STUDI KASUS
UROLITHIASIS PADA ANJING PUG
Oleh :
I GUSTI AGUNG GDE PUTRA PEMAYUN
P. VINDHY CHEMPAKA PUTRI
LABORATORIUM BEDAH VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian studi kasus yang berjudul“UROLITHIASIS PADA ANJING PUG“.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini didukung oleh bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. drh. I Ketut Anom Dada, MS selaku Direktur Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang telah memberikan fasilitas tempat untuk penelitian studi kasus ini.
2. Bapak drh. Anak Agung Gde Jaya Wardhita, M.Kes selaku Kepala Laboratorium Bedah Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang telah memberikan ijin kepada mahasiswa koasistensi Lab Bedah untuk membantu dalam penelitian studi kasus ini.
3. Bapak Dr. drh. I. G. N. Sudisma, M.Si, Dr. drh. I Nengah Wandia, M.Si, drh. Pudji Raharjo, M.S, drh. Luh Made Sudimartini M.Sc, drh. A. A. Gde Oka Dharmayudha, M.Si selaku dosen koasistensi Laboratorium Bedah Veteriner yang ikut memberikan masukan dalam penulisan laporan ini
4. Mahasiswa Koasistensi gelombang VI/G serta semua pihak yang telah membantu dan menyiapkan anjing kasus yang digunakan untuk penelitian studi kasus ini.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Tujuan Penulisan ... 2
1.3. Manfaat Penulisan ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1. Urolithiasis ... 3
BAB III MATERI DAN METODE ... 9
3.1. Materi ... 9
3.2. Metode ...10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………12
4.1 Hasil ... 12
4.2 Pembahasan... 13
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 15
5.1.Simpulan ... 15
5.2. Saran... 15
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 1. Status Present dan Pemeriksaan Fisik Hewan Kasus…………9
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belakangan ini meningkatnya taraf hidup masyarakat berpengaruh terhadap gaya hidup bermasyarakat. Salah satunya adalah meningkatnya pemeliharaan anjing sebagai hewan kesayangan. Beberapa orang menjadikan anjing sebagai anggota keluarga ataupun teman hidup. Oleh karena itu segala bentuk perhatian terhadap kebutuhan anjing dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Kecintaan terhadap anjing seringkali membuat pemilik anjing memberikan makanan yang sama dengan makanan yang dikonsumsinya, selain dog food yang dijual di pasaran. Komposisi makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh anjing tersebut. Selain itu, pola pemberian pakan juga dapat berpengaruh terhadap pH urin, volume urin, dan konsentrasi urin yang dapat menyebabkan terbentuknya presipitasi mineral, seperti urolit yang terdiri dari berbagai mineral (Mariyani, 2009).
Banyak masalah kesehatan yang terjadi pada anjing yang disebabkan oleh ketidakseimbangan nutrisi yang diperoleh, salah satunya adalah urolithiasis.
Urolithiasis merupakan kondisi terbentuknya urolith atau kalkuli pada saluran
perkencingan, seperti vesika urinaria, ginjal, ureter dan uretra (Smith et al., 1972).
Urolithiasis sering terjadi pada jantan dibandingkan dengan betina dan hewan
yang terserang umumnya berumur antara 1-7 tahun (Thomson, 1988). Terbentuknya urolith pada anjing sering terjadi, kecuali pada ras Dalmantian hanya 1% (Bloomet et al., 1954).
Ada berbagai tindakan yang bisa dilakukan dalam penanganan kasus
urolithiasis pada anjing, salah satunya adalah dengan melakukan tindakan
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara mendiagnosa, prosedur operasi dan rencana terapi kasus
urolithiasis pada anjing dan mengetahui dampak terapi pembedahan terhadap
anjing penderita urolithiasis.
1.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Urolithiasis
Urolithiasis adalah penyakit yang disebabkan adanya urolit (batu),
calculi,kristalataupun sedimen yang berlebihan dalam saluran urinaria. Sama seperti batu manusia batu kristal ini bisa berada dimanapun dalam saluran urinasi di anjing, meliputi ginjal, uretra, atau bisa ditemukan di kandung kemih (Fossum, 2002). Saat urin mengalami tigkat kejenuhan yang tinggi, yang disertai dengan kelarutan garam, garam tersebut mengalami presipitasi dan membentuk kristal (crystalluria). Jika kristal itu tidak dikeluarkan maka akan terbentuk agregat yang disebut dengan kalkuli (Fossum, 2002). Urolith terbentuk karena banyak kristal-kristal yang saling bergabung menjadi satu.
