• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROMOSI MELALUI ABOVE THE LINE TERHADAP EKUITAS MEREK : Survei pada Komunitas Clear Indonesia dan @CLEARIndonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PROMOSI MELALUI ABOVE THE LINE TERHADAP EKUITAS MEREK : Survei pada Komunitas Clear Indonesia dan @CLEARIndonesia."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP EKUITAS MEREK

(Survei pada Komunitas Clear Indonesia dan @CLEARIndonesia)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis

Oleh Wiji Anggraeni

0901560

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN BISNIS FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

(2)

ABOVE THE LINE

TERHADAP EKUITAS

MEREK

(Survei pada Komunitas Clear Indonesia dan

@CLEARIndonesia)

Oleh

Wiji Anggraeni

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan

Bisnis

© Wiji Anggraeni 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

(3)

Dengan i i e yataka bahwa skripsi de ga judul “Pengaruh Program Promosi Melalui Above The Line Terhadap Ekuitas Merek (Survei pada Komunitas Clear Indonesia dan @CLEARIndonesia)” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan apabila kemudian adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam skripsi ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian skripsi ini.

Bandung, Januari 2013

Yang Membuat Pernyataan

(4)

PENGARUH PROGRAM PROMOSI MELALUI ABOVE THE LINE TERHADAP EKUITAS MEREK

(Survei pada Komunitas Clear Indonesia dan @CLEARIndonesia)

Skripsi ini disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd., M.M.

NIP. 19690404 199903 1 001

Pembimbing II

Drs. Bambang Widjajanta, MM.

NIP. 19611022 198903 1 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Pendidikan Manajemen

Bisnis

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Edi Suryadi, M.S. Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos.,S.Pd.,M.M.

NIP. 19600412 198603 1 002 NIP. 19690404 199903 1 001

Tanggung Jawab Yuridis

Ada Pada Penuli

Wiji Anggraeni

(5)
(6)

ABSTRAK

Wiji Anggraeni (0901560), “Pengaruh Promosi Melalui Above The Line terhadap Ekuitas Merek (Survei pada Komunitas Clear Indonesia dan @CLEARIndonesia)”. Di

bawah bimbingan Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd., M.M. dan Drs. Bambang Widjadjanta, MM.

Persaingan yang kompetitif dalam industri toiletries ditandai dengan turun naiknya ekuitas merek suatu produk, khususnya pada lini sampo yang berasal dari perusahaan yang mengusai industri tersebut yakni PT. Unilever dengan merek Clear. Untuk dapat bertahan di tengah persaingan, perusahaan dituntut untuk menciptakan strategi yang dapat memperkuat ekuitas merek karena hanya produk yang memiliki ekuitas merek yang kuat yang mampu bersaing untuk merebut dan menguasai pasar. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan strategi above the line.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) memperoleh temuan mengenai above the line sampo Clear, 2) memperoleh temuan mengenai ekuitas merek sampo Clear dan 3) memperoleh temuan mengenai seberapa besar kinerja above the line dapat mempengaruhi ekuitas merek sampo Clear baik secara simultan maupun parsial. Objek penelitian ini adalah pengguna sampo di Komunitas Clear Indonesia dan @CLEARIndonesia. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinerja above the line terhadap ekuitas merek sebagai variabel tidak bebas. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, verifikatif, dan metode yang digunakan adalah explanatory survey dengan teknik simple random sampling, dengan jumlah sampel 70 responden untuk setiap komunitas di Facebook Clear Indonesia dan Twitter @CLEARIndonesia. Teknik analisa data yang digunakan adalah path analysis dengan alat bantu software komputer SPSS 21.0. Hasil yang diperoleh dalam penelitian menyatakan bahwa kinerja above the line berpengaruh terhadap ekuitas merek pada sampo Clear di Facebook sebesar 83,1% dan di Twitter sebesar 79,7% . Dari hasil penelitian terhadap pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa kinerja above the line memiliki pengaruh yang positif terhadap ekuitas merek.

Berdasarkan hasil penelitian melalui analisis jalur terdapat pengaruh yang signifikan dari above the line terhadap ekuitas merek sampo Clear dalam penelitian ini bahwa, pelaksanaan above the line pada industri sampo secara berurutan yaitu 1)televisi, 2)internet, 3)point of sales dan 4)media outdoor. Sedangkan pembentuk ekuitas merek adalah brand saliance, brand performance, brand imagery, brand judgment, brand feeling dan brand resonance. Pengaruh kedua variabel ini memiliki pengaruh yang signifikan baik secara simultan maupun parsial.

Penulis merekomendasikan agar perusahaan lebih selektif dalam memilih media promosi above the line sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan ekuitas merek sampo Clear.

(7)

Wiji Anggraeni (0901560), "The Influence Above The Line Promotion Through the Brand Equity (A Survey on the Clear Community Indonesia and @

CLEARIndonesia)". Guidance of Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd., M.M. and Drs. Bambang Widjadjanta, MM

Competitive rivalry in the industry toiletrie marked by ups and downs of equity saatu brand products, especially in the line of shampoo from the company which runs the industry, PT. Clear Unilever brand. In order to survive in the competition, companies are required to create a strategy to strengthen the brand equity because only products that have strong brand equity that can compete to win and dominate the market. One strategy that can be done is with the strategy above the line

The purpose of research are 1) to obtain findings on above the line of shampoo Clear, 2) to obtain findings on Clear shampoo brand equity, and 3) to obtain discovery regarding its performance above the line can affect brand equity Clear shampoo either

simultaneously or partially. Object of this study is the Community user's Clear shampoo in Indonesia and @ CLEARIndonesia. The independent variable in this study is the performance above the line of the brand equity as the dependent variable. This type of research is descriptive, verification, and the method used is explanatory survey with random sampling techniques, with samples every 70 respondents to Clear Indonesian community on Facebook and Twitter @ CLEARIndonesia. Data analysis technique used is a tool path analysis with the computer software SPSS 21.0. The results obtained in this study stated that the performance above the line effect on the brand equity of at Facebook 83.1% Clear shampoo and 79.7% at Twitter media. From the results of the study to test the hypothesis that the performance can be seen above the line have a positive influence on brand equity.

Based on the results of research through path analysis found a significant effect of above the line of the Clear shampoo brand equity in this study that, the implementation of the above the line on the shampoo industry in order that 1) television, 2) net, 3) point of sales and 4) outdoor media. While the former is a brand saliance brand equity, brand

performance, brand imagery, brand judgment, feeling brand and brand resonance. Influence of these two variables have a significant effect either simultaneously or partially.

The author recommends that companies be more selective in choosing promotional above the line media as a strategy to enhance brand equity Clear shampoo.

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 16

1.3 Rumusan Masalah ... 17

1.4 Tujuan Penelitian ... 18

1.5 Kegunaan Penelitian ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 20

2.1.1 Promosi Above The Line ... 20

2.1.1.1 Konsep Promosi Above The Line dalam Strategi Periklanan ... 20

2.1.1.2 Definisi Above The Line ... 31

2.1.1.3 Dimensi Above The Line ... 33

2.1.1.4 Karakteristik Media Above The Line ... 37

2.1.2 Konsep Ekuitas Merek (Brand Equity) ... 41

2.1.2.1 Definisi Ekuitas Merek (Brand Equity) ... 41

2.1.2.2 Dimensi Ekuitas Merek (Brand Equity) ... 45

2.1.2.3 Keuntungan Ekuitas Merek (Brand Equity) ... 56

2.1.3 Pengaruh Above The Line Terhadap Ekuitas Merek (Brand Equity) ... 58

2.1.4 Orisinilitas Penelitian ... 60

2.2 Kerangka Pemikiran ... 64

2.3 Hipotesis ... 70

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 71

3.2 Metode Penelitian ... 72

3.2.1 Jenis dan Metode yang Digunakan ... 72

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 73

(9)

