajaran Inquiry

Based Science Plus Reading (ISR).

2. Memberikan alternatif pelaksanaan pembelajaran menggunakan Inquiry Based

Science Plus Reading (ISR) yang dapat diterapkan pada pembelajaran fisika.

3. Sebagai bahan rujukan bagi guru untuk meningkatkaan hasil belajar ranah kognitif siswa.

4. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai model pembelajaran Inquiry Based Science Plus Reading (ISR).

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi merupakan susunan atau sistematika penulisan dalam skripsi. Pada penelitian ini, struktur oraganisasi skripsinya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

(16)

6

BAB II MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED SCIENCE PLUS

READING (ISR) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH

KOGNITIF SISWA SMP A.Model Pembelajaran Inkuiri

B.Pendekatan Inquiry Lesson pada Pembelajaran Berorientasi Inkuiri C.Model Pembelajaran Inquiry Based Science plus Reading (ISR) D.Teknik Membaca Collaborative Strategic Reading (CSR) E.Hasil Belajar Ranah Kognitif

F. Hubungan Model Pembelajaran Inquiry Based Science plus Reading (ISR) dengan Hasil Belajar Ranah Kognitif

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian B. Desain Penelitian

C. Metode Penelitian D. Definisi Operasional E. Prosedur Penelitian F. Instrumen Penelitian

G. Proses Pengembangan Instrumen H. Teknik Pengumpulan Data I. Teknik Pengolahan Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Belajar Ranah Kognitif

B. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inquiry Based science plus Reading (ISR)

C. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

(17)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana peneliti melakukan penelitian untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitiannya. Adapun lokasi penelitian ini adalah salah satu SMP Negeri di Kota Bandung.

Subjek penelitian merupakan pihak-pihak yang dijadikan sampel dalam penelitian. Dalam kamus bahasa Indonesia subjek ialah pokok kalimat; orang yang dipakai untuk percobaan. Jadi subjek penelitian dapat di defenisikan sebagai sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya

(“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. Subjek penelitian terdiri dari populasi dan sampel penelitian.

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau universe (Panggabean 1996: 48). Berdasarkan definisi tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di salah satu SMP Negeri di kota Bandung sebanyak dua belas kelas pada tahun ajaran 2012/2013

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili populasi dengan menggunakan teknik sampling (Panggabean, 1996: 49). Adapun pada penelitian ini sampel yang diteliti adalah siswa kelas VII-B dengan teknik purposive sampling yaitu “penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2008: 85). Pertimbangan yang dimaksud

berdasarkan kesiapan siswa untuk berinkuiri, hal ini diungkapkan oleh Wenning (2010) bahwa dalam pembelajaran inkuiri dibutuhkan kesiapan mental siswa.

B. Desain Penelitian

(18)

22

sebelum model diterapkan diukur melalui pretest, sedangkan hasil belajar setelah model diterapkan diukur melalui posttest. Adapun instrumen yang digunakan pada

pretest dan posttest merupakan instrumen yang sama. Penelitian ini hanya

dilakukan pada satu kelas, yaitu kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol. Maka dari itu, desain penelitian yang digunakan adalah one group

pretest-posttest design (Stanley dan Campbell : 1963)

Tabel 3.1 Desain One Group Pretest-Posttest

Pretest Treatment Posttest

X

(Stanley dan Campbell : 1963) Keterangan :

: Tes yang dilakukan sebelum treatment (Pretest) X : Perlakuan (Treatment)

: Tes yang dilakukan setelah treatment (Posttest)

Pretest dan posttest dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda yang

sama terkait materi yang yang diajarkan pada perlakuan. Desain ini pernah digunakan pada salah satu penelitian pendidikan teknologi di Amerika Serikat oleh Liu Y. dan Yang H. dengan judul penelitian Impact of Online Instruction on

Students’ Approaches to Studying.