Urolith adalah bentukan mineral yang umumnya tersusun oleh struvite, kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat, dan cystine pada urin. Urolith ini terbentuk di dalam saluran perkencingan dalam bergbagai bentuk dan jumlah, tergantung pada infeksi, pengaruh diet/konsumsi dan gentika (Koesharyono, 2008). Adanya urolit didalam saluran perkencingan dapat menyebabkan iritasi, akibatnya saluran tersebut rusak dan ditemukan darah bersama urin yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada anjing. Pembentukan urolith dimulai dari ginjal yang kemudian terbawa melalui ureter dan terakumulasi di vesika urinaria.
Adapun jenis-jenis urolithpada anjing menurut Bartges et al., (1999) adalah antara lain :
2. Urolith cystine berbentuk bulat atau oval, biasanya kecil permukaannya halus, tersusun dari asam amino cystine, empuk, mudah dihancurkan, berwarna krem kekuningan, kuning kehijauan sampai coklat. Cystinuria dapat diidentifikasi berdasarkan kristal cystine yang berbentuk hexagonal. Terdapat pada urin yang asam, kecil, halus, berwarna kuning kecoklatan sampai kuning kehijauan.
3. Urolith urate, urolith urat berbentuk bulat atau oval, permukaannya halus, tersusun dari NH4 urat, biasanya kecil, berlapis-lapis konsentris seperti kulit telur, mudah pecah, berwarna kuning kecoklatan sampai kehijauan. 4. Urolith kalsium oksalat, urolith ini berbentuk bulat atau oval, tersusun dari
kalsium oksalat, dan sering mengandung kalsium fosfat, biasanya kecil sangat keras dan rapuh (mudah pecah, permukaannya ada yang halus atau tidak beraturan), berwarna krem sampai coklat, tetapi dapat berwarna hijau kecoklatan.
Jenis mineral yang paling umum di jumpai dalam urolith anjing adalah struvite. Ammonium asam urat, asam urat, sedangkan kalsium fosfat dan kalsium oksalat jarang ditemukan pada anjing. Sebaliknya urolit yang mengandung kalsium (kalsium oksalat dan kalsium fosfat) paling lazim ditemukan. Meskipun beberapa mineral khusus dapat menjadi unsur predominan dari suatu kalkuli, tetapi kebanyakan kalkuli komposisinya terdiri dari campuran beberapa unsure mineral. Kadang-kadang inti urolit tersusun dari suatu jenis kristal (struvite), tetapi lapisan luarnya tersusun dari kristal-kristal lain yang berbeda.
2.2 Etiologi
Urolithiasis adalah kondisi terbentukanya urolith atau kalkuli pada
saluranperkencingan,seperti padavesika urinaria, ginjal, ureter dan uretra (Smith et
dengan kandungan mineral-mineral tertentu(Fossum, 2002).Urolith ini merupakan perwujudan polycrystalline yang terdiri dari satu atau lebih mineral.
Urolith tersebut merupakan kumpulan hasil metabolit yang mengandung kalsium, oksalat, dan fosfat yang dapat bergerak turun sepanjang ureter dan masuk ke dalam vesika urinaria. Setelah terjadi pengendapan, partikel-partikel yang telah mengkristal bertambah besar ukurannya, memperparah kerusakan dan menimbulkan gejala klinis pada hewan tersebut (Gipson, 1996).Urolithterbentuk di dalam vesika urinaria dalam berbagai bentuk dan jumlah tergantungpada infeksi, pengaruh diet atau konsumsi, dan genetic (Suryandari, 2012).
Kadar kalsium yang tinggi di dalam ginjal juga dapat mempengaruhi pembentukan urolith, sedangkan faktor-faktor lain yang mendukung pembentukukan urolith adalah kurang minum, makanan yang banyak mengandung kalsium, oksalat dan fosfat serta penurunan pH urin (Sastrowardoyo, 1997).