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 81

3.2.4.1 Populasi ... 81

3.2.4.2 Sampel ... 82

3.2.4.3 Teknik Sampling ... 85

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 86

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 88

3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas ... 88

3.2.6.2 Hasil Pengujian Realibilitas ... 93

3.2.7 Teknik Analisis Data ... 94

3.2.7.1 Analisis Deskriptif ... 96

3.2.7.2 Analisis Verifikatif Menggunakan Path Analysis ... 97

3.2.8 Pengujian Hipotesis ... 102

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan dan Pengguna Sampo Clear ... 104

4.1.1 Profile Perusahaan Unilever ... 104

4.1.1.1 Visi dan Misi Unilever Indonesia ... 104

4.1.1.2 Identitas Perusahaan Sampo Clear ... 106

4.1.1.3 Program Above The Line pada Sampo Clear ... 106

4.1.2 Profile Pengguna Sampo ... 110

4.1.2.1 Profil Berdasarkan Jenis atau Varian Sampo yang Digunakan ... 110

4.1.2.2 Profil Jenis Kelamin dan Usia Berdasarkan Jenis atau Varian Sampo ... 111

4.1.2.3 Pendidikan Terakhir yang Ditempuh dan Pekerjaan Dikaitkan dengan Jenis atau Varian Sampo ... 113

4.1.2.4 pekerjaan dan Penghasilan Dikaitkan dengan Jenis atau Varian Sampo yang digunakan ... 118

4.1.2.5 Status dan Pengeluaran Dikaitkan dengan Jenis atau Varian Sampo ... 118

4.1.2.6 Pengalaman Lama Menjadi Konsumen Sampo Clear Berdasakan dengan Jenis atau Varian Sampo ... 120

4.1.2.8 Alasan Menggunakan Sampo ... 121

4.2 Tanggapan Pengguna Sampo Clear di Facebook dan Twitter terhadap Pelaksanaan Above The Line ... 124

4.2.1 Dimensi Media Televisi ... 126

4.2.2 Dimensi Media Internet ... 129

4.2.3 Dimensi Media Point Of Sales ... 132

4.2.4 Dimensi Media Outdoor ... 135

(10)

4.3 Tanggapan Pengguna Sampo Clear di Facebook dan Twitter terhadap

Ekuitas Merek ... 140

4.3.1 Dimensi Brand Saliance ... 142

4.3.2 Dimensi Brand Performance ... 144

4.3.3 Dimensi Brand Imagery ... 147

4.3.4 Dimensi Brand Judgment... 149

4.3.5 Dimensi Brand Feeling ... 153

4.3.6 Dimensi Brand Resonance ... 155

4.3.7 Rekapitulasi Indikator Ekuitas Merek ... 158

4.4 Pengaruh Above The Line terhadap Ekuitas Merek ... 161

4.4.1 Pengaruh Above The Line terhadap Ekuitas Merek Secara Simultan ... 161

4.4.2 Pengaruh Above The Line terhadap Ekuitas Merek Secara Parsial ... 161

4.5 Implikasi Hasil Penelitian ... 168

4.5.1 Temuan Penelitian Bersifat Teoritis ... 168

4.5.2 Temuan Penelitian Bersifat Empiris ... 169

4.6 Implikasi Hasil Penelitian Above The Line terhadap Pengembangan Pendidikan Manajemen Bisnis ... 172

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ... 177

5.2 Rekomendasi ... 178

(11)

DAFTAR TABEL

No

Tabel Nama Tabel Halaman

1.1 Market Size Categories Hair Care Asia Pasific Countries ... 1

1.2 Market Sizes Industri Toiletries di Indonesia Tahun 2007-2011 ... 2

1.3 Market Share Industri Sampo di Indonesia Tahun 2009-2011 ... 4

1.4 Top Brand Index Tahun 2009-2012 ... 5

1.5 Brand Value Shampoo Tahun 2009-2011 ... 6

1.6 Brand Share Shampoo Tahun 2009-2011 ... 7

1.7 Kinerja Sampo Merek Clear Tahun 2009-2011 ... 8

1.8 Indonesian Costumer Satisfaction Award (ICSA) Kategori Sampo Tahun 2011. ... 9

1.9 Indeks Nilai Merek Sampo pada Komunitas Sampo ... 10

1.10 Varian Produk Terbaru Sampo Clear ... 12

1.11 Kegiatan Promosi Above The Line (ATL) pada Sampo Merek Clear... 15

2.1 Kekuatan dan Kelemahan Media Above The Line ... 37

2.2 Profil Tipe Media Above The Line ... 39

2.3 Dimensi Ekuitas Merek ... 45

2.4 Orisinilitas Penelitian ... 60

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 74

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 79

3.3 Data Populasi Pengguna Sampo Clear Di Komunitas Clear Indonesia Dan @CLEARindonesia (per Juni 2012) ... 82

3.4 Sampel Komunitas Clear Indonesia Dan @CLEARIndonesia... 84

3.5 Hasil Uji Validitas Above The Line ... 90

3.6 Hasil Uji Validitas Ekuitas Merek ... 92

3.7 Hasil Pengujian Realibilitas ... 94

3.8 Kriteria Penafsiran Hasil Perhitungan Responden ... 97

(12)

No

Tabel Nama Tabel Halaman

4.1 Kegiatan Promosi Above The Line (ATL) pada Sampo Merek Clear... 108

4.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis Atau Varian Sampo Yang Digunakan... 110

4.3 Profil Responden Jenis Kelamin Dan Usia Berdasarkan Jenis Atau Varian Sampo... 111

4.4 Keterkaitan Antara Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan... 113

4.5 Keterkaitan Antara Pekerjaan dan Penghasilan... 116

4.6 Keterkaitan Status dan Pengeluaran... 118

4.7 Lama Menjadi Pengguna Sampo Clear ... 120

4.8 Alasan Menggunakan Sampo Clear... 121

4.9 Pengujian Secara Simultan ... 161

4.10 Matriks Korelasi Antara Above The Line (X) Dengan Ekuitas Merek (Y). 162 4.11 Pengujian Parsial... 164

4.12 Hasil Pengujian Koefisien Jalur Pengaruh Langsung Dan Tidak

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Persaingan dalam dunia industri pada saat ini semakin meningkat,

persaingan yang terjadi saling memperebutkan dan mempertahankan posisi

perusahaan untuk menjadi yang terbaik. Hal tersebut dapat terlihat dari

dilakukannya strategi-strategi yang dilakukan oleh pelaku bisnis untuk merebut

perhatian dari konsumen dan mendapatkan pengakuan di masyarakat.

Salah satu industri yang mengalami persaingan industri saat ini ialah

dalam bidang toiletries, industri yang bergerak di kategori fast moving costomer

product (FMCP). Jenis barang-barang dalam kategori tersebut ialah seperti sabun,

pasta gigi, sampo, dan barang-barang lainnya yang menjadi kebutuhan sehari-hari.

Salah satu produk kategori toiletries yang dibutuhkan oleh konsumen

adalah perawatan rambut (hair care). Khususnya bagi perempuan yang perduli

dengan memperhatikan penampilan rambutnya. Kebutuhan akan perawatan

rambut tersebut menjadikan perekonomian suatu negara meningkat, hanya dengan

satu jenis produk saja yakni dalam kategori hair care. Berikut Tabel 1.1 mengenai

pertumbuhan pasar kategori perawatan rambut di wilayah Asia Pasifik.