C. Metode Penelitian

(19)

23

D. Definisi Operasional

Berdasarakan identifikasi masalah pada penelitian ini, maka perlu adanya definisi operasional yang akan memudahkan dalam melakukan penelitian. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

Model pembelajaran Inquiry Based Science Plus Reading (ISR) merupakan model pembelajaran inkuiri yang telah dimodifikasi. Modifikasi yang dimaksud adalah dengan disisipkannya latihan kemampuan membaca atau

reading infused. Pembelajaran inkuiri yang dimaksud mengacu pada inquiry lesson menurut Wenning. Adapun komponen reading infused pada model ini

terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah melatihkan siswa membaca menggunakan teknik Collaborative Strategic Reading (CSR), serta pemberian artikel, tahap kedua dengan memberikan alamat web yang harus digali informasinya untuk membantu mengerjakan tugas proyek sains.

 Hasil belajar ranah kognitif adalah kemampuan-kemampuan kognitif yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Anderson (dalam Krathwohl : 2002) menyatakan hasil belajar peserta didik ditunjukkan oleh penguasaan tiga kompetensi yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dalam ranah kognitif meliputi kemampuan peserta didik dalam (1) hapalan/C1, (2) memahami/C2, (3) menerapkan/C3, (4) menganalisis/C4, (5) mengevaluasi/C5, dan (6) mensintesis/C6 . Hasil belajar ranah kognitif yang dimaksud pada penelitian ini diukur melalui tes berupa soal pilihan ganda yang mencakup kemampuan C1, C2, C3. Tes tersebut berupa pretest dan posttest dengan soal yang sama. Peningkatan hasil belajar ranah kognitif ini diukur dengan menghitung gain ternormalisasi antara skor

pretest dan posttest.

E. Prosedur Penelitian

(20)

24

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian Studi Lapangan

Merumuskan Masalah

Studi Literatur

Mengembangkan Instrumen Penelitian Menyusun Perangkat Pembelajaran

Validasi Instrumen

Pretest

Pembelajaran Inquiry Based Science plus

Reading

Observasi

Posttest

Mengolah Data

Analisis Data

(21)

25

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi lapangan / studi pendahuluan. b. Merumuskan masalah penelitian.

c. Melakukan studi literatur.

d. Telaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian, hal ini dilakukan untuk mengetahui tujuan/kompetensi dasar yang hendak dicapai

e. Membuat dan menyusun perangkat pembelajaran serta instrumen penelitian. f. Mengkonsultasikan dan judgment instrumen penelitian kepada dua dosen dan

guru mata pelajaran fisika yang berada di sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan.

g. Mengujicobakan instrumen penelitian yang telah dijudgment.

h. Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian, kemudian menentukan soal yang layak untuk dijadikan insrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan tes awal (pretest) kepada sampel penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

b. Memberikan perlakuan kepada sampel berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Based Science plus Reading

c. Memberikan tes akhir (posttest) kepada sampel penelitian untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

3. Tahap Akhir

a. Mengolah dan menganalisis data penelitian

(22)

26

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan sebagai berikut :

1. Test Kognitif

Test kognitif ini berupa soal pilihan ganda. Soal ini diberikan sebelum pembelajaran dilakukan dan setelah pembelajaran dilakukan dengan soal yang sama. Tes kognitif pada penelitian ini terdiri dari 5 butir soal C1, 8 butir soal C2, dan 17 butir soal C3.

2. Lembar angket

Lembar angket berupa sejumlah pertanyaan-pertanyaan mengenai pembelajaran fisika di sekolah. Lembar angket ini digunakan untuk studi pendahuluan.

3. Lembar observasi

Lembar observasi adalah lembar yang memuat langkah-langkah pembelajaran yang akan di observasi oleh observer terkait keterlaksnaan pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini.

4. Pertanyaan artikel dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) proyek sains

Pertanyaan artikel merupakan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan artikel pada tahap Reading Strategy Instruction, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan untuk melihat kemampuan memahami bacaan dan keterlaksanaan strategi membaca dengan teknik CSR. Sedangkan LKS proyek sains digunakan untuk melihat keterlaksanaan Science Project pada tahap Home Sicence Reading Program.