2.3 Patogenesis
Urolithiasisbiasa terjadi terutama pada hewan domestik seperti anjing dan
kucing. Urolith ini terbentuk dalam berbagai bentuk dan jumlah tergantung pada infeksi. Urolith dapat terbentuk pada bagian manapun dari traktus urinari anjing dan kucing.Faktor utama yang mengatur kristalisasi mineral dan pembentukkan urolith adalah derajat saturasi urin dengan mineral-mineral tertentu. Faktor penyebab lainnya adalah diet atau makanan, frekuensi urinasi, genetik, dan adanya infeksi traktus urinari. Saturasi memberikan energi bebas untuk terbentuknya kristalisasi. Semakin tinggi derajat saturasinya, semakin besar kemungkinan terjadinya kristalisasi dan perkembangan kristal. Oversaturasi urine dengan kristal merupakan faktor pembentukkan urolith tertinggi (Suryandari, 2012).
dapat mengakibatkan obtruksi sehingga memicu terjadinya rasa nyeri yang sangat pada saat hewan melakukan urinasi. Urolithiasis yang disebabkan kalsium oksalat merupakan jenis urolithiasis yang sering terjadi pada kucing (Brown, 2013).
2.4 Tanda Klinis
Hewan-hewan yang menderita urolithiasis diketahui gejala klinisnya bervariasi tergantung pada tempat peletakannya dalam struktur anatomi sistim urinaria dan jenis kelamin. Terdapatnya batu akan menggangu saluran urinaria dan akan menyebabkan kesulitan membuang urin, rasa sakit pada ginjal dan saluran urinaria serta distensi pada abdomen. Kondisi ini akan menyebabkan peradangan pada saluran urinaria, stranguria atau pengeluaran urin dengan frekuensi lambat, dysuria atau kesakitan atau kesukaran pada saat urinasi dan
anuria atau tidak dapat mengeluarkan urin (Breitschwerdt, 1986). Terdapatnya
batu pada ureter dapat menyebabkan kolik, ini datangnya tiba-tiba tanpa didahulukan oleh gelaja sebelumnya, penderita biasanya memutar badan untuk mendapatkan posisi yang dapat mengurangi rasa nyeri. Bila penyumbatan telah berlangsung lama akan terlihat tanda depresi, lesu, anoreksia atau berkurangnya nafsu makan, dan diikiti oleh tanda uremia (Sastrowardoyo, 1997).
2.5 Diagnosis
Diagnosa penyakit urolithiasis dapat dilakukan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang. Selain itu pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adala dengan rontgen atau pemeriksaan ultrasonografi (USG). Anamnesa dari pemilik diperlukan untuk mengetahui sejarah menyeluruh kesehatan anjing, awal timbulnya gejala dan kemungkinan insiden yang mungkin telah mendahului kondisi ini. Pada saat pemeriksaan klinis, palpasi daerah abdomen sering terasa adanya pembesaran pada vesica urinaria.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk melihat jenis urolith atau kalkuli yang menyebabkan anjing terkena urolithiasis.
2.6 Prognosis
Prognosis dari tindakaan operasi urolithiais pada umumnya dapat dubius sampai infausta, hal tersebut tergantung pada besarnya urolith, letak urolith, adanya infeksi dan adanya obstruksi. Makin besar urolith makin jelek prognosisnya, letak urolith juga dapat menyebabkan obstruksi yang dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi maka dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek (Arum, 2012).
Melihat hasil pemeriksaan dan kondisi hewan secara umum, serta kondisi saluran urinaria, prognosa yang dapat diambil adalah dubius sampai infausta, hal ini disebabkan karena kondisi anjing yang sudah mengalami urolithiasis yang parah, hal ini disebabkan karena anjing sudah tidak bisa melakukan urinasi selama 2 hari, serta warna urin yang kecoklatan karena sudah tercampur dengan darah akibat adanya peradangan pada sistem urinaria anjing tersebut. Selama dilakukan pengamatan ternyata kondisi anjing semakin hari semakin membaik, serta sudah bisa melakukan urinasi secara normal, maka prognosa yang dapat diambil adalah fausta.