TABEL 1.1

MARKET SIZES CATEGORIES HAIR CARE ASIA PASIFIK COUNTRIES

Countries 2008 2009 2010 2011 2012

China 3391,6 4012,6 4747,3 5601,4 6604,7

Indonesia 490,8 565,1 634,9 700,3 764,3

(14)

Countries 2008 2009 2010 2011 2012

Malaysia 209,3 228,1 244,7 261,6 279,7

Philippines 505,6 571,1 623,3 679,1 737,9

Singapore 90,9 99 106,6 114,1 121,7

South Korea 957,2 1012 1062,7 1115 1168

Vietnam 179,2 216,7 253,1 290,7 335,7

Sumber : http://www.in-cosmeticsasia.com (Akses 23/10/2011, 21:03)

Berdasarkan Tabel 1.1 delapan besar market sizes dari kategori perawatan

rambut di dominasi oleh negara-negara Asia Tenggara sejumlah lima negara salah

satunya ialah negara Indonesia. Kawasan Asia Tenggara sendiri saat ini

perekonomiannya dalam keadaan yang baik, jika dibandingkan dengan kawasan

Asia lainnya, hal tersebut menjadikan industri toiletries semakin berkembang dan

terus meningkat.

Negara di Kawasan Asia Tenggara yang mendominasi industri toiletries

dalam kategori hair care ialah Indonesia. Hal tersebut diyakini karena Indonesia

yang memiliki market sizes terbesar di Kawasan Asia Tenggara serta

pertumbuhan ukuran pasar yang meningkat rata-rata 12% setiap tahunnya.

Diperkirakan pada tahun 2012 pertumbuhan market sizes pada kategori perawatan

rambut ini meningkat sebesar 4% dari tahun 2011.

Kebutuhan akan perawatan rambut yang meningkat setiap tahunnya,

menjadikan satu peluang bagi perusahaan toiletries yang ada di Indonesia.

Perkembangan industri toiletries di negara Indonesia sendiri dapat dilihat dari

nilai market size pada Tabel 1.2 sebagai berikut.

TABEL 1.2

MARKET SIZES INDUSTRI TOILETRIES DI INDONESIA TAHUN 2007-2011

Industri 2007 2008 2009 2010 2011

(15)

Sumber : Modifikasi Majalah dari SWA NO.01/XXVI/6-19 Januari 2011

Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukkan bahwa pertumbuhan yang terjadi

dalam ukuran pasar industri toiletries terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun

2008 meningkat sebesar 2,3%, tahun 2009 meningkat sebesar 4,3%, tahun 2010

meningkat sebesar 1,4%, dan pada tahun 2011 ini industri toiletries meningkat

sebesar 1,7%.

Menurut data berbagai sumber yang dikompilasi Departemen Riset IFT,

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Procter & Gamble Home Products

Indonesia (P&G) menguasai 90% pasar sampo Indonesia dan 10% produsen

sampo yang lainnya. Kedua perusahaan tersebut sekaligus menjadi produsen

toiletries yang terbesar di Indonesia. Penjualan sampo di Indonesia sendiri

diperkirakan tumbuh 7%-9% setiap tahun untuk seluruh kategori sampo (sumber:

http://www.bisnisjabar.com, akses 5/9/2011). Pangsa pasar perusahaan yang

memproduksi sampo di Indonesia dapat dilihat dari Gambar 1.1 berikut.

Sumber : http://www.indonesiafinancetoday.com akses 6/9/2011 GAMBAR 1.1

(16)

PT. Unilever Indonesia memiliki empat merek sampo antara lain Clear,

Sunsilk, Dove, dan Lifebuoy dan PT. Procter & Gamble yang merupakan pesaing

utamanya mempunyai empat merek sampo yang perkembangannya cukup

signifikan antara lain Head & Shoulders, Pantene, Herbal Essence, dan Rejoice.

PT. Lion Wings dengan merek sampo Zinc, PT. L’oreal Indonesia dengan merek

samponya yakni Loreal Paris serta PT Gondowangi Tradisional yang merek

sampo berbahan dasar tumbuhan yakni Natur. Persaingan dalam industri toiletries

pada lini sampo berdasarkan merek mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Berikut

Tabel 1.3 pemaparan mengenai market share atau pangsa pasar industri sampo di

Indonesia berdasarkan merek.

TABEL 1.3

MARKET SHARE INDUSTRI SAMPO di INDONESIA TAHUN 2009-2011

Merek 2009 2010 2011

Sunsilk 25,8% 24,3% 22,8%

Clear 18,7% 20,9% 18,5%

Pantene 23,3% 21,7% 26,4%

Lifebuoy 13,2% 14,3% 13,3%

Sumber: SWA 16/XXV/27 Juli-5 Agustus 2009 SWA 15/XXVI/15-28 Juli 2010

SWA No.15/XXVII/18-27 Juli 2011

Berdasarkan Tabel 1.3 mengenai pangsa pasar industri sampo berdasarkan

merek tahun 2011 Pantene menjadi market leader dengan nilai 26,4% mengusai

pangsa pasar sampo menggantikan posisi Sunsilk. Sampo merek Sunsilk, Clear

dan Lifebouy merupakan merek sampo dari perusahaan Unilever yang tahun 2011

menempati posisi kedua, ketiga dan keempat. Sunsilk yang sebelumnya menjadi

market leader kini berada dalam posisi kedua. Clear mengalami penurunan

(17)

pasar. Penurunan yang terjadi dalam sampo merek Clear sebesar 2,4% dari tahun

sebelumnya menunjukkan berkurangnya minat konsumen dalam menggunakan

sampo Clear. Hal tersebut mengakibatkan merek sampo Clear yang kurang kuat di

mata konsumen atau dapat dinyatakan ekuitas merek sampo Clear yang menurun.

Penurunan merek atau ekuitas merek yang kurang dari sampo Clear didukung

dengan hasil Top Brand Index (TBI) yang kini telah mencapai penilaian hingga

tahun 2012 seperti pada Tabel 1.4 berikut.

TABEL 1.4 TOP BRAND INDEX

TAHUN 2009-2011

Merek Tahun Peringkat

2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012

Sunsilk 26,3 % 25,9 % 25,8 % 20,5% 1 1 1 2

Clear 23,0 % 18,0 % 21,0 % 20,3% 2 3 3 3

Pantene 18,0 % 20,1 % 24,2 % 29,2% 3 2 2 1

Lifebouy 11,3 % 12,2 % 10,7 % 11,7% 4 4 4 4

Sumber : www.topbrand-award.com (Akses 6/9/2011, 22:10 dan 8/2/2012, 21:30) Tabel 1.4 menunjukkan merek-merek sampo yang terbaik menurut

perhitungan TBI yang dinilai dengan mengacu pada tiga variabel. Ketiga variabel

tersebut ialah mind share, menunjukkan kekuatan merek di dalam benak

konsumen dari kategori produk masing-masing. Variabel kedua market share

menunjukkan kekuatan merek di pasar tertentu dalam hal perilaku pembelian

aktual konsumen. Variabel ketiga, commitmen share menunjukkan kekuatan

merek dalam mendorong konsumen untuk membeli merek yang di masa depan

(http://www.topbrand-award.com Akses 25/11/2011, 21:55).

Berdasarkan Tabel 1.4 sampo merek Clear memiliki nilai TBI yang

menurun dan menduduki peringkat yang rendah. Penurunan terjadi pada tahun

(18)

menjadi posisi ketiga. Pada tahun 2011 sampo Clear mengalami peningkatan

sebesar 3%, namun posisi sampo Clear tetap berada dalam posisinya yakni posisi

ketiga. Awal tahun 2012 nilai TBI mengalami perubahan terhadap market leader

yang sebelumnya diperoleh oleh sampo Sunsilk namun kini berada dalam posisi

kedua, dan market leader kategori sampo dimenangkan oleh sampo merek

Pantene. Sedangkan sampo merek Clear tetap pada posisinya yakni posisi ketiga

dengan penurunan nilai sebesar 0,7% yang diindikasi berkurangnya minat

konsumen akan sampo merek Clear.

PT. Unilever sebagai perusahaan penyedia consumer goods yang

mempunyai peranan penting di Indonesia melalui produk samponya Sunsilk,

Clear, Lifebouy dan Dove menjadi sangat perduli dengan keberadaan merek

samponya karena ekuitas merek merupakan salah satu pembuat keputusan

konsumen untuk menggunakan produk tersebut. Salah satu yang menjadi kunci

sukses dan kekuatan dari produk adalah memiliki merek yang kuat melekat di

benak pelanggan maupun konsumen serta memiliki brand image yang baik. Nilai

sebuah merek dari setiap produk menjadi sangat diperhatikan oleh perusahaan.