G. Proses Pengembangan Instrumen

(23)

27

instrumen pengumpul data. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Instrumen yang baik harus memenuhi dua kriteria, yaitu instrumen yang dibuat harus valid (tepat) dan reliabel (ajeg).

Uji coba instrumen dilakukan pada kelas yang telah memperoleh materi dari soal yang diuji cobakan. Berikut penjabaran analisis uji tes yang terdiri dari validitas, realibilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

1. Analisis Uji Tes

a. Validitas

Anderson (Arikunto, 2009:65) mengemukakan bahwa “A test is valid if it

measures what it purpose to measure”. Pernyataan Anderson tersebut jika

diartikan yaitu sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Sehingga, dapat dikatakan bahwa analisis validitas tes merupakan analisis tes yang di lakukan untuk menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrumen tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur. Uji validitas butir soal ini dilakukan dengan menggunakan teknik kolerasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson (Pearson Product Moment), yaitu sebagai berikut :

………..…(3.1)

(24)

28

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Butir Koefisien Korelasi Kriteria validitas

0,80 < r  1,00 Sangat tinggi 0,60 < r  0,80 Tinggi 0,40 < r  0,60 Cukup 0,20 < r  0,40 Rendah 0,00 < r  0,20 Sangat rendah

(Arikunto 2009:75) b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliable.

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reabilitas alat ukur dapat menggunakan tolak ukur yaitu:

Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas

(Arikunto, 2009:86) Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

≤ 0,20 sangat rendah

0,20 ≤ < 0,40 Rendah

0,40 ≤ <0,60 Sedang

0,70 ≤ < 0,90 Tinggi

(25)

29

Pada penelitian ini, soal yang diujikan berjumlah ganjil, maka untuk menghitung realibilitas menggunakan rumus K-R 20. Dalam Arikunto (2009:100) disebutkan bahwa metode belah dua harus memenuhi syarat yaitu banyaknya item harus genap dan homogen. Untuk mengatasi kesulitan memenuhi persyaratan tersebut, maka realibilitas dapat dicari dengan rumus K-R 20.

Rumus

………..(3.2) (Arikunto 2009:101) di mana :

= reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran (difficulty indeks) adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah:

….……….(3.3)

(Arikunto 2009:208) dengan

P = indeks kesukaran

(26)

30

Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Kategori

0,00 – 0,25 Sukar

0,26 – 0,75 Sedang

0,76 - 1,00 Mudah

(Arikunto 2009:210) d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminatif:

………(3.4) (Arikunto 2009:213) dengan:

D = daya pembeda

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok atas

(27)

31

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Kategori

0,70 – 1,00 Baik sekali

0,40 – 0,70 Baik

0,20 – 0,40 Cukup

0,00 – 0,20 Jelek

(Arikunto 2009:218) Dengan :

D = 0 berarti butir soal tidak mempunyai daya pembeda

D = 1 berarti bahwa butir soal hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi

D = negatif berarti bahwa kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi.

2. Hasil Uji Coba Tes

Uji coba tes dilakukan agar perangkat tes yang digunakan benar-benar dapat mengukur variabel dalam penelitian. Pada penelitian ini, uji coba tes kognitif dilakukan pada siswa yang telah mendapatkan materi pemuaian. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis validitas, realibilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

(28)

32

Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Kognitif

No. Validitas Realibilitas Tingkat

Kesukaran

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Angket

(29)

33

angket digunakan pada saat studi pendahuluan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran fisika yang biasa dilakukan, ini selanjutnya akan dijadikan studi pendahuluan untuk penelitian ini.

2. Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 30) menyatakan bahwa observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematik. Dalam penelitian ini yang diobservasi adalah keterlaksanaan model pembelajaran Inquiry Based

Science Plus Reading pada pembelajaran fisika melalui format observasi aktivitas

guru.