2.7 Pengobatan
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi 3.1.1 Hewan
Hewan kasus yang digunakan adalah anjing pug berumur 2 tahun, jantan, berwarna coklat muda dengan berat badan 8 kg. Hewan memiliki nafsu makan yang menurun dan sakit saat mengeluarkan feses. Tanda klinis yang ditemukan adalah anjing sudah tidak urinasi selama 2 hari, dan saat dipalpasi daerah abdomen terlihat membengkak. Anjing yang dioperasi memiliki status present sebagai berikut:
Tabel 1. Status Present dan Pemeriksaan Fisik Hewan Kasus
Status Present Pemeriksaan Fisik
Parameter Hasil Jenis Pemeriksaan Hasil
Jantung (x/menit) scalpel, allis forcep, drape clamp, gunting operasi lurus dan bengkok, pinset bergigi, pinset fisiologis, needle holder, jarum ujung bulat dan segitiga, tampon dan tempat tampon, kain drape, intravena cateter dan infuse set, endotracheal,glove, masker dan jarum suntik 1 ml dan 3 ml.
3.1.3 Bahan-bahan
absorable. Obat-obat yang dipersiapkan adalah premedikasi yaitu atropin sulfat
dan xylazine, anastesi umum yaitu ketamine dan dan anastesi lokal yaitu lidokain, antibiotik betamox, deksametason, oxyetracycline, dan amoxan.
3.2 Metode 3.2.1 Preoperasi
• Persiapan ruang operasi
Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dengan disapu (dibersihkan dari debu), kemudian meja operasi disterilisasi dengan alkohol 70%.
• Preparasi alat
a. Sterilisasi alat-alat bedah
Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang steril atau pembuluh darah pada anjing yang akan dibedah tidak terkontaminasi.
• Persiapan anjing atau anjing kasus :
a. Anjingyang akan dioperasi dilakukan signalemen, anamnesa, dan pemeriksaan klinik. Sebelum dilakukan operasi, hewan dipuasakan selama 12 jam agar hewan tidak muntah pada waktu teranaesthesia. b. Kemudian diinjeksi dengan premedikasi yaitu atropin sulfat sebanyak
1 ml secara subkutan (dosis terlampir).
c. Setelah 10 menit, kemudian di anestesi menggunakan kombinasi xylazin dan ketamin dengan jumlah pemberian anestesi masing-masing 0,5 ml xylazin dan 0,3ml ketamin secara intramuskuler (dosis terlampir).
g. Kemudian diberi antiseptik untuk menjaga kondisi aseptik. • Persiapan perlengkapan operator dan asisten
Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asistenadalah masker, penutup kepala dan sarung tangan serta menggunakan pakaian khusus operasi. Perlengkapan-perlengkapan tersebut disterilisasi dengan urutan tertentu.
3.2.2 Operasi
Setelah tahapan preoperasi selesai dan anjing telah teranestesi kemudian anjing dibaringkan pada posisi dorsal recumbency. Anjing dipasangi kain penutup operasi (drap). Insisi dilakukan diatas urethra diantara os penis dan skrotum atau melalui prescrotalis. Insisi dilakukan mulai dari kulit preputium, subkutan sampai ketemu urethra. Kateter digunakan untuk membantu identifikasi urethra, selanjutnya insisi urethra ditempat terjadinya obstruksi. Kalkuli dikeluarkan dengan hati-hati dan dilanjutkan dengan pembilasan menggunakan larutan NaCl fisiologis. Selanjutnya kateter didorong masuk ke kantong kencing dan mukosa urethra dijahit dengan kulit luar preputium sehingga terjadi saluran permanen pada urethra untuk pengeuaran urin.
3.2.3 Pascaoperasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Operasi dilakukan pada tanggal 2 Januari 2016. Pengamatan pada anjing dilakukan pada hari ke-1 sampai hari ke- 7 pascaoperasi.
Tabel 2. Pemantauan kesembuhan luka dan pengobatan Pengamatan bengkak, nafsu makan baik, aktif bergerak, kencing Luka mulai mengering tapi masih kemerahan, nafsu makan baik, aktif bergerak, kencing berdarah
Hari ke-6
Hari ke-7
Luka kering, luka mulai menyatu terbentuk fibris, kencing tidak berdarah Luka kering, luka menyatu dengan baik, kencing tidak berdarah
Operasi kasus urolithiasis pada anjing dimulai daripre-operasi, operasi dan pasca operai. Pre-operasi meliputi persiapan alat, bahan, ruangan, hewan, site operasi dan operator. Persiapan hewan meliputi pemeriksaan status present yaitu denyut jantung, pulsus respirasi CRT, suhu dan pemeriksaan fisik. Persiapan obat premedikasi dan anastesi merupakan hal yang sangat penting, dilakukan penghitungan dosis anastesi dengan benar dan tepat.