Berikut Tabel 1.5 brand value sampo di Indonesia.

TABEL 1.5

BRAND VALUE SHAMPOO TAHUN 2009-2011

Merek Brand Value Peringkat

2009 2010 2011 2009 2010 2011

Sunsilk 60,7 % 52,0 % 51,9 % 1 1 2

Clear 55,6 % 50,5 % 49,7 % 3 2 3

Pantene 58,7 % 50,4 % 54,7 % 2 3 1

Lifebouy 53,4 % 45,0 % 46,2 % 4 4 4

(19)

Berdasarkan Tabel 1.5 merek sampo Clear sendiri memiliki brand value

sebesar 55,6% pada tahun 2009 yang menempati posisi ketiga. Namun pada

tahun 2010 brand value Clear mengalami penurunan sebesar 5,1% meskipun

meraih peringkat kedua. Penurunan yang terjadi pada brand value Clear terjadi

pula pada tahun 2011 ini yang menurun sebesar 0,8% sehingga menempatkan

sampo merek Clear pada posisi ketiga setelah Pantene pada posisi pertama dengan

nilai 54,7% dan Sunsilk dengan nilai 51,9% di posisi kedua. Hal tersebut

menunjukkan bahwa merek sampo Clear belum mampu menjadi merek yang baik

di mata konsumen.

Penurunan peringkat dan nilai brand value sampo merek Clear

menggambarkan penurunan kualitas merek sampo Clear. Indikasi lain yang

menunjukkan bahwa ekuitas merek sampo Clear menurun ialah dilihat dari pangsa

merek atau brand share sampo. Berikut Tabel 1.6 brand share shampoo tahun

2009-2011.

TABEL 1.6

BRAND SHARE SHAMPOO TAHUN 2009-2011

Merek Brand Share Peringkat

2009 2010 2011 2009 2010 2011

Sunsilk 25,8 24,7 20,7 1 1 2

Clear 18,7 22,2 19,1 3 2 3

Pantene 23,3 22,1 26,9 2 3 1

Lifebouy 13,2 13,0 13,4 4 4 4

Rejoice 5,9 5,6 6,7 5 5 5

Sumber : Majalah SWA No. 15/XXVI/ 15-28 Juli 2010

Modifikasi Majalah SWA No.21/XXVII/3-12 Oktober 2011 Modifikasi Majalah SWA 16/XXV/27 Juli-5 Agustus 2009

Dilihat dari Tabel 1.6 tahun 2011 ini Pantene memimpin pangsa merek

(20)

sebelumnya. Pantene unggul 6,2% dari Sunsilk yang menempati posisi kedua,

Clear berada di posisi ketiga dengan pangsa merek yang menurun dari tahun

sebelumnya. Nilai brand share Clear yang menurun ialah sebesar 3,1% dari tahun

sebelumnya. Pangsa merek sampo Clear yang rendah menunjukkan bahwa

kurangnya keinginan masyarakat untuk menggunakan sampo merek Clear

dibandingkan dengan merek sampo yang lainnya, sehingga membuat merek

sampo Clear melemah atau dapat dikatakan ekuitas merek sampo Clear rendah

dan menurun.

Ekuitas merek (brand equity) pada sampo merek Clear menurun yang

diindikasikan dari nilai-nilai TBI, brand value dan brand share. Indikasi lain yang

menunjukkan bahwa merek sampo Clear menurun dapat dilihat dari kinerja sampo

Clear pada tahun 2009-2011 dilihat dari berbagai variabel. Berikut Tabel 1.7

mengenai kinerja sampo Clear tahun 2009-2011.

TABEL 1.7

KINERJA SAMPO MEREK CLEAR TAHUN 2009-2011

Variabel 2009 2010 2011

Nilai Peringkat Nilai Peringkat Nilai Peringkat

TOM Ad 18,6% 3 22,2% 2 18,8% 3

TOM Brand 19,3% 3 21,2% 2 18,7% 3

Gain Index -2,9% 3 -6,2% 2 -2,6% 3

Satisfaction 98,6% 3 99,6% 2 99,6% 3

Sumber: SWA 16/XXV/27 Juli-5 Agustus 2009, SWA 15/XXVI/15-28 Juli 2010 SWA 15/XXVII/18-27 Juli 2011

Berdasarkan Tabel 1.7 mengenai kinerja sampo merek Clear yang setiap

tahunnya mengalami fluktuasi. TOM Ad sampo Clear mengalami penurunan pada

tahun 2011 sebesar 3,4% yang berarti penurunan popularitas iklan dari sampo

(21)

tahun 2011 yang menunjukkan menurunnya popularitas dari merek sampo Clear.

Selain itu sampo Clear mengalami kenaikan nilai gain index dari tahun 2010

hingga 2011 sebesar 4,4%. Kenaikan yang terjadi pada sampo merek Clear tidak

di dukung dengan nilai peringkat yang menurun dari tahun sebelumnya, hal

tersebut berarti persaingan antar merek sampo. Keadaan yang terjadi pada variabel

gain index menunjukkan terdapat penurunan potensi pertumbuhan merek. Sampo

merek Clear pada tahun 2011 dapat mempertahankan nilai variabel satisfaction

yang berarti kepuasan konsumen akan produk sampo Clear.

Nilai yang tetap dipertahankan namun merubah peringkat yang pada tahun

2010 menempati peringkat kedua di tahun 2011 menempati peringkat ketiga,

penurunan yang terjadi menunjukkan kurangnya kepuasan konsumen terhadap

produk sampo Clear sehingga membuat ekuitas merek sampo Clear menurun. Hal

tersebut diperkuat dengan hasil survei mengenai kepuasaan pelanggan oleh SWA

dan Frontier berikut dalam Tabel 1.8.

TABEL 1.8

INDONESIAN COSTUMER SATISFACTION AWARD (ICSA) KATEGORI SAMPO TAHUN 2011

Sumber: Majalah SWA No. 21/XXVII/3-12 Oktober 2011

Data kepuasan pelanggan pada Tabel 1.8 berdasarkan ICSA dinyatakan

(22)

daripada Clear. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan atas produk

sampo Clear masih rendah, yang menjadi indikasi merek Clear kurang kuat atau

ekuitas merek sampo Clear rendah. Kotler dan Armstrong (2012:256)

mengemukakan bahwa brand equity atau kekuatan merek ialah pengaruh

diferensial yang mengetahui nama merek dan memiliki respon pelanggan terhadap

produk tersebut dan pemasaran.

Ekuitas merek dapat diukur dengan tingkat pengenalan konsumen terhadap

produk, persepsi konsumen terhadap kualitas produk dan keseluruhan nilai yang

dimiliki suatu merek. Index nilai merek sampo pada pelanggan dapat ditunjukan

dalam enam kategori yaitu sampo yang paling diingat (Top of Mind Brand),

kategori iklan sampo yang paling diingat (Top of Mind Advertising), merek sampo

yang memiliki kesan paling baik kualitasnya (Perceived Quality), merek sampo

yang terakhir digunakan (Last Usage Brand), dan merek yang akan digunakan di

masa mendatang (Future Intention Brand). Berikut Tabel 1.9 menunjukkan hasil

Pra penelitian yang dilakukan secara online kepada komunitas sampo dengan

responden sebanyak 45 responden.

TABEL 1.9

INDEKS NILAI MEREK SAMPO PADA KOMUNITAS SAMPO

(23)

Dll 0 1 2 0 5

Jumlah 45 45 45 45 45

Sumber: Pra Penelitian Desember 2011

Hasil pra penelitian pada Tabel 1.9 menunjukan bahwa responden memilih

satu merek sampo dalam satu kategori tetapi dalam kategori lain belum tentu

responden memilih merek yang sama. Pada kategori merek sampo yang diingat

konsumen, banyak responden memilih merek Pantene dan kedua Clear, akan

tetapi dalam kategori iklan sampo yang diingat konsumen responden lebih

memilih merek Dove dibandingkan Pantene dan Clear. Hal tersebut menunjukan

bahwa persaingan dalam industri sampo saat ini sangat kompetitif karena setiap

merek sampo terus berusaha memenuhi kebutuhan konsumen, baik melalui

strategi komunikasi atau kualitas produk sehingga mendapatkan kesan baik

dibenak konsumen.

Penilaian dalam TBI yang terdapat dalam Tabel 1.4 juga dapat dijadikan

sebagai indikasi bahwa sampo merek Clear memiliki brand equity yang rendah.

Salah satu variable dalam penilaian TBI yakni mind share dengan kata lain

kesadaran merek atau brand awareness sampo merek Clear kurang dalam benak

konsumen. Brand awareness sendiri merupakan salah satu indikator pembentuk

kekuatan merek atau ekuitas merek.

Istijanto Oie seorang pengamat pemasaran mengemukakan bahwa untuk

membangun suatu brand yang kuat diperlukan komunikasi yang konsisten (SWA

edisi: 18-27 Juli 2011/XXVII/SWA 15). Sampo Clear mulai merancang strategi

untuk membangun komunikasi pemasaran kepada konsumen dalam membentuk

(24)

dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya ialah kurang efektifnya

komunikasi pemasaran yang dilakukan PT Unilever Indonesia selaku produsen

sampo Clear. Strategi-strategi pemasaran perlu dilakukan oleh sampo Clear agar

dapat terus bersaing dalam kategori sampo di Indonesia. Strategi yang dilakukan

oleh perusahaan kepada konsumen umumnya melalui beberapa hal seperti melalui

promosi melalui brand ambassador, mengeluarkan produk dengan varian baru,

dengan periklanan melalui media above the line (ATL) dan below the line (BTL)

Clear merupakan salah satu jenis sampo yang menawarkan solusi

perawatan kulit kepala dan rambut yang disesuaikan untuk kebutuhan pria dan

wanita. Pengembangan sampo Clear tahun 2012 ini dengan teknologi terbaru dari

Clear yakni Pro-Nutrium 10 (Clear Men) dan Nutrium 10 (Clear Women dan

Unisex), Clear menutrisi hingga ke dalam 3 lapisan kulit kepala (di tingkat

epidermis). Berikut Tabel 1.10 varian produk terbaru Clear.

TABEL 1.10

VARIAN PRODUK TERBARU SAMPO CLEAR

Clear Men lengkap kulit kepala dan rambut.

2. Clear Men Ice Cool

Menthol

(Untuk semua jenis kulit

2. Clear Women Soft and

Shiny 2 In 1

(Untuk kulit kepala dan

2. Clear Ice Cool Menthol

(25)

Clear Men

Dandruff Actives dan Creambath Nutrients

Sumber: www.facebook.com/ClearIndonesia (Akses 7 Februari 2012, 21:15)

Berdasarkan Tabel 1.10 pengembangan produk-produk Clear merupakan

salah satu strategi Clear untuk mempertahankan pelanggannya agar tetap memilih

sampo merek Clear. Bertambahnya varian sampo merek Clear menjadikan satu

strategi promosi agar mereknya lebih dikenal oleh konsumen dan lebih kuat di

benak konsumen.

Sebagai salah satu perusahaan toiletries terbesar di Indonesia tentulah

sangat memperhatikan berbagai macam jenis promosi yang dilakukan. Hal

tersebut dilakukan agar merek-merek dari perusahaan Unilever dapat semakin

meningkat dan dipercaya oleh konsumen. Budget iklan yang dikeluarkan oleh PT

Unilever semakin meningkat dari tahun ke tahun Berikut Gambar 1.2 mengenai

(26)

Sumber: modifikasi dari www.indonesiafinancetoday.com (Akses 28/01/2012, 20:15) dan www.detik.com (Akses 01/09/2012, 22.10)

GAMBAR 1.2

BIAYA PROMOSI, IKLAN DAN RISET PASAR TAHUN 2009-2012 (dalam triliun rupiah)

Berdasarkan Gambar 1.2 mengenai biaya promosi, iklan dan riset pasar

yang dikeluarkan oleh perusahaan Unilever untuk mempromosikan

produk-produknya mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 biaya yang

dikeluarkan sebesar 2,49 triliun hal tersebut meningkat sebesar 20,2% dari tahun

sebelumnya yang hanya 1,99 triliun dan meningkat 28.91% dari tahun 2009.

Unilever akan mengalokasikan dana sebesar 14% dari pendapatan yang diperoleh

tahun 2011 untuk biaya promosi dan iklan atau sebesar 2,75 triliun pada tahun

2012 ini. Biaya promosi dan iklan yang cukup tinggi menunjukkan keseriusan

perusahaan dalam melakukan promosi melalui berbagai media baik ATL maupun

BTL. Dilaksanakannya aktifitas ATL dan BTL ini diharapkan menjadikan

konsumen sadar (aware) terhadap sampo merek Clear. Kesadaran akan merek

yang telah terbentuk tentunya akan memperkuat merek dalam pikiran konsumen

melalui kegiatan promosi yang dilakukan.

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program

pemasaran. Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran

(Fandy Tjiptono, 2010:219). Komunikasi yang terjadi dalam perusahaan dengan

konsumen merupakan suatu komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran

(27)

Aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

Komunikasi pemasaran memungkinkan perusahaan menghubungkan

merek mereka dengan orang, tempat, acara, merek, pengalaman, perasaan dan hal

yang lainnya. Hal tersebut dapat mempengaruhi ekuitas merek dengan

menanamkan merek dalam benak dan ingatan konsumen sehingga akan

menciptakan citra merek serta mendorong penjualan (Kotler dan Keller,

2012:478).

Bauran promosi atau komunikasi pemasaran sendiri terdiri dari delapan

komunikasi utama yakni iklan, promosi penjualan, acara dan pengalaman,

hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung, pemasaran interaktif,

pemasaran dari mulut ke mulut dan penjualan personal (Kotler dan Keller,

2012:479).

Sampo merek Clear yang merupakan salah satu andalan merek sampo dari

Unilever, lebih konsisten dalam mengkomunikasikan produknya. Clear

melaksanakan promosi periklanan melalui media above the line untuk

memperkuat mereknya. Promosi above the line merupakan media utama dalam

promosi dalam bentuk periklanan melalui media lini atas yang terdiri dari media

cetak surat kabar dan majalah, media elektronik radio dan TV, media internet,

point of sales dan iklan outdoor pada papan reklame (billboard) (Nelly,

2008:191). Berikut Tabel 1.10 mengenai promosi above the line yang dilakukan

oleh sampo Clear.

(28)

KEGIATAN PROMOSI ABOVE THE LINE (ATL) PADA SAMPO MEREK CLEAR TAHUN 2012

DIMENSI KEGIATAN

Media TV 1. Menayangkan tayangan iklan di semua

stasiun TV

2. Menjadi Sponsor SEAGames pada tahun 2011

3. Mengadakan program TV “Clear Hair Models” setiap tahun mulai tahun

2007

Internet Melalui Fanpage Clear di

http://www.facebook.com/ClearIndonesia

Akun Twitter

http://twitter.com/CLEARIndonesia Website

http://www.clearparis.com

Point of Sales/ Point of Purchase Memasang POS pada warung-warung yang menjual produk Clear.

Memasang POP pada supermaket dalam memajang sampo Clear

Media Luar (Billboard) Memasang papan reklame di sudut kota Bandung yang dianggap strategis untuk mempromosikan sampo Clear.

Sumber: diolah dari berbagai sumber

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Clear, menunjukkan promosi

melalui media lini atas atau promosi above the line yang sangat penting dalam

membangun hubungan dengan konsumen dan menciptakan ekuitas merek sampo

merek Clear. Produk yang memiliki ekuitas merek yang kuat akan membuat

produk dapat tetap bertahan dan siap bersaing di industrinya. Kegiatan promosi

above the line yang telah mengeluarkan biaya yang cukup tinggi diharapkan dapat

meningkatkan merek agar lebih kuat di benak konsumen. Agar segala bentuk

promosi untuk mengkomunikasikan produk dapat terlaksana dengan efektif dan

diterima oleh konsumen. Berdasarkan hal tersebut, pelaksanaan promosi above

(29)

hubungan yang baik dengan konsumen hingga akhirnya diharapkan konsumen

menjadi sadar akan suatu merek dan loyal terhadap produk Clear.

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dikemukakan maka dirasa

perlu dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh Program Promosi Melalui

Above The Line (ATL) terhadap Ekuitas Merek Sampo Merek Clear (Survei

pada Komunitas Clear Indonesia dan @CLEARIndonesia)”

1.2 Identifikasi Masalah

Persaingan yang terjadi pada produsen sampo menjadikan menurunnya

nilai Index Top Brand pada sampo merek Clear. Hal tersebut menunjukkan bahwa

mind share yang berarti brand awarness sampo Clear yang merupakan salah satu

elemen ekuitas merek mengalami penurunan. Selain market share yang menurun

dalam penilaian dalam top brand index menurun, dalam kategori brand value,

brand share serta survei mengenai kepuasan konsumen yang juga mengalami

penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut diindikasikan kurangnya

promosi yang dilakukan oleh sampo Clear.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka perusahaan

Unilever Indonesia akan terus meningkatkan kinerja khususnya dalam lini sampo

merek Clear. Maka yang menjadi masalah penelitian ini diidentifikasikan masalah

ke dalam tema sentral sebagai berikut.

(30)

kegiatan above the line seperti iklan di media TV, internet, point of sales dan media outdoor diharapkan dapat membentuk ekuitas merek (brand equity) pada sampo Clear sehingga menjadikan merek sampo Clear lebih kuat di benak konsumen.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dapat dirumuskan

masalah yang dapat diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran promosi melalui kegiatan above the line pada produk

sampo Clear.

2. Bagaimana tingkatan ekuitas merek (brand equity) produk sampo merek

Clear.

3. Bagaimana pengaruh promosi melalui above the line terhadap ekuitas merek

(brand equity) produk sampo merek Clear.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran yang lebih nyata

mengenai pengaruh program promosi melalui kegiatan above the line terhadap

ekuitas merek (brand equity) pada sampo merek Clear. Adapun tujuan penelitian

yang akan dicapai adalah :

1. Untuk memperoleh temuan mengenai program promosi melalui kegiatan

above the line pada produk sampo merek Clear.

2. Untuk memperoleh temuan mengenai ekuitas merek (brand equity) pada

(31)

3. Untuk memperoleh temuan seberapa besar pengaruh program promosi melalui

kegiatan above the line terhadap ekuitas merek (brand equity) pada produk

sampo merek Clear.

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini mengkaji program promosi melalui kegiatan above the line

terhadap ekuitas merek (brand equity) pada produk Clear. Memiliki kegunaan

penelitian sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam aspek teoritis

(keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu manajemen khususnya manajemen

pemasaran, melalui pendekatan serta metode-metode yang digunakan terutama

dalam upaya menggali pendekatan-pendekatan baru dalam aspek strategi

pemasaran yang menyangkut pengaruh program promosi above the line

terhadap ekuitas merek, sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan

sumbangan bagi para akademisi dalam pengembangan teori pemasaran.

2. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan dalam aspek

praktis yaitu untuk memberikan masukan kepada PT Unilever Indonesia Tbk.

mengenai program promosi melalui kegiatan above the line terhadap ekuitas

merek (brand equity) Clear, Sehingga dapat dijadikan informasi serta masukan

bagi PT Unilever Indonesia Tbk. dalam memecahkan masalah yang dihadapi

dalam persaingan industri pada lini sampo yang semakin meningkat.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi atau acuan

dan sekaligus untuk memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian

(32)

ekuitas merek mengingat masih banyak yang belum terungkap dalam

(33)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh media promosi above

the line terhadap ekuitas merek sampo Clear. Adapun yang menjadi objek

penelitian sebagai variabel bebas (independent variable) yaitu promosi above the

line (X) memiliki dimensi dasar yaitu TV, Internet, POS (Point of Sales), dan

media outdoor (billboard). Masalah penelitian yang merupakan variabel terikat

(dependent variable) yaitu ekuitas merek (brand equity) (Y) memiliki dimensi

dasar yaitu brand salience, brand performance, brand imagery, brand judgment,

brand feeling, dan brand resonance.

Pada penelitian yang dilakukan ini yang menjadi objek penelitian adalah

Komunitas Clear Indonesia dan @CLEARIndonesia, maka hal-hal yang akan

dianalisis adalah yang berhubungan dengan pengaruh promosi above the line

terhadap ekuitas merek (brand equity) sampo merek Clear.

Uma Sekaran (2009:177) mengungkapkan bahwa sebuah studi dapat

dilakukan dengan data hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode

harian, mingguan, atau bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian

disebut studi one shot atau cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada jangka

waktu penelitian kurang dari satu tahun, maka metode penelitian yang digunakan

(34)

datanya dikumpulkan sekaligus, merupakan hasil sekali bidik (one snapshot) pada

satu saat tertentu (Asep Hermawan, 2009:87).

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis dan Metode yang Digunakan

Berdasarkan tingkat penjelasan dan bidang penelitian, maka jenis

penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Pengertian penelitian

deskriptif dan penelitian verifikatif menurut (Asep Hermawan, 2009: 17).

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memaparkan suatu karakteristik tertentu dari suatu fenomena. Sedangkan penelitian verifikatif dilakukan apabila penelitian sebelumnya masih jarang. Tujuannya adalah untuk melihat pola, gagasan, atau merumuskan hipotesis bukan untuk menguji hipotesis

Pengertian mengenai penelitian deskriptif dikemukakan pula oleh

Sugiyono (2010:11) yang menjelaskan bahwa, “Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu

variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau

menghubungkan antara satu dengan variabel yang lain”. Sedagkan “Penelitian

verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang

dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan. Dimana pengujian hipotesis

tersebut menggunakan perhitungan-perhitungan statistik”.(Suharsimi Arikunto,

2010:8)

Penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran

mengenai promosi above the line dan memperoleh gambaran mengenai ekuitas

merek atau brand equity pada produk sampo Clear. Penelitian verifikatif bertujuan

(35)

line terhadap ekuitas merek atau ekuitas merek promosi above the line atau brand

equity pada produk sampo Clear. Sifat penelitian ini adalah deskriptif dan

verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka

metode penelitian yang digunakan adalah metode eksplanatory survey yaitu

metode survei untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui

pengujian hipotesis.

Menurut Sugiyono (2010:11) yang dimaksud dengan metode survei

adalah:

Metode survei yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antara variabel sosiologis maupun psikologis.

Survei informasi dari sebagian populasi (sampel responden) dikumpulkan

langsung di tempat kejadian secara empirik, dengan tujuan untuk mengetahui

pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang sedang diteliti.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel merupakan kegiatan menjabarkan variabel ke

dalam konsep teori dari variabel yang diteliti, indikator, ukuran dan skala

bertujuan untuk mendefinisikan dan mengukur variabel. Berdasarkan objek

penelitian yang dikemukakan di atas diketahui bahwa variabel yang dikaji dalam

penelitian ini adalah promosi above the line pada produk sampo Clear sebagai

variabel bebas (X) dengan indikator Televisi, Internet, POS (Point of Sales), dan

media outdoor. Variabel tersebut dicari bagaimana pengaruhnya terhadap ekuitas

(36)

indikator brand salience, brand performance, brand imagery, brand judgment,

brand feeling, dan brand resonance.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 3.1 Operasionalisasi

Variabel sebagai berikut.

INDIKATOR UKURAN SKALA NO

Daya tarik Tingkat daya tarik

penyampaian promosi

Tepat Sasarn Tingkat ketepatan

(37)

VARIABEL SUB VARIABEL

KONSEP VARIABEL/SUB

VARIABEL

INDIKATOR UKURAN SKALA NO

Desain Tingkat daya tarik

jenis POS yang

(38)

VARIABEL SUB VARIABEL

KONSEP VARIABEL/SUB

VARIABEL

INDIKATOR UKURAN SKALA NO

(39)

VARIABEL SUB VARIABEL

KONSEP VARIABEL/SUB

VARIABEL

(40)

VARIABEL SUB VARIABEL

KONSEP VARIABEL/SUB

VARIABEL

INDIKATOR UKURAN SKALA NO

Pilihan Pertama Tingkat pilihan

pertama pada saat akan

Sumber: Berdasarkan hasil pengolahan data 2012

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Pada dasarnya sumber data terdiri dari dua sumber yaitu sumber data

primer (primary data source) dan sumber data sekunder (secondary data sources).

Menurut Asep Hermawan (2009:168) mengatakan bahwa:

Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah atau tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian eksploratif, deskriptif maupun kausal dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa 78survey ataupun observasi.

Selanjutnya Asep Hermawan (2009:168) mengemukakan data sekunder

merupakan struktur data historis mengenai varibel-variabel yang telah

(41)

data dibedakan menjadi dua yaitu: data primer dan data sekunder menurut Sugiyono (2010:137) menjelaskan bahwa :

1. Data Primer

Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. (Data

Primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara

empirik kepada responden langsung dengan menggunakan teknik

pengumpulan data berupa observasi, wawancara maupun penyebaran

kuesioner kepada sumber data).

2. Data Sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

(Data sekunder adalah data yang dikumpulkan atau hasil penelitian pihak lain.

Adapun data sekunder dari penelitian ini adalah data pendukung dari buku

lain yang diperoleh penulis yang dianggap relevan dengan topik penelitian).

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penelitian secara empirik melalui

penyebaran kuesioner kepada pengguna sampo Clear di komunitas Clear

Indonesia dan @ClearIndonesia. Sedangkan sumber data sekunder diantaranya diperoleh dari jurnal-jurnal ilmiah, artikel-artikel majalah, internet dan sumber informasi lainnya. Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai jenis dan sumber data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:

TABEL 3.2

JENIS DAN SUMBER DATA

Data Penelitian Sumber Data Jenis Data

(42)

Data Penelitian Sumber Data Jenis Data Hair Care Asia Pasific

Countries 2008 – 2012

(akses 23/10/2011 21.03)

Market Sizes Industri

Toiletries di Indonesia Tahun 2007 – 2011

Majalah dari SWA NO.01/XXVI/6-19

Januari 2011 Sekunder

Majalah SWA 15/XXVI/15-28 Juli 2010

Majalah SWA No.15/XXVII/18-27 Juli 2011

Modifikasi Majalah SWA 16/XXV/27 Juli-5 Agustus 2009 Satisfaction Award (ICSA)

Kategori Sampo Tahun 2011

akses 28/01/2012, 20:15 Sekunder

Varian Produk Sampo Clear www.facebook.com/ClearIndonesia

akses 7 Februari 2012, 21:15 Sekunder

Kegiatan Promosi Above The

Line pada sampo Clear

Diolah dari berbagai sumber

Sekunder

Jumlah Populasi pada Komunitas Clear Indonesia dan @CLEARIndonesia

www.facebook.com/ClearIndonesia

akses 7 Februari 2012, 21:15

www.twitter.com/CLEARIndonesia

(43)

Data Penelitian Sumber Data Jenis Data akses 7 Februari 2012, 22.05

Indeks Nilai Merek Sampo pada Komunitas Sampo (Pra Penelitian)

Responden

Primer

Tanggapan responden

terhadap above the line sampo Clear

Responden

Primer

Tanggapan responden

terhadap ekuitas merek sampo Clear

Responden

Primer

Sumber: Hasil pengolahan data 2011 dan 2012

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.4.1 Populasi

Dalam mengumpulkan data dan menganalisis suatu data, langkah yang

sangat penting adalah menentukan populasi terlebih dahulu. Sugiyono (2010:115)

menyatakan bahwa, “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”

Pengertian lain dari Malholtra (2010:370) menyatakan bahwa population

is the aggregate of all the elements, sharing some common set of characteristic,

that comprises the universe for the purpose of the marketing research problem.

Dapat diartikan sebagai populasi adalah keseluruhan semua elemen, berbagi

beberapa seperangkat karakteristik, yang terdiri dari alam semesta untuk tujuan

masalah riset pemasaran.

Berdasarkan pengertian populasi tersebut maka yang menjadi populasi

sasaran pada penelitian ini adalah Komunitas Clear Indonesia dan

(44)

TABEL 3.3

DATA POPULASI PENGGUNA SAMPO CLEAR DI KOMUNITAS CLEAR INDONESIA DAN @CLEARIndonesia (per Juni 2012)

Komunitas Jumlah

Clear Indonesia 1.036.289

@CLEARIndonesia 24.396

Total 1.060.685

Sumber: Facebook Clear Indonesia dan Twitter @CLEARIndonesia

3.2.4.2 Sampel

Dalam mengambil sebuah sampel dari populasi harus benar-benar

representatif atau mewakili. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010:116). Sampel merupakan

suatu bagian (subset) dari populasi (Asep Hermawan, 2009:145). Dengan

demikian, sebagai elemen dari populasi merupakan sampel. Dengan mengambil

sampel peneliti ingin menarik kesimpulan yang akan digeneralisasikan terhadap

populasi.

Pada penelitian ini, tidak mungkin semua populasi dapat diteliti oleh

penulis, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu keterbatasan biaya,

keterbatasan tenaga dan keterbatasan waktu yang tersedia. Oleh karena itu,

peneliti diperkenankan mengambil sebagian dari objek populasi yang ditentukan,

dengan catatan bagian yang diambil tersebut mewakili yang lain yang tidak

diteliti. Dalam rangka mempermudah melakukan penelitian diperlukan suatu

sampel penelitian yang berguna ketika populasi yang diteliti berjumlah besar

seperti populasi dari pengguna sampo Clear, dalam artian sampel tersebut harus

(45)

0

Berdasarkan pengertian sampel yang dikemukakan di atas, maka sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi penelitian,

yaitu sebagian pengguna sampo Clear di Komunitas sampo Clear dan

@CLEARIndonesia. Dalam menentukan jumlah sampel digunakan pengambilan

sampel dengan menggunakan simple random sampling dari Al Rasyid (1994:44),

yaitu:

Sedangkan n0 dapat dicari dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

N = Populasi

n= Banyaknya sampel yang diambil dari seluruh unit

s = Simpangan baku untuk variabel yang diteliti dalam populasi dengan

menggunakan Deming’s Emperical Rule

= Bound of error yang bisa ditolerir atau dikehendaki sebesar 5%

Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung besarnya sampel dari

Jumlah populasi yang ada yaitu sebagai berikut:

a. Distribusi skor berbentuk kurva distribusi

(46)

S = (0,21) (100) = 21

Diperoleh S=(0,21) berdasarkan pengamatan dari jawaban responden yang

menjawab kuesioner yang berskala 1-5, responden lebih banyak menjawab

dengan skor antara 3-5 sehingga arah kurva cenderung condong ke sebelah

(lihat tabel Z, yaitu tabel normal baku akan diperoleh nilai 1,96)

Adapun perhitungan ukuran sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah dengan mencari nilai no lebih dahulu, yaitu:

no=

dilakukan penghitungan untuk mencari nilai n untuk mencari jumlah sampel yang

akan diteliti.

TABEL 3.4

SAMPEL KOMUNITAS CLEAR INDONESIA DAN @CLEARIndonesia

Komunitas Clear Indonesia @CLEARIndonesia

(47)

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2012

Berdasarkan perhitungan mengenai sampel, maka ukuran sampelnya untuk

komunitas Clear Indonesia dan @CLEARIndonesia adalah sebesar 68 . Menurut

Winarmo Surakhmad (1998:100) bahwa “Untuk jaminan ada baiknya sampel

selalu ditambah sedikit lagi dari jumlah matematik”. Kemudian agar sampel yang

digunakan representatif, maka pada penelitian ini ditentukan sampel yang

berjumlah 70 untuk masing-masing komunitas di Facebook dan Twitter.

3.2.4.3 Teknik Sampling

Penarikan sampel merupakan suatu proses pemilihan sejumlah elemen dari

populasi sehingga dengan mempelajari sampel, suatu pemahaman karakteristik

subyek sampel akan memungkinkan untuk menggeneralisasi karakteristik elemen

populasi. Sugiyono (2010: 116) menyatakan teknik sampling adalah merupakan

teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan

dalam penelitian terdapat berbagai macam teknik sampling yang digunakan.

Teknik pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh

sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau

menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya Arikunto (2010:111).

Menurut Maholtra (2009:375) “Sebuah teknik sampling dapat

diklasifikasikan sebagai non probabilitas dan probabilitas”. Sampel probability

merupakan sampel dimana setiap elemen atau anggota populasi memiliki peluang

yang sama untuk terpilih sebagai sampel sedangkan sampel nonprobability

kebalikan dari probability dimana setiap elemen atau populasi tidak memiliki

(48)

Sampel probability memiliki empat jenis teknik penarikan yaitu Simple

Random Sampling, Sistematic Sampling, Stratification Sampling dan Cluster

Sampling. Sedangkan sampel non probability memiliki tiga jenis teknik penarikan

yaitu Convinience Sampling, Purposive Sampling, Snowball Sampling.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik simple random sampling

untuk populasi yang bergerak. Dengan demikian, tersedianya suatu populasi

sasaran yang tersusun (ordered population target) merupakan prasyarat penting

bagi dimungkinkannya pelaksanaan pengambilan sampel dengan metode acak

sistematis. Selain itu SRS dipilih karena populasi dianggap homogen. Random

sampling merupakan penelitian dimana peneliti memberikan hak yang sama

kepada responden untuk mengisi kuesioner. Hal tersebut sama seperti yang

diungkapkan oleh Sugiyono (2010:118) yang menyatakan bahwa peneliti

memberikan hak yang sama kepada responden untuk memperoleh kesempatan

dipilih menjadi sampel. Oleh karena itu hak setiap subjek sama, maka peneliti

terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk

dijadikan sampel.

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang dikumpulkan dalam melaksanakan penelitian ini

meliputi:

1. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari buku,

makalah, jurnal, situs web-site dan majalah guna memperoleh informasi yang

(49)

masalah dan variabel yang diteliti yang terdiri dari promosi above the line dan

ekuitas merek.

2. Kuesioner dilakukan dengan menyebarkan seperangkat daftar pertanyaan

tertulis kepada responden yaitu Komunitas Clear Indonesia dan

@CLEARIndonesia. Dalam kuesioner ini penulis mengemukakan beberapa

pertanyaan yang mencerminkan pengukuran dari indikator variable X

(promosi above the line) dan variable Y (ekuitas merek). Kemudian memilih

alternatif jawaban yang telah disediakan pada masing-masing alternatif

jawaban yang dianggap paling tepat. Langkah-langkah penyusunan kuesioner

sebagai berikut:

a. Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan

b. Merumuskan item-item pertanyaan dan alternatif jawabannya. Jenis

instrumen yang digunakan dalam angket merupakan instrumen yang

bersifat tertutup, yaitu seperangkat daftar pertanyaan tertulis dan disertai

dengan alternatif jawaban yang disediakan, sehingga responden hanya

memilih jawaban yang tersedia.

c. Menetapkan pemberian skor untuk setiap item pertanyaan. Pada penelitian

ini setiap pendapat responden atas pertanyaan diberi nilai dengan skala

ordinal.

3. Studi Literatur

Studi literatur merupakan usaha pengumpulan informasi yang berhubungan

dengan teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah variabel yang diteliti

(50)

Studi literatur tersebut di dapat dari berbagai sumber yaitu sebagai berikut

a. Perpustakan UPI, UNPAD, UNPAR dan Widyatama

b. Skripsi

c. Jurnal Ekonomi dan Bisnis

d. Media Cetak (Majalah)

e. Media Elektronik (Internet)

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Realibilitas

Data mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam suatu penelitian

karena menggambarkan variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai pembentuk

hipotesis. Oleh karena itu, diperlukan pengujian data untuk mendapatkan mutu

yang baik. Untuk menguji layak atau tidaknya instrumen penelitian (kuesioner)

yang disebarkan kepada responden dilakukan dua tahap pengujian yakni uji

validitas dan realibilitas. Keberhasilan mutu hasil penelitian dipengaruhi oleh data

yang valid dan reliabel. Oleh karena itu dibutuhkan instrumen penelitian yang

valid dan reliabel. Data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data

yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek

penelitian (Sugiyono, 2010:455).

Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilaksanakan dengan

menggunakan alat bantu software komputer program SPSS (Statistical Product

for Service Solutions) 21.0 for windows.

3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas

Penelitian mengenai pengaruh program promosi above the line terhadap

(51)

variabel promosi above the line (X) ada pengaruhnya atau tidak terhadap variabel

ekuitas merek (Y), dengan menafsirkan data yang terkumpul dari responden

melalui kuesioner.

Pengujian validitas instrumen dilakukan untuk menjamin bahwa terdapat

kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi

pada objek yang diteliti. Malhotra (2009:316) mengemukakan “Validitas dapat

didefinisikan sebagai sejauh mana perbedaan benar dalam apa yang sedang diukur

bukan kesalahan sistematis atau acak”.

Uji validitas yang dilakukan bertujuan untuk menguji sejauh mana item

koesioner yang valid dan mana yang tidak. Hal ini dilakukan dengan mencari

korelasi setiap item pertanyaan dengan skor total pertanyaan untuk hasil jawaban

responden yang mempunyai skala pengukuran interval. Adapun rumus yang dapat

digunakan adalah rumus Korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh

Pearson sebagai berikut:

Keterangan:

r = Koefisien validitas item yang dicari

X = Skor yang diperoleh subjek seluruh item

Y = Skor total

X = Jumlah skor dalam distribusi X

Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

2

Gambar

Tabel No 1.1
Tabel No 4.1
TABEL 1.1 MARKET SIZES CATEGORIES HAIR CARE
Tabel 1.3 pemaparan mengenai market share atau pangsa pasar industri sampo di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan kepemilikan saham oleh pihak manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer

commitment, meaning that more employees are satisfied with their work, and then organizational commitment will also be higher; (3) Organizational culture negatively affect

Hasil penelitian menunjukkan bahwa return on equity, earning per share economic value added, dan market value added secara parsial memiliki pengaruh signifikan positif

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Cicilia (2012) pada pembelajaran biologi materi organisasi kehidupan dikelas VII, diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif

 Register perintah yaitu register yang berisi perintah-perintah dari mikrokontroler ke panel LCD ( Liquid Cristal Display ) pada saat proses penulisan data atau

Hasil penelitian menggunakan uji statistik uji chi square menunjukkan bahwa hasil p = 0,006 (< 0,05) ini berarti terdapat hubungan antara paparan debu dengan

Salah satu upaya atas pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dimaksud, antara lain dengan implementasi layanan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

Suatu analisa yang menggunakan lebih dari satu kasus yang dapat dilakukan secara statistik maupun secara kualitatif, akan tetapi tidak semua analisa statistik dan analisa