Format observasi ini dibuat dalam bentuk checklist, sehingga dalam pengisiannya, observer memberikan tanda checklist pada keterlaksanaan langkah pembelajaran yang diterapkan berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disusun. Format observasi disusun tanpa diujicobakan, tetapi dikoordinasikan kepada observer yang terlibat dalam proses penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap format observasi tersebut.

3. Tes Hasil Belajar Ranah Kognitif

Bukhori dalam Arikunto (2009 : 32) mengemukakan bahwa “Tes ialah

suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid.” Dalam penelitian ini, instrumen tes yang digunakan ialah tes tertulis (paper and pencil test) yaitu berupa tes pilihan ganda dalam bentuk pretest dan posttest. Adapun tes yang digunakan untuk pretest dan posttest merupakan tes yang sama, dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.

4. Pertanyaan artikel dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) proyek sains

(30)

34

sains digunakan untuk melihat keterlaksanaan Science Project pada tahap Home

Science Reading Program.

I. Teknik Pengolahan Data

1. Data Kuantitatif

Hasil belajar ranah kognitif diukur dengan mengolah data hasil tes awal dan akhir yang dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik berikut:

a. Pemberian skor

Semua jawaban pretest dan posttest siswa diberi skor. Sebelum memberi skor, terlebih dahulu ditentukan standar penyekorannya. Jawaban benar diberi skor 1, jawaban salah diberi skor 0.

b. Menghitung gain

Gain adalah selisih antara persen skor pretest dengan skor posttest, secara matematis dituliskan sebagai berikut:

G = ...(3.5) (Hake : 1997) dimana :

G = Selisih antara persen pretest dan posttest = skor Posttest

= skor Pretest

c. Menghitung rata-rata skor gain yang dinormalisasi.

Rata-rata skor gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yang dapat diperoleh, dituliskan sebagai berikut:

<g> =

……….(3.6) (Hake : 1997) Keterangan:

(31)

35

Peningkatan berdasarkan gain ternormalisasi dibagi menjadi 3 kriteria menurut Hake (1997) sebagai berikut.

Tabel 3.7 Interpretasi Gain Ternormalisasi

Kriteria

Tinggi

Sedang

Rendah

( Hake : 1997 )

2. Data Kualitatif

a. Observasi Ketelaksanaan Model

Observasi keterlaksanaan model pembelajaran dilakukan dengan observasi keterlaksanaan aktivitas/kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Format observasi yang disusun terdiri dari kolom aktivitas guru dan siswa serta kolom ya/tidak. Kolom ya/tidak diisi oleh observer sesuai dengan keterlaksanaan aktivitas guru/siswa.

Untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran dihitung dengan persen keterlaksanaan model sebagai berikut:

∑ ฀

Persentase keterlaksanaan model ini selanjutnya dijadikan acuan untuk melihat kekurangan dan kelebihan selama pembelajaran. Adapun interpretasi keterlaksanaan model dapat dilihat pada tabel 3.8 di bawah ini.

Tabel 3.8 Interpretasi Keterlaksnaan Model Pembelajaran Persentase Keterlaksanaan Model

Pembelajaran Interpretasi

(32)

36

25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < KM < 75 Sebagian besar kegitan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

(Budiarti dalam Koswara : 2009)

b. Keterlaksanaan Reading Infused

Keterlaksanaan Reading Infused terdiri dari dua tahap, yaitu tahap Reading

Strategy Instruction dan Home Science Rading Program. Adapun penjabarannya

sebagai berikut :

Reading Strategy Instruction

Tahap ini dilakukan dengan melatihkan strategi membaca CSR, kemudian memberikan artikel terkait materi yang akan disampaikan pada setiap pertemuan. Artikel tersebut diberikan beberapa hari sebelum pertemuan tatap muka di kelas. Dalam artikel tersebut diberikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing siswa. Pertanyaan tersebut terdiri dari 2 jenis pertanyaan yaitu pertanyaan pengetahuan dan pertanyaan pemahaman.

Jawaban dari pertanyaan-pertanyan pada artikel menjadi acuan untuk melihat kemampuan memahami bacaan dan keterlaksanaan teknik membaca CSR. Adapun penilaiannya dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

 Menghitung skor masing-masing siswa

Skor tersebut dibagi menjadi dua kiteria, yaitu tepat dan tidak tepat Adapun rubrik penilaiannya sebagai berikut.

Tabel 3.9 Rubrik Penilaian Reading Strategy Instruction Jawaban Skor

Jawaban tepat (Siswa menjawab sesuai dengan isi dari artikel)

(33)

37

Jawaban tidak tepat (Siswa tidak menjawab atau jawaban tidak sesuai dengan isi dari artikel)

0

 Merata-ratakan skor semua siswa berdasarkan jenis pertanyaannya dan menghitung persentasenya.

Home Science Reading Program

Tahap kedua dari Reading Infused ini adalah program membaca di rumah. Selain diberikan akses web untuk memotivasi membaca, pada tahap ini diberikan juga tugas proyek sains yang dikerjakan secara berkelompok. Proyek sains ini berupa produk yang berkaitan dengan materi yang disampaikan pada setiap pertemunnya. Masing-masing kelompok ditugaskan proyek yang sama dan diberikan LKS untuk merancang produk yang akan dibuatnya. Dari hasil LKS dan produk yang dikumpulkan akan diberikan skor, dimana skor ini yang akan menjadi acuan untuk melihat keterlaksanaan proyek sains pada tahap kedua

reading infused. Penilaian proyek sains ditentukan oleh penilaian produk, adapun

penilaiannya terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :

 Memberikan skor rancangan dan produk Adapun rubriknya sebagai berikut.

Tabel 3.10 Rubrik Penilaian Produk

No. Aspek yang dinilai Skor Kriteria Penskoran

1. Menuliskan alat dan

bahan 3 = Baik

2 = Cukup 1 = Kurang

3 : Menuliskan alat dan bahan lengkap dan tepat

2 : Menuliskan alat dan bahan kurang lengkap dan/atau kurang tepat

1 : Menuliskan alat dan bahan tidak lengkap dn/atau tidak tepat

2. Gambar rancangan model

(34)

38

3. Menjelaskan prosedur pembuatan

3 : Prosedur jelas dan lengkap

2 : Prosedur kurang lengkap dan/atau kurang jelas

1 : Prosedur tidak lengkap dan/atau tidak jelas

4.

Menjelaskan uji coba produk (khusus proyek sains 2)

3 : Uji coba produk jelas dan tepat 2 : Uji coba produk kurang jelas dan/atau kurang tepat

1 : Uji coba produk tidak jelas dan/atau tidak tepat

5. Kreativitas

3 : Bahan-bahan yang digunakan terbuat dari bahan bekas yang dimodifikasi

2 : Bahan-bahan yang digunakan sebagin besar bahan baru

1 : Bahan-bahan yang digunakan seluruhnya barang baru

6. Keindahan

3 : Produk yang dibuat rapi dan perpaduan warna yang digunakan sesuai/bervariasi

2 : Produk yang dibuat kurang rapi dan/atau warna kurang bervariasi 1 : Produk yang dibuat tidak rapi dan/atau warna tidak sesuai/bervariasi

 Menjumlahkan skor masing-masing kelompok

 Membagi jumlah skor yang didapat setiap kelompok dengan jumlah aspek yang dinilai

(35)

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di salah satu SMP di kota Bandung kelas VII B semester I mengenai penerapan model pembelajaran Inquiry

Based Science plus Reading (ISR) untuk mengetahui hasil belajar ranah

kognitifnya, diperoleh kesimpulan bahwa :

Hasil belajar ranah kognitif siswa SMP pada materi pemuaian meningkat dengan kategori sedang setelah diterapkan model pembelajaran Inquiry Based Science

plus Reading (ISR). Hal tersebut menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Inquiry Based Science plus Reading (ISR) dapat meningkatkan hasil belajar ranah

kognitif siswa SMP, akan tetapi peningkatannya belum dapat dikatakan maksimal.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Inquiry Based science plus Reading (ISR) hendaknya digunakan dalam pembelajaran di SMP dengan melakukan beberapa perbaikan agar hasil belajar ranah kognitif siswa dapat meningkat.

2. Artikel yang digunakan hendaknya lebih bervariasi lagi, sehingga minat siswa dalam membaca semakin besar. Begitupun dengan proyek sains yang ditugaskan hendaknya lebih menantang siswa untuk berkreasi dan membangun pengetahuannya dengan tanpa keluar dari cakupan materi.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Alhafizh. (2010). Metode Inquiry. [online]. Tersedia :

http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/30/metode-inquiry/ [30 Januari 2010].

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Cammbell, Donald T., and Julian C. Stanley. (1963). Experimental and Quasi

Experimental Design for Research. Chicago : Ran McNally Publishing

Company.

Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Depdiknas. (2004). Kurikulum SMP : GBPP mata pelajaran fisika kelas I, II, III.

Jakarta : Depdiknas.

Hake, Richard. (1997). Interactive-engagement versus traditional methods: A

six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses. Department of Physics, Indiana University, Bloomington, Indiana

47405.

Herdian. (2010). Model Pembelajaran Inquiri. [online]. Tersedia :

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajaran-inkuiri/[27 Mei 2010].

Joyce dan Weil. (2009). Models of Teaching model-Model Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Klingner, Janette. (2010). Improving Reading Comprehension Collaborative

Strategic Reading (CSR). CSR Study funded by Institute of Education

(37)

Koswara, T. (2010). Penerapan Model Pembelajara Konstruktivisme dalam

Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP.

Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan. Krathwohl, D. R. (2002). A Revision of Bloom's Taxonomy : An Overview. Theory

Into Practice, Volume 41, Number 4, Autumn 2002.

Mulyasa. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya. Muslich, masnur. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan

Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara.

National Reseach Council. (2000). Inquiry and the National Science Education Standards. Washington, D. C. : National Academy Press.

Panggabean, L. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika IKIP Bandung.

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada media Group.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.

Wenning, Carl J. (2005). Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices

and inquiry processes. Journal Of Physics Teacher Education Online 2, (3),

3-11. [Online]. Tersedia : http://www.phy.ilstru.edu/jpteo [2 Februari 2011]. Wenning, Carl J. (2010). Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning

sequences to teach science. Journal Of Physics Teacher Education Online 2,

(3), 11-19. [Online]. Tersedia : http://www.phy.ilstru.edu/jpteo [2 Februari 2011].

Gambar

Tabel  Hal.
Grafik Rata-rata %Pretest, %Posttest, Gain dan <g>...................
Tabel 3.1 Desain One Group Pretest-Posttest
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian orangtua memahami anak gemuk itu tidak sehat, namun mereka menganggap wajar saja kondisi tersebut terjadi ketika balita dan terpaksa menerima kondisi anak gemuk saat

Pendaftaran Ganti Nama Badan Hukum/Penggabungan

Optimasi produksi CPO dilakukan dengan metode Goal Programming dan penyelesaian model dilakukan dengan bantuan program Linear Interactive Discrete Optimizer

Anak sudah cukup mampu menyesuaikan diri bila menerima tugas yang baru, bercerita mengenai keluarganya, ikut serta dalam permainan kelompok, menyesuaikan diri dengan

Menurut Nasution (1999), perencanaan produksi adalah suatu perencanaan taktis yang bertujuan untuk memberikan keputusan yang optimum berdasarkan sumber daya yang

Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan.

An Investigation Into The Relationship Between Emotional Intelligence And Students’ English Speaking Ability.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Berkaitan dengan hal tersebut , penulis tertarik untuk membuat suatu katalog dengan menggunakan aplikasi Macromedia Flash MX yang mana software ini dapat menampilkan multimedia,