Anjing dengan kasus urolithiasis tersebut menurut pemilik awalnya menunjukkan tanda klinis, yaitu anjing tidak mau makan, sakit saat mengeluarkan feses, serta sudah 2 hari tidak melakukan urinasi. Setelah dipalpasi dan dilakukan pemeriksaan ultrasnografi (USG) terlihat adanya pembesaran pada vesica urinaria akibat menumpuknya urin yang tidak dikeluarkan oleh anjing selama 2 hari. Hal tersebut mengarah pada kasus urolithiasis dimana urolithiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya batu (urolith) atau Kristal-kristal garam pada saluran kencing (tractus urinarius), sehingga menghambat pengeluaran urin.
Kesembuhan luka operasi relatif cepat, pada hari ke-1 hingga ke-2 luka masih basah, kemerahan di tepi luka, nafsu makan baik, anjing aktif bergerak, dan urin masih berdarah. Hari ke-3 dan ke-4 luka mulai mengering tapi masih kemerahan, nafsu makan baik, anjing aktif bergerak, tetapi urin masih berdarah. Pada hari ke-5 dilakukan pelepasan jahitan kulit serta kateter pada urethra. Pada hari ke-6 luka sudah mengering, luka mulai menyatu terbentuk fibris, urin sudah tidak berdarah. Pada hari ke-7 luka telah kering dan menutup baik, serta saat urinasi sudah tidak mengeluarkan darah. Perubahan kondisi hewan kasus pasca operasi juga mengalami peningkatan setiap harinya.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan dari laporan ini adalah :
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan ditunjang oleh pemeriksaan laboratorium pada sampel urin, anjing pada kasus ini didiagnosa menderita
urolithiasis.
2. Penanganan kasus urolithiasis pada anjing dilakukan dengan teknik urethrostomy yaitu tindakan pembedahan dengan membuat saluran atau lubang permanen pada urethra, untuk mengeluarkan urolith, kalkuli atau sedimen yang menyumbat urethra.
3. Setelah 7 hari pasca operasi luka incisi telah kering dan menyatu dengan baik, serta saat urinasi tidak mengeluarkan darah
5.2 Saran
1. Hewan yang mengalami urolithiasis harus segera dilakukan tindakan operasi agar peluang sembuhnya lebih besar.
2. Untuk mencegah kambuhnya penyakit urolithiasis maka komposisi makanan harus tepat agar nutrisi dalam tubuh anjing dapat seimbang. 3. Hewan yang telah di operasi urethrostomy juga harus dibarengi dengan
DAFTAR PUSTAKA
Arum, Christy. 2012.Asuhan Keperawatan pada TN “M” dengan Gangguan
Sistem Urogenitalia-Urolithiasis.
http://sichesse.blogspot.co.id/2012/05/asuhan-keperawatan-pada-tn-m-dengan.html(tanggal akses: 12 Januari 2016).
Bartges JW, Osborne CA, Lulich JP. 1999. Methods for evaluating treatment of uroliths. Vet Clin North Am: Small Anim Pract; 29:45.
Bloom, Frank. 1954. Pathology of The Dog and Cat :The Genitorinary Sistem,
with Cinical Consideration. American Veterinary Publication inc. United
States of America. Evanston. pp 463.
Breitschwerdt EB. 1986. Contemporary Issues in Small Animal Practice: Nephrology and Urology. New York.Churchill Livingstone.pp: 261
Brown, Scott.A. 2013. Urolithiasis in Small Animals.
http://www.merckmanuals.com/vet/urinary_sistem/noninfectious_diseases _of_the_urinary_sistem_in_small_animals/Urolithiasis_in_small_animals. html (tanggal akses: 12 Januari 2016).
Fossum, T.W. 2002. Small Animal Surgery, ed 2ndMosby, St. Lois London. Toronto. Philandelphia sydney.
Gipson, J.M. 1996. Biokimia Patologi Hewan. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor. pp 141.
Koesharyono C. 2008. Penanganan Kasus Urolithiasis padaAnjing.http://www.anjingkita.com/ (tanggal akses: 12 Januari 2016). Mariyani. 2009. Kasus Urolithiasis pada Anjing dan Kucing. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Sastrowardoyo, S. 1997. Urologi Penuntun Praktis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. pp: 72.
Smith., H.A., T.C Jones dan R.D. Hunt. 1972. Veterinary Pathology. 4th Lea & Febiger. Philadelpia. pp: 